You are on page 1of 12

HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PERILAKU

PENJAMAH MAKANAN DI KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)


NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN RANTAU UTARA KABUPATEN
LABUHAN BATU TAHUN 2012
1 2 3
Nurmala Sari , Irnawati Marsaulina , Indra Chahaya
1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2,3
Departemen Kesehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Medan, 20155, Indonesia email:
nurmala_sari11@students.usu.ac.id

Abstract
Management of food hygiene sanitation and behaviors foodhandlers in the school
canteen of public and private high schools in the district of North Rantau Labuhan
Batu in 2012. Canteen is one of the most important facility school in terms of building
a quality generation. Management of food hygiene sanitation behavior of food handlers
in school is important in order to get a guaranteed food clean so that the students can
live healthily and avoid health problems. The purpose this research was determine the
state the management of food hygiene sanitation and behaviors foodhandlers in the
school canteen public and private high schools in the district of North Rantau Labuhan
Batu. The research was a descriptive survey in order to get an description the state of
the management of food hygiene sanitation in the school canteen and to description the
behavior of foodhandlers in the management of canteen food. The results showed that
the variables of location and physical condition of buildings, as well as the 6 principles
management of food hygiene sanitation have already qualified while sanitary facilities,
kitchen, dining and food warehouse and foodhandlers are not eligible. For the behavior
was found most food handlers in school canteen was knowledgeable, had good
attitudes, and majority of the food handlers fell onto the good food handling category.
The conclusion is that the physical condition of the site and buildings,equipment and
food handlers, and six principles of hygiene and sanitation from the seven school
already qualified, while sanitary facilities, kitchen not yet qualified. As for the behavior
of food handlers, it was found that the handlers were knowledgeable, had good attitude,
and took good actions. Based on these results it is expected that the school and canteen
owners to further improve sanitation facilities that support the management of food
hygiene sanitation, and improve the behavior of food handlers on food sanitation.

Key words: Hygiene Sanitation food , Behavior foodhandlers.

Pendahuluan

Higiene sanitasi makanan dan minuman Makanan yang aman adalah yang tidak
adalah upaya untuk mengendalikan tercemar, tidak mengandung
faktor tempat, peralatan, orang dan mikroorganisme atau bakteri dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin kimia berbahaya, telah diolah dengan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan tata cara yang benar sehingga sifat dan
dan keracunan makanan (Depkes RI, zat gizinya tidak rusak serta tidak
2004). bertentangan dengan kesehatan

