You are on page 1of 15

EKONOMIKA SYARIAH: Journal of Economic e-ISSN:2614-8110

Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember 2019


Studies p-ISSN:2614-7890

Perbedaan Pandangan Fuqaha Ihwal Bunga Bank dan


Riba

Rahmat Firdaus
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar
firdausrahmat157@gmail.com

Diterima: 04 Oktober 2019 Direvisi : 28 November 2019 Diterbitkan: 18 Desember 2019

Abstract

In this sophisticated era, people generally entrust money to banking services. In addition to getting security guarantees, the
public also benefits from banks in the form of interest or profit sharing.
Methods and Findings: The purpose of this study was to determine the differences in the views of fuqaha regarding bank
interest and usury. This research is characterized by library research as one type of library research and the method used
is literature study while data analysis uses content analysis techniques. The results of this study indicate that in
understanding bank interest and usury fuqaha different opinions. First, the textual paradigm understands the nature of
the prohibition of usury lies in the existence of additional, as the meaning contained by the word riba itself and based on
nas confirmation, that only the principal capital can be taken, so that if the ilat is in bank interest, then the bank
interest is usury . Second, the contextual paradigm understands the passage of prohibiting usury in context, namely the
existence of zulm elements or exploitation that occurs when forbidden usury. So that these conditions when found in the
application of bank interest, then the bank interest is categorized as usury with a clear legal status, namely haram. This
group sees that what happens in bank interest is no element of zulm or exploitation, so they determine that bank interest
does not include usury, and the law is permissible.
Keywords: Fuqaha opinion, bank interest, Riba

Abstrak

Pada zaman yang serba canggih ini, umumnya masyarakat menitipkan uang pada jasa-jasa perbankan.
Selain mendapatkan jaminan keamanan, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari bank berupa
bunga atau bagi hasil.
Metode dan Temuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pandangan fuqaha
mengenai bunga bank dan riba. Penelitian ini bercorak library research salah satu jenis penelitian
kepustakaan dan metode yang digunakan adalah studi literatur sedangkan analisis data menggunakan
teknik analisis isi (content analisis). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam memahami bunga bank
dan riba fuqaha berbeda pendapat. Pertama, paradigma tekstual memahami ilat pengharaman riba
terletak pada adanya tambahan, sebagaimana makna yang dikandung oleh kata riba itu sendiri dan
berdasarkan konfirmasi nas, bahwa hanya modal pokok yang dapat diambil, sehingga apabila ilat itu
terdapat di bunga bank, maka bunga bank tersebut adalah riba. Kedua, paradigma kontekstual
memahami nas dari pengharaman riba secara konteks, yaitu adanya unsur zulm atau eksploitasi yang
terjadi pada waktu diharamkannya riba. Sehingga kondisi tersebut bila dijumpai pada pemberlakuan
bunga bank, barulah bunga bank itu dikategorikan sebagai riba yang status hukumnya jelas, yaitu
haram. Kelompok ini melihat bahwa apa yang terjadi di bunga bank tidak ada unsur zulm atau
eksplotasi, sehingga mereka menetapkan bunga bank tidak termasuk riba, dan hukumnya boleh.
Kata kunci: Pendapat fuqaha, Bunga bank, Riba

Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

I. Pendahuluan ketidakseimbangan antara pemodal dengan


Esensi dasar pelarangan riba dalam peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh
Islam adalah menghindari adanya ketidakadilan para peminjam yang biasanya terdiri dari
dan kezaliman dalam segala praktik ekonomi. golongan industri raksasa (para konglomerat)
Sementara riba (bunga) pada hakekatnya hanya diharuskan membayar pinjaman modal
adalah pemaksaan suatu tambahan atas debitur plus bunganya dalam jumlah yang relatif kecil
yang melarat, yang seharusnya ditolong bukan dibandingkan dengan keuntungan yang mereka
dieksploitasi dan memaksa hasil usaha agar peroleh. Sementara bagi penabung di bank-
selalu positif. Hal ini bertentangan dengan bank umum terdiri dari rakyat golongan
prinsip ajaran Islam yang sangat peduli dengan menengah ke bawah tidak memperoleh
kelompok-kelompok sosio-ekonomi yang keuntungan yang seimbang dari dana yang
lebih rendah agar kelompok ini tidak mereka simpan di bank.
dieksploitasi oleh orang-orang kaya (pemilik Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan
dana). Sebab ajaran ekonomi Islam menghambat investasi karena semakin tinggi
mengemban misi humanisme, tatanan sosial tingkat bunga maka semakin kecil
dan menolak adanya ketidakadilan dan kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi
kezaliman yang mata rantainya berefek pada di sektor riil. Masyarakat lebih cenderung
kemiskinan.1 untuk menyimpan uangnya di bank karena
Pelarangan riba (prohibition of riba) keuntungan yang lebih besar disebabkan
secara tegas dinyatakan baik dalam Alquran tingginya tingkat suku bunga.
maupun Hadis yang diwahyukan secara Keempat, bunga dianggap sebagai
berangsur-angsur seperti halnya pengharaman tambahan biaya produksi. Biaya produksi yang
khamar. Dalam perspektif ekonomi, tinggi akan menyebabkan naiknya harga
pengharaman riba setidaknya disebabkan barang-barang (produk). Naiknya tingkat
empat faktor,yaitu: harga, pada gilirannya akan mengundang
Pertama, sistem ekonomi ribawi terjadinya inflasi sebagai akibat lemahnya daya
menimbulkan ketidakadilan. Karena pemilik beli masyarakat.
modal secara pasti akan dapat keuntungan Berbeda dengan prinsip syariah dengan
tanpa mempertimbangkan hasil usaha yang sistem bagi hasil yang memberikan nisbah
dijalankan oleh peminjam. Jika peminjam dana untuk nasabahnya. Dampaknya akan sangat
tidak memperoleh keuntungan atau bangkrut panjang pada transaksi selanjutnya, yaitu bila
usahanya, dia tetap membayar kembali modal akad ditetapkan di awal persentase yang
yang dipinjamnya plus bunganya. Dalam didapatkan penabung sudah diketahui, maka
kondisi seperti ini, peminjam sudah bangkrut yang menjadi sasaran untuk menutupi jumlah
ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi dan bunga tersebut adalah para pengusaha yang
tidak jarang penerapan bunga bukannya meminjam modal dan apapun yang terjadi,
membantu usaha kreditor, justru menambah kerugian pasti akan ditanggung oleh peminjam.
persoalan baginya. Di sinilah muncul Berbeda dengan bagi hasil yang hanya
ketidakadilannya. memberikan nisbah tertentu pada nasabahnya.
Kedua, sistem ekonomi ribawi Maka yang dibagi adalah keuntungan dari yang
merupakan penyebab utama berlakunya didapat kemudian dibagi sesuai dengan nisbah
yang disepakati oleh kedua belah pihak.
1 Ummi Kalsum, Riba dan Bunga Bank dalam

Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap


Perekonomian Umat) Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 2 Juli
2014, h. 68

Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

II. Metodologi Riset pemikiran, dan ide-ide, kemudian dianalisis


Jenis penelitian ini adalah studi dengan menggunakan analisis pola berfikir
kepustakaan (library research). Suatu jenis analitik induktif, deduktif dan interaktif
penelitian yang membatasi kegiatan pada (paduan dari induktif dengan deduktif); dan
bahan-bahan koleksi perpustakaan dan studi ketiga memberikan penafsiran dan pemaknaan
dokumen saja tanpa memerlukan penelitian terhadap hasil analisis yang bertujuan untuk
lapangan (field research). 2 Sumber data yang mengambil kesimpulan-kesimpulan.
menjadi bahan kajian dalam penelitian ini Dari kesimpulan interpretatif ini
adalah data sekunder. Data sekunder adalah dibangun gagasan dan ide-ide tentang objek
data yang diperoleh dalam bentuk yang penelitian. Dalam metode content analisis ini,
sudah jadi sudah dikumpulkan dan diolah Jujun S. Suria Sumantri lebih rinci
oleh pihak lain. 3 Data sekunder yang mengemukakan lima tahapan, yaitu (1)
digunakan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan objek penelitian; (2)
literatur dan buku-buku yang ditulis oleh Membahas objek penelitian yang telah
fuqaha dan para ahli yang memberikan dideskripsikan; (3) Melakukan kritik terhadap
penjelasan tentang bunga bank dan riba. objek penelitian; (4) Melakukan analisis
Di dalam pengolahan dan dengan mengkomparasikan antara satu objek
penganalisaan semua data dari literatur serta kajian dengan data-data lainnya; (5)
teks, maka penulis menggunakan metode menyimpulkan hasil penelitian.6
content analisis.4 Metode content analisis di dalam III. Pembahasan
mengukur tingkat akurasi dan proses Secara leksikal, bunga berasal dari kata
penarikan kesimpulan terhadap pesan, interest. Secara istilah bunga berarti interest is a
setidaknya memiliki tiga langkah yang charge for a financial loan, usually a percentage of the
dilakukan, yaitu deskriptif, analisis isi secara amount loaned. Bunga adalah tanggungan pada
kritis, dan korelatif.5 pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan
Secara umum dapat digambarkan dengan persentase dari uang yang
bahwa proses pengolahan data dalam sebuah dipinjamkan.7 Menurut Keynes, bunga adalah
penelitian dapat juga dikelompokkan kepada semacam hadiah yang diberikan oleh bank
tiga tahapan yang meliputi: pertama, aktifitas kepada penabung karena telah mengorbankan
pengumpulan data dari referensi-referensi kesempatan untuk menggunakan uangnya saat
kajian ilmiah yang kemudian itu, tingkat suku bunga tidak ada kaitannya
mengelompokkannya dan dengan minat dan jumlah tabungan karena
mendeskripsikannya; kedua, kegiatan analisis jumlah tabungan akan ditentukan oleh
data setelah mendeskripsikan konsep-konsep penghasilan.8
Secara sederhana bunga adalah balas
2 IAIN Imam Bonjol Padang, Pedoman jasa atas pemakaian dana dalam perbankan
Penulisan Karya Ilmiah (Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, Dan
Disertasi, (Padang: 2014), h. 48 disebut dengan bunga. Dalam rangka balas
3Ibid.,
jasa / bunga kepada kepada penyimpan
4 Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian

Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Ed.1, h. 283 (penabung), maka bank akan meminjamkan
5Metode analisis ini pada awalnya berkembang

dalam lapangan informasi yang bertujuan untuk 6 Jujun S. Suria Sumantri, Memperluas Cakrawala
mengolah data atau pesan dalm menarik sebuah Penelitian Ilmiah, (Jakarta: 1KW 1998), h. 8-11
kesimpulan, termasuk juga dalam hal ini penilain 7 Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Islami,
terhadap pesan dan sumber pesan. Lihat Klans (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 64.
Puippendolf, Analisis Isi: pengantar Teori dan 8 Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam:
Metodologi, Penj. Farid Wadji, (Jakarta: Rajawali.1991), Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media
h. 15 Group, 2008), h. 237.

Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual
yang membutuhkan tambahan modal usaha beli.13
(bukan modal awal)untuk Investasi, Modal Menurut Imam Sarkhasi (bermazhab
Kerja, maupun Perdagangan. Atas keuntungan Hanafi) mendefinisikan riba adalah tambahan
usaha yang diperoleh debitur dengan yang disyaratkan dalam transaksi jual beli
memakai/ mempergunakan kredit dari bank, tanpa adanya iwadh (padanan). 14 Menurut
maka debitur menunjukkan tindakan yang Afzalurrahman, pada dasarnya, riba adalah
terpuji dengan memberikan balas jasa / pembayaran yang dikenakan terhadap
bunga atas pemakaian dana tersebut kepada pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap
bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang pinjaman pokok sebagi imbalan masa
diterima bank dari debitur dengan bunga pinjaman itu berlaku. Secara redaksional,
yang dibayarkan kepada penyimpan dana di ulama mendefinisikan riba berbeda-beda,
Bank, itulah yang menjadi keuntungan Bank, namun secara substansinya sama, yaitu suatu
inilah yang dipergunakan membiayai kelebihan dengan tanpa suatu imbalan
operasional bank secara keseluruhan.9 (pengganti) yang disyaratkan oleh salah satu
Jadi dapat diketahui bahwasannya dari dua orang yang melakukan transaksi
bunga adalah sejumlah imbalan atau hadiah (utang-piutang), atau dengan kata lain, riba
yang diberikan oleh pihak bank atau lembaga dikenal sebagai kelebihan keuntungan (harta)
keuangan non-syariah kepada nasabah dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam
disebabkan telah menitipkan uangnya baik transaksi jual beli dan atau pertukaran barang
dengan cara tabungan atau yang lainnya. yang sejenis dengan tanpa memberikan
Secara etimologi, riba berasal dari kata imbalan terhadap kelebihan tersebut.15
ziyadah yang berarti bertumbuh, menambah Dalam analisis, disebutkan bahwa unsur-
atau berlebih, al-riba atau ar-rima makna asalnya unsur riba itu ialah:
ialah tambah, tumbuh dan subur10, membesar 1. Dilakukan antar perorangan yang
(al-‘uluw). Dalam bahasa Inggrisnya menentukan syarat keuntungan secara
usury/interest ialah lebih atau bertambah sepihak.
(addition). 11 Menurut terminologi, riba artinya 2. Bersifat penghisapan yang menimbulkan
kelebihan pembayaran tanpa ganti rugi atau kesengsaraan baik bagi perorangan
imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang maupun masyarakat.16
dari dua orang yang melakukan transaksi, baik Riba merupakan salah satu praktek
tambahan itu berasal dari dirinya sendiri, ekonomi yang dilarang dalam syariat Islam.
maupun berasal dari luar berupa imbalan. 12 Sebagaimana firman Allah dalam beberapa
Secara terminologi fiqh riba merupakan surat di bawah ini:
tambahan khusus yang dimiliki oleh salah satu 1. QS; 2 : 275
pihak yang bertransaksi tanpa ada imbalan
tertentu ataupun kelebihan yang tidak disertai
13 Fatkhul Wahab, “Riba: Transaksi Kotor
Dalam Ekonomi”., Iqtishodia Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
9 Nurhadi, Bunga Bank antara Halal dan 02, No. 02, 2017: 26-41., h. 28
Haram,Nur El-Islam, Vol 4 No. 2 2017, h. 54-55 14 Marwini, “Kontroversi Riba dalam
10 Muhammad, op.cit., h. 64-65.
Perbankan Konvensional dan Dampaknya Terhadap
11 Gampito, Ekonomi Makro Islam: Suatu
Perekonomian”., Az-Zarqa, Vol. 9, No. 1, Juni 2017., h.
Pengantar, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 3
2013), h. 167. 15Ibid., h. 3-4.
12 Sumar’in, Ekonomi Islam Sebuah Pendekatan 16 Fajar Hidayanto, “Praktek Riba dan

Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Kesenjangan Sosial”., La-Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
2013), h. 69. II, No. 2, Desember 2008., h. 240-241.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba 1. Riba Fadhl


tidak dapat berdiri melainkan seperti Riba fadhl ialah penukaran suatu
berdirinya orang yang kemasukan syaitan barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan banyak jumlahnya karena orang yang
mereka yang demikian itu, adalah menukarkan mensyaratkan demikian, seperti
disebabkan mereka berkata (berpendapat), penukaran emas dengan emas, padi dengan
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padi, dan sebagainya.18 Riba fadhl adalah riba
padahal Allah telah menghalalkan jual beli yang berlaku dalam jual beli yang didefinisikan
dan mengharamkan riba.Orang-orang yang oleh para ulama fiqih dengan “kelebihan
telah sampai kepadanya larangan dari pada salah satu harta sejenis yang
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari diperjualbelikan dengan ukuran syarak”.19
mengambil riba), maka baginya apa yang 2. Riba Nasi’ah
telah diambilnya dahulu (sebelum datang Riba nasi’ah yaitu menunda,
larangan); dan urusannya (terserah) kepada menunggu, 20 penangguhan penyerahan atau
Allah. Orang yang kembali (mengambil penerimanaan jenis barang ribawi yang
riba), maka orang itu adalah penghuni- dipertukarkan dengan jenis barang ribawi
penghuni neraka; mereka kekal di lainnya, riba ini muncul karena adanya
dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah : 275) perbedaan, perubahan, atau tambahan antara
2. QS; 2 : 276 yang diserahkan saat ini dengan yang
“Allah memusnahkan riba dan diserahkan kemudian. 21 Riba nasi’ah adalah
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak kelebihan atas piutang yang diberikan orang
menyukai setiap orang tetap dalam yang berutang kepada pemilik modal ketika
kekafiran dan selalu berbuat dosa”(Q.S Al- waktu yang disepakati jatuh tempo. Apabila
Baqarah : 276) jatuh tempo sudah tiba, ternyata orang yang
3. QS; 3 : 130 berutang tidak sanggup membayar utang dan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kelebihannya, maka waktunya bisa
kamu memakan riba dengan berlipat ganda diperpanjang dan jumlah utang bertambah
dan bertakwalah kamu kepada Allah pula.22 Riba nasi’ah ini terbagi mejadi dua, yaiu:
supaya kamu mendapat 1. Riba qardh
keberuntungan.”(Q.S Al-Imran : 130) Adalah suatu manfaat atau tingkat
kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap
Jenis-Jenis Riba dan Tahapan yang berutang (muqtaridh).23 Riba qardh dalam
Pengharamannya praktiknya bisa terjadi pada segala macam
Menurut Ibnu Abbas, riba dapat bentuk benda apapun. Oleh karena itu
digolongkan menjadi dua macam, yakni riba diharamkannya meminjamkan sesuatu, agar
yang haram dan riba yang halal. Riba yang
18 Mardani, loc.cit., h. 13.
halal adalah hadiah yang diberikan seseorang
19 Muhammad, op.cit., h. 66.
dengan motivasi untuk mendapatkan 20 Rizal dan Nilfirdaus, Ekonomi Islam,

