You are on page 1of 24

Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Pengaruh Pengendalian Internal dan Ethical


Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
Jenis Sesi Paper: Full paper

Nur Khasanah Sahidin Grace T. Pontoh


Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
nurkhasanahsahidin@yahoo.co.id gracetpontoh@gmail.com

Muhammad Ishak Amsari


Universitas Hasanuddin
ishakamsari@yahoo.com

Abstract: This research aims to prove and analyze the effect of internal control and ethical
judgement to fraud prevention. This study uses agency theory and cognitive moral
development theory. The data was collected using a questionnaire given to 45 employees who
served as manager, assistant manager, supervisor, and implementers in several unit biro and
sub directorate in PT Pelindo IV. Data is processed by using Partial Least Square (PLS). The
results indicate that control environment, control activity, and ethical judgement have a
significant affect on fraud prevention. Risk assessment, information and communication, and
monitoring have no significant affecton fraud prevention. The implications of this study
provide empirical evidence that control environments, control activities, and ethical
judgments have a strong influence on increasing fraud prevention. The conditions created by
the control environment make the application of internal control more effective. The
implications of control activities affect the anticipation of deviant actions that can be done by
the management. The implications of ethical judgment produce the right policy in the process
of fraud detection. Applying appropriate ethical judgment results in high accountability so
that fraud detection becomes better and highly effective in suppressing fraud.

Keywords: ethical judgement, fraud, fraud prevention, internal control

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas organisasi memiliki ketidakpastian yang identik dengan risiko, diantaranya
adalah risiko kecurangan. Kecurangan adalah perbuatan menyimpang dan melanggar hukum yang
dilakukan oleh orang-orang dari dalam maupun luar organisasi dengan sengaja untuk tujuan tertentu
yang menguntungkan pelakunya dan merugikan entitas (Karyono, 2013). Dalam melakukan
kecurangan, setiap orang selalu dipicu oleh suatu kondisi dan motivasi yang beraneka ragam.
Kecurangan umumnya terjadi akibat adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 1


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran atas tindakan yang dilakukan
akibat rendahnya tingkat etika yang dimiliki seseorang (Hall, 2011).
Penelitian yang dilakukan di luar negeri mengindikasikan bahwa kecurangan yang terungkap
merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan yang sebenarnya terjadi sehingga hal ini disebut
sebagai gejala gunung es. Gejala gunung es ini terlihat besar pada permukaan namun bagian yang
tidak terlihat di bawah permukaan jauh lebih besar lagi (Tuanakotta, 2014). Dampak dan konsekuensi
yang ditimbulkan oleh kecurangan bukan saja berakibat pada berkurangnya aset dan kerugian yang
signifikan tetapi juga dapat mengurangi reputasi suatu entitas. Tindakan pencegahan sangat diperlukan
keberadaannya dalam suatu entitas untuk mengatasi potensi timbulnya kecurangan. Peran utama
pencegahan kecurangan terletak pada pimpinan organisasi, baik itu pada pimpinan tertinggi maupun
pimpinan pada setiap lini. Pencegahan kecurangan yang utama adalah dengan menciptakan
pengendalian internal yang baik dalam perancangan struktur maupun pelaksanaannya.
Perkembangan kecurangan di beberapa negara semakin parah baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Praktek dalam dunia bisnis sering dianggap telah menyimpang jauh dari aktivitas moral,
bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia yang tidak lagi mempertimbangkan etika.
Padahal pertimbangan etika penting bagi status profesional dalam menjalankan kegiatannya karena
permasalahan profesi saat ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar etika dan krisis
kepercayaan. Kasus kegagalan akuntansi dan audit yang tengah berkembang saat ini meliputi Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Praditya (2016), hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) menyimpulkan adanya penyimpangan terhadap peraturan
perundangan-undangan yang dilakukan oleh PT Pelindo II. Pelaksana Harian Kepala Biro Humas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Yuyuk Andriati menjelaskan RJ Lino diduga melakukan
penyalahgunaan wewenang sebagai Dirut Pelindo II dalam proyek pengadaan Quay Container Crane
untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Dugaan kerugian keuangan negara
mencapai USD 3.629.922 atau sekitar Rp 47 miliar sebagaimana hasil penghitungan KPK dan ahli
yang dilibatkan.
Segala tindakan yang bersifat kecurangan bisa dikategorikan sebagai pelanggaran etika (Fahmi,
2015). Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap individu mempunyai
pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai
dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Terjadinya kasus sebagaimana disebutkan di atas
seharusnya memberi kesadaran untuk lebih memerhatikan etika dalam melaksanakan setiap profesi.
Penilaian atas sesuatu yang baik dan buruk yang harus ditentukan pada situasi tertentu berdasarkan
pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu disebut dengan ethical judgement.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 2


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Selama ini para pengambil keputusan sering menempatkan pendekatan normatif dalam setiap
pengambilan keputusan mereka, namun pada kenyataannya pendekatan normatif saja tidak cukup
untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan. Oleh karena itu, untuk membuat suatu keputusan
menjadi jauh lebih aspiratif maka dibuatlah bentuk pendekatan ethical judgement dalam pengambilan
keputusan. Ethical judgement dianggap dapat memengaruhi perilaku dalam suatu organisasi ketika
memecahkan masalah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014) menunjukkan
bahwa ethical judgement dipandang sebagai hal yang paling dominan dan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan yang diatur oleh perspektif moral tertentu sehingga dapat meningkatkan
sistem pengendalian internal untuk mengurangi risiko kecurangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pematauan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan?
2. Apakah ethical judgement berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pematauan terhadap pencegahan
kecurangan.
2. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh ethical judgement terhadap pencegahan
kecurangan.