1
manusia. Kualitas dari produk pangan Pertumbuhan mikroorganisme dalam
untuk konsumsi manusia pada dasarnya makanan memegang peran penting
dipengaruhi oleh mikroorganisme. dalam pembentukan senyawa yang
memproduksi bau tidak enak dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
menyebabkan makanan menjadi tak dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara
layak makan. Beberapa mikroorganisme Kabupaten Labuhan Batu tahun 2012.
yang mengontaminasi makanan dapat
menimbulkan bahaya bagi yang Penelitian ini bertujuan untuk
mengonsumsinya (Astawan, 2010). mengetahui gambaran Higiene Sanitasi
Pengelolaan Makanan dan Perilaku
Menurut Blum yang dikutip oleh Penjamah Makanan di Kantin Sekolah
Kusnoputranto (2000), bahwa derajat Menengah Atas (SMA) Negeri dan
kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) Swasta di Kecamatan Rantau Utara
faktor yaitu : lingkungan, perilaku, Kabupaten Labuhan Batu tahun 2012,
pelayanan kesehatan dan keturunan. sedangkan tujuan khususnya adalah
Berdasarkan keempat faktor tersebut, di Untuk mengetahui keadaan lokasi dan
negara yang sedang berkembang, faktor bangunan, untuk mengetahui keadaan
lingkungan dan faktor perilaku fasilitas sanitasi, untuk mengetahui
mempunyai peranan yang sangat besar keadaan dapur, ruang makan, dan
disamping faktor-faktor lainnya gudang bahan makanan, untuk
terhadap peningkatan derajat kesehatan mengetahui keadaan 6 prinsip Higiene
masyarakat. Sanitasi Pengelolaan Makanan, dan
untuk mengetahui perilaku pengelola
Survai awal yang telah dilakukan di makanan di kantin sekolah menegah
beberapa kantin Sekolah Menengah atas (SMA) Negeri dan Swasta di
Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten
Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2012.
Labuhan Batu tahun 2012 masih banyak
dijumpai proses pengolahan makanan Metode Penelitian
yang salah contoh dalam meletakkan
makanan yang masak tidak diberi tutup, Jenis penelitian ini adalah survai yang
tidak mempunyai tempat khusus untuk bersifat deskriptif. Lokasi penelitian ini
menyimpan makanan jadi dan bahan dilakukan ditujuh kantin sekolah
makanan, juga sarana sanitasi yang menegah atas (SMA) Negeri dan
kurang memadai dan lain sebagainya, Swasta di Kecamatan Rantau Utara
maka dari itu penulis tertarik untuk Kabupaten Labuhan Batu.
melakukan penelitian tentang Higiene
Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Populasi dalam penelitian ini adalah
Perilaku Penjamah Makanan di Kantin seluruh petugas kantin Sekolah
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Menengah Atas (SMA) Negeri dan
dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara Swasta yang berada di Kecamatan
Kabupaten Labuhan Batu tahun 2012. Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu
yaitu: SMA Negeri 1 Rantau Utara
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu (A), SMA Negeri 2 Rantau Utara (B),
dilakukan penelitian mengenai Higiene SMA Negeri 3 Rantau Utara (C),
Sanitasi Pengelolaan Makanan dan SMA Swasta Bayangkari Rantau Prapat
Perilaku Penjamah Makanan di Kantin (D), SMA Swasta Muhammadiyah
Rantau Prapat (E), SMA Swasta PPR
Rantau Prapat (F), dan SMA Swasta
Bintang Timur Rantau Prapat (G)

2
Jumlah seluruh kantin diketujuh sekolah yang diambil sebagai sampel karena
adalah 11 kantin, namun hanya 7 kantin pada sekolah – sekolah yang
mempunyai 2 kantin hanya 1 sekolah Hasil dan Pembahasan
yang terdapat proses pengelolaan
makanan dan sarana higiene sanitasinya, Gambaran umum lokasi penelitian
yaitu Kabupaten Labuhan Batu
Sedangkan Sampel dalam penelitian ini
memiliki 28 Sekolah Menengah Atas
adalah 7 orang petugas kantin dengan (SMA) yang tersebar di seluruh
kriteria yaitu petugas kantin yang kecamatan di Kabupaten Labuhan
melakukan pengelolaan makanan dan 6 Batu. Kecamatan Rantau Utara
prinsip higiene sanitasi makanan di sendiri memiliki 7 SMA dan sebagai
kantin sekolah. sampel diambil sekolah yang
terdapat di Kecamatan Rantau Utara
sebanyak 7 sekolah yaitu SMA
Data primer diperoleh dari hasil
Negeri 1 Rantau Utara dengan
pengamatan langsung tentang penerapan jumlah siswa 1346 orang, SMA
higiene sanitasi pengelolaan makanan Negeri 2 Rantau Utara dengan
dengan menggunakan formulir penilaian jumlah siswa 1248 orang, SMA
dan wawancara dengan petugas Negeri 3 Rantau Utara dengan
pengelola makanan melalui penggunaan jumlah siswa 1004 orang, SMA
Swasta Bayangkari Rantau Prapat
kuesioner dan observasi. Sedangkan
dengan jumlah siswa 984 orang,
data sekunder diperoleh dari Dinas SMA Swasta Muhammadiyah
Pendidikan Rantau Prapat dan instansi Rantau Prapat dengan jumlah siswa
terkait serta kepustakaan lainnya yang 842 orang, SMA Swasta PPR Rantau
terkait dengan penelitian ini. Prapat dengan jumlah siswa 682
orang, SMA Swasta Bintang Timur
Rantau Prapat dengan jumlah siswa
573 orang.
Aspek pengukuran untuk melihat
gambaran higiene sanitasi pengelolaan Sekolah-sekolah tersebut memiliki
makanan di kantin Sekolah Menengah beberapa kantin sekolah yang
Atas (SMA) Negeri dan Swasta di menyediakan makanan dan minuman
Kecamatan Rantau Utara Kabupaten untuk murid-murid, para guru, dan
Labuhan Batu dilakukan dengan staf administrasi sekolah. Jenis
mengisi lembar observasi sesuai dengan makana yang dijjual dikantin –
kantin sekolah adalah lontong, nasi
Kepmenkes RI No.
sayur, mie sop, bakso, Goreng-
1089/Menkes/SK/VII/2003 tentang gorengan, mie gelas, nasi goreng,
Persyaratan Kesehatan Rumah Makan mie goreng, dan laon sebagainya.
dan Restoran dan Petunjuk
Pelaksanaannya dan dengan Hasil observasi terhadap Lokasi dan
menggunakan lembar Koesioner untuk Bangunan pada kantin sekolah
menengah atas di Kecamatan Rantau
mengetahui perilaku penjamah
Utara Kabupaten Labuhan Batu dapat
makanannya. dilihat pada Tabel 1. dibawah ini:

