You are on page 1of 8

Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong


Ade Supriatna 1, Norma 2
1
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Sorong
Email: normaepid@gmail.com

Abstract: Effect of Progressive Muscle Relaxation Technique on Decreasing Blood Pressure in


Hypertensive Patients in Mariat Health Center, Sorong Regency. Hypertension is a disease that
results from an increase in systolic and diastolic blood pressure consistently above 140/90 mmHg.
Hypertension is a factor that contributes to stroke deaths and factors that aggravate myocardial
infarction (heart attack). The number of people with hypertension continues to increase along with
the growing population, the world prevalence reaches 29.2% in men and 24% in women. This
study was conducted with the aim to determine whether there is an effect of progressive muscle
relaxation techniques on the reduction of blood pressure in hypertensive patients at the Mariat
Health Center in Sorong Regency. In this study the researchers used the Quasi experimental
Design design with a one-group pretest-posttest design approach (one pretest-posttest group). The
population in this study were hypertensive patients who came to the Mariat Health Center in 2018
as many as 32 patients. While the research sample is a total population of 32 respondents. The
results of the statistical test using the Paired Sample t-test obtained a value of p_value for systolic
blood pressure 0,000 smaller than 0.05 and the value of p_value for a diastolic blood pressure of
0,000 less than 0.05. From the results of statistical tests show that there is an effect of progressive
muscle relaxation techniques on blood pressure reduction in hypertensive patients at Mariat Health
Center, Sorong Regency.

Keywords: Relaxation, Progressive Muscle, Hypertension

Abstrak: Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong. Hipertensi adalah penyakit
yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas
140/90 mmHg. Hipertensi merupakan faktor yang berkonstribusi terhadap kematian akibat stroke
dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung). Jumlah penderita hipertensi terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar, prevalensi dunia mencapai 29,2%
pada laki-laki dan 24% pada perempuan. Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan desain Quasi experimental Design dengan pendekatan one- Group Pretest-Posttest
Design (Satu Kelompok Pretes-postes). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita
hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Mariat pada pahun 2018 sebanyak 32 pasien.
Sedangkan sampel penelitian yaitu total populasi sebanyak 32 responden. Hasil uji statistik
menggunakan uji Paired Sample t-test diperoleh nilai p_value untuk tekanan darah sistolik 0,000
lebih kecil dari 0,05 dan nilai p_value untuk tekanan darah diastolik 0,000 lebih kecil dari 0,05.
Dari Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
penururnan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong.

