You are on page 1of 23

BAKTERIOLOGI II

Escherichia Coli (E. Coli)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bakteriologi II


Dosen Pengampu: Mursalim, S.Pd., M.Kes

OLEH:
KELOMPOK 4
1. NURUL ISRA PO714203211060
2. NURUL SHABRINA CHAERUNNISA PO714203211061
3. VIQARAHMI AGUSTIANI PO714203211068
KELAS B

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI D.IV
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Bakteriologi II yang berjudul “Escherichia Coli”.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bakteriologi II. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Makassar, 30 Juli 2022


Penyususn

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Definisi Bakteri Echerichia Coli ............................................................. 3
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Bakteri Escherichia Coli ............................... 4
2.3. Struktur Antigen Bakteri Escherichia Coli ............................................. 7
2.4. Faktor-Faktor Patogenitas Bakteri Escherichia Coli............................... 8
2.5. Patogenesis dan Gejala Klinis Bakteri Escherichia Coli ........................ 9
2.6. Sifat-Sifat Biokimia Bakteri Escherichia Coli ........................................ 11
2.7. Diagnosis Laboratorium Bakteri Escherichia Coli ................................. 13
2.8. Pencegahan dan Pengobatan Jika Terkena Bakteri Escherichia Coli ..... 13
2.8.1. Pencegahan ................................................................................... 13
2.8.2. Pengobatan .................................................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................... 18
3.1. Simpulan ................................................................................................. 18
3.2. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Escherichia coli adalah kuman opurtunis yang hanya ditemukan di
dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers
diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan
tubuh lain di luar usus.
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri koliform yang termasuk
dalam famili Enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae merupakan bakteri enterik
atau bakteri yang dapat hidup dan bertahan di dalam saluran pencernaan.
Beberapa strain bakteri ini memberikan manfaat bagi manusia, misalnya
mencegah kolonisasi bakteri patogen pada pencernaan manusia. Namun, ada
beberapa kelompok lain yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang
dikenal sebagai E. coli patogen. Keberadaan bakteri ini sering dikaitkan dengan
adanya kontaminasi yang berasal dari kotoran (feses), karena E. coli pada
umumnya adalah bakteri yang hidup pada usus manusia (maupun hewan)
sehingga keberadaan bakteri tersebut pada air atau pangan menunjukkan adanya
proses pengolahan yang mengalami kontak dengan kotoran.
Escherichia coli menyebar melalui debu dari makanan dan minuman
yang terkontaminasi oleh feses. Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot,
termometer, dan peralatan makan yang tercemar oleh tinja. Oleh karena itu,
masyarakat selama ini hanya menjaga kebersihan dalam memilih makanan dan
minuman, kebersihan tangan, dan peralatan makanan untuk mencegah
masuknya bakteri Escherichia coli ke dalam tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi bakteri Escherichia Coli?
2. Bagaimana klasifikasi dan morfologi bakteri Escherichia Coli?
3. Bagaimana struktur antigen bakteri Escherichia Coli?
4. Bagaimana faktor-faktor patogenitas bakteri Escherichia Coli?