3
Tabel 1 Kondisi Lokasi dan Bangunan di kantin
Sekolah Menengah Atas
di Kecamatan Rantau serangga dan tikus namun tidak membuka
Utara Kabupaten ke arah luar. Dalam observasi ini hanya
Labuhan Batu Tahun variabel pembagian ruang pada kantin
2012 yang tidak memenuhi syarat karena pada
pembagian ruang dikantin tersebut tidak
ada pembagian ruang dapur, toilet,
Kantin Sekolah
gudang bahan makanan, ruang karyawan,
Menengah Atas
Variabel Total ruang administrasi dan gudang peralatan.
(SMA)
Lokasi dan
Bangunan MS TMS Hasil observasi terhadap fasilitas sanitasi
Jumlah Jumlah Jumlah kantin - kantin sekolah menengah atas
(%) (%) (%) (SMA) dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Lokasi 7 (100) 0 (0) 7 (100)
Bangunan 7 (100) 0 (0) 7(100) Tabel 2 Kondisi Fasilitas Sanitasi
Pembagian di kantin Sekolah Menengah
0 (0) 7 (100) 7(100) Atas di Kecamatan
ruang Rantau Utara Labuhan
Lantai 7 (100) 0 (0) 7(100) Batu Tahun 2012.
Dinding 7 (100) 0 (0) 7(100)
Ventilasi 7 (100) 0 (0) 7 (100)
Pencahayaan 7 (100) 0 (0) 7(100)
Atap 7 (100) 0 (0) 7(100)
Langit -
7 (100) 0 (0) 7 (100)
langit
Pintu 7 (100) 0 (0) 7 (100)

