You are on page 1of 16

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

1. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLSR)

Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat
badan dibawah dari 10% pada kurva intrauterine bayi tersebut dapat lahir dalam keadaan
preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2013).

2. Etiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLSR)


Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama hanya saja
dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat terjadi karena persalinan
kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya hambatan pertumbuhan
saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya, (Kemenkes, 2011).
a. Faktor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja, kehamilan
ganda, riwayat kelahiran premature, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut.
Ibu kekurangan gizi, hipertensi, toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok.
b. Faktor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Faktor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).

3. Tanda dan Gejala Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Tanda dan gejala bayi bblsr menurut surasmi 2003 dalam handriana 2016 :
1. Usia kehmilan 37 minggu atau kurang.
2. Berat badan 1500gr atau kurang dari
3. Panjang badan 46cm atau kuran dari.
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya
5. Batas tidak jelas antara dahi dan ujung rambut kepala. LK kepala 33 cm atau kurang
dari kurangnya jaringan subkutan lemak atau tipis.
6. Tulang rawan daun telinga seperti tidak teraba karena pertumbuhannya yang belum
sempurna..
7. Tumit tampak mengkilap dan telapak kaki teraba halus.

1
8. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris menonjol, libia minora
tertutup oleh libia mayora.
9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
10. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap atau
menelan kurang.
11. Jaringan kelenjar mamae masih kurang.
12. Verniks tidak ada atau kurang.

4. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLSR)


Bayi BBLSR mengalami kekurangan nutrisi in-utero diakibatkan karena buruknya
suplai nutrisi dari plasenta. Beberapa penyebab berhubungan dengan buruknya kesehatan
ibu, sosial ekonomi, factor ibu, dan beberapa dari factor janin, Factor genetic dan rasial
juga diperkirakan memicu terjadinya kecil pada berat dan mengukur dengan standar
percentile charts didesain untuk rata-rata untuk populasi European Caucasian. Seringkali
ini terjadi pada bayi-bayi yang original Asians. Hal ini juga diakibatkan diet dan kesehatan
yang buruk, dimana ibu hidup berbeda budaya, susah untuk memenuhi makanan yang
biasanya dia konsumsi. Keadaan plasenta yang kurang baik menyebabkan janin tidak
mendapat cukup asupan glikogen dan saat lahir, bayi akan sulit untuk mempertahankan
suhu tubuh dan kadar gula darah dan dapat menyebabkan bayi kecil mungkin organ-organ
bisa sudah matur, terutama bila usia kehamilannya mendekati aterm, Jika bayi ini
premature, maka masalah-masalahnya bisa imaturitas dari resiko komplikasi dan
prematuritasnya danmembutuhkan sebagai bayi premature. (Sudarti & Fauziah,2013).

2
5. Komplikasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Menurut sembiring (2017), Komplikasi BBLR sebagai berikut :

1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Hiperbilirubinemia
4. Sindrom gawat nafas
5. Asfiksia

6. Pemeriksaan Penunjang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


1. Radiologi

a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial

3
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.(Mansjoer A, 2006).
c. Pemeriksaan darah rutin, bilirubin, glukosa darah, kadar elektrolit dan analisa darah

7. Penatalaksanaan Medis Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Penatalaksanaan Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi, (Rahardjo dan Marmi, 2012) :

1. Suhu badan bayi prematuritas/BBLSR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi, hal ini diakibatkan fungsi pusat pengaturan panas badan bayi belum bekerja
dengan baik, rendahnya metabolisme dan luasnya relative permukaan badan. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badan
mendekati dalam rahim. Bilabelum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain kemudian di sampingnya diletakkan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badan bayi dapat dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna
seperti lambung kecil atau belum sempurna sehingga enzim pencernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan pada bayi BBLSR yaitu kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB
dan kalori 110 kal/kgBB, agar pertumbuhan dapat meningkat. Bayi sekitar 3 jam setelah
lahir diberikan minum kemudian didahului dengan mengisap cairan lambung bayi.
Lemahnya reflek menghisap bayi sehingga untuk pemberian minum diberikan sedikit
sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI diberikan lebih utama, karena
merupakan makanan yang paling utama. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde arah lambung. Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi, disebabkan daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.

