You are on page 1of 16

.

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK


BAYI BARU LAHIR ( BBL )

DISUSUN OLEH :

ANI SOLIKHATUN, S.Kep

( 113122004 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD
CILACAP
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

Masalah Kesehatan
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir selama satu jam pertama kelahiran bayi sampai usia
4minggu. Bayi baru lahir normal memiliki berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan
dan lahir menangis ( Donna, 2014)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2007)

A. Etiologi/ Faktor Resiko


a.       His (Kontraksi otot rahim)
b.      Kontraksi otot dinding perut
c.       Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d.      Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

B. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri
yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur
suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim
disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran
untuk beberapa sistem tubuh.
Menurut Winkjosastro (2006), segera setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang
akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)
yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna (diluar kandungan
ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Perubahan yang dialami segera setelah bayi lahir antara lain :
a) Perubahan metabolik
Kadar gula darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml akan mengalami
penurunan menjadi 50 mg/100 ml. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-
jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar
gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. Jika terjadi gangguan pada metabolisme asam
lemak , tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi
akan menderita hipoglikemia.
b) Perubahan suhu
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari
dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar maka
bayi akan kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui 4
cara yaitu :
1) Konveksi : aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih
panas.
2) Radiasi : kehilangan panas dari permukaan badan ke permukaan benda yang lebih
dingin dengan kontak secara tidak langsung.
3) Evaporasi : kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi uap. 4)
Konduksi : kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan alat/benda yang dingin
dengan kontak secara langsung.
c) Perubahan sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan
perifer yang dibantu oleh beberapa ransangan lainnya, seperti kemoreseptor karotis yang
sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan
perubahan suhu di dalam uterus dan diluar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan
pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan
diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya.
d) Perubahan sistem sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam alveoli menigkat.
Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya
resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut
meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan
duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian
dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan foramen
ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru,
tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, ini
menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi
bayi yang hidup di luar badan ibu.
e) Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar Natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa
dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
f) Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
karbohidrat. Glikogen mulai disimpan di dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam
kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari
peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT
(Uridin Disfosfat Glukoride Transferase) dan enzim G6FD (Glukosa 6 Fosfat
Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Kadar bilirubin dalam serum tali pusat yang beraksi indirek adalah 1-3 mg/dl/24
jam. Dengan demikian ikterus dapat dilihat pada hari ke 2 sampai hari 3, biasanya
berpuncak antara hari ke 2 dan ke 4 dengan kadar 5-6 mg/dl dan menurun sampai
dibawah 2 mg/dl,antara 10 umur ke 5 dan ke 7. Ikterus yang disertai dengan
perubahanperubahan ini disebut fisilogis dan disebabkan karena kenaikan produksi
bilirubin pasca pemecahan sel darah merah janin dikombinasi dengan keterbatasan
sementara konjugasi bilirubin oleh hati. Untuk menentukan kadar bilirubin di dalam darah
dan mengetahui derajat ikterus pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan
kramer. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian
penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka ratarata didalam
tabel di bawah ini:
Daerah Luas ikterus Kadar bilirubin (mg
%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah badan bagian atas 9
3 Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan 11
tungkai
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki 12
dibawah tungkai
5 Daerah 1, 2, 3, 4 + tangan dan kaki 16

Dewi (2010)
perawatan bayi yang mengalami ikterus dap dilakukan dengan melakukan
pencegahan hipotermia, menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga
jam 09.00 pagi selama 10 menit, berikan ASI secara adekuat
g) Imunologi
Pada sistem imunologi Imunoglobulin G dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi dilahirkan. IgA, IgD dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar
maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak. Bayi yang menyusu mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
h) Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit
ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat dan
sangat tipis, vernik kaseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup
pelindung dan warna kulit merah muda

C. Manifestasi klinis.
a) Warna kulit: seluruhnya merah
b) Denyut jantung: > 100 x/menit
c) Pernapasan : baik,menangis kuat.
d) Otot : gerak aktif,reflek baik
e) Reaksi terhadap rangsangan : menangis
Pathway : Sumber dikembangkan dari Bobak (2005), Carpenito (2010), Winkjosastro (2006)
Proses persalinan

Bayi baru lahir

Terjadi perubahan

Pemotongan Pernafasan Sirkulasi Fungsi ginjal Gastrointestinal


Sistem imun Pengaturan Integumen
tali pusat panas

Pada neonatus Keseimbangan Spingter kardia


hanya terdapat Diafragma dan Resistensi Perubahan Struktur kulit
kimia dari dan kontrol
Port de entry otot abdomen vaskuler belum matur
imunoglobulin G keamanan temperatur sakit perut
bakteri, pulmonalis
kuman, virus minim lingkungan belum matur
pada aliran intra dan
Kelamahan otot darah paru
Ketidakadekua ekstra uterin Ekresi, iritasi
pernafasan menurun kimia atau bahan
tan imun yang Rearbsorbsi Kekenyangan
popok, faktor
didapat tubuh rendah
mekanis
dan kadar
Resiko tinggi Tekanan arteri Suhu tubuh perifer
hormon anti
pertukaran pulmonalis sangat mudah
diuretik Regurgitasi
gas menurun terpengaruh suhu
lingkungan
lingkungan Resiko tinggi
Resiko tinggi Tekanan dalam Ekskresi Muntah terhadap
atrium kanan elektrolit lambat Resiko tinggi kerusakan
infeksi berkurang ketidakefektifan integritas kulit
termoregulasi
Akumulasi ion Resiko devisit
Aliran darah pulmonalis hidrogen dan nurtisi
meningkat kembali kalsium
kebagian kiri jantung