Lokasi dan bangunan pada kantin – kantin


di sekolah menengah atas di kecamatan
Rantau Utara Kabupaten Rantau Utara
telah memenuhi syarat kesehatan, dimana
lokasi kantin tidak berada dekat dengan
sumber pencemaran (> 100 m) jadi
terhindar dari pencemaran debu, asap,
bau. Bangunannya sendiri kokoh dan
permanen namun tidak semua bangunan
kantin permanen karena ada beberapa
kantin yang mempunyai bangunan semi
permanen yang setengah dari bangunan
terbuat dari papan. Lantai terlihat bersih
walaupun ada beberapa sekolah yang
lantainya sedikit kotor, kedap air, tidak
licin, rata,dan kering namun tidak konus.
Dindingnya juga kedap air, rata,dan
bersih. Ventilasi dan pencahayaannya
sendiri tersedia dan berfungsi dengan
baik. Untuk atap semua kantin tidak bocor
dan tidak menjadi sarang tikus dan
serangga, Sedangkan langit- langit juga
cukup rata dan bersih namun masih ada
terdapat lubang - lubang. Pintunya juga
rapat
Kantin Sekolah
Menengah Atas
Variabel (SMA) Total
Fasilitas
Sanitasi MS TMS
Jumlah Jumlah Jumlah
(%) (%) (%)
Air bersih 7 (100) 0 (0) 7 (100)
Pembuangan
5 (71,4) 2(28,6) 7(100)
air limbah
Toilet 0 (0) 7 (100) 7(100)
Tempat
7 (100) 0 (0) 7(100)
sampah
Tempat cuci
0 (0) 7 (100) 7(100)
tangan
Tempat
mencuci 2 (28,6) 5(71,4) 7 (100)
peralatan
Tempat
mencuci
7 (100) 0 (0) 7(100)
bahan
makanan
Locker
0 (0) 7 (100) 7(100)
karyawan
Peralatan
mencegah
masuknya 0 (0) 7(100) 7 (100)
serangga
dan tikus

Pada fasilitas air bersih dikantin- kantin


sekolah terdapat jumlah yang

4
mencukupi, tidak berbau, tidak berasa, seluruh kantin sampahnya diangkut tiap
dan tidak berwarna, sedangkan angka 24 jam namun pada sebagian kantin
kuman dan dan kadar bahan kimia terdapat tempat sampah yang kedap air
tidak diukur pada observasi ini. dan tetapi tidak tertutup. Untuk variabel
Variabel pembuagan air limbah ada 5 tempat cuci peralatan terdapat 2 kantin
kantin sekolah yang memenuhi syarat sekolah yamg memenuhi syarat dan yang
dengan persentase 71,4 % dan yang tidak memenuhi syarat 5 kantin sekolah.
tidak memenuhi syarat 2 kantin Untuk variabel yang tidak memenuhi
sekolah (28,6% ) yaitu SMA “B” dan syarat adalah variabel tempat cuci tangan,
SMA “E”’. hal ini dapat dilihat karena locker , serta peralatan pencegah masuk
pada SMA ”B’ dan SMA”E” serangga dan tikus yang tidak tersedia
pembuangan air limbahnya tergenang, pada seluruh kantin yang di observasi.
tidak kedap air, dan tidak tertutup.
Pada variable Toilet kantin sekolah Hasil penelitian ini sejalan dengan
hanya memakai toilet sekolah penelitian yang dilakukan Novita (2010)
sedangkan untuk toilet kantin sendiri menunjukkan bahwa fasilitas sanitasi di
tidak ada ini bearti toilet tidak Kantin Sekolah Dasar di
memenuhi syarat. Tempat sampah Kecamatan Nguntoronadi dan Kecamatan
pada kantin yang di observasi itu Magetan masih buruk antara lain ruangan
sendiri memenuhi syarat karena dalam kantin masih terdapat barang yang
tidak berguna, keberadaan saluran Berikut adalah hasil observasi dapur,
pembuangan air limbah, keberadaan ruang makan, dan gudang bahan
failitaas cuci tangan, keberadaan makanan.
fasilitas tempat sampah, pencucian
bahan mentah tidak menggunakan air Tabel 3 Kondisi Dapur,ruang
mengalir, tidak ada fasilitas kantin makan, dan gudang bahan
berupa kulkas. makanan di kantin Sekolah
Menengah Atas di
Kecamatan Rantau Utara
Kabupaten Labuhan Batu
Tahun 2012.

Variabel Kantin Sekolah


Dapur, Menengah Atas
Ruang (SMA) Total
makan, dan MS TMS
Gudang
Bahan Jumlah Jumlah Jumlah
makanan (%) (%) (%)
Dapur 1(14,3) 6(85,7) 7 (100)
Ruang
2(28,6) 5(71,4) 7(100)
makan
Gudang
bahan 0 (0) 7 (100) 7(100)
makanan

Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk


variabel dapur hanya 1 kantin sekolah
yang memenuhi syarat, variabel ruang
makan 2 kantin sekolah yang memenuhi
syarat, dan untuk variabel gudang bahan
makanan tidak ada kantin sekolah yang
memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Depkes (2003), bahwa ruang


makan bagi penjamah makanan harus
terpisah dengan ruang pengolahan
makanan, tersedia fasilitas cuci tangan
dan pintu masuk buka tutup secara
otomatis, agar tangan tidak
terkontaminasi dengan kuman yang
ada di sekitarnya.

