You are on page 1of 339

PERAN BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DAN PEREMPUAN (BKBPMP) DALAM MENANGANI


PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN PADARINCANG KABUPATEN
SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Nita Soraya Laelatuduja

NIM : 6661111641

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TAHUN 2015
ABSTRACT
Nita Soraya Laelatuduja. NIM. 6661111641. 2015. Script. The Role Of Family
Planning, Woman and Society Empowerment Board (BKBPMP) In Addressing
Early Marriage in the District of Serang District Padarincang. Public
Administration Department, Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng
Tirtayasa University. Advisor I: Drs. Hasuri Waseh, SE, M.Si, Advisor II:
Kandung Sapto Nugroho, S. Sos, M.Si.

Keywords: Role, BKBPMP, Early Marriage

The research is motivated by the role of Family Planning, Woman and Society
Empowerment Board (BKBPMP) Serang who has not optimal, the research used
grounded theory of Biddle & Thomas in Sarwono (2008: 216). The research used
qualitative approach. The informants in this research are the Head of BKBPMP
Serang regency, Division Head of IKAP , Division Head of KR, Head of Kadu
Beureum Village, Head of Social Welfare Kadu Bereum, Community Leaders, The
Parents (Mothers), prince and Youth spouses of fertile age (EFA ) according wife
age <20 years. Analysis of the data in this study used a model from Prasetya
Irawan. The results showed that as well BKBPMP coordinating role within the
structure of the administration and coordination directly to the public. But in fact,
the role of Family Planning, Woman and Society Empowerment Board
(BKBPMP) Serang not running optimally. Recommendations can be given,
BKBPMP can improve further dissemination and outreach to the community or
village and gives understanding to the community, especially about the
socialization of the Marriage Law and reproductive health issues for early
childhood. So the role of Family Planning, Woman and Society Empowerment
Board (BKBPMP) may be optimized as expected by the BKBPMP and especially
expected by society.
ABSTRAK
Nita Soraya Laelatuduja. NIM. 6661111641. 2015. Skripsi. Peran Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan
(BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan Padarincang
Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen
Pembimbing I: Drs. Hasuri Waseh, SE, M.Si, Dosen Pembimbing II:
Kandung Sapto Nugroho, S. Sos, M.Si.

Kata Kunci: Peran, BKBPMP, Pernikahan Dini

Penelitian dilatarbelakangi oleh Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan


Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang yang belum berjalan
secara optimal, penelitian ini berpijak kepada teori Peran Biddle & Thomas dalam
Sarwono (2008:216). Informan dalam penelitian ini adalah Kepala BKBPMP
Kabupaten Serang, Kepala Sub Bidang IKAP, Kepala Sub Bidang KR, Kepala
Desa Kadu Beureum, Kasi Kesos Kadu Beureum, Tokoh Masyarakat, Para Orang
tua (Ibu-ibu), Penghulu dan Remaja Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur
istri <20 Tahun. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Prasetya
Irawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagaimana peran BKBPMP baik
koordinasi dalam lingkup tatanan pemerintahan maupun koordinasi langsung ke
masyarakat. Namun dalam kenyataannya, peran Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang belum
berjalan dengan optimal. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu, pihak
BKBPMP dapat meningkatkan lagi kegiatan sosialisasi dan atau penyuluhan
kepada masyarakat di Desa dan memberikan pemahaman kepada masyarakat,
terutama mengenai sosialisasi Undang-undang Perkawinan dan masalah
Kesehatan Reproduksi untuk anak usia dini. Sehingga peran Badan Keluarga
Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dapat berjalan
secara optimal sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak BKBPMP dan terutama
yang diharapkan oleh masyarakat.
Jika tidur dapat memberi mimpi,
maka bangun adalah cara mewujudkannya ...

“Get Up In The Morning


With Enthuasiasm And
Sleep With Satisfaction”

Tidak ada jalan yang mudah menuju keberhasilan, tidak


mungkin datang dengan begitu saja, tetapi mereka yang
ingin berjuang mendapatkannya, kemudian berikhtiar dan
bekerja keraslah kuncinya...
Langkah kaki ini lelah menelusuri setiap jalan, mata ini
terkantuk-kantuk menatap layar monitor tanpa mengenal
waktu, siang dijadikan malam dan malam dijadikan
siang...
Pikiran bercabang dan hati ini terkadang kesal, resah,
merasa putus asa dikala setiap revisi menghantui, namun
karena mereka lah “Kedua Orang tuaku” penyemangat
dalam menyandang gelar S. Sos ku...