2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis


2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori ini dicetuskan oleh
Jensen and Meckling (1976) yang berakar dari sinergi teori ekonomi, teori sosiologi, teori keputusan,
dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu
hubungan kerja sama berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara pemegang saham (principal)
dengan manajer (agent).
Jensen and Meckling (1976) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terjadinya konflik
kepentingan antara pemegang saham dengan manajer cenderung membuat manajer untuk mengejar

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 3


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

kepentingan pribadi dan tidak mendasari pengambilan keputusan pendanaannya pada maksimalisasi
nilai. Manajer tidak menanggung risiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, risiko tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Hal ini menyebabkan manajer cenderung melakukan
pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadi, seperti
peningkatan gaji dan status.
Watts and Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan prinsipal dan agen
seringkali ditentukan oleh angka akuntansi. Hal tersebut dapat digunakan oleh agen sebagai sarana
untuk memaksimalkan kepentingannya. Menurut Ali (2002) dalam Siddiq (2016), manajer yang telah
diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan
pemegang saham dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Kompensasi
akan diberikan sesuai kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kompensasi tersebut
diberikan dengan tujuan agar manajer tidak memanipulasi laporan kondisi perusahaan demi
keuntungan pribadinya.
Manipulasi laporan keuangan biasanya dilakukan dengan merubah angka akuntansi yang
sebenarnya atau mengabaikan aturan akuntansi yang berlaku dalam proses penyusunannya. Kedua hal
tersebut merupakan perilaku menyimpang dan termasuk sebagai tindakan kecurangan. Pengendalian
internal mempunyai tujuan untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen. Mekanisme pengendalian internal perusahaan yang baik dianggap mampu
mengurangi masalah keagenan termasuk adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan seperti
kecurangan akuntansi.
2.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif
Jean Piaget merupakan seorang psikolog yang pertama kali mengemukakan pendapat yang
relevan mengenai teori kontemporer dari perkembangan moral. Jiwo (2011) menjelaskan bahwa
Piaget (1958) memfokuskan penelitiannya pada perkembangan moral dari anak-anak. Penelitiannya
mengobservasi cara anak-anak bermain untuk mengetahui bagaimana anak-anak dalam rentang usia
yang berbeda mampu memahami aturan dari permainan. Piaget (1958) kemudian mengembangkan
sebuah kerangka kerja yang menggambarkan tahapan konseptual dari kesadaran akan peraturan pada
anak-anak dan remaja selama perkembangan penilaian moral mereka.
Teori perkembangan moral Piaget (1958) dikembangkan oleh seorang peneliti bernama
Lawrence Kohlberg yang memperluas gagasan Piaget (1958) sehingga mencakup penalaran remaja
dan orang dewasa. Kohlberg (1969) meneliti cara berpikir anak-anak melalui pengalaman mereka
yang meliputi pemahaman konsep moral, misalnya konsep justice, rights, equality, dan human welfare
(Jiwo, 2011). Riset awal dilakukan pada anak-anak usia 10-16 tahun. Berdasarkan riset tersebut
Kohlberg (1969) mengemukakan teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development
theory).

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 4


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Riset Kohlberg (1969) berfokus pada pengembangan moral kognitif anak muda yang menguji
proses kualitatif pengukuran respon verbal dengan menggunakan Kohlberg’s Moral Judgement
Interview (MJI). Menurut prospektif pengembangan moral kognitif, kapasitas moral individu menjadi
lebih piawai dan kompleks jika individu mendapatkan tambahan struktur moral kognitif pada setiap
peningkatan level pertumbuhan perkembangan moral. Pertumbuhan eksternal berasal dari rewards dan
punishment yang diberikan, sedangkan pertumbuhan internal mengarah pada prinsip dan keadilan
universal (Jiwo, 2011).
Terdapat enam tingkatan dalam teori perkembangan moral kognitif. Dua tahap pertama dari
perkembangan moral adalah pre-conventional, dimana orang-orang (biasanya anak-anak) membuat
keputusan moral berdasarkan imbalan atau hukuman. Tahap ketiga dan keempat adalah conventional
dimana seseorang sudah memerhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan sesama. Tahap kelima dan
keenam adalah post-conventional yang menunjukkan tahapan perkembangan moral dimana kebaikan
bagi masyarakat telah dimasukkan ke dalam pemikiran moral seseorang. Tahapan perkembangan
moral seseorang dapat dilihat secara lebih jelas pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Moral Kognitif Kohlberg
Level Hal yang Benar
Level 1: Pre-Conventional 1. Menghindari pelanggaran aturan untuk menghindari
Tingkat 1: hukuman atau kerugian. Kekuatan otoritas superior
Orientasi Ketaatan dan Hukuman (Punishment menentukan “right”.
and 2. Mengikuti aturan ketika aturan tersebut sesuai dengan
Obedience Orientation) kepentingan pribadi dan membiarkan pihak lain
Tingkat 2: melakukan hal yang sama. “right” didefinisikan
Pandangan Individualistik dengan equalexchange yaitu suatu kesepakatan yang
(Instrumental Relativist Orientation) adil.
Level 2: Conventional 3. Memperlihatkan stereotype perilaku yang baik.
Tingkat 3: Berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan pihak
Mutual Ekspektasi Interpersonal, Hubungan dan lain.
Kesesuaian 4. Mengikuti aturan hukum dan masyarakat (sosial,
(Good Boy or Nice Girl Orientation) legal, dan sistem keagamaan) dalam usaha untuk
Tingkat 4: memelihara kesejahteraan masyarakat.
Sistem Sosial dan Hati Nurani
(Law and Order Orientation)
Level 3: Post-Conventional 5. Mempertimbangkan relativisme padangan personal,
Tingkat 5: tetapi masih menekankan aturan dan hukum.
Kontrak Sosial dan Hak Individual (Social- 6. Bertindak sesuai dengan pemilihan pribadi prinsip
Contract Legal Orientation) etika keadilan dan hak (perspektif rasionalitas
Tingkat 6: individu yang mengakui sifat moral).
Prinsip Etika Universal
(Universal Ethical Principle Orientation)
Sumber: Jiwo, 2011
Manajemen merupakan kumpulan individu yang juga memiliki tahapan moral. Pada tahap pra-
konvensional, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan, dan kewajiban. Pada tahap konvensional, manajemen mulai membentuk moralitas
manajemennya dengan menaati peraturan yang dalam penelitian ini adalah pengendalian internal dan

