Professional Documents
Culture Documents
Abstract:: World Food Day
Abstract:: World Food Day
Potential For Increasing Regional Ecological, Social And Economic Value of The
Communuity Through Development Jejangkit Ecopark Barito Kuala
1
Arief Widya Hermas Panji, 2Agung Nugroho, 3Leila Ariyani Sofia, 4Noor Arida Fauzana
1. Mahasiswa Magister Lingkungan ULM/arief.panji@gmail.com
2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian ULM/anugroho@ulm.ac.id
3. Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM/sofialeila73@gmail.com
4. Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM/noor.afauzana@ulm.ac.id
Abstract: The 2019 Regional Revenue and Expenditure Budget is 67.34 billion Rupiah (while
Banjarmasin City's Original Local Government Revenue is 1.5 Trillion Rupiah or only 0.04%
of Banjarmasin's Original Local Government Revenue), the 'assistance' balance budget from
the central government is amount 900 billion Rupiah/year. In 2020, Barito Kuala's Gross
Regional Domestic Product (GRDP) 27.81% was contributed by the agriculture, forestry and
fishery sectors, the processing industry contributed 15.76%. This research is interesting to
carry out, how an area with minimal Original Local Government Revenue spends high costs
not for the main sectors. In addition to using a large budget, and the construction of the
Jejangkit Ecopark is carried out in areas that are continuously flooded. This study aims to
analyze the potential for increasing the ecological, social, and economic value of the
community through the construction of the Jejangkit Ecopark and designing strategic concepts
in the development of the Jejangkit Ecopark area. The method used is a questionnaire used to
find out how the community's perception of the activity, and interviews with
Expert/Professional Judgment are used to obtain data that will be processed as the formulation
of strategic concepts of SWOT analysis in the development of Jejangkit Ecopark. Considering
the previous use as abandoned ex-World Food Day land which was claimed to be less
productive, this activity is considered a positive hope for increasing environmental value in
the area. The potential for improving ecology in overcoming the problem of the tendency for
ecopark areas to flood, can be done on a micro and macro basis. This activity also improves
the social and economic aspect development of the community, becomes a means of
publicizing local agricultural culture, Ecosystem Recovery is a must in the development of an
Ecopark, the recovered ecosystem will have a greater value for environmental services.
•
Kata Kunci : Ecopark, Ecologi, Jejangkit Ecopark, Wetlands, World Food Day.
PENDAHULUAN
Pemerintah Barito Kuala dalam desain dan tata ruang, yaitu Jejangkit
menunjang tujuan pemerintah Indonesia Ecopark. Tahun 2020 Produk Domestik
dalam peningkatan sektor wisata dan Regional Bruto (PDRB) Barito Kuala
kawasan rekreasi, membangun suatu 27,81% disumbangkan dari sektor
konsep pengembangan lingkungan yang pertanian, perikanan, dan kehutanan,
bersifat ekologis yang dimanfaatkan industri pengolahan berkontribusi 15,76%.
sebagai sebuah area rekreasi dan edukasi, Lahan basah menurut Konvensi
ramah lingkungan dan juga mengupayakan Ramsar merupakan definisi yang luas
pemanfaatan sumber daya alam melalui adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan
gambut, dan perairan: alami atau buatan; tumbuhan kayu asli rawa tumbuh pada
tetap atau sementara; dengan air yang hutan gambut dangkal yaitu galam
tergenang atau mengalir, tawar, payau atau (Melaleuca Cajuputi Subsp. Cumingiana),
asin; termasuk wilayah perairan laut yang dan sebagian lahan juga ditutupi Kalakai
kedalamannya tidak lebih dari enam meter (Stenochlaena Palustris). Inventarisasi
pada waktu air surut. Hidrotopografi Ekosistem Gambut untuk fauna daerah
elevasi relatif lahan rawa terhadap elevasi rawa diantaranya seperti elang (Haliaeetus
muka air akibat pasang surut air di sungai Leucogaster), monyet (Macaca
sebagai dampak pasang surut laut Fascicularis) (Karliansyah, 2020), dan
(Yudianto, 2016), yaitu : Sadu/sigung (Mydaus Javanensis) yang
terlihat ada disekitar lokasi penelitian.