Kata Kunci : Relaksasi, Otot Progresif, Hipertensi

1
PENDAHULUAN
METODE
Data Global Status Report on Desain penelitian ini adalah Quasi
Noncommunicable Disesases 2016 menyebutkan, experimental Design dengan pendekatan one-
40% negara ekonomi berkembang memiliki Group Pretest-Posttest Design ( Satu Kelompok
penderita hipertensi, sedangkan negara maju Pretes-postes). Penelitian ini akan dilakukan di
hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi Wilayah Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong
puncak penderita hipertensi sebanyak 46% dan di dengan waktu pengambilan data selama 4
kawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa minggu pada Bulan Mei 2018. Sampel
menderita hipertensi (Kompas, 2016). Di menggunakan total populasi yaitu sebanyak 32
Indonesia hipertensi merupakan masalah responden. Data dianalisis dengan menggunakan
kesehatan yang utama dengan prevalensi yang Uji Pired Sample t-test. Berikut adalah prosedur
tinggi dengan berdasarkan hasil pengukuran pada penelitian :
umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8% (Riset Kesehatan 1. Peneliti menjelsakan penelitian dengan
Dasar, 2013). menggunakan form penjelasan penelitia.
Kejadian hipertensi yang meningkat 2. Setelah responden paham, kemudian
setiap tahun mengindikasikan bahwa hipertensi diberikan informed consent untuk
perlu dan harus segera diatasi. Pengobatan ditandatangani, apabila klien bersedia
hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non menjadi repsonden.
farmakologis. hipertensi karena biaya yang 3. Pret tes : Responden diukur tekanan
dikeluarkan untuk terapi farmakologis relatif darahnya.
mahal dan menimbulkan efek samping yang tidak 4. Intervensi : Responden diberi tindakan
diinginkan penderita, yaitu dapat memperburuk relaksasi progresif selama ±10 menit
keadaan penyakit atau efek fatal lainnya (Susilo 5. Postest : kemudian responden diukur
& Wulandari, 2011). kembali tekanan darahnya.
Langkah awal pengobatan hipertensi non
farmakologis adalah dengan menjalani pola HASIL PENELITIAN
hidup sehat, salah satunya dengan terapi
komplementer yang menggunakan bahan-bahan
alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Pre Test
otot progresif, meditasi, aromaterapi, terapi Pasien Hipertensi Berdasarkan
herbal, terapi nutrisi. Terapi relaksasi
Klasifikasi Hipertensi di
memberikan individu mengontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Susilo & Puskesmas Mariat Tahun 2018
Wulandari, 2011). Klasifikasi Frekuensi Persen
Relaksasi otot progresif adalah teknik
sistematis untuk mencapai keadaan relaksasi
metode yang diterapkan melalui penerapan Derajat I 12 37.5
metode progresif dengan latihan bertahap dan
berkesinambungan pada otot skeletal dengan cara Derajat II 8 25.0
menegangkan dan melemaskannya yang dapat Derajat III 12 37.5
mengembalikan perasaan otot sehingga otot
menjadi rileks dan dapat digunakan sebagai Total 32 100.0
pengobatan untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi esensial (Ramba, dkk, (Profil Puskesmas Mariat, 2017).
2015).
Berdasarkan survei pendahuluan di
Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong bahwa
kunjungan penderita hipertensi tahun 2016
sebanyak 550 pasien rata-rata perbulannya 45
pasien sedangakn tahun 2017 sebanyak 565
pasien yang rata-rata perbulan sebanyak 47
pasien. Sementara data dari Prolanis (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis) Puskesmas Mariat
bahwa tiap bulan pasien yang rutin berkunjung
sebanyak 84 pasien. Dari 84 pasien tersebut yang
Khusus menderita hypertensi sebanyak 32 pasien

2
Berdasarkan tabel 1.1. di atas,
terlihat bahwa data responden sebelum
diberikan relaksasi otot progresif yang
tergolong pada klasifikasi derajat I
berjumlah
12 orang (37,5%), derajat II sebanyak 8
orang (25,0%) dan derajat III 12 orang
(37,5%).

3
Berdasarkan table 1.3. di atas,
diketahui bahwa nilai signifikansi sistolik
Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Post Test sebelum diberikan relaksasi otot progresig
Pasien Hipertensi Berdasarkan sebesar 0,173 dan sesudah diberikan
Klasifikasi Hipertensi di relaksasi otot progresif data sistolik 0,138
Puskesmas Mariat Tahun 2018 lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat
Klasifikasi Frekuensi Persen disimpulkan bahwa data tersebut
Optimal 1 3.1 berdistribusi normal. Sedangkan nilai
signifikansi untuk data diastolik sesudah
Normal Tinggi 1 3.1
diberikan relaksasi otot progresif sebesar
Derajat I 15 46.9
0,259 dan diastolik sesudah diberikan
Derajat II 10 31.2 relaksasi otot progresif 0,171, data tersebut
Derajat III 5 15.6 lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat
Total 32 100.0 disimpulkan bahwa data tekanan darah
Berdasarkan tabel 2.2, di atas, data diastolik, sebelum dan sesudah diberikan
responden sesudah diberikan relaksasi otot relaksasi otot progresif data berdistribusi
progresif yang tergolong pada klasifikasi normal.
optimal sebanyak 1 orang (3,1%), Normal Uji normalitas untuk data pre test
Tinggi sebanyak 1 orang (3,1%), derajat I sistolik dan post test sistolik, data pre test
sebanyak 15 orang (46,9%), derajat II diastolik dan post test diastolik dari hasil
sebanyak 10 orang (31,2%) dan derajat III analisis menyatakan bahwa data berdistribusi
sebanyak 5 orang (15,6%). normal sehingga bisa dilakukan pengujian
Sebelum dilakukan uji bivariat, menggunakan uji Paired Sample t-test.
terlebih dahulu diuji normalitas data. Uji Tabel 1.4 Uji Bivariat Paired Samples Test
normalitas data dengan one sample
Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut : Sig.

