You are on page 1of 9

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No.

1, Juni 2021

KONDISI SOSIAL EKONOMI BURUH KELUARGA PENGRAJIN


BATU BATA

Gietha Putri Aroem


Magister Ilmu Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Universitas Lampung,
giethaputriaroem@gmail.com

Tubagus Hasanuddin
Magister Ilmu Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Universitas Lampung,
tb_sijati@yahoo.com

Abstract
Limited employment opportunities encourage people to look for other alternatives to find income to
meet their family's needs. One of these alternatives is to become a brick production worker. The
purpose of this study was to determine the socio-economic conditions of brick craftsmen
workers’family. The research was conducted in Campang Raya Village, Sukabumi District, Bandar
Lampung City from November to December 2019. The respondents were 15 people who were brick
craftsmen who were determined purposively. Data analysis was performed by qualitative descriptive
analysis. The results showed that the masonry workers were of productive age (100%), most of them
(67%) had a low level of education. Average net income of IDR 3,320,000 - IDR 3,433,000 per month
with a monthly per capita income of 1,106,000, - −Rp 1,147,000, - not meeting the UMR standard of
Bandar Lampung City of IDR 2,445 .141, - Family brick craftsmen still do not get good housing
facilities in the form of unsuitable housing, poor road facilities to the dwelling, and water sources that
are difficult to obtain. The health facilities used for treatment is the puskesmas, the families of brick
craftsmen workers do not have health insurance.
.
Keywords:
Brick Craftsman, Family, Income

Abstrak
Terbatasnya lapangan pekerjaan mendorong masyarakat mencari alternatif lain dalam mencari
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
menjadi buruh produksi batu bata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial
ekonomi keluarga buruh pengrajin batu bata. Penelitian dilakukan di Kelurahan Campang Raya,
Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung dari bulan November - Desember tahun 2019.
Responden adalah buruh pengrajin batu bata yang ditentukan secara purposive berjumlah 15 Orang.
Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan buruh
pengrajin batu berusia produktif (100%), sebagian besar (67%) memiliki tingkat pendidikan yang
rendah. Pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 3.320.000,- − Rp 3.433.000,- per bulan dengan
pendapatan per kapita per bulan sebesar 1.106.000,- −Rp 1.147.000,- dan belum memenuhi standar
UMR Kota Bandar Lampung sebesar Rp 2.445.141,- .Keluarga pengrajin batu bata masih belum
mendapatkan fasilitas tempat tinggal yang baik berupa tempat tinggal belum layak, fasilitas jalan ke
tempat tinggal buruk, dan sumber air yang susah diperoleh. Fasilitas kesehatan yang digunakan
berobat adalah puskesmas, keluarga buruh pengrajin batu bata tidak memiliki jaminan kesehatan.