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 5


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

aturan akuntansi sebelum akhirnya terbentuk kematangan moral manajemen yang tinggi pada tahap
pasca-konvensional.
Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam merancang tanggapan
dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan
keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggungjawaban sosial. Karena
adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan mampu
mengambil keputusan secara etis sehingga dapat mencegah kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Teori keagenan yang dicetuskan oleh Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa adanya
perilaku dari manajer (agent) yang bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan
mengorbankan kepentingan pihak lain atau pemegang saham (principal). Lingkungan pengendalian
mencerminkan sikap sekaligus tindakan para pemilik dan manajer perusahaan. Mekanisme
pengendalian internal yang baik dianggap mampu mengurangi masalah keagenan. Efektivitas
penerapan pengendalian internal sangat ditentukan oleh kondisi yang diciptakan lingkungan
pengendalian.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa lingkungan pengendalian
berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Penelitian lain
yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara lingkungan pengendalian dengan pencegahan
kecurangan akuntansi secara statistik dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan pengendalian sebagai komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.
H 1. Lingkungan pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.3.2 Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan Kecurangan
Penilaian risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, analisis, dan pengelolaan entitas
terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya. Teori yang dikemukakan oleh Jensen and
Meckling (1976) menunjukkan konflik yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemegang saham
(principal) cenderung membuat manajer untuk tidak mendasari pengambilan keputusan pendanaannya
pada maksimalisasi nilai. Hal ini memengaruhi ketidaksesuaian peran manajer dalam menilai risiko
suatu entitas.
Lubis (2014) membuktikan bahwa penilaian risiko berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan. Penilaian risiko sebagai praktik manajemen menghasilkan informasi risiko internal dan
eksternal serta informasi potensi kolusi yang dibutuhkan untuk mencegah kecurangan. Penelitian lain

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 6


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara penilaian risiko dengan pencegahan
kecurangan akuntansi secara statistik dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa
penilaian risiko sebagai komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.
H 2. Penilaian risiko berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.3.3 Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
perintah manajemen telah dilaksanakan. Dalam penelitiannya Jensen and Meckling (1976)
menjelaskan bahwa terjadinya konflik kepentingan atara pemegang saham (principal) dengan manajer
(agent) cenderung membuat manajer untuk mengejar kepentingan pribadi. Aktivitas pengendalian
yang dilaksanakan secara efektif akan memengaruhi proses antisipasi tindakan menyimpang yang
dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa aktivitas pengendalian
berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Penelitian lain
dilakukan oleh Siddiq (2016) menunjukkan adanya pengaruh aktivitas pengendalian secara simultan
terhadap pencegahan kecurangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian sebagai
komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.
H 3. Aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.3.4 Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Pencegahan Kecurangan
Terdapat asimetri informasi dalam pola komunikasi antara pemegang saham (principal) dengan
manajer (agent) yang sering ditentukan oleh angka akuntansi. Jensen and Meckling (1976)
menjelaskan bahwa manajer (agent) dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak
sebenarnya kepada pemegang saham (principal), terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kualitas informasi yang dihasilkan
oleh sistem akan berdampak pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan, untuk
keperluan mengolah dan mengendalikan aktivitas instansi, serta mencegah terjadinya tindak
kecurangan. Pembukaan saluran komunikasi membantu memastikan bahwa penyimpangan dilaporkan
dan ditindaklanjuti. Penelitian lain yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara informasi
dan komunikasi terhadap pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik dilakukan oleh Siddiq
(2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi dan komunikasi sebagai komponen dari
pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 7


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.


H 4. Informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.3.5 Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan Kecurangan
Pemantauan merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang
waktu. Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen and Meckling (1976) menunjukkan adanya
pengaruh pemantauan untuk mengantisipasi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan,
termasuk tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen sebagai agen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pemantauan berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Penelitian lain yang juga
menunjukkan adanya hubungan positif antara pemantauan dengan pencegahan kecurangan akuntansi
secara statistik dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemantauan sebagai
komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.
H 5. Pemantauan berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.3.6 Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
Teori perkembangan moral kognitif yang dicetuskan oleh Kohlberg (1969) dalam Jiwo (2011)
membagi moral menjadi enam tingkatan yang dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu pra-
konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Dalam kaitannya dengan ethical judgement,
manajemen dengan moralitas yang tinggi dianggap dapat memengaruhi pencegahan kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014) mengemukakan bahwa ethical
judgement dapat menghasilkan kebijakan yang tepat yang sangat diperlukan dalam pencegahan dan
deteksi kecurangan. Penelitian yang dilakukan oleh Rodgers and Gago (2011) menunjukkan apabila
hasil ethical judgement diterapkan dengan sesuai, hal tersebut dapat memberikan keamanan yang tak
tertandingi, meningkatkan kenyamanan, menghasilkan akuntabilitas yang tinggi serta pendeteksian
kecurangan yang lebih baik dan sangat efektif dalam menekan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut.
H 6. Ethical judgementberpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis di atas, maka diperoleh hubungan
variabel. Hubungan variabel dapat diprediksikan seperti pada Gambar 1 berikut.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 8


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Gambar 1 Model Penelitian

Pengendalian Internal

Lingkungan
Pengendalian
(X1)

Penilaian
Risiko (X2)

Aktivitas Penceahan
Pencegahan
Pengendalian (X3) nmmnKecuran
Kecurangan (Y)
gan (Y)

Informasi dan
Komunikasi (X4)

Pemantauan (X5)

Ethical
Judgement (X6)

