You are on page 1of 9

Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 - 2017 speed.web.

id

Penerapan Model Green Supply Chain Management


Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM Batik Bakaran
1* 2
Daniel Alfa Puryono , Samuel Yoga Kurniawan
1,2
STIMIK AKI Pati
1 2
danielsempurna@gmail.com , samuel_yoga@gmail.com

Abstract
In this research will be an assessment of Green Supply Chain Management (GSCM) process to improve
performance and competitiveness of SMEs Batik Bakaran. Because based on general purpose of SMEs
that is improve performance and cooperation between SMEs. It can also increase profits by reducing risks
and environmental impacts. In the research uses Green Supply Chain Operations Reference (Green
SCOR) model and Analitycal Hierarchy Process (AHP). Green SCOR model is used to define
environmentally friendly criteria of the process source,make,deliver and return. Then performance
measurement for each of these criteria. By using performance attributes of reliability, responsiveness,
agility, cost and asset management. While the AHP method is used to give weight and ranking on the
criteria and alternative criteria of factors that support the competitiveness of SMEs. Data collection was
done through interview technique and questionnaire. Then the analysis of competitiveness criteria that
includes increased production volume and increased market share both domestic and export. From the
results of the analysis obtained the level of competitiveness of SMEs is still minimal and not pay attention
environmentally friendly factors. only on the production process is good enough to get 57.9%. So owners
of SMEs need to monitor and pay attention to performance and factors that affect environmentally friendly,
so that have a high competitiveness.

Keywords : GSCM, Green SCOR, AHP, Competitiveness, SMEs Batik.

Abstrak
Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian terhadap proses Green Supply Chain Management (GSCM)
untuk meningkatkan kinerja dan daya saing UMKM Batik Bakaran. Karena berdasarkan pada tujuan
umum UMKM yaitu meningkatkan kinerja dan kerjasama antara UMKM. Sekaligus bisa meningkatkan
keuntungan dengan cara menurunkan risiko dan dampak lingkungan. Penelitian ini menggunakan model
Green Supply Chain Operations Reference (Green SCOR) dan metode Analitycal Hierarchy Process
(AHP). Model Green SCOR digunakan untuk menentukan kriteria ramah lingkungan dari proses
pengadaan, produksi, pengiriman dan pengembalian. Kemudian dilakukan pengukuran kinerja untuk
masing-masing kriteria tersebut. Dengan mengunakan atribut kinerja yaitu reliability, responsivity, aglity,
cost dan asset management. Sedangkan metode AHP digunakan untuk memberi bobot dan perangkingan
pada kriteria serta alternatif kriteria dari faktor-faktor yang mendukung daya saing UMKM. Pengumpulan
data dilakukan melalui teknik wawancara dan kuisioner. Kemudian dilakukan analisa terhadap kriteria
daya saing yang mencakup meningkatnya volume produksi dan meningkatnya pangsa pasar baik
domestik maupun ekspor. Dari hasil analisis tersebut diperoleh tingkat daya saing UMKM masih minim
serta belum memeperhatikan faktor ramah lingkungan. hanya pada proses produksi cukup baik dengan
mendapat 57,9%. Jadi pemilik UMKM perlu memantau dan memperhatikan kinerja serta faktor yang
mempengarui ramah lingkungan, sehingga mempunya daya saing yang tinggi.

Keywords : GSCM, Green SCOR, AHP, Daya Saing, UMKM Batik.

1. Latar Belakang sendiri berjumlah 37. Populatiras batik Bakaran


Batik Bakaran merupakan batik unggulan khas memang belum sepopuler batik Solo,Yogyakarta
Pati yang berada di 2 Desa yaitu Bakaran Wetan maupun Pekalongan. Disamping itu banyaknya
dan Bakaran Kulon Kecamatan Juwana. Menurut model dan jenis batik yang tersebar di pasaran
data dari BPS Kabupaten Pati sampai dengan saat ini, membuat pengrajin batik harus pandai
bulan Desember 2015 pengusaha batik Bakaran mencari terobosan dalam mengelola usahanya

ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 1


Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 - 2017 speed.web.id

tanpa harus menghilangkan ciri khas batik perusahaan (Kurien dkk., 2012). GSCM sebagai
bakaran itu sendiri. Tetapi disisi lain masih pola dasar bagi perusahaan untuk mencapai
banyak pengrajin batik yang cara kerja dan keuntungan dan tujuan pangsa pasar dengan cara
pengelolan industrinya masih tradisional. Hal ini menurunkan risiko dampak lingkungan sekaligus
bisa membuat daya saing mereka kalah dengan meningkatkan efisiensi ekologis (Zhu dkk., 2008).
pengrajin batik dari kota-kota yang lain. Sejalan dengan tujuan utama perusahaan yaitu
Persoalan limbah untuk masyarakat sekitar untuk memaksimalkan keuntungan serta dapat
yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan mengukur dan memantau tujuan organisasi serta
kimia dan zat warna dalam proses produksi batik memperhatikan lingkungan, hal ini dapat dicapai
bisa menimbulkan pencemaran lingkungan serta melalui identifikasi untuk meningkatkan kinerja.
dampak sosial dan ekonomi. Bahkan bisa menjadi Sedangkan pengukuran kinerja didefinisikan
masalah besar dikemudian hari. Maka dari itu sebagai proses mengukur efektivitas dan efisiensi
evaluasi dan pemahaman kinerja perusahaan dari tindakan (Wong dkk., 2011). Dengan cara
menjadi penting untuk bisa bersaing dalam mengidentifikasi faktor-faktor kinerja secara
lingkungan yang terus berubah. Pemilik usaha akurat agar dapat memprediksi bahkan megambil
batik juga tidak akan mampu bersaing atau keputusan yang tepat bagi perusahaan (Delen
bertahan hidup kecuali mereka mengembangkan dkk., 2013).
strategi untuk mencapai pengurangan biaya, Metode seperti pembobotan yang berkaitan
peningkatan kualitas dan peningkatan dengan proses pengambilan keputusan Analytic
produktivitas (Elgazzar dkk., 2012). Hierarchy Process (AHP) (Chan dkk., 2012)
Permasalahanya adalah bagaimana mengelola model Supply Chain Operations Reference
hubungan timbal balik antar strategi karena (SCOR) (Elgazzar dkk., 2012) serta (Wang dkk.,
biasanya menerapkan strategi untuk mencapai 2012) Mixed Integer Linear Programming (MILP)
pengurangan biaya bisa berdampak negatif (Povoa dkk., 2013) Interpretive Structural
terhadap kualitas atau mengakibatkan penurunan Modeling (ISM) (Mathiyazhagan dkk., 2013).
produktivitas. Banyak digunakan untuk memfasilitasi proses
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) GSCM. ISM mempunyai kelebihan pada situasi
merupakan salah satu kekuatan pendorong yang kompleks sebagai alat komunikasi, tetapi
terdepan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan mempunyai hambatan untuk pelaksanaan GSCM
setelah diberlakukanya Masyarakat Ekonomi di industri manufaktur (Mathiyazhagan dkk., 2013).
Asian (MEA) maka UMKM di Indonesia akan MILP mempunyai kelebihan dapat meminimalkan
menghadapi tantangan dan sekaligus peluang. biaya total pembelian serta bisa menentukan
Agar tetap mampu bertahan dan dapat vendor terbaik akan tetapi mempunyai kelemahan
memanfaatkan peluang maka UMKM harus sulit di imlementasikan jika ada faktor kualitatif
meningkatkan daya saing perusahaan serta daya (Povoa dkk., 2013).
saing produknya. Jadi kunci utamanya ada pada Penelitian ini memiliki perbedaan dengan
UMKM itu sendiri khususnya pengusaha dengan peneliti-peneliti yang terdahulu. Perbedaan
dukungan para pekerjanya. Hal lain yang harus tersebut terletak pada analisis yang digunakan
menjadi prioritas UMKM adalah meningkatkan yaitu model Green SCOR untuk meningkatkan
kerjasama antara industri batik dan stakeholders. daya saing UMKM yang tidak hanya dapat
Pengusaha batik dengan jiwa kewirausahaan dan mengetahui dimensi-dimensi perioritas UMKM
jiwa inovasi yang dimiliki, harus mampu menjadi saja, akan tetapi juga mempertimbangkan faktor
motor penggerak untuk meningkatkan daya saing lingkungan. Model Green SCOR dan AHP dapat
bangsa. memecahkan masalah ISM dan MILP yaitu faktor
Beberapa tahun terakir ini kita telah memasuki kualitatif maupun penerapan GSCM pada industri
era baru yang menuntut peran dunia usaha dan manufaktur. Metode AHP dan Green SCOR
industri untuk bisa berperan aktif dalam menjaga merupakan metode yang terbukti efektif
lingkungannya dengan cara mengurangi limbah digunakan untuk mengatasi masalah yang
dan polusi yang menyebabkan timbulnya Green berhubungan dengan rantai pasok serta dapat
Supply Chain Management (GSCM). Konsep meningkatkan inisiatif terhadap GSCM yang
GSCM merupakan manajemen rantai pasokan akhirnya bisa meningkatnya daya saing
yang berhubungan dengan aspek lingkungan perusahaan (Elgazzar dkk., 2012).
(Shang dkk., 2010). Jadi GSCM menjadi salah Penerapan manajemen rantai pasokan yang
satu strategi yang penting untuk mencapai berbasis green penting untuk diterapkan karena
pembangunan yang berkesinambungan bagi selama ini ukuran kinerja rantai pasokan biasanya
ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 2
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 – 2017 speed.web.id

