You are on page 1of 13

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa

Volume 8, Nomor 2, Desember 2020; pp. 82-94


https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/undagi/index
p-ISSN 2338-0454 (printed), e-ISSN 2581-2211 (online) Dipublikasi: 30 Desember 2020

Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort


di Kabupaten Tasikmalaya

Candra Sapta Permana1; Asep Yudi Permana2; Nitih Indra Komala Dewi3
1,2,3
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154-Jawa Barat
email: candrasaptapermana@gmail.com ; yudi.permana@upi.edu ; nitih@upi.edu

How to cite (in APA style):


Permana, C.S., Permana, A.Y., Indra, K.D.N. (2020). “Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort
di Kabupaten Tasikmalaya”. Undagi: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa. 8(2), pp.82-94.

Abstract:
To develop Indonesia's tourism industry, the government of the Republic of Indonesia has made the
tourism industry a leading sector that can help boost Indonesia's economy. The government, especially West Java
Province, focuses on developing the tourism industry in West Java by making big plans for world-class tourist
destinations in West Java Province. To support this plan, it is necessary to get good facilities and infrastructure,
one of which is accommodation facilities (resort hotels) which become a place for domestic or foreign tourists to
stay. An increase in the number of tourists staying in West Java was 6.95% in 2016 and 2017, so it must be
accompanied by an increase in the number of lodging accommodation The aim and purpose of the design of the
Green Hotel Resort are to accommodate the increasing number of tourists who will stay in West Java and at the
same time supporting the West Java Provincial Government's plans to create friendly tourist destinations. So that
the theme of designing Green Hotel Resort is green architecture, which is expected to reduce environmental
damage due to tourism and accommodation, due to the increase in the number of tourists to West Java Province.
The design produced in this design is a hotel resort design that can maximize the potential in the site, that it can
reduce energy use in buildings. This hotel resort not only functions as an accommodation facility, but is also
equipped with a vehicle for educational tours of the craft and the unique culture of Tasikmalaya.

Keywords: Resort Hotels, Green Architecture, Industry, tourism

Abstrak:
Dalam rangka mengembangkan industri pariwisata Indonesia, pemerintah Republik Indonesia
menjadikan sektor industri pariwisata sebagai sektor unggulan yang dapat membantu mendorong perekonomian
Indonesia. Pemerintah, khususnya Provinsi Jawa Barat, memfokuskan pada pengembangan industri pariwisata di
Jawa Barat dengan membuat rencana besar destinasi wisata kelas dunia Provinsi Jawa Barat. Untuk mendukung
rencana tersebut, diperlukan pengadaan sarana dan prasarana yang baik, salah satunya adalah sarana akomodasi
penginapan (resor hotel) yang menjadi wadah untuk wisatawan domestik atau mancanegara untuk tinggal
sementara. Peningkatan jumlah wisatawan yang menginap di Jawa Barat sebanyak 6,95% di tahun 2016 dan 2017,
sehingga harus disertai dengan penambahan jumlah akomodasi penginapan. Maksud dan tujuan dari perancangan
Green Hotel Resort ini adalah untuk mewadahi peningkatan jumlah wisatawan yang akan menginap di Jawa Barat
sekaligus mendukung rencana pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menciptakan destinasi wisata yang ramah
lingkungan. Sehingga tema dari Perancangan Green Hotel Resort ini adalah tema arsitektur hijau, yang diharapkan
mampu mengurangi kerusakan lingkungan akibat pariwisata dan akomodasi penginapan, karena adanya
penambahan jumlah wisatawan ke Provinsi Jawa Barat. Produk desain yang dihasilkan pada perancangan ini
berupa rancangan hotel resort yang bisa memaksimalkan potensi yang ada di dalam tapak sehingga bisa
mengurangi penggunaan energi pada bangunan. Hotel resort ini tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas akomodasi
penginapan saja tapi juga dilengkapi wahana wisata edukasi kria dan budaya khas Tasikmalaya.

Kata kunci: Hotel Resort, Green Architecture, Industri, pariwisata

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 82
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