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 9


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

3. Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
PT Pelindo pada dasarnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa kepelabuhan yang
beroperasi pada empat kota besar di Indonesia, salah satunya adalah PT Pelindo IV yang terletak di
Makassar. PT Pelindo IV dipilih sebagai objek pada penelitian ini karena PT Pelindo IV merupakan
BUMN yang menerapkan sistem pengendalian internal dan ethical judgement dalam mencegah
kecurangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang menjabat sebagai manajer, asisten manajer,
supervisor dan pelaksana pada beberapa unit biro dan sub direktorat di PT Pelindo IV. Populasi ini
dipilih karena memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dalam struktur biro dan sub direktorat
di PT Pelindo IV. Sampel dalam penelitian ini tersebar dalam beberapa unit biro dan sub direktorat
pada PT Pelindo IV. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah sampling jenuh atau
sampling sensus dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011).
Kuesioner yang diperoleh kembali setelah diisi secara lengkap dan benar oleh responden akan menjadi
sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1 Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai hal yang memengaruhi kesadaran akan
pengendalian bagi orang-orang yang terdapat dalam organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian
juga merupakan fondasi bagi komponen pengendalian internal lainnya.
Variabel ini diukur menggunakan empat indikator yang telah digunakan dalam penelitian Meulila
(2016), yaitu integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, filosofi manajemen dan gaya
kepemimpinan, serta kebijakan dan praktik SDM. Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala
Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori sangat setuju.
3.2.2 Penilaian Risiko
Penilaian risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi perusahaan, analisis, dan pengelolaan
terhadap risiko yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penilaian risiko diukur menggunakan dua indikator yang telah digunakan dalam penelitian
Meulila (2016), yaitu penetapan tujuan perusahaan, dan identifikasi risiko yang mungkin terjadi.
Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai
kategori sangat setuju.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 10


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

3.2.3 Aktivitas Pengendalian


Aktivitas pengendalian didefinisikan sebagai kebijakan dan prosedur yang membantu
manajemen mencapai tujuan dan diterapkan pada berbagai jenjang organisasi dan fungsi, seperti
pengambilan langkah menghadapi risiko untuk mencapai tujuan perusahaan.
Aktivitas pengendalian diukur menggunakan dua indikator yang telah digunakan dalam
penelitian Meulila (2016), yaitu pemisahan tugas, dan pengendalian pemrosesan informasi. Indikator-
indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori
sangat setuju.
3.2.4 Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan
yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, mengelompokkan, mencatat,
dan melaporkan transaksi–transaksi perusahaan, serta menetapkan pertanggungjawaban atas aktiva
dan kewajiban. Komunikasi meliputi pemberian pengertian yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab individu sehubungan dengan sistem pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Informasi dan komunikasi diukur menggunakan empat indikator yang telah digunakan dalam
penelitian Meulila (2016), yaitu terkomputerisasi, sarana komunikasi, Sistem Informasi Akuntansi dan
Sistem Informasi Manajemen cukup memadai serta informasi dihasilkan secara cepat dan tepat waktu.
Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai
kategori sangat setuju.
3.2.5 Pemantauan
Pemantauan didefinisikan sebagai proses yang dilakukan personel yang tepat untuk menilai
kualitas kinerja sistem pengendalian internal sepanjang waktu, termasuk penilaian apakah rancangan
telah dioperasikan sebagaimana dikehendaki, dan apakah modifikasi telah dilakukan untuk perubahan
kondisi yang terjadi.
Pemantauan diukur menggunakan tiga indikator yang telah digunakan dalam penelitian Meulila
(2016), yaitu pemantauan secara berkelanjutan, evaluasi secara terpisah, serta bentuk tindak lanjut.
Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai
kategori sangat setuju.
3.2.6 Ethical Judgement
Ethical judgement didefinisikan sebagai sebuah keputusan yang baik secara moral maupun legal
dapat diterima oleh masyarakat luas. Variabel ini menggunakan contoh kasus yang digunakan dalam
penelitian Wicaksono (2015) dan diukur menggunakan dua indikator yang telah digunakan dalam
penelitian Agustia (2012). Pertama, anggapan apakah situasi yang dihadapi individu etis atau tidak
etis. Kedua, apakah responden setuju atas tindakan individu atau tidak setuju atas tindakan individu.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 11


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Indikator variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai
kategori sangat setuju.
3.2.7 Pencegahan Kecurangan
Pencegahan kecurangan didefinisikan sebagai segala upaya untuk menangkal pelaku potensial,
mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi kegiatan yang berisiko tinggi terjadinya kecurangan
pada setiap elemen perusahaan yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen.
Pencegahan kecurangan diukur menggunakan lima indikator yang telah digunakan dalam
penelitian Meulila (2016), yaitu merahasiakan informasi mengenai peluang untuk mendapatkan
kontrak, mengajukan standar teknis yang tidak bersifat diskriminasi, data keuangan dilaporkan secara
transparan, mencuri sesuatu yang berharga (aktiva), serta mengonversi aktiva tersebut ke bentuk yang
dapat digunakan (kas). Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori
sangat tidak setuju sampai kategori sangat setuju.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diantar langsung
kepada responden, kemudian peneliti memberi penjelasan terlebih dahulu sebelum menyebarkan
kuesioner pada responden. Kuesioner yang diperoleh kembali setelah diisi secara lengkap dan benar
kemudian menjadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kuesioner yang yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan
mengenai identitas responden yang menanyakan nama, jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan
pendidikan terakhir. Bagian kedua dari kuesioner berisi pernyataan tentang pengendalian internal,
ethical judgement dan pencegahan kecurangan. Pengendalian internal dan pencegahan kecurangan
diadopsi dari penelitian Meulila (2016) sedangkan ethical judgement diadopsi dari penelitian
Wicaksono (2015) dan Agustia (2012) dengan beberapa penyesuaian sesuai kebutuhan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Data dianalisis menggunakan program Partial Least Square (PLS). PLS adalah salah satu
teknik Structural Equation Modeling (SEM) yang mampu menganalisis variabel laten, variabel
indicator dan kesalahan pengukuran secara langsung. PLS dikembangkan sebagai alternatif apabila
teori yang digunakan lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran reflektif.
Analisis data pada PLS dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengujian outer model, pengujian inner
model, dan pengujian hipotesis (Sarwono dan Narimawati, 2015).