Terima Kasih Mah, Piw



KATA PENGANTAR

Dengan rasa haru peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

sumber suara-suara hati, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran,

sumber segala kesuksesan, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan

cinta-Nya. Berkat hidayah, taufiq dan inayah-Nya, akhirnya skripsi ini dapat

penulis selesaikan dengan baik meskipun tidak sempurna, karena kesempurnaan

hanya milik sang Pencipta. Tak lupa shalawat dan salam semoga terlimpah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga berserta sahabatnya.

Hasil penelitian yang dinamakan “SKRIPSI” ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Peran Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

Dalam Menangani Proses Pernikahan Dini Di Kabupaten Serang Studi Kasus Di

Kecamatan Padarincang”

Pekerjaan akhir akademik yang relatif sulit dan melelahkan ini hampir

mustahil untuk dirampungkan tanpa ada dorongan dan bantuan dari berbagai

pihak. Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa selama penelitian

dan penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bantuan baik moril

maupun materiil dari berbagai pihak.


Maka dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sekaligus Pembimbing II

skripsi, terima kasih atas bimbingan, masukan kritik dan sarannya kepada

peneliti.

4. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Yth. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Jurusan Program Studi

Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Yth. Bapak Drs. Hasuri Waseh, SE., M.Si., Pembimbing I skripsi, terima

kasih untuk nasihat dan motivasinya kepada peneliti, semoga menjadi modal

awal menuju kesuksesan.

7. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing MPA peneliti,

mengucapkan terima kasih atas nasihat, pelajaran dan bimbingan dalam

menyusun sebuah penelitian.

8. Yth. Ibu Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., Dosen yang selalu memberi support

serta masukan-masukannya kepada para mahasiswa dan tidak memandang


baik mahasiswa bimbingannya ataupun bukan beliau selalu memberi

bimbingan yang setara kepada mahasiswanya.

9. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga ilmu yang telah disampaikan

dapat bermanfaat.

10. Para Staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas

segala sumbangsihnya.

11. Pengelola Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas segala

fasilitas yang telah diberikan kepada peneliti.

12. Dukungan dan motivasi terbesar tentulah dari keluarga tercinta peneliti,

Ayahandaku “pipiw” yang selalu memberi dorongan agar peneliti segera

menyelesaikan skripsi ini, yang senantiasa berdo’a untuk kesuksesan sang

peneliti, baik membantu dalam hal segala apapun, yang selalu mengingatkan

agar tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu, mengaji, serta berusaha,

berdo’a dan ikhtiar kepada Allah SWT. Untuk Ibundaku “mamah” terima

kasih untuk segala nasihat-nasihat, arahan dan dorongan agar tetap fokus

dalam mengerjakan skripsi ini yang tak luput juga mamah selalu

mendo’akan yang terbaik untuk teteh agar segera menyelesaikan study S1

dengan tepat waktu. Kepada adik-adikku tersayang Nadila Amalia “teteh

dila”, Muhammad Haidar Muslim “aa hedar” dan Muhammad Risqy

Anugrah “dede iki” terima kasih untuk selalu memberi dukungan apapun

yang teteh lakukan asalkan yang terbaik untuk teteh dan keluarga. Karena

mereka lah penulis semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.


13. Yth. Bapak Drs. Oyon Suryono, MM., Kepala Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

14. Yth. Bapak Asep Rahmat, SE., M.Si., Alm., Kasubid Kesehatan Reproduksi

(KR) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang. Yang senantiasa membimbing,

memberi ilmu pengetahuan selama peneliti menyusun penelitian ini dengan

penuh rasa ketulusan hati beliau, peneliti ucapkan terima kasih banyak telah

membantu dalam pencarian data skripsi ini, namun seiring berjalannya

waktu beliau telah dipanggil terlebih dahulu oleh sang kuasa pada bulan

februari tahun 2015, belum sempat peneliti ucapkan terima kasih yang tak

terhingga ini sebab tanpa beliau mungkin akan sulit mendapatkan hasil

penelitian yang akan penulis susun. Semoga Allah memberi tempat yang

paling indah disisi-Nya. Ammiinn Yaa Rabbal’alamin.

