You are on page 1of 11

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN CARA KERJA DENGAN

KELELAHAN KERJA PADA PEMANEN KELAPA SAWIT


DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)
UNIT USAHA ADOLINA TAHUN 2012

Annisa Mentari¹, Kalsum², Umi Salmah³

¹Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
²,³ Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
e-mail : ic4_mentari@yahoo.co.id

Abstract
Relationship between worker characteristics and how to work with fatigue conducted by oil
palm harvester in PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina 2012..
Physical activity of the oil palm harvester work in PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Unit Usaha Adolina as a whole was still done manually is risk to experienInterval
Kepercayaanng fatigue. This research was an analytic researching with cross sectional
design toanalyze the relationship between worker characteristics and how to work with
fatigue caused by harvesting conducted by oil palm harvester in PT. Perkebunan Nusantara
IV (Persero) Unit Usaha Adolina 2012. This research was carried out in PT Perkebunan
Nusantara IV Unit Usaha Adolina Kab. Serdang Berdagai,which the number of sample were
81 harvesters.The result of this research showed that there are relationship between age with
fatigue (p=0.002), there is relationship between history of disease with fatigue (p=0.001),
there is relationship between the period of work with fatigue (p=0.009), there is relationship
between nutritional status with fatigue (p=0.016), there is a significant relationship between
the how of working to cut stem and TBS according to the different age of the plant with
fatigue (p=0.001). there was no significant relationship between the how of working to lift,
entering, and carrying TBS with use rickshaw to TPH according to the different age of the
plant with fatigue (p=0.238).From the result of the study suggested to the management, to
adjust the number of harvesters to harvest a different way of working according to the age
plant, due to the distinct level of difficulty and also the expense.

Key words: fatigue, harvester, Adolina.