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 12


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

4. Hasil Penelitian
4.1 Pengujian Outer Model
4.1.1 Uji Validitas
Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip-prinsip bahwa indikator-indikator dari suatu
konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator reflektif
dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item/skor komponen dengan skor konstruk)
dan average variance extracted (ave). Suatu faktor atau indikator dinyatakan valid apabila nilai factor
loading> 0,7 dan dapat ditoleransi hingga 0,5 untuk teori yang sementara dikembangkan serta nilai
AVE > 0,5. Sedangkan menurut chin dalam ghozali (2011) untuk penelitian tahap awal, skala
pengukuran nilai factorloading lebih dari 0,5 – 0,6 dianggap cukup.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan smartPLS dapat diketahui nilai factor
loading atau korelasi antar konstruk dengan variabel. Pada awalnya terdapat beberapa indikator yang
memiliki nilai di bawah 0,5 sehingga dapat dikatakan belum memenuhi uji validitas. Indikator tersebut
adalah indikator x1.3 dengan nilai outer loading 0,469, indikator x1.4 dengan nilai 0,393, indikator x1.6
dengan nilai 0,457, indikator x2.2 dengan nilai 0,480, indikator x3.1 dengan nilai 0,260, dan indikator
x4.1 dengan nilai 0,117. Oleh sebab itu, indikator x1.3,x1.4,x1.6,x2.2,x3.1,dan x4.1 dieliminasi untuk
memenuhi uji validitas. Setelah dilakukan proses eliminasi diperoleh model dengan nilai outer loading
di atas 0,5 sehingga seluruh variabel dapat dikatakan telah memenuhi syarat.
4.1.2 Uji Validitas Diskriminan
Validitas diskriminan dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep masing-masing
variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Pengujian ini menunjukkan variabel laten
memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lain.
Model dapat dikatakan mempunyai validitas diskriminan yang baik jika setiap nilai loading dari setiap
indikator variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar jika dibandingkan dengan nilai
loading lain terhadap variabel laten lainnya.
Berdasarkan hasil pengujian validitasdiskriminan dapat diketahui seluruh nilai loadingfactor
untuk setiap indikator dari masing-masing variabel laten memiliki nilai loading factor yang paling
besar dibanding nilai loading factor dari variabel laten lainnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa setiap variabel laten memiliki validitasdiskriminan yang baik karena semua variabel laten
memiliki pengukuran yang berkorelasi lebih tinggi dengan variabel lainnya.
4.1.3 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan menggunakan dua metode, yaitu cronbach’s alpha dan
composite reability. Cronbach’s alpha harus memiliki nilai > 0,6 dan nilai dari composite reliability>
0,7. Pendapat lain dinyatakan oleh Chin (dalam Arista, 2015) cronbach’s alpha dalam PLS dikatakan
baik apabila ≥ 0,5 dan dikatakan cukup apabila ≥ 0,3. Apabila suatu konstruk telah memenuhi dua

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 13


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

kriteria tersebut maka dapat dikatakan bahwa konstruk reliabel atau memiliki konsistensi dalam
instrumen penelitian. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. Hasil Uji Keandalan
Variabel Cronbach's Alpha Composite Reliability
Lingkungan Pengendalian (X1) 0,594 0,787
Penilaian Risiko (X2) 1,000 1,000
Aktivitas Pengendalian (X3) 0,806 0,911
Informasi dan Komunikasi (X4) 0,796 0,850
Pemantauan (X5) 0,728 0,819
Ethical Judgement (X6) 0,743 0,869
Pencegahan Kecurangan (Y) 0,896 0,923
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS, 2017
Tabel 2. menunjukkan bahwa variabel lingkungan pengendalian (X1), penilaian risiko (X2),
aktivitas pengendalian (X3), informasi dan komunikasi (X4), pemantauan (X5), ethical judgement (X6),
dan pencegahan kecurangan (Y) memiliki nilai cronbach’s alpha> 0,5 dan composite reability > 0,7.
Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat reliabilitas serta menunjukkan
keakuratan, kekonsistenan, dan ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan suatu pengukuran.
4.2 Pengujian Inner Model
Pengujianinner model dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel laten, nilai
signifikansi dan R-square dari model penelitian. Penilaian model struktural dimulai dengan
mengevaluasi nilai R-square untuk mengukur tingkat variasi perubahan setiap variabel independen
terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R-square berarti semakin baik model prediksi dari
model penelitian yang diajukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R-square untuk variabel pencegahan kecurangan
(Y) adalah sebesar 0,595. Hal ini berarti bahwa 59,5% variabel pencegahan kecurangan (Y)
dipengaruhi oleh variabel lingkungan pengendalian (X1), penilaian risiko (X2), aktivitas pengendalian
(X3), informasi dan komunikasi (X4), pemantauan (X5), serta ethical judgement (X6), sedangkan
40,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang diteliti.
4.3 Pengujian Hipotesis
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai
hubungan antar variabel-variabel penelitian. Besarnya signifikansi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen akan menjadi alat untuk pengujian hipotesis. Dasar yang digunakan dalam
menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output path coefficients yangdapat dilihat pada
Tabel 3. Nilai T-Tabel menggunakan siginifikan pada tingkat 5%.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 14


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan
menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan
bootstrap dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian. Hasil
pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS adalah sebagai berikut.
Tabel 3.Path Coefficients
Original T Statistics
T Tabel Keterangan
Sample (O) (|O/STDEV|)
H1 Y 0,342 2,607 1,96 Diterima
H2 Y 0,003 0,021 1,96 Ditolak
H3 Y 0,453 2,663 1,96 Diterima
H4 Y -0,082 0,385 1,96 Ditolak
H5 Y 0,111 0,780 1,96 Ditolak
H6 Y 0,424 3,285 1,96 Diterima
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS, 2017
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasilpengujian terhadap hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel lingkungan
pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Dengan demikian,
hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “lingkungan pengendalian
berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan” diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa
lingkungan pengendalian memiliki pengaruh yang kuat dan mampu meningkatkan pencegahan
kecurangan.
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan yang melihat hubungan antara peran manajer sebagai
agent dan lingkungan pengendalian. Mekanisme pengendalian internal yang baik dianggap mampu
mengurangi masalah antara manajer (agent)danpemegangsaham (principal). Efektivitas penerapan
pengendalian internal sangat ditentukan oleh kondisi yang diciptakan lingkungan pengendalian.
Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Siddiq (2016) yang menyatakan adanya hubungan positif antara lingkungan pengendalian dan
pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meulila
(2016) juga menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan positif terhadap
pencegahan kecurangan pengadaan barang.
4.4.2 Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasilpengujian terhadap hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel penilaian risiko
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini disebabkan salah
satu indikator dari penilaian risiko yaitu identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam bekerja belum
diterapkan secara menyeluruh. Dengan demikian, hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini yang