1
5. Bagaimana patogenesis dan gejala klinis bakteri Escherichia Coli?
6. Bagaimana sifat-sifat biokimia bakteri Escherichia Coli?
7. Bagaimana diagnosis laboratorium bakteri Escherichia Coli?
8. Bagaimana pencegahan dan pengobatan jika terkena bakteri Escherichia
Coli?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi bakteri Escherichia Coli.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi bakteri Escherichia Coli.
3. Untuk mengetahui struktur antigen bakteri Escherichia Coli.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor patogenitas bakteri Escherichia Coli.
5. Untuk mengetahui patogenesis dan gejala klinis bakteri Escherichia Coli.
6. Untuk mengetahui sifat-sifat biokimia bakteri Escherichia Coli.
7. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium bakteri Escherichia Coli.
8. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan jika terkena bakteri
Escherichia Coli.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bakteri Escherichia Coli
Escherichia coli adalah bakteri yang hidup secara normal dalam usus
manusia dan hewan, bakteri ini dapat juga hidup di makanan, air dan tanah.
Kehadiran E.coli dalam air atau makanan dapat digunakan sebagai indikator
mikrobiologis untuk kontaminasi fekal dan sebagai ukuran untuk kualitas
sanitasi. Sel-sel E coli yang terdapat dalam air dan makanan pada umumnya
merupakan E. coli non pathogen, walaupun pada sejumlah kasus, strain-strain
pathogen seperti enterotoksigenik dan sel-sel E.coli yang memproduksi shiga-
like toksin (STEC) juga dapat hadir dalam makanan dan minuman.
Bakteri coliform fekal adalah bakteri indicator adanya pencemaran
bakteri pathogen. Penentuan coliform fekal menjadi indicator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri pathogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan
sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Coliform adalah
indikator kualitas air makin sedikit kandungan coliform, artinya kualitas air
semakin baik. Kelompok bakteri coliform antara lain Echerichia coli,
Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini
dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri pathogen lain, misalnya
Shigella, yang bias menyebabkan diare hingga muntaber.
Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan atau manusia.
b. Coliform non-fekal, misalnya E. aeruginosa, biasanya ditemukan pada
hewan atau tanaman yang telah mati.
Bakteri Coliform mampu tumbuh pada media yang mengandung garam
empedu, dimana garam empedu mampu menghambat bakteri garam negatif
lain yang mungkin ada. Sehingga media yang mengandung garam empedu
digunakan sebagai media pemupuk selektif, misalnya MC Conkey Broth
(MCB), Lactose Broth (LB) dan media-media selektif lainnya. Pada media cair

3
yang mengandung laktosa, bakteri coliform dapat tumbuh subur, menimbulkan
gas dan tampak kekeruhan.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis
spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan
oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan
lainnya.
E. coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa
pada temperatur 37°C dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam.
Sejak diketahui bahwa E. coli tersebar dalam semua individu, analisis
bakterialogis terhadap air minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri
tersebut. Kecepatan bakteri Coliform memecah laktosa menentukan
patogenitasnya, semakin cepat fermentasinya semakin besar daya
patogenitasnya. Bakteri Coliform berdasarkan kecepatannya memecah laktosa,
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Kelompok yang memfermentasi laktosa dengan cepat, terdiri dari
Escherichia coli, Klebsiella dan Enterobacter
b. Kelompok yang memfermentasi laktosa lambat, terdiri dari Serratia,
Citrobacter, Erwinia dan Paracolon.
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Bakteri Escherichia Coli
a. Klasifikasi
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eutobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli
Klasifikasi Bakteri Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya adalah
sebagai berikut:
1) Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC), dapat menyebabkan diare
dan tidak menghasilkan toksin.

4
2) Entero Invasive Escherichia Coli (EIEC), merupakan tipe yang
mempunyai daya invatif, sehingga menimbulkan gejala penyakit
seperti disentri. Tipe ini tidak memproduksi enterotoksin.
3) Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC), jenis ini menghasilkan 2
macam enterotoksi, yaitu :
Enterotoksin yang tidak tahan panas, toksin ini akan hilang
toksinitasnya pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Enterotoksin
yang tahan panas, toksin ini tahan terhadap pemanasan sampai dengan
100°C.
4) Entero Hemorragic Escherichia Coli (EHEC), memproduksi
verotoksin yang sifatnya hampir sama dengan toksin sehingga
diproduksi oleh strain Shigella dysentreriae. Serotipe E.coli yang
memproduksi verotoksin yaitu EHEC 0157:H7. Verotoksin yang
dihasilkan menghancurkan dinding mukosa dan menyebabkan
perdarahan.
5) Entero Agregative Escherichia Coli (EAEC) dapat menyebabkan diare
akut dan kronik (jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat
pada mukosa intestinal, menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin,
sehingga terjadi kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus
dan terjadinya diare.
b. Morfologi

 Ukuran 1,1 – 1,5 μm x 2,0 – 6,0 μm.


 Berbentuk batang lurus gram negatif.

