You are on page 1of 11

Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, 31-42 DOI: 10.9744/jti.18.1.

31-42
ISSN 1411-2485 print / ISSN 2087-7439 online

Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang


dengan Metode Product Service System
Ratna Purwaningsih1*, Mahardhika Cakra Yudha1, Novie Susanto1

Abstract: Small Medium Enterprises (SME) of Batik Semarang still focus on maintain their
business to get more profits. Sustainability aspect has not received enough attention yet. This
study aims to review the sustainability level of SME Batik Semarang using product service
system (PSS) method. PSS consists of three dimension (1) Environment, (2) Socio-cultural and
(3) Economic. Each dimension consist of 6 criteria’s. PSS does not only assess the level of
sustainability but also formulats the recommendation to increase the sustainability level using
the industry system map and SWOT analysis. Formulation of these recommendation are
guidance by a check list form. Then, the portfolio diagram used to select these recommendations
according to its feasibility to be implemented and its importance for the industry. Result of
sustainability assessment for SME Batik give the average of sustainability level value 0.103,
categorized as lob level. The recommendations for the environmental dimension are (1)
optimization on using the raw materials and water, (2) recycling the waste of dyes, and (3) use a
bio-degradable material. Recommendation for socio-cultural dimension is use personal protective
tool for workers. Recommendation for economic dimension is to specify market target groups,
produce more attractive products and create diversification way for supply of batik for the
consumers. Recommendations are then illustrated in a diagram in the form of radar
sustainability.

Keywords: SME batik Semarang; sustainability; product-service system method; formulation of


recommendation.

Pendahuluan Pada sektor Industri identifikasi keberlanjutan telah


dikem bangkan metode Indicators of Sustainable
Pembangunan berkelanjutan merupakan pem- Development for Industry (ISDI). Keberlanjutan
bangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan dinilai melalui empat belas indikator kuantitatif dan
hari ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi empat indikator kualitatif yang diklasifikasikan ke
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya dalam tiga kategori: dampak lingkungan, efisiensi
(WECD [1]). Penilaian tingkat keberlanjutan dari lingkungan dan tindakan sukarela. ISDI mengikuti
suatu wilayah ataupun suatu unit bisnis telah pendekatan siklus hidup, dengan mempertimbang-
dikembangkan pada berbagai bidang. Pada sektor kan siklus hidup lengkap bahan dan energi
pertambangan dan mineral telah dikembangkan dimanfaatkan (Azapagic [5]).
indikator keberlanjutan oleh Mining, Minerals and
Sustainable Development (MMSD). Pada sektor Salah satu metode untuk menilai keberlanjutan
kehutanan penilaian dampak keberlanjutan rantai industri yang lebih berfokus pada identifikasi
pasok kayu hutan diukur menggunakan ToSIA (A rekomendasi perbaikan yang dapat disarankan
Tool for Sustainability Impact Assessment) (Palosuo untuk meningkatkan keberlanjutan industri adalah
et al. [2]). Pada sektor kimia faktor karakterisasi PSS (Product-Service System). Pendekatan PSS
untuk ekotoksisitas dan toksisitas manusia diukur adalah pengembangan dari design for sustainability
dengan metode Uniform System for the Evaluation atau D4S. Konsep 'Desain untuk Keberlanjutan'
of Substance (USES-LCA) (Jager et al. [3]). Faktor (D4S) berisi tentang bagaimana membuat produk
karakterisasi ekotoksikologi tersedia untuk eko- 'hijau' dan bagaimana memenuhi kebutuhan kon-
sistem darat, laut dan air tawar sedangkan toksi- sumen dengan cara yang lebih berkelanjutan. D4S
sitas manusia memperhitungkan baik karsinogen mempertimbangkan bahwa proses desain dan
dan faktor non-karsinogen (Angelakoglou et al. [4]). proses produksi tidak hanya memperhitungkan
masalah lingkungan tetapi juga masalah sosial dan
1 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas ekonomi. Kriteria dalam D4S disebut sebagai tiga
Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang. pilar keberlanjutan, yaitu people, profit and planet.
Indonesia. People berkaitan dengan keadaan sosial, profit
Email: ratna.tiundip@gmail.com, nophie.susanto@gmail.com berkaitan dengan keadaan ekonomi, dan planet
* Penulis korespondensi berkaitan dengan keadaan lingkungan.

