You are on page 1of 10

How do Halal Businesses in Islamic Boarding Schools Optimize the Integration of Fintech and

social media to achieve sustainable development goals in the Era of Society 5.0?
Nursyamsu, Syaakir Sofyan, Sitti Aisya, Muthmainnah, MD

Lecture, State Islamic University Datokarama, Palu, Sulawesi Tengah


Lecture, State Islamic University Datokarama, Palu, Sulawesi Tengah
Lecture, State Islamic University Datokarama, Palu, Sulawesi Tengah
Lecture, Islamic University of Muhammadiah Palu

*Corresponding author: ABSTRACT

Urgensi Fintech dan sosial media dalam bisnis halal dalam mewujudkan Halal Value Chain (HVC)
sangat penting yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha halal termasuk
pesantren di era Society 5.0. Tujuan penelitian ini menganalisis Optimalisasi integrasi pemanfaatan
tekhnologi keuangan dan media sosial pada bisnis halal yang dikelola oleh pondok pesantren untuk
mencapai SDGs di era 5.0. Penelitian menggunakan fenomenologi dengan sumber data pengelola
pesantren di Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan optimalisasi pemanfaatan fintech dan
media sosial pada aktivitas bisnis halal berupa pencatatan transaksi, analisis laporan keuangan,
pengambilan keputusan, pemetaan pasar, inovasi produk, resiliensi membangun dan
mempertahankan jejaring bisnis.

The urgency of Fintech and social media in halal business to realize Halal Value Chain (HVC) That
support the addition of economic value for halal businesses including business activities at Islamic
boarding schools in the Society 5.0 era. The purpose of this study is to analyze the optimization of
the integration of the use of financial technology and social media in halal businesses managed by
Islamic boarding schools to achieve the SDGs in the 5.0 era. This study uses phenomenology with
data sources from Islamic boarding schools in Central Sulawesi. This study uses phenomenology
with data sources from Islamic boarding schools in Central Sulawesi. The results of the study
indicate the optimization of the integration of the use of fintech and social media in halal business
activities in the form of recording transactions, analysis of financial reports, decision making, market
mapping, product innovation, resilience, and building and maintaining business networks.

Keywords: Halal business, Fintech, Social Media, Islamic Boarding School, SDGs, Era
Society 5.0