Pendahuluan gejala yang berhubungan dengan


penurunan efisiensi kerja, keterampilan,
Sumber daya manusia merupakan elemen kebosanan, serta peningkatan kecemasan.
yang lebih dominan dalam suatu organisasi Kata “lelah“ memiliki arti tersendiri bagi
dibandingkan dengan elemen lain seperti setiap individu dan bersifat subjektif
modal, teknologi, dan uang, sebab sumber (Putri, 2008)
daya manusia itu sendirilah yang
mengendalikan elemen-elemen lainya. Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan
Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan
kerja merupakan aset yang penting bagi menurunkan kinerja dan menambah
perusahaan. (Mangkuprawira, 2004). tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
Kelelahan kerja merupakan bagian dari kesalahan kerja akan memberi peluang
permasalahan umum yang sering dijumpai terjadinya kecelakaan kerja (Hulu, 2008).
pada tenaga kerja. Kelelahan kerja adalah
Data dari ILO yang menunjukan bahwa Metode Penelitian
hampir setiap tahun sebanyak dua juta
pekerja meninggal dunia karena Penelitian ini di lakukan di PT.
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh Perkebunan Nusantara (Persero) Unit
faktor kelelahan. Penelitian tersebut Usaha Adolina Kabupaten Serdang
menyatakan dari 58155 sampel, sekitar Berdagai. Penelitian ini bersifat analitik
18828 sampel menderita kelelahan yaitu untuk mengetahui hubungan karakteristik
sekitar 32,8% dari keseluruhan sampel pekerja dan cara kerja dengan kelelahan
penelitian (Baiduri, 2008). kerja akibat kegiatan pemanenan yang
dilakukan oleh pemanen kelapa sawit di
Pemanen merupakan ujung tombak P.T Perkebunan Nusantara IV (Persero)
kegiatan produksi dalam pengolahan Unit Usaha Adolina 2012. Responden
bahan mentah (TBS) menjadi CPO. Faktor dalam penelitian ini ialah pemanen kelapa
manusia (kekuatan fisik) sangat berperan sawit berstatus karyawan tetap berjumlah
dalam serangkaian kegiatan pemanenan. 81 orang yang diperoleh dengan
Proses pemanenan dimulai dari memotong perhitungan dengan menggunakan rumus
pelepah bagian bawah sawit, merapikan Lameshow (1994)
pelepah yang telah dipotong, memotong
(memanen) tandan buah yang matang,
mengangkut tandan sawit ke tempat
pemungutan hasil dan akhirnya mengutip
brondolan yang jatuh saat proses Pengukuran denyut nadi untuk mengetahui
pemanenan. Keseluruhan kegiatan ini kelelahan ini dilakukan sebanyak 2 kali
secara manual dikerjakan oleh manusia. untuk mnegetahui rerata denyut nadi kerja
(PTPN IV Unit Usaha Adolina, 2012). dan denyut nadi istirahat. Sebelum
responden memulai kerja pertama-tama
Dari serangkaian kegiatan proses kerja dihitung denyut nadi istirahat. Segera
pemanenan yang ada tersebut, salah satu setelah responden melakukan kerja dan
risiko yang memengaruhi kondisi pemanen belum sempat beristirahat dilakukan
adalah kelelahan. Aktivitas kerja di pengukuran denyut nadi kembali untuk
perkebunan kelapa sawit khususnya mengetahui denyut nadi kerja. Selanjutnya
pekerjaan pemanenan masih dilakukan beban cardiovascular (%CVL) Dihitung
secara manual dan mengandalkan tenaga dengan menggunakan rumus
manusia. Kondisi ini tentu saja berpotensi
untuk menimbulkan permasalahan
khususnya kelelahan terhadap pemanen
kelapa sawit.
Contoh untuk seorang pekerja yang telah
Pada tahap pekerjaan memotong dan berusia 45 tahun, saat pengukuran
menurunkan pelapah dan TBS, bagian diketahui denyut nadi sebelum memulai
tubuh yang mengalami repetisi adalah kerja (tidak beraktivitas) sebanyak 72 bps.
leher. Leher mendongak secara terus- Setelah bekerja segera sebelum istirahat
menerus selama kurang lebih 15 menit. dilakukan pengukuran denyut nadi
Gerakan leher yang berulang dan kembali untuk mengetahui denyut nadi
dilakukan secara terusmenerus untuk kerja dan diperoleh hasil sebanyak 128
durasi yang lama, akan menyebabkan bps. Maka dapat dihitung %CVL :
kelelahan dikarenakan penggunaan yang
berlebihan pada otot, tendon, dan %CVL = 100 X (128-72) = 54.4.%
persendian. (Hendra, 2009) (220 – 45)
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut baik (normal). Selanjutnya dari hasil data
kemudian dibandingkan dengan klasifikasi pemeriksaan kesehatan yang ada, maka
yang telah ditetapkan sebagai berikut: diketahui sebagian besar dari pemanen
memiliki riwayat penyakit tertentu yakni
Tabel.1 Klasifikasi Berdasarkan 45 orang (55.6%) dan 36 orang (44.4%)
Cardiovaskular Load (%CVL) tidak memiliki riwayat penyakit. Masa
kerja pemanen yang menjadi responden
% CVL Klasifikasi terbanyak sudah bekerja selama >10 tahun
< 30 % Tidak terjadi kelelahan yakni 50 orang (61.7%), dan yang bekerja
30 % s.d <60% Diperlukan perbaikan selama <10 tahun sebanyak 31 orang
60 % s.d <80% Kerja dalam waktu singkat (38.8%).
80 % s.d<100% Diperlukan tindakan segera
>100 % Tidak diperbolehkan Tabel 2. Distribusi Karakteristik
beraktivitas Responden di PTPN IV Unit Usaha
Sumber : Tarwaka, 2010 Adolina Tahun 2012.