31
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Perusahaan menggunakan konsep D4S dalam masyarakat di berbagai kota, seperti Pekalongan,
mengembangkan strategi inovasi produk jangka Solo, Jogjakarta, Cirebon, Semarang dan daerah
panjang untuk mengurangi dampak negatif terha- lain (Djoemena [10]). Industri batik di kota Sema-
dap aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam rang masih menggunakan malam, pewarna sintetis
rantai pasok produk dan sepanjang siklus hidup secara berlebihan yang disebabkan karena proses
produk. D4S bertujuan untuk meningkatkan efisien- produksi yang tidak efisien (Soekardan et al. [11]).
si dan kualitas dari proses produksi dalam pengem- Hal ini diperburuk karena proses daur ulang limbah
bangkan produk, jasa, dan sistem produksi. maupun bahan baku batik tidak dilakukan secara
Terdapat tiga pendekatan dalam konsep D4S yaitu maksimal oleh pengrajin batik Kota Semarang.
redesign, pengembangan produk baru dan Sistem Menurut Kurniawan [12] industri batik merupakan
Produk-Servis (PSS). Redesign membahas mengenai industri yang potensial menghasilkan limbah yang
bagaimana merancang produk yang sudah ada agar mengandung logam berat dan limbah cair yang
lebih berkelanjutan, pengembangan produk baru berbahaya yang dapat menyebabkan pencemaran
membahas mengenai bagaimana membuat produk lingkungan.
baru menjadi produk yang berkelanjutan, dan PSS
membahas mengenai bagaimana merancang suatu Proses produksi yang berkelanjutan tidak hanya
sistem produk dan jasa yang berkelanjutan (UNEP memperhatikan efek samping dari limbah sisa
[6]). prosesnya, namun juga mereduksi limbah buangan
yang dihasilkan. Posisi pasar dan profitabilitas yang
Product-Service System dapat didefinisikan sebagai masih rendah menjadikan pengrajin batik Sema-
hasil pergantian fokus suatu bisnis dari membuat rang belum memberi perhatian yang cukup pada
dan menjual produk fisik saja menjadi menjual aspek lingkungan. Oleh sebab itu, sangat penting
suatu sistem dari produk dan jasa yang dapat bagi para pengrajin UKM batik Semarang untuk
memenuhi permintaan konsumen dengan memper- memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan dalam
tiap proses produksi yang dilaksanakan agar dapat
hatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
menciptakan keserasian dengan lingkungan, eko-
Konsep dari PSS adalah strategi bisnis yang me-
nomi dan sosial-budaya atau yang biasa disebut
mungkinkan dan menjanjikan untuk menuju
triple bottom line (Putranti [13]). Tujuan dari pene-
masyarakat yang lebih berkelanjutan karena tujuan litian ini adalah (1) Mengidentifikasi dimensi
dari PSS adalah mengintegrasikan lingkungan keberlanjutan pada UKM Batik di kota Semarang
dengan aspek sosial dan ekonomi yang terjadi. menggunakan metode PSS, (2) Merumuskan reko-
Dengan menggunakan PSS, dapat diketahui bagai- mendasi untuk kriteria keberlanjutan yang perlu
mana produk dan jasa dapat dikembangkan ber- ditingkatkan, (3) Melakukan evaluasi dan pengujian
sama dengan mempertimbangkan aspek sosial, terhadap rekomendasi yang dirumuskan guna me-
lingkungan dan ekonomi untuk menuju industri ningkatkan keberlanjutan dari industri batik di kota
yang berkelanjutan (Tischner [7]). PSS terdiri dari Semarang
tiga dimensi keberlanjutan yang akan dijadikan
dasar untuk menyusun rekomendasi. Ketiga dimen- Metode Penelitian
si tersebut yaitu dimensi lingkungan, sosial-budaya
dan ekonomi. Dimensi lingkungan menitikberatkan Penelitian ini dilakukan pada sentra UKM Batik
pada efisiensi penggunaan sumber daya dan mengu- Kota Semarang selama bulan April 2015. Berdasar-
rangi dampak negatif pada lingkungan. Dimensi kan data dari pengurus klaster UKM Batik Kota
sosial budaya fokus meningkatkan keselamatan dan Semarang hingga saat ini terdapat sekitar 26
kesejahteraan para pekerja dan masyarakat peng- anggota klaster usaha batik yang terus aktif.
guna produk atau konsumen dan dimensi ekonomi Namun penelitian hanya dilakukan pada sembilan
fokus pada upaya upaya meningkatkan keuntungan UKM karena memiliki kapasitas produksi cukup
ekonomi bagi industri (Crul and Diehl [8]). besar dan memiliki pekerja. UKM yang tergolong
sedang dan kecil dimanaUKM tersebut tidak
memiliki pekerja dan proses produksi dilakukan
Salah satu industri yang perkembangannya pesat di
sendiri oleh pemilik sebab skala produksinya terlalu
Indonesia adalah industri batik, yang merupakan
kecil. Selain itu, sembilan UKM tersebut merupa-
salah satu karya seni paling terkemuka dan kera-
kan pengrajin batik, berbeda dengan beberapa UKM
jinan tangan tradisional bernilai tinggi. Nilai ekspor yang hanya melakukan penjualan batik saja tanpa
batik dan produksi batik yang terus meningkat, dari memproduksi batik untuk kemudian dipasarkan.
hanya USD 32 juta pada 2008 menjadi USD 278 Jumlah tenaga kerja per UKM antara 3 sampai 20
juta pada 2012. Industri batik di Indonesia ber- orang baik tenaga kerja tetap dan borongan dengan
kembang pesat setelah pada 2 Oktober 2009 rentang usia antara 32 –sampai 57 tahun. Metode
mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai waris- penelitian dilakukan dengan observasi langsung,
an budaya dunia asal Indonesia (Andayani et al.[9]). wawancara dan pengisian kuisioner oleh pengelola
Industri batik merupakan sumber pendapatan UKM.