4
4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BERAT BAYI LAHIR


RENDAH (BBLR)

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat diajukan oleh seorang perawat mendapatkan data baik
objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut (Mitayani, 2011) :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Apakah ibu pemah mengalami sakit kronis
2) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya seperti
infeksi / perdarahan antepartum, imaturitas,dan sebagainya
3) Apakah ibu seorang perokok
4) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2) Riwayat kesehatan keluarga
3) Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan
kadiovaskuler
Pengkajian fisik

1. Pengkajian umum
a. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan
b. Ukur lingkar kepala dan lingkar dada
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat. Kemudahan
bemapas, adanya edema dan lokasinya.
d. Jelaskan setiap tanda kegawatan : warna yang buruk, hipotonia, tidak response,
apneu.
2. Pengkajian respirasi
a. tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan
b. lakukan auskultasi dan jelaskan suara nafas
c. jelaskan kenyamanan oksigen dan metode persalinan
d. jelaskan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Temukan denyut jantung dan iramanya

5
b. jelaskan bunyi jantung termaksud adanya bising
c. tentukan titik intensitas maksimal seperti titik ketika bunyi denyut jantung paling
keras terdengar dan teraba
d. kaji warana dasar kuku dan membran mukosa bibir
4. pemeriksaan diagnostik
a. jumlah darah lengkap = penurunana pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kekurangan cairan
b. dextrosit = menyatakan hipoglikemi
c. analisis gas darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada
d. elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e. bilirubin: mugnkin meningkat pada polisitemia
f. urinalisis: mengkaji homeostasis
g. jumblah trombosit: trombositopenia mugnkin menyertai sepsis
h. EKG EEG USG, angiografi: defek kongenital / komplikasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang dapat ditegakkan oleh perawat pada bayi BBLR
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi atou kelelahan, dan ketidak seimbangan
metabolik.
b. Risiko termoregulasi lidak aktif dilandai dengan suplai lemak subkutan tidak memadai,
berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imalur.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produksi
enzim, reneks menelan lemah, otot abdominal lemah

3. Intervensi Keperawatan
Menurut modifikasi teori SIKI (2018) dan Mitayani (2011) imtervensi yang disusun antara
lain :
Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, keterbatasan perkembangan
otot, penurunan energi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik. Tujuan : setelah
dilakukan tindakan pola nafas menjadi efektif . Kriteria Hasil : Neonatus akan
mempertahankan pola pernapasan periodik, membran mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri
a. Observasi frekuensi dan pola nafas

6
b. Swuction jalan nafas sesuai kebutuhan
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah
bahu untuk menghasilkan hipereksiensi
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau Pemeriksa laboratorium
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Berikan oba-obat sesuai indikasi
Diagnosa 2 : Risiko termoregulasi tidak aktif ditandai dengan suplai lemak subkutan tidak
memadai, berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imatur.
Tujuan termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.Kriteria hasil
mempertahankan suhu kulit atau aksila 36,5 -37,5 derajat Celsius bebas-bebas stres dan rasa
dingin.
Intervensi Mandiri
a. Kaji suhu tubuh bayi
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
c. Pantau sistem pengatur suhu
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Diagnosa 3 : Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas
produksi enzim, reflex menelan rendah, otot abdominal lemah tujuannya terpenuhi sesuai
kebutuhan. kriteria hasilnya mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan
dalam kurva sud normal dengan penambahan berat badan tetap sedikitnya 20 -30 gram per
hari.
Intervensi Mandiri
a. Kaji maturitas refleks bekenan dengan pemberian makan
b. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
c. Pantau masukan dan pengeluaran urin

4. Implementasi

5. Evaluasi
a. Pola nafas Kembali efektif
b. Termoregulasi stabil
c. Kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi

7
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY NY R DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR
1. Identitas
Nama : By ny F

8
TTL : 18 Agustus 2022 jam 10.45 WIB

Usia : 0 hari

Anak ke : 3 dari 2 bersaudara

Jenis kelamin : Perempuan

Nama ayah : Pramoto

Tanggal pengkajian : 18 Agustus 2022

Tanggal masuk RS : 18 Agustus 2022

Alamat : Jeruk purut cilandak timur

Dx medis : BBLR

2. Keluhan utama
Pasien tampak sesak dan ada retraksi.

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal
Bayi anak ke 5 dari 4 bersaudara, os melakukan ANC ke dokter kandungan secara teratur.

b. Intranatal
Bayi lahir melalui persalinan spontan, persalinan di tolong oleh dokter dengan usia
kehamilan 35 minggu, A/S 7/8 , ketuban jernih.

c. Neonatal
BBL 1600gr, PB 44cm, LK31cm, LD28cm, Lila 8 cm

d. Post natal
Setelah 1 jam kelahiran bayi dipindahkan ke ruang NICU.