Teknik analisa data dilakukan dengan 2 Variabel Katagori Jumlah (%)


metode analisis yaitu analisia univariat dan < 45 Tahun 51 63
Usia ≥ 45 Tahun 30 37
analisa bivariat. Dimana kedua analisa
tersebut menggunakan bantuan software Jumlah 81 100
computer.Analisa univariat digunakan Baik 35 43.2
untuk melihat distribusi, proporsi, statistik Status
Buruk (Kurang 46 56.8
deskriptif dari tingkat kelelahan dan juga Gizi
atau Lebih)
setiap variabel yang diteliti. Analisa Jumlah 81 100
bivariat digunakan untuk melihat apakah Riwayat Memiliki 45 55.6
ada hubungan antara kedua variabel yang Penyakit Tidak Memiliki 36 44.4
diduga berkolerasi yaitu variabel dependen Jumlah 81 100
(kelelahahan pemanen) dan variabel Masa < 10 tahun. 31 38.3
independen yakni Karakteristik pekerja Kerja > 10 tahun 50 61.7
(usia, status gizi, riwayat penyakit dan
masa kerja) dan cara kerja. Pada analisa Jumlah 81 100
bivariat ini digunakan instrument statistik
berupa metode Chi-Square untuk
mengetahui apakah kedua variabel Berdasarkan perhitungan denyut nadi
berhubungan atau sebaliknya. diperoleh, lebih dari separuh pemanen
(pekerja) tidak terjadi kelelahan yakni 48
Hasil dan Pembahasan orang (59.2%) sedangkan 33 orang
(40.7%) sisanya mengalami kelelahan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada klasifikasi diperlukan perbaikan.
diketahui bahwa karakteristik responden
ialah sebagi berikut Sebagian besar
pemanen berusia < 45 tahun yakni
sebanyak 51orang (63%) dan 30 orang
(37%) pemanen berusia >45
tahun.kebanyakan dari pemanen kelapa
sawit yang ada di Unit Usaha Adolina
memiliki Status gizi buruk (IMT >23.01)
yakni 46 orang (56.8%) dan tidak ada
seorang pun yang memiliki IMT<17.00,
sedangkan 35 orang (43.2%) berstatus gizi
Tabel 3. Tingkat Kelelahan Kerja (usia>5 tahun) ada sebanyak 37 orang
Responden di PTPN IV Unit Usaha (45.7%). Cara kerja panen tanaman usia ≤
Adolina Tahun 2012 5 tahun dan tanaman > 5 tahun ini sama.
Setelah TBS diturunkan dari pohon,
% CVL Klasifikasi Jumlah (%) selanjutnya dengan bantuan angkong TBS
< 30 % Tidak terjadi 48 59.3 diangkut ke TPH, jumlah TBS yang
kelelahan diangkut disesuaikan dengan kapasitas
30 % s.d Diperlukan 33 40.7 muat angkong. Biasanya untuk tanaman
<60% perbaikan usia > 5 tahun TBS yang dimuat sebanyak
60 % s.d Kerja dalam 0 0 3- 4 TBS sedangkan untuk tanaman usia
<80% waktu singkat muda TBS yang dimuat bisa sampai 7- 9
80 % s.d Diperlukan 0 0 TBS. Selanjutnya TBS yang sudah dimuat,
<100% tindakan angkong ini disorong menuju TPH.
segera
>100 % Tidak 0 0 Tabel 4. Distribusi Responden
diperbolehkan Berdasarkan Cara Kerja
beraktivitas Cara Kerja Jumlah (%)
Jumlah 81 100 Memotong Pelepah
dan Tandan Buah
Segar (TBS)
Saat penelitian dilakukan pemanen yang Tinggi tanaman 2-5 m 54 66.7
melakukan pemotongan pelepah dan Tinggi tanaman > 5 m 27 33.3
Tandan Buah Segar (TBS) pada tanaman Jumlah 81 100
yang tingginya 2-5 m ada sebanyak 54 Mengangkat,
orang (66.7%). Cara kerja panen antara Memasukan, Dan
tanaman yang berbeda ketinggian dan usia Membawa TBS Ke
ini memiliki tingkat kesulitan yang TPH
berbeda dalam pengerjaanya. Cara Usia tanaman 3-5 tahun 44 54.3
memanen tanaman dengan tinggi 2-5 m ini Usia tanaman > 5 tahun 37 45.7
cendrung lebih mudah, serta peralatan Jumlah 81 100
kerja yang digunakan tidak seberat
enggrek yang untuk memanen tanaman Dimana untuk memperoleh hasil analisa
dengan ketinggian > 5 m. Sedangkan statistik dilakukanlah tabulasi silang untuk
responden yang memanen tanaman dengan mengetahui kubungan antar kedua variabel
ketinggian > 5 m ada sebanyak 27 orang tersebut. Hasil tabel silang antara tingkat
(33.3%). Saat memanen tanaman tinggi kelelahan dan karakteristik responden
ini, responden menggunakan eggrek dapat dilihat pada tabel berikut:
bergalah panjang, ketinggian pohon
cendrung memaksa responden untuk
menengadah kurang lebih selama 5 menit
untuk menurunkan TBS tiap pohonya,
TBS tanaman yang sudah tinggi ini
memiliki bobot yang jauh lebih berat
dibandingkan tanaman rendah. Hal ini juga
memperberat cara kerja pemanenan.
Responden yang mengangkat, memasukan
dan membawa TBS ke TPH untuk
tanaman muda (usia3 - 5 tahun) ada
sebanyak 44 orang (54.3%). Sedangkan
responden yang memanen tanaman tua
Tabel 5. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kelelahan kerja Responden di
PTPN IV Unit Usaha Adolina Tahun 2012.