32
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Gambar 1. Tahapan dalam PSS

Metode penilaian keberlanjutan dan perumusan dalam perusahaan seperti pemasok bahan baku,
rekomendasi dengan metode PSS dilakukan dengan konsumen, dan pedagang batik serta mengidentifi-
serangkaian tahapan yang dikembangkan oleh kasi aliran material serta aliran informasi di dalam-
UNEP dan DELFT University of Technology [6]. nya. (2) Membuat SWOT keberlanjutan berfungsi
PSS terdiri dari 4 tahapan yaitu (1) Mengidentifi- untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, pe-
kasi dimensi keberlanjutan sistem, (2) Merumuskan luang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan.
dan memilih rekomendasi, (3) Melakukan penilaian Analisis SWOT ini sendiri mencakup lima aspek,
terhadap detail rekomendasi (4) Melakukan evalua- yaitu lingkungan, sosial budaya, ekonomi, teknologi,
si pada rekomendasi untuk memilih yang terbaik. dan legislasi/ regulasi. (3) Menilai industri dengan
Purwaningsih [14] merangkum aktivitas dalam checklist untuk menganalisis kriteria-kriteria dalam
setiap tahapan PSS dan menggambarkan secara sistem yang belum memenuhi aspek berkelanjutan
umum metode PSS seperti pada Gambar 1. dengan 3 dimensi dan setiap dimensi terdiri dari 6
kriteria.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa tahap pertama
PSS adalah mengidentifikasi dimensi keberlanjutan Tahap kedua dalam PSS adalah merumuskan dan
sistem. Pada tahap ini dilakukan pengenalan ter- memilih rekomendasi yang dilakukan dengan ban-
hadap sistem industri yang dipelajari dengan mem- tuan lembar kerja (worksheet) PSS dan portofolio
perhatikan aspek internal dan eksternal dengan diagram untuk penilaian kelayakan rekomendasi.
membuat peta sistem, membuat diagram SWOT Lembar kerja PSS berisi pilihan untuk mengarah-
keberlanjutan (identifikasi strength dan weakness kan rekomendasi. Berikutnya adalah membuat
untuk kondisi sekarang serta identifikasi opportu- Diagram Kelayakan Rekomendasi yang digunakan
nity dan threat untuk masa mendatang), dan pe- untuk melihat apakah rekomendasi yang ditawar-
nilaian keberlanjutan dengan menggunakan lembar kan layak dan mengandung aspek berkelanjutan
kerja PSS. Jadi, tahap pertama ini terdiri dari tiga untuk sistem atau tidak. Faktor-faktor yang diper-
aktivitas berikut ini : (1) Menggambar peta sistem timbangkan antara lain kemungkinan untuk me-
berfungsi untuk mengidentifikasi aktor yang terlibat lakukan perubahan pada faktor teknologi, pengu-

33
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

rangan penggunaan sumber daya, minimasi limbah, dan kelayakan implementasi. Rekomendasi di bagi-
kemungkinan daur ulang, bio compatibility, peluang an kanan atas merupakan rekomendasi terbaik.
kerjasama dengan pihak luar untuk meningkatkan
akses pasar dan bahan baku produksi. Hasil dari evaluasi rekomendasi ini kemudian di-
petakan dalam radar keberlanjutan untuk setiap
Tahap ketiga adalah mengembangkan detail reko- dimensi.
mendasi terpilih yang dilakukan dengan: (1) Meng-
identifikasi prioritas kriteria rekomendasi (H = Hasil dan Pembahasan
Tinggi, M = Sedang, L = Rendah dan N = Tidak
ada). (a) Identifikasi dilakukan dengan bantuan Dimensi Keberlanjutan Sistem
lembar kerja PSS yang diisi dengan jawaban “Ya”
dan “Tidak” oleh responden. Jawaban “Ya” memiliki Peta sistem berfungsi untuk mengidentifikasi alur
skor 1 dan jawaban “Tidak” memiliki skor 0. Maka, informasi serta material yang ada pada sistem,
maksimal skor dari sebuah kriteria adalah banyak- mengidentifikasi pihak-pihak yang berkaitan lang-
nya pertanyaan pada kriteria tersebut (jika semua sung dalam sistem produksi batik, misalnya pema-
dijawab Ya) dan minimal skor dari setiap kriteria sok bahan baku batik, konsumen, dan pedagang
adala nol (Jika semua dijawab tidak). (b) Bagi batik. Peta sistem dari UKM Batik Kota Semarang
jawaban “Ya” dari setiap responden dengan maksi- secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
mal skor dari kriteria tersebut dan didapatkan skor
berupa pecahan (antara 0 sampai 1). Kemudian Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian
lakukan perhitungan kategoriasi kriteria dilakukan SWOT dan menyusun hasilnya dalam diagram
dengan langkah seperti berikut: (b1) Tentukan skor untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan yang
tertinggi dan terendah untuk setiap kriteria. Nilai dimiliki perusahaan di masa sekarang serta peluang
tertinggi tiap kriteria adalah sama dengan jumlah dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan di
butir pertanyaan untuk kriteria tersebut dan nilai masa yang akan datang. Diagram SWOT ini
terendah adalah nol. (b2) Tentukan nilai rentang dihasilkan dari wawancara kepada pemilik UKM
batik kota Semarang. Diagram SWOT UKM batik
skor (nilai tertinggi – nilai terendah), bagi tiga
kota Semarang secara rinci dapat dilihat pada Tabel
rentang skor untuk mendapat interval nilai Tinggi,
1. Butir–butir pertanyaan untuk SWOT ini meng-
Sedang, dan Rendah. (b3) Kategorikan kondisi tiap
acu pada 6 kriteria dari 3 dimensi PSS, serta
kriteria. Misalkan sebuah kriteria memiliki nilai 1
catatan catatan lain diluar kriteria yang dianggap
dibagi dengan 3 didapatkan hasil 0,33. Maka, kate-
penting. SWOT ini adalah hasil wawancara dengan
gori Rendah memiliki interval skor dari 0-0,33, kate-
9 pengelola UKM batik dengan pertanyaan terbuka.
gori Sedang memiliki interval skor dari 0,34-0,66
Jawaban responden yang bervariasi kemudian
dan interval Tinggi memiliki interval skor dari 0,67- diidentifikasi pola kesamaannya dan dirangkum
1 (Arikunto [15]. (2) Merinci rekomendasi dengan sebagai diagram SWOT. Diagram ini nantinya
bantuan pedoman (lembar kerja). Kriteria dengan berguna dalam melakukan identifikasi rekomendasi
prioritas tinggi dan menengah harus lebih dipertim- perbaikan sistem.
bangkan.
Langkah berikutnya, dilakukan kategorisasi kriteria
Tahap keempat melakukan evaluasi dan memilih keberlanjutan dalam kategori Low (L), Medium (M)
rekomendasi terpilih. Tahap ini dilakukan dengan atau High (H) untuk mengetahui kriteria yang perlu
membuat portofolio diagram dan radar PSS yang dikembangkan. Penilaian dilakukan dengan mem-
berfungsi untuk membandingkan kondisi jika reko- berikan kuisioner kepada pemilik UKM Batik dan
mendasi tersebut diterapkan dengan sistem saat ini. pegawai. Berikutnya, dilakukan pengolahan data
Langkah untuk membuat portofolio diagram yang atas jawaban dari setiap responden. Jawaban “Ya”
merupakan diagram evaluasi kelayakan rekomen- memiliki skor 1 dan jawaban “Tidak” memiliki skor
dasi adalah: (a) Posisikan semua rekomendasi 0. Jika suatu kriteria tidak dimungkinkan untuk
dalam matriks, kemudian diskusikan dengan penge- dirumuskan rekomendasi maka dianggap tidak ada
lola UKM mengenai kelayakannya implementasi- pengaruh (No, N). Total nilai tiap kriteria merupa-
nya. (b) Lakukan perangkuman semua hasil reko- kan penjumlahan dari jumlah nilai 1 dalam per-
mendasi ke dalam diagram portofolio PSS. Diagram tanyaan yang diberikan untuk tiap kriteria. Misal-
ini memiliki sumbu y untuk keberlanjutan dan nya Jika ada 2 jawaban “Ya” dalam 4 butir per-
sumbu x untuk kelayakan/implementasi. (c) Semua tanyaan tentang optimasi umur sistem, maka nilai-
rekomendasi dibandingkan satu sama lain dan nya adalah 2/4 atau 0,5. Setelah dilakukan per-
dengan mempertimbangkan semua rekomendasi hitungan nilai untuk tiap dimensi, kemudian dilaku-
sebelumnya yang telah dilakukan. (d) Posisikan kan kategorisasi dengan melihat rata-rata skor dari
rekomendasi dalam diagram menurut potensi setiap kriteria. Rekapitulasi hasil penilaian tiap
tertinggi sampai terendah dari aspek keberlanjutan kriteria tiap UKM diberikan pada Tabel 2.