tidak memperhatikan dampak terhadap akhir abad ke-18. Batik yang dibuat merupakan
lingkungan. Oleh karena itu meningkatkan kinerja batik tulis dengan pola semua digambar tangan
dan daya saing UMKM dengan menggunakan yang bermotif. Motif biasanya mengandung
serangkaian langkah-langkah dari kombinasi filosofis sesuai dengan adat dan ritual keagamaan
metode green SCOR dan AHP menjadi solosi. yang ada. Sedangkan untuk motif batik pesisir
Dengan meningkatnya kinerja dan daya saing cenderung dinamis karena pengaruh budaya
perusahaan maka pada gilirannya akan asing yang ada disekitarnya. Tetapi sekarang
mendorong terciptanya daya saing bangsa. dengan adanya kebebasan untuk berinovasi dan
menciptakan berbagai pola. Motif batik pesisir
2. Kerangka Teori telah berkembang di masing-masing daerah. Hal
2.1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini yang membuat jumlah UMKM batik terus
UMKM merupakan kekuatan strategis, karena berkembang (Borshalina 2015). Tetapi ada
mempunyai peranan penting dalam pembangunan dampak dari timbulnya inovasi tersebut terhadap
ekonomi Indonesia. Terutama dalam penyediaan orientasi pasar dan kinerja industri batik. Hal ini
lapangan kerja serta memberikan kontribusi yang berdasarkan pada realita dampak berbahaya dari
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penggunaan bahan kimia atau pewarna sintetis
pemeratakan pendapatan. Disisi yang lain UMKM dalam industri batik. Karena ingin selalu
mendapat perhatian dan keistimewaan yang berinovasi serta untuk memenuhi pasar atau
diamanatkan oleh undang-undang. Diantaranya keinginan konsumen. Padahal orientasi pasar
mendapat bantuan kredit usaha dengan bunga internasional khususnya dari Jepang dan Eropa,
rendah, kemudahan persyaratan izin usaha, meginginkan produk batik yang ramah lingkungan
bantuan pengembangan usaha dari lembaga (Sancaya 2013).
pemerintah (Sandriana dkk., 2015). Menurut Lembaga Manajemen Sumber Daya
Menurut Disperindag, UMKM merupakan Air (BPSDA) dalam penelitian (Borshalina 2015).
kelompok industri kecil modern, industri Ada 4 sungai di Pekalongan telah terkontaminasi
tradisional, dan industri kerajinan yang bahkan sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai
mempunyai investasi modal untuk peralatan kebutuhan masyarakat sekitar. Karena air dari
produksi lebih kecil dari 70 juta dan usahanya sungai tidak bisa lagi digunakan untuk mengairi
dimiliki warga negara Indonesia. Secara umum sawah atau kolam perikanan. Kasus serupa juga
memiliki ciri-ciri : manajemen berdiri sendiri, ditemukan di Cirebon. 18 sungai telah tercemar
modal disediakan sendiri, daerah pemasarannya industri. Hal ini akan membutuhkan waktu yang
lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah sangat lama untuk menetralisir air dari sungai-
karyawan yang dipekerjakan terbatas. sungai itu. Mengingat betapa berbahayanya
masalah ini serta kurangnya pemecahan masalah
2.2. Daya Saing untuk mengatasinya.
Daya saing UMKM tidak terlepas dari konsep Maka dalam upaya meminimalkan masalah
daya saing global suatu negara. Menurut World lingkungan ini, sudah seharusnya pengusaha batik
Economic Forum (WEF), peringkat daya saing Bakaran, khususnya dalam proses mewarnai batik
global Indonesia tahun 2016-2017 menduduki bisa menggunakan berbagai bagian tanaman
peringkat 41 turun 4 peringkat dari 2015-2016 seperti daun mangga, kulit pohon mahoni,
pada posisi 37. Sedangkan ditingkat Asia tembakau, kulit nila, hingga kulit pohon jengkol.
tenggara, Indonesia masih berada di bawah Memang warna-warna yang dihasilkan dari bahan-
Singapura dan Malaysia (Schwab & Sala-i-Martín, bahan alami akan tampak agak membosankan,
2017). UMKM yang berdaya saing tinggi dicirikan tidak seterang yang dihasilkan dari pewarna
dengan kecenderungan meningkatnya laju sintetis. Akan tetapi harga batik yang mengunakan
pertumbuhan volume produksi, pangsa pasar bahan pewarna alami lebih mahal, antara Rp. 350
domestik atau pasar ekspor yang selalu -500 ribu perhelai, sedangkan yang diwarnai oleh
meningkat, pasar domestik tidak hanya melayani sistem sintetik diberi harga sekitar Rp. 125.000.
pasar lokal saja tetapi juga nasional, dan untuk Hal ini merupakan tantangan bagi UMKM Batik
pasar ekspor tidak hanya melayani di satu negara untuk dapat menghasilkan batik yang ramah
tetapi juga banyak Negara (Susilo 2010). lingkungan.