Kelelahan
Tidak Lelah Lelah
P
Variabel Katagori n % (diperlukan Total
value
perbaikan)
n %
< 45 Tahun 37 78.4 14 42.4 51 0.002
Usia
≥ 45 Tahun 11 21.6 19 57.6 30
Jumlah 48 100 33 100 81
Baik 26 54.2 9 27.3 35 0.016
Status Buruk 22 45.8 24 72.7 46
Gizi (Kurang atau
Lebih)
Jumlah 48 100 33 100 81
Riwayat Memiliki 17 35.4 28 84.8 45 0.001
Penyakit Tidak 31 64.4 5 15.2 36
Memiliki
Jumlah 48 100 33 100 81
Masa < 10 tahun. 24 50 7 21.2 31 0.009
Kerja > 10 tahun 24 50 26 78.8 50
Jumlah 48 100 33 100 81
muda. Ditambahkan pula oleh
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Bertambanya usia akan memengaruhi
responden yang merasa lelah paling komposisi tubuh manusia. Massa tubuh
banyak berada pada usia diatas 45 tahun tanpa lemak dan berat otot berkurang yang
yakni 19 orang (57.6%) dan 14 orang mengakibatkan berkurangnya kekuatan,
(42.4%) sisanya berada pada usia dibawah ketahanan, dan volume otot.
45 tahun. Berdasarkan uji statistik yang
dilakukan diperoleh hasil p= 0.002 Selanjutnya dapat dilihat responden yang
(p<0.05) artinya terdapat hubungan yang mengalami kelelahan jauh lebih banyak
bermakna antara usia dengan kelelahan jumlahnya pada mereka yang berstatus gizi
kerja yang dialami oleh responden buruk yakni 24 orang (72.7%)
(INTERVAL KEPERCAYAAN=95%), dibandingkan dengan yang berstatus gizi
yang dapat diartikan terdapat perbedaan baik (normal) yakni 9 orang (27.3%).
kelelahan yang dialami responden usia Berdasarkan hasil uji statistik yang
dibawah 45 tahun dan diatas 45 tahun, dilakukan maka diperoleh nilai p= 0.016
responden yang berusia dibawah 45 tahun dimana (p<0.05) yang berarti bahwa
cendrung tidak mengalami kelelahan, dengan interval kepercayaan 95%
sebaliknya responden yang berusia diatas diketahui bahwa, terdapat hubungan yang
45 tahun lebih banyak mengalami bermakna antara status gizi dengan
kelelahan. kelelahan kerja yang dialami oleh
reponden. atau dapat dikatakan bahwa
Hal ini sesuai dengan penelitian Oentoro kelelahan lebih banyak terjadi pada
(2004) yang menyatakan bahwa tenaga responden yang berstatus gizi buruk
kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih dibandingkan dengan yang memiliki status
cepat menderita kelelahan dibandingkan gizi baik (normal).
dengan tenaga kerja yang relative lebih
Menurut Stellman dalam Astono (2003), Tabel diatas juga menunjukan bahwa
status gizi sangat berpengaruh terhadap kebanyakan responden yang sudah bekerja
kelelahan yang terjadi. Pekerja dengan diatas 10 tahun lebih banyak mengalami