Dehidrasi
Tekanan pada atrium kiri
meningkat

Kekurangan
volume cairan
Sianosis Sekat atrium foramen
ovale tertutup
Masalah Keperawatan
Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar-kapiler
Resiko ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan transisi lingkungan
ekstrauterus neonatus
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
Risiko infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi (bahaya lingkungan)
Kekurangan volume cairan
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium a) Sel darahputih 18000/mm, Neutropil meningkat sampai
23.000-24.000/mm hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis)
b) Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah
berhubungan dengan anemia)
c) Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar gula
menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
d) Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan8
mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dlpada 3-5 hari
e) Detrosik-Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-60 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl
pada hari ke 3
D. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2006) penatalaksanaan segera Bayi Baru Lahir
1. Membersihkan jalan napas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan
cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat. 2) Gulung
sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala
tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

5) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat.

6) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung 15

7) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (APGAR skor), warna kulit,
adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut.

2. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan
akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak
menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan
resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
steril dan diikat dengan pengikat steril. Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa
tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Association
of Woman’s Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) merekomendasikan
untuk perawatan tali pusat menggunakan air steril. Jika puntung tali pusat kotor,
bersihkan (hati-hati) dengan air steril dan segera keringkan secara seksama dengan
meggunakan kain bersih.

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, sehingga
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Mengeringkan bayi
pada saat lahir membantu mengurangi hilangnya panas melalui evaporasi. Kontak antara
kulit bayi dan kulit ibu, misalnya meletakkan bayi di atas perut ibu ketika lahir, dapat
menolong bayi mempertahankan panas.
Untuk menghindari kehilangan panas yang berlebihan dapat dilakukan dengan
menyelimuti bayi menggunakan selimut penahan panas, membedong bayi, atau
memakaikan baju yang longgar. Penting sekali untuk menutup kepala bayi, dan topi
dengan bahan penahan panas lebih efektif digunakan dibandingkan dengan topi rajutan
dalam mencegah kehilangan panas. Jangan segera memandikan bayi. Bayi sebaiknya
dimandikan enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi
mengalami asfiksia atau hipotermi)
2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º
C – 37,2º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh
bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda
memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit)
satu jam.
3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan
angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk 17 mengeringkan tubuh bayi dan
siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh
bayi setelah dimandikan.
5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
7) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
4. Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini akan memberikan keuntungan yaitu:

1) Merangsang produksi ASI Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
(hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI.
2) Memperkuat reflek menghisap
3) Mempererat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional dan kehangatan
ibu-bayi).
4) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum

5) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada ibu.

5. Memberikan vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup
ttinggi, berkisar 0,25 - 0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K.

6. Memberi obat tetes/salep mata


Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk
mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonore tinggi,
setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual)
7. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu
persalinan, maka sebuah alat pengenal harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan
harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Alat yang digunakan hendaknya
kebal air dengan tepi yang harus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak
mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi/nyonya), tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan nama ibu. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda
dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identitas.
E. Keperawatan/Proses Asuhan Keperawatan (Diagnosis s.d evaluasi keperawatan)
N DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
O
1 D.0003 Luaran : Pertukaran Gas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
L.01003 selama.....x24 jam, maka pertukaran gas
meningkat .
Ganguan Pertukaran Gas
M Cuku Se Cuk Meni Ekspektasi: meningkat
en p dan up ng Kriteria Hasil: Tindakan:
ur
Penyebab menur
: g men kat
un un ingk Pemantauan Respirasi
1. Ketidakseimbangan ventilasi-
at Observasi:
perfusi.
Dispn 1 2 3 4 5
eu 2. Perubahan membran alveolus-
Buny kapiler.
1 2 3 4 5 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
i oksigen
napas 2. Monitor frekuensi, irama,
tamb  Gejalan dan Tanda Mayor – kedalaman dan upaya napas
ahan Subjektif :  3. Monitor adanya sumbatan jalan
1. Dispnea.
M Cuku Se Cuk Mem nafas
em p dan up baik
bu memb g me
Gejalan
ru dan
eri Tanda Mayor –mba
Objektif : Terapeutik
1. PCO2
k meningkat / menurun.
ik
2. PO2
1 menurun.
2 3 4 5  Atur Interval pemantauan respirasi
Siano 3. Takikardia.
1 2 3 4 5 sesuai kondisi pasien
sis 4. pH arteri meningkat/menurun.
Warn 5. Bunyi
1 napas
2 tambahan.
3 4 5 Edukasi
a
kulit
GEJALA dan TANDA MINOR – 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Subjektif : pemantauan
1. Pusing. 2. Informasikan hasil pemantauan, jika
2. Penglihatan kabur. perlu

Terapi Oksigen
 GEJALA dan TANDA MINOR – Observasi:
Objektif :
1. Sianosis.
2. Diaforesis. 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung. 3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. Monitor integritas mukosa hidung
5. Pola napas abnormal (cepat /
lambat, regular/iregular, akibat pemasangan oksigen
dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis. pucat, Terapeutik:
kebiruan).
7. Kesadaran menurun. 1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
Kondisi klinis terkait : 3. Berikan oksigen jika perlu
1. Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
Edukasi
2. Gagal jantung kongestif.
3. Asma.
4. Pneumonia.  Ajarkan keluarga cara menggunakan
5. Tuberkulosis paru. O2 di rumah
Daftar Pustaka

Lestari , T.(2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Maiti,&Bidinger.(2018). JournalofChemicalInformationandModeling, 53(9),1689–1699.


PPNI.(2016). Standar Di Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI

You might also like