(2-
Tabel 1.3. Uji Normalitas One-Sample tailed
Kolmogorov-Smirnov Test Paired Differences T df )

Pre Post Pre Post


Std. Std.
Sistoli Sistolik Diastolik Diastolik
k Devi Error
N 32 32 32 32
Mean ation Mean
Normal
Mean 166.88 156.88 101.56 96.41
Pair 1 Pre_Sistolik -
Parameter Std. 10.000 8.032 1.420 7.043 31 .000
Post_Sistolik
a 18.393 18.912 9.873 7.955
s Deviation

Most Absolute .196 .204 .179 .196


Berdasarkan tabel 1.4 di atas, terlihat
Extreme Positive .196 .204 .160 .196 bahwa t-hitung adalah 7.043 dengan nilai
Differenc
Negative probabilitas atau nilai signifikansi (2-tailed)
-.137 -.131 -.179 -.148
es 0,000. Oleh karena nilai probabilitas kurang dari
0,05 maka H0 ditolak yang berarti tekanan darah
Kolmogorov-Smirnov
1.106 1.156 1.010 1.108 sistolik sebelum dan sesudah diberikan teknik
Z relaksasi otot progresif adalah tidak sama atau
Asymp. Sig. (2-tailed) .173 .138 .259 .171
berbeda nyata. Dalam tabel disertakan perbedaan
rata-rata sebesar 10,000 yaitu selisih tekanan
4
darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan

5
teknik relaksasi otot progresif. Hal ini berarti ada terangsangnya aktifitas sistem saraf otonom
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap parasimpatis nuclei rafe yang terletak di bagian
tekanan penururnan tekanan darah pada pasien bawah pons dan medula oblongata sehingga
hipertensi di Puskesmas Mariat Kabupaten mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh,
Sorong denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan dan peningkatan sekresi serotnonin.
PEMBAHASAN Brunner dan Suddarth (2002)
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah
Dari hasil uji Paired sample t-test terlihat persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
perbedaan rata-rata yang signifikan antara mmHg dan tekanan diatolik diatas 90 mmHg.
tekanan darah sebelum sesudah diberikan teknik Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
relakasasi progresif sehingga dapat menjawab sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
tujuan penelitian ini apakah ada pengaruhnya diastolik 90 mmHg. Hipertensi yang tidak
terhadap tekanan darah ketika diberikan teknik diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
relaksasi otot progresif. hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih
Hasil penelitian ini relevan dengan memilih istilah hipertensi primer untuk
penelitian yang dilakukan oleh Tri Murti (2011) membedakannya dengan hipertensi lain yang
tentang Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien sekunder, karena sebab-sebab yang diketahui
Hipertensi Esensial sebelum dan sesudah (Yogiantoro, 2009).
Pemberian Relaksasi Otot Progresif Di RSUD Menurut Sudoyo (2006), faktor-faktor resiko
Tugurejo Semarang. Hasil penelitian ini yang berperan dalam hipertensi adalah riwayat
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang hipertensi atau kardiovaskuler pada pasien atau
signifikan antara tekanan darah pasien sebelum keluarga, umur, jenis kelamin, riwayat
dan sesudah diberikan Teknik relaksasi Otot hiperlipidemia, diabetes melitus, kebiasaan
Progresif. Selain itu dalam penelitian Rahmawati merokok, pola makan dan asupan garam,
(2015) tentang Pengaruh Relaksasi Otot Progresif kegemukan, intensitas olahraga, stres dan
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien kepribadian. Sedangkan Yogiantoro (2009)
Hipertensi Stage 1 Di Puskesmas Gongangrejo menyebutkan bahwa faktor-faktor resiko yang
Karanganyar. Hasil peneliti an ini menunjukan mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah
bahwa ada perbedaan tekanan darah yang adalah diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas,
signifikan antara sebelum dan sesudah merokok, genetik.
pemeberian teknik relaksasi otot progresif. Tekanan darah merupakan salah satu
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan parameter hemodinamik yang sederhana dan
fisik dari ketegangan dan stres (Potter & Perry, mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah
2009). Relaksasi merupakan serangkaian upaya menggambarkan situasi hemodinamik seseorang
untuk menegangkan dan mengendurkan otot-otot saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan
di tubuh untuk mencapai keadaan rileks. Teknik dimana tekanan dan aliran darah dapat
relaksasi progresif merupakan terapi non mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di
farmakologis yang mudah dilakukan untuk jaringan (Muttaqin, 2012). Tekanan darah diukur
mengatasi gangguan tidur pada lansia (Asmadi, dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan
2008). Relaksasi progresif merupakan kombinasi direkam dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik
latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan
kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter & diastolik (ketika jantung relaksasi). Tekanan
Perry, 2009). darah sistolik merupakan jumlah tekanan
Relaksasi otot progresif memodulasi respon terhadap dinding arteri setiap waktu jantung
rileks tubuh. Respon relaksasi ini terjadi melalui berkontraksi atau menekan darah keluar dari
penurunan bermakna dari kebutuhan zat oksigen jantung. Tekanan diastolik merupakan jumlah
oleh tubuh, yang selanjutnya aliran darah akan tekanan dalam arteri sewaktu jantung beristirahat.
lancar, neurotransmiter penenang akan Aksi pompa jantung memberikan tekanan yang
dilepaskan, sistem saraf akan bekerja secara baik, mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh.
otot-otot tubuh yang rileks menimbulkan Setiap jantung berdenyut, darah dipompa keluar
perasaan tenang dan nyaman (Erliana et all, dari jantung kedalam pembuluh darah, yang
2012). Latihan relaksasi yang dikombinasikan membawa darah ke seluruh tubuh. Jumlah
dengan latihan pernafasan yang terkontrol dan tekanan dalam sistem penting untuk
rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok mempertahankan pembuluh darah tetap terbuka
otot, dapat menstimulasi respon relaksasi baik (LeMone dan Burke, 2008).
fisik maupun psikologis. Respon ini karena

