You are on page 1of 12

PUBLIPRENEUR POLIMEDIA: JURNAL ILMIAH

JURUSAN PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF


Vol. 5, No. 2, December 2017

◼ Submitted: 16 October 2017 ◼ Revised: 14 November 2017 ◼ Accepted: 30 December 2017

STUDY MANAJEMEN PENERBITAN BUKU DI INDONESIA


Purnomo Ananto
Jurusan Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif, Jalan Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
purnomo.ananto@polimedia.ac.id

ABSTRACT
Industry of Books has a strategic goal is not only to improve the welfare of the people involved, but also support
the advancement of national education in particular in order to participate in the intellectual life of the nation.
The industry has become one of the pillars in the transfer of science and technology, both within schools and
colleges of education and in industrial processes. In this context the publishers editorial management has a
strategic role to direct and manage so that these goals can be achieved. Relative to the researchers tried to
capture how the actual process of publishing the book, particularly from the editorial management. To get a
detailed description, the survey carried out activities of companies engaged in the industry of Books in
Bandung. The application of this method is supported technically by using interviews and questionnaires. After
that, apply a descriptive method of the editorial management books in Bandung. The editor of the book to the
publisher in London in general, working with authors to improve the quality of the book. Editors often conduct a
hearing with the author of the book material to be presented, ranging from the layout, content, up to finishing
the manuscript. In addition, the editors perform field surveys, such as listening to and receive feedback from
potential customers regarding the contents of the book as to what he wanted.

Key Word: Editorial Management, Editor, Publisher of the book.

PENDAHULUAN Para pelaku industri buku


dihadapkan pada upaya keras
Penerbitan buku merupakan menanamkan minat membaca di
salah satu industri yang berkontribusi kalangan generasi muda di tengah
besar pada peningkatan kualitas masyarakat yang kental berbudaya
sumber daya manusia Indonesia, lisan. Belum lagi budaya baca
dunia penerbitan buku di Indonesia mengakar kuat, penetrasi teknologi
hampir sama perjalanan historisnya digital sudah mulai mengalihkan
dengan keberadaan industri perhatian orang dari membaca buku
penerbitan. Hal ini terbukti dari menjadi membaca gadget. Memang
penerbit tertua di Indonesia, yaitu kehadiran media baru seperti e-
Balai Pustaka yang bergerak di bidang book tidak dengan mudah begitu saja
perbukuan. Hal ini menunjukkan mampu menggantikan buku
peran penting yang tidak dapat konvensional atau buku cetak.
dinafikan dari industri perbukuan Kalangan industri buku di Indonesia
dalam menumbuhkan industri masih tetap optimistis menghadapi
penerbitan secara khusus. Secara lebih berbagai tantangan meskipun dalam
makro, industri buku kita memiliki beberapa tahun terakhir terjadi
peranan yang telah berlangsung lama kelesuan pasar. Faktanya masih
dalam menumbuhkan perekonomian banyak penerbit yang bertahan dan
nasional.
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