INTRODUCTION
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam yang telah menjadi corak Pendidikan asli
Indonesia yang telah mengakar di seluruh wilayah di Indonesia. Berkembangnya kuantitas pesantren
memberikan kontribusi terhadap pembangunan dalam berbagai aspek, yang tidak hanya dalam
pembinaan kehidupan beragama dan moral bangsa namun juga berperan penting dalam agen
pembangunan masyarakat (Mulyani, Rinandiyana, & Nurfahmi, 2018), termasuk dalam pembangunan
ekonomi masyarakat.
Dewasa ini perkembangan teknologi memaksakan masyarakat tidak terkecuali bagi Lembaga
pesantren yang memiliki usaha untuk memanfaatan teknologi yang dapat mendorong pencapaian
target (Mahfud & Hairit, 2016) Di era digital, akses layanan keuangan terbuka yang mendorong
tumbuhnya aktivitas bisnis berbasis internet. Jumlah pengguna telepon seluler meningkat tajam dan
masif di seluruh dunia. Inovasi teknologi memiliki peran yang sangat diperlukan dalam memperluas
akses semua pihak terhadap layanan keuangan, sehingga tidak ada lagi financial exception. Bahkan,
masyarakat yang tidak memiliki rekening bank formal dapat menggunakan teknologi seluler untuk
melakukan transaksi dan minat yang tinggi terhadap penggunaan financial technology yang telah
muncul sejak tahun 2004 (Owens, 2013).
Tak hanya pada layanan transaksi digital, strategi bisnis juga semakin meningkan karena
adanya peningkatan yang sangat signifikan pada system informasi dan komunikasi serta konektivitas
teknologi (Garcia-Morales, Martin-Rojas, & Lardon-Lopez, 2017). Teknologi melayani beberapa tujuan
termasuk yang berkaitan dengan komunikasi dan kegiatan pemasaran (Abbas et al., 2019). Dalam
dunia bisnis, penggunaan media social makin popular dan dipergunakan untuk melakukan komunikasi
pemasaran secara online karena manfaat yang dirasakan lebih praktis serta efisien bagi bisnis dan
pelanggan (Bughin, Chui, & Miller, 2018). Pemasaran dengan memanfaatkan social media sangat
penting dalam mengembangkan kemampuan pemasaran bagi bisnis yang memiliki kemampuan
terbatas untuk mendukung kegiatan pemasaran (Tarsakoo & Charoensukmongkol, 2020), termasuk
usaha pesantren.
Pemanfaatan fintech memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs). Berakhirnya Millenium Development Goals (MDGs) dan
ditetapkannya SDGs yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai bentuk
upaya meminimalisis kemiskinan dan kesenjarangan serta mendorong pertumbuhan ekonomi
memberikan urgensi pentingnya fintech dan sosial media sebagai media mencapai tujuan SDGs
(Franco-Riquelme & Rubalcaba, 2021; Hinson, Lensink, & Mueller, 2019; Hoang, Nguyen, & Le, 2021).
Pemanfaatan teknologi keuangan ( Fintech) dan social media telah dilakukan pada beberapa
pondok pesantren di Sulawesi Tengah. Pondok Pesantren Al Khairat yang berlokasi di Jl. Sis Aljufri,
Siranindi, Kec. Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Pesantren ini didirikan pada tahun 1985 dan
didirikan khusus untuk puteri (info pesantren, 2021). Tingkat pendidikan yang tersedia berupa play
grup, TK, SD, MTs, SMP, SMA, MA, SMK dibawah naungan Yayasan Al Khairat (Rosmala,
Nursyamsu, & Haekal, 2019). Salah satu upaya pondok pesantren Al Khairat untuk mengoptimalkan
pemanfaatan (fintech) adalah melalui implementasi Sistem Aplikasi Pencatatan Transaksi Keuangan
Pesantren (Aplikasi SANTRI) dan Sistem aplikasi E-Commerce antar pondok pesantren (Aplikasi
TAMAM) maupun implementasi sertifikasi halal untuk produk UMKM serta pengembangan keilmuan
dan kampanye ekonomi syariah yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah dan
stakeholders terkait. (Mufidah Al DJufrie, personal communication, Juli 15, 2022). Upaya utama yang
dilakukan adalah pondok pesantren Alkhairat melakukan beberapa Kerjasama dengan beberapa
Lembaga eksternal. Diantaranya adalah Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah. Hal ini
dilakukan mencapai prinsip kemandirian ekonomi yang efektif dan efesien (Alkhairaat, 2020).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi dalam mengptimalkan fintech dan media
sosial pada bisnis halal pesantren dalam rangka mencapai tujuan SDGs. Dengan demikian, penelitian
ini akan menjawab faktor-faktor apa saja yang mendorong pemanfaatan fintech dan media sosial
dalam bisnis halal pesantren serta bagaimana model integrasi media sosial dan fintech dalam bisnis
pesantren untuk mencapai tujuan SDGs.

LITERATURE REVIEW
Halal Business
Kesadaran masyarakat seluruh dunia tentang pentingnya mengonsumsi makanan sehat telah
menjadi perhatian industri makanan dan hal ini dibuktikan dengan ditanggapinya kebutuhan dan
keinginan konsumen. Banyak orang yang sangat tertarik pada makanan yang diproduksi secara
organik tanpa menggunakan berbagai bahan kimia. Keragaman etnis dan agama di Eropa termasuk di
Amerika Serikat telah mendorong industri makanan untuk menyiapkan produk yang sesuai untuk
kelompok yang berbeda. Selain itu, meningkatnya jumlah pelancong Muslim di negara-negara non
Muslim serta meningkatnya populasi muslim di negara-negara tersebut (Widyawantoro, Sigid; Arsyad,
Rafika; Fathoni, 2019). Berdasarkan studi demografis menunjukkan bahwa Islam merupakan agama
yang penganutnya akan tumbuh paling cepat. Secara kolektif, tren demografis dan ekonomi
menunjukkan peningkatan global secara keseluruhan dan daya beli perkapita di kalangan masyarakat
muslim yang mampu merangsang perdagangan halal termasuk halal food (Armanios & Ergene, 2018).
Hingga saat ini, industri halal terus berevolusi dan berkembang, apalagi kemajuan dan
perkembangan teknologi menjadikan halal bukanlah sekedar persoalan agama semata.(Khalid,
Yakoob, & et.al, 2016) Hal demikian pula terjadi di Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim
mendorong industri makanan untuk menyiapkan berbagai makanan dan minuman yang sehat dan
halal. Secara umum industri halal food adalah sektor industri yang terlibat dalam pengolahan produk
makanan dan minumuan yang sesuai dengan hukum Islam dalam hal input, proses pembuatan,
pengemasan, dan pemasaran. Industri ini merupakan industri besar dan mampu memperkuat
hubungannya dengan sektor pertanian.(Mohd Noor, Rizki Moi, & Abdul Kader, 2016) Pasar makanan
halal merupakan bagian dari industri pangan dan pertanian global yang merupakan salah satu industri
terbesar di dunia. Secara luas, rantai nilai global ini mencakup pemasok inti, teknologi manufaktur,
produk dan layanan, produsen makanan olahan, logistik, dan saluran distribusi (Shikoh, Riaz, &
Chaudry, 2019).