Berikut adalah hasil observasi


terhadap 6 prinsip higiene sanitasi
pengelolaan makanan di kantin
sekolah menengah atas (SMA) di
kecamatan Rantau Utara Kabupaten
Labuhan Batu tahun 2012:

5
Tabel 4 Enam prinsip higiene Bahan makanan yang dijual mengalami
sanitasi pengelolaan perjalanan yang panjang dan luas, kita
makanan di kantin sekolah tidak mengetahui darimana sumber
menengah atas (SMA) di makanan tersebut berasal sehingga
kecamatan Rantau Utara dapat mempengaruhi kualitasnya.
Kabupaten Labuhan Batu Pemilihan bahan baku oleh penjamah
Tahun 2012. makanan berasal dari pasar tradisional
yang diawasi oleh pemerintah. Dalam
Kantin Sekolah pengadaan/pemilihan bahan makanan
Menengah Atas tersebut mereka mengutamakan
Variabel 6 (SMA) Total
prinsip higiene kualitas, karena tidak terlihat busuk
sanitasi MS TMS ataupun rusak. Semuanya juga
Jumlah Jumlah Jumlah memperhatikan masa kadaluarsa dalam
(%) (%) (%)
Pemilihan bahan
memakai bahan tambahan makanan dan
makanan 7 (100) 0 (0) 7 (100) membeli di pasar tradisional yang
diawasi pemerintah.
Penyimpanan
bahan makanan 6 (85,7) 1(14,3) 7(100) Menurut FAO Indonesia (2009), bahwa
Pengolahan
dalam memilih bahan makanan
makanan 6 (85,7) 1(14,3) 7(100) sebaiknya makanan yang bergizi, sehat,
aman, tidak mengandung bahan
Penyimpanan pewarna, disajikan pada wadah yang
7 (100) 0 (0) 7(100) bersih, tidak rusak secara fisik, tidak
makanan jadi
tercemar secara fisik, kimiawi dan
Penyajian mikroba.
7 (100) 0(0) 7(100)
makanan
Syarat-syarat penyimpanan bahan
Pengangkutan makanan yaitu dalam suhu yang sesuai,
6(85,7) 1(14,3) 7 (100)
makanan ketebalan bahan makanan padat tidak
lebih dari 10 cm, disimpan dalam aturan
sejenis, disusun dalam rak-rak sehingga
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari ke tidak mengakibatkan rusaknya bahan
enam prinsip higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 2003)
pengelolaan makanan variabel yang
memenuhi syarat adalah variabel Menurut Prabu (2009) lokasi
pemilihan bahan makanan, penyimpanan yang tidak memenuhi
penyimpanan makanan jadi, penyajian syarat kesehatan akan memudahkan
makanan, sedangkan variabel terjadinya kontaminasi oleh
penyimpanan bahan makanan hanya 6 mikroorganisme seperti jamur, bakteri,
kantin sekolah yang memenuhi syarat virus, parasit serta bahan-bahan kimia
dan 1 kantin lagi tidak memenuhi syarat yang dapat menimbulkan resiko
yaitu kantin sekolah SMA “E”. Untuk terhadap kesehatan.
variabel pengolahan makanan 6 kantin
sekolah memenuhi syarat dan 1 kantin Menurut Anwar (1997), pengolahan
tidak memenuhi syarat yaitu kantin makanan menyangkut 4 (empat) aspek,
sekolah SMA “F”. Sedangkan variabel yaitu :
pengolahan makanan 6 kantin a. Penjamah Makanan
memenuhi syarat sedangakan 1 kantin Penjamah makanan adalah seorang
sekolah tidak memenuhi syarat yaitu tenaga yang menjamah makanan mulai
kantin sekolah SMA “D”. dari mempersiapkan, mengolah,