34
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Gambar 2. Peta sistem UKM batik Kota Semarang

Tabel 1. SWOT keberlanjutan sentra UKM Batik kota Semarang


kriteria Kondisi UKM Batik saat ini Prediksi kondisi masa mendatang
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Lingkungan Peralatan yang Pengelolaan limbah Limbah bahan baku Limbah produksi
1.1.Optimasi umur sistem √ digunakan memiliki belum terpadu dapat dimanfaatkan mencemari
1.2. Pengurangan transportasi masa pakai yang lama Penggunaan bahan kembali lingkungan
1.3. Penggunaan sumber daya pewarna sintetis lebih Limbah pewarna
1.4. Minimasi limbah √ Penggunaan bahan dominan dari pewarna alam untuk pupuk
1.5. Konservasi/bio compatibility beracun hanya dalam alam tanaman
1.6. Toksisitas - jumlah sangat kecil
Sosial budaya Dapat diterima oleh Terjadi penurunan Membuka lapangan Belum
2.1. Tanggung jawab sosial berbagai budaya dan jumlah tenaga kerja kerja baru dikuasainya
2.2. K3 √ daerah Terdapat resiko K3 Jumlah pembatik pengetahuan
2.3. Kondisi keadaan lingkungan Meningkatkan sosial karena penggunaan Semarang meningkat tentang motif/
2.4. Ketenaga-kerjaan √ ekonomi masyarakat bahan kimia gambar yang
2.5. Hubungan industri sesuai selera
2.6. Keragaman budaya √ masyarakat yang
cepat berubah
Ekonomi Nilai tambah yang Posisi pasar lebih Bantuan peralatan Kesulitan
3.1. Posisi pasar dan daya saing diperoleh pelanggan rendah dibanding baru dan pelatihan pemasaran dan
3.2. Profitabilitas cukup tinggi pesaing dari pemerintah membuka peluang
3.3. Nilai tambah pelanggan √ Dukungan penuh dari Belum ada supplier Peningkatan pasar baru
3.4. Pengembangan bisnis pemerintah bahan baku yang pendapatan
3.5. Kemitraan/ kerjasama √ berlokasi di Semarang masyarakat
3.6. Efek ekonomi makro konsumen
*Kriteria yang mendapat perhatian dalam SWOT diberi tanda √

35
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Tabel 2. Hasil penilaian keberlanjutan UKM Batik kota Semarang