Fintech
Definisi fintech sebenarnya sangat beragam. Namun, berbagai ahli telah berusaha untuk
mendefinisikan fintech dengan menggunakan interpretasi mereka sendiri berdasarkan hasil studi yang
mereka laporkan . Istilah fintech telah digunakan dalam berbagai konteks bisnis, seringkali tidak
konsisten dan ambigu(Schueffel, 2016). Teknologi keuangan, yang dikenal sebagai fintech, secara luas
diakui sebagai salah satu inovasi paling signifikan dalam industri keuangan, dan berkembang dengan
pesat, sebagian dibantu oleh ekonomi berbagi, regulasi yang menguntungkan, dan teknologi informasi
(Kumari & Devi, 2022; Lee & Shin, 2018)
Fintech adalah teknologi baru yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengotomatisasi
pengiriman dan penggunaan layanan keuangan (Al-Okaily et al., 2021). Fintech dapat berfungsi
sebagai referensi inovatif dalam membantu bisnis untuk memikirkan kembali model bisnis mereka atau
bahkan untuk menyarankan bisnis baru (Leong & Sung, 2018). Fintech juga dapat merujuk pada bisnis
yang menyediakan layanan keuangan dengan menggunakan teknologi mutakhir. Selain menawarkan
barang dan jasa digital yang khusus diciptakan untuk industri perbankan dan pembiayaan, fintech juga
bertugas mendistribusikan asuransi. Fintech ini sering disebut sebagai InsurTechs. Selain itu, mungkin
menyediakan berbagai layanan pihak ketiga, seperti menawarkan bantuan teknis kepada penyedia
layanan keuangan. Pembayaran, manajemen kekayaan, crowdfunding, pinjaman, pasar modal, dan
layanan asuransi telah diidentifikasi sebagai enam model bisnis fintech (Giglio, 2022).

Social Media for Marketing


Media sosial merupakan sarana komunikasi, sumber berbagi informasi, media aktualisasi diri
dan kolaborasi di dunia maya. Di Indonesia, penggunaan media sosial sangat tinggi yang
menunjukkan bahwa potensi pasar di media sosial sangat tinggi dan platform ini telah menjadi
instrumen yang mudah untuk berkomunikasi secara online antara konsumen dan perusahaan, atau
antara konsumen dan konsumen di seluruh dunia setiap saat. Penggunaan platform ini sangat tepat
bagi UKM karena memiliki keterbatasan sumber daya seperti dana, pengetahuan teknis dan
sebagainya (Rana, Barnard, Baabdullah, & Rees, 2019).
Pemasaran media sosial meningkatkan kepercayaan dan loyalitas merek suatu perusahaan,
selain itu pemasaran media sosial memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi tentang
produk perusahaan(Puspaningrum, 2020). Pemasaran media sosial juga memiliki hubungan positif
dengan kepercayaan, keintiman, dan loyalitas pelanggan (Khoa, 2020). Penggunaan media sosial oleh
suatu perusahaan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk membangun brand dan
meningkatkan aktivitas bisnisnya (Sullivan & Koh, 2017).
Media sosial telah digunakan untuk membantu manajer mempromosikan produk dan layanan
mereka dan memastikan bahwa mereka dipilih pada tahap penyaringan. Secara tidak langsung, media
sosial juga membantu menarik perhatian investor pada saat negosiasi di tahap terakhir proses modal
ventura. Selain itu, media sosial membantu mengidentifikasi kepribadian individu (misalnya,
pengusaha, manajer, karyawan) melalui tweet mereka, sehingga memungkinkan perbandingan silang
karakteristik kewirausahaan untuk memahami implementasi strategi mereka (Obsohonka, Fisch, &
Boyd, 2017).