6
SIMPULAN
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing:
Hasil penelitian disimpulkan bahwa ada Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap Vol. 3. Jakarta : EGC
tekanan penururnan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Puskesmas Mariat Kabupaten Ramba, Gani, hendrik. 2015. Alat Analisis Data:
Sorong. Aplikasi Statistik untuk Penelitian
Bidang Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta:
SARAN PT. Andi Offset.
1. Penderita hipertensi diharapkan dapat
menerapkan teknik relaksasi otot progresif Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan
pada kehidupan sehari-hari dengan waktu Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
yang disarankan yaitu 2 sampai 4 kali tiap Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19
minggu sebelum tidur Oktober 2017, dari http:// www.depkes.
2. Berdasarkan Hasil wawancara kepada go.id/ resources/download/general/Hasil
responden rata-rata menyarankan agar %20Ri skesdas%202017.pdf
tenaga kesehatan di wilayah setempat .
mensosialisasikan teknik relaksasi ini Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
kepada penderita hipertensi di wilayah jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
tersebut serta melatih pasien sesuai waktu Publishing.
yang disepakati.
3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu
penelitian dengan kasus yang sama hanya Mengatasi Hipertensi.Yogyakarta:
saja alat yang di gunakan menggunakan Penerbit Andi
Rancangan Acak Lengkap, untuk melihat
apakah terdapat pengaruh langsung terhadap Tri Murti (2011 ) Perbedaan tekanan darah pada
tekanan darah, dengan melakukan beberapa pasien hipertensi esensial sebelum dan
kali pengulangan atau replikasi dengan 3 sesudah pemberian relaksasi otot
perlakuan yang berbeda sesuai dengan teori progresif di RSUD Tugurejo Semarang.
yang akurat. Diakses 24 oktober (2017)
darihttp://180.250.144.150/e-
DAFTAR PUSTAKA journal/index.php/ilmukeperawatan/art
icle/download/78/99
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan
volume 2. Jakarta : EG Kardiovaskuler Jakarta: Salemba
Medika.
Erliana at all (2012). Studi Kasus.Cetakan I. Alih
Bahasa : James Veldman. Jakarta :EGC Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In:
Kozier & Erb, et al. ( 2009 ). Buku Ajar Praktik Sudoyo, A.W., et al eds. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Klinis edisi 5. Jakarta : Penyakit Dalam 5th ed. Jilid II. Jakarta:
EGC. Interna Publishing, 1079-1085.
Kusyanti. (2013). Keterampilan dan Prosedur World Health Organization. Definisi Sehat
Laboratorium. Keperawatan Dasar. WHO: WHO; 1947 [cited 2017 20
Jakarta:EGC nopember]. Available from:
www.who.int
LeMone dan Burke, (2008). Medicalsurgical
nursing: critical thinking inclient care,
4th edition. New Jersey:Persone Prentice
Hall.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009).


Fundamentals of nursing: concept,
process, and practice. 4/E (Terj. Yasmin
Asih, et al). Jakarta: EGC.

7
.

You might also like