keuntungan yang berlipat ganda.17 Secara garis (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2013), h. 101.
besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu 21 Qurratul A’yun Nailufarh, “Sistem
Perbankan dan Persoalan Riba dalam Islam: Menuju
sebagai berikut: Sistem Perbankan dan Pebuatan masyarakat yang Bebas
dari Unsur Riba”., Balance Economics, Bussiness,
17 Mujar Ibnu Syarif, “Konsep Riba Dalam Al-
Management and Accounting Journal, Vol. V, No. 9, Juli
2008., h. 2.
Quran dan Literatur Fikih”., Al-Iqtishad, Vol. III, No. 2, 22 Muhammad, loc.cit., h. 66.
Julia 2011., h. 295. 23 Gampito, op.cit., h. 169

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

mendapatkan pengembalian dengan lebih riba yang terdapat dalam Al-Quran tidak
sedikit atau lebih banyak, yang pada dasarnya sekaligus melainkan secara bertahap, yaitu:28
bukan dari jenis barang lain, akan tetapi 1. Tahap pertama, adalah surat QS. Ar-
sama dengan barang yang dipinjamkan, dari Rum ayat 39
segi jenis dan ukurannya.24 “…dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
2. Riba jahiliyah berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
Adalah utang dibayar lebih dari maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
pokoknya jarena si peminjam tidak mampu apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
membayar utangnya pada waktu yang maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
ditetapkan. Riba ini dilarang karena kaedah (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang
“kullu gardin jarra manfa ah fahwa riba” (setiap melipatk gandakan (pahalanya).” (Q.S Ar-Rum
pinjam yang mengambil manfaat adalah riba). ayat 39)
Dari segi penunda waktu penyerahannya, riba 2. Tahap kedua, riba digambarkan
ini tergolong riba nasi’ah, dari segi sebagai suatu yang buruk terdapat
kesamaannya objek yang dipertukarkan
dalam QS. An-Nisa ayat 160-161
tergolong riba fadhl.25
Sebagian mufasir secara tegas “Maka disebabkan kezaliman orang-
melarang semua jenis riba, baik itu riba yang orang Yahudi, kami haramkan atas
berlipat ganda maupun riba yang sedikit. (memakan makanan) yang baik-baik
Mufasir yang termasuk kelompok ini antara (yang dahullunya) dihalalkan bagi
lain adalah Al- Jhassas, Al-Qurthubi, As-
mereka, dan karena mereka banyak
Syaukani, dan Sayyid Qutb. Sedangkan
menghalangi (manusia) dari jalan
sebagian mufasir yang lain, berpandangan
Allah. 161. Dan disebabkan mereka
sedikit berbeda, mereka berpendapat bahwa,
memakan riba, padahal sesungguhnya
hanya riba jenis jahiliyah atau nasi’ah saja
mereka telah dilarang dari padanya, dan
yang diharamkan, sedangkan riba jenis lainnya
karena mereka memakan harta benda
tidak diharamkan.26 Mufasir yang termasuk
orang dengan jalan yang batil. Kami
kelompok ini di antaranya adalah At-
telah menyediakan untuk orang-orang
Thabari, Al-Maraghi, dan Rashid Ridha. 27
yang kafir di antara mereka itu siksa
Umat Islam dilarang mengambil apapun
yang pedih.”( Q.S An-Nisa ayat 160-
jenisnya. Larangan supaya umat Islam tidak
161)
melibatkan diri dengan riba bersumber dari
3. Tahap ketiga, riba dikaitkan
berbagai surat dalam Al-Quran dan Hadits
dengan suatu tambahan yang
Rasulullah saw. Menurut Sayyid Quthb dan
berlipat ganda terdapat dalam QS.
Abdul al-A’la al-Mawdudi yang dikutip oleh
Ali-Imran ayat 130
Muhammad Syafi’i Antonio bahwa larangan
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat
24 Taqyuddin Nabhani, Membangun Sistem keberuntungan.”(Q.S Ali-Imran ayat
Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah 130)
Gusti, 1996), h. 284.
25 Gampito, loc.cit., h. 169.
26 Wartoyo, “Bunga Bank: Abdullah Saeed VS 28 Dadang Abdul Qadir, “Anatomi
Yusuf Qaradhaqi (Sebuah Dialektika Pemikiran Antara Keabsahan Bunga Bank dalam Perspektif Teori Limit
Kaum Modernis dengan Neo-Revivsalis)”., La-Riba Muhammad Syahrur”., Asy-Syari’ah, Vol. 16, No. 1,
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. IV, No. 1, Juli 2010., h. 117. April 2014., h. 81-
27 Ibid., h. 118.
82.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