2.3. Batik 2.4. Studi Pendahuluan


Di Indonesia batik dipercaya sudah ada sejak Model SCOR dan metode AHP berhasil
zaman Majapahit dan menjadi populer sekitar digunakan untuk evaluasi kinerja serta untuk

ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 3


Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 - 2017 speed.web.id

mengetahui proses kinerja ranti pasok mengembangkan analisa kerangka kerja yang
perusahaan (Elgazzar dkk., 2012). Model SCOR akan memfasilitasi kriteria dan sub-kriteria.
yang berlaku untuk konteks manufaktur hanya Kerangka kerja ini yang akan mengintegrasikan
berfokus pada identifikasi bidang perbaikan untuk berbagai perspektif dari prioritas GSCM. Hasilnya
memberikan pengurangan biaya, meningkatkan struktur hirarkis dapat memberikan bimbingan
dan membuat efisiensi aset serta efisiensi prosedural untuk organisasi dalam penerapan
operasional. Selain itu juga hanya berorientasi GSCM secara efektif (Muduli dan Barve 2013).
pada hubungan proses pengembangan
berdasarkan strategi operasi yang berfokus pada 3. Metodologi
mitra dari logistik jadi model agak terbatas 3.1. Teknik Pengumpulan Data
cakupannya. Data di ambil dari penyebaran kuesioner, yaitu
Pengenalan teknologi terbaru serta globalisasi kuesioner 1 untuk penentuan bobot kepentingan
ekonomi dan e-bisnis menimbulkan tantangan kinerja rantai pasok yang ramah lingkungan.
baru untuk semua organisasi terutama untuk Mengunakan model kuesioner AHP. Koesioner 2
UMKM. Bahkan di negara-negara berkembang untuk mengetahui daya saing UMKM batik. Pada
banyak yang tidak mampu menghadapi masalah tahapan tersebut yang menjadi satuan penelitian
ini karena kurangnya sumber daya dan tidak (populasi) adalah pengusaha batik. Responden
jelasnya arah tujuan UMKM. Akan tetapi (Kumar ditentukan dengan teknik purposive sampling.
dkk., 2015) berhasil mengunakan SCM untuk Teknik ini digunakan karena responden dalam
memberikan keunggulan bagi UMKM atas pesaing metode AHP adalah pakar sehingga dipilih
mereka. Melalui cara mengukur faktor kriteria berdasarkan kriteria kepakaran serta
sukses yaitu komitmen manajemen puncak, visi keterlibatannya dalam kegiatan peningkatan
jangka panjang, fokus pada kekuatan inti, sumber kinerja dan daya saing UMKM. Jumlah sampel
daya yang didedikasikan untuk rantai pasokan. yang digunakan adalah 15 UMKM yang akan
Jadi penelitian ini kita kembangkan dengan menjadi narasumber.
mengunakan serangkaian strategi GSCM supaya
lebih efektif untuk meningkatkan daya saing 3.2. Analisa Data
industri batik yang berkelanjutan. Karena masih Analisisa data dilakukan dengan menggunakan
banyak UMKM yang kurang menyadari perlunya pendekatan kualitatif. Analisis untuk mengetahui
adopsi. Bahkan belum siap untuk menerapkan daya saing UMKM dilakukan terhadap kriteria
sistem bisnis yang berbasis ramah lingkungan. yang mencakup peningkatan volume produksi,
GSCM terbukti berhasil digunakan untuk tujuan meningkatnya pangsa pasar domestik dan ekspor.
mengamankan keunggulan kompetitif Jika pasar domestik tidak hanya melayani pasar
perusahaan, penguatan regulasi global, lokal saja tetapi juga nasional dan untuk pasar
perlindungan dan preferensi konsumen untuk ekspor tidak hanya melayani di satu negara tetapi
produk ramah lingkungan. Akan tetapi GSCM baru juga banyak negara. Sedangkan analisisa untuk
sebagai strategi untuk mengatasi peraturan menentukan tingkat kinerja UMKM. Mengunakan
lingkungan (Chun dkk., 2015). Belum digunakan kombinasi metode green SCOR dan AHP. Metode
untuk mengidentifikasi, menganalisis dan tersebut digunakan untuk menentukan KPI dalam
memberikan solosi untuk mengurangi dampak proses pengelolaan rantai pasok yang ramah
lingkungan dan hambatan pada UMKM. lingkungan. Yaitu pengadaan, produksi,
Model GSCM juga telah berkontribusi untuk pengiriman, dan pengembalian. Kemudian
menghubungankan antara peningkatan kinerja dilakukan pembobotan dan pengukuran terhadap
yang berkelanjutan dengan model konseptual kriteria kinerja rantai pasok ramah lingkungan
pada perusahaan manufaktur (Chin dkk., 2015). yang meliputi reliability, responsivity, aglity, cost
Tetapi belum berfokus pada kolaborasi lingkungan dan asset management. Dari hasil analisis
dan pemasok, sebagai kemampuan relasional tersebut akan diketahui tingkat daya saing dan
yang merupakan kunci untuk memfasilitasi tingkat kinerja rantai pasok yang ramah
perumusan strategis GSCM. lingkungan. Sehingga UMKM batik memiliki
Kombinasi metode AHP dan GSCM terbukti keunggulan kompetitif dan mempunyai modal
efektif digunakan dalam rangka mempertahankan untuk menunjang pertumbuhan perekonomi
keunggulan kompetitif sektor industri daerah.
pertambangan. GSCM digunakan sebagai bagian
integral dari strategi bisnis perusahaan. 3.3. Proses Rantai Pasok Ramah Lingkungan
Sedangkan metode AHP digunakan untuk 1. Pengadaan Ramah Lingkungan
ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 4
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 – 2017 speed.web.id