4. Riwayat Kesehatan sekarang


Bidan penolong mengatakan langsung menangis A/s 7/8 tetapi os tampak sesak, ada retraksi,
dan crt < 3 detik

5. Riwayat Kesehatan keluarga

9
Bidan mengatakan ibu bayi tidak Riwayat laktasi memiliki Riwayat penyakit apapun. Bayi tidak
dilakukan IMD

6. Riwayat eliminasi
Os sudah bab dan bak

7. Riwayat imunisai
Bayi belum dilakukan imunisasi hepatitis

8. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital

Nadi : 160x/mnt

Pernafasan : 67x/mnt

Suhu :35,6

Spo2 : 93%

Ukuran antropometri

BBl : 1600 gram

PB : 44 cm

LK :31 cm

LD : 28 cm

LP : 26 cm

Lila : 9 cm

 Sistem pernafasan
Bentuk hidung normal, bentuk dada simetris, sesak ada, retraksi dada, NCH tidak ada,
pergerakan dinding dada simetris.
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung regular, warna kulit sianosis ekstermitas, CRT < 3 detik
 Sistem gastrointestinal
Mulut tampak kotor ,terpasang ogt cairan lambung tidak ada, bab meconium ada.
 Sistem saraf
Kesadaran apatis, kejang tidak ada
 Sistem genitalia
Labio minor dan mayor ada
 Ekstermitas
Eksterminat lengkap, akral dingin,

10
 Reflek
Reflek menangis lemah, reflek hisap tidak ada , reflek genggam sudah ada, reflek Babinski
ada, reflek moro ada
 Therapi
Ampicilin 2x50mg
Gentamicin 5mg/36 jam
Aminophilin 2x3,5mg
Heparin 0,3cc/jam
PG2 105cc
Lipid 15cc

9. Analisa data
Data pendukung Etiologi Diagnosa

DS = Belum bisa Imaturitas Pola nafas


dikaji neurologi, tidak efektif
DO= Pasien sesak ada, retraksi
minimal, NCH tidak ada,
produksi alwm banyak, terpasang
Cpap dengan Fio2 30%, pip 15,
peep5, HR 156x/mnt, rr 67x/mnt,
spo2 96%

DS = Belum bisa dikaji


DO = Akral dingin, sianosis Kurangnya Gangguan
daerah perifer, suhu 35,6 cadangan termoregulasi
lemak subkutan hipotermi

DS = Belum bisa dikaji Reflek hisap


DO = Reflek hisap belum ada, belum kuat Defisit
OGT terpasang, produksi ogt nutrisi
bening bb 1600 gram
Imunitas
DS = Belum bisa dikaji pertahanan
DO = Usia gestasi 35 minggu, tubuh belum
Picc terpasang di cepalika kiri sempurna Resiko
kedalaman 22cm infeksi

10. Interpensi implementasi dan evaluasi keperawatan


Diagnosa Luaran Intervensi Implementasi Evaluasi
keperawatan keperawatan keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen pola Observasi S=
efektif tindakan 3x24 nafas  Memonitor pola
O= Bayi

11
sehubungan jam diharapkan Observasi nafas (frekuensi, tampak sesak
dengan dipsnea menurun,  Monitor pola kedalaman dan minimal,
imaturitas penggunaan obat nafas (frekuensi, upaya bernafas) retraksi dada
neurologi bantu nafas kedalaman dan  Memonitor bunyi masih terlihat,
berkurang, upaya bernafas) nafas tambahan produksi slem
pemanjangan  Monitor bunyi  Memonitor sputum masih ada
fase ekspirasi nafas tambahan (jumlah dan warna) berwarna putih
menurun,  Monitor sputum  Memonitor adanya kental bayi
frekwensi dan (jumlah dan sumbatan jalan nafas terpasang alat
kedalaman nafas warna)  Memonitor saturasi bantu nafas
membaik  Monitor adanya oksigen NIV dengan
sumbatan jalan Terapeutik Fio2 30% pip
nafas  Mempertahankan 15, rr 30 IT
 Monitor saturasi  Melakukan oral 0,33, suhu
oksigen higiene tubuh normal
 Monitor hasil x-  kepatenan jalan 36,5-36,7,
ray thorax nafas terpasang
Teurapetik  Memposisika pasien OGT dengan
 Pertahankan dengan lateran atau toleransi
kepatenan jalan prone minum baik
nafas  Melakukan pemberiannya
 Posisikan penghisapan lendir 8x 9cc lewat ,
lateral, prone  Mengatur interval tanda infeksi
 Lakukan pemantaun respirasi tidak ada picc
penghisapan sesuai dengan tidak ada
lender kurang kondisi pasien phlebitis dan
dari 15 detik  Mendokumentasika tidak ada
 Atur interval n hasil pemantauan demam pada
pemantauan bayi
respirasi sesuai Edukasi
dengan kondisi  Menjelaskan tujuan
A=
pasien dan prosedur
 Dokumentasika pemantauan dan
n hasil meninformasikan  Pola nafas
pemantauan hasil pemantauan tidak efektif,
 Gangguan
termoregulas
Edukasi i hipotermi
 Jelaskan tujuan  Deficit
dan prosedur nutrisi,
pemantauan,  Resiko
informasikan infeksi
hasil pemantaun