1. Lebak Pematang/dangkal
Jenis ikan pada lokasi penelitian adalah
Daerah sekitaran tanggul sungai, ikan gabus/haruan (Channa Striata), ikan
memiliki genangan dangkal, elevasi betok/papuyu (Anabas Testudineus), dan
kedalaman lebih kecil dari 50 cm di sepat rawa (Trichopodus Trichopterus).
bawah muka air tinggi, periode waktu Pariwisata menjadi salah satu sektor
tergenang pendek . andalan dalam pembangunan nasional
Indonesia ke depan. Perkembangan tempat
2. Lebak Tengahan/Peralihan
rekreasi mulai merambah ke konsep
Lahan yang memiliki genangan agak alamiah yang lebih peduli lingkungan.
dalam, elevasi kedalaman mencapai 50 Ecopark merupakan suatu konsep yang
– 100 cm di bawah muka air tinggi, diadopsi dari wisata alamiah (ekowisata)
periode tergenangnya agak lama. berwawasan lingkungan yang lebih banyak
3. Lebak Dalam memperoleh sentuhan desain arsitektur dan
lanskap, namun tetap menjaga kelestarian
Lahan yang memiliki genangan relatif
ekologi, serta untuk memberdayakan sosial
dalam, tinggi genangan airnya 1 – 2 m,
masyarakat guna meningkatkan ekonomi
serta memiliki periode tergenang relatif
masyarakat sekitar.
sangat lama (terus menerus) dan tidak
Ecopark berasal dari dua suku kata
mempunyai kemampuan pembuangan
yaitu Eco dan Park. Eco berasal dari kata
massa air (drainase) lahan.
ecology menurut oxford dictionaries
adalah The branch of biology that deals
Lahan daerah penelitian
with the relations of organisms to one
mengandung gambut memiliki keasaman
another and to their physical surroundings
tanah pH 3-5, ada dua jenis tanah yang
(Bull, 2011), diartikan dalam bahasa
dominan, yaitu Aluvial (tanah yang berasal
Indonesia adalah Cabang biologi yang
dari endapan) sebesar 59,46% dan
mempelajari hubungan organisme satu
selebihnya sekitar 40,54% merupakan
sama lainnya dan dengan lingkungan
Organosol (tanah gambut) Glei Humus,
fisiknya.
yang merupakan daerah rawa tergenang
Kata ekologi berasal dari dua kata,
terus menerus (Mubekti, 2010). Luas lahan
yaitu oikos dan logos (Yunani). Oikos
keseluruhan di Desa Jejangkit Muara
artinya rumah atau tempat tinggal,
adalah 1.200 ha, yang digarap setiap
sedangkan logos artinya ilmu atau
tahunnya seluas 560 ha, setelah HPS (Hari
pengetahuan, ekologi artinya “ilmu yang
Pangan Sedunia) meningkat menjadi 930
mempelajari organisme di tempat
ha, terbagi atas 750 ha di lokasi HPS dan
tinggalnya”. Kata kedua yaitu Park
180 ha di luar lokasi HPS (Anggreany,
memiliki arti taman, taman diartikan
2020). Kondisi lahan di lokasi studi,
sebagai suatu tempat berkumpul/
banyak lahan (tidur) ditumbuhi sejenis
beraktivitas identik di luar ruangan.
rumput habitatnya di rawa yaitu purun
tikus (Eleocharis Dulcis), kemudian
Ecopark memiliki banyak fungsi: Sosial ekonomi
meningkatkan nilai ekologis, berfungsi
hidrologi daerah resapan air dan Sosial ekonomi masyarakat sebagian
mengurangi potensi banjir, sebagai Ruang besar memiliki tingkat pendidikan rendah,
Terbuka Hijau Publik, tempat rekreasi, terutama para petani, mereka mayoritas
area bermain dan belajar, menambah nilai bahkan tidak lulus Sekolah Dasar (SD),
estetika dan visual, meredam kebisingan, memiliki tanggungan keluarga yang tinggi,
menyerap karbondioksida, menghasilkan dalam satu keluarga terdapat 2-6 orang,
oksigen, menambah nilai estetika dan citra memiliki pendapatan rendah (< 1.500.000
daerah, serta sebagai tempat konservasi Rupiah), dengan kemampuan kepemilikan
hayati, dsb lahan adalah sedang (0,5 - 1 ha) dan luas
Penelitian ini menarik untuk (>1 ha), sehingga petani perlu memiliki
dilaksanakan, bagaimana suatu daerah pekerjaan tambahan baik dalam maupun
yang minim PAD mengeluarkan biaya diluar sektor pertanian untuk memenuhi
yang tinggi bukan untuk sektor utama kebutuhan hidup. Sumbangsih pendapatan
dilaksanakan pada daerah tergenang terus dari pekerjaan lain berkontribusi hingga
menerus, dan berpotensi kebakaran lahan sebesar 70% - 91%. (Khairisa, 2021).