Merupakan proses kegiatan yang meliputi Merupakan proses dari konsumen akhir.
pemilihan bahan, pemilihan zat-zat kimia yang Secara umum meliputi produk yang dikembalikan
digunakan, bahan daur ulang untuk pembungkus, sudah diperbaharui sehingga tidak ada
pesanan pengadaan dilakukan lewat email penumpukan bahkan tidak ada pengembalian dari
sehingga paperless. Maka dapat dikelompokan konsumen lagi. Mampu mengelola limbah yang
kedalam KPI seperti pada tabel 1 berikut. digunakan. Maka dapat dikelompokan kedalam
KPI seperti pada Tabel 4 berikut.
Tabel 1. KPI Pengadaan Ramah Lingkungan
Kriteria Kode KPI Tabel 4. KPI Pengembalian Ramah Lingkungan
S1 Bahan lolos Quality Control Kriteria Kode KPI
S2 Zat kimia berstandart ISO R1 Memperbaharui produk
Pengadaan Pengem
S3 Daur ulang R2 Daur ulang limbah
balian
S4 Order via email R3 Minimal pengembalian
3.4. Kinerja Rantai Pasok Ramah Lingkungan
2. Produksi Ramah Lingkungan Berikut merupakan kriteria-kriteria untuk
Merupakan proses dari produk yang dibuat miningkatkan daya saing dan kinerja UMKM batik
harus bebas dari zat berbahaya. Produk harus Bakaran sesuai dengan model Green SCOR :
berkualitas supaya tidak terjadi banyak kerusakan 1. Kehandalan (Reliability)
dan pengembalian. Serta mampu menyelesaikan Merupakan prosentase pengiriman bahan
produk lebih cepat dari yang direncanakan dengan lengkap dan dokumentasi yang akurat
sehingga tidak ada waktu kosong terbuang dan serta tidak ada kerusakan ke tempat distributor
pada akhirnya output yang dihasilkan meningkat dengan waktu dan kualitas sesuai pesanan. Serta
bahkan bisa melampaui target, serta terjadi peningkatan jaringan kerja untuk bisa mereduksi
efisiensi bahan, biaya dan berkurannya limbah. limbah dan efisiensi operasi.
Maka dapat dikelompokan kedalam KPI seperti 2. Daya tangkap (Responsivity)
pada tabel 2 berikut. Merupakan respon untuk menyiapkan produk
yang siap dikirim kepada distributor. Dengan rata-
Tabel 2. KPI Produksi Ramah Lingkungan rata waktu siklus selalu konsisten untuk
Kriteria Kode KPI memenuhi permintaan pelanggan sesuai dengan
M1 Produk Berkualitas urutan, serta memperhatikan dampak yang
M2 Bebas zat Berbahaya mempengarui kecepatan pengiriman dan regulasi.
Produksi 3. Mudah menyesuaikan (Aglity)
M3 Lebih cepat dari target
M4 Efisien bahan Kemampuan industri batik dalam merespon
perubahan produk, perubahan pasar dan
3. Pengiriman Ramah Lingkungan perubahan lingkungan untuk mendapatkan
Merupakan proses kegiatan dari pengiriman keunggulan kompetitif.
lebih cepat dari yang di tentukan serta dalam 4. Biaya (Cost)
keadaan sempurna baik barang maupun Semua biaya langsung dan tidak langsung
dukumennya. Mendistribusikan produk dalam yang berhubungan dengan seluruh operasi rantai
skala besar dan langsung ke distributor tidak ke pasokan, baik biaya yang terkait dengan
pengecer. Desain kemasan fleksibel, baik ukuran, pembelian bahan baku maupun biaya tenaga kerja
bentuk dan bahan yang bisa berdampak pada untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang.
distribusi, transportasi maupun pemanfaatan 5. Manajemen Aset (Asset Management)
ruang di butik. Maka dapat dikelompokan kedalam Merupakan keefektifan industri batik dalam
KPI seperti pada tabel 3 berikut. mengatur asetnya untuk memenuhi permintaan
secara ekonomis dan efisien sumber daya. Baik
Tabel 3. KPI Pengiriman Ramah Lingkungan berupa permodalan untuk usaha maupun alat
Kriteria Kode KPI membatik.
D1 Pengiriman diatas target 6. Ramah Lingkungan (Green)
Semua dimensi pengukuran kinerja
Pengiriman D2 Distribusi skala besar ditambahkan dengan aspek lingkungan.
D3 Desain kemasan fleksibel
3.5. Langkah-langkah Pembobotan
4. Pengambalian Ramah Lingkungan Selanjutnya hasil dari setiap KPI yang telah
tersusun dalam sebuah hirarki, kemudian diberi
ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 5
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 - 2017 speed.web.id