status gizi yang baik akan memiliki kelelahan yakni 26 orang (78.8%)
mekanisme pemulihan dari kelelahan kerja dibandingkan dengan responden yang
yang lebih baik. Dengan pemulihan yang bekerja dibawah 10 tahun yakni 7 orang
lebih baik akan memiliki mengurangi efek (21.2%) yang lebih banyak mengalami
kumulatif dari kelelahan sehingga kelelahan. Berdasarkan hasil uji statistik
kemungkinan kelelahan yang terjadi akan yang dilakukan maka diperoleh nilai p=
semakin rendah. Penjelasan ini depertegas 0.023 dimana (p<0.05) yang berarti bahwa
lagi oleh hasil riset Oentoro (2004), terdapat hubungan yang bermakna antara
menunjukan bahwa secara klinis terdapat smasa kerja dengan kelelahan kerja yang
hubungan antara status gizi seseorang dialami oleh reponden. Jika diperhatikan
dengan performa tubuh secara lebih lanjut, maka diketahui pekerja yang
keseluruhan, orang yang berada dalam bekerja dibawa 10 tahun lebih banyak
kondisi gizi yang kurang baik dalam arti mengalami kelelahan dibandingkan
intake makanan dalam tubuh kurang dengan pekerja yang telah bekerja diatas
maupun berlebih dari normal maka akan 10 tahun.
lebih mudah mengalami kelelahan dalam
melakukan pekerjaan. Ditambahkan pula oleh Nasution (1998),
Tingkat kelelahan lebih tinggi dialami
Dari tabel 5, diatas juga dapat dilihat oleh tenaga kerja dengan masa kerja yang
bahwa sebanyak 28 orang responden lebih lama ia bekerja maka perasaan jenuh
(84.8%) yang memiliki riwayat penyakit akibat pekerjaan yang monoton tersebut
lebih banyak mengalami kelelahan akan berpengaruh terhadap tingkat
dibandingkan dengan responden yang kelelahan yang dialaminya. Kelelahan
tidak memiliki riwayat penyakit yakni 5 yang terjadi secara terus menrerus
orang (15.2%). Dari hasil uji statistik yang berakibat pada kelelahan kronis.
dilakukan diperoleh nilai p = 0.001 artinya Selanjutnya untuk mengetahui hubungan
dengan CI= 95%, terdapat hubungan yang cara kerja memotong pelepah dan TBS
bermakna antara riwayat penyakit yang menurut tinggi tanaman dengan kelelahan
dialami pemanen dengan kelelahan kerja kerja, maka dilakukan uji statistik dengan
yang dirasakanya. Artinya responden yang tabulasi silang. Setelah dilakukan tabulasi
memiliki riwayat penyakit akan lebih silang untuk mengetahui hubungan antara
banyak mengalami kelelahan proses kerja memotong pelepah dan TBS
dibandingkan dengan kejadian kelelahan menurut tinggi tanaman dengan kelelahan
pada responden yang tidak menderita kerja maka hasil uji dapat dilihat pada
riwayat penyakit tertentu. tabel berikut:

Hal ini didukung oleh Grandjean dalam


Putri (2008), mengemukakan bahwa
kelelahan secara fisiologis dan psikologis
dapat terjadi saat kondisi tubuh tidak
fit/sakit atau seseorang mempunyai
keluhan terhadap penyakit tertentu.
Semakin buruk kondisi kesehatan seorang
pekerja maka kelelahan akan semakin
cepat timbul.
Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Cara dikarenakan faktor gravitasi. Beban yang
Kerja Memotong Pelepah Dan TBS tertumpu pada kaki dapat menyebabkan
Menurut Tinggi Tanaman Dengan kelelahan dikarenakan otot dipaksa untuk
Kelelahan Kerja Responden di PTPN IV tetap bekerja akibatnya terjadi
Unit Usaha Adolina Tahun 2012 penumpukan asam laktat sehingga dapat
menimbulkan kelelahan otot jika sikap
Kelelahan kerja ini berlangsung dalam durasi yang
P
lama (Astuti, 2007).
Tidak Lelah Lelah (diperlukan
Total valu
n % perbaikan)
e
Hampir sebagian besar dari responden
n %
48 100 6 18.2 54 yang
0.001 memanen tanaman dengan
0 - 27 81.8 27 ketinggian diatas 5 m ini memiliki faktor
48 100 33 100 81 resiko yang lainnya yang memungkinkan
menimbulkan kelelahan sehingga dapat
Dari tabel diatas jika diperhatikan maka memperparah kelelahan yang dialaminya.
dapat diketahui bahwa kebanyakan dari Kebanyakan dari pemanen yang bertugas
responden merasa kelelahan saat untuk memanen tanaman tinggi ini ialah
menurunkan TBS pada tanaman yang pemanen yang sudah memiliki
tingginya sudah diatas 5 m yakni 27 orang pengalaman kerja cukup lama serta usia
(81.8%) dan hanya sebanyak 6 orang yang relative lebih tua. Selain itu juga ada
(18.2%) responden mengalami kelelahan diantara responden tersebut yang memiliki
ketika memotong TBS dan pelepaah riwayat penyakit tertentu yang dapat
tanaman yang tingginya 2-5 m. setelah memengaruhi kelelahan yang dialaminya.
dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai
p=0.001 dimana (p<0.05) yang berarti Untuk mengetahui hubungan cara kerja
dengan conviden interval 95%, terdapat memotong pelepah dan TBS menurut
hubungan yang bermakna antara cara kerja tinggi tanaman dengan kelelahan kerja,
memotong pelepah dan TBS menurut usia mengangkat , memasukan, dan membawa
tanam dengan kelelahan kerja responden di TBS ke TPH. Hasil uji tabulasi silang guna
PTPN IV unit usaha Adolina tahun 2012. menegtahui hubungan antara cara kerja
mengangkat , memasukan, dan membawa
Berat buah yang akan diturunkan dari TBS ke TPH pada usia tanaman yang
pohon antara tanaman dibawah 5 tahun berbeda dapat dilihat pada tabel berikut:
dan diatas 5 tahun akan sangat jauh
berbeda ditambah lagi berat peralatan kerja Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Cara
yang juga akan mempengaruhi beban kerja Kerja Mengangkat, Memasukan, Dan
antar keduanya. Selain itu cara kerja Membawa TBS Ke TPH Pada Usia
dengan menengadah terlalu lama untuk Tanaman Yang Berbeda Dengan
memanen tanaman diatas 5 tahun juga Kelelahan Kerja Responden di PTPN IV
dapat memengaruhi kelelahan yang Unit Usaha Adolina Tahun 2012.
dirasakan dibandingkan dengan memanen
tanaman dibawah 5 tahun yang tidak perlu Kelelahan
berdiri dan menengadah dalam waktu yang Tidak Lelah Lelah
P
lama. (diperlukan Total value
n % perbaikan)
Pada sikap kerja berdiri berat tubuh n %
manusia akan ditopang oleh kaki ketika 25 52.1 19 57.6 44 0.238
melakukan posisi berdiri. Aliran beban 23 47.9 14 42.4 37
berat tubuh ditambah lagi peralatan kerja
yang digunakan akan menuju kearah kaki 48 100 33 100 81
Berdasarkan tabel 7. dengan hasil uji pekerja (usia, masa kerja, status gizi,
statistik bernilai p=0.891 lebih besar dari riwayat penyakit) memiliki hubungan
alpha berarti tidak terdapat terdapat dengan kelelahan kerja yang dialami
hubungan yang bermakna antara cara kerja pemanen.