4. Tahap terakhir, Allah swt. dengan bank tersebut adalah riba, dan
jelas dan tegas mengharamkan hukumnya adalah haram. 29
apapun jenis riba, yang terdapat Kelompok paradigma
dalam QS. Al-Baqarah ayat 278 kontekstual memahami nas dari
dan 279 pengharaman riba secara konteks, yaitu
“Hai orang-orang yang beriman, adanya unsur zulm atau eksploitasi
bertakwalah kepada Allah dan yang terjadi pada waktu
tinggalkan sisa riba (yang belum diharamkannya riba. Sehingga kondisi
dipungut) jika kamu orang-orang yang tersebut bila dijumpai pada
beriman. Maka jika kamu tidak pemberlakuan bunga bank, barulah
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), bunga bank itu dikategorikan sebagai
maka ketahuilah bahwa Allah dan riba yang status hukumnya jelas, yaitu
rasul-Nya akan memerangimu. Dan haram. Kelompok ini melihat bahwa
jika kamu bertaubat (dari pengambilan apa yang terjadi di bunga bank tidak
riba), maka bagimu pokok hartamu,
ada unsur zulm atau eksplotasi,
kamu tidak menganiaya dan tidak pula
sehingga mereka menetapkan bahwa
dianiaya.”(Q.S Al-Baqarah ayat 278-
bunga bank tidak termasuk riba, dan
279)
hukumnya boleh.30
Perbedaan Serta Persamaan Di bawah ini akan disajikan
Pandangan Bunga Bank dan antara persamaan dan perbedaan
Riba pandangan keduanya adalah sebagai
Bunga bank dalam kajian berikut:
hukum fiqh Islam, merupakan masalah 1. Persamaan pandangan
kontemporer yang melahirkan dua a. Dalam membahas mengenai
paradigma cara berijtihad yang berbeda riba dan pemahaman mereka
dalam menentukan status hukumnya akan riba, keduanya sama-sama
yaitu dengan paradigma tekstual dan berangkat dari dasar hukum
kontekstual. Perbedaan yang mendasar pemahaman nash, baik itu
antara kedua paradigma tersebut dari nash-nash Al-Qurang
adalah cara melihat ilat (sebab adanya maupun Sunnah.
hukum) pengharaman riba sebagai b. Dalam melakukan interpretasi
hukum asal. Paradigma tekstual mengenai riba dalam nash-nash
memahami ilat pengharaman riba tersebut, keduanya memiliki
terletak pada adanya tambahan, tujuan akhir yang sama, yaitu
sebagaimana makna yang dikandung supaya interpretasi yang
oleh kata riba itu sendiri dan mereka hasilkan dapat
berdasarkan konfirmasi nas, bahwa memberikan sumbangsi bagi
hanya modal pokok yang dapat terciptanya kemaslahatan umat,
diambil, sehingga apabila ilat itu sehingga umat tidak lagi berada
terdapat di bunga bank, maka bunga dalam kebimbangan ketika
menentukan suatu transaksi

29 Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank:

Antara Paradigma Tekstual dan Kontekstual”, Jurnal


Hunafa, Vol. 5, No. 1, April 2008: 45-58., h. 56.
30 Ibid., hlm. 56-57.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

yang masih mengandung produktif, atau malah


keraguan akan boleh dan sebaliknya. 31

tidaknya secara hukum. 2. Perbedaan pandangan


c. Pada dasarnya keduanya a. Perbedaan pandangan dalam
memiliki pandangan, bahwa menentukan aspek apa
riba merupakan sesuatu yang sebenarnya yang terkandung
mutlak dilarang dalam Islam dalam Al-Quran dan hadist
dan hukumnya haram. Karena dalam pelarangan riba.
pratik riba hanya akan Abdullah Saeed lebih
menciptakan suatu tatanan cenderung memandang aspek
dalam masyarakat menjadi formalnya, atau apa yang ada
rusak, timbulnya ketidakadilan dalam dzahir ayat.
dan terjadinya penganiayaan b. Perbedaan pendangan pada
oleh sekelompok orang
poin pertama di atas,
terhadap sekelompok orang
menyebabkan terjadinya
lainnya.
perbedaan pula dalam
d. Keduanya juga sama-sama
menentukan bagian pernyataan
memiliki pandangan, bahwa
mana dalam Al-Quran yang
pembahasan yang mereka
sebenarnya harus dijadikan
lakukan dalam kajian mereka
pijakan utama dalam
masing-masing adalah
memahami pelarang riba.
pembahasan mengenai riba
Abdullah Saeed cenderung
jenis nasi’ah atau jahiliyah yang
melihat pernyataan la
sudah jelas-jelas dilarang
tadzlimuuna wa la tudzlamun
dalam Al-Quran maupun
sebagai titik tolaknya dalam
hadist, sedangkan untuk riba
memahami pelarangan ini,
fadhl, mereka tidak
sementara Yusuf Al-Qaradh wi
membahasnya secara lebih
lebih melihat pada pernyataan
luas dalam bukunya masing-
fa lakum ru’ usu amwa likum
masing.
sebagai acuan utamanya.
e. Dalam kaitannya dengan
c. Perbedaan dalam menentukan
argumentasi bahwa riba yang
landasan analogi apakah yang
dilarang dan dibolehkan adalah
semestinya dipakai dalam
riba jenis produktif dan
membahas masalah pelarangan
konsumtif, keduanya tidak
riba ini, Abdullah Saeed lebih
memiliki landasan atau
melihat hikmah sebagai
keterangan yang kuat untuk
landasan analoginya, sebab
mengklaim bahwa pandangan
menurutnya ilat memliki
merekalah yang paling benar.
banyak kelemahan, sebaliknya
Sebab memang tidak ada
Yusuf Al-Qaradh wi
riwayat atau keterangan, yang
cenderung menggunakan ilat
menyebutkan bahwa riba yang
sebagai landasan analoginya.
terjadi pada masa jahiliyah itu
adalah jenis riba konsumtif
bukan jenis riba yang
31 Wartoyo, op.cit., h. 224.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

