You are on page 1of 7

KAJIAN OBAT HIGH ALERT

INSTALASI FARMASI
UPTD KHUSUS RSUD dr SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2021

1. Obat High Alert


1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) obat High Alert atau obat beresiko tinggi
adalah obat yang memiliki resiko tinggi menyebabkan kerugian pasien secara signifikan apabila
salah saat menggunakannya. Hasil penelitian menunjukaan kerugian tersebut berhubungan
dengan Adverse Drug Reactions (ADRs) atau efek samping obat.

1.2 Kategori Obat High Alert

Menurut ISMP (Institute of Safe Medication Practice) List of High Alert Medications
ada beberapa kategori obat beresiko tinggi atau High Alert Medications (HAMs) yaitu :

a) Adrenergic agonist IV (epinephrine, norepinephire)


b) Adrenergic antagonist IV (propranolol, metoprolol, labetalol)
c) Anesthetics agent general, inhaled, and IV (propofol, ketamine)
d) Antiarrhythmics agent IV (amiodarone)
e) Antithrombotic agent
 Anticoagulants, oral and IV(warfarin, LMWH, unfractioned heparin)
 Direct oral anticoagulants and factor Xa inhibitors (dabigatran,
rivaroxaban, apixaban, edoxaban, betrixaban, fondaparinux)
 Direct Thrombin inhibitors (argatroban, bivalirudin, dabigatran)
 Glycoprotein IIa/IIIb inhibitors (eptifibatide)
 Thrombolytics (alteplase, reteplase, tenecteplase)
f) Cardioplegic solution
g) Chemotherapeutic agents, parenteral and oral
h) Dextrose, hypertonic, 20% or greatear
i) Dialysis solutions, peritoneal and hemodialysis
j) Epidural and intrathecal medications
k) Inotropic medications (digoxin, milrinone)
l) Insulin, subcutaneous and IV
m) Liposomal form of drugs
n) Moderate and Sedation agent IV (dexmedetomidine, midazolam, LORazepam)
o) Moderate and minimal Sedation agent, oral, for children
p) Opioids, IV, oral (liquid concentrate, immediate and sustained formulation) and
transdermal
q) Neuromuscular blocking agents (succinylcholine, rocuronium, vecuronium)
r) Parenteral nutritions
s) Sodium chloride, hyepertonic, more than 0,9% concentration
t) Sterile water for injection, inhalation and irrigations
u) Sulfonylurea hypoglicemics, oral (glimepiride, glyBURIDE, glipiZIDE,
TOLBUTamide)

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Medication Safety In High Situations
2019 obat High Alert terdiri dari beberapa kategori yaitu :
Kategori High Alert Contoh
Anti-infective A Amphotericine
Aminoglycoside
Potassium and other P Injections of potassium, magnesium,
electrolyte calcium,
hypertonic sodium chloride
Insulin I All insulin
Narcotics (opioids) and N Hydromorphone, oxycodone,
other sedatives morphine
Fentanyl, alfentanil, remifentanil
and analgesic
patches
Benzodiazepines, for example,
diazepam, midazolam
Thiopentone, propofol and other
short term
anaesthetics
Chemotherapeutic agents C Vincristine
Methotrexate
Etoposide
Azathioprine
Heparin and H Warfarin
anticoagulants Enoxaparin
Rivaroxaban, dabigatran, apixaban
Other O High-risk medicines identified at
local health
district/facility/unit level which do
not fit the above
categories

2. Pengkajian Obat High Alert di UPTD Khusus RSUD dr. Soekardjo


Pengelolaan Sediaan High Alert di UPTD Khusus RSUD dr Soekardjo mengacu pada
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikamalaya Nomor
448/Kep-1198-Huk/2019 Tentang Kebijakan Obat High Alert di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya, Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Soekardjo
Kota Tasikmalaya Nomor 445/Kep-135-Huk/ 2017 Tentang Panduan Obat High Allert di
Rumah Sakit Umum Daerah dr Soekardjo Kota Tasikmalaya. Adapun tujuan pengkajian Obat
High Alert ini adalah untuk mendapatkan dan memperbaharui informasi terkini mengenai
sediaan obat High Alert sebagai rekomendasi dalam evaluasi kebijakan pengelolaan obat high
alert di rumah sakit guna mengoptimalkan sasaran keselamatan pasien serta meminimalkan
insiden keselamatan pasien. Merujuk pada kebijakan tersebut berikut daftar obat High Alert di
RSUD dr Soekardjo :