juga masih terjadi produksi karya tulis antara penerbit tidak aktif juga
yang terbilang besar di Indonesia terdapat anggota penerbit yang sudah
Meski jumlah terbitan buku di vakum atau sudah tutup penerbitnya.
Indonesia tergolong rendah yang Jumlahnya adalah 6% dari total
hanya berkisar sekitar 20.000 an judul anggota IKAPI atau sekitar 79
buku per tahun jauh lebih rendah penerbit.Namun demikian, dalam
dibandingkan Jepang yang mencapai perjalanan historisnya yang sangat
40.000 judul buku per tahun, India panjang itu, pertumbuhan industri
60.000, dan China sekitar 140.000 judul perbukuan belum semaju yang kita
buku per tahun. Jumlah produksi harapkan. Sepertinya perbukuan kita
buku Indonesia hampir sama dengan lebih cender ung jalan di tempat. Hal
Vietnam dan Malaysia. Namun, jika ini terlihat dari kecilnya signifikasi
dibandingkan dengan jumlah peningkatan jumlah produksi buku
penduduk masing-masing negara sebagaimana penulis gambarkan di
tersebut, produksi Indonesia tergolong atas.
rendah. Rendahnya produksi buku ini, Dalam dunia penerbitan, tata
banyak faktor, terutama dipengaruhi kelola/manajemen penerbitan buku
rendahnya daya beli dan minat baca menjadi factor bagi industri
masyarakat. Daya beli dipengaruhi perbukuan, karena dari sini awal mula
harga buku yang mestinya bisa lebih naskah-naskah buku yang akan
murah jika pemerintah memberikan diterbitkan datang. Tanpa para editor
banyak insentif, seperti keringanan tentunya tidak mungkin akan didapat
pajak kertas, harga buku, dan honor naskah yang berkualitas yang bisa
penulis. Adapun untuk meningkatkan diproduksi. Ruang lingkup perkerjaan
minat baca masyarakat, pemerintah editorial tidak sebatas mengoreksi
mestinya lebih gencar lagi naskah buku yang sudah ada, tetapi
melakukann sosialisasi dan sering juga mencakup menemukan bahkan
melakukan kampanye, menciptakan naskah buku yang baru.
(https://edukasi.kompas.com/read/2 Jadi, penulis dengan segala aktivitas
012/06/25/08121853/ kreatif kepenulisannya hanya berada
Jumlah.Terbitan.Buku. di dalam manajemen editorial buku dari
Indonesia.Rendah). suatu lembaga penerbitan.
Menurut data IKAPI dari 1.328 Untuk itulah kemudian paling
penerbit yang tercatat sebagai anggota tidak sebagai tahap awal, diperlukan
ditemukan fakta bahwa banyak sekali deskripsi mengenai studi penerbitan
penerbit yang menerbitkan judul buku buku di Indonesia. Gambaran ini
dalam jumlah judul dan eksemplar terutama berkaitan dengan aspek
yang terbatas. Penerbit yang masuk editor, penerimaan naskah,
kategori aktif (54%) adalah penerbit pertimbangan naskah yang akan
yang secara rutin menerbitkan sekitar diterbitkan, penyuntingan, dan
10 judul buku dalam 1 tahun. pembiayaan. Dengan deskripsi ini,
Jumlahnya 711 penerbit, sisanya diharapkan kita dapat memetakan
menerbitkan buku dalam judul yang perkembangan dan kemajuan
terbatas, sporadis, dan sangat manajamen editorial yang selama ini
bergantung pada ketersediaan naskah telah berlangsung. Kita akan
yang masuk ke penerbit. Selain itu, di

12 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

mendapatkan informasi yang paling pelayanan, baik bagi kepentingan


nyata dan terbarukan. masyarakat umumnya maupun bagi
kepentingan perusahaan sendiri akan
Tujuan penelitian ini adalah pergi ke luar dan mencari naskah. Dia
untuk mendapatkan gambaran realitas tidak hanya berusaha memperoleh
tentang manajemen editorial buku naskah terbaik yang telah ditulis,
pada penerbit di Bandung, yaitu tetapi juga mendorong,
gambaran mengenai aspek-aspek menggairahkan, dan menuntun
editor, penerimaan naskah, penulisan naskah baru yang menurut
pertimbangan naskah yang akan gambaran dan pikirannya akan
diterbitkan, penyuntingan, dan mendapat pasaran.
pembiayaan yang menunjukkan Keseluruhan proses di atas
model-model manajemen editorial disebut “manajemen editorial buku”
buku di Bandung. yang merupakan “penjelmaan
gagasan, pewujudan buku”. Justru
Istilah manajemen menyangkut melalui manajemen editorial buku,
dua aspek yang penting: sistem dan penerbit secara jelas melaksanakan
orang. Dari segi sistem, manajemen dwifungsi-nya: sebagai negarawan
diartikan sebagai cara mengelola suatu dalam bidang kebudayaan dan
perusahaan. Ada pun para manajer sebagai usahawan dengan penglihatan
dalam suatu perusahaan adalah jauh ke depan. Kedua fungsi ini tidak
definisi manajemen dari segi orang mungkin dapat dipisahkan.
(Poerwadarminta, 2003: 742; Damodar, Penglihatan jauh itu bagi
2003). Editorial merupakan lembaga kesejahteraan penerbit sama
yang mengembangkan pernaskahan di pentingnya dengan apa yang
dalam penerbit dari mulai diharapkan oleh masyarakat dari
pemerolehan atau penulisan naskah, penerbit bagi kepentingan umum
pengolahan, sampai ke penyiapan (Publisher Associating and The
sehingga naskah yang tadinya mentah Printing and Publishing Industry
menjadi siap dan layak untuk Training Board, 1981; Smith, 1992:57).
diterbitkan (Andriese, dkk., 1993; Manajemen editorial buku
Djuroto, 2004; Mansoor, 1993: 44). merupakan bagian inti dari organisasi
Dengan demikian, dapat dikatakan penerbit. Artinya, keberadaan
bahwa manajemen editorial buku manajemen editorial melekat dengan
adalah pengelolaan dari para editor organisasi penerbit sehingga tidak
atas proses pemerolehan/penulisan berdiri sendiri karena menjadi
dan editing buku untuk menghasilkan subbagian dari organisasi penerbit.
naskah buku yang layak diterbitkan. Secara sederhana, manajemen editorial
Pada dasarnya penerbit yang meliputi dua bagian elemen penting
hanya menunggu datangnya dalam organisasi penerbit, yaitu
pengarang dan penerjemah yang bagian yang menerima naskah dan
membawa naskah kepadanya akan bagian penyuntingan. Bagian
menerbitkan buku-buku yang tidak penerimaan naskah bertugas
besar artinya dan akan mendapatkan menentukan apakah sebuah naskah
keuntungan yang sedikit. Sebaliknya, akan diterima atau ditolak untuk
penerbit yang ingin memberikan diterbitkan. Tugas ini dibebankan