d. Perbedaan dalam memandang Sistem Bunga Bank dengan


wacana ketidakadilan, menurut Syariah
Abdullah Saeed, ketidakadilan
hanya terdapat pada riba yang Al-Quran dan hadist, dua
terdapat pada masa jahiliyah, sumber hukum Islam melarang keras
karena terjadinya penindasan adanya bunga karena kezalimannya,
kriditur kepada debitur, hingga akan tetapi ada yang berpendapat
menyebabkan perbudakan, bahwa bunga yang dibayarkan pada
sedangkan transaksi pinjaman saat investasi dalam kegiatan produksi
berbunga di bank saat ini, tidak bertentangan dengan hukum Al-
mustahil akan menyebabkan Quran karena hukum tersebut hanya
penindasan, lebih-lebih mengacu pada riba, yaitu pinjaman
perbudakan oleh kreditu yang bukan untuk produksi dimasa pra
kepada debitur. Sedangkan Islam. Pada masa pra Islam, orang
menurut Yusuf Al-Qaradh wi, tidak mengenal pinjaman produksi dan
keadilan hanya akan tercapai pengaruhnya pada perkembangan
bila antara pemilik modal dan ekonomi.33
pengusahan, berbagi resiko Menurut Purwaatmaja, sistem
atas keuntungan maupun bunga adalah biaya yang dikenakan
kerugian, dari modal yang kepada peminjam uang atau imbalan
digunakan dalam usaha yang diberikan kepada penyimpanan
tersebut. uang yang besarnya telah ditetapkan di
e. Perbedaan-perbedaan dalam muka, biasanya ditentukan dalam
menentukan landasan bentuk persentase dan terus
pengharaman dalam dikenakan selama masih ada sisa
menghukumi bunga bank, simpanan/pinjaman sehingga tidak
menurut Yusuf Al-Qaradh wi, hanya terbatas pada jangka waktu
bunga bank sama dengan riba kontrak. Sedangkan sistem bagi hasil
yang dilarang dalam Islam, yaitu suatu sistem yang meliputi tata
karena berpijak pada stateman cara pembagian hasil usaha antara
bahwa setiap penambahan penyedia dana dan pengelola dana,
dalam transaksi pinjaman yang terjadi antara bank dengan
adalah dilarang. Sedangkan penyimpan dana, maupun antara
Abdullah Saeed memandang, bank dengan nasabah penerima dana.
sepanjang pinjaman tersebut Dari pendapat ini maka dapat
tidak menyebabkan disimpulkan bahwa bank berdasar
ketidakadilah, maka pinjaman prinsip bunga keuntungan telah
tersebut dibolehkan, dan ditetapkan di muka berdasarkan
demikina pula sistem pinjaman besarnya persentase uang (modal)
dalam bank, meskipun jelas- yang dipinjamkan, tanpa berpedoman
jelas terdapat bunga di pada untung rugi. Sedangkan
dalamnya.32 prinsip bagi hasil itu

32 Wartoyo, op.cit., h. 225. 33 Qurratul A’yun Nailufarh, loc.cit., h. 2.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

berbagi dalam hal keuntungan juga 2. Pada tingkat wajar, tidak mengapa
dalam hal kerugian.34 bunga bank dibebankan.
Menyebut riba dengan nama 3. Opportunty lost yang ditanggung
bunga tidak akan mengubah sifatnya, pemilik dana disebabkan
karena bunga adalah suatu tambahan penggunaan uang oleh pihak lain.
modal yang dipinjam, karena itu hal 4. Bunga untuk konsumtif dilarang,
tersebut tetaplah riba. Dalam tetapi untuk produktif dibolehkan.
ekonomi kapitalis, bunga adalah 5. Uang sebagai komoditi, karena itu
pusat berputarnya sistem perbankan, ada harganya dan harga uang itu
berdasarkan prinsip dari perbankan adalah bunga (Boehn-Boerk).
konvensional, tanpa bunga sistem 6. Bunga sebagai penyeimbang laju
perekonomin akan lumpuh. Sedangkan inflasi.
Islam mempunyai kekuatan yang 7. Bunga sebagai upah menunggu
sangat dinamis dalam menjalankan (abstinence concept, senior, irving fisher).
sistem perbankan dan lembaga 8. Nilai uang sekarang lebih besar
keuangan lain tanpa harus menjalankan dari pada nilai uang masa depan
sistem bunga. Karena suku bunga yang (time value of money).
berlaku dalam perbankan konvensional 9. Pada zaman nabi tidak ada bank,
tidak ada hubungan dengan pengaruh dan bank bukan syakhshiyyah
volume menabung. Evolusi konsep mukallafah (yang terkena kewajiban
riba ke bunga tidak terlepas dari menjalankan hukum syariah)37
perkembangan lembaga keuangan. Untuk itu para ulama
Lembaga keuangan timbul karena melakukan istinbath terhadap sumber-
kebutuhan modal untuk membiayai sumber syariah dalam rangka
industri dan perdagangan, modalnya menghindari riba. Di antara hasil
berasal dari kaum pedagang.35 istinbath tersebut adalah produk-
Kecenderungan masyarakat produk muamalah yaitu musyarakah,
menggunakan sistem bunga (interest mudharabah, muzara’ah, musaqat,
ataupun unsury) lebih bertujuan untuk murabahah, salam, istishna’, sharf, ijarah,
mengoptimalkan pemenuhan wadi’ah, wakalah, hawalah, rahn, qardh,
kepentingan pribadi, sehingga kurang i’arah, sulh, muqashah, iqtha’, dan hima,
mempertimbangkan dampak sosial yang semuanya merupakan produk-
yang ditimbulkannya. Berbeda dengan produk dalam perbankan syariah yang
sistem bagi hasil (profit-sharing), sistem dalam pengelolaannya prinsip bagi
ini berorientasi pada pemenuhan hasil.38
kemaslahatan hidup umat manusia.36 Untuk lebih singkatnya,
Ada sembilan alasan bagi yang perbedaan mendasar antara bunga
membolehkan bunga bank yaitu: dan bagi hasil antara lain:
1. Boleh mengambil bunga bank 1. Penentuan bunga dibuat pada
karen darurat. waktu akad dengan asumsi selalu
34 Nur Aksin, “Perbandingan Sistem Bagi