Kata Kunci:
Buruh Pengrajin Batu Bata, Keluarga, Pendapatan

121
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

PENDAHULUAN solar, oli, dan kayu bakar dalam proses


Kemiskinan merupakan masalah yang pembuatannya.
serius yang terjadi diperkotaaan. Kemiskinan Pekerjaan sebagai buruh pengrajin
merefleksikan ketidakcukupan pemenuhan batu bata sangat mempengaruhi kondisi
kebutuhan hidup yang paling dasar dan perekonomian keluarga pengrajin batu bata.
ketidaklayakan kesejahteraan seseorang (LIPI, Penghasilan dari pembuatan batu bata akan
2020). Banyak masyarakat yang berasal dari berpengaruh terhadap kondisi sosial
desa pindah ke kota untuk mencari pekerjaan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup
tanpa dibekali dengan kemampuan dan pengrajin batu bata sehari-hari. Menurut
pendidikan yang cukup. Hal ini menyebabkan Achmad et al (2015), pendapatan yang
masyarakat susah untuk mencari pekerjaan dihasilkan menggambarkan tingkat
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan kemampuan seseorang untuk berdaya beli
kebutuhan keluarganya. Keadaan ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan
mendorong pengrajin batu bata untuk mencari hidupnya. Faktor yang mempengaruhi
alternatif lain dalam memperoleh pendapat kondisi sosial ekonomi dapat berupa
untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. pendidikan, pendapatan, tempat tinggal dan
Terbatasnya lapangan pekerjaan dan alat transportasi (Aristantia et al, 2019).
kondisi pendidikan yang rendah menyebabkan Selain itu, jumlah tanggungan dan
pengrajin batu bata harus berusaha mencari kesehatan keluarga dapat mempengaruhi
peluang pekerjaan. Pendidikan yang rendah kondisi sosial ekonomi yang berhubungan
akan memperkecil peluang untuk dengan pengeluaran penghasilan untuk
mendapatkan pekerjaan (Febrina et al, 2016). keluarga (Kenedi, 2017). Kondisi sosial
Banyak masyarakat berpendidikan rendah ekonomi keluarga dapat bermanfaat dalam
yang mencari alternatif pekerjaan lain untuk peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup
memenuhi kebutuhan rumahtangganya seperti masyarakat (Wasak, 2012). Oleh karena itu,
di Kelurahan Campang Raya, Kecamatan penelitian terhadap kondisi sosial ekonomi
Sukabumi, Kota Bandar Lampung. Menurut buruh pengrajin batu bata menarik untuk
BKKBN (2017), jumlah penduduk di diteliti.
Kecamatan Campang Raya mencapai 6978 Tujuan penelitian ini adalah untuk
jiwa dengan mata mencaharian sebagian besar mengetahui kondisi sosial ekonomi
adalah buruh sebanyak 2558 orang. Dari keluarga buruh pengrajin batu bata di
sejumlah buruh di atas dijumpai sebagian kecil Kecamatan Campang Raya, Kelurahan
buruh berprofesi sebagai pengrajin batu bata Sukabumi, Kota Bandar Lampung.
karena di Kelurahan Campang Raya memiliki
kondisi tanah yang cocok untuk pembuatan METODE
batu bata. Tanah di daerah ini adalah tanah liat Penelitian dilakukan di Kelurahan
kuning sehingga cocok untuk dibuat batu bata. Campang Raya, Kecamatan Sukabumi,
Proses pembuatan batu bata dilakukan dengan Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
mencetak, menjemur dan membakar batu bata Penelitian dilakukan dari bulan November-
tersebut ke dalam tungku pembakaran. Selain Desember 2019. Jumlah responden
itu, diperlukan bahan-bahan seperti tanah liat, sebanyak 15 orang kepala keluarga yang
ditentukan secara sengaja (purposive).

122
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

Dalam penelitian ini menggunakan alat


pengumpulan data yakni (1) Angket, (2)
Observasi dan (3) Studi Dokumentasi. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisa Deskriptif Kualitatif.
Pendekatan Deskritif kualitatif adalah metode
untuk menggambarkan keadaan atau fenomena
serta untuk mengetahui keadaan yang
berhubungan atau sesuai adanya di lapangan
(Arikunto, 2010). Gambar 1. Usia suami istri buruh pengrajin
batu bata dan beban
Data yang diperlukan dalam kegiatan tanggungan keluarga
penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer dikumpulkan secara Tingkat pendidikan terendah suami
langsung dari narasumber yaitu keluarga pengrajin batu bata adalah tidak lulus
buruh pengrajin batu bata dengan teknik. Data sekolah dasar (20%), lulus SD (47%), dan
sekunder berupa data yang sudah disajikan SMP (33%). Dari data ini maka 67% suami
dalam laporan-laporan dari instansi yang masih tergolong berpendidikan rendah. Di
terkait. pihak lain, tingkat pendidikan istri lebih
tinggi dibandingkan dengan suami, yaitu
HASIL PENELITIAN lulus SD (40%), lulus SMP (47%), dan
1. Usia, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah 13% sisa berpendidikan setingkat SMA.
Tanggungan Responden Persentase tingkat pendidikan suami istri
Usia suami buruh pengrajin batu bata
buruh pengrajin batu bata dapat dilihat
berkisar antara 41-53 tahun, sedangkan usia
melalui tabel berikut:
istri berkisar antara 39-48 tahun dengan rata-
rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-4
Tabel 1. Tingkat pendidikan suami istri
orang. Jumlah tanggungan keluarga dihitung pengrajin batu bata
dari total jumlah anggota keluarga yang masih Tingkat
ditanggung oleh responden. Usia suami istri Pendidikan Suami % Istri %
Tidak lulus
buruh pengrajin batu bata dan banyaknya 3 20 0 0
SD
beban tanggungan responden tampak pada 7 47 6 40
SD
Grafik 1.
SMP 5 33 7 47
SMA 0 0 2 13

Jumlah 15 100 15 100


Sumber: Data primer (2019)