P=
Gangguan Setelah dilakukan Managemen
termoregulasi tindakan 1x24 hipotermi Observasi  Management
hipotermi jam diharapkan Observasi  Mengobservasi pola nafas
Sehubungan akral teraba  Observasi suhu suhu tubuh setiap 1  Manejemen
dengan hangat, suhu tubuh setiap 1 jam hipotermi
kurangnya tubuh normal jam  Mengidentifikasi  Manejemen

12
cadangan lemak 36,5-37,5,  Identifikasi penyebab hipotemi nutrisi
subkutan sianosis penyebab  Manejemen
menurun,hipoksi hipotermi Terapeutik infeksi
a tidak ada,  Mengatur suhu
konsumsi Terapeutik incubator
oksigen cukup  Atur suhu  Mengganti linen
menurun incubator bila basah
 Ganti linen bila  Menggunakan topi
basah bayi
 Gunakan topi
bayi Edukasi
 Gunakan Menjelaskan hasil
blanket roll pemantauan

Edukasi
 Jelaskan hasil
pemantauan

Defisit nutrisi Managemen


berhubungan Setelah di nutrisi Observasi
reflek hisap yang berikan tindakan Observasi  Memonitor
belum kuat keperawatan  Monitor tanda- hemodinamik
selama 3x24 jam tanda vital  Memantau toleransi
diharapkan  Monitor adanya minum bayi
deficit nutrisi alergi dan  Memantau adanya
bisa teratasi intoleran nutrisi tanda dehidrasi
dengan kriteria  Monitor balance  Memonitor balance
hasil: berat cairan setiap 12 cairan per 12 jam
badan bisa jam Terapetik
bertambah,  Melakukan oral
toleransi minum Terapetik higiene
baik,  Lakukan oral  Menimbang bb setiap
hygiene hari
 Monitor bb setiap
hari
Kolaborasi
Kolaborasi  Memonitor jumlah
 Kolaborasi untuk kalori dan jenis
menentukan nutrient yang
jumlah kalori dan dibutuhkan untuk
jenis nutrient target bb
yang dibutuhkan
untuk target bb
Edukasi
 Jelaskan Edukasi
perkembangan  Menjelaskan
tolerasi minum perkembangan
kepada keluarga toleransi minum
kepada keluarga

13
Resiko infeksi Menajemen
berhubungan infeksi Observasi
dengan Setelah dilakukan  Memonitor adanya
perawatan Observasi infeksi
ketidakadekuata
3x24jam resiko  Membersihkan
n pertahanan infeksi tidak  Monitor tanda incubator setiap hari
tubuh terjadi dengan infeksi  Memeriksa lokasi ipi
kriteria  Berikan picc adanya
kebersihan lingkungan kemerahan,atau
tangan bersih bengkak
meningkat, tidak  Periksa lokasi Terapeutik
ada demam,hasil insisi adanya  Mencuci tangan
crp tidak ada kemerahan, sebelum dan sesudah
peningkatan bengkak kegiatan perawatan
Terapeutik pasien
 Cuci tangan  Jaga lingkungan
sebelum dan aseptic
sesudah saatmengganti botol
kegiatan pasien TPN
 Batasi jumlah Edukasi
pengunjung  Mengajarkan cara
 Jaga lingkungan cuci tangan yang
aseptic saat tepat pada
mengganti botol pengunjung
TPN
Edukasi
 Ajarkan cara
cuci tangan
yang tepat untuk
pengunjung

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi,(2014). Konsep dasar keperawatan , Jakarta : EGC

Kementrian kesehatan RI (2017). Profil kesehatan ndonesia

14
Mitayani, (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : salemba medika

Serimbing, J. Br. (2017). Buku ajar neonatus, bayi, balita, anaK PRASEKOLAH, E. d. Yogyakarta

Tarwoto dan wartonah (2014) . kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Ed. 5 Jakarta :
Salemba

15
16

You might also like