Hasil dan Bunga di Bank Muamalat Indonesia dan 37 Zainul Arifin, Bunga dan Riba dalam Perspektif
CIMB Niaga”., Jejak Journal of Economics and Policy, Vol. Sejarah dan Agama, (Jakarta: Bank Indonesia, 2009, h. 12
6, No. 2, 2013., h. 116. 38 Rudy Haryanto, “Bagi Hasil dan Bank
35 Ibid., h. 2-3.
Syariah: Solusi Terhadap Bunga Bank”., Al-Ihkam, Vol.
36 Ibid., h. 3.
V, No. 2, Desember 2010., h. 245.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

untung. Sedangkan pada bagi hasil meningkatkan keterampilan dan


penentuan besarnya rasio/nisbah semangat besar dalam hidupnya.
bagi hasil dibuat pada waktu akad 4. Tidak merugikan orang-orang yang
dengan berpedoman kemungkinan sedang kesusahan, karena dengan
untung atau kemungkinan rugi. adanya riba seseorang yang
2. Pada sistem bunga persentasenya mengalami kesulitan justru
berdasarkan jumlah uang (modal) semakin susah. 40

keuntungan yang dipinjamkan. Dampak adanya riba ditengah-


Sedangkan bagi hasil, besarnya tengah masyarakat tidak saja
rasio/nisbahnya berdasarkan terpengaruhkan dalam kehidupan
jumlah keuntungan yang diperoleh. ekonomi, tetapi dalam seluruh aspek
3. Pembayaran bunga tetap seperti kehidupan manusia, di antaranya:
yang dijanjikan tanpa 1. Riba dapat menimbulkan
mempertimbangkan untung permusuhan antara individu dan
ruginya. Sedangkan sistem bagi melemahkan nilai-nilai sosial dan
hasil tergantung pada keuntungan nilai keluarga.41
proyek yang dijalankan.
2. Menimbulkan tumbuhnya mental
4. Eksistensi bunga diragukan (kalau pemboros dan pemalas.
tidak dikecam) oleh semua agama 3. Riba salah satu bentuk penjajahan.
termasuk Islam. Sedangkan bagi 4. Yang kaya semakin kaya dan yang
hasil tidak ada yang meragukan miskin semakin miskin.
keabsahannya.39 5. Riba pada kenyataannya adalah
Hikmah Pelarangan serta pencuri.
Dampak Bunga Bank dan Riba 6. Tingkat bunga tinggi menurunkan
Banyak hikmah yang dapat minat untuk berinvestasi.
diambil dari adanya pelarangan riba, di 7. Bagi jiwa manusia hal ini akan
antaranya yaitu: menimbulkan perasaan egois pada
1. Menjadikan pribadi-pribadi diri, sehingga tidak mengenal
manusia yang suka saling melainkan diri sendiri. Riba ini
menolong satu sama lain. menghilangkan jiwa kadih sayang,
2. Dengan sikap saling tolong dan rasa kemanusiaan dan sosial.
menolong menciptakan Lebih mementingkan diri sendiri
persaudaraan yang semakin kuat. dari pada orang lain.
Sehingga pintu pada tindakan 8. Bagi masyarakat dalam kehidupan
memutus hubungan silaturrahmi masyarakat hal ini akan
baik anat sesama manusia. menimbulkam kasta kasta yang
3. Menjadikan kerja sebagai sebuah saling bermusuhan. Sehingga
kemuliaan, karena pekerjaan membuat keadaan tidak aman dan
tersebut sebagai sarana untuk tentram. Bukannya kasih sayang
memperoleh penghasilan. Karena dan cinta persaudaraan yang
dengan bekerja seseorang dapat
40 Muhammad Tho’in, “Larangan Riba Dalam
Teks dan Konteks (Studi Atas Hadits Riwayat Muslim
tentang Pelaknatan Riba”., Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam,
39 Ali Zainudin, Hukum Perbankan Syariah, Vol. 02, No. 02, Juli 2016., h. 67-68.
(Palu: Sinar Grafika Offset, 2007), h. 112. 41 Rizal dan Nilfirdaus, loc.cit., h. 101.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

timbul akan tetapi permusuhan 1. Bunga adalah tanggungan pada


dan pertengkaran yang akan pinjaman uang, yang biasanya
tercipta di masyarakat. dinyatakan dengan persentase dari
9. Bagi roda pergerakan ekonomi uang yang dipinjamkan. Sedangkan
dampak sistem ekonomi ribawi riba artinya kelebihan pembayaran
tersebut sangat membahayakan tanpa ganti rugi atau imbalan, yang
perekonomian. disyaratkan bagi salah seorang dari
a. Sistem ekonomi ribawi telah dua orang yang melakukan
banyak menimbulkan krisis transaksi, baik tambahan itu
ekonomi dimana-mana berasal dari dirinya sendiri,
sepanjang sejarah, sejak tahun maupun berasal dari luar berupa
1029, 1930, 1940an, 1950an, imbalan.
1970an, 1980an, 1990an, 1997, 2. Secara garis besar riba
2010, dan sampai saat ini. dikelompokkan menjadi dua, yaitu
b. Di bawah sistem ekonomi riba fadhl merupakan riba yang
ribawi, kesenjangan berlaku dalam jual beli dan riba
pertumbuhan ekonomi nasi’ah merupakan kelebihan atas
masyarakat dunia makin terjadi piutang yang diberikan orang yang
secara konstant, sehingga yang berutang kepada pemilik modal
kaya makin kaya yang miskin ketika waktu yang disepakati jatuh
makin miskin. tempo yang terbagi juga atas dua
c. Suku bunga juga berpengaruh yaitu riba qardh dan riba jahiliyah.
terhadap investasi, produksi 3. Tahapan pengharaman riba terjadi
dan terciptanya pengangguran. dalam empat tahap yaitu tahap
d. Teori ekonomi juga pertama pada QS. Ar-Rum ayat 39,
mengajarkan bahwa suku tahap kedua pada QS. An-Nisa
bunga akan secara signifikan ayat 160-161, tahap ketiga pada
menimbulkan inflasi. QS. Ali-Imran ayat 130, dan
e. Sistem ekonomi ribawi juga tahap terakhir pada QS. Al-
telah menjerumuskan negara- Baqarah ayat 278 dan 279.
negara berkembang kepada 4. Perbedaan yang mendasar antara
debt trap (jebakan hutang) kedua paradigma tekstual dan
yang dalam, sehingga untuk kontekstual adalah cara melihat ilat
membayar bunga saja mereka (sebab adanya hukum)
kesulitan, apalagi bersama pengharaman riba sebagai hukum
pokokny.42 asal. Paradigma tekstual
berpendapat bunga bank tersebut
IV. Penutup adalah riba, dan hukumnya adalah
Dari pembahasan mengenai haram. Sedangkan paradigma
bunga bank dan riba di atas, maka
kontekstual berpendapat bahwa
dapat disimpulkan beberapa hal
jika bunga bank tidak ada unsur
sebagai berikut:
zulm atau eksplotasi, sehingga
mereka menetapkan bahwa bunga
bank tidak termasuk riba, dan
42 Gampito, op.cit., h. 171-172. hukumnya boleh.