Jumlah tanggungan keluarga buruh


pengrajin batu bata rata-rata berjumlah 3
orang per keluarga. Berdasarkan Tabel 2
tampak bahwa semua responden keluarga
buruh pengrajin batu bata memiliki
123
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

minimal 1 orang tanggungan rumahtangga dan Biasanya pengrajin batu bata di


terbanyak berjumlah 4 orang. Tabel 2 berikut Kelurahan Campang Raya membakar
ini menunjukkan jumlah beban tanggungan hasilnya setiap 3 bulan sekali. Pengrajin
rumahtangga buruh pengrajin batu bata yang batu bata juga harus membayar biaya sewa
diteliti. tanah yang tergantung dari hasil batu bata
yang pengrajin batu bata buat dengan
2. Pendapatan perbandingan 1:10. Misalnya pengrajin
Berdasarkan pendapatannya, maka batu bata dapat menghasilkan batu bata
pendapatan buruh pengrajin batu bata sebanyak 50 ribu buah, maka pengrajin
digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu batu bata harus membayarnya dengan 5
golongan buruh pengrajin batu bata besar dan ribu batu bata ke pemilik tanah. Batu bata
buruh pengrajin batu bata kecil. Berdasarkan kecil dihargai Rp 220,-/buah sedangkan
penelitian yang telah dilakukan terhadap batu bata besar dihargai Rp 450,-/buah.
responden golongan buruh pengrajin batu bata Tabel 3 berikut ini menunjukkan
kecil (9 orang) dan buruh pengrajin batu bata pendapatan yang dapat diperoleh oleh
besar (6 orang) diperoleh jumlah batu bata buruh pengrajin batu bata.
yang dapat dihasilkan oleh buruh pengrajin
batu bata tersebut bervariasi. Tabel 2 berikut Tabel 3. Rata-rata Pendapatan buruh
ini menunjukkan jumlah rata-rata batu bata pengrajin batu bata (per 3 bulan)
yang dihasilkan oleh buruh pengarajin batu
Batu bata Batu bata
bata tersebut.
kecil besar
Penerimaan
Tabel 2. Rata-rata jumlah batu bata yang Rata-rata batu
dihasilkan responden bata yang 68000 buah x 34000 buah x
Jumlah batu dibuat selama Rp 220,- Rp 450,-
Jumlah batu bata
No bata besar 3 bulan = Rp =Rp
kecil (buah)
(buah) dikalikan 14.960.000,- 15.300.000,-
1 40000 60000 dengan harga
2 35000 70000 Biaya
3 30000 70000
Biaya
4 35000 75000
Operasional
5 35000 70000 Rp Rp
(kayu, oli,
6 30000 65000 5.000.000,- 5.000.000,-
bensin, sewa
7 70000 dll)
8 60000 Pendapatan
9 75000
pendapatan
Rata- Rp Rp
34167 68333 bersih per 3
rata 9.960.000,- 10.300.000,-
bulan
Sumber: Data Primer (2019) Pendapatan
Rp Rp
bersih per
3.320.000,- 3.433.000,-
Berdasarkan Tabel 2 di atas tampak bulan
Pendapatan
bahwa buruh pengrajin batu bata kecil rata- Rp Rp
per kapita per
rata menghasilkan sebanyak 68.000 buah, 1.106.000,- 1.147.000,-
bulan
sedangkan untuk buruh pengrajin batu bata Sumber: Data primer diolah (2019)
besar rata-rata menghasilkan batu bata
sebanyak 34.000 buah.
124
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