15. Yth. Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos., Kasubid Informasi Analisa Program

(IKAP) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

16. Yth. Ibu Kokom, Staf Umum Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, yang senantiasa

mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di BKBPMP Kabupaten

Serang.

17. Yth. Bapak Drs. Ajat Sudrajat, M.Si., selaku Camat Kecamatan

Padarincang.

18. Yth. Bapak Taufik, S.Pd., M.Si., selaku Sekretaris Kecamatan Padarincang.
19. Yth. Ibu E. Junariyah, S.AP., selaku Kepala Seksi Tata Pemerintahan.

20. Yth. Bapak Entis Sutisna, S.AP,. selaku Staf / Operator Kasi Pemerintahan.

21. Yth. Bapak Asep Sopan Paridi, selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial.

22. Yth. Bapak Drs. H. A. Farid, M.Si., selaku Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan Padarincang sekaligus Penghulu.

23. Yth. Bapak Hidayat, S.Pdi., selaku Penghulu di Kecamatan Padaricang.

24. Yth. Bapak Umar Fauzi, S.Hi., selaku Penghulu di Kecamatan Padarincang.

25. Yth. Bapak Drs. Auful Mujtaba, M.Si., Ketua Badan Penasihatan,

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kecamatan Padarincang.

26. Yth. Bapak H. Dudung Mudrik, Kepala Desa Kadu Bereum.

27. Yth. Bapak H. Rahmat, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Desa Kadu

Bereum.

28. Mahasiswa ANE Non Reguler dan ANE Reguler angkatan tahun 2011,

terima kasih untuk saling berbagi cerita mengenai perkuliahan, saling

mensupport untuk segera menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

29. Teman-teman tercinta kelas D, hasanahtun, cikita, wida, nisa, teh amel, indri

dp, jelita, amelia, mayang, jaka, ardi, ervin, oki, nendi yang sama-sama

sedang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir mata perkuliahan, saling

mensupport, memberi masukan-masukan dan nasihat serta saling berbagi

cerita selama kurang lebih beberapa tahun ini. Untuk Ida Komala terima

kasih atas bantuan sumbang pemikirannya dan selalu memberikan support

kepada penulis, dari awal semseter 1-8 Alhamdulillah selalu dikasih bareng-

bareng terus dalam perkuliahan. Dan untuk Reni Indriyani (neng) terima
kasih yang selalu menemani bolak-balik kampus, perpustakaan, penelitian,

dan bimbingan skripsi, saling memberi nasihat dan mensupport satu sama

lain. Dan untuk Randi Apriandi (om ran), terima kasih banyak yang selalu

mau direpotkan oleh penulis, menemani bolak-balik tempat penelitian, yang

saling memberi support satu sama lain dan memberi nasihat.

30. Sahabat-sahabatku tercinta, Maicy yang sedang melanjutkan study S1

Kebidanannya semoga segera menyelesaikan tugas akhirnya, Hadijah

lulusan D3 Kebidanan yang sedang bekerja merantau dikota orang semoga

sukses dengan pekerjaan Bidan yang tanpa pamrih, untuk mamihku Diny

Ayu Febiola yang sedang melanjutkan S1 Teknik Kimianya di Surabaya

lulusan D3 UNPAD semoga segera menyelesaikan study S1 nya dan segera

kembali pulang ke kota Serang-Banten. Terima kasih untuk support-support

kalian yang tiada hentinya agar peneliti segera menyelesaikan tugas

akhirnya ini dengan penuh semangat tanpa mengeluh dan putus asa, semoga

kita bersama-sama maju dengan kesuksesan yang kita tempuh selama ini. I

miss You untuk kalian.

31. Untuk yang berinisial “DR” terima kasih untuk beberapa tahun ini selalu

menemani dikala suka dan duka, mensupport peneliti agar tidak mudah

mengeluh, selalu memberi nasihat dan wejangan-wejangan yang sangat luar

biasa yang dapat menjadikan diri peneliti menjadi dewasa, tidak manja, dan

mampu mengontrol emosi. Terima kasih untuk selalu sabar menghadapi

sikap peneliti yang keras kepala dan manja semoga tidak akan pernah lelah

untuk selalu menasihati yang baik-baik, terima kasih selalu membagi ilmu
yang dimiliki kepada peneliti. Semoga segera menyandang gelar Sarjana

Teknik, sukses selalu dan diberi perlindungan oleh Allah SWT.