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 15


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

menyatakan bahwa “penilaian risiko berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan” ditolak.
Hasil ini menunjukkan bahwa penilaian risiko memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan
namun tidak mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan yang melihat hubungan antara peran manajer sebagai
agent dan penilaian risiko. Peran manajer saat mengambil keputusan didasari oleh penilaian risiko
terhadap suatu entitas yang turut mencegah terjadinya tindak kecurangan pada entitas tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Lubis (2014) yang membuktikan bahwa penilaian risiko berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan. Namun mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Siddiq (2016) yang menunjukkan adanya hubungan positif antara penilaian risiko dengan pencegahan
kecurangan akuntansi secara statistik.
4.4.3 Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasilpengujian terhadap hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel aktivitas pengendalian
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Dengan demikian, hipotesis
ketiga (H3) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “aktivitas pengendalian berpengaruh positif
terhadap pencegahan kecurangan” diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian
memiliki pengaruh yang kuat dan mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa jika aktivitas pengendalian
dilaksanakan secara efektif, hal tersebut akan memengaruhi proses antisipasi tindakan menyimpang
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Meulila (2016) yang menemukan bahwa aktivitas pengendalian berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Penelitian ini juga mendukung
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siddiq (2016) yang menunjukkan adanya pengaruh aktivitas
pengendalian secara simultan terhadap pencegahan kecurangan.
4.4.4 Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasilpengujian terhadap hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel informasi dan
komunikasiberpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini
disebabkan salah satu indikator dari informasi dan komunikasiyaitu terkomputerisasi belum terpenuhi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan belum dikelola
secara menyeluruh dengan komputer. Dengan demikian, hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini
yang menyatakan bahwa “informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap pencegahan
kecurangan” ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi dan komunikasi memiliki pengaruh
yang lemah dan tidak mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 16


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Hasil ini tidak sesuai dengan teori keagenan yang melihat hubungan antara pemegang saham
sebagai principal dan manajer sebagai agent dengan informasi dan komunikasi. Kesenjangan
informasi yang seringkali terjadi dalam pola komunikasi antara pemegang saham dan manajer dapat
memotivasi manajer untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada pemegang saham
yang merupakan salah satu bentuk kecurangan. Hal ini semakin menguatkan pentingnya menerapkan
pola informasi dan komunikasi yang efektif agar dapat memperbaiki kerjasama dan mengurangi
masalah agensi potensial dengan mendorong pertukaran informasi antar keduanya.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Meulila (2016) yang membuktikan bahwa informasi dan komunikasi
berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya tindak kecurangan. Hasil penelitian ini juga tidak
mendukung penelitian Siddiq (2016) yang menunjukkan adanya hubungan positif antara informasi dan
komunikasi terhadap pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik.
4.4.5 Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasil pengujian terhadap hipotesis kelima menunjukkan bahwa variabel pemantauan
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini disebabkan salah
satu indikator dari pemantauan yaitu evaluasi secara terpisah belum diterapkan secara menyeluruh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelaahan atas sistem informasi akuntansi guna mendukung
terciptanya pengendalian internal belum dilakukan secara rutin oleh pihak internal audit. Dengan
demikian, hipotesis kelima (H5) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “pemantauan
berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan” ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa
pemantauan memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan namun tidak mampu meningkatkan
pencegahan kecurangan.
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan yang menunjukkan adanya pengaruh pemantauan untuk
mengantisipasi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk tindakan kecurangan
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen sebagai agen.
Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Siddiq (2016) yang menyatakan adanya hubungan positif antara pemantauan dan
pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik. Namun tidak mendukung hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Meulila (2016) yang menyatakan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang.
4.4.6 Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
Hasil pengujian terhadap hipotesis keenam menunjukkan bahwa variabel ethical judgement
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Dengan demikian, hipotesis
keenam (H6) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “ethical judgement berpengaruh positif

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 17


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

terhadap pencegahan kecurangan” diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa ethical judgement memiliki
pengaruh yang kuat dan mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan moral kognitif. Dalam kaitannya dengan ethical
judgement dijelaskan bahwa manajemen dengan moralitas yang tinggi dianggap dapat memengaruhi
pencegahan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Selain mendukung teori di atas, hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini mendukung
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014) yang mengemukakan bahwa ethical
judgement dapat menghasilkan kebijakan yang tepat yang sangat diperlukan dalam pencegahan dan
deteksi kecurangan. Penelitian yang dilakukan oleh Rodgers and Gago (2011) juga menunjukkan
apabila hasil dari ethical judgement diterapkan dengan sesuai, hal tersebut dapat memberikan
keamanan yang tak tertandingi, meningkatkan kenyamanan, menghasilkan akuntabilitas yang tinggi
serta pendeteksian kecurangan yang lebih baik dan sangat efektif dalam menekan kecurangan.

5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh pengendalian internal
dan ethical judgement terhadap pencegahan kecurangan dengan sampel manajer, asisten manajer,
supervisor dan pelaksana pada beberapa unit biro dan sub direktorat pada PT Pelindo IV. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pengendalian internal dan ethical judgement. Lima variabel
yang merupakan kategori pengendalian internal adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pencegahan kecurangan. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS)
dalam menganalisis hubungan antar variabel.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, dan ethical judgement memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa
lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, dan ethical judgement memiliki pengaruh yang kuat
dan mampu meningkatkan pencegahan kecurangan. Penelitian ini juga menemukan bahwa penilaian
risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
pencegahan kecurangan hal ini menunjukkan bahwa penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan
pemantauan memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan namun tidak mampu meningkatkan
pencegahan kecurangan.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 18