UKM UKM UKM UKM UKM UKM Total Rata-
No UKM UKM 7 UKM 8 UKM 9
1 2 3 4 5 6 nilai rata
1. Dimensi lingkungan
1.1. Optimasi umur sistem 0,5 0,25 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 4,25 0,47 M
1.2 Pengurangan transportasi 0 0 0 0 0 0,33 0 0 0,33 0,66 0,07 L
1.3 Penggunaan sumber daya 0,75 0,5 0,75 1 0,25 0,25 1 0,75 0,5 5,75 0,64 M
1.4 Minimasi limbah 0,5 0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0 3,50 0,39 M
Konservasi/bio- M
1.5 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 0,66 5,94 0,66
compatibility
1.6 Toksisitas 0 0,33 0 0 0 0 0 0 0 0,33 0,04 L
Rata-rata 0,40 0,29 0,40 0,44 0,32 0,37 0,44 0,40 0,33 3,41 0,38 M
2. Dimensi sosial budaya
2.1 Tanggung jawab sosial 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1,00 0,11 L
2.2 K3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 5,00 0,56 M
Kondisi keadaan L
2.3 0 0,25 0,25 0 0,25 0,25 0 0,25 0 1,25 0,14
lingkungan
2.4 Ketenaga-kerjaan 1 0 1 0,5 0 0 0 0,5 0 3,00 0,33 L
2.5 Hubungan industri 0 0 0,25 0 0,5 0 0 0,25 0 1,00 0,11 L
2.6 Keragaman budaya 0 0 0,33 0 0 0,33 0 0 0 0,66 0,07 L
Rata-rata 0,17 0,04 0,47 0,25 0,13 0,10 0,17 0,33 0,33 1,99 0,22 L
3. Dimensi ekonomi
3.1 Posisi pasar dan daya saing 0 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,66 2,97 0,33 L
3.2 Profitabilitas 0,33 0,33 0,66 0,33 0,66 0 0 0,66 0 2,97 0,33 L
3.3 Nilai tambah pelanggan 0 0 0,33 0,33 0,33 0,33 0 0 0,33 1,65 0,18 L
3.4 Pengembangan bisnis 0 0,25 0,25 0 0 0,5 0 0 0,25 1,25 0,14 L
3.5 Kemitraan/ kerjasama 0 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 2,64 0,29 L
3.6 Efek ekonomi makro 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 N
Rata-rata 0,06 0,21 0,32 0,22 0,28 0,25 0,11 0,22 0,26 1,91 0,21 L
Nilai rata-rata 0,21 0,18 0,40 0,30 0,24 0,24 0,24 0,32 0,31 2,43 0,27 L

Tabel 2 menunjukkan kalau nilai keberlanjutan Indonesia tapi tanpa melakukan perubahan yang
UKM batik kota Semarang masih rendah. Nilai substantif. Dari hasil kuisioner didapatkan 7 alter-
rata-rata keberlanjutan dari tiap UKM adalah 0,27. natif rekomendasi.
Dimensi lingkungan dan sosial budaya memiliki
banyak nilai nol yang berarti kriteria-kriteria yang Pada dimensi lingkungan diberikan 5 rekomendasi,
disebutkan dalam PSS belum diterapkan dalam 3 diantaranya pada kriteria penggunaan sumber
sistem UKM batik. Nilai tingkat keberlanjutan yang daya yaitu (1) optimalisasi penggunaan bahan baku
masih rendah tersebut menunjukkan bahwa UKM (air untuk mencuci kain bekas pewarnaan) (2) out-
batik memerlukan pengembangan untuk mening- sourcing untuk memenuhi peningkatan permintaan
katkan level keberlanjutannya, maka perlu dilaku- batik dan (3) penggunaan kolektif peralatan pro-
kan perumusan rekomendasi sebagai langkah duksi batik. Selain itu juga perlu dilakukan (4) daur
berikutnya dari metode PSS. ulang dari bahan baku produk seperti malam dan
pewarna dan (5) menerapkan batik dengan bahan
Perumusan Alternatif Rekomendasi baku bio-degradable. Pada dimensi sosial budaya
diberikan 2 rekomendasi yaitu (1) Menggunakan
Perumusan alternatif rekomendasi dibuat untuk alat pelindung diri dan (2) Memberikan papan
mengatasi permasalahan yang terjadi pada kriteria petunjuk K3. Pada dimensi ekonomi tidak diberikan
yang memiliki kategori High dan Medium. Kedua rekomendasi karena nilai rata-rata penilaian keber-
kategori tersebut berarti kriteria yang dinilai me- lanjutan pada dimensi ini berada pada kategori L
miliki peran yang penting bagi UKM karena dan N.
responden banyak memberi jawaban “Ya” untuk
pertanyaan tentang apakah ada masalah terkait Penilaian Alternatif Rekomendasi
kriteria tersebut. Perumusan rekomendasi dilaku-
kan dengan bantuan worksheet 3 dari PSS dan Setelah alternatif rekomendasi sudah dirumuskan,
perumusan detail rekomendasi menggunakan lem- langkah selanjutnya adalah membandingkan alter-
bar kerja (worksheet) 9. Kedua panduan tersebut natif rekomendasi tersebut dengan kondisi dari
telah dilakukan proses terjemah dari bahasa Inggris UKM Batik Kota Semarang yang ada saat ini.
ke dalam bahasa Indonesia dan dilakukan penye- Apakah alternatif rekomendasi tersebut dapat
suaian agar dapat digunakan untuk industri kecil di membuat UKM Batik Kota Semarang menjadi jauh