pembobotan dengan menggunakan metode AHP. 1. Pengadaan


Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk Dari hasil proses pengadaan yang ramah
mendapatkan bobot tingkat kepentingan dan lingkungan terdapat kriteria bahan lolos CQ lebih
seberapa besar KPI berpengaruh terhadap kinerja tinggi dari kriteria yang lainya, seperti terlihat pada
serta daya saing industri batik. Dengan langkah- gambar 1. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya
langkah sebagai berikut. pengrajin batik sudah cukup selektif dalam
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang memilih bahan untuk dijadikan produknya.
dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan,
diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria
dan alternatif kemudian disusun menjadi
struktur hierarki.
2. Penilaian kriteria dan alternatif melalui
perbandingan berpasangan. mengunakan
skala 1 sampai 9 yang merupakan skala
terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
3. Penentuan prioritas dari nilai-nilai
perbandingan relatif yang kemudian diolah
untuk menentukan peringkat alternatif dari
seluruh alternatif. Gambar 1. Proses Pengadaan
4. Menentukan konsistensi logis, karena penting
untuk pembuatan keputusan dan mengetahui 2. Produksi
seberapa baik konsistensi yang ada. Dengan Dari proses produksi yang ramah lingkungan
cara mengkalikan setiap nilai pada kolom dapat diartikan bahwa kriteria produk berkwalitas
pertama dengan elemen prioritas pertama, nilai dan efesien bahan lebih mendominasi dari faktor
pada kolom kedua dengan elemen prioritas yang lainya. Hal ini menunjukan bahwa UMKM
kedua, dan seterusnya. Kemudian tidak asal asalan dalam membuat produk bahkan
menjumlahkan setiap baris. Hasil dari sangat detail dalam mengelola bahan yang
penjumlahan baris dibagi dengan elemen dipakai.
prioritas yang bersangkutan. Kemudian
menjumlahkan hasil bagi diatas dengan
banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut
maks.
5. Menghitung consistency index (CI) dengan
mengunakan rumus :

(1)

6. Menghitung rasio konsistensi/consistency ratio Gambar 2. Proses Produksi


(CR) dengan rumus :
3. Pengiriman
Pada proses pengiriman menunjukan bahwa
(2)
UMKM lebih cepat mengirim produk dari yang
7. Selanjutnya memeriksa konsistensi matrik. telah ditetapkan oleh pelangan atau pembeli jika
Sesuai dengan tabel 5 sebagai penentuan nilai pesanan dalam sekala kecil. Namun belum bisa
IR. Jika rasio lebih dari batas tersebut maka memenuhi jika pengiriman dalam skala besar.
nilai perbandingan matriks harus dilakukan
pengulangan kembali (Chan dkk., 2012).