6
menyimpan, mengangkut dalam penyajian makanan.
maupun Pengetahuan, sikap, dan perilaku
seorang penjamah makanan (2011) di Pesantren Modern Unggulan
mempengaruhi kualitas makanan yang Terpadu Darul Mursyid dan Pesantren
dihasilkan. KH. Ahmad Dahlan yang menunjukkan
b. Cara pengolahan Makanan bahwa dari ke enam prinsip higiene
Semua kegiatan pengolahan makanan sanitasi makanan di peroleh tiga prinsip
harua dilakukan dengan cara terlindung yang sudah memenuhi syarat yaitu
dari kontak langsung antara penjamah pemilihan bahan makanan,
dengan makanan. pengangkutan bahan makanan, dan
c. Tempat Pengolahan Makanan penyajian makanan, sedangan tiga
Tempat pengolahan makanan dimana prinsip lagi belum memenuhi syarat
makanan diolah sehingga menjadi kesehatan yaitu penyimpanan bahan
makanan jadi biasanya disebut dapur. makanan, pengolahan makanan, dan
d. Perlengkapan dalam pengolahan penyimpanan makanan jadi.
makanan
Prinsip dasar persyaratan Penyajian makanan yang menarik akan
perlengkapan/peralatan dalam memberikan nilai tambah dalam menarik
pengolahan makanan adalah aman pelanggan. Teknis penyajian makanan
sebagai alat/perlengkapan pemroses untuk konsumen memiliki berbagai cara,
makanan. salah satunya adalah dengan
menggunakan wadah boks plastik yang
Penyimpanan makanan jadi harus digunakan hanya sekali pakai, serta
memperhatikan suhu dan kelembaban dilengkapi dengan sendok, garpu dan tisu
sesuai dengan persyaratan jenis yang dibungkus plastik bersih dan
makanan dan cara penyimpanannya tertutup rapat. Pengangkutan makanan
yang tertutup (Depkes RI, 2003). yang sehat akan sangat berperan didalam
mencegah terjadinya pencemaran
Dalam penyajian makanan kantin – makanan. Pencemaran pada makanan
kantin sekolah sebagian besar masak lebih tinggi resikonya daripada
menggunakan talam dan disajikan diatas pencemaran bahan makanan. Dalam
meja dalam keadaan tertutup. Peralatan proses pegangkutan makanan banyak
makan yang digunakan adalah talam, pihak yang terkait mulai dari persiapan,
sendok, garpu dan gelas yang dalam pewadahan, orang, suhu dan kendaraan
keadaan bersih. Makanan jadi pengangkutan itu sendiri (Depkes RI,
diletakkan pada tempat yang bersih, 2000).
sebelum makanan disajikan terlebih
dahulu meja harus dibersihkan sehingga Peralatan yang kontak langsung dengan
terbebas dari debu dan wadah untuk makanan tidak boleh mengeluarkan zat
tempat makanan jadi harus selalu beracun yang melebihi ambang batas
dibersihkan, setiap peralatan yang sehingga membahayakan kesehatan.
digunakan seperti wadah dan tutupnya Peralatan juga tidak boleh rusak,
misal piring, mangkuk harus selalu gompel, retak dan tidak menimbulkan
bersih dan baik untuk mencegah pencemaran terhadap makanan,
penularan penyakit dan memberikan Permukaan yang kontak langsung
penampilan yang estetis. dengan makanan harus conus atau tidak
ada sudut mati, rata, halus dan mudah
Hasil penelitian ini sejalan dengan dibersihkan (Depkes RI, 2003)
penelitian yang dilakukan oleh lili
Berikut adalah hasil Analisis Data
Kuesioner Wawancara Perilaku Petugas

7
Kantin Terhadap Higiene Sanitasi
Pengelolaan Makanan:
Tabel 5 Perilaku penjamah makanan baik daripada perilaku yang tidak
tentang higiene sanitasi didasari dengan pengetahuan
pengelolaan makanan (Notoadmodjo, 2007).