PENDAHULUAN secara ramah lingkungan. Salah satu bentuk


usahanya itu merencanakan kawasan wisata
Jawa Barat merupakan wilayah yang
kriya dan budaya Priangan meliputi Kabupaten
berpotensi menjadi kawasan wilayah unggulan
Garut, Kota Tasikmalaya, dan sebagian
untuk sektor pariwisata. Dalam kurun waktu
Kabupaten Tasikmalaya serta Kota Banjar
2012- 2016 jumlah wisatawan domestik dan untuk menjadi kawasan wisata unggulan di
mancanegara terus mengalami peningkatan, Indonesia (Bappeda Jawa Barat, 2017)
Tercatat dari Badan Pusat Statistik (selanjutnya di
(Ghassani, dkk., 2020).
singkat BPS) Provinsi Jawa Barat pada tahun
Dari data Outlook Energi Indonesia 2019
2012 jumlah wisatawan mencapai 44.663.441 yang di keluarkan oleh Sekretariat Jenderal
sampai pada tahun 2016 jumlahnya menjadi Dewan Energi Nasional tercatat bahwa sektor
63.156.760 wisatawan. Didukung dengan
komersil terdiri dari perkantoran, perhotelan,
keindahan alam Jawa Barat yang indah nan asri
restoran, rumah sakit dan jasa lainya
serta kebudayaan yang hadir di masyarakat Jawa mengonsumsi 60% sampai 70% listrik dari total
Barat masih sangat kuat dan menjadi daya tarik konsumsi di Indonesia. Konsumsi energi yang
tersendiri untuk menambah jumlah wisatawan
besar ini umumnya digunakan untuk pendingin
untuk berkunjung ke Jawa Barat.
ruangan (AC), mesin pompa air dan penerangan
(lampu). Hal ini menjadi isu yang perlu
Wisatawan diperhatikan dalam perancangan hotel resort ini
Tahun Jumlah agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
Mancanegara Domestik yang diakibatkan oleh besarnya penggunaan
energi(Permana dkk., 2013).
1 2012 Untuk mendukung rencana pemerintah dan
1,905,378 42,758,063 44,663,441 memaksimalkan potensi yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya ini dibutuhkan fasilitas wisata
2 2013 berupa hotel resort yang mengandung tema
1,794,401 45,536,179 47,330,580 Green Architecture sebagai respon terhadap
keinginan pemerintah yang menciptakan
3 2014 kawasan wisata yang ramah lingkungan. Hotel
1,962,639 47,992,088 49,954,727 resort dipilih berdasarkan potensi alam
pedesaan yang cukup asri dan potensi kenaikan
4 2015 ekonomi yang berasal dari industri kriya yang
2,027,629 56,334,706 58,362,335
berkembang di Kabupaten Tasikmalaya.
5 2016 Harapannya dalam perancangan ini bisa
4,428,094 58,728,666 63,156,760
menghasilkan perancangan hotel resort yang
Sumber : Dinas Pariwisata Kebudayaan berbasis kawasan wisata ramah lingkungan dan
Provinsi Jawa Barat (2018) dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
layak sesuai dengan standar sehingga mampu
menambah daya tarik para wisatawan untuk da
Dari jumlam peningkatan wisatawan datang berkunjung dan berwisata di Jawa Barat
mancanegara dan domestik di provinsi Jawa terutama di Kabupaten Tasikmalaya.
Barat yang mengalami peningkatan berdampak
juga pada jumlah tamu asing dan dalam negeri METODA
yang datang menginap di Jawa Barat secara
keseluruhan mengalami peningkatan sebesar
Metode perancangan yang digunakan pada
6,95% yang pada tahun 2016 terdapat 18.164.696
perancangan Green Hotel Resort di Kabupaten
orang yang menginap, menjadi
Tasikmalaya ini adalah metode deskriptif.
19.427.016 orang pada tahun 2017 (Badan Pusat
Metode ini berusaha mendeskripsikan
Statistik Provinsi Jawa Barat, 2017).
persyaratan desain berdasarkan standar dan
Usaha pemerintah provinsi Jawa Barat yang
regulasi, ketercapaian tema perancangan
fokus pada pengembangan pariwisata Jawa Barat
yang direncanakan dan dikembangkan

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 83
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

terhadap desain, serta bentuk penerapannya sasaran pasar untuk resort yaitu pasangan
terhadap konsep desain(Permana, dkk., 2020). (couples), keluarga (families), pasangan yang
berbulan madu (honeymoon couples), dan
Proses pengambilan data yang digunakan individu (single) (O’Shannessy, 2001). Adapun
yaitu data primer dan sekunder. Survey pendapat lain yang lebih rinci mengenai resort
terhadap resort yang ada di Jawa Barat dan merupakan sebuah tempat menginap yang
survey tapak perancangan(Susanti, dkk., 2020). mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan
Survay dilakukan untuk mendapatkan data santai, dan berolahraga seperti tennis, golf, spa,
pendukung mengenai hotel resort, untuk tracking, jogging, dan dan berkeliling sambil
menentukan preseden yang sesuai, dan menikmati keindahan alam yang ada disekitar
mengetahui potensi tapak yang bisa mendukung resort tersebut (Penedit, 1999)(Wijaya, dkk.,
terhadap perancangan ini. Sealain itu juga ada 2020).
pengambilan data sekunder yang didapat dari Jadi dari definisi hotel dan resort di atas,
hasil studi literatur terkait dengan perancangan maka dapat disimpulkan bahwa Hotel Resort
ruang pamer seni rupa dan kualitas ruang yang adalah sebuah penginapan yang di dalamnya
diperlukan dalam perancangan hotel resort. menyediakan jasa pelayanan/penginapan,
Data – data yang telah terkumpul akan dipilah makan, minum dan dilengkapi dengan fasilitas
terlebih dahulu sesuai kebutuhan perancangan khusus untuk berekreasi dengan keindahan
hotel resort, untuk nantinya akan dianalisis alam yang ada di sekitarnya.
yang hasilnya akan menjadi guide pada saat
mendesain. Green Architecture
Green Architecture adalah sebuah konsep
arsitektur yang berusaha meminimalkan
PEMBAHASAN pengaruh buruk terhadap lingkungan alam
Kajian Teori maupun manusia dan menghasilkan tempat
Hotel adalah bangunan yang hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang
menyediakan kamar-kamar untuk menginap dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber
para tamu, makanan, dan minuman, serta energi dan sumber daya alam secara efisien dan
fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan, dan optimal. Disebutkan juga bahwa Green
dikelola secara professional untuk Architecture yaitu pendekatan perencangan
mendapatkan keuntungan (Rumekso, 2002). arsitektur yang berusaha meminimalisasi
Sedangkan jika melihat dari SK Menparpostel berbagai pengaruh membahayakan pada
(Arofah, dkk., 2019) No. kesehatan manusia dan lingkungan (Marbun,
KM.34/NK103/MPPT.87 menyebutkan bahwa Silva and Imbardi, 2018)(Wijaya dan Permana,
hotel adalah jenis akomodasi yang 2018). Biasanya berkaitan dengan konsep
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk ‘bangunan berkelanjutan’ yang
untuk menyediakan jasa pelayanan/ memperhatikan aspek lokasi, iklim, sistem
penginapan, makan, minum, serta jasa lainnya perencanaan dan perancangan, renovasi dan
bagi umum yang dikelola secara komersial. Jadi pengoprasian, yang menganut prinsip hemat
dapat disimpulkan pengertian hotel adalah energi yang berdampak positif bagi lingkungan,
suatu jenis akomodasi kamar- kamar yang ekonomi dan sosial (Permana, dkk.,
menggunakan segian atau seluruh bangunan 2017)(Wijaya, dkk., 2020).
yang didalamya menyediakan jasa Green dapat diinterpretasikan sebagai
pelayanan/penginapan, makan, dan minum sustainable (berkelanjutan), earthfriendly
yang dikelola secara komersil untuk (ramah lingkungan), dan high performance
mendapatkan keuntungan. (bangunan dengan performa sangat baik).
Dalam penerapan konsep green bisa diterapkan
Resort dapat diartikan sebagai sebuah pada penggunaan reneable resources (sumber-
pariwisata yang setidaknya didalamnya sumber yang dapat diperbaharui), passive-
terdapat lima jenis pelayanan yaitu akomodasi, active solar photovoltaic (sel surya pembangkit
pelayanan makanan dan minuman, hiburan, listrik), penggunaan tanaman untuk atap, taman
outlet penjualan, dan fasilitas rekreasi, serta tadah hujan, menggunakak kerikil yang
dipadatkan untuk area perkerasan, dan bisa juga
di aplikasikan pada pengurangan penggunaan