5
 Motil dengan flagellum peritrikus atau nonmotil.
 Selnya bisa tunggal, berpasangan dan dalam rantai pendek serta tidak
berkapsul.
 Anaerobic fakultatif dan memiliki suhu optimum 37oC.
 Tidak memiliki spora dan memiliki pili.
 Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas.
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar,
cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 2012).
Morfologi makroskopis Escherichia coli pada medium padat yakni
berbentuk bulat dengan ukuran kecil hingga sedang, permukaan konveks dan
halus serta pinggiran yang rata.Escherichia coli mempunyai beberapa antigen,
yaitu antigen O (polisakarida), antigen K (kapsular), antigen H (flagella).
Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam-asam polisakarida.
Mukoid kadang - kadang memproduksi pembuangan ekstraselular yang tidak
lain adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau
terdapat pada asam polisakarida yang dibentuk oleh banyak E.coli seperti pada
Enterobacteriaceae. Selanjutnya digambarkan sebagai antigen M dan
dikomposisikan oleh asam kolanik.
Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous. E.coli
memproduksi macam-macam fimbria atau pili yang berbeda, banyak
macamnya pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain filamentus,
proteinaceus, seperti rambut pelengkap di sekeliling sel dalam variasi jumlah.
Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas atau
spesifik organ yang bersifat adhesi . Hal itu merupakan faktor virulensi yang
penting.
E.coli merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik,
memiliki tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya
paling sedikit di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan yang baik pada suhu
optimal 37°C pada media yang 1% peptone sebagai sumber karbon dan
nitrogen. E.coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang

6
digunakan untuk mengidentifikasi bakteri pada makanan dan udara. E.coli
berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigmen pada
nutrient dan media darah. E.coli dapat bertahan hingga suhu 60°C selama 15
menit atau pada 55°C selama 60 menit.
2.3 Struktur Antigen Bakteri Escherichia Coli
Escherichia coli memiliki tiga jenis antigen yaitu :
a) Antigen O
Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan
terdiri dari unit berulang polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O
mengandung gula unik. Antigen O tahan terhadap panas dan alkohol dan
biasanya dideteksi dengan cara aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen
O adalah IgM. Sedangkan setiap jenis Enterobacteriaceae digabungkan
dengan kelompok khusus O sehingga setiap organisme dapat membawa
beberapa antigen O. Biasanya antigen O berhubungan dengan penyakit khusus
pada manusia misalnya tipe spesifik O dari Escherichia coli ditemukan pada
diare dan infeksi saluran kemih.
b) Antigen K
Berada di luar antigen O pada beberapa jenis tetapi tidak pada semua
Enterobacteriaceae. sebagian adalah polisakarida, termasuk antigen K pada
Escherichia coli lainnya adalah protein. Antigen K dapat menganggu
aglutinasi melalui anti serum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi
(misalnya strain Escherichia coli yang menghasilkan antigen KI sering
ditemukan pada meningitis neonatus, dan antigen K Escherichia coli
menyebabkan pelekatan bakteri pada sel epitel sebelum invasi ke saluran cerna
atau saluran kemih).
c) Antigen H
Antigen H terletak pada flagel dan didenaturasikan atau dirusak oleh
panas atau alkohol. Antigen H dipertahankan dengan memberikan formalin
pada varian bakteri yang bergerak. Antigen H semacam itu beraglutinasi
dengan antibodi anti H, terutama IgG. Penentu dalam antigen H merupakan
fungsi urutan asama amino dalam protein flagel (flagelin).

7
Organisme ini cenderung berubah bentuk dari satu fase ke fase lain, ini
disebut variasi fase. Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu
aglutinasi dengan antibodi anti-O.
2.4 Faktor-Faktor Patogenitas Bakteri Escherichia Coli
1. Antigen permukaan
Pada E. coli minimal terdapat dua tipe fimbriae yaitu:
a) Tipe manosa sensitif (pili).
b) Tipe manosa resisten (CFAs I dan II)
Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai colonization factor, yaitu untuk
perlekatan sel kuman pada sel atau jaringan tuan rumah.
Misalnya: antigen CFAs I dan II melekatkan E.coli Enteropatogenik
E.coli pada sel epitel usus binatang.
Antigen kapsul K 1: seringkali ditemukan pada E.coli yang diisolasi
dari pasien-pasien dengan bacteremia serta neonates yang menderita
meningitis. Peranan Antigen K 1 menghalangi proses fagositosis sel kuman
oleh leukosit.
2. Enterotoksin
Ada dua macam enterotoksin yang telah berhasil diisolasi dari E. coli:
a) Toksin LT (termolabil)
b) Toksin ST (termostabil)
Produksi kedua macam toksin diatur oleh plasmid yang mampu pindah
dari satu sel kuman ke sel kuman lainnya. Terdapat dua macam plasmid :
a) Satu plasmid mengode pembentukan toksin LT dan ST.
b) Satu plasmid lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja.
Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil
siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan
peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan permeabilitas
sel epitel usus. Sehingga terjadi akumulasi cairan di dalam usus dan berakhir
dengan diare. Toksin LT seperti juga toksin kolera bersifat cytophatic terhadap
Y 1-sel tumor adrenal dan sel ovarium Chinese hamster serta meningkatkan
permeabilitas kapiler pada tes Rabbit skin.