32. Untuk calon partner hidup di masa depan (Insyaa Allah), terima kasih telah

hadir di sela-sela waktu yang singkat ini. Selalu mensupport agar segera

menyelesaikan skripsi ini, mengerti akan kesibukan penulis serta selalu

memberikan canda dan tawanya kepada penulis, sehingga penulis tidak

merasa bosan dalam mengerjakan kewajiban untuk segera menyandang

gelar sarjananya. Meskipun perkenalan ini singkat, semoga Allah

memberikan suatu alasan yang bermakna untuk kita, dan semoga ini yang

terbaik Aamiin Yaa Rabbal’alamin. (Thanks to A. RJA).

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat

kekurang sempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat berharap adanya

saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini

lebih lanjut.

Serang, Juni 2015

Peneliti
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................... 17
1.3 Batasan Masalah .......................................................... 18
1.4 Rumusan Masalah ........................................................ 19
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................... 19
1.6 Manfaat Penelitian ....................................................... 19
1.7 Sistematika Penulisan .................................................. 20

BAB II DESKRIPSI TEORI PENELITIAN


2.1 Deskripsi Teori ............................................................. 25
2.1.1 Definisi Peran ................................................... 25
2.1.2 Definisi Pernikahan ............................................ 31
2.1.3 Definisi Pernikahan Dini .................................... 34
2.1.3.1 Akibat Pernikahan Dini ..................................... 36
2.1.3.2 Resiko Kehamilan Usia Dini ............................. 38
2.1.4 Definisi Keluarga ............................................... 39
2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................... 43
2.3 Kerangka Berfikir .......................................................... 46
2.4 Asumsi Dasar ................................................................. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ......................................................... 50
3.2 Fokus Penelitian ............................................................ 51
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................... 51
3.4 Instrument Penelitian ........................................................ 52
3.5 Informan Penelitian ....................................................... 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................ 56
3.6.1 Metode Observasi .............................................. 58
3.6.2 Wawancara ......................................................... 60
3.6.2.1 Pedoman Wawancara ......................................... 62
3.6.3 Studi Kepustakaan .............................................. 66
3.6.4 Studi Dokumentasi ............................................. 67
3.7 Teknik Analisis Data ...................................................... 68
3.7.1 Pengumpulan Data Mentah ................................. 69
3.7.2 Transkip Data ...................................................... 69
3.7.3 Pembuatan Koding .............................................. 70
3.7.4 Kategorisasi Data ................................................ 70
3.7.5 Penyimpulan Sementara ...................................... 70
3.7.6 Triangulasi .......................................................... 70
3.7.7 Penyimpulan Akhir ............................................. 71
3.8 Uji Keabsahan Data ........................................................ 71
3.9 Jadwal Penelitian ............................................................ 72

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................. 73
4.1.1 Gambaran Umum BKBPMP .............................. 73
4.1.1.1 Tupoksi BKBPMP .............................................. 76
4.1.1.2 Susunan Organisasi BKBPMP ............................ 77
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Padarincang ......... 79
4.1.3 Gambaran Umum KUA ....................................... 84
4.1.3.1 Data Pegawai KUA ............................................. 86
4.1.3.2 Tupoksi KUA ...................................................... 87
4.2 Deskripsi Data ................................................................. 88
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .................................... 88
4.2.2 Informan Penelitian ............................................. 93
4.3 Hasil Penelitian ............................................................... 97
4.3.1 Peran BKBPMP .................................................. 97
4.4 Pembahasan ................................................................... 123

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 132
5.2 Saran ............................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 (Tingkat Pernikahan Di bawah Usia 20 Tahun di Kabupaten Serang) ....... 8

Tabel 1.2 Tingkat Pernikahan Dini di Kabupaten Serang Tahun. 2013 ...................... 10

Gambar 1.3 Perbedaan Fungsi Reproduksi Perempuan & Laki-laki .......................... 13

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .................................................................................... 47

Tabel 3.1 Koding Informan .......................................................................................... 56

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ................................................................................... 62