Tabel 5. Nilai Indeks Random Consistency


n 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IR 0,0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Proses Green Supply Chain Management Gambar 3. Proses Pengiriman
Ada 4 proses kinerja ramah lingkungan yang
digunakan yaitu : 4. Pengembalian
ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 6
Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 – 2017 speed.web.id

Pada proses pengembalian menunjukan


bahwa kriteria minim pengembalian sebesar
58.7%. Hal ini berarti UMKM sudah bisa
memenuhi spesifikasi permintaan pembeli bahkan
kwalitas produknya terjamin sehingga pembeli
merasa puas dan akhirnya minim pengembalian.

Gambar 6. Kinerja UMKM Batik

4.3. Daya Saing


1. Rata-rata Produksi
Hasil analisa dari 15 UMKM batik rata-rata
produksi mereka sekitar 498 buah perbulan
pertahunnya. Sedikit mengalami kenaikan diantara
bulan juni sampai dengan bulan september.
Gambar 4. Proses Pengembalian

4.2. Kinerja Green Supply Chain Management


1. Green Supply Chain Management
Hasil menunjukan proses produksi cukup baik
karena mendapat 57.9%. namun masih ada
pengembalian sebesar 8.6% yang seharusnya
bisa ditekan dibawah 1%. Bahkan untuk kriteria
ramah lingkungan ada beberapa faktor yang
belum memberikan dampak ramah lingkungan Gambar 7. Perbandingan Produksi Perbulan
secara signifikan, seperti faktor bebas zat kimia, 2. Area Pemasaran
daur ulang limbah dan memperbarui produk yang Sedangkan untuk pemasaran hasil pruduk
masih di bawah 2%. batik Bakaran sedikit mengalami kenaikan dari
tahun sebelumya. Baik pada pasar lokal, luar
Kabupaten, luar Provinsi maupun pasar ekspor.

Gambar 5. GSCM Batik Bakaran Gambar 8. Produk Yang Dipasarkan


2. Kinerja UMKM Batik Bakaran
Secara keseluruhan tingkat kinerja UMKM 3. Tujuan Negara Ekspor
Bakaran dengan mengunakan metode AHP dan Sedangkan untuk pangsa pasar ekspor batik
green SCOR dapat dilihat seperti gambar 6 Bakaran sendiri sekitar 1,2%. Paling banyak ke
dibawah ini. Faktor reliability lebih tinggi dari faktor Negara Malaysia. Kebanyakan mereka
yang lainya, apa lagi bila dibandingkan faktor memasarkan produknya melalui media internet
agility. Ini artinya rata-rata UMKM sudah cukup dan lewat beberapa TKI yang ada di Negara
handal dalam pengiriman produk akan tetapi tersebut.
belum bisa merespon perubahan baik produk
batik, pasar maupun lingkungan.

ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 7


Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 - 2017 speed.web.id

Computational Engineering & Management


13, 2230-7893.
[2] Borshalina, T., 2015. Marketing Strategy and
the Development of Batik Trusmi in the
Regency of Cirebon which Used Natural
Coloring Matters. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 169(August 2014),
pp.217–226.
[3] Chan, R.Y.K., Hongwei He., Chan, H.K.,
Wang, W.Y.C., 2012, Environmental
orientation and corporate performance: The
mediation mechanism of green supply chain
Gambar 9. Tujuan Negara Ekspor management and moderating effect of
competitive intensity, Industrial Marketing
5. Kesimpulan Management 41, 621–630.
Hasil kinerja rantai pasok ramah lingkungan [4] Chin, Ai, T., Tat, Huam, H., Sulaiman, Z.,
menunjukan kriteria releability lebih tinggi 2015. Green Supply Chain Management ,
prosentasinya. Sedangkan pada proses rantai Environmental Collaboration and
pasok kriteria produksi yang mendominasi dengan Sustainability Performance. CIRP, 26,
mendapat 57.9%. Namum ada beberapa faktor pp.695– 699.
yang belum memberikan dampak ramah [5] Chun, S., Joong, H., Byun, Y., 2015. Supply
lingkungan seperti faktor bebas zat kimia, daur Chain Process and Green Business Activities
ulang limbah dan memperbarui produk yang : Application to Small and Medium
masih di bawah 2%. Enterprises. Procedia - Social and Behavioral
Sedangkan untuk daya saing UMKM Sciences, 186, pp.862–867.
menunjukan rata-rata produksi tiap bulan relatif [6] Delen, D., Kuzey, C., Uyar, A., 2013,
sama. Namum untuk pangsa pasar mengalami Measuring firm performance using financial
kenaikan dari tahun sebelumya. Terutama di ratios: A decision tree approach, Expert
pasar lokal maupun luar kabupaten. Meskipun Systems with Applications 40, 3970–3983.
produk yang di ekspor baru sekitar 1.2%. Tetapi [7] Diabat, A., Govindan, K., 2011, An Analysis
ini sebenarnya UMKM sudah mempunya daya Of The Drivers Affecting The Implementation
saing meski masih kecil. Karena penerapan Ff Green Supply Chain Management,
GSCM begitu kompleks dan rumit yang Resources, Conservation and Recycling 55,
menyangkut faktor internal dan eksternal, jadi 659–667.
tidak semua kriteria dapat diidentifikasi dan [8] Elgazzar, S.H., Tipi, N.S., Hubbard, N. J.,
dihubungkan dengan keungulan kompetitif UMKM Leach, D.Z., 2012. Linking Supply Chain
lainya. Processes ’ Performance to a Company ’s
Financial Strategic Objectives. European
Ucapan Terima Kasih Journal of Operational Research, 223,
Makalah ini merupakan hasil dari Penelitian pp.276–289.
Dosen Pemula yang dibiayai oleh Direktorat Riset [9] Schwab, K. & Sala-i-Martín, X., 2017. The
dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Global Competitiveness Report 2016-2017,
Penguatan Riset dan Pengembangan, World Economic Forum.
Kementerian RISTEKDIKTI Tahun Anggaran [10] Kumar, R., Singh, R.K., Shankar, R., 2015.
2017. Penulis juga mengucapkan terima kasih Critical Success Factors For Implementation
kepada UMKM Batik Bakaran Juwana yang telah Of Supply Chain Management In Indian Small
memberikan ijin dalam pengambilan data. And Medium Enterprises And Their Impact
On Performance. IIMB Management Review,
Daftar Pustaka 27(2),pp.92–104.
[1] Bhateja, A.K., Babbar, R., Singh, S., Sachdeva, [11] Kurien, G.P., Qureshi, M.N., 2012,
A., 2011, Study of Green Supply Chain Performance Measurement Systems For
Management in the Indian Manufacturing Green Supply Chains Using Modified
Industries: A Literature Review cum an Balanced Score Card And Analytical
Analytical Approach for the measurement of Hierarchical Process, Academic Journals 36,
performance, International Journal of 149-161.

ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 8


Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume 9 No 3 – 2017 speed.web.id

[12] Mathiyazhagan, K., Govindan, K., NoorulHaq,


A dan Geng, Y., 2013, An ISM approach for
the barrier analysis in implementing green
supply chain management, Journal of
Cleaner Production xxx, 1-15.
[13] Muduli, K. dan Barve, A., 2013. Developing a
Framework for Study of GSCM Criteria in
Indian Mining Industries. APCBEE Procedia,
5, pp.22–26.
[14] Póvoa, B., Cardoso, S.R., Paula, F.D., 2013,
Design And Planning of Supply Chains With
Integration Of Reverse Logistics Activities
Under Demand Uncertainty, European
Journal of Operational Research 226, 436-
451.
[15] Sancaya, R., 2013. Laporan Pencapaian
Tahun 2011-2012 Tahun Kedua. Jakarta: EU
Switch-Asia Program, Clean Batik Initiative.
[16] Sandriana, N., Hakim, A., Saleh, C., 2015.
Strategi Pengembangan Produk Unggulan
Daerah Berbasis Klaster Di Kota Malang.
Reformasi, 5(1), pp.89–100.
[17] Shang, K.C., Lu, C.S., Li, S., 2010, A
Taxonomy of Green Supply Chain
Management Capability Among Electronics-
related Manufacturing Firms in Taiwan,
Journal of Environmental Management 91,
1218-1226.
[18] Shih, H.S., Chan, C.C., Shyur, H.J., Wu, K.S.,
2012, A business strategy selection of green
supply chain management via an analytic
network process, Computers and
Mathematics with Applications 64, 2544 –
2557.

ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) 9

You might also like