Katagorik Jumlah Jumlah Seluruh petugas kantin yang di


perilaku pengetahuan Sikap wawancara setuju jika bahan baku
penjamah penjamah makanan harus berasal daru sumber
Baik 0 7 yang resmi, setuju jika penjamah
Sedang 7 0 makanan harus mempunyai kuku yang
Buruk 0 0 pendek, slalu menggunakan sarung
Jumlah 7 7 tangan,memakai penjepit makanan,
memakai celemek, tutup rambut, tutup
Tabel diatas menunjukkan bahwa mulut, dan sepatu dapur dalam
jumlah penjamah makanan seluruhnya melakukan proses pengelolaan
berpengetahuan sedang dan bersikap makanan.
baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Responden yang sudah memiliki Notoadmojo (2007) bahwa selain
pengetahuan mengenai hygiene dan domain kognitif (pengetahuan), domain
sanitasi makanan dan praktik penjamah attitude (sikap) juga merupakan salah
makanan dalam kategori sedang satu komponen dalam pembentukan
dimungkinkan karena berhasil perilaku. Pengetahuan penjamah
menjawab pertanyaan dengan benar makanan sejalan dengan sikap artinya
tentang beberapa hal seperti : penyakit apabila pengetahuan penjamah makanan
yang dapat ditimbulkan oleh berada dalam kategori baik maka sikap
pengolahan makanan yang tidak bersih, juga akan berada dalam kategori baik dan
praktik penyimpanan bahan makanan sebaliknya jika pengetahuan kurang maka
yang baik serta pemeriksaan rutin sikap juga akan kurang.
kesehatan penjamah makanan dan
dalam praktiknya responden telah Berikut adalah hasil analisis data
melakukan hal-hal tersebut diatas. kuesioner wawancara tindakan petugas
kantin terhadap higiene sanitasi
Pengetahuan adalah merupakan hasil pengelolaan makanan.
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu Tabel6 Tindakan penjamah
obyek tertentu. Penginderaan terjadi makanan tentang
melalui panca indera manusia, yaitu higiene sanitasi
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengelolaan makanan.
rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui Tindakan Jumlah Persentase
mata dan telinga. Pengetahuan atau Baik 6 85,7%
kognitif merupakan domain yang sangat Tidak baik 1 14.,3%
penting untuk terbentuknya tindakan Jumlah 7 100%
seseorang, sebab dari pengalaman dan
hasil penelitian ternyata perilaku yang Pada tabel diatas menunjukkan bahwa
didasari oleh pengetahuan akan lebih tindakan penjamah makanan di kantin
yang berkatagorik baik ada 6 orang
sedangkan 1 orang tidak baik.
Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan. Maka untuk