Gambar 3.3 Proses Analisis Data ................................................................................. 69

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 72

Tabel 4.1 Susunan Organisasi BKBPMP Kabupaten Serang ........................................ 77

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Pegawai BKBPMP ........................................................ 78

Tabel 4.3 Struktur Organisasi ....................................................................................... 81

Tabel 4.4 Data Pegawai KUA Kecamatan Padarincang ............................................... 86

Tabel 4.5 Transkip Matriks Triangulasi ........................................................................ 91

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Indikator Harapan (Expectation) ........................................ 124

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Indikator Norma (Norm) .................................................... 126

Tabel 4.8 Hasil Penelitian Indikator Wujud Perilaku (Performance) .......................... 128

Tabel 4.9 Hasil Penelitian Indikator Penilaian dan Sanksi .......................................... 130
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kartu Bimbingan Skripsi


Lampiran Daftar Hadir Seminar Proposal
Lampiran Daftar Hadir Sidang Skripsi
Lampiran Surat Izin Penelitian
Lampiran Struktur Organisasi BKBPMP Kabupaten Serang

Lampiran Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kabupaten Tahun 2013

Lampiran TUPOKSI bidang IKAP dan KK, bidang KB dan KR

Lampiran Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975

Lampiran Data Pegawai KUA Kecamatan Padarincang

Lampiran BP.4 Kecamatan Padarincang Tahun 2013

Lampiran Gambaran Umum Kecamatan Padarincang

Lampiran Transkip Data dan Koding

Lampiran Pedoman Wawancara

Lampiran Catatan Lapangan

Lampiran Kategorisasi Data

Lampiran Member Check

Lampiran Surat Pernyataan

Lampiran Dokumentasi

Lampiran Riwayat Hidup


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan manusia menyangkut pembangunan karakter dan pola pikir

manusia, sejatinya merupakan sasaran dari pembangunan daerah yang merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional. Pada dasarnya adalah upaya

perubahan dalam berbagai bidang dan sektor kehidupan masyarakat menuju

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan

ekonomi, diversifikasi kegiatan sosial-ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, pola pikir kearah yang modernisasi akan tetapi untuk memenuhi hal ini,

diperlukan perencanaan yang matang, tepat, dan dapat dipercaya dengan

menggunakan berbagai metode dan prosedur yang dapat dipertanggung-jawabkan,

baik dalam aspek legal-formal maupun menjawab tantangan dan permasalahan

pembangunan sekaligus akademik.

Pembangunan saat ini menjadi isu strategis yang sangat gencar

diperbincangkan oleh negara-negara di dunia terutama negara-negara

berkembang. Pembangunan menuntut suatu negara untuk bekerja keras agar dapat

mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki, sehingga mendatangkan

kesejahteraan bagi warga negaranya. Agar pembangunan yang berkelanjutan

terwujud dibutuhkan langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan. Salah

satunya melalui program pemberdayaan masyarakat.

1
2

Pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat dengan

berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk

meningkatkan kapasitas diri masyarakat dalam menentukan masa depan mereka.

Program pemberdayaan masyarakat yang direncanakan oleh pemerintah maupun

LSM tidak selalu berjalan mulus, seringkali mengalami permasalahan terutama

dalam program pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat, namun pemerintah

tetap menjalankan program tersebut guna untuk mensejahterakan masyarakat.

Proses perencanaan dilakukan untuk menghasilkan berbagai dokumen

rencana pembangunan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka

panjang. Implementasi desentralisasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-

undang RI 32 Tahun 2004, dengan menuntut adanya proses perencanaan

pembangunan yang lebih bersifat partisipatif.

Dalam peraturan dan perundangan baru, penyusunan rencana dikehendaki

memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up

dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan

memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan, dan

akuntabel. Konsisten dengan rencana lainnya yang relevan dan juga kepemilikan

rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan.

Keterlibatan stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan

keputusan perencanaan menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang

disusun mendapatkan dukungan optimal bagi implementasinya. Renstra SKPD

atau Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen
3

perencanaan resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan

SKPD dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(Sumber: http://bkbpmp.serangkab.go.id).

