You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR

MATA KULIAH: PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:

ZAKFAR EVENDY

220170100011018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
1. Definisi
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-
42 minggu atau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di
lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Deasy, kk., 2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu,
berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm,
lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung
120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace
Activity Respiration (APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis
kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan
kematangan ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks
rooting susu terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan
baik (Armini, 2017).
2. Etiologi
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Beberapa
perubahan fisiologi yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
a. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur
kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru
sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi (Rahardjo dan Marmi, 2015).
b. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke
hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung.Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari
bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan
dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi
pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan
biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi
pada hari pertama.Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per
menit /m2.Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1.96
liter/menit/m2 karena penutupan duktus arteriosus (Indrayani, 2013).
c. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh
dari metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama energi
didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari
pembakaran lemak.Setelah mendapat suhu < pada hari keenam, energy 60%
di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani, 2013).
d. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal
3) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa (Indrayani, 2013).
e. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
f. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat
yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan
disebut meconium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama
dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam
traktus digestivenus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase
pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan, sehingga pada bayi
lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan
oesofagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari
lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani, 2013)
g. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam
keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk menghilangkan bekas penghancuran dalam
peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015). Setelah segera lahir, hati
menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein
dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai
berkurang walaupun memakan waktu yang lama. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga
belum sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih
dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Indrayani,
2013)
3. Tanda dan Gejala, Klasifikasi
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Ni Wayan, 2021).
yaitu :
a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya:
1) Kurang bulan (preterm infant) : 4000 gram
2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu
3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih
b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:
1) Berat lahir rendah : 4000 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : >4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
4. Patofisiologi
Adaptasi fisiologis baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
a. Sistem Pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada neonatus
biasanya pernafasan diafragma dan abnominal. Sedangkan respirasi setelah
beberapa saat kelahiran yaitu 30 -60 x/menit.
b. Jantung Dan Sirkulasi Darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat. Dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan
darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus botali tidak berfungsi
lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena
pemotongan tali pusat
c. Saluran Pencernaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24
jam pertama.
d. Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat
Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat
Dehidrigerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang
sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis
e. Metabolisme
Pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
f. Produksi Panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran "brown fat" (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak
energi daripada lemak biasa.
g. Kelenjar Endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai
berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.
h. Keseimbangan Air Dan Ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar
daripada kalium
i. Susunan Saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32
Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin
amat sensitif terhadap cahaya
j. Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi
k. Sistem Integumen
l. Sistem Hematopoiesis
m.Sistem Skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas
harus simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yg telapak
tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan. (Armini, 2017).

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sel Darah Putih 18000/mm,
b. Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun bila
ada sepsis)
c. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
d. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
e. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
f. Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata- rata
mg/dl,meningkat mg/dl pada hari ke 3.
6. Penatalaksanaan
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak
ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam
pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan,
tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul
pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut
dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan
masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan,
dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden
infant death syndrome (SIDS). Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan Infeksi (PI)
b. Penilaian awal
Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas
setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi
tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan tidak
ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal
dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi
diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu,
lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan
RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan
sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer,
2013).
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di
dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses
IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai
menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu
60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60
dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu
payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum menemukan
puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu
dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika
bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K,
salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi
kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
d. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
e. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata
harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal
di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K
sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat
diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya,
atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi
absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer,
2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry,
2014).
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
h. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1
kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4- 7 hari dan 1 kali pada umur 8-
28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
i. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2
tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam
SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI
Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi
kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan
imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya
penculikan dan perdagangan
7. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Timbul
1) Risiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahan tubuh
sekunder (D. 0141)
2) Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan
(D.0140)
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(D.0001)

8. Tujuan Rencana Keperawatan dan Kriteria Hasil


1. Setelah dilakukantindakan keperawatan selama3x24 jam, tingkat infeksi
menurun (L.14137) dengan kriteria hasil:
a. Kadar sel darah putih membaik
b. Kemerahan menurun
c. Bengkak menurun
2. Setelah dilakukantindakan keperawatan selama3x24 jam, termoregulasi
membaik (14134) dengan kriteria hasil:
a. Suhu tubuh membaik
b. Suhu kulit membaik
c. Menggigil menurun
3. Setelah dilakukantindakan keperawatan selama3x24 jam, bersihan
jalannapas meningkat (L.01002) dengan kriteria hasil:
a. Mekonium menurun
9. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Imunisasi/Vaksinasi (1. 14508)
Observasi
- Identifikasi Riwayat Kesehatan dan Riwayat alergi
- Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis: reaksi anafilaksis
terhadap vaksin sebelumnya dan/atau sakit parah dengan atau tanpa
demam)
- Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
- Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
- Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis: nama produsen, tanggal
kadaluarsa)
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
- Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis: hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertussis, H. influenza, polio, campak, measles,
rubela)
- Infromasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat
ini tidak diwajibkan pemerintah (mis: influenza, pneumokokus)
- Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis: rabies, tetanus)
- Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi Kembali
- Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin gratis
2. Manjaemen Hipotermia (I. 14507)
Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hipotermia (mis: terpapar suhu lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
kekurangan lemak subkutan)
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (mis: hipotermia ringan:
takipnea, disartria, menggigil, hipertensi, diuresis; hipotermia sedang:
aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun; hipotermia berat:
oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (mis: atur suhu ruangan, inkubator)
- Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif (mis: selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis: kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat, perawatan metode kangguru)
3. Manjamen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma fraktur servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
- Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. (2017). Asuhan


Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Deasy, dkk (2020). Ilmu kuliah : Ilmu kesehatan Anak. Medan : Yayasan
kita menulis
Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap
Ibu Dan Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-
7 hari Pada bayi baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta
Timur. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan,
9(1), 195-204. https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/
dksm/article/
Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru
Lahir Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Kota Denpasar Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Jurusan
Kebidanan 2021).
Rahardjo, K., Marmi. (2015). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
Walyani ES dan Purwoastuti E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

You might also like