8
mewujudkan sikap menjadi suatu pendukung. Tindakan merupakan
perbuatan nyata diperlukan faktor realisasi dari pengalaman dan sikap
menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga sekolah menengah atas Kecamatan
merupakan respon seseorang terhadap Rantau Utara yang meliputi :
stimulus dalam bentuk tindakan atau a. Pemilihan bahan makanan, sudah
praktek, yang dengan mudah dapat
memenuhi persyaratan kesehatan.
diamati oleh orang lain (Notoatmodjo,
2007). b. Penyimpanan bahan makanan
sudah memenuhi syarat
Kesimpulan dan Saran kesehatan. Namun ada 1 kantin
sekolah yang belum memenuhi
Berdasarkan hasil Observasi tentang syarat kesehatan yaitu SMA “E”.
higiene sanitasi pengelolaan makanan c. Pengolahan makanan sudah
dikantin sekolah menengah atas (SMA)
memenuhi syarat kesehatan hanya
di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten
Labuhan Batu yang mengacu pada 1 kantin sekolah yang tidak
Kepmenkes memenuhi syarat yaitu SMA “F”.
No.1098/Menkes/SK/VII/2003, maka di d. Penyimpanan makanan jadi sudah
peroleh kesimpulan sebagai berikut : memenuhi syarat kesehatan.
1. Kondisi fisik lokasi dan bangunan e. Pengangkutan makanan sudah
kantin sekolah menengah atas memenuhi syarat kesehatan.
memenuhi syarat kesehatan hanya f. Penyajian makanan sudah
variabel pembagian ruang yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
memenuhi syarat kesehatan. 5. Perilaku penjamah makanan di katin
2. Fasilitas sanitasi di kantin – kantin sekolah untuk pengetahuan semua
sekolah menegah atas 5 dari 9 penjamah makanan dikantin
variabel tidak memenuhi syarat berpengentahuan sedang, bersikap
kesehatan yaitu variabel pembuangan baik, dan memiliki tindakan baik ada
air limbah, tempat cuci tangan, 6 penjamah dan 1 penjamah
tempat cuci peralatan, locker, dan memiliki Tindakan tidak baik.
peralatan pencegah masuknya
serangga dan tikus. Hasil penelitian yang telah dilakukan
3. Dapur yang tidak memenuhi syarat maka peneliti menyarankan :
adalah SMA “F” dan sekolah yang 1. Untuk pihak sekolah dan
lainnya sudah memenuhi syarat, pemilik kantin hendaknya
ruang makan kantin sekolah SMA memperhatikanfasilitas
“C” dan “F” memenuhi syarat sanitasi kantin, seperti
sedangkan sekolah lainnya tidak pembuagan air limbah, toilet
memenuhi syarat dan gudang bahan dan tempat cuci tangan.
makanan kantin – kantin sekolah 2. Untuk pengelola kantin – kantin
tidak memenuhi syarat kesehatan. sekolah agar lebih
4. Penerapan 6 (enam) prinsip hygiene memperhatikan lagi 6 prinsip
sanitasi pengelolaan di kantin higiene sanitasi pengelolaan
makanan sehingga dapat
menigkatkan kesehatan kantin.
3. Untuk Dinas Kesehatan
hendaknya melakukan pelatihan

9
hygiene sanitasi pengolahan kantin di sekolah – sekolah
makanan pada para pengelolah
yang ada di kecamatan Rantau Nomor
Utara. 942/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Makanan Jajanan.
Daftar Pustaka Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anwar, S, 1997. Sanitasi Makanan --------------, 2004. Prinsip Hygiene
dan Minuman pada Institusi Sanitasi Makanan dan
Pendidikan Tenaga Sanitasi. Minuman. Kursus Hygiene
Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi Makanan dan Minuman.
Sanitasi, Pusat Pendidikan Direktorat Penyehatan air dan
Tenaga Kesehatan Depkes RI, Sanitasi PPM & PL. Jakarta.
Jakarta. FAO Indonesia, 2009. Cara Memilih
Astawan,A, 2010. Waspadai Bakteri dan Mengolah Makanan
Pada Makanan. Diakses juli untuk Perbaikan Gizi
2012.http://regional.kompas.co Masyarakat. Di akses tanggal 9
m April 2012.
Depkes RI, 2000. Prinsip-prinsip http:/database.deptan.go.id.
Hygiene dan Sanitasi Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan
Makanan, Jakarta. Lingkungan. Fakultas
-------------, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Masyarakat
Kesehatan RI No. Universitas Indonesia, Jakarta.
1098/Menkes/SK/VII/2003 Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan
Tentang Persyaratan Hygiene Masyarakat Ilmu dan Seni.
Sanitasi Rumah Makan dan Rineka Cipta, Jakarta.
Restoran, Jakarta.
--------------, 2004. Keputusan Menteri Prabu, 2009. Penyimpanan dan
Kesehatan Republik Indonesia Pengangkutan Makanan
(Prinsip Food Hygiene).
Diakses 23 november 2012.
http://putraprabu.wordpress.com

10
11

You might also like