36
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

lebih baik, lebih baik saja, sama saja, atau bahkan Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa alternatif reko-
lebih buruk dari kondisi saat ini. Untuk mem- mendasi yang dirumuskan untuk dimensi lingkung-
bandingkan alternatif rekomendasi dilakukan an dan ekonomi dapat memberikan dampak yang
dengan wawancara dengan pemilik UKM Batik jauh lebih baik, sedangkan untuk dimensi sosial
Kota Semarang. Rekomendasi yang menurut pen- budaya dapat memberikan dampak yang lebih baik
dapat pengelola UKM tidak akan cukup berarti terhadap UKM Batik Kota Semarang jika alternatif
perbaikannya diberi nilai minus (–) dan sama rekomendasi tersebut diterapkan.
dengan (=). Arti dari nilai yang diberikan oleh
responden dijelaskan dengan Tabel 3 dan hasil
Menentukan Rekomendasi Terpilih
perbandingan alternatif rekomendasi dapat dilihat
pada Tabel 4.
Selain dari segi dampaknya terhadap perbaikan
Tabel 3. Penilaian rekomendasi dari aspek kemudahan sistem jika diterapkan, alternatif rekomendasi juga
pelaksanaan dan jangka waktu. dinilai dari segi feasibility untuk diterapkan (UNEP
[6]). Seluruh alternatif rekomendasi yang telah di-
Kemudahan Jangka waktu Nilai Arti
penerapan pelaksanaan bandingkan dengan kondisi UKM Batik Kota
yang dibutuhkan Semarang saat ini, kemudian dilakukan pengujian
Sulit Panjang - Buruk kelayakan untuk mengetahui seberapa sulit alter-
Sulit Panjang = Sama natif rekomendasi untuk diterapkan. Rekomendasi
Mudah Pendek + Lebih baik ini dibandingkan dengan menggunakan diagram
Mudah Pendek ++ Jauh lebih kelayakan rekomendasi. Diagram kelayakan reko-
baik
mendasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 4. Perbandingan alternatif rekomendasi
Pada Gambar 3 dapat dilihat bawa alternatif reko-
Dimensi Kriteria Nilai mendasi yang dirumuskan semua berada pada
A.1 Optimasi penggunaan bahan =
baku
kuadran yang sama. Rekomendasi yang memiliki
A.2 Outsourcing -
nilai terbaik adalah yang berada pada bagian kanan
Lingkungan A.3 Pengurangan sumber daya: +
atas pada posisi paling jauh dari nilai nol. Rekomen-
efisiensi
A.4 Minimalkan sampah: daur ++
dasi tersebut adalah daur ulang bahan dan material
ulang
A.5 Konservasi: menghindari limbah (R4) dan penggunaan bahan baku bio-
pemakaian sumber daya yang
tak terbarukan (bahan baku degradable (R5). Berikutnya adalah optimalisasi
dan energi)? ++ penggunaan bahan baku (R1), penggunaan APD
Sosial B.2 Kesehatan dan keselamatan untuk menghindari kecelakaan kerja (R6) dan
budaya kerja + pemberian papan petunjuk K3 (R7). Rekomendasi
B.1 Memberikan papan petunjuk tersebut
K3 +
Keterangan: “++” = jauh lebih baik, “+” = lebih baik.
Untuk menggambar radar keberlanjutan dibutuh-
kan 6 butir rekomendasi. Dari hasil wawancara
diperoleh 6 rekomendasi untuk dimensi ekonomi.
Untuk kriteria Posisi Pasar dan Daya Saing di-
rumuskan 3 rekomendasi yaitu (1) Mengidentifikasi
kelompok sasaran dan memenuhi kebutuhan
pelanggan, (2) Menerapkan strategi yang meng-
hasilkan produk lebih menarik bagi pelanggan dan
(3) Menciptakan dan menambahkan produk terkait
diversifikasi pada penawaran batik. Sedangkan
untuk kriteria Profitabilitas/Nilai tambah diberikan
rekomendasi (1) Meningkatkan value chain di se-
luruh sistem dalam rantai produksi mulai distribusi
Keterangan:
bahan baku sampai akhir dari penggunaan batik,
R1 Penggunaaan bahan baku dan air yang optimal (2) Outsourcing untuk kegiatan yang lebih khusus,
R2 Outsourcing untuk memenuhi peningkatan permintaan dan (3) Meningkatkan organisasi, memotivasi
R3 Penggunaan kolektif untuk peralatan produksi batik
pekerja dengan pelatihan. Pada dimensi ekonomi
R4 Daur ulang bahan baku
R5 Penggunaaan bahan baku bio-degradable ada beberapa rekomendasi yang memiliki nilai +
R6 Penggunaan alat pelindung diri ketika bekerja dan ++, yaitu (1) Posisi pasar dan daya saing (++)
R7 Pemberian papan petunjuk K3 dan Profitabilitas / Nilai tambah untuk perusahaan
Gambar 3. Diagram kelayakan rekomendasi dan konsumen (+).