Tabel 2.1 Obat High Alert Lainnya


Bentuk
N
Kelas terapi Nama generik sediaa Nama dagang Kekuatan
o
n
1 Analgesik narkotik Fentanyl injeksi Fentanyl 0,05 mg/ml
    Pethidin hcl injeksi Pethidin HCl 50 mg/ml
    Morfin HCl tablet MST Continous 10 mg
    Codein tablet Codein hcl 10, 20 mg
    Morfin HCl injeksi Morfin HCl 10 mg/ml
2 Anestetik lokal Bupivacain injeksi Regivell/Buvanest 0,5 %, 4 ml
Anastetik umum
3 Propofol injeksi Fresofol 1% mct/lct
(inhalasi dan iv)
    Ketamin injeksi KTM, Ketamin 50 mg/ml
    Midazolam injeksi Miloz, Fortanest 1 mg/ml, 5 mg/ml
inhalasi
    Isoflurane Forane/Terrel 250 ml
cair
inhalasi
    Sevoflurane Sevorane 250 ml
cair
4 Antidiabetes Insulin aspartat injeksi Novorapid 100 iu/ml
    Insulin gluisin injeksi Apidra 100 iu/ml
    Insulin lispro injeksi Humalog 100 iu/ml
    Insulin lispro injeksi Humalog mix 100 iu/ml
Biphasic insulin
    injeksi Novomix 100 iu/ml
Aspartat
    Insulin glargin injeksi Lantus 100 iu/ml
    Insulin detemir injeksi Levemir 100 iu/ml
    Akarbose tablet Acarbose 50 mg, 100 mg
    Glikuidone tablet Glikuidone 30 mg
    Gliklazid tablet Diamicron mr 60 60 mg
1 mg, 2 mg, 3 mg, 4
    Glimepirid tablet Glimepirid
mg
    Metformin tablet Metformin 500 mg
Antialergi dan obat
5 Epineprin (adrenalin) injeksi Epinephrine 0,1% (i.v.)
untuk anafilaksis
6 Antiaritmia Amiodaron injeksi Tiaryt/ Cordaron 150 mg/3 ml
    Digoksin injeksi Fargoxin 0,25 mg/ml
Bahan kontras 240 -370 mg
7 Iopromid injeksi Ultravist
radiologi iodium/ml
8 Hormon antidiuretik Vasopresin injeksi Farpresin 20 iu/ml
9 Imunosupresan Metotrexat tablet MTX 2,5 mg
Obat yang 20 mg/0,2 ml; 40
Enoksaparin
10 mempengaruhi injeksi Lovenox mg/0,4 ml; 60
Natrium
koagulasi mg/0,6 ml
    Warfarin tablet Simarc 2 mg
    Heparin natrium injeksi Inviclot 5.000 iu/ml
Fondaparinuks
    injeksi Arixtra, Diviti 2,5 mg/0,5 ml
sodium
    Streptokinase injeksi Fibrion 1.500.000 iu
Cetadop, Udopa,
    Dopamin hcl injeksi 40 mg/ml
Pro infark
Obat untuk syok
11 kardiogenik dan Dobutamin hcl injeksi Doburan 50 mg/ml
sepsis
Raivas, N-Epi,
    Norepinephrine injeksi 1 mg/ml
Carsive, Levosol
Oxytocyn s ,
12 Oksitosik Oksitosin injeksi 10 iu/ml
Induxin
Penghambat dan
13 pemacu transmisi Atrakurium injeksi Notrixum, tracrium 10 mg/ml
neuromuskuler
Roculax, Noveron,
    Rocuronium injeksi 50   g/ 5 ml
esmeron
14 Trombolitik Alteplase injeksi Actylase 50 mg
    Streptokinase injeksi Fibrion 1,500,000 IU