13 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

kepada sejumlah orang yang luas. Di dalam dewan penyunting,


bergabung di dalam Dewan editor juga berwenang untuk
Penyunting. Apabila Dewan menentukan kebijakan yang strategis
Penyunting memutuskan bahwa di dalam suatu penerbitan buku
naskah diterima untuk diterbitkan, dengan menangani aspek daya jual
naskah itu akan diteruskan kepada dan harga buku bersama dengan
bagian penyuntingan. Bagian bagian produksi dan bagian penjualan
penyuntingan adalah bagian yang (Mansoor, 1993: 44-45; Paembonan,
mengolah naskah. Di sini naskah 1990; Smith, 1993: 57-58).
ditangani bersama oleh penyunting Dalam hal pengadaan naskah,
dan pengarang sampai keadaannya pertama-tama editor bekerja menggali
layak untuk diterbitkan (Mansoor, ide-ide yang baru untuk memasok
1993: 5-6; Pamudi, 1996). naskah bagi penerbitnya. Untuk itu, ia
Segala sesuatu yang berkaitan haruslah memiliki cakrawala yang
dengan manajemen editorial buku luas, luwes dalam bergaul, dan banyak
berkaitan dengan aspek-aspek berikut. akal. Ia harus tahu di mana bisa
1. Tugas editor. mendapatkan bahan dengan
2. Pengadaan naskah. mengadakan atau mengikuti berbagai
3. Penanganan naskah yang masuk. kegiatan dalam beragam komunitas.
4. Pertimbangan naskah yang Setelah gagasan muncul dan
diterbitkan dijabarkan lebih jauh, editor bisa
5. Pembiayaan manajemen editorial menulis sendiri atau mencari
buku (Lasa, 1994; Mansoor, 1993; pengarang yang mampu menuangkan
Smith, 1993). ide tersebut dalam bentuk tertulis.
Bagian manajemen editorial Mencari penulis dapat dilakukan
penerbitan buku – apakah itu terdiri dengan melihat daftar nama penulis
dari sejumlah staf ahli dalam pelbagai yang dimiliki penerbit dan sesuai
bidang ataukah itu hanya suatu sudut dengan tema yang sudah ditetapkan,
dalam ruang pikiran penerbit dengan meneliti penulis yang membuat buku
staf yang hanya dirinya sendiri – sejenis yang sudah beredar,
merupakan kunci menuju kepada mengadakan sayembara mengarang,
kesuksesan atau kegagalan. Naskah dan menghubungi orang yang
adalah dasar atau fundamen dari berkecimpung dalam bidang tertentu.
segala sesuatu dalam penerbitan buku. Pengadaan naskah pun dapat
Bila tidak ada gagasan yang menarik dilakukan dengan menerjemahkan
perhatian atau berguna bagi buku yang ditulis dalam bahasa asing
masyarakat umum, tidak akan ada (Mansoor, 1993: 12-14).
pula titik tolak sama sekali dalam Cara penanganan naskah yang
penerbitan buku. Semua ini hanya bisa masuk kiranya cukup penting untuk
dilakukan oleh para editor. Jadi, pada mendapat perhatian yang seksama.
dasarnya editor bertugas Penanganan ini berfungsi untuk
mendapatkan/menulis naskah yang menghindari rasa tak senang atau
baik kemudian mengolahnya sehingga kekecewaan pihak luar yang
layak diterbitkan. Namun, editor disebabkan oleh naskah yang hilang
terutama editor senior di dalam dewan dan keterlambatan pemberitahuan
penyunting memiliki tugas yang lebih tentang penerimaan atau penolakan

14 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

naskah. Penanganan yang baik juga Manajemen editorial dalam


dimaksudkan untuk menjamin keadaan bagaimanapun memakan
ketertiban dalam sirkulasi buku dan biaya sebelum ada pendapatan yang
menentukan kelayakan penerbitan masuk. Setidaknya biaya bagi penerbit
suatu buku. Untuk itu, diperlukan dalam memelihara staf yang
pencatatan yang dapat berwenang guna melaksanakan
memperlihatkan kepada editor: kapan aktivitas manajerialnya. Namun, biaya
naskah diterima, kapan dikirim yang akan sangat besar bila berkaitan
kepada pembaca. Cara pencatatan dengan pembayaran di muka kepada
yang sederhana di antaranya adalah pengarang, seniman, dan sebagainya.
sistem kartu dan sistem daftar buku. Biaya yang tinggi juga dikeluarkan
Sistem kartu biasanya lebih untuk penelitian pemasaran dalam
menguntungkan karena dengan perencanaan secara terinci, untuk
demikian sebanyak apa pun jumlah pembayaran di muka bagian
buku yang telah diperiksa dapat pemasaran guna promosi penjualan,
disusun urut menurut abjad (Lasa, untuk pembelian kertas yang
1994; Paembonan, 1990; Smith, diperlukan, dan kemungkinan biaya
1992:59-60). besar terutama untuk buku seri
Pertimbangan diterbitkan atau sebagai pembayaran di muka. Belum
tidaknya suatu naskah dapat lagi biaya yang masih harus diadakan
memakan biaya yang sangat mahal. untuk pembayaran kepada pencetak
Sebagian biayanya harus ditanggung untuk penyusunan huruf dan
oleh penerbit. Namun, inti cara kerja pembuatan film maupun klise sebelum
yang efisien dalam bagian editorial dicetak satu buku pun. Dalam hal
ialah menemukan cara untuk sebanyak buku seri yang semua jilidnya harus
mungkin mengurangi penghamburan diterbitkan pada waktu yang sama,
waktu dan uang dalam diperlukan lagi investasi yang sangat
mempertimbangkan naskah secara besar untuk dapat menerbitkan semua
editorial yang akhirnya memutuskan seri sebelum diterima kembali sepeser
untuk tidak menerbitkan suatu pun sebagai pendapatan penjualan
naskah. Pertama-tama pertimbangan (Djuroto, 2004; Smith, 1992: 70-71;
terpenting dalam menerbitkan buku Pamudi, 1996).
adalah mutunya. Ada pula Untuk mengatur pembiayaan
pertimbangan lain yang tidak selalu tersebut, dibutuhkan rencana
terkait dengan mutu. Suatu buku bisa keperluan. Saat menghadapi
diterbitkan karena sesuai dengan persoalan besar mengenai pembiayaan
tujuan penerbitan, misalnya buku- proyek khusus, manajemen editorial
buku keagamaan akan diterbitkan oleh dalam berusaha menggarap dan
penerbit buku-buku agama. Apakah mengolah buku tidak hanya
naskah tersebut mudah dibaca dan memperkirakan seluruh pendapatan,
tidak terlalu panjang atau terlalu tetapi juga membuat daftar jadwal
singkat dapat dijadikan pertimbangan waktu bilamana pembayarannya harus
penerbitan buku (Andriese, 1993; dilakukan dan bilamana
Butcher, 1975; Smith, 1992: 60; Trim, pendapatannya mulai masuk.
2002). Manajemen harus berani menangani
keseluruhannya, mengikat modal

15 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

kerjanya dalam suatu proyek, dan masalah penerbitan dan perbukuan di


kerap kali bahkan uang harus Indonesia.
dipinjam dari investor yang Teknik pengambilan sampel
mempunyai kepercayaan terhadap pada penelitian ini adalah klaster
proyek penerbitan tersebut. Penjaman sampling (sampling area). Hal ini
modal usaha dapat sangat dibutuhkan digunakan karena objek yang akan
untuk pembangunan manajemen diteliti cukup luas, yaitu manajemen
editorial di masa depan. Keperluan itu editorial buku dalam industri
wajar, tetapi menjadi sangat mendesak perbukuan di Bandung. Teknik
dalam hubungan dengan proyek pengambilan sampel digunakan
khusus mengenai pengembangan melalui dua tahap, yaitu tahap
menajemen editorial karena menentukan sampel wilayah
panjangnya waktu yang diperlukan kemudian dilanjutkan dengan tahap
bagi investasi itu (Scheder, 1988; menentukan nama-nama perusahaan
Smith, 1992: 71; Subaya & Putra, 2005). industri perbukuan di Bandung yang
disampling. Dengan kata lain, sampel
METODE PENELITIAN menajemen editorial buku dalam
Dalam penelitian ini variabel industri perbukuan diambil dari
utamanya, yaitu manajemen editorial Bandung. Pemilihan satu kota besar
buku pada penerbit di Bandung. Data ini disebabkan industri perbukuannya
Penelitian ini diperoleh dari hasil yang sudah cukup maju dan dapat
observasi, wawancara dan kuesioner menjadi triger bagi pengembangan
terhadap objek penelitian berdasarkan industri perbukuan khususnya di Jawa
kondisi tertentu. Barat. Setelah itu, ditetapkan sejumlah
perusahaan yang bergerak dalam
Menurut Sugiyono (2000) penerbitan buku secara proposional.
populasi adalah wilayah generalisasi Sebagai dasar penetuan
yang terdiri dari objek atau subjek kuantitas sampel, di Bandung tercatat
yang mempunyai kualitas dan ada 144 penerbit (Subagya, 2005: 68).
karakteristik tertentu yang ditetapkan Berdasarkan data tersebut, secara
oleh peneliti untuk dipelajari dan proposional jumlah penerbit yang
kemudian ditarik simpulannya. dijadikan sampel yang berlokasi di
Populasi dalam penelitian ini adalah Bandung sebanyak 5 penerbit.
menajemen editorial buku dalam Adapun waktu pelaksanaan Penelitian
industri penerbitan buku di Kota adalah bulan November sampai
Bandung. Aspek-aspek yang akan dengan Desember 2010.
menjadi sampel penelitian sebagai
data primer berkaitan dengan penerbit HASIL DAN DISKUSI
yang meliputi pemimpin editorial,
editor, desainer grafis, ilustrator, Secara umum Editor berkerja
layouter, dan setter. Ada pun data sama dengan penulis untuk
sekunder penelitian ini diambil dari meningkatkan kualitas buku. Editor
Pusat Perbukuan Kemdikbud, sering melakukan dengar pendapat
Perpusnas dan IKAPI (Ikatan Penerbit dengan penulis mengenai materi buku
Indonesia) karena dipandang sebagai yang akan disajikan, mulai dari lay
lembaga sentral yang resmi dalam out, isi, sampai dengan finishing

16 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

naskah. Selain itu, editor editorial ini belum banyak diadakan


melaksanakan survai lapangan, yaitu sehingga masih ada editor yang belum
mendengarkan dan menerima mendapatkan bahkan belum
masukan dari calon konsumen mengetahuinya.
mengenai isi buku seperti apa yang Berdasarkan kondisi tersebut,
diinginkannya. Editor pada setiap para editor merasa sangat
penerbit pada umumnya juga bertugas memerlukan adanya training editorial.
untuk bekerja dengan semua unit Training ini dilakukan dalam rangka :
yang terkait dalam penerbitan buku. a. Meningkatkan skills dalam
Editor bekerja sama dengan bagian proses editing.
marketing dalam konteks penetapan b. Mengetahui perkembangan
pangsa pasar agar buku lebih dapat terkini mengenai dunia
diserap oleh konsumen. Kerja sama pernerbitan.
juga dilakukan dengan bagian c. Mengadakan komunikasi
keuangan. Dengan bagian keuangan, dengan para editor lainnya.
editor mempertimbangkan “budget” Untuk pengeditan dan penyelesaian
buku, terutama yang menyangkut produksi naskah, para editor selain
biaya produksi yang realistis. menggunakan program MS Word juga
Dalam hal isi buku yang enak menggunakan program Adobe
dibaca oleh konsumen, editor Indesign CS, Photoshop, dan Corel
memperhatikan gaya bahasa yang Draw. Para pegawai penerbitan
disesuaikan dengan prediksi umumnya direkut secara terbuka
karakteristik dari pengguna buku dengan diiklankan melalui media
tersebut sejak dari awal penggarapan. massa. Proses tes meliputi tes
Di samping itu, diadakan penjajakan kompetensi bidang dan tes wawancara
dengan memberikan dummy naskah dalam dua tahap. Jam kerja di penerbit
kepada calon pembaca berdasarkan ini tidak menggunakan system ship,
tingkat usianya sebagai suatu langkah tati system normal dari pukul 08.00
test-case.Editor bekerja berdasarkan sampai dengan pukul 16.00 waktu
pada Standar Operasional Prosedur setempat.
(SOP) yang ada di dalam perusahaan. Menurut para edoitor dari
Dalam hal kebahasaan, Kamus Besar penerbit yang peneliti wawancara,
Bahasa Indonesia dijadikan sebagai untuk menjadi editor tidak harus
pedoman. Ada pula pedoman khusus, berpendidikan di bidang penerbitan.
yakni buku referensi yang berkaitan Namun, seyogianya dia
dengan naskah yang akan disunting. berpengalaman dalam penerbitan
Beberapa hal yang menarik untuk sebagai prinsip yang utama. Hal ini
diperhatikan berkaitan dengan disebabkan bidang teknis penerbitan
pelatihan. Para editor yang menjadi dapat dipelajari melalui training di
responden menjawab tidak perusahaan meskipun memang
mengetahui mengenai tempat, waktu, pembelajarannya membutuhkan
dan biaya pelatihan yang berkaitan waktu yang sangat lama. Ini
dengan editorial. Ini menunjukkan sebenarnya secara implisit mengakui
bahwa informasi mengenai pelatiahan bahwa untuk menjadi editor tetap
editorial belum menjangkau ke semua dibutuhkan penguasaan bidang ilmu
editor di penerbit atau pelatihan penerbitan. Hal ini terutama bila

17 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

menyangkut buku-buku pelajaran halaman, penanganan naskah


tertentu dapat berpendidikan sesuai diselesaikan dalam waktu dua minggu
dengan mata pelajaran dari buku sampai siap dicetak. Namun, jika lebih
tersebut. dari 200 halaman, waktu yang
dibutuhkan bisa sampai satu bulan.
Pada umumnya Penerbit tidak Dalam satu bulan, penerbit umumnya
hanya bersikap pasif dalam maksimal dapat menangani sebanyak
pengadaan naskah. Penerbit tidak tiga buku. Penanggung jawab dalam
hanya menunggu datangnya penulis penanganan naskah adalah kepala
yang menyerahkan naskah buku. redaksi yang bertugas
Adakalanya para editor harus mencari mengoordinasikan semua pihak yang
naskah, terutama naskah yang terlibat sehingga suatu naskah layak
temanya sedang trend. Dalam mencari untuk diterbitkan. Kepala redaksi
naskah, penerbit tidak mencari ke harus menentukan naskah yang laik
agen naskah. Biasanya Penerbit untuk terbit. Ada pun editor
menghubungi langsung kepada para bertanggung jawab dalam proses
penulis. Artinya, penerbit mengajukan editing sampai naskah itu siapa cetak.
permintaan khusus buku tertentu Susunan seluruh personalia yang
sesuai dengan yang diinginkan oleh berkaitan dalam penanganan naskah
penerbit. Selain ini, penerbit juga beserta tugas dan tanggung jawabnya
terkadang mengadakan naskah adalah berikut ini.
melalui penyaduran. Hal ini dilakukan a. Redaksi yang menangani proses
terutama dalam rangka editing dan berhubungan
membandingkan naskah penulis dengan penulis.
dengan buku referensi. Penyaduran b. Marketing yang menangani
ini dikerjakan dalam batas toleransi survai melalui instrument
tertentu dengan mencantumkan angket.
sumber referensi. c. Produksi yang menangani
Pada masalah pengambilan proses produksi, termasuk
keputusan diterima atau ditolaknya setter, lay-out, dan desain
suatu naskah, penerbit menerapkan cover.
beberapa tahap. Tahap pertama, editor Bagian redaksi penyuntingan tidak
menelaah naskah dari penulis lagi dibagi-bagi ke dalam sub-sub
kemudian menentukan apakah bagian secara lebih spesifik. Berkaitan
diterima ataukah ditolak. Tahap dengan aspek konten naskah, terdapat
kedua, setelah diterima, ditentukan beberapa penanganan yang dilakukan
setingan naskah, mulai dari ukuran, supaya isi suatu naskah dianggap baik
font, dan konsep penyajian. Tahap dan layak diterbitkan. Hal-hal yang
terakhir, naskah tersebut diajukan ke dijadikan pertimbangan dalam
dewan redaksi bahwa naskah tersebut menangani naskah adalah berikut.
layak untuk diterbitkan. a. Kesesuaian antara tema
dengan isi dan lay-out.
Waktu penanganan naskah b. Aspek penulisan EYD.
pada setiap penerbit bervariasi karena c. Aspek-aspek yang tidak
disesuaikan dengan kondisi naskah. bertentangan dengan SARA.
Bila memiliki ketebalan 100 s.d. 150

18 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

d. Membandingkan dengan terutama disebabkan oleh kebanyakan


referensi yang sejenis. pengguna bukunya adalah para siswa
Biasanya suatu proses produksi buku dan guru. Mekanisme penentuan buku
di setiap Penerbit mengalami tiga kali yang akan diterbitkan
putaran sebagai berikut. dipertimbangkan secara bersama.
➢ Putaran 1: Edit 1dan lay- Bagian-bagian yang secara bersama-
outing 1 sama mengambil keputusan adalah
➢ Putaran 2: Edit 2 dan lay- editor, pemasaran, dan produksi. Ada
outing 2 pun pihak yang menjadi sumber
➢ Putaran 3: Edit 3 dan lay- utama naskah berasal dari kalangan
outing 3 kampus atau akademisi.
Penerbit tidak secara spesifik membagi Penanganan kebahasaan dari
perbedaan tugas di setiap putaran. suatu naskah disesuaikan dengan
Yang pasti semua putaran berisi Kamus Besar Bahasa Indonesia serta
kegiatan pengoreksian atau perbaikan SOP dari Penerbit. Artinya, Kamus
dari semua aspek, mulai dari isi, Besar Bahasa Indonesia serta SOP
bahasa, lay-out, sampai ke desain Penerbit dijadikan pedoman dalam
cover. Dalam hal penyungingan, ada menangani bahasa yang digunakan di
tiga proses kegiatan yang paling dalam suatu naskah. Penanganan
penting sebagai berikut. masalah desain buku diserahkan
➢ Penyuntingan konten atau isi yang kepada bagian lay-outer. Bagian ini
dilakukan oleh editor yang bertugas dalam penataan letak teks di
menguasai isi materi buku. dalam buku dengan memperhatikan
➢ Penyuntingan bahasa yang aspek komposisi dan estetika sehingga
dilakukan oleh editor bahasa. buku enak dilihat saat dibaca. Bagian
➢ Penyuntingan Grafika yang ini pun bertugas membuat ilustrasi
meliputi masalah setting, lay- dan desain cover buku sehingga indah
outing, ilustrasi, dan desain. secara penampilan dan dapat
Penulis buku juga dilibatkan dalam membuat pembaca tertarik dengan
proses penyuntingan supaya proses buku tersebut. Penulis pun dilibatkan
editing tidak melenceng dari maksud dalam penganan naskah. Biasanya
yang hendak disampaikan penulis penulis dilibatkan untuk kembali
dari bukunya. mengoreksi buku yang sudah melalui
proses editing sebelum masuk pada
Setiap Penerbit memiliki proses cetak.
semacam bank naskah yang berisi stok
atau persediaan naskah yang akan Komponen pembiayaan yang
diterbitkan. Persediaan naskah berkaitan langsung dengan
biasanya disimpan per periode satu manajemen editorial meliputi dua hal
tahun. Sebanyak 10 sampai dengan 15 penting.
naskah menjadi persediaan dalam satu a. Biaya pengerjaan naskah, seperti
tahun. Penerbit sangat biaya cetak (print) dan proses
mempertimbangan kandungan isi kalhir.
naskah. Hal-hal yang berkaitan b. Biaya pembelian buku referensi
dengan SARA menjadi perhatian atau buku pembanding.
penting bagi setiap Penerbit. Hal ini

19 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

Dalam penyuntingan, standar


biaya yang digunakan adalah 30
ribu sampai dengan 36 ribu rupiah SIMPULAN
per halaman. Yang disayangkan,
1. Penerbit pada umumnya tidak
penerbit belum memiliki anggaran
hanya bersikap pasif dalam
untuk meningkatkan kemampuan
pengadaan naskah. Penerbit tidak
para editornya.
hanya menunggu datangnya
Sarana prasarana yang
penulis yang menyerahkan naskah
digunakan untuk kegiatan editorial
buku. Adakalanya para editor
adalah sebagai berikut.
harus mencari naskah, terutama
1) Komputer ( Pentium dan
naskah yang temanya sedang
Core 2 Duo).
trend. Dalam mencari naskah,
2) Printer (Laser Disk Jet).
penerbit tidak mencari ke agen
3) LAN.
naskah.
4) Internet.
2. Biasanya Para editor buku pada
5) Software-software.
penerbit di Bandung senantiasa
berkerja sama dengan penulis
Penerbit memberi berharap
untuk meningkatkan kualitas
kepada Pemerintah agar HET Buku
buku. Editor sering melakukan
Sekolah Elektronik (BSE) dapat
dengar pendapat dengan penulis
dievaluasi kembali. Hanya satu atau
mengenai materi buku yang akan
dua penerbit besar yang sekaligus
disajikan, mulai dari lay out, isi,
memliki percetakan dan pabrik kertas
sampai dengan finishing naskah.
yang sanggup mencetak BSE. Jika
Selain itu, editor melaksanakan
seandainya bse dibeli konsumen ke
survai lapangan, yaitu
penerbit maka akan banyak penerbit
mendengarkan dan menerima
yang mampu menerbitkan bse.
masukan dari calon konsumen
Pemerintah sepertinya tidak
mengenai isi buku seperti apa
menghitung biaya distribusinya secara
yang diinginkannya.
baik. Setelah BSE dan kebijakannya
diberlakukan, sudah banyak terjadi DAFTAR PUSTAKA
PHK dan sudah banyak penerbit yang
mati suri. Hanya penerbit yang kreatif Agung, I Gusti Ngurah. 2001: Statistika
yang masih bisa bertahan, dan sudah Analisis Hubungan Kausal
banyak juga penerbit yang tidak mau Berdasarkan Data Kategorik.
lagi menerbitkan buku pelajaran Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
sekolah. Pemerintah wajib
bertanggung jawab untuk Andriese HG, dkk.. 1993. Pengelolaan
kelangsungan hidup industri Penerbitan Buku 1 dari Naskah
pernerbitan di negeri ini.Barangkali Menjadi Buku. Jakarta:
perlu dibuat sitem penrbitan bse yang Depdikbud.
dapat membuat penerbit buku sekolah
mampu mendidtribusikannya ke Clark, GN. 1988. Inside Book Publishing:
konsumen. A Career Builder’s Guide.
Blueprint and Bokk House
Training Center.

20 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

Damodar, Gujarati. 1995. Basic Mudrajat, Kuncoro. 2005. Metode


Econometrics (3rd edition ed.). Kualitatif: Teori dan Aplikasi
New York: Mc-Graw Hill,. untuk Bisnis dan Ekonomi (Edisi
2). Yogjakata: AMP YKPN
Damodar, Gujarati. 2003. Basic
Econonometrics (Internasional Pamudi, Hassan. 1996. Pedoman Dasar
Edition). Singapore: Mc Graw Penerbitan Buku. Jakarta:
Hill. Penerbit Sinar
Lasa, HS. 1994. Pengelolaan Terbitan
Departemen Perdagangan RI. 2007. Berkala. Jogyakarta: Penerbit
Studi Industri Kreatif di Indonesia. Kanisius.
Jakarta: Departemen
Perdagangan. Paembonan, Taya. 1990. Penerbitan dan
Pengembangan Buku di Indonesia.
Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Jakarta: Depdikbud.
Penerbitan Pers. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Parera, Frans M. 2003. Memori Akhir Balai Pustaka.
Jabatan pengurus IKAPI DKI
Jakarta masa bakti 1999-2003. Smith, Datuk C., Jr. 1992. Penuntun
Jakarta: IKAPI. Penerbitan Buku. Jakarta: Pusgrafin
Depdiknas.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok
Materi Statistik 2 (Statistik Slovin, 1992 dalam Moch. Idochi
Inferensif) Edisi Kedua. Jakarta: Anwar. 2002. Skala Pengukuran
Bumi Aksara. Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
IKAPI (2015) Industri Penerbitan Buku
Indonesia: Dalam Data dan Santoso Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Par
Fakta, Okatan Penerbit Pertama). Jakarta: PT Alex Media Komputindo
Indonesia, Jakarta
Scheder, George. 1988. Perihal Cetak-
Introduction to Book Publishing. 1981. Mencetak. Yogyakarta: Penerbit
Publishers Assiciation and The Kanisius.
Printing and Publishing Indutry
Training Board. Subagya, P.D. & R Masri Sareb Putra.
2005. Promosi dan Pemasaran
Jakaria, Berlianti, Dita Oki, dan Rossje
Buku di Indonesia. Jakarta: IKAPI
V.M. Soeryaputeri. 2005.
DKI Jakarta.
“Modul Laboratorium Alat
Analisis”. Jakarta: Fakultas
Sugiyono. 2006. Statistika untuk
Ekonomi Universitas Trisakti.
Penelitian, edisi 9. Bandung:
Mansoor, Sofia. 1993. Pengantar Penerbit Alfabeta.
Penerbitan. Bandung: Penerbit
ITB.

21 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049
Publipreneur Polimedia: Jurnal Ilmiah Jurusan Penerbitan
Politeknik Negeri Media Kreatif
Vol. 5, No. 2, December 2017

Trim, Bambang. 2002. Menggagas Buku.


Bandung: Bunaya.

22 e-ISSN 2723-6323
p-ISSN 2338-5049

You might also like