mengangkat, memasukan, dan membawa 3. Selain karakteristik kelelahan juga
TBS ke TPH pada usia tanaman yang berhubungan dengan cara kerja
berbeda dengan kelelahan kerja responden khusunya memotong TBS dan Pelepah
di PTPN IV Unit Usaha Adolina tahun
2012. Hal ini berarti bahwa baik pekerja Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran
yang bekerja pada tanaman berusia diatas yang diberikan adalah sebagai berikut:
maupaun dibawah 5 tahun, kejadian 1. Jumlah tenaga panen yang tersedia
kelelahan yang dialaminya akan sama sebaiknya disesuaikan dengan cara
(tidak berbeda) kerja memotong pelepah dan TBS yang
berbeda menurut tinggi tanaman..
Hal ini dapat terjadi karena ketika buah 2.Pemberian informasi pada pemanen
diangkat ke TPH baik tanaman yang mengenai permasalahan gizi dan upaya
berusia diatas 5 tahun maupun dibawah 5 pemenuhannya sangat perlu dilakukan..
tahun keduanya sama-sama menggunakan 3. Pemberian informasi pada pemanen
alat bantu dorong untuk memindahkan akan pentingnya pemeriksaan rutin
TBS ke TPH sehingga kelelahan yang untuk menjaga kondisi kesehatan masih
dialami tidak begitu nyata. Selain itu perlu dilakukan. Mengingat masih
ketika memasukan buah ke dalam angkong banyak pemanen yang enggan
ketika buah kecil (dibawah 5 tahun) memeriksakan kesehatanya.
jumlahnya akan lebih banyak, sebaliknya
jumlah buah besar jumlahnya akan Daftar Pustaka
semakin sedikit yang dimaksukan artinya
berat beban saat mendorong angkong akan Astuti D.R. 2007. Analisa Pengaruh
sama. Aktivitas Kerja Dan Beban Angkat
Terhadap Kelelahan
Hal ini didukung oleh pendapat Tarwaka Muskuloskeletal. Jurnal Teknik
(2010), dimana salah satu upaya untuk industry Fakultas Sebelas Maret.
mengurangi kelelahan kerja akibat manual Surakarta
handling adalah dengan melakukan
rekayasa teknik dimana salah satunya Baiduri W. 2008. Fatigue Assessment PT.
adalah penggunaan alat bantu mekanik Pamapersada Nusantara. Jakarta.
guna meringankan kerja.
Hendra. 2009. Prosiding Seminar Nasional
Kesimpulan dan Saran Ergonomi IX: Risiko Ergonomi
Dan Keluhan Musculoskletal
Berdasarkan hasil penelitian dan Disorders (MSDs) Pada Pekerja
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai Panen Kelapa Sawit. Jurnal
berikut : Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Kelelahan adalah permasalahan umum Universitas Indonesia: Depok.
yang sering dijumpai di dunia kerja.
Pemanen (pekerja) di PT. Perkebunan Hulu M. 2008. Pengaruh Penambahan
Nusantara IV Unit Usaha Adolina juga Waktu Istirahat Pendek Terhadap
sebagian besar mengalami kelelahan. Kelelahan Dan Produktivitas
2. Kelelahan kerja dipengaruhi oleh Tenaga Kerja Pada Pabrik Pakan
banyak faktor. Seperti dalam penelitian Ternak -XYZ Medan. Tesis
ini diketahui bahwa karakteristik
Kesehatan Masyarakat Univerditas
Sumatera Utara: Medan

Mangkuprawira S. 2004. Manajemen


Sumber Daya Manusia Strategi.
Gahlia Indonesia: Jakarta Selatan

Nasution, H.R, 1998. Kelelahan Tenaga


Kerja Wanita dan Pemberian
Musik Pengiring di Andiyanto
Batik Yogyakarta, Tesis,
Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta

Oentoro,S, 2004. Kampanye Atasi


Kelelahan Mental dan Fisik. UI
Press, Jakarta.

PTP Nusantara IV (Persero), 2007.


Standar Prosedur Oprasional
(SPO). PTPN IV; Medan

Putri D. P. 2008. Hubungan Faktor


Internal dan Eksternal Pekerja
Terhadap Kelelahan (Fatigue)
Pada Operator Alat Besar PT.
Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan Suralaya Periode
Tahun 2008. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia: Depok.

Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri-Dasar-


Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi Di Tempat Kerja. Edisi 1.
Harapan Press. Surakarta

You might also like