37
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Rekomendasi untuk Meningkatkan Tingkat kungan. Berbeda dengan pewarna sintetis yang jika
Keberlanjutan dibuang langsung ke lingkungan tidak dapat lang-
sung terurai oleh alam dan berbahaya untuk eko-
Setelah merumuskan alternatif kemudian rekomen- sistem lingkungan. Pengaruh langsung pewarna
dasi akan dirinci menjadi rekomendasi yang detail alam terhadap lingkungan adalah tidak mencemari
dan jelas. Untuk kriteria penggunaan sumber daya air yang ada di lingkungan yang dipakai untuk
direkomendasikan agar penggunaan bahan baku/ keperluan sehari-hari.
energi lebih dioptimalkan (R.1). Pada industri batik
penggunaan sumber daya berupa air untuk mencuci Pada dimensi sosial budaya masalah yang ditemu-
kain hasil pewarnaan menghasilkan limbah kimia kan hanya terkait dengan keselamatan dan ke-
bagi lingkungan. Penggunaan bahan kimia juga sehatan kerja selama proses produksi berlangsung.
sebenarnya dapat diganti dengan pewarna alami. Rekomendasi yang diberikan adalah melengkapi
Pada sistem saat ini masih terjadi pemborosan pekerja dengan pakaian berlengan panjang, masker
karena para pengrajin batik masih belum me- dan sarung tangan dapat melindungi diri dari
mahami cara menghemat penggunaan bahan baku masalah kesehatan dan keselamatan kerja pada
dan energi. Menurut Avivah [15], kadar pengunaan proses produksi batik tulis.
pewarna alam yang tepat adalah 0,125 kg untuk 1
Radar Keberlanjutan
potong kain batik tulis dan 0,02 kg untuk 1 potong
kain batik cap. Kadar malam yang tepat untuk
Pada tahap ini, kriteria yang sudah dikategorikan
produksi batik yaitu 0,094 kg untuk 1 potong kain
sesuai skornya kemudian divisualisasikan ke dalam
batik tulis dan 0,04 kg untuk 1 potong batik cap. sebuh radar keberlanjutan. Hasil perbandingan
Untuk penggunaan air, volume air yang optimal rekomendasi yang telah dilakukan pada tahap
untuk proses pembuatan batik tulis yaitu 45,71 liter sebelumnya divisualisasikan pada radar. Kriteria
per potong kain, sedangkan untuk proses pembuat- yang memiliki skor “++” akan digambarkan dengan
an batik cap yaitu 45 liter per potong kain yang radar yang paling tajam keluar. Pembuatan radar
dicap. keberlanjutan ini menggunakan software Sustain-
ability Design Orienting Toolkit (SDO Toolkit).
Rekomendasi pada kriteria minimasi limbah dilaku- Radar keberlanjutan untuk dimensi lingkungan
kan dengan daur ulang dari bahan baku produk diberikan pada Gambar 4, dimensi sosial budaya
seperti malam dan pewarna. Untuk mengurangi pada Gambar 5 dan dimensi ekonomi pada Gambar
timbunan sampah hasil proses produksi batik, maka 6.
kegiatan daur ulang perlu dilakukan. Limbah
pewarna sintetis menghasilkan limbah berupa cair- Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa kriteria yang
an dan endapan yang jika dikeringkan dapat me- memiliki kategori medium yaitu kriteria optimasi
madat. Setelah dilakukan filterisasi untuk mengu- umur sistem, pengurangan sumber daya, minimasi
rangi risiko racun yang ditimbulkan, padatan sampah dan konservasi. Kriteria yang memiliki
endapan limbah pewarna sintetis ini dapat digu- bentuk ujung radar yang paling tajam adalah
nakan untuk membuat produk seperti pot. Limbah kriteria minimasi sampah dan konservasi karena
lain seperti malam juga dapat di daur ulang dengan memiliki skor “++” yang artinya jauh lebih baik jika
melakukan penyaringan malam saat proses nglorod diterapkan. Untuk kriteria pengurangan sumber
daya didapatkan bahwa hasil perbandingannya
(melepas keseluruhan malam dari kain dengan
memiliki skor “+” yang berarti jika rekomendasi
perebusan dalam air panas) dilakukan. Pengolahan
tersebut diterapkan maka akan membuat sistem
limbah dilakukan dengan memanfaatkan peralatan
yang lebih baik dari sebelumnya.
proses produksi yang sudah tersedia yaitu kowen
dalam tanah atau penyaring malam yang terdapat Pada Gambar 5 yaitu gambar radar keberlanjutan
pada UKM batik. Hasil buangan akhir limbah ini dimensi sosial budaya, dapat dilihat bahwa kriteria
berupa air yang dapat langsung dibuang ke saluran yang memiliki bentuk ujung radar yang paling
air. tajam adalah kriteria kesehatan dan keselamatan
kerja yang dituliskan dengan kriteria “Empower/
Pada kriteria konservasi direkomendasikan untuk valorize local resources” pada software SDO Toolkit
menggunakan bahan baku produksi yang bersifat karena kriteria tersebut setelah dibandingkan
bio-degradable. Bahan baku produksi batik yang dengan sistem saat ini hasil perbandingannya
bersifat bio-degradable (dapat terurai langsung oleh memiliki skor “+” yang berarti jika rekomendasi
alam) yaitu pewarna alam. Penggunaan bahan baku tersebut diterapkan maka akan membuat sistem
yang bersifat bio-degradable ini sangat mendukung lebih baik dari sebelumnya. Kriteria ini memiliki
kelestarian lingkungan karena pembuangan limbah kategori medium sehingga dibutuhkan alternatif
bahan baku ini dapat langsung diurai oleh alam rekomendasi untuk mengatasi masalah yang terjadi
tanpa menyebabkan efek negatif terhadap ling- pada kriteria ini.

38
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Gambar 4. Radar keberlanjutan dimensi lingkungan

Gambar 5. Radar keberlanjutan dimensi sosial budaya

Pada Gambar 6 yaitu gambar radar untuk dimensi baik dari sebelumnya. Walaupun kriteria ini me-
ekonomi, dapat dilihat bahwa kriteria yang me- miliki kategori Low, tetapi kriteria ini perlu di-
miliki bentuk ujung radar yang paling tajam adalah kembangkan untuk mengatasi masalah yang terjadi
posisi pasar dan daya saing. Hal ini disebabkan pada kriteria ini. Kemudian rekomendasi kriteria
karena setelah dibandingkan dengan sistem saat ini lain yaitu kriteria profitabilitas didapatkan skor “+”
didapatkan bahwa hasil perbandingannya memiliki yang berarti jika rekomendasi tersebut diterapkan
skor “++” yang berarti jika rekomendasi tersebut maka akan membuat sistem lebih baik dari se-
diterapkan maka akan membuat sistem jauh lebih belumnya.