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

5. Perbedaan antara sistem bunga Hidayanto, Fajar. (2008). “Prakterk Riba dan
bank dengan sistem bagi hasil pada Kesenjangan Sosial”. La-Riba Jurnal
syariah yaitu bank berdasar prinsip Ekonomi Islam, Vol. II, No. 2, Desember
bunga keuntungan telah ditetapkan 2008, h. 240-241
dimuka berdasarkan besarnya
persentase uang (modal) yang Huda, Nurul dkk. (2008). Ekonomi Makro
dipinjamkan, tanpa berpedoman Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta:
pada untung rugi. Sedangkan Kencana Prenada Media Group.
prinsip bagi hasil itu berbagi dalam Kalsum, Ummi, Riba dan Bunga Bank dalam
hal keuntungan juga dalam hal Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap
kerugian. Perekonomian Umat) Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No.
6. Banyak hikmah yang dapat dipetik 2 Juli 2014, h. 68
dari adanya pelarangan riba. Begitu
juga dampak adanya riba ditengah- Marwini. (2017). “Kontroversi Riba dalam
tengah masyarakat tidak saja Perbankan Konvensional dan
terpengaruhkan dalam kehidupan Dampaknya Terhadap Perekonomian”.
ekonomi, tetapi dalam seluruh Az-Zarqa, Vol. 9, No. 1, Juni 2017, h. 3
aspek kehidupan manusia.
Muhammad. (2004). Dasar-Dasar Keuangan
DAFTAR PUSTAKA Islami. Yogyakarta: Ekonisia.
Nabhani, Taqyuddin. (1996). Membangun Sistem
Aksin, Nur. (2013). “Perbandingan Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam.
Bagi Hasil dan Bunga di Bank Surabaya: Risalah Gusti.
Muamalat Indonesia dan CIMB Nailufarh, Qurratul A’yun. (2008). “Sistem
Niaga”. Jejak Journal of Economics and Perbankan dan Persolan Riba dalam
Policy, Vol. 6, No. 2, 2013, h. 116 Islam: Menuju Perbankan dan
Perbuatan Masyarakat yang Bebas dari
Arifin, Zainul. (2010). Bunga dan Riba dalam Unsur Riba”. Balance Economics,
Perspektif Sejarah dan Agama. Jakarta: Bussiness, Management and Accounting
Bank Indonesia Journal, Vol. V, No. 9, Juli 2008, h . 2
Nurhadi, (2017) Bunga Bank antara Halal dan
Gampito. (2013). Ekonomi Makro Islam: Suatu Haram,Nur El-Islam, Vol 4 No. 2, h.
Pengantar. Batusangkar: STAIN 54-55
Batusangkar Press.
Qadir, Dadang Abdul. (2014). “Anatomi
Haryanto, Rudy. (2010). “Bagi Hasil dan Bank Keabsahan Bunga Bank dalam
Syaria’ah: Solusi Terhadap Bunga Perspektif Teori Limit Muhammad
Bank”. Al-Ihkam, Vol. V, No. 2, Syahrur”. Asy-Syaria’ah, Vol. 16, No. 1,
Desember 2010, h. 245 April 2014, h. 81-82
Rizal dan Nilfirdaus. (2013). Ekonomi Islam.
Hasyim, Muhammad Syarif. (2008). “Bunga Batusangkar: STAIN Batusangkar
Bank: Antara Paradigma Tekstual dan Press.
Kontekstual”. Jurnal Hunafa, Vol. 5,
No. 1, April 2008: 45-58, h. 56

Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-

Sumar’in. (2013). Ekonomi Islam Sebuah


Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif
Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syarif, Mujar Ibnu. (2011). “Konsep Riba


dalam Al-Quran dan Literatur Fikih”.
Al-Iqtishad, Vol. III, No. 2, Juli 2011,
h. 295

Tho’in, Muhammad. (2016). “Larangan Riba


dalam Teks dan Konteks (Studi Atas
Hadits Riwayat Muslin Tentang
Pelaknatan Riba”. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, Vol. 02, No. 02, Juli 2016, h. 101

Wahab, Fatkhul. (2017). “Riba Transaksi


Kotor Dalam Ekonomi”. Iqtishodia
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 02, No. 02,
2017: 26-41, h. 28

Wartoyo. (2010). “Bunga Bank: Abdullah


Saeed VS Yusuf Qaradhawi (Sebuah
Dialektika Pemikiran Antara Kamu
Modernis dengan Neo-Revivalis)”. La-
Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. IV,
No. 1, Juli 2010, h. 117

Zainudin, Ali. (2007). Hukum Perbankan


Syariah. Palu: Sinar Grafika
Ummi Kalsum, Riba dan Bunga Bank dalam
Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap
Perekonomian Umat) Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No.
2 Juli 2014, h. 68

Rahmat 6 Perbedaan

You might also like