dimusim kemarau, sedangkan komponen
pengembangan pariwisata (tempat METODE PENELITIAN
rekreasi) terdiri dari 6A yaitu attraction/
atraksi, accessibilities/aksesbilitas, Penelitian ini dilakukan untuk
ancillary, amenities/fasilitas, activity, dan mengetahui persepsi masyarakat dan
available package (Buhalis, 1998 dalam penilaian ahli terhadap kegiatan, metode
Chaerunissa, (-)). yang digunakan adalah kuesioner untuk
mengetahui bagaimana persepsi
Sosial Masyarakat masyarakat terhadap kegiatan, dan
wawancara dengan Expert/Professional
Masyarakat di daerah penelitian Judgment dipergunakan untuk memperoleh
sebagian besar bekerja sebagai petani data yang akan diolah sebagai perumusan
sawah/perkebunan, pedagang, pegawai konsep strategis analisis SWOT dalam
swasta perkebunan dan buruh, hasil usaha pengembangan kawasan Jejangkit
pertaniannya berupa padi dan jeruk. Ecopark, Expert/Professional Judgment
Pendidikan masyarakat paling banyak diantaranya dari Dinas PU Barito Kuala,
adalah Sekolah Dasar (SD)/ sederajat, Bappelitbang Barito Kuala, Kabid Tata
terdiri dari Suku Banjar dan Suku Jawa. Lingkungan DLH Barito Kuala,
Sarana Prasarana di Jejangkit belum Diskoperidag Barito Kuala, Kabid
memadai sebelum adanya kegiatan Hari Konservasi DLH Provinsi Kalimantan
Pangan Sedunia dan Pembangunan Selatan, Kalangan Akademisi berkaitan
Jejangkit Ecopark, misal sarana jalan yang tentang pemanfaatan sumber daya alam
agak sempit, serta sarana penerangan/ (terutama lahan basah).
Listrik belum dinikmati seluruh Penelitian ini memberikan batasan
masyarakat, ada sekitar 144 Kepala pengelolaan ekologi terhadap area lahan
Keluarga tidak memperoleh aliran Listrik, Jejangkit Ecopark yang cenderung
di Desa Jejangkit Muara terdapat 16 tergenang terus menerus, dan berpotensi
Kepala Keluarga tidak dialiri listrik PLN. karhutla pada musim kemarau, serta solusi
Selain itu kegiatan ekonomi masyarakat konseptual atas permasalahan lahan
sangatlah terbatas, Badan keuangan swasta tersebut dari studi literatur dan hasil survey
maupun koperasi sebagai penunjang dan dilapangan. Penelitian juga menggali
pendorong kegiatan ekonomi masyarakat potensi peningkatan ekonomi dan sosial
sangatlah minim. masyarakat Desa Jejangkit Muara, serta
merancang konsep strategis dalam usaha konseptual atas permasalahan lahan
pengembangan kawasan Jejangkit tersebut dari wawancara, studi literatur,
Ecopark. dan hasil survey dilapangan.
Adi, A.S. (2012). Formulasi Strategi Mubekti. (2010). Evaluasi lahan untuk
Pengembangan Mutu Pendidikan zonasi komoditas ungggulan
Dalam Upaya Peningkatan Daya pertanian kasus kawasan rawa
Saing SMP Negeri 1 Sepatan pasang surut kabupaten batola. J.
Tangerang. Thesis Magister Tek. Ling. Vol11No.3. P 331-339.
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Jakarta
Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Mulyati, M. Mustika (2020), S. W. A.,
Kajian kebutuhan oksigen terhadap
Anggreany, S., Rohaeni, E.S., (2020).
Ruang Terbuka Hijau Kampus
Strategi penguatan modal sosial
Bangau Universitas Katolik Musi
dalam membangun lumbung padi
Charitas Palembang. Teknik
nasional berkelanjutan di Kalimantan
Industri, Fakultas Sains dan
selatan. Jurnal Informasi Teknologi
Teknologi,Unika Musi Charitas
Pertanian (JITP) Vol 1 No 1,
Palembang. SEBATIK 2621-069X.
2020:34-53 Balai Pengkajian
P408-413. Palembang.
Teknologi Pertanian Kalimantan
Selatan.
Nabiel, Badruddin. (2020), UKL-UPL
Bull, V. (2011). Oxford learner’s pockets Pembangunan Jejangkit Ecopark
dictionary. (edisi ke4). UK, Oxford Kabupaten Barito Kuala.
University Press. Marabahan. Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Barito Kuala.
Chaerunissa, S., F., Yuniningsih, T (2020)
Analisis komponen pengembangan Yudianto, E.F. (2016), Penanganan
pariwisata desa wisata Wonolopo kebutuhan air dan keracunan pirit di
Kota Semarang, Departemen daerah irigasi rawa kecamatan
Administrasi Publik FISIP jejangkit kabupaten barito kuala
Universitas Diponegoro. dengan mempergunakan Model
DuFlow, Program Magister Teknik
Pengairan. Unibraw. Malang.