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) Kabupaten Serang, tentunya berkewajiban menyusun Renstra

atau Rencana Strategis Perkembangan Kelembagaan BKBPMP Kabupaten Serang

pada tahun 1972 s/d tahun 2003. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Kabupaten Serang yang terbentuk sejak tahun 1972, merupakan

lembaga vertikal Non Departemen yang menangani tentang Kependudukan dan

Keluarga Berencana diwilayah Kabupaten Serang, dan bertanggung jawab

langsung secara vertikal kepada Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Pusat.

Pada tahun 2003 s/d tahun 2008 sesuai dengan perkembangan di

Pemerintahan Pusat maupun Daerah Kabupaten Serang, SDM/Personel serta aset-

aset Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten

Serang pada tahun 2003 diserahkan ke daerah berdasarkan Kepress Nomor 103

Tahun 2001. Dan pada periode 2001 s/d 2003 adalah merupakan periode

peralihan, belum ada nomenklatur yang jelas. Dan baru pada tahun 2003, keluar

Perda Kabupaten Serang Nomor 17 Tahun 2003, tanggal 05 Desember 2003

tentang pembentukkan Badan Koordinasi Pembangunan Keluarga Sejahtera

(BKPKS) Kabupaten Serang.


4

Pada tahun 2008 dengan masuknya bidang Pemberdayaan Perempuan

nomenklatur, Badan Koordinasi Pembangunan Keluarga Sejahtera (BKPKS)

Kabupaten Serang berubah menjadi Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Serang. Berdasarkan pada Perda

Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pembentukkan lembaga tekhnis

daerah tanggal 11 Desember 2008, dan Perbup Kabupaten Serang Nomor 37

Tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan Fungsi BKBPP Kabupaten Serang tanggal

18 Desember 2008. Dan pada tahun 2012 hingga sekarang, dengan masuknya

Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten

Serang, berubah nomenklaturnya menjadi Badan Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

Berdasarkan pada Perda Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011,

tentang pembentukkan lembaga tekhnis daerah, tanggal 07 Desember 2011 dan

Perbup Kabupaten Serang Nomor 21 Tahun 2012, tentang Tugas Pokok dan

Fungsi BKBPMP Kabupaten Serang, dan nomenklatur BKBPMP Kabupaten

Serang masih tetap hingga sekarang.

Suatu organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sangat

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya dan sarana prasarana

pendukung. Sumber daya manusia dan perlengkapan tersebut merupakan elemen

dalam menggerakkan roda organisasi, sekaligus sebagai faktor internal yang

berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi. Sesuai dengan Peraturan Bupati

Serang Nomor: 21 Tahun 2012, tentang tugas pokok dan fungsi Badan Keluarga
5

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten

Serang mempunyai tugas pokok yaitu, merencanakan, mengatur, melaksanakan

dan mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan.

Publikasi “Profil BKBPMP Kabupaten Serang Tahun 2013-2014” berisi

tentang Data Kesekretariatan, diantaranya ialah Bidang Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi (KB dan KR), Bidang Pemberdayaan Masyarakat (PM),

Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM), Bidang Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) serta Bidang Informasi Analisa

Program dan Ketahanan Keluarga (IKAP dan KK). Data yang dikumpulkan

berasal dari semua bidang yang ada dilingkungan BKBPMP Kabupaten Serang.

(Sumber: Bab Pendahuluan Profil BKBPMP Kabupaten Serang).

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) yang sangat vital dan penting kepada masyarakat terkait

dengan salah satu tugas dan fungsinya, dalam pemberdayaan masyarakat dan

perempuan adalah memberi pengarahan atau mensosialisasikan bagaimana

mencegah pernikahan dini, yang pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari

fenomena sosial seperti melangsungkan pernikahan di usia dini semakin marak

dilakukan. Fenomena sosial ini berkembang sejatinya karena berbagai banyak

faktor, diantaranya adalah karena faktor lingkungan, tuntutan biologis, psikologis,

budaya yang dianut oleh sebagian masyarakat kita.

Permasalahan ini sudah tidak dipermasalahkan lagi di era globalisasi, saat

ini remaja sudah banyak yang melakukan pernikahan di usia dini. Akan tetapi,
6

bagi siapa saja yang ingin melangsungkan pernikahan dini seharusnya berfikir

matang serta berfikir secara baik dan buruknya sebelum mengambil keputusan

untuk menikah di usia dini. Karena kehidupan setelah menikah akan banyak

tuntutan hidup dan tