Professional Documents
Culture Documents
INSTALASI FARMASI
UPTD KHUSUS RSUD dr SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2021
Menurut ISMP (Institute of Safe Medication Practice) List of High Alert Medications
ada beberapa kategori obat beresiko tinggi atau High Alert Medications (HAMs) yaitu :
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Medication Safety In High Situations
2019 obat High Alert terdiri dari beberapa kategori yaitu :
Kategori High Alert Contoh
Anti-infective A Amphotericine
Aminoglycoside
Potassium and other P Injections of potassium, magnesium,
electrolyte calcium,
hypertonic sodium chloride
Insulin I All insulin
Narcotics (opioids) and N Hydromorphone, oxycodone,
other sedatives morphine
Fentanyl, alfentanil, remifentanil
and analgesic
patches
Benzodiazepines, for example,
diazepam, midazolam
Thiopentone, propofol and other
short term
anaesthetics
Chemotherapeutic agents C Vincristine
Methotrexate
Etoposide
Azathioprine
Heparin and H Warfarin
anticoagulants Enoxaparin
Rivaroxaban, dabigatran, apixaban
Other O High-risk medicines identified at
local health
district/facility/unit level which do
not fit the above
categories
Dari penelusuran panduan, data pendukung termasuk laporan insiden lokal, nasional dan
internasional mengenai obat high alert diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Sediaan elektrolit konsentrat MgSO4 (Magnesium Sulfat) tidak tercantum dalam daftar
sediaan high alert elektrolit konsentrat.
2. Aminoglikosida belum masuk dalam daftar obat high alert di RSUD dr Soekardjo.
2.1 Elektrolit Konsentrat Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat kejang yang diberikan kepada pasien ibu hamil
dengan diagnosa preeklampsia. Preeklamsia adalah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan minimal satu gangguan pada organ tubuh
(misalnya keluarnya protein dalam air kencing) yang terjadi pada ibu hamil setelah usia hamil
mencapai 5 bulan ( 20 minggu). Pemberian obat ini beresiko memicu terjadinya keracunan/
intoksikasi magnesium (hypermagnesemia) yang bisa berakibat fatal. Pada penelitian di RS Dr.
Soetomo selama 5 tahun dilaporkan terdapat 19 kasus intoksikasi mgSO4 diantara 6823 kasus
preeklampsia (1.09%). Insiden intoksikasi ini hampir sama dengan insiden yg dilaporkan suatu
sistematik review yang melibatkan 9556 kasus yaitu sebesar 1.3-1.6%. Angka ini terbilang
rendah jika dibandingkan dengan kasus preeklampsia yang mendapat terapi MgSO4 di dunia.
Pada tahun 2006 di Florida dilaporkan ibu hamil meninggal dunia setelah overdosis magnesium
sulfat saat persalinan. Hal yang menjadi fokus pada kasus tersebut yaitu lebih kepada indikasi
terjadinya “nurse error” daripada sistem penanganan sediaan yang juga dapat berkontribusi
terjadinya “error dispensing”.
Berdasarkan informasi faktual tersebut Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan harus memperbaharui dan mengembangkan daftar obat high alert disertai standarisasi
“safe care practice” penggunaan magnesium sulfate intravena untuk mengurangi insiden
overdoses atau insiden intoksikasi pada pasien ibu hamil.
2.2 Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah antibakteri sprektrum luas yang memiliki mekanisme aksi
menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom 30S subunit. Antibiotik
golongan aminoglikosida terdiri dari gentamisin, amikasin, tobramisin, kanamisin, neomisin,
streptomisin dan paramomisin. Aminoglikosida diindikasikan untuk mengobati sepsis,
pneumonia, meningitis, infeksi intrabadominal terutama pada kasus-kasus neonates Pemberian
obat aminoglikosida harus dalam pengawasan klinisi, hal ini dikarenakan resiko efek samping
aminoglikosida yang dapat berakibat fatal. Berdasarkan penelitian dilaporkan efek samping
pemberian aminoglikosida yaitu ototoksisitas dan nefrotoksisitas. Gentamisin banyak digunakan
karena obat ini diindikasikan pemakaiannya sebagai terapi profilaksis pada neonatus yang lahir
dengan risiko infeksi. Neonatus prematur mempunyai risiko efek samping terutama nefrotoksik
yang lebih besar daripada neonatus term. Amikasin menjadi pilihan setelah pemberian
gentamisin dikarenakan amikasin efektif pada infeksi yang disebabkan kuman yang telah resisten
terhadap gentamisin. Amikasin memiliki t1/2 yang lebih panjang pada neonatus daripada dewasa
normal yaitu 4 – 5 jam pada neonatus term berusia lebih atau sama dengan 7 hari dan 7 – 8 jam
pada bayi dengan berat badan lahir rendah, sehingga neonatus memiliki risiko nefrotoksik yang
lebih tinggi. Selain itu telah dilaporkan 2 - 45% pasien dewasa dengan terapi aminoglikosida
mengalami ototoksik dan 10-25% pasien mengalami gangguang pada fungsi ginjalnya selama
pemberian terapi aminoglikosida. Berdasarkan informasi tersebut tenaga kesehatan harus
berkolabarasi dalam pemberian terapi pasien di rumah sakit agar manajemen terapi dapat optimal
namun tetap berpegang pada aspek keselamatan pasien. Salah satu faktor dalam manajemen
terapi pasien yaitu pelayanan kefarmasian khususnya aspek pengelolaan sediaan farmasi.
Dilaporkannya kejadian efek samping pada saat pemberian aminoglikosida diperlukan
pengawasan oleh tenaga kesehatan selama pemberian terapi salah satunya yaitu memasukan
aminoglikosida sebagai obat high alert.
3. KESIMPULAN
Obat high alert memerlukan pengelolaan yang baik karena beresiko tinggi menimbukan
kerugian pada pasien. Dari pengkajian yang mengacu pada pedoman dan laporan kerugian akibat
penggunaan obat high alert didapatkan hasil Magnesium Sulfat dan Golongan Antibiotik
Aminoglikosida dapat direkomendasikan untuk masuk dalam daftar obat high alert di UPTD
Khusus RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Simpson, Kathleen Rice PhD, RN, FAAN. Minimizing Risk of Magnesium Sulfate Overdose
in Obstetrics. MCN, The American Journal of Maternal/Child Nursing: September 2006 -
Volume 31 - Issue 5 - p 340
2. McEvoy, K.; Snow, E.K.; Kester, L.; Litvak, K.; Miller, J.; &Welsh, O.H. 2006, AHFS Drug
Information Handbook, American Society of Health System, Bethesda, 60, 413