Dari Tabel 3 di atas tampak bahwa dan membangun tempat tinggal sementara
pendapatan bersih pengarajin batu bata kecil yang berupa tempat tinggal darurat semi
dan batu bata besar tidak menunjukan permanen. Lamanya pengrajin batu bata
perbedaan yang berarti. Pendapatan bersih bertempat tinggal di rumah sementara
perbulan untuk satu keluarga rata-rata berkisar tersebut berkaitan dengan masih dapat
Rp 3.320.000,- − Rp 3.433.000,- . tidaknya tanah yang ada di sekitar rumah
dapat dibuat batu bata. Jika tanah di sekitar
3. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari rumah sementara tersebut tidak dapat lagi
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari digunakan untuk membuat batu bata, maka
keluarga buruh pengrajin batu bata dapat pengrajin batu bata akan berpindah tempat
dilihat dari tercukupinya konsumsi pangan dan mencari tempat yang lain. Tabel 5 berikut
sandang serta kebutuhan lain dari hasil ini memperlihatkan kondisi rumah buruh
pendapatan yang diperoleh buruh pengrajin pengrajin batu bata.
batu bata. Tabel 4 berikut ini memperlihatkan
tingkat pemenuhan kebutuhan hidup sehari- Tabel 5. Kondisi Rumah
hari buruh pengarajin batu bata. Kondisi
Jumlah %
Rumah
Tabel 4. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Permanen 4 27
sehari-hari responden Semi
11 73
Permanen
Jawaban Jumlah %
Jumlah 15 100
Terpenuhi 5 33,3 Sumber: Data primer (2019)
Kurang
10 66,7
Terpenuhi
Sebanyak 73% buruh pengrajin batu
Jumlah 15 100
bata memiliki kondisi rumah semi
Sumber: Data primer (2019) permanen sedangkan 27% sisanya sudah
permanen. Bangunan semi permanen
Berdasarkan Tabel 4 di atas tampak
tersebut masih terbuat dari papan kayu dan
bahwa sebanyak 33,3 % responden buruh
lantainya masih tanah, sedangkan yang
pengrajin batu bata mengungkapkan
dimaksud dengan rumah permanen adalah
penghasilan pengrajin batu bata sudah dapat
rumah tersebut sudah memiliki pondasi
memenuhi kebutuhan hidup pengrajin batu
yang kokoh. Sementara pada fasilitas
bata, sedangkan 66,7% sisanya
tempat tinggal, jalan ketempat tinggal
mengungkapkan bahwa kebutuhan pengrajin
pengrajin batu bata masih tanah dan
batu bata masih kurang terpenuhi jika hanya
bebatuan dan belum beraspal dan fasilitas
mengandalkan penghasilan dari pembuatan
air sangat susah diperoleh pada musim
batu bata.
kemarau.
Berkaitan dengan kesehatan
4. Keadaan dan Fasilitas Tempat Tinggal
keluarga, maka pengrajin batu bata
Berkaitan dengan keadaan dan fasilitas
memiliki jasmani yang sehat untuk
tempat tinggal, maka pekerja buruh pengarajin
beraktifitas sehari-hari akan tetapi tidak
batu bata tersebut sebagian besar masih
memiliki jaminan kesehatan. Tabel 6
menyewa. Pengrajin batu bata menyewa tanah

125
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

menunjukkan fasilitas kesehatan yang mendukung (miskin) sehingga


digunakan oleh responden untuk berobat. mengakibatkan pengrajin batu bata lebih
memilih untuk bekerja dibandingkan
Tabel 6. Fasilitas kesehatan yang digunakan melanjutkan sekolah. Tingkat pendidikan
responden untuk berobat yang rendah ini mengakibatkan pengrajin
Jenis fasilitas batu bata memutuskan bekerja sebagai
Jumlah %
kesehatan
buruh batu bata. Menurut penelitian Hindun
RS/Klinik 0 0
Puskesmas 15 100 (2019), pendidikan sangat berpengaruh
Jumlah 15 100 dalam penyerapan tenaga kerja. Kualitas
Sumber: Data primer (2019) pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi
kualitas sumber daya manusianya sehingga
Alat Transportasi penyerapan tenaga kerja lebih optimal.
Alat transportasi yang dimiliki oleh Oleh karena itu semakin rendah tingkat
pengrajin batu bata adalah sepeda motor. pendidikan seseorang semakin terbatas
Semua pengrajin batu bata memiliki motor lapangan pekerjaan yang tersedia.
untuk menunjang mobilitas keluarga dalam Pendapatan per kapital keluarga per
kehidupan sehari-hari. Status kepemilikan bulan sebesar Rp. 1.106.000,- − Rp
kendaraan bermotor pengrajin batu bata adalah 1.147.000,- masih belum memenuhi standar
milik sendiri, namun masih ada yang menyicil UMR sebesar Rp. 2.445.141,-. Jumlah per
dan umumnya pengrajin batu bata membeli kapital keluarga dihitung dari seberapa
motor bekas. banyak anggota keluarga yang harus
ditanggung. Jumlah tanggungan keluarga
PEMBAHASAN rata-rata berjumlah 3 orang per keluarga.
Keadaan Sosial Ekonomi Buruh Pengrajin Pendapatan pengrajin batu bata belum tentu
Batu Bata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
Buruh pengrajin batu data yang bekerja hari. Menurut Sumardi dan Evers dalam
merupakan pasangan suami istri yang Subaidi et al (2015), kebutuhan sehari-hari
menghabiskan waktu seharian untuk membuat dapat berupa kebutuhan konsumsi individu
bata. Karakteristik keluarga buruh batu bata dan kebutuhan pelayanan sosial yang
dalam penelitian ini yaitu memiliki usia berguna untuk kelangsungan dan
produktif untuk bekerja berkisar antara 39-53 kesejahteraan manusia. Kebutuhan keluarga
tahun. Menurut BPS (2015), usia produktif buruh pengrajin batu bata dalam penelitian
adalah usia yang berkisar antara 15-64 tahun. ini mengungkapkan bahwa pendapatan
Usia ini dapat mempengaruhi produktivitas yang diperoleh dari hasil pembuatan batu
seseorang untuk bekerja. Pengrajin batu bata bata digunakan untuk kebutuhan dasar
di daerah penelitian bekerja berkisar antara 5-6 utama berupa pangan dan biaya hidup
jam per hari. lainnya.
Tingkat pendidikan buruh pengrajin batu Tingginya konsumsi untuk
bata masih tergolong rendah, sebanyak 67% pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat
suami buruh pengrajin batu bata tidak lulus dipengaruhi oleh banyaknya jumlah orang
dan hanya setingkat SD. Hal ini karena kondisi yang ditanggung dalam keluarga. Hal ini
ekonomi pengrajin batu bata yang tidak yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan

126
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

kurang maksimal. Apabila jumlah tanggungan mengungkapkan bahwa bila sakit yang
sedikit, maka pemenuhan kebutuhan akan dirasa tidak parah, keluarga buruh pengrajin
terpenuhi (Yanti dan Murtala, 2019). Jumlah batu bata lebih memilih untuk membeli
tanggungan keluarga umumnya akan obat yang ada diwarung karena lebih
berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran terjangkau. Berdasarkan hasil penelitian,
keluarga tersebut (Purwanto dan Taftazani, keluarga buruh pengrajin batu bata tidak
2018). Keadaan ini dapat dilihat pada Tabel 4 memiliki jaminan kesehatan yang dapat
tentang pemenuhan kebutuhan yang menyebabkan pengawasan terhadap
menunjukan bahwa 66,7 % keluarga buruh kesehatan masih rendah dan tidak terjaga.
pengrajin batu bata masih kurang tercukupi Padahal menurut Suryono (2018), jaminan
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya kesehatan merupakan kebijakan publik
dengan tanggungan pengrajin batu bata rata- yang berorientasi kepada pencapaian
rata berjumlah 3 orang per keluarga. kesejahteraan sosial dalam pemenuhan
Keluarga buruh pengrajin batu bata di kebutuhan dimasyarakat.
daerah penelitian menyatakan bahwa Keadaan sosial ekonomi yang ada di
kebutuhan sehari-hari yang tidak tercukupi masyarakat akan mempengaruhi
mengakibatkan buruh pengrajin batu bata kesejahteraan sosialnya. Keadaan keluarga
harus meminimalisir pengeluaran dan pengrajin batu bata masih belum
terkadang juga harus berhutang ke warung. mendapatkan kualitas hidup yang baik. Hal
Keadaan ini selalu dilakukan oleh keluarga ini sejalan dengan penelitian yang telah
buruh pengrajin batu bata demi memenuhi dilakukan oleh Sari dan Pratiwi (2018)
kebutuhan hidupnya. bahwa masyarakat yang belum memiliki
Keadaan dan fasilitas tempat tinggal kualitas hidup yang baik dapat dilihat dari
juga masih belum tercukupi dengan baik. Hal keadaan kesejahteraan sosial yang ada di
ini dapat dilihat dari keadaan rumah yang masyarakat berupa kualitas air yang
masih semi permanen, sulitnya akses diperoleh, rumah yang ditempati, dan
transportasi karena jalan tempat tinggal masih kondisi rumah yang didiami.
tanah dan bebatuan. Buruh pengrajin batu bata
juga kesulitan mendapatkan air saat musim
kemarau padahal pengrajin batu bata sangat
membutuhkannya dalam pembuatan batu bata
dan kebutuhan sehari-hari. Pengrajin batu bata
di daerah penelitian mengungkapkan bahwa
ketersediaan air sangat sulit saat musim
kemarau sehingga kegiatan produksi menjadi Gambar 2. Kondisi Lingkungan Buruh
terhambat. Pengrajin Batu Bata
Pada fasilitas kesehatan semua keluarga
buruh pengrajin batu bata biasanya membawa KESIMPULAN
keluarganya yang sakit ke puskesmas. Hal ini Berdasarkan penelitian yang telah
karena jarak puskesmas relatif dekat dan harga dilakukan dapat disimpulkan bahwa buruh
berobat di puskesmas tergolong murah. pengrajin batu bata di Kelurahan Campang
Meskipun demikian buruh pengrajin batu bata Raya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar

127
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

Lampung termasuk dalam usia produktif http://kampungkb.bkkbn.go.id/profil


(100%), pendidikan formal masih tergolong e/2105.
rendah masih ada yang tidak lulus SDA dan BPS. (2015). Indikator Kesejahteraan
hanya pada tingkatan SD sebesar 67%, Rakyat 2015. Jakarta: Badan Pusat
pendapatan bersih keluarga rata-rata per bulan Statistika.
sebesar Rp 3.320.000,- − Rp 3.433.000,- Febrina, L., Normelani, E., Hastuti, K. P.
dengan pendapatan per kapital per bulan (2016). Identifikasi Kondisi Sosial
sebesar Rp. 1.106.000,- − Rp 1.147.000,- Ekonomi Penduduk di Kelurahan
belum memenuhi standar UMR Kota Bandar Kelayan Luar Kecamatan
Lampung sebesar Rp 2.445.141,-. Secara Banjasmasin Tengah. Jurnal
kualitatif, berdasarkan persepsi, 66,7 % buruh Pendidikan Geografi 3(2):42-60.
pengrajin batu bata memaknai penghasilan Hindun. (2019). Pendidikan, Pendapatan
yang didapat masih kurang tercukupi untuk Nasional, dan Penyerapan Tenaga
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan Kerja di Indonesia. Jurnal
dan fasilitas tempat tinggal juga masih belum Pendidikan Ekonomi Manajemen
tercukupi dengan baik dilihat dari tempat dan Keuangan 3(1):15-22.
tinggal semi permanen, akses jalan buruh, dan Kenedi, J. (2017). Aktifias Istri Pencetak
ketersediaan air sulit saat kemarau. Fasilitas Batu Bata Membangun Ekonomi
kesehatan yang digunakan berobat yaitu Keluarga dan Faktor-Faktor yang
puskesmas, keluarga buruh pengrajin batu bata Mempengaruhinya di Naga Tanjung
tidak memiliki jaminan kesehatan. Betung Kabupaten Pasaman.
Humanisma: Journal of Gender
Studies 1 (1): 87-95.
DAFTAR PUSTAKA LIPI. (2020). Garis Kemiskinan dan
Achmad, B., Diniyati,D., Fauziyah, E., dan Kemiskinan Ecopos/Carunia Mulya
Sulistyawati, T. (2015). Analisis Firdausy (Ed). Jakarta: LIPI Press.
Faktor-Faktor Penentu Dalam Purwanto,A., dan Taftazani, B.M. (2018).
Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Pengaruh Jumlah Tanggungan
Petani Hutan Rakyat Di Kabupaten Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Ciamis. Jurnal Penelitian Hutan Ekonomi Keluarga Pekerja K3L
Tanaman 11 (3): 63-79. Universitas Padjadjaran. Jurnal
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pekerjaan Sosial 1(2): 33-43.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sari, M. E.P., dan Pratiwi, D.A. (2018).
Rineka Cipta. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Aristantia, D., Sikidin, W. Hartanto. (2019). Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Kondisi Ekonomi Buruh Perempuan Suku Laut Pulau Kota Batam.
PT. Mitratani Dua Tujuh Kabupaten Jurnal Trias Politika 2(2):137-152.
Jember. Jurnal Pendidikan Ekonomi 13 Subaidi., Sidiq, M., Rahmawati, A. (2015).
(1):116-122. Peran Istri Nelayan Dalam
BKKBN. (2017). Profil Campang Raya. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga.
Diakses dari Ilmu Kesejahteraan Sosial
Universitas Jember 1(1): 1-16.

128
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 1, Juni 2021

Suryono, A. (2018). Kebijakan Publik untuk


Kesejahteraan Rakyat. Jurnal Ilmiah
Ilmu Administrasi 6 (2): 98-102.
Wasak, M. (2012). Keadaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Nelayan Di Desa
Kinabuhutan Kecamatan Likupang
Barat, Kabupaten Minahasa Utara,
Sulawesi Utara. Pasific Journal 1 (7):
1339:1342.
Yanti, Z., dan Murtala. (2019). Pengaruh
Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga,
dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Konsumsi Rumah Tangga di
Kecamatan Muara Dua Kota
Lhokseumawe. Jurnal Ekonomika
Indonesi 8(2):72-81.

129

You might also like