Sustainable Development Goals (SDGs) in Society 5.0 Era


Perkembangan teknologi yang sangat cepat dan yang mendukung seluruh aktivitas manusia
perlu dioptimalkan agar efektivitas tercipta. Namun tak dipungkiri bahwa tak dapat pungkiri bahwa hal
ini juga memberikan kontribusi pada munculnya berbagai macam yang berpotensi menjadi masalah
global. Menilik dari hal tersebut, perlu adanya upaya nyata untuk menyeimbangkan perkembangan
teknologi dengan kemampuan manusia dalam mengelolanya. Hal inilah menjadi poin penting dalam
konsep 5.0 era sebagai bentuk memaksimalkan peran manusia di balik pemanfaatan teknologi modern.
(Zeingin, Naktiyok, Kaygin, Kavak, & Toplcuoglu, 2021). Tujuan dari adanya Society 5.0 adalah untuk
mewujudkan masyarakat yang dapat memanfaatkan teknologi modern guna menikmati hidup secara
maksimal sehingga perkembangan teknologi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh dan hal ini juga berkontribusi pada terciptanya tujuan
SDGs. (Shahidan, Latiff, & Wahab, 2021).
The era of society 5.0 is defined by the Japanese Government as a balance between economic
progress and the resolution of social problems using a system that integrates virtual and physical
worlds, with a focus on humans(Fukuyama, 2018) The basic schema of Society 5.0 is that data are
collected from the “real world” and processed by computers, with the results being applied in the real
world. This schema is not new in itself. To cite a familiar example, air-conditioning units automatically
keep a room at the temperature programmed into the unit. An air conditioner regularly measures the
room’s temperature, and an internal microcomputer then compares the temperature reading with the
registered temperature setting. Depending on the result, the airflow is activated or deactivated
automatically, such that the room maintains the desired temperature. Many of the systems we rely on in
society use this basic mechanism. It underlies the systems responsible for keeping our homes
adequately supplied with electricity, and those that keep the trains running on time. This mechanism
relies on computerized automated controls. When people use the term “information society,” they mean
a society in which each of these systems collects data, processes them, and then applies the results in
a particular real-world environment (Atsushi Deguchi, Chiaki Hirai, Hideyuki Matsuoka & Kohei Oshima,
Mitsuharu Tai, 2020)

METHODS
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang berupaya menghimpun data di lapangan
dengan melakukan pengamatan terhadap keadaan ilmiah yang berdasar pada catatan lapangan yang
telah dibuat sebelumnya secara ekstensif. Data yang diperoleh terbagi atasi data primer yang
merupakan data utama yang diperoleh melalui wawancara langsung yang dilakukan kepada pengelola
bisnis pesantren dan pimpinan pesantren. Sementara data kedua yaitu data sekunder sebagai
pendukung data primer. Data ini diperoleh melalui pencarian referensi pendukung yang memiliki
hubungan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam proses analisis data, penulis menggunakan model
triangulasi data yaitu salah satu metodelogis yang dikembangkan oleh peneliti untuk menggali dan
menerapkan metode produksi informasi yang kompeten.

RESULTS AND DISCUSSION


Pendorong Pemanfaatan Fintech dan Media Sosial pada Bisnis Halal di Pesantren
Pemanfaatan fintech dan media pada bisnis pondok pesantren dilatar belakangi oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah faktor eksternal dan internal. Adapun pemanfaatan fintech dilatarbelakangi
faktor internal yang terdiri atas: kesadaran institusi pesantren khususnya para pengurus pesantren
yang merasakan manfaat dari penggunaan fintech. Beberapa pengurus telah merasakan manfaat dari
berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan dalam berbagai aktivitas pribadi dan menyarankan agar
lembaga pesantren termasuk usaha pesantren untuk memanfaatkan fintech. Selain itu, adanya visi
kemandirian pesantren yang diwujudkan dalam didirikan lembaga usaha pesantren yang mampu
menopang berbagai kebutuhan internal pesantren. Visi kemandirian menjadi dasar yang mendorong
dan mmelandasi perkembangan dan pertumbuhan pesantren dari berbagai aspek, sehingga dalam
aktivitasnya termasuk dalam usaha pesantren diperlukan prinsip yang efektif dan efisien.
Adapun faktor ekternal yaitu aktivitas usaha yang telah lama beroperasi mengalami hambatan
khususnya ketika pandemi melanda. Hambatan yang dirasakan sangat mempengaruhi usaha untuk
berkembang dengan terbatasnya aktivitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan fintech dalam aktivitas jual beli baik dengan pelanggan maupun kepada pemasok.
Pemanfaatan ini ternyata mampu menjaga eksistensi usaha dan memberikan ketahanan terhadap
krisis akibat pandemi. Selain itu, dalam rangka menjaga retensi pelanggan maka bisnis pesantren
berupaya memberikan berbagai layanan dan fasilitas dalam transaksi. Salah satunya adalah layanan
fintech pada seluruh aktivitas jual beli. Faktor lainnya adalah semakin gencarnya gerakan literasi digital
mengarahkan pengurus pesantren termasuk unit usaha untuk memanfaatkannya. Beberapa pengurus
pesantren telah memiliki pengetahuan terkait fintech dan mampu memanfaatnya yang kemudian
menjadi agent dalam meningkatkan literasi keuangan khususnya terkait fintech di linkungan internal
pesantren.
Adapun faktor pendorong pemanfaatan sosial media juga didasarkan pada faktor internal dan
eksternal, yaitu pada aspek internal adalah kesadaran para pengurus pesantren akan manfaat dari
digital marketing melalui social media. Penggunaan media sosial untuk keperluan usaha dimanfaatkan
untuk memasarkan berbagai produk pesantren kepada para calon pelanggan. Adapun faktor ekternal
adalah hadirnya pandemi memberikan peluang cukup besar terhadap penggunaan sosial media
sebagai solusi dalam memasarkan produk tanpa harus bertemu. Selain itu, perkembangan usaha
pesantren juga perlu ditopang dengan bertambahnya pelanggan dan hal tersebut dapat diperoleh
dengan pemanfaatan sosial media. Faktor lainnya adalah perilaku para pelaku di pasar digital semakin
tinggi seiring akibat hadirnya pandemi. Hal ini memicu pesantren untuk segera menjadi pelaku di pasar
digital. Hal yang terpenting juga terkait perilaku konsumen terhadap produk halal yang semakin
meningkat. Produk pesantren merupakan produk yang telah tersertifikasi halal oleh BPJPH sehingga
memberikan peluang pesantren untuk memasarkan produk halalnya di media sosial.