8
Kekuatan toksin LT adalah 100 kali lebih rendah dibandingkan toksin
kolera dalan menimbulkan diare. Toksin ST tidak merangsang aktivitas enzim
adenil siklase dan tidak reaktif terhadap tes Rabbit skin. Untuk mendeteksi
toksin ST dipakai cara tes Suckling mouse, dimana setelah 4 jam inokulasi akan
memberikan hasil positif.
Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970 dalton,
mempunyai satu atau lebih ikatan disulfide, yang penting untuk mengatur
stabilitas pH dan suhu.
Toksin ST bekerja dengan cara mengaktivasi enzim guanilat siklase
guanosin monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan natrium,
selain itu ST menurunkan motilitas usus halus.
3. Hemolisin
Pembentukannya diatur oleh plasmid yang berukuran 41 mega Dalton,
bersifat toksik terhadap sel pada biakan jaringan. Peranan hemolisin pada
infeksi oleh E.coli tidak jelas tetapi strain hemolitik E.coli ternyata lebih
pathogen daripada strain yang nonhemolitik.
2.5 Patogenesis dan Gejala Klinis Bakteri Escherichia Coli
a. Patogenesis
Escherichia coli adalah bakteri yang umum ditemukan dibawah usus
organisme berdarah panas (endotermik). Kebanyakan strain Escherichia coli
tidak berbahaya, tetapi beberapa serotype dari bakteri ini dapat menyebabkan
keracunan makanan yang serius pada manusia dan diare akibat kontaminasi
makanan.
Kolonisasi Escherichia coli dalam saluran cerna manusia biasanya
setelah 40 hari dilahirkan. Escherichia coli dapat melekat pada usus besar dan
dapat bertahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan
populasi Escherichia coli terjadi dalam periode yang lama, hal ini dapat terjadi
setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau antimikroba yang
dapat membunuh flora normal
E. coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia:
Enteropathogenic E. coli: menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-

9
anak di negara-negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum
diketahui. Frekuensi penyakit diare yang disebabkan oleh strain kuman ini
sudah jauh berkurang dalam 20 tahun terakhir.
Enterotoxigenic E.coli menyebabkan Secretory Diarrhea seperti pada
kolera. Strain kuman ini mengeluarkan toksin LT atau ST. Faktor-faktor
permukaan untuk perlekatan sel kuman pada mukosa usus penting di dalam
patogenesis diare, karena sel kuman harus melekat dulu pada sel epitel mukosa
usus sebelum kuman mengeluarkan toksin.
Enteroinvasive E.coli menyebabkan penyakit diare seperti disentri yang
disebabkan oleh Shigella. Kuman menginvasi sel mukosa, menimbulkan
kerusakan sel dan terlepasnya lapisan mukosa. Ciri khas diare yang disebabkan
oleh strain Enteroinvasive E.coli adalah: tinja mengandung darah, mucus dan
pus.
Kolitis hemoragik disebabkan oleh E.coli serotipe O157:H7, tinja
bercampur darah banyak. Strain E.coli ini menghasilkan substansi yang bersifat
sitotoksik terhadap sel Vero dan Hela, identic dengan toksin dari Shigella
dysenteriae. Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan
yang kemudian masuk ke dalam kuman usus.
b. Gejala Klinis
 Diare yang tidak membaik setelah 4 hari pada orang dewasa atau selama
2 hari pada anak-anak
 Muntah-muntah selama lebih dari 12 jam
 Muncul gejala dehidrasi, seperti menurunnya jumlah urine, sangat haus,
atau pusing
 Tinja yang dikeluarkan bercampur dengan nanah atau darah (disentri)
Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh E.coli adalah:
1. Infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielonefritis, E.coli
merupakan penyebab lebih 85% kasus.
2. Pneumonia; di rumah sakit E.coli menyebabkan ± 50% dari Primary
Nosocomial Pneumonia.
3. Meningitis pada bayi baru lahir.