39
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

Gambar 6. Radar keberlanjutan dimensi ekonomi

Simpulan Daftar Pustaka

Hasil pengukuran tingkat keberlanjutan UKM batik 1. WCED, Our Common Future the Brundlandt
kota Semarang memberikan nilai rata-rata 0,103 Report. Oxford University Press, 1987.
yang berarti masih dalam kategori rendah. Perlu 2. Palosuo, T., Suominen, T., Werhahn-Mess, W.,
dilakukan pengembangan UKM untuk meningkat- Gonzalo, J. G., and Lindner, M., Assigning
kan keberlanjutannya. Peluang pengembangan Results of the Tool for Sustainability Impact
sistem produksi UKM Batik Kota Semarang dapat Assessment (ToSIA) to Products of a Forest-
di lihat dari kriteria pada tiap dimensi keberlanjut- Wood-Chain, Ecological Modelling, 221, 2010,
an yang memiliki prioritas untuk dikembangkan. pp. 2215-2225.
Kriteria yang diprioritaskan untuk dikembangkan 3. Jager, D. T., Vermeire, T. G., Slooff, W., and
merupakan kriteria yang memiliki kategori medium Roelfzema, H., Uniform System for the Eva-
yaitu kriteria yang memiliki skor antara 0,34 – 0,66. luation of Substances II Effects Assessment,
Alternatif rekomendasi pada kriteria yang telah Chemosphere, 29(2), 1994, pp. 319-335.
dilakukan pengujian dan evaluasi dengan keadaan 4. Angelakoglou, K., Gaidajis, G., A Review of
yang jauh lebih baik jika diterapkan dan memiliki Methods Contributing to the Assessment of the
kemungkinan diterapkan untuk solusi jangka Environmental Sustainability of Industrial Sys-
panjang. tems, Journal of Cleaner Production, 108, Part A,
2015, pp. 725-747.
Pada dimensi lingkungan kriteria yang masuk 5. Azapagic, A., Developing a Framework for the
dalam kategori medium adalah (1) pengurangan Sustainable Development Indicators for the
penggunaan sumber daya (0,64), (2) minimasi Mining and Minerals Industry, Journal of
limbah (0,39), dan (3) konservasi (0,66). Sedangkan Cleaner Production, 12(6), 2004, pp. 639-662.
dari dimensi sosial budaya adalah kriteria kesehat- 6. UNEP and DELFT University of Technology.
an dan keselamatan kerja (0,56). Minimasi limbah Design for Sustainability: A Step by Step
dilakukan dengan daur ulang dari bahan baku Approach, Report, 2009.
produk, konservasi dengan penggunaan bahan baku 7. Tischner, I., Fat Lives: A Feminist Psychological
bio-degradable, dan memperbaiki posisi pasar dan Exploration. Routledge, London, 2013.
daya saing dengan mengidentifikasi pasar sasaran, 8. Crul, A. and Diehl, Design for Sustainability: A
menghasilkan produk lebih menarik bagi pelang- Practical Approach for Developing Economies.
gan, dan menciptakan diversifikasi pada penawaran Paris: United Nations Environment Program
batik. (UNEP), 2007.

40
Purwaningsih et al. / Penilaian Keberlanjutan UKM Batik Kota Semarang / JTI, Vol. 18, No. 1, Juni 2016, pp. 31–42

9. Andayani, S., Tjahyono, E., dan Sajio, Pening- 13. Putranti, Model Pemetaan CSR untuk Menun-
katan Kuantitas dan Kualitas Produk pada jang UKM Mendapatkan Enterpreneur Unggul
Perajin Batik Dukuh Kupang Kota Surabaya. dan Sustainable (Studi UKM Batik Peka-
Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya, (1), longan), Jurnal Ilmiah Serat Acitya, 2(3), 2013,
2014, pp. 41–51. 47-61.
10. Djoemena, N. S., Ungkapan Sehelai Batik, 14. Purwaningsih, R., Product Service Systems
Penerbit Djambatan, Jakarta, 1990. Method on Jepara Furniture Industry Sustain-
ability Assessment, Proceeding of International
11. Soekardan, D., dan Juju, U. Analisis Lingkung-
Conference on Electric vehicular Technology and
an Perusahaan dan Strategi Perusahaan serta
Industrial, Mechanical, electrical, Chemical Engi-
Dampaknya pada Kinerja UMK Batik, Jurnal neering, Surakarta, Desember 2015, pp. 5C2.1.1-6.
Trikonomika, 11, 2012, pp. 183–194. 15. Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pende-
12. Kurniawan, M.W., Purwanto, P., Sudarno, S., katan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra 16. Avivah, N., dan Rinawati, D.I., Studi Empiris
UMKM Batik yang Berkelanjutan di Kabupaten Perbedaan Efisiensi Produksi Pada UKM Batik
Sukoharjo, Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(2), Cap yang Belum dan Telah Tersertifikasi SNI
2013, pp. 62-72. Batik, Seminar nasional ACISE, Semarang 2014.

41

You might also like