Tabel 2.2.Obat Elektrolit Konsentrasi Tinggi


No Nama generik Nama dagang Sediaan Kekuatan

1 Kalium klorida KCl Injeksi 7,46% / 25 ml

2 Natrium klorida NaCl 3% Injeksi 3% / 500 ml

3 Natrium bicarbonate Meylon Injeksi 8,4% / 25 ml

4 Dekstrose D 40% Injeksi 40% / 25 ml

Dari penelusuran panduan, data pendukung termasuk laporan insiden lokal, nasional dan
internasional mengenai obat high alert diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Sediaan elektrolit konsentrat MgSO4 (Magnesium Sulfat) tidak tercantum dalam daftar
sediaan high alert elektrolit konsentrat.
2. Aminoglikosida belum masuk dalam daftar obat high alert di RSUD dr Soekardjo.
2.1 Elektrolit Konsentrat Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat kejang yang diberikan kepada pasien ibu hamil
dengan diagnosa preeklampsia. Preeklamsia adalah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan minimal satu gangguan pada organ tubuh
(misalnya keluarnya protein dalam air kencing) yang terjadi pada ibu hamil setelah usia hamil
mencapai 5 bulan ( 20 minggu). Pemberian obat ini beresiko memicu terjadinya keracunan/
intoksikasi magnesium (hypermagnesemia) yang bisa berakibat fatal. Pada penelitian di RS Dr.
Soetomo selama 5 tahun dilaporkan terdapat 19 kasus intoksikasi mgSO4 diantara 6823 kasus
preeklampsia (1.09%). Insiden intoksikasi ini hampir sama dengan insiden yg dilaporkan suatu
sistematik review yang melibatkan 9556 kasus yaitu sebesar 1.3-1.6%. Angka ini terbilang
rendah jika dibandingkan dengan kasus preeklampsia yang mendapat terapi MgSO4 di dunia.
Pada tahun 2006 di Florida dilaporkan ibu hamil meninggal dunia setelah overdosis magnesium
sulfat saat persalinan. Hal yang menjadi fokus pada kasus tersebut yaitu lebih kepada indikasi
terjadinya “nurse error” daripada sistem penanganan sediaan yang juga dapat berkontribusi
terjadinya “error dispensing”.
Berdasarkan informasi faktual tersebut Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan harus memperbaharui dan mengembangkan daftar obat high alert disertai standarisasi
“safe care practice” penggunaan magnesium sulfate intravena untuk mengurangi insiden
overdoses atau insiden intoksikasi pada pasien ibu hamil.
2.2 Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah antibakteri sprektrum luas yang memiliki mekanisme aksi
menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom 30S subunit. Antibiotik
golongan aminoglikosida terdiri dari gentamisin, amikasin, tobramisin, kanamisin, neomisin,
streptomisin dan paramomisin. Aminoglikosida diindikasikan untuk mengobati sepsis,
pneumonia, meningitis, infeksi intrabadominal terutama pada kasus-kasus neonates Pemberian
obat aminoglikosida harus dalam pengawasan klinisi, hal ini dikarenakan resiko efek samping
aminoglikosida yang dapat berakibat fatal. Berdasarkan penelitian dilaporkan efek samping
pemberian aminoglikosida yaitu ototoksisitas dan nefrotoksisitas. Gentamisin banyak digunakan
karena obat ini diindikasikan pemakaiannya sebagai terapi profilaksis pada neonatus yang lahir
dengan risiko infeksi. Neonatus prematur mempunyai risiko efek samping terutama nefrotoksik
yang lebih besar daripada neonatus term. Amikasin menjadi pilihan setelah pemberian
gentamisin dikarenakan amikasin efektif pada infeksi yang disebabkan kuman yang telah resisten
terhadap gentamisin. Amikasin memiliki t1/2 yang lebih panjang pada neonatus daripada dewasa
normal yaitu 4 – 5 jam pada neonatus term berusia lebih atau sama dengan 7 hari dan 7 – 8 jam
pada bayi dengan berat badan lahir rendah, sehingga neonatus memiliki risiko nefrotoksik yang
lebih tinggi. Selain itu telah dilaporkan 2 - 45% pasien dewasa dengan terapi aminoglikosida
mengalami ototoksik dan 10-25% pasien mengalami gangguang pada fungsi ginjalnya selama
pemberian terapi aminoglikosida. Berdasarkan informasi tersebut tenaga kesehatan harus
berkolabarasi dalam pemberian terapi pasien di rumah sakit agar manajemen terapi dapat optimal
namun tetap berpegang pada aspek keselamatan pasien. Salah satu faktor dalam manajemen
terapi pasien yaitu pelayanan kefarmasian khususnya aspek pengelolaan sediaan farmasi.
Dilaporkannya kejadian efek samping pada saat pemberian aminoglikosida diperlukan
pengawasan oleh tenaga kesehatan selama pemberian terapi salah satunya yaitu memasukan
aminoglikosida sebagai obat high alert.

3. KESIMPULAN
Obat high alert memerlukan pengelolaan yang baik karena beresiko tinggi menimbukan
kerugian pada pasien. Dari pengkajian yang mengacu pada pedoman dan laporan kerugian akibat
penggunaan obat high alert didapatkan hasil Magnesium Sulfat dan Golongan Antibiotik
Aminoglikosida dapat direkomendasikan untuk masuk dalam daftar obat high alert di UPTD
Khusus RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Simpson, Kathleen Rice PhD, RN, FAAN. Minimizing Risk of Magnesium Sulfate Overdose
in Obstetrics. MCN, The American Journal of Maternal/Child Nursing: September 2006 -
Volume 31 - Issue 5 - p 340
2. McEvoy, K.; Snow, E.K.; Kester, L.; Litvak, K.; Miller, J.; &Welsh, O.H. 2006, AHFS Drug
Information Handbook, American Society of Health System, Bethesda, 60, 413

You might also like