10
4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.
E.coli merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan infeksi
saluran kemih dan menjadi penyebab sekitar 90% infeksi pertama saluran
kemih pada perempuan muda. Gejala dan tanda meliputi sering berkemih,
dysuria, hematuria, dan pyuria. Nyeri pinggang berkaitan dengan infeksi
saluran kemih atas. Tidak ada gejala atau tanda tersebut yang spesifik untuk
infeksi E.coli. infeksi saluran kemih dapat menyebabkan bacteremia dengan
tanada klinis spesies.
Sebagian besar infeksi saluran kemih yang mengenai kandung kemih
atau ginjal pada pejamu yang sebelumnya sehat disebabkan oleh sejumlah kecil
tipe antigen O yang telah merangkai dan memproduksi secara spesifik factor
virulensi yang memfasilitasi kolonisasi dan selanjutnya menyebabkan infeksi
klinis. Organisme tersebut dinamakan E.coli uropatogenik.
E.coli yang menyebabkan diare sangat umum ditemukan di seluruh
dunia. E.coli tersebut diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya, dan tiap
group menyebabkan penyakit dengan mekanisme yang berbeda. Sifat
perlekatan pada sel epitel usus besar atau usus halus disandi oleh gen pada
plasmid. Serupa hal tersebut, toxin seringkali diperantarai oleh plasmid- atau
fag-.
2.6 Sifat-Sifat Biokimia Bakteri Escherichia Coli
Setelah diperoleh koloni yang terpisah, dapat dilakukan berbagai uji
biokimiawi. Uji biokimia didasarkan pada berbagai hasil metabolisme yang
disebabkan oleh daya kerja enzim. Sifat-sifat biokimia tersebut meliputi :
 Uji H₂S
Untuk melihat pembentukan H₂S dapat digunakan media TSIA yang
ditunjukkan dengan adanya endapan warna hitam di bagian butt-nya.
Untuk uji ini Escherichia coli tidak dapat membentuk H₂S karena
Escherichia coli tidak dapat menguraikan asam amino yang mengandung
sulfur. (Uji H₂S = Negarif).
 Uji Sitrat

11
Untuk melihat adanya sitrat dapat digunakan media SCA yang dapat dilihat
dengan adanya perubahan warna hijau menjadi biru. Untuk uji ini
Echerichia coli dapat menguraikan sitrat sebagai satu - satunya sumber
karbon. (Uji Citrat = Negatif )
 Uji dekarboksilase Lysin
Pada uji dekarboksilase Lysin, warna ungu menunjukkan bahwa 157egati
mengalami dekarboksilase. Pada uji ini, Escherichia coli dapat
menunjukkan positif atau 157 negative. (Uji Lysin = d/determinan).
 Menghidrolisis urea menjadi CO₂ dan NH3
Perubahan warna dari merah-jingga menjadi merah ungu merupakan
petunjuk terjadinya hidrolisis urea. Pada uji ini, Escherichia coli tidak
dapat menghidrolisis urea. (Uji Urea = Negatif).
 Uji indol dari Triptofan
Uji Indol dapat dilihat ketika reagen bereaksi dengan indol dan
menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah pada
permukaan medium. Pada uji ini Escherichia coli menghasilkan enzim
Triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus indol dari
triptofan. (Uji Indol = Positif)
 Uji IMViC
Uji IMViC terdiri dari uji indol-methyl red-veges proskauer-citrate.
Escherichia coli sendiri memberikan hasil sebagai berikut :
a. Indol : Positif
b. Methyl red : Positif
c. Voges Proskauer : Negatif
d. Citrat : Negatif
Pembacaan Morfologi Bakteri pada Media Mac Conkey, BAP dan EMB
a. Mac Conkey → Warna : Merah
Ukuran : Besar
Permukaan : Cembung
Pinggir :Rata
b. E M B → Warna : Merah metalik

12
Ukuran : Kecil-sedang
Permukaan : Cembung
Pinggir : Rata
c. B A P → Warna : Putih keruh
Ukuran : sedang
Permukaan : Cembung
Pinggir : Bergerigi
2.7 Diagnosis Laboratorium Bakteri Escherichia Coli
Untuk isolasi dan identifikasi kuman E.coli dari bahan pemeriksaan
klinik dipakai metode dan media sesuai dengan metode untuk kuman enteric
lain. Diagnosis laboratorium penyakit diare yang disebabkan E.coli masih
sulit dilakukan secara rutin, karena pemeriksaan secara tradisional dan
serologi seringkali tidak mampu mendeteksi kuman penyebabnya.
Deteksi sebagian besar strain E.coli pathogen memerlukan metode
khusus untuk mengidentifikasi toksin yang dihasilkan. Sampai saat ini
metode yang ada masih memerlukan tes dengan binatang percobaan dan
kultur jaringan yang cukup mahal dan kurang praktis. Beberapa metode baru
berdasarkan tes imunologi dan teknik hibridasi DNA sudah dikembangkan,
tetapi belum beredar di pasaran luas, misalnya: tes ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) particle agglutination methods coagglutination
dengan protein A Staphylococcus aureus yang telah berikatan dengan
antibody terhadap enterotoksin E.coli , hibridasi DNA-DNA pada koloni
kuman atau langsung pada spesimen tinja.
2.8 Pencegahan dan Pengobatan Jika Terkena Bakteri Escherichia Coli
2.8.1 Pencegahan
Karena masalah utamanya adalah infeksi nosocomial, maka
pencegahannya adalah dengan melakukan perawatan yang sebaik-baiknya di
rumah sakit, antara lain: pemakaian antibiotik secara tepat, tindakan
antiseptik yang benar, misalnya pada pemakaian catheter urine.
Cara Mencegah Infeksi E. Coli

13
Agar terhindar dari infeksi dan komplikasinya, maka perlu dilakukan
pencegahan terhadap infeksi bakteri ini. Ada cara yang bisa dilakukan untuk
menghindari infeksi bakteri E.coli, di antaranya:
1. Mencuci Tangan
Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan bakteri E.coli
adalah dengan rutin mencuci tangan. Terutama, setelah keluar menggunakan
kamar mandi, menyentuh binatang atau bekerja di lingkungan yang banyak
binatang, dan sebelum memasak, menyajikan, ataupun mengonsumsi
makanan.
2. Menjaga Kebersihan Makanan
Seperti diketahui, bakteri E.coli sering ditemukan di usus, dan sangat
mudah masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi. Maka dari
itu, memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi merupakan cara
terbaik untuk menghindari serangan bakteri ini. Selain mencuci tangan
sebelum memasak dan sebelum makan.
3. Masak dengan Benar
Bakteri E.coli lebih rentan terkandung dalam makanan yang tidak
dimasak dengan benar, misalnya daging sapi. Karena itu, pastikan untuk
memasak jenis makanan ini dengan suhu yang tepat untuk menghilangkan
bakteri E.coli.
4. Jangan Sembarangan Minum Air
Bakteri E.coli bisa berada di mana saja, termasuk dalam air. Maka dari
itu, hindari sembarangan minum air agar terhindar dari infeksi bakteri. Selain
itu, tidak mengonsumsi susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi.
2.8.2 Pengobatan
Kuman E.coli yang diisolasi dari infeksi di dalam masyarakat biasanya
sensitif terhadap obat-obat antimikroba yang digunakan untuk organisme
negatif Gram, meskipun terdapat juga strain-strain resisten, terutama pada
pasien dengan riwayat pengobatan antibiotic sebelumnnya. Pada pasien-
pasien dengan diare, perlu dijaga keseimbangan cairan dan elektrolitnya.
Pengobatan Diare

14
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan
pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan
kejang perut yang tidak menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa
resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan
penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika
memiliki efek samping dan sebaiknya diminum hanya sesuai petunjuk dokter.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara
berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare
ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang
mengancam jiwa penderita diare.
Penggolongan Obat Diare
a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan
furazolidon:
 Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, memiliki indeks terapi yang tinggi, tidak memiliki efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak
menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali
dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua persyaratan ideal
tersebut.
 Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor

15
opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan
loperamid denga reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai
adalah kolik abdomen (luka dibagian perut), sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
 Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja local pada saluran
pencernaan. Obat diare ini diindikasi untuk diare akut, diare yang
disebakan oleh E.coli dan Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non
spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
 Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi
mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite
mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat mengakui integritas mukosa
usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin
pada anak dengan diare akut.
b. Obstipansia untuk terapi simtomatis (Menghilangkan gejala) yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
 Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak untuk
resorpsi udara dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak
belladonna)
 Adstringensia yang menciutkan lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam garam bismuth dan alumunium.
 Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya
dapat menyerap (adsorpsi) zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh
bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan)
Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi

16
lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti
kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah
apel) dan garam - garam bismuth serta alumunium.
c. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot
yang sering mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin
dan oksifenonium.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Escherichia coli adalah kuman opurtunis yang hanya ditemukan di
dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Escherichia coli merupakan
salah satu bakteri coliform yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae.
Escherichia coli menyebar melalui debu dari makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh feses.
Escherichia coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak
di negara-negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum diketahui.
Frekuensi penyakit diare yang disebabkan oleh strain kuman ini sudah jauh
berkurang dalam 20 tahun terakhir. Enterotoxigenic E.coli menyebabkan
Secretory Diarrhea seperti pada kolera. Enteroinvasive E.coli menyebabkan
penyakit diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella. Strain E.coli ini
menghasilkan substansi yang bersifat sitotoksik terhadap sel Vero dan Hela,
identik dengan toksin dari Shigella dysenteriae. Toksin merusak sel endotel
pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian masuk ke dalam kuman
usus.
Agar terhindar dari infeksi dan komplikasinya, maka perlu dilakukan
pencegahan terhadap infeksi bakteri ini. Ada cara yang bisa dilakukan untuk
menghindari infeksi bakteri E.coli, salah satu cara terbaik untuk mencegah
penularan bakteri E.coli adalah dengan rutin mencuci tangan. Terutama, setelah
keluar menggunakan kamar mandi, menyentuh binatang atau bekerja di
lingkungan yang banyak binatang, dan sebelum memasak, menyajikan, ataupun
mengonsumsi makanan. Seperti diketahui, bakteri E.coli sering ditemukan di
usus, dan sangat mudah masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dikonsumsi. Maka dari itu, memperhatikan kebersihan makanan yang
dikonsumsi merupakan cara terbaik untuk menghindari serangan bakteri ini.
Bakteri E.coli lebih rentan terkandung dalam makanan yang tidak dimasak
dengan benar, misalnya daging sapi. Karena itu, pastikan untuk memasak jenis
makanan ini dengan suhu yang tepat untuk menghilangkan bakteri E.coli. Maka

18
dari itu, hindari sembarangan minum air agar terhindar dari infeksi bakteri.
Selain itu, tidak mengonsumsi susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi.
Kuman E.coli yang diisolasi dari infeksi di dalam masyarakat biasanya
sensitif terhadap obat-obat antimikroba yang digunakan untuk organisme
negatif Gram, meskipun terdapat juga strain-strain resisten, terutama pada
pasien dengan riwayat pengobatan antibiotic sebelumnnya. Diare dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan
gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang
tidak menyenangkan. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan
penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Kehilangan cairan dan elektrolit
melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang
mengancam jiwa penderita diare.
3.2 Saran
Materi tentang Escherichia coli ini masih perlu dilengkapi, di dalamnya
masih banyak terdapat kekurangan disebabkan keterbatasan yang dimiliki oleh
kami sebagai penyusun. Kepada dosen mata kuliha bersangkutan serta semua
pihak yang membaca makalah ini agar memberi masukan sehingga makalah ini
dapat lebih bermanfaat serta mudah di mengerti.

19
DAFTAR PUSTAKA
Denis, R. (2014). Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E. coli) Reverse Osmosis
(RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO). GRADIEN: Jurnal Ilmiah
MIPA, 10(1), 967-971.
Indang, Entjang. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi
Keperawatan Dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Rahayu, W. P., Siti Nurjanah, S. T. P., & Ema Komalasari, S. T. P.
2021. Escherichia coli: Patogenitas, Analisis, dan Kajian Risiko.
Bandung: PT Penerbit IPB Press.
Siddiq, H. B. H. F., Azizah, S. N., Hidayah, A. N., Nurmalasari, D. R., Ekawati, M.
R., & Putri, F. A. P. (2019). Sintesis dan Uji Aktivitas Antibakteri
Senyawa Turunan Amoksisilin Terhadap Escherichia Coli. JURNAL
ILMIAH FARMASI AKADEMI FARMASI JEMBER, 3(2), 16-24.

20

You might also like