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 84
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

energi (misalnya energi listrik), low energy sampai dengan memenuhi


house dan zero energy building dengan kebutuhannya.
memaksimalkan penutup bangunan (building 5. Minimizing New Resources
envelope) serta dengan penggunaan energi (meminimalkan Sumber daya Baru)
terbarukan seperti energi matahari, air, Mendesain dengan mengoptimalkan
biomass, dan pengolahan limbah. kebutuhan sumber daya alam yang
baru, agar sumber daya tersebut tidak
Di Indonesia yang menangani dan memberi habis dan dapat digunakan di masa
sertifikat bangunan hijau yang sudah mendatang/ Penggunaan material
menerapkan konsep Green Arsitektur dengan bangunan yang tidak berbahaya bagi
baik adalah GBCI. Green Building Council ekosistem dan sumber daya alam.
Indonesia (GBCI) adalah lembaga mandiri (non 6. Holistic
government) yang berkomitmen penuh Kelima point di atas tidak dapat
terhadap pendidikan masyarakat dalam dipisahkan karena menjadi satu
mengaplikasikan praktik-praktik terbaik kesataun yang memiliki saling
lingkungan dan memfasilitasi transformasi keterkaitan dalam proses perancangan.
industri bangunan global yang berkelanjutan.
Dalam sistem sertifikasi yang dipegang oleh Dari ke enam prinsip di atas yang menjadi
GBCI, mengambil standar EDGE yang fokus utama pada perancangan hotel resort ini
merupakan kepunyaan dari IFC-International yaitu point prinsip pertama dan kedua, climate
Finance Corporation, anggota grup bank dunia. dan penggunaan energi sangat mempengaruhi
Standar EDGE mendefinisikan bangunan hijau pada setiap rancangan bangunan yang
adalah 20% lebih sedikit penggunaan energi, menggunakan kosep green architectur. Turunan
20% lebih sedikit penggunaan air, dan 20% konsep – konsep yang bisa diterapkan pada
lebih sedikit energi yang terkandung dalam perancangan dari prinsip – prinsip di atas yaitu
bahan material(Hermawan, dkk., 2018). pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber
cahaya alami pada saat siang hari untuk
Prinsip – Prinsip Green Architecture penerangan pada bangunan, cara pemanfaatnya
Terdapat prinsip – prinsip green architecture bisa dengan peletakan yang merespon pada
menurut (Brenda and Robert, 1991)(Permana, pergerakan matahari, pemakain bukaan pada
dkk., 2020) dibagi kedalam enam point yaitu: bangunan dibuat lebih lebar agar memudahkan
1. Conserving Energy (Hemat Energi) cahaya masuk ke dalam bangunan serta
Pengoprasian bangunan harus bangunan dibuat memanjang dan tipis.
meminimalkan penggunaan bahan Penggunaan sumber energi terbarukan
bakar atau energi listrik sebelum dan berdasarkan sumber daya alam yang ada di
sesudah bangunan dibangun. sekitar site, seperti sumber energi listrik tenaga
2. Working with Climate (memanfaatkan air jika di dekat site terdapat saluran air yang
kondisi dan sumber energi alami) memiliki arus cukup deras untuk menggerakan
Desain bangunan dapat merespon motor listrik.
kondisi iklim, lingkungan sekitar, dan
sumber energi yang ada di tempat Untuk daerah yang memiliki iklim trofis
bangunan itu di bangun. lembab dan bercurah hujan tinggi, bisa di
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan terapkan sistem pengolahan air hujan untuk
tapak)(Yosita, dkk., 2020) digunakan sebagai sumber air bersih pada
Bangunan yang dirancang tidak sampai bangunan. Penerapan sistem cross ventilation
merusak kondisi tapak aslinya dan untuk melancarkan sirkulasi udara di dalam
lingkungan yang ada disekitarnya. bangunan agar tidak lembab, karena jika
4. Respect for Use (memperhatikan sirkulasi udara kotor di dalam bangunan tidak
pengguna) bisa dilepaskan ke luar bangunan akan
Rancangan bisa memperhatikan menyebabkan lembab dan nantinya ruangan
penggunanya, dimulai dari aktivitas akan berjamur sehingga tidak baik untuk
kesehatan pengguna bangunan.

B. Implementasi Tema dalam Desain

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 85
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

Untuk menerapkan tema dalam perancangan membingungkan pengguna untuk


green hotel resort ini, maka prinsip – prinsip berpindah tempat.
yang terdapat pada green architecture harus 5. Minimizing New Resources
diterapkan pada bagian – bagian dari (meminimalkan Sumber daya Baru)
perancangan kawasan resort ini. Penerapan Penggunaan sensor cahaya, yang dapat
konsep green architecture pada perancangan mengurangi konsumsi listrik untuk
green hotel resort ini antara lain: pencahayaan. Sensor ini dapat otomatis
mendeteksi pergerakan manusia
1. Conserving Energy (Hemat energi) sehingga lampu akan menyala dengan
Pemanfaatan sinar matahari pada saat sendirinya, dan akan mati dengan
siang hari sebagai pencahayaan alami sendirinya ketika di ruangan tersebut
pada bangunan dan sumber energi tidak ada pergerakan manusia.
dengan cara bangunan dibuat Program Ruang
memanjang dan tipis, bukaan dibuat
A. Skema Organisasi Ruang Kawasan
lebih lebar, dan penambahan alat
Skema organisasi ruang kawasan ini dibuat
photovaltai yang diletakan di atas atap
untuk mengetahui kedudukan dan hubungan
sebagai sumber listrik. Menggunakan
antar ruang di dalam satu kawasan site yang di
sunscreen pada jendela yang secara
rancang.
otomatis yang dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas
yang berlebihan masuk ke dalam
ruangan.
2. Working with Climate (memanfaatkan
kondisi dan sumber energi alami)
Orientasi bangunan menghadap ke arah
sinar matahir, menggunakan sistem air
pump dan cross ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih
dan sejuk ke dalam ruangan, dan
penggunaan tumbuhan dan air sebagai Gambar 1 Skema Organisasi Ruang Kawasan
pengatur iklim. (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan
tapak) Dalam diagram ini pembagian ruang dibagi
Mempertahankan kondisi tapak dengan menjadi tiga level yang memiliki sifat ruang
membuat desain yang mengikuti bentuk yag berbeda. Kotak yang berwarna biru untuk
tapak yang ada di mana area cottage menunjukan sifat ruang publik, kuning untuk
akan diletakan di area yang memiliki semi publik, dan merah untuk privat. Dimulai
ketinggian yang bisa melihat view dari level 1 yang memiliki ketinggian paling
positif, dan menggunaan material yang rendah karena terdapat cekungan dari pada
ramah lingkungan dan menggunakan kolam ikan yang luas, di dalam level 1 terdapat
material-material yang tersedia lokal. panggung untuk tempat pentas musik, wedding
Dalam teori Menurut (GBCI, 2013), venue, atau sekedar untuk tempat foto; infinity
bahwa material yang eco adalah pool; deck kayu; dan wahana olahraga.
material sekitar site dengan radius Kemudian level 2 yang memiliki ketingian
maksimum 1.000 km. Semakin dekat lebih tinggi dari level satu terdapat workshop
sumber material, maka semakin eco kriya; Retail Kriya dan oleh – oleh Caffee shop;
bangunan tersebut karena tidak Meeting room; Lobby; Entrance; Side entrace;
mengeluarkan energi untuk transportasi Parkir; wahana rekreasi; camping ground;
yang jauh. cottage dan Utilitas servis. Pada restoran
4. Respect for Use (memperhatikan terletak di antara level 1 dan level 2 agar bisa
pengguna banguan) melayani kedua level tersebut. Kemudian level
Besaran ruang menyesuaikan dengan 3 berada di atas bangunan utama yang terdapat
kebutuhan pengguna dan sirkulasi
dibuat mudah dan tidak

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 86
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

R. Pameran Kriya; Kamar Hotel; dan Kantor ketinggian 433 mdpl dan ketinggian kontur dari
Pengelola. yang terendah ke tertinggi adalah 9 m.

1.1 Lokasi Perancangan 1.2 Konsep Tapak

Gambar 2 Lokasi Perancangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

Lokasi site berada di Jl. Nasional 3 Gambar 4 Konsep Pembagian Zona


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
Manggungsari, Kec. Rajapolah, Kab.
Tasikmalaya, Jawa Barat yang termasuk
Pembagian tata guna lahan terbagi atas
kedalam zona kawasan pariwisata kria di
pengelompokan aktivitas tiap ruang
Kabupaten Tasikmalaya. Site memiliki luas 3,7
berdasarkan kebutuhan akan visibilitas dan
ha + luas kolam ikan eksisting 0,5 ha jadi luas
aksesibilitas. Di zona komersil terdapat ruang -
totalnya adalah 4,2 ha.
ruang yang bersifat publik seperti Restoran,
Coffee shop, Retail Kriya, Workshop Kriya dan
Pemilihan tapak di daerah Rajapolah ini
Tempat Parkir. Zona publik diletakan pada sisi
didasari dari potensi wilayahnya yang sudah
selatan tapak dengan pertimbangan kedekatan
cukup terkenal dengan kerajinan kria yang
pada jalur akses keluar-masuk site yang bisa
khasnya, banyaknya pengrajin kria dan kondisi
dijangkau dengan mudah oleh pengunjung dan
alam pedesaannya yang masih asri sehingga
tamu inap. Zona Semi Publik ini berisikan
cocok untuk di bangun hotel resort yang
sarana rekraesi yang dapat digunakan oleh
menganggakt wisata kria.
pengunjung atau tamu inap yang ingin
menggunakan fasilitas olahraga, permainan air,
dan fasilitas rekreasi lainnya pada zona ini
tanpa mengganggu zona privat. Zona privat
yang diperuntukan untuk area penginapan
berupa cottage dan campping area yang hanya
bisa di akses oleh tamu inap dan pengelola hotel
resort. Zona penginapan memiliki kenyamanan
visibilitas paling tinggi pada tapak serta privasi
ativitas yang lebih terjaga. Dan yang terakhir
adalah Zona service yang berisikan ruang
Gambar 3 Tautan Lingkungan di Lokasi Perancangan pengatur utilitas bangunan(Nurrahman, 2019).
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

Disekitaran tapak dikelilingi oleh lahan


hijau berupa pesawahan dan kebun warga, lalu
lokasi tapak juga tidak terlalu jauh sekitar 1 km
dengan pusat kerajinan Rajapolah yang menjual
berbagai macam kerajinan kriya sebagai ciri
khas oleh – oleh Tasikmalaya. Kondisi kontur
pada tapak tidak terlalu curam atau terjal
dengan titik terendah pada tapak berada di

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 87
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

mengikuti pelatihan kriya dengan


membeli tiket terlebih dahulu dan
kerajinan kriya hasil dari pelatihannya
bisa dibawa pulang sebagai
cendramata.
f. Caffee Shop
Diperuntukan untuk pengunjung hotel
resort yang hanya ingin menikmati
kopi khas priangan dan berkumpul
bareng teman – teman atau kerabat
sambil menikmati pemandangan ke
arah kolam ikan yang besar.
Gambar 5 Konsep Pembagian Kawasan g. Restoran
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
Area restoran pada hotel resort ini
diperuntukan untuk pengunjung hotel
Dalam Perancangan hotel resort ini resort yang menginap ataupun tidak
kawasannya terbagi menjadi beberapa menginap untuk memenuhi kebutuhan
kawasan, diantaranya: makan dan mnum
h. Masjid
a. Parkiran Tempat ibadah untuk para pengunjung
Terdapat dua zona parkiran P1 dan P2.
hotel resort yang beragama islam.
Parkiran P1 lebih banyak difungsikan
i. Meeting Room
untuk melayani pengunjung hotel Diperuntukan untuk pengunjung yang
resort yang tidak menginap hanya ingin mengadakan meeting bersama
untuk berekreasi saja, isi parkirannya
koleganya atau melakukan respsi
berisi mobil pribadi, dan motor.
pernikahan didalam ruangan. Dinding
Sedangkan untuk parkiran P2 lebih di dalamnya dibuat tidak permanen
banyak di fungsikan untuk pengunjung sehingga bila memerlukan ruangan
hotel resort yang akan menginap, isi
yang cukup luas bisa digunakan.
parkirannya berisi mobil pribadi,
j. Infinity Pool
motor, bus dan kendaraan service Kolam renang yang tepiannya
penunjang rekreasi.
dirancang seakan menghilang dan
b. Entrance
menimbulkan kesan memanjang
Merupakan akses masuk utama untuk
sampai tak terhingga menuju
tamu hotel resort yang menginap pemandangan pesawahan. Pengunjung
ataupun tidak. Di dalam entrance
hotel resort bisa bersantai dan
terdapat lobby, lounge, R. Informasi,
menikmati pemandangan pesawahan di
dan ruang tiketing rekreasi permainan
dalam kolamnya.
yang ada dalam kawasan resort.
k. Hall
c. Side Entrance Area berkumpul dan menikmati
Merupakan akses khusus untuk
pertunjukan yang ada di area panggung
pengunjung hotel resort yang akan l. Panggung
menginap. Di dalam side entrance Area pertunjukan live musik dan juga
terdapat lobby, lounge, toilet dan ruang bisa digunakan sebagai peataran untuk
receptionis.
prosesi akad nikah bangi tamu yang
d. Retail Kriya ingin melangsungkan pernikahan di
Retail kriya merupakan kawasan untuk hotel resort.
berjualan aneka ragam kriya khas m. Kolam Pembelajaran
kerajinan Tasikmalaya dan aneka oleh
Kolam renang dengan ukuran standar
– oleh khas Tasikmalaya dan Ciamis. nasional untuk pembelajaran kompetisi
e. Workshop Kriya renang, mengingat lokasi hotel resort
Tempat pelatihan pembuatan kerajinan dekat dengan sekolah – sekolah yang
kriya khas Tasikmalaya. Pengunjung
tidak memiliki kolam renang sebagai
hotel resort diperbolehkan untuk media pembelajarannya.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 88
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

n. Sarana Olahraga q. Area Cottage


Sarana Olahraga berupa lapang tennis , Merupakan area penginapan yang
bola basket, fitness center, dan jogging terdiri dari 3 tipe cottage yang
track yang bisa digunakan oleh dibedakan dari ukuran dan fasilitas
pengunjung hotel resort yang yang tersedia di dalamnya. Area ini
menginap. Untuk pengunjung hotel sangat privasi hanya bisa diakses oleh
resort yang tidak menginap bisa pengunjung yang menginap dan
menggunakan sarana olehraga dengan pengelola hotel resort.
membeli tiket khusus sarana olah raga. r. Camping Ground
Sebagian dari jogging track Area penginapan yang bentuk
menggunakan material deck kayu penginapannya berupa tenda dan
karena melintasi bibir air dari kolam menyajikan suasana perkemahan di
ikan. alam terbuka.
o. Spa
1.3 Konsep Penerapan Prinsip Green
Fasilitas penunjang untuk pengunjung
Architecture
yang menginap, yang ingin merawat
kecantikan dan medapatkan suasa
Prinsip – prinsip yang diterapkan pada
relaksasi yang ada di dalam fasilitas
perancangan hotel resort ini hanya menerapkan
spa.
empat point saja yang bersumber dari teori
p. Wahana Rekreasi
Brenda and Robert, (1991) yang menyatakan
Wahana rekreasi ini berupa permainan
bahwa ada enam prinsip green architecture. Ke
outbond yang berada di alam terbuka
enam prinsip tersebut tidak bisa diterpkan
seperti permainan tali di atas ketinggian
semuanya pada perancangan hotel resort ini
yang dapat melatih kemampuan
karena diluar lingkup batasan masalah pada
memanjat, menjaga kesimbangan
perancangan ini.
berayun dan lainnya. Serta ada juga
wahana adrenalin seperti paintball, dan
archery.
A. Conserving Energy (Hemat Energi)

Gambar 6 Denah Lantai LG Bangunan Hotel


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
Pendekatan pertama dalam merancang hotel dibangun. Sumber energi yang dapat dikurangi
resort ini harus meminimalkan penggunaan pada hotel resort ini adalah penggunaan sumber
sumber energi ketika dibangun dan sesudah energi listrik untuk pencahayaan dan pendingin

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 89
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

ruangan. Untuk bangunan dirancang dengan di WTP dialirkan dengan menggukana sistem
memaksimalkan void dan bukaan pencahayaan gravitasi(Kirana dan Pamungkas, 2020) dengan
alami untuk menerangi kedalam bangunan, tujuan untuk mengurangi beban pompa air agar
sehingga ketika siang hari tidak memerlukan tidak bekerja secara terus menerus. Sistem
pencahayaan buatan. Pendingin rungan hanya gravitasi ini mengharuskan peletakan sumber
disediakan di kamar hotel saja, selebihnya pada air harus di letakan pada titik tertinggi pada
bangunan mengandalkan penghawaan alami. tapak dan bagian – bagian yang akan di alirinya
berada di ketinggian di bawah sumber air.
B. Working with Climate (Memanfaatkan
kondisi dan sumber energi alami)