Tabel 1
Faktor Pendorong pemanfaatan Media Sosial
Faktor Pendorong pemanfaatan Fintech dan Social Media
No Fintech Social Media
Faktor Internal Faktor Internal
1. Kesadaran Institusi Pesantern Kesadaran Institusi Pesantern
Aktivitas bisnis yang dijalankan menyadari bisnis yang dijalankan menuntut pondok
akan perlunya mengintegrasikan pencatatan pesantren untuk mengembangkan usaha pada
transaksi keuangan bisnis, analisis laporan analisis pasar, pemetaan pasar dan
keuangan serta pengambilan keputusan pada pengembangan jejaring bisnis dengan
kesadaran dalam mengoptimal pemanfaatan memanfaatkan media sosial.
fintech.

Visi Kemandirian
visi kemandirian pada pondok pesantren, visi
ini manjadi fondasi dasar yang melandasi
perkembangan dan pertumbuhan institusi
pondok pesantern, maka pada praktiknya
institusi pada pondok pesantren perlu
menjalankan aktivitas bisnis yang berprinsip
efektif dan efesien.
Faktor Ekternal Faktor Ekternal
1. Pandemi Covid-19 Pandemi Covid-19
Aktivitas bisnis pada pondok pesantren, telah Dalam mempertahankan dan meningkatkan
berlangsung sejak tahun 2017. Namun kondisi pasar, pondok pesantern menyadari akan
global dengan hadirnya Pandemi Covid-19, pentingnya untuk mengoptimalkan pemanfaatan
menjadi hambatan utama pada aktivitas bisnis media Sosial.
secara umum di Indonesia. Kondisi ini juga
dialami pada aktivitas bisnis halal yang ada Pertumbuhan Pasar
pada pondok pesantern. Kondisi ini memaksa Perkembangan usaha yang dijalankan oleh
pondok pesantern untuk mencari alternatif pondok pesantern telah memiliki pasar yang
pada pengelolaan operasional bisnis, untuk perlu untuk dipertahankan dan ditingkatkan dan
mengoptimalkan pemanfaatan tekhnologi hal ini sangat dibantu dengan mengoptimalkan
keuangan, finan (fintech). pemanfaatan Social media.

Pertumbuhan Pasar Perilaku Pasar Digital


Perkembangan usaha yang dijalankan oleh Selisih antara masyarakat di Indonesia yang
pondok pesantern telah memiliki pasar yang melek digital di perkotaan dan perdesaan
perlu untuk dipertahankan dan ditingkatkan semakin merata pada aspek daya saing digital.
dan hal ini sangat dibantu dengan Selaras dengan indeks literasi digital, laporan
mengoptimalkan pemanfaatan fintech East Ventures - Digital Competitiveness Index
(EV-DCI) yang disusun bersama dengan KIC
Pertumbuhan Literasi Digital dan PwC Indonesia pada 2022 juga
Data laporan status literasi digital 2021, berada menunjukkan pola yang sama.
pada angka 3,49 dimana status tertinggi nilai Selisih indeks daya saing digital antardaerah di
maksimum adalah 5.00, angka ini meningkat Indonesia semakin menipis. Hal ini ditunjukan
dari tahun 2020 di angka 3,46. Literasi digital dengan (spread) skor daya saing digital
tersebut diukur merujuk kepada pilar digital antarprovinsi. Pada 2021, dengan skor EV-DCI
skills, digital ethics, digital safety, dan digital tertinggi dan terendah sebesar 55,58. Pada
culture. Data ini menujukkan bahwa kultur tahun ini, angka spread tersebut menipis
digital di Indonesia sudah baik. menjadi 48,29. Perinciannya yakni skor EV-DCI
provinsi tertinggi sebesar 73,23, sedangkan
yang terendah 24,93. Hal diatas didukung pada
berbagai inisiatif pengembangan, seperti
melalui akselerasi infrastruktur TIK, daya saing
talenta digital, dan literasi keuangan.

Halal Consumer Behaviour


Pada aspek ini, negara Indonesia memiliki
populasi muslim dunia sebesar 12,6 %. Dimana
angka tersebut berkontribusi sebagai konsumen
dan produsen halal
Sumber: data diolah oleh peneliti, 2020.

Pemanfaatan Fintech dan Social Media pada Bisnis Halal Pondok Pesantren

Aktivitas bisnis pada pondok pesantren telah mengalami inovasi disrupstif secara menyeluruh,
khususnya pada aspek struktur bisnis, teknologi intermediasi sampai pada model penjualan pemasaran
kepada konsumen. Hal ini secara umum dipengaruhi oleh Financial Technology (Fintech). Keputusan
untuk memanfaatkan teknologi keuangan disebabkan, karena selama ini pengelolaan keuangan di
pondok pesantren dengan kategori manual, yang menimbulkan hambatan pengelolaan keuangan
pesantern dan usaha yang dikelola oleh pondok pesantren. hambatan tersebut berupa (1) Pembukuan
keuangan pondok pesantern, (2) Pembukuan Unit keuangan pada organisasi santri (3) Pembukuan
keuangan bisnis yang dikelola oleh pondok pesantren. Adapun peran Fintech dapat menggantikan
peran pengelolaan keuangan secara manual, adapun peran fintech pada isntitusi pesantern sebagai
berikut: (1) memudahkan pesantren dalam melihat arus dan perputaran kas pesantern, terutama pada
usaha yang dikelola oleh pondok pesantern. (2) memudahkan pihak pesantern dalam mengambil
kebijkan pada pengelolaan keuangan pesantern. (3) sebagai langkah efektif dan efesien dan
pemanfaatan kas dan modal usaha pada pondok pesantren.
Penjualan dan pemasaran produk secara konvensional seperti beriklan dimedia massa (koran,
tabloit atau majalah) atau media elektronik (televisi dan radio) bahkan dengan website memerlukan
biaya yang tidak sedikit, umumnya media tersebut kurang diminati oleh beberapa pelaku usaha,
temasuk bisnis yang dikelola oleh pondok pesantern, kehadiran media sosial selain sebagai media
komunikasi, juga dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan, menjual serta memasarkan produk,
berikut peranan media sosial pada usaha yang dijalankan oleh pondok pesantern, (1) Menekan biaya
promosi dan pemasaran yang sangat tinggi (2) Sebagai media penjualan dan pemasaran, (3) Sebagai
media komunikasi efektif pada aktivitas bisnis.
Berikut integrasi social media dan fintech dalam bisnis:

Gambar 1
Integration of social media and fintech relations in business

decision making
to maintain business resilience

Fintech
For transaction recording,
financial statement analysis

Social Media
for market
mapping
product
innovation

Gambar di atas menunjukkan peran pemanfaatan social media mampu meningkatkan


pemanfaatan fintech dalam berbagai kegiatan usaha. Tanda panah yang mengarah ke social media
menunjukkan rendahnya penggunaan social media sebagai marketing digital usaha yang akan berefek
kepada rendahnya pula penggunaan fintech. Adapun tanda panah yang mengarah ke fintech
menunjukkan bahwa tingginya penggunaan social media akan meningkatkan penggunaan fintech
dalam aktivitas usaha. Tinggi rendahnya pemanfaatan sosial media tentunya juga akan mempengaruhi
tujuan dari pemanfaatan media sosial yang berefek kepada rendahnya pula manfaat dari penggunaan
fintech. Pemanfaatan kedua komponen tersebut tentunya bertujuan untuk memudahkan pelaku usaha
dalam menjaga eksistensi dan keberlangsungan usaha yang bertujuan untuk menjaga ketahanan
bisnis. Dalam konsep yang ditawarkan ini kemudian dapat berkontribusi langsung pada tujuan dari
SDGs di 5.0 era.
Analisis Integrasi Pemanfaatan Fintech dan Media Sosial pada Pondok Pesantren untuk mencapai
pembangunan yang berkelanjutan pada era society 5.0

Hasil penelitian tentang optimalisasi integrasi pemanfaatan fintech dan media sosial pada
pondok pesantren untuk mencapai keberlagsungan usaha dalam mengahadapi era society 5.0.
menunjukkan bahwa hubungan integrasi pemanfaatan fintech dan media sosial sangat bergantung
pada optimalisasi pemanfaatan keduanya.
Hal ini memberikan indikasi bahwa optimalisasi pemanfaatan media sosial pada aspek
pemetaan pasar, dengan tujuan untuk melihat trend permintaan pasar berimplikasi pada strategi bisnis
pondok pesantren dalam menyusun dan mengembangkan produk. Hal ini kemudian diintegrasikan
pada pemanfaan fintech sebagai media evaluasi, pengambilan keputusan, pengembangan dan
investasi dana pada pengembangan usaha. Pemanfaatan media sosial juga dioptimalkan untuk
sebagai sumber informasi dalam menyusun strategi resiliensi untuk membangun dan mempertahankan
jejaring bisnis.

Conclusion
Penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk pemanfaatan teknologi keuangan dan sosial media
pada beberapa pondok pesantren di Sulawesi Tengah yang mampu memberikan kontribusi kepada
pencapaian SDGs di era Society 5.0.
Adapun faktor pendorong pemanfaatan fintech dan media sosial pada bisnis pondok pesantren
teridiri dari faktor internal berupa kesadaran institusi pesantren akan pentingnya keberlangsungan
aktivitas bisnis serta visi kemandirian yang ada pada pesantren kemudian faktor ekternal berupa
Pandemi Covid-19, pertumbuhan pasar, perilaku pasar digital, pertumbuhan pasar digital, dan hala
customer behaviour.
optimalisasi integrasi pemanfaatan fintech dan media sosial pada pondok pesantren untuk
mencapai keberlagsungan usaha dalam mengahadapi era society 5.0. menunjukkan bahwa hubungan
integrasi pemanfaatan fintech dan media sosial sangat bergantung pada optimalisasi pemanfaatan
keduanya.

Acknowledgment
Akhirnya, penelitian ini telah diselesaikan tepat pada waktunya. Pada bagian ini penulis
mengucapkan terima kasih kapada pimpinan pondok pesantren Alkhairaat Kota Palu Ali al Djufrie,
pimpinan pondok pesantren Madinatul Ilmi Dolo Kota Palu Mufidah al Djufrieyang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian pada Lembaga pondok pesantren yang
mereka bina. Selain itu, juga kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi pada penelitian ini, yang
tidak penulis sebutkan Namanya, karena keterbatasan pada artikel ini.
References
Abbas, J., Mahmood, S., Raza, M. A., Ali, G., Aman, J., Bano, S., & Nurunnabi, M. (2019). The Effects
of Corporate Social Responsibility Practices and Environmental Factors Through a Moderating
Role of Social Media Marketing on Sustainable Performance of Business Firms. Sustainability
(Switzerland), 11(12).
Al-Okaily, M., Al-Natour, A. R., Shihan, F., Al-Dmour, F., Alghazzawi, R., & Alsharairi, M. (2021).
Sustainable FinTech Innovation Orientation: A Moderated Model. Sustainability, 13(24).
Alkhairaat. (2020). Dua Pesantren Alkhairaat Terima Bantuan Unit Usaha Dari Bank Indonesia.
Armanios, F., & Ergene, B. (2018). Halal Food; a History. United States of America: Oxford University
Press.
Atsushi Deguchi, Chiaki Hirai, Hideyuki Matsuoka, T. N., & Kohei Oshima, Mitsuharu Tai, and S. T.
(2020). Society 5.0.
Bughin, J., Chui, M., & Miller, A. (2018). Using Social Media For Competitive Business Outcomes: An
Empirical Study Of Companies In China. Journal of Advances in Management Research , 15(2),
211–235.
Franco-Riquelme, J. N., & Rubalcaba, L. (2021). Innovation and sdgs through social media analysis:
Messages from fintech firms. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity ,
7(3). https://doi.org/10.3390/joitmc7030165
Fukuyama, M. (2018). Society 5.0: Aiming for a New Human-centered Society. Japan SPOTLIGHT,
(August), 8–13.
Garcia-Morales, V. J., Martin-Rojas, R., & Lardon-Lopez, M. E. (2017). Influence of Social Media
Technologies Oo Organizational Performance Through Knowledge and Innovation. Baltic Journal
of Management, 13(3), 345–367.
Giglio, F. (2022). Fintech: A Literature Review. International Business Research, 15(1), 80–85.
Hinson, R., Lensink, R., & Mueller, A. (2019). Transforming agribusiness in developing countries: SDGs
and the role of FinTech. Current Opinion in Environmental Sustainability , 41, 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.cosust.2019.07.002
Hoang, T. G., Nguyen, G. N. T., & Le, D. A. (2021). Developments in Financial Technologies for
Achieving the Sustainable Development Goals (SDGs) . (June), 1–19. https://doi.org/10.4018/978-
1-7998-8900-7.ch001
info pesantren. (2021). 15+ Pondok Pesantren Terbaik di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang Menjadi
Pilihan.
Khalid, M. M., Yakoob, M. A. Z., & et.al. (2016). Risk Analysis in the Halal Food Industry: An
Exploratory Study. In M. Ab. Manan, Siti Khadihah; Abd. Rahman, Fadilah; Sahri (Ed.),
Contemporary Issues and Development in the Global Halal Industry (pp. 67–79). Singapore:
Springer Science+Business Media Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-10-1452-9_44
Khoa, B. T. (2020). The Antecedents of Relationship Marketing and Customer Loyalty: a Case of the
Designed Fashion Product. Journal of Asian Finance, Economics and Business , 7(2), 195–204.
Kumari, A., & Devi, N. C. (2022). The Impact of Fintech and Blockchain Technologies on Banking and
Financial Services. Technology Innovation Management Review, 12(1).
Lee, I., & Shin, Y. J. (2018). Fintech: Ecosystem, Business Models, Investment Decisions, and
Challenges. Business Horizons, 6(1), 35–46.
Leong, K., & Sung, A. (2018). FinTech (Financial Technology): What is It and How to Use Technologies
to Create Business Value in FinTech Way? International Journal of Innovation, Management and
Technology, 9(2), 74–78.
Mahfud, M., & Hairit, A. (2016). Pondok Pesantren Masa Depan (Studi Pola Manajemen PP. Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan). Fikratuna, 4(2).
Mohd Noor, M. A., Rizki Moi, M., & Abdul Kader, R. (2016). The Efficiency of Halal Processed Food
Industry in Malaysia. Global Journal Al-Thaqafah, 6(1), 37–46.
https://doi.org/10.7187/gjat10120160601
Mulyani, E. L., Rinandiyana, L. R., & Nurfahmi, A. (2018). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam
Rangka Pengembangan SDM yang Unggul dan Berkualitas pada SMP IT Daarussalaam
Tasikmalaya. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 1(1), 115–123.
Obsohonka, M., Fisch, C., & Boyd, R. (2017). Using Digital Footprints in Entrepreneurship Research: A
Twitter-Based Personality Analysis of Superstar Entrepreneurs and Managers. J. Bus. Ventur.
Insights, 8, 13–23.
Owens, J. (2013). Offering Digital Financial Services to Promote Financial Inclusion: Lessons We
Learned. Innovations: Technology, Governance, Globalization , 8(1), 271–282.
Puspaningrum, A. (2020). Social Media Marketing and Brand Loyalty: The Role of Brand Trust. Journal
of Asian Finance, Economics and Business, 7(12), 951–958.
Rana, N. P., Barnard, D. J., Baabdullah, A. M. A., & Rees, D. (2019). Exploring Barriers of M-
Commerce Adoption in SMEs in the UK: Developing a Framework using ISM. International
Journal of Information Management, 44, 141–153.
Rosmala, T., Nursyamsu, N., & Haekal, A. (2019). Pengelolaan Dana Wakaf oleh Alkhairaatdi Kota
Palu. 1(1).
Schueffel, P. (2016). Taming the Beast: A Scientific Definition of Fintech. Journal of Innovation
Management, 4(4), 32–54.
Shahidan, N. H., Latiff, A. S. A., & Wahab, S. A. (2021). Moving Towards Society 5.0: A Bibliometric
and Visualization Analysis. International Conference on Society 5.0 .
Shikoh, R., Riaz, M. N., & Chaudry, M. M. (2019). Global Halal Economy. In M. N. Riaz & M. M.
Chaudry (Eds.), Handbook of Halal Food Production. Boca Raton: CRC Press.
Sullivan, Y. E., & Koh, C. E. (2017). Social Media Enablers and Inhibitors: Understanding their
Relationships in a Social Networking Site Contex. International Journal of Information
Managemen, 49, 170–189.
Tarsakoo, P., & Charoensukmongkol, P. (2020). Dimensions of Social Media Marketing Capabilities
and Their Contribution to Business Performance of Firms in Thailand. Journal of Asia Business
Studies, 14(4), 441–461.
Widyawantoro, Sigid; Arsyad, Rafika; Fathoni, M. (2019). Halal Food Industry in Southeast Asia’s
Muslim Majority Countries; A Reference for Non Muslim Countries. Intellectual Discourse,
27(Special Issue), 767–781.
Zeingin, Y., Naktiyok, S., Kaygin, E., Kavak, O., & Toplcuoglu, E. (2021). An Investigation upon Industry
4.0 and Society 5.0 within the Context of Sustainable Development Goals. Sustainability, 13(5).

You might also like