Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal

Sikap Bersama CSO Indonesia

mengenai Proposal Regulasi
Uji Tuntas Uni Eropa
Indonesian CSOs Joint Statement on the European
Union Due Diligence Regulation Proposal

Kami, kelompok masyarakat sipil We, the undersigned Indonesian

Indonesia yang bertandatangan di bawah civil society groups, welcome the
ini menyambut baik terbitnya proposal proposal of the European Union Due
Peraturan Uji Tuntas Uni Eropa (European Diligence Regulation (EUDDR) which
Union Due Diligence Regulation) yang will regulate deforestation-free and
akan mengatur tentang produk bebas forest degradation-free commodities
deforestasi dan bebas degradasi hutan. and products. This marks a serious
Ini menandakan adanya langkah step-change in the response of
perubahan yang serius dalam respons consumer countries in Europe to the
negara-negara konsumen di Eropa pressing challenges of the climate
terhadap mendesaknya tantangan crisis, including the realization that
the European Union’s consumption
krisis iklim, termasuk kesadaran
of various commodities and their
bahwa konsumsi Uni Eropa atas
derivatives is one of the causes of
berbagai komoditas dan produk
increasing biodiversity loss and an
turunannya merupakan salah satu
active contribution to greenhouse
penyebab meningkatnya kepunahan gas emissions.
keanekaragaman hayati dan menyumbang
aktif terhadap emisi gas rumah kaca.

Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 1
 Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal

Tindakan awal untuk memastikan enam The initial action to ensure that the six main
komoditi utama yang dikonsumsi secara commodities that are widely consumed
luas di negara-negara anggota Uni in EU member states - palm oil, timber,
Eropa - kelapa sawit, kayu, kopi, kakao, coffee, cocoa, soybeans and beef - are free
kedelai dan daging sapi - harus terbebas from deforestation and forest degradation,
dari deforestasi dan degradasi hutan reflects the EU’s responsibility as a
merupakan wujud dari tanggung jawab consumer.
Uni Eropa sebagai konsumen.
However, as part of the civil society in the
Namun demikian, sebagai bagian dari producing countries that will be indirectly
affected by this regulation, we consider that Meski demikian, kami menyadari bahwa However, we recognize that this regulation is
gerakan masyarakat sipil di negara regulasi ini merupakan jalan masuk yang an entry point that can be used to continue
cleaning the supply chain of commodities
produsen yang akan terdampak secara bisa digunakan untuk terus mendorong to encourage positive changes in producing
and products entering the EU market is not
tidak langsung oleh regulasi ini, kami perubahan positif di negara-negara countries to halt deforestation and produce
enough. This EU regulatory initiative fails
menilai bahwa tidak cukup hanya dengan produsen dalam hal produksi komoditas legal and sustainable commodities. We put
to include the provision of incentives and
membersihkan rantai pasokan komoditas yang legal, lestari dan tidak merusak forward a number of notes that we feel
support towards the efforts to reduce and
dan produk ke dalam pasar Uni Eropa prevent deforestation, as well as reforming hutan. Kami mengajukan sejumlah are important to improve the quality of the
semata. Inisiatif unilateral tersebut gagal the commodity production patterns by catatan yang kami rasa penting untuk proposed regulation so that it can ultimately
mempertimbangkan pemberian insentif producing countries currently undertaking meningkatkan kualitas proposal regulasi achieve the main goal of tackling global
dan dukungan pada upaya pengurangan an endeavour to address the causes Uji Tuntas ini, sehingga pada akhirnya bisa deforestation, as follows:
dan pencegahan deforestasi, serta of deforestation and not yet reach the mencapai tujuan utama yaitu mengatasi
reformasi pola produksi komoditas oleh deforestation-free stage.  • Deforestation, apart from being defined
deforestasi global, sebagai berikut:
negara-negara produsen yang masih as the conversion of area functions,
terus berupaya menangani akar penyebab This one-sided approach, instead of must also be defined as “the loss of
• Deforestasi, selain diartikan sebagai
deforestasi (belum sepenuhnya mencapai strengthening investment in forest forest cover – including savanna, steppe
alih fungsi kawasan, juga harus
tahap bebas deforestasi). protection and halting deforestation, can and peatland ecosystems – and their
diartikan sebagai “hilangnya tutupan ecological functions, whether caused
potentially undermine the ongoing initiatives hutan - termasuk ekosistem savana,
Pendekatan sepihak ini, alih-alih by producing countries to improve forest by humans or otherwise.” In addition,
stepa dan gambut - dan fungsi a forest must also be interpreted as an
meningkatkan investasi dalam and land governance in their respective
ekologisnya, baik disebabkan oleh ecosystem unit in the form of a stretch
perlindungan hutan dan menghentikan countries through policy reforms and
manusia ataupun yang lainnya.” Selain of natural land for at least five years with
deforestasi, justru dapat melemahkan mandatory commitments set upon the
itu hutan juga harus dimaknai sebagai an area of at least 0.5 hectares which
inisiatif negara-negara produsen untuk private sector producing forest-risk
commodities. suatu kesatuan ekosistem berupa is dominated by trees in their natural
memperbaiki tata kelola hutan dan lahan hamparan lahan alami setidaknya lima environment, which cannot be separated
di masing-masing negaranya, melalui tahun dengan luas minimal 0,5 hektar
The proposed regulation also disregards from one another.
reformasi kebijakan serta komitmen- yang didominasi pepohonan dalam
komitmen yang diwajibkan kepada pelaku the potential direct consequences it has
on independent smallholders in the form persekutuan alam lingkungannya, • Forest degradation, if it is to be
usaha sektor swasta yang memproduksi yang satu dengan lainnya tidak dapat included in this regulation, must be
of their exclusion from the supply chain
komoditas-komoditas yang dinilai dipisahkan. further elaborated with clear criteria,
which will have a detrimental impact on their
mengandung risiko deforestasi dan indicators and measurement methods
livelihoods.
degradasi hutan. • Degradasi hutan, jika akan masuk so as not to marginalize independent
dalam peraturan ini harus dielaborasi smallholders and Indigenous Peoples and
Regulasi ini juga abai atas konsekuensi lebih lanjut dengan kriteria, indikator Local Communities (IPLCs).
langsung yang ditimbulkannya terhadap dan metode pengukuran yang jelas
petani swadaya (Independent Smallholders) sehingga tidak memarginalkan petani
dalam bentuk pengucilan mereka dari swadaya (Independent Smallholders) dan
mata rantai pasokan yang membawa Masyarakat Adat dan Komunitas lokal
akibat ekonomis terhadap mata (IPLCs).
pencaharian mereka. Foto: Dok. Kaoem Telapak

Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 2 Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 3
 Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal

• Kami memandang bahwa pemenuhan • We view that compliance with legality,

Foto: Dok. Kaoem Telapak
legalitas yang mengacu pada peraturan which refers to the laws and regulations
perundang-undangan negara produsen of producing countries, can result in
dapat menghasilkan kesenjangan gaps in terms of compliance levels and
dalam hal tingkat dan standar standards, given the differences in legal
pemenuhan, mengingat perbedaan systems and compliance standards in
dalam sistem dan standar pemenuhan each country. It is necessary to apply
legalitas tiap negara. Perlu diterapkan criteria and fulfil indicators related to
kriteria dan pemenuhan indikator legality, especially to ensure respect
terkait legalitas, terutama untuk for human rights, which must refer to
memastikan penghormatan HAM, applicable international instruments,
which include:
yang mesti mengacu pada instrumen-
instrumen internasional yang berlaku,
o Covenant on Economics, Social and
yang meliputi:
Political Rights,
o Conventions relating to women’s
o Kovenan tentang hak-hak Ekosob rights and children’s rights,
• Kami juga menyayangkan batas • We also regret that the proposed cut- dan hak-hak Sipol, o Convention on Anti-Corruption,
pelaksanaan (cut-off date) pada off date is 31 December 2020. While we o Konvesi terkait hak-hak o UN Declaration on Indigenous
31 Desember 2020. Meskipun dapat could understand the intended timing Perempuan dan hak-hak anak, Peoples Rights
memahami pemilihan waktu tersebut so as not to disrupt business activities, o Konvensi tentang Anti Korupsi, o ILO Conventions 111 and 169,
agar tidak mendisrupsi aktivitas bisnis, this also means that massive forest o Konvensi ILO 111 dan 169, o UN guidelines on business and
ini juga berarti bahwa perusakan destruction in the period before the o Deklarasi PBB Tentang Hak-Hak human rights, and
hutan besar-besaran pada periode cut-off date will be whitewashed. We Masyarakat Adat o FPIC Principle
sebelum batas pelaksanaan (cut-off propose that the cut-off date be pushed o Panduan PBB tentang bisnis dan
date) diputihkan begitu saja. Kami back to December 31, 2000, considering HAM, dan • We suggest that the results of the
mengusulkan batas pelaksanaan the occurrence of large-scale forest o Prinsip FPIC. benchmarking should not be an
(cut-off date) dimundurkan hingga loss and the availability of monitoring excuse to simplify the due diligence
technology that allows widespread public • Kami mengusulkan agar hasil penilaian for commodities placed on the EU
31 Desember 2000, mengingat sejak
participation since then. risiko negara (benchmarking) market. Because the low-risk status for
saat itu kehilangan hutan skala besar
terjadi dan telah tersedianya teknologi tidak menjadi alasan untuk a country does not necessarily apply to
• We propose that the benchmarking is all commodities nor guarantee full legal
pemantauan yang memungkinkan menyederhanakan uji tuntas bagi
carried out by involving the countries compliance and free from deforestation
meluasnya partisipasi publik. komoditas yang ditempatkan dalam
to be assessed, particularly in the and forest degradation. 
pasar EU untuk pertama kalinya.
formulation of criteria and indicators
Karena status risiko rendah bagi
• Kami mengusulkan proses penilaian as well as the implementation of risk
assessments, which need to include suatu negara tidak menjamin
risiko negara (benchmarking) terpenuhinya persyaratan legalitas,
dilakukan dengan melibatkan negara- independent competent third parties.
In addition, the implementation of the bebas deforestasi dan degradasi hutan
negara yang akan dinilai terutama terhadap pelaku produksi.
benchmarking must be carried out
dalam perumusan kriteria dan indikator
in a transparent manner and allow all
serta pelaksanaan penilaian resiko,
information related to the process and
termasuk pihak ketiga yang independen
results of the benchmarking to be widely
dan kompeten. Selain itu, pelaksanaan accessible to the public.
penilaian risiko negara (benchmarking)
harus dilakukan secara transparan
dan memungkinkan seluruh informasi
terkait proses dan hasil penilaian risiko
negara (benchmarking) tersedia untuk
Foto: Pexels.com
diakses publik secara luas.

Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 4 Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 5
 Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal

• Bagi petani swadaya (Independent • For independent smallholders in • Untuk komoditas kayu, Indonesia • In the timber sector, Indonesia is a FLEGT
Smallholders) di negara-negara producing countries, there should be a merupakan negara pemegang lisensi (Forest Law Enforcement Governance
produsen, harus ada safeguards and set of safeguards and direct market FLEGT (Forest Law Enforcement and Trade) license holder and has an
insentif pasar secara langsung dalam incentives in form of financial support, Governance and Trade) dan hingga active FLEGT-VPA (Voluntary Partnership
bentuk dukungan pendanaan, akses market access, prices and transfer of saat ini masih aktif dalam kesepakatan Agreement) with the European Union.
pasar, harga dan transfer teknologi technology to help them in meeting the FLEGT-VPA (Voluntary Partnership For this reason, there must be a joint
untuk membantu mereka memenuhi due diligence requirements. In addition, Agreement) dengan Uni Eropa. Untuk roadmap to ensure the future of the
standar uji tuntas. Selain itu diperlukan there is a need to clarify the definition itu harus ada peta jalan (roadmap) FLEGT-VPA so that the positive impacts
kejelasan mengenai definisi petani of independent smallholders, as well bersama untuk memastikan masa of governance reform can be maintained
swadaya (Independent Smallholders), as technical guidance on providing the depan FLEGT-VPA sehingga dampak and strengthened to achieve timber and
information required for due diligence. positif reformasi tata kelola bisa wood products that are not only legal
serta panduan teknis pemenuhan
Sufficient time is needed to ensure the but also sustainable across the supply
informasi yang diperlukan dalam uji dipertahankan dan diperkuat hingga
readiness and capacity of independent chain. The European Union and Indonesia
tuntas. Diperlukan tenggat waktu dapat mencapai produksi kayu yang
smallholders to fulfil the due diligence should jointly explore the clauses
yang mencukupi untuk menjamin tidak hanya legal tapi juga lestari
requirements before the regulation related to the Forest Partnership in this
kesiapan dan kapasitas petani swadaya di tiap rantai pasoknya. Uni Eropa
comes into effect. proposed regulation in the context of a
(Independent Smallholders) dalam dan Indonesia harus bersama-sama FLEGT-VPA.
memenuhi persyaratan Uji Tuntas • Given the role of financial institutions mengeksplorasi klausul terkait
sebelum pemberlakuan aturan. in financing this deforestation risk Kemitraan Hutan (Forest Partnership) • For palm oil commodity and products:
commodity business, the Due Diligence dalam usulan peraturan ini dalam
• Mengingat peranan lembaga-lembaga regulations must also be applied to konteks FLEGT-VPA. 1. It is necessary to have affirmative
finansial dalam pendanaan bisnis financial institutions in the European actions towards the independent
komoditas berisiko deforestasi ini, Union that finance companies producing • Untuk komoditas sawit: smallholders in the form of direct
maka peraturan Uji Tuntas juga harus commodities placed on the European supply chain which guarantees at
diberlakukan terhadap lembaga- Union market. 1. Perlu ada tindakan afirmatif least 30% of the purchased quota by
lembaga finansial di Uni Eropa yang (affirmative actions) bagi petani companies from the European Union
mendanai perusahaan produsen • Small and Medium Enterprises (SMEs) swadaya (Independent Smallholders) through a fair and just partnership
komoditas yang diekspor ke Uni Eropa. located in the European Union are dalam bentuk jaminan rantai pasok scheme.
required to apply Due Diligence so that langsung minimal 30% dari kuota
• Bagi Badan Usaha Kecil dan Menengah they do not become the loopholes that pembelian oleh perusahaan dari 2. The Indonesian independent
(SMEs) yang berada di Uni Eropa, wajib can be exploited by risky commodity Uni Eropa melalui skema kerjasama smallholders are committed to
menerapkan Uji Tuntas sehingga tidak producers. kemitraan yang adil (fair and just providing data independently to meet
menjadi celah (loophole) yang dapat partnership). the traceability requirements.
dimanfaatkan pelaku produksi • To support the integrity of the
komoditi berisiko. implementation of this Due Diligence rule, 2. Petani swadaya (Independent
it is necessary to have transparency Smallholders) Indonesia berkomitmen
on information and a complaint
• Untuk mendukung integritas dari untuk menyediakan data secara
mechanism that provides space for
pelaksanaan aturan Uji Tuntas ini, mandiri dalam memenuhi
participation and is easily accessible to
perlu adanya transparansi informasi persyaratan ketertelusuran
the public.
dan mekanisme komplain (complaint (traceability).
mechanism) yang memberi ruang
partisipasi dan mudah diakses publik.

Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 6 Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 7
 Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal Indonesian CSOs Joint Statement on the European Union Due Diligence Regulation Proposal

3. Petani swadaya (Independent 3. The Indonesian independent Penandatangan / Signitories

Smallholders) Indonesia selama ini smallholders have so far carried
sudah menjalankan berbagai upaya out various efforts to reduce 1. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
untuk mengurangi laju deforestasi the deforestation rate through 2. Coaction Indonesia (Koaksi Indonesia)
melalui keterlibatan dalam active involvement within HCSA 3. Deling Kuning
keanggotaan HCSA dan mengikuti membership and participating
4. Forest Watch Indonesia (FWI)
berbagai skema sertifikasi sawit in various sustainable palm oil
certification schemes (RSPO, ISPO 5. Global Geografi Indonesia (GRID)
keberlanjutan (RSPO, ISPO dan ISCC).
and ISCC). 6. Green of Borneo
4. Kami mengusulkan definisi petani 7. Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK)
4. We propose the definition of
swadaya (Independent Smallholders) 8. Jurnal Celebes
independent smallholders is limited
adalah mereka yang memiliki luasan 9. Komunitas Masyarakat Desa - Sultra (KOMNASDESA - SULTRA)
to those with a maximum of 10
kebun maksimal 10 hektar yang
hectares of farming area, which they 10. Komunitas Teras
dikerjakan sendiri, dan bertempat
manage on their own, and live in the 11. Lembaga Papuana Konservasi – Manokwari, Papua Barat
tinggal di sekitar perkebunannya. vicinity of their plantations.
12. Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM)
13. Link-AR Borneo
*** *** 14. PADI Indonesia
15. Pengurus Daerah (PD) AMAN Sorong Raya
16. Perhimpunan Bantuan Hukum Keadilan dan Perdamaian (PBHKP) Sorong,
Papua Barat
17. Perkumpulan Alam Hijau (A-HI)
18. Perkumpulan Belantara
19. Perkumpulan Kaoem Telapak
20. POKJA Pesisir
21. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi
22. Relawan Untuk Orang & Alam (ROA)
23. Sawit Watch
24. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS)
25. The Institute for Ecosoc Rights
26. Uno Itam
27. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
28. Walhi Papua
29. Yayasan Auriga Nusantara
30. Yayasan Etnika Kosmologi Katulistiwa
31. Yayasan FORTASBI (Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia)
32. Yayasan Kaharingan Institute
33. Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh (PeNA)
34. Yayasan Pusaka Bentala Rakyat
35. Yayasan Sangga Bumi Lestari (Aidenvironment Asia)

Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 8 Sikap Bersama CSO Indonesia mengenai Proposal Regulasi Uji Tuntas Uni Eropa 9