Kondisi iklim di lokasi memiliki iklim tropis


lembab dengan temperatur paling tinggi rata –
ratanya 270 C dan rata – rata temperatur paling
rendah mencapai 220 C. Untuk kelembabannya
berada di 61% - 94 %. Kecepatan angin rata –
rata mencapai 1.6 m/s. Dan terdapat potensi
bencana erosi tanah yang bersampingan
langsung dengan bibir sungai(Rahadian dan
Sulistiawan, 2019) (Muflihah, dkk., 2020).
dengan rata – rata lama penyinaran sepanjang
hari mendapatkan sinar matahari dan memiliki Gambar 8 Respons Bentuk Bangunan Terhadap Kontur
curah hujan yang cukup tinggi. dari kondisi (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
ikilim tersebut bisa dimanfaatkan untuk
pengadaan sumber air bersih dari tampungan D. Respect for Use (memperhatikan pengguna)
air hujan dan sumber listrik tenaga sinar
matahari. Bentuk atap bangunan menggunakan Ketercapaian antar bangunan di dalam site
atap miring untuk memudahkan air turun disediakan jalur pedestrian yang layak dengan
kedalam saluran penampungan air hujan yang di lengkapi ramp untuk memudahkan para
di tampung di sigma tank dan kolam ikan pengunjung. Dalam setiap bangunan
eksisting yang difungsikan juga sebagai kolam ditambahkan beberapa tanaman (contohnya
retensi. Lampu Penerangan Umum dan alat Philodendron) yang bisa mengurangi zat
pemanas air menggunakan listrik yang polutan formaldehid yang jika terhirup oleh
bersumber dari solar panel. manusia dalam jumlah banyak akan merugikan
kesehatan. Selain itu juga kendaraan bermotor
tidak diperbolehkan masuk ke dalam area
cottage agar tidak banyak polusi gas sisa
pembakaran dari kendaraan bermotor.

Gambar 7 Teknologi yang Diterapkan untuk Merespon 3.5 Konsep Sirkulasi


Iklim
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

C. Respect for Site (Menanggapi keadaan


Tapak)

Kondisi tapak yang berkontur memiliki


tantangan dan keuntungan untuk perancangan
hotel resort ini. Peletakan dan gubahan bentuk
masa bangunan harus merespon mengikuti
kondisi kontur ditapak, tujuannya agar tidak
banyak dilakukan rekayasa kontur yang
berpotensi akan merusak kondisi tapak. Sitem Gambar 9 Konsep Sirkulasi Tapak
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
penyaluran air bersih dari hasil pengolahan air

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 90
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

Penerapan sirkulasi linier didalam site yang Struktur bangunan dibedakan menjadi tiga
terbagi menjadi empat jenis jalur sirkulasi yaitu jenis bangunan, yang pertama bangunan hotel
sirkulasi kendaraan, service, pejalan kaki dan yang memiliki ketinggian lebih dari dua lantai,
jogging treck. Porsi sirkulasi untuk kendaraan kedua adalah bangunan sederhana fasilitas
dibuat lebih sedikit untuk meminimalkan polusi penunjang yang memiliki ketingian tidak lebih
di dalam site yang bisa ditimbulkan oleh dari 2 lantai, dan ketiga adalah bangunan cottage
pergerakan kendaraan bermotor. yang memiliki ketinggian bangunan hanya satu
lantai.
3.6 Konsep Fasad
Struktur bangunan hotel menggunakan
struktur rangka kolom balok beton. Terdapat
dilatasi (double colom) untuk pemisah
bangunan karena bentuk masa bangunan yang
panjang. Untuk sub structure dipilih pondasi
setempat/sumuran karena tinggi bangunan yang
hanya memiliki 4 lantai. Struktur bangunan
pada cottage mengadopsi dari bangunan rumah
Kampung Naga yang terdiri dari umpak sebagai
pondasinya, struktur balok kayu sebagai midle
structure, dan penggunaan kuda – kuda kayu
sebagai upper structure. Khusus untuk
bangunan cottage C pada bangunanya
menggunakan struktur rangka beton karena
memiliki ukuran ruangan yang lebih besar dari
Gambar 10 Konsep Fasad pada cottage A & B.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
Sedangkan untuk bangunan fasilitas
Penerapan elemen tradisional khas penunjang yang masuk kedalam kategori
Rajapolah pada elemen fasad berupa anyaman bangunan sederhana dibedakan hanya dari
bilik bamboo bermotif mata itik pada reiling pondasinya yang menggunakan pondasi batu
pembatas di balkon. Penambahan roster kali. Selebihnya untuk midle midle structure
dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya dan upper structurenya sama seperti bangunan
cahaya yang masuk namun udara masih bisa hotel.
masuk dengan mudah. Adanya pot tanaman di
ujung plat pada balkon untuk di tanam Lee
3.8 Konsep Vegetasi
Kwan Yew yang bisa membuat bangunan
Pemilihan vegetasi dalam perancangan hotel
menjadi lebih sejuk dan udara lebih segar.
resort ini menjadi salah satu penting untuk
3.7 Konsep Struktur mendapatkan penataan landscape yang baik
pada perancangan(Primadella dan Ikaputra,
2019). Hal ini merupakan langkah pencegahan
kerusakan lingkungan akibat adanya beberapa
penebangan pohon yang sudah berada di site
untuk kebutuhan ruang. Selain itu juga adanya
potensi erosi tanah dibagian timur site yang
berbatasan langsung dengan sungai Citanduy
yang bisa dicegah dengan menggunakan
elemen vegetasi untuk mencegah erosi.

A. Pohon

Pohon yang berfungsi sebagai peneduh dan


Gambar 11 Konsep Struktur
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020) juga penguat tanah juga berfungsi sebgai
pembatas antar ruang di dalam site. Pohon yang

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 91
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

di tambahkan dalam perancangan ini adalah Asoka (Saraca asoca) dan Rombusa (Passiflora
Ketapang kencana (Terminalia mantaly), foetida) di tempatkan di luar ruangan sebagai
Lamtoro (Leucaena leucocephala), Bambu tanaman hias dan pembatas antara groundcover
Jepang (Pseudosasa japonica). dengan dinding bangunan atau sirkulasi jalan.
Sedangkan Philodendron monstera deliciosa
bisa di letakan di dalam bangunan sebgai
penghias di dalam bangunan karena tumbuhan
ini bisa tumbuh dengan baik didalam ruangan.

C. Rumput

Rumput yang berfungsi sebagai


Gambar 12 Pemilihan Pohon groundcover sekaligus juga sebagai penguat
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020) tanah untuk mencegah erosi. Pada perancangan
hotel resort ini jensi rumput yang di gunakan
Ketapang Kencana (Terminalia mantaly) ada dua macam yaitu rumput gajah mini
memiliki karakter batang tunggal tidak (Pennisentum purpureum) dan akar wangi
bercabang sehingga jika diletakan di area parkir (Chysopogon zizanioides).
tidak akan menghambat sirkulasi parkir.

Lamtoro (Leucaena leucocephala) adalah


sejenis perdu yang bisa dimanfaatkan sebagai
pohon peneduh, pencegah erosi, dan pakan
ternak. Lamtoro dapat tumbuh dengan cepat
dan dapat mencapai ukuran dewasa dengan
ketinggian 13-18 m dalam waktu tiga tahun
Gambar 14 Pemilihan Rumput
sampai lima tahun. (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

Bambu Jepang (Pseudosasa japonica) bisa Rumput gajah mini (Pennisentum


difungsikan sebagai pembatas ruang karena purpureum) digunakan sebagai grouncover di
bisa ditanam secara berdekatan membentuk area taman agar tidak terlihat gersang dan tidak
sebuah pagar. Selain itu dari kerapatannya juga banyak menimbulkan debu. Selain itu tekstur
bisa meredam suara dari luar ruangan dan rumput gajah mini terbilang cukup kuat,
ketika tertiup angin menimbulkan suara yang sehingga tidak mudah rusak ketika diinjak.
khas, sehingga menimbulkan kesan alami
pedesaan atau hutan. Akar wangi (Chysopogon zizanioides)
merupakan tanaman yang bisa mencegah erosi
B. Semak tanah karena kemampuannya yang bisa tumbuh
lurus ke dalam tanah dengan akar yang rimbun.
Semak berfungsi sebagai tanaman hias yang
Selain itu, tanaman ini memiliki nilai ekonomi
berguna untuk menciptakan suatu degredasi karena bisa menghasilkan minyak atsiri yang
pandangan yang dapat menarik pandangan agar menjadi salah satu akomoditas ekspor di
tidak selalu tertuju pada satu bidang. Tanaman Indonesia.
semak yang dipilih untuk di terapkan dalam
perancangan ini adalah Asoka (Saraca asoca),
Rombusa (Passiflora foetida), Philodendron
monstera deliciosa.

Gambar 15 Penanaman Akar Wangi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)
Gambar 13 Pemilihan Semak
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 92
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

3.9 Perspektif

Gambar 16 Perspektif Kawasan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020)

KESIMPULAN

Perancangan Green Hotel Resort melalui wisata kria dan budaya priangan.
Tasikmalaya ini menjadi sarana akomodasi
penginapan dengan rekreasi, perbelanjaan, dan DAFTAR PUSTAKA
edukasi didalamnya mengingat pada lokasinya Arofah, W. R., Permana, A. Y., & Mardiana, R.
berada di zona kawasan wisata kria dan budaya (2019). Implementation of Responsive
priangan yang khususnya mengangkat budaya Architectural Concepts in the Design of the
kerajinan Rajapolah yang sudah cukup terkenal Cikole Forest Resort, Bandung, West Java.
se-Indonesia. Pengunjung hotel resort tidak Indonesian Journal of Built Environmental
and Sustainability, 1(1), 1.
hanya sekedar menginap sambil menikmati
https://doi.org/10.31848/ijobes.v1i1.247
pemandangan pesawahan yang masih asri tapi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2017)
juga mereka bisa berbelanja dan belajar ‘Tingkat Penghunian Kamar Hotel Jawa Barat
mengetahui cara pembuatan kerajinan khas 2017’.
Rajapolah langsung dibimbing oleh para Bappeda Jawa Barat (2017) ‘Rencana Besar
pengrajinnya. Hotel resort ini dirancang Pengembangan Destinasi Wisata Kelas Dunia
menyesuaikan dengan keadaan lokasi yang Provinsi Jawa Barat’. Available at:
cukup berkontur. http://bappeda.jabarprov.go.id/wp-
Green Hotel Resort Tasikmalaya content/uploads/2017/03/Destinasi-Wisata-
menerapkan tema Green Architecture dengan Kelas-Dunia-Provinsi-Jawa-Barat.pdf.
Brenda and Robert, V. (1991) Green Architecture
memasukan empat prinsif green architecture
Design for Sustainable Future. London:
yang dikemukakan oleh Brenda and Robert, Thames & Hudson.
(1991) yaitu Conserving Energy, Working with Ghassani, A. I., Permana, A. Y., & Susanti, I. (2020).
Climate, Respect for Site, dan Respect for Use. Konsep Ekowisata Dalam Perancangan Resort di
Tersedia fasilitas – fasilitas pendukung yang Kabupaten Ciamis. Jurnal Arsitektur
dapat digunakan untuk semua umur dan TERRACOTTA, 1(1), 1–11.
kalangan, yaitu cafe & restoran, kolam renang, https://doi.org/10.26760/terracotta.v1i1.3359
lapangan olahraga, joging track, dek kayu, Hermawan, Prianto, E., & Setyowati, E. (2018). Studi
sampan, workshop kria, retail kria, area lapangan variabel iklim rumah vernakular pantai
outbound, dan camping area untuk penginapan dan gunung dalam menciptakan kenyamanan
termal adaptif. Jurnal Arsitektur ZONASI, 1(2),
dengan suasana yang begitu alami.
96. https://doi.org/10.17509/jaz.v1i2.12467
Hotel Resort ini diharapkan dapat Kirana, W. A., & Pamungkas, L. S. (2020). Peran
memenuhi kebutuhan akomodasi penginapan kontekstualitas kawasan dalam desain tourism
wisatawan yang datang ke Jawa Barat information center borobudur magelang. Jurnal
khususnya daerah Kabupaten Tasikmalaya, Arsitektur ZONASI, 3(1), 65–75.
juga bisa mendorong perekonomian daerah https://doi.org/doi.org/10.17509/jaz.v3i1.17854

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 93
Penerapan Konsep Green Architecture dalam Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya

Marbun, I. A., Silva, H. and Imbardi, I. (2018) Rumekso, S. (2002) Housekeeping Hotel. Yogyakarta:
‘Perancangan Hotel Resort di Tepi Sungai ANDI.
Siak Kota Pekanbaru’, JURNAL TEKNIK. doi: Susanti, I., Permana, A. Y., Pratiwi, W. D., & Widiastuti,
10.31849/teknik.v12i1.1869. I. (2020). Territorial space: Structural changes in a
Muflihah, A. N., Ayu, D., & Natalia, R. (2020). religious tourism area (The case of Kampung
KAWASAN WISATA WATERFRONT Mahmud in Bandung,West Java, Indonesia). IOP
TANJUNG ADIKARTO. Jurnal Arsitektur Conference Series: Earth and Environmental
ZONASI, 3(1), 76–88. Science, 447(1). https://doi.org/10.1088/1755-
https://doi.org/doi.org/10.17509/jaz.v3i1.1789 1315/447/1/012031
2 Wijaya, K., Permana, A. Y., Sugandi, D., & Nurrohman,
Nurrahman, H. (2019). Optimalisasi Desain Fasad F. (2020). SETTLEMENT PATTERN OF THE
Bangunan Restaurant Di Kebonwaru, VILLAGE OF DAYEUH LUHUR , SUMEDANG.
Batununggal Kota Bandung. Jurnal Arsitektur Journal of Architectural Researh and Education,
ZONASI, 2(2), 138. 2(1), 55–62.
https://doi.org/10.17509/jaz.v2i2.17470 https://doi.org/10.17509/jare.v2i1.24292
O’Shannessy (2001) Accommodation Service. Wijaya, K., Permana, A. Y., Hidayat, S., & Wibowo, H.
USA: Hospitality Press. (2020). Pemanfaatan Urban Farming Melalui
Penedit, N. (1999) Ilmu Pariwisata. Jakarta: Konsep Eco-Village Di Kampung Paralon
Akademi Pariwisata Trisakti. Bojongsoang Kabupaten Bandung. Jurnal
Permana, A. Y., Soetomo, S., Hardiman, G., & Arsitektur ARCADE, 4(1), 16.
Buchori, I. (2013). Smart Architecture as a https://doi.org/10.31848/arcade.v4i1.354
Concept of Sustainable Development in the Wijaya, K., Permana, A. Y., Sugandi, D., & Nurrohman,
Improvement of the Slum Settlementarea in F. (2020). SETTLEMENT PATTERN OF THE
Bandung. Internasional Refereed Journal of VILLAGE OF DAYEUH LUHUR , SUMEDANG.
Engineering and Science, 2(9), 26–35. Journal of Architectural Researh and Education,
Permana, A. Y., Susanti, I., & Wijaya, K. 2(1), 55–62.
(2020). Architectural Tourism https://doi.org/10.17509/jare.v2i1.24292
Development Model as Sustainable Yosita, L., Busono, R. T., & Ahdiat, D. (2020).
Tourism Concept in Bandung ANALYSIS OF MORPHOLOGY & HOUSING
Architectural Tourism Development LAYOUT IN CIBADUYUT HANDICRAFT
Model as Sustainable Tourism Concept in CENTER IN CONTEXT TOWARD
Bandung. The 1st International INTEGRATION WITH THE NEW SYSTEM OF
Conference on Urban Design and TOD IN THE FUTURE Study Case : Cibaduyut
Planning. https://doi.org/10.1088/1755- Human Settlement as an area for Crafting Shoes in
1315/409/1/012005 Bandung City. Journal of Architectural Researh and
Permana, A. Y., Sumarna, N., & Wijaya, K. Education, 2(1), 25–36.
(2017). Membangunan Kampung Kreatif https://doi.org/10.17509/jare.v2i1.23868.
melalui Kolaborasi Mahasiswa dengan
Masyarakat. Kasus: Kawasan Balubur-
Tamansari Kota Bandung. Prosiding
Seminar Nasional “Perencanaan
Pembangunan Inklusif Desa-Kota,”
November 2016, 51–58.
https://osf.io/dtp46/
Permana, A. Y., Wijaya, K., Nurrahman, H., &
Permana, A. F. S. (2020).
PENGEMBANGAN DESAIN MICRO
HOUSE DALAM PROGRAM NET
ZERO ENERGY BUILDINGS ( NZE-
Bs). 73–81.
http://jurnal.universitaskebangsaan.ac.id/in
dex.php/arcade/article/view/424/279
Primadella, & Ikaputra. (2019). Waterfront culture
sebagai atraksi wisata tepian air. Jurnal
Arsitektur ZONASI, 2(2), 88–97.
Rahadian, E. Y., & Sulistiawan, A. P. (2019). The
Evaluation of Thermal Comfort using a BIM-
based Thermal Bridge Simulation. Journal of
Architectural Researh and Education, 1(2), 129–
138. https://doi.org/10.17509/jare.v1i2.22304

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 8, Nomor 2 Desember 2020 CC-BY-SA 4.0 License Page 94

You might also like