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

5.2 Implikasi Hasil Penelitian


Implikasi dari penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa lingkungan pengendalian,
aktivitas pengendalian, dan ethical judgement memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan
pencegahan kecurangan. Lingkungan pengendalian menjadi fondasi bagi komponen pengendalian
internal lainnya. Kondisi yang diciptakan lingkungan pengendalian membuat penerapan pengendalian
internal menjadi lebih efektif. Hal ini dikarenakan integritas, nilai etika, komitmen terhadap
kompetensi, filosofi manajemen, gaya kepemimpinan, serta kebijakan dan praktik SDM yang menjadi
unsur dalam lingkungan pengendalian diterapkan secara menyeluruh.Implikasi dari aktivitas
pengendalian memengaruhi proses antisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen. Penerapan secara menyeluruh dari pemisahan tugas, dan pengendalian pemrosesan
informasi mendukung keberhasilan aktivitas pengendalian dalam mencegah tindak kecurangan.
Selanjutnya implikasi dari ethical judgement menghasilkan kebijakan yang tepat dalam proses deteksi
kecurangan. Penerapan ethical judgement yang sesuai menghasilkan akuntabilitas yang tinggi
sehingga pendeteksian kecurangan menjadi lebih baik dan sangat efektif dalam menekan kecurangan.
Hasil penelitian ini pada dasarnya dapat diterapkan pada BUMN secara umum. Penerapan dari
hasil penelitian ini secara khusus dapat diterapkan pada BUMN yang menerapkan sistem
pengendalian internal dan ethical judgement untuk mencegah terjadinya kecurangan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan diambil dari penelitian terdahulu yang belum sepenuhnya
sesuai dengan penelitian ini, sehingga beberapa indikator dari instrumen penelitian yang digunakan
memiliki nilai yang rendah. Untuk itu disarankan bagi penelitian yang akan datang mengenai topik
serupa sebaiknya mereview kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan melakukan pre-test
terlebih dahulu untuk memperkecil kemungkinan adanya indikator-indikator yang tidak valid sehingga
data yang diperoleh memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan yang sesungguhnya.
Selain itu, penelitian ini dilakukan hanya pada satu objek penelitian, sehingga ukuran populasi yang
digunakan terbilang relatif kecil. Untuk itu disarankan bagi penelitian yang akan datang mengenai
topik serupa sebaiknya melakukan penelitian pada beberapa objek penelitian agar jumlah populasi
yang digunakan jauh lebih besar.

Daftar Pustaka
Agustia, Devi. 2012. Pengaruh Filosofi Moral Etika dan Emosi Terhadap Ethical Judgement
Akuntan: Studi Empiris dengan Menggunakan Multidimensional Ethics Scale Pada PT Bank
BRI dan PT Telkom di Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 19


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Anthony, N. Robert., dan Govindarajan, Vijay. 2011. Management Control System. 11th Edition. New
York: Mc. Graw-Hill. Terjemahan Tjakrawala, K. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen.
Edisi 11. Tanggerang: Karisma Publishing Group.
Arista, Ovi engga. 2015. Pengaruh Persepsi atas Corporate Social Responsibility Terhadap Kepuasan
Kerja dan Komitmen Organisasi (Survey Pada Hotel Bintang V di Yogyakarta). Skripsi
tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta.
Fahmi, Irham. 2015. Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 19, Edisi Kelima.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hall, J.A. 2011. Principles of Accounting Information Systems. Asia Edition. Singapore: Cengage
Learning.
Jensen, and Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,agency costs and
ownership structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, hal.305-360.
Jiwo, Pranan. 2011. Analisis Faktor-Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan Etis oleh
Konsultan Pajak. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: Andi Offset.
Lubis. 2014. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Gaya Kepemimpinan, Dan Pengembangan
Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi Pada RSU. Dr. Pirngadi
Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Meulila, Cut. 2016. Pengaruh Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi Terhadap
Pencegahan Kecurangan (Fraud) Terhadap Pengadaan Barang di PT Telkomsel Cabang
Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Praditya, Ilyas Istanur. 2016. BPK Serahkan Hasil Perhitungan Kerugian Kasus PT Pelindo II,
(Online), (http://bisnis.liputan6.com/read/2420303/bpk-serahkan-hasil-perhitungan-
kerugian-kasus-pt-pelindo-ii, diakses 10 Februari 2017).
Rodgers, Waymond., Soderbom, Arne., and Guiral, Andres. 2014. Corporate Social Responsibility
Enchanced Control Systems Reducing the Likehood of Fraud. Journal of Business Ethics.
Vol. 131, hal. 871-882.
Rodgers, Waymond., and Gago, Susana. 2011. Cultural and Ethical Effects on Managerial Decisions:
Examined in a ThroughputModel. Journal of Business Ethics. Vol. 31, hal.355-367.
Rubiyono. 2003. Analisis Multidimensional Terhadap Pertimbangan Etika bagi Praktisi Pajak (Studi
Empiris Pada Akuntan yang Bekerja di BPKP Perwakilan DKI Jakarta). Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.
Sarwono, J., dan Narimawati, U. 2015. Membuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan Partial Least
Square SEM (PLS SEM). Yogyakarta: Andi.
Siddiq, Muhammad. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas Manajemen Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi pada PT Pelindo I Sumatera Utara). Skripsi
tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Tuanakotta, Theodorus M. 2014. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Watts, R. L., and Zimmerman, W. H. 1986. Positif Accounting Theory. New Jersey: Prentice-Hall
International Inc.
Wicaksono, Ade. 2015. Pengaruh Kepatuhan Pengendalian Intern, Moralitas Manajemen, dan Sistem
Kompensasi terhadap Perilaku Etis Karyawan dalam Sistem Penggajian (Studi Kasus pada
PT Bank Syariah Mandiri Kanwil Medan). Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 20


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Lampiran
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT TERHADAP


PENCEGAHAN KECURANGAN

A. Identitas Responden

1. Nama Responden : …………………………………………………………

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Usia : ……. Tahun

4. Pendidikan Terakhir : SLTA Diploma

Sarjana Pascasarjana

Lainnya ………….

5. Nama Bagian/Unit : ………………………………………………………….

6. Jabatan : ………………………………………………………….

7. Lama Menjabat : < 1 tahun 6-10 tahun


(Bagian/Unit saat ini)

1-5 tahun >10 tahun

8. Lama bekerja : 1-5 tahun 11-15 tahun


(di perusahaan ini)

6-10 tahun >15 tahun

B. Daftar Pernyataan Kuesioner


Berilah tanda (√) pada satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan tanggapan atau
penilaian Anda tentang pengaruh pengendalian internal dan ethical judgement terhadap pencegahan
kecurangan. Bentuk tanggapan/penilaian yang Anda pilih adalah sebagai berikut.
SS : Jika Anda Sangat Setuju terhadap pernyataan tersebut
S : Jika Anda Setuju terhadap pernyataan tersebut
N : Jika Anda Netral terhadap pernyataan tersebut
TS : Jika Anda Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut
STS : Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 21


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

NILAI
No. PERNYATAAN
SS S N TS STS
Perusahaan menerapkan integritas kepada semua karyawan
1
maupun pimpinan.
Perusahaan menerapkan nilai etika kepada semua karyawan
2
maupun pimpinan.
Manajemen perusahaan mengharapkan karyawan menerapkan
3
komitmen terhadap kompetensi hasil pekerjaannya.
Filosofi manajemen yang ada dalam perusahaan sudah tepat
4
terhadap kebijakan yang berlaku.
Gaya kepemimpinan yang ada dalam perusahaan sudah tepat
5
terhadap prosedur aturan yang berlaku.
Manajemen perusahaan menghapus kebijakan yang dapat
6
mendorong perilaku tidak etis.
Pimpinan menjelaskan arahan yang spesifik kepada karyawan
7
mengenai tujuan perusahaan.
Perusahaan menjelaskan kemungkinan risiko yang akan
8
terjadi di dalam bekerja.
Pimpinan perusahaan menjamin seluruh aspek utama transaksi
9
tidak dikendalikan oleh satu orang.
Manajemen perusahaan mengelola, memelihara, dan
10 memutakhirkan dokumentasi secara berkala yang mencakup
seluruh transaksi.
Manajemen perusahaan mengelola, memelihara, dan
11 memutakhirkan dokumentasi secara berkala yang mencakup
seluruh sistem pengendalian internal.
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan dikelola
12
dengan komputer.
Sarana komunikasi yang dilakukan di dalam perusahaan
13
menggunakan komunikasi lisan maupun tulisan.
Sistem informasi akuntansi sangat memadai untuk
14
menghasilkan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu.
Sistem informasi manajemen sangat memadai untuk
15
menghasilkan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu.
Sistem pengolahan data dengan teknologi digunakan untuk
16
memroses dan menyajikan informasi dengan cepat dan tepat

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 22


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

waktu pada semua transaksi.


Pimpinan perusahaan memantau dan menindaklanjuti hasil
17
pekerjaan karyawannya secara berkelanjutan.
Internal audit secara rutin mengadakan penelaahan atas sistem
18 informasi akuntansi guna mendukung terciptanya
pengendalian internal.
Internal audit secara rutin mengadakan penelaahan atas sistem
19 informasi manajemen guna mendukung terciptanya
pengendalian internal.
Hasil audit dan review lainnya mengenai perusahaan harus
20
dilakukan tindak lanjut.
Untuk jawaban nomor 21 dan 22 Anda diberikan kasus yang tidak terjadi
sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

Tiga bulan yang lalu Drs. Jamaludin, Ak pindah ke perusahaan PT ABC lalu
diangkat sebagai manajer akuntansi. Selama tiga tahun ini laporan keuangan PT
ABC diaudit oleh KAP XYZ dan Rekan. Hasil audit selalu memberikan opini
wajar tanpa pengecualian.
Setelah tiga bulan bekerja di PT ABC, Drs. Jamaludin, Ak menemukan bahwa
laporan keuangan perusahaan tidak menunjukkan gambaran kegiatan perusahaan
yang sebenarnya. Terdapat berbagai rekayasa akuntansi, sehingga menunjukkan
bahwa perusahaan dalam kondisi yang selalu menghasilkan laba dan likuid.
Mengetahui hal ini, Drs. Jamaludin, Ak menyampaikan permasalahan tersebut
kepada Direksi PT ABC. Namun direksi meminta kepada Drs. Jamaludin, Ak
untuk tidak mengubah proses penyusunan laporan keuangan yang telah berjalan.
Drs. Jamaludin, Ak diminta untuk menyusun laporan keuangan tahun ini dengan
tetap menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik, dari sisi
profitabilitas maupun likuiditas.
Drs. Jamaludin,Ak menyarankan agar Direksi PT ABC mempertimbangkan untuk
menunjukkan gambaran kegiatan perusahaan yang sebenarnya demi kepentingan
perusahaan itu sendiri agar tidak terkena sanksi undang-undang, termasuk
mempertimbangkan prinsip kesejahteraan bagi semua pihak yang mempunyai
kepentingan atas perusahaan, serta tidak merugikan profesi akuntan secara
keseluruhan.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 23


Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan

Nilailah keputusan Drs. Jamaludin, Ak sebagai manajer akuntansi bila kondisi


yang dihadapi beliau terjadi di perusahaan Anda bekerja.
NILAI
No. PERNYATAAN
SS S N TS STS
21 Situasi tersebut dapat dianggap sebagai hal yang etis.
Sebagai manajer akuntansi, Drs. Jamaludin, Ak sudah
22
seharusnya melakukan tindakan tersebut.
Bagian pengadaan barang selalu merahasiakan informasi
23
mengenai peluang untuk mendapat kontrak.
Bagian pengadaan barang mengajukan standar teknis
24
yang tidak bersifat diskriminasi.
Karyawan membuat data keuangan yang dilaporkan
25
secara transparan.
Manajemen perusahaan pernah mendapati karyawan
26
melakukan penggelapan pengadaan barang.
Manajemen perusahaan pernah mendapati karyawan
27
mengonversi anggaran pengadaan barang.

Terima kasih atas bantuan Ibu/Bapak/Saudara(i) yang telah mengisi kuesioner ini. Atas
perhatian dan kerja samanya saya ucapkan Terima Kasih.

SimposiumNasionalAkuntansi XXI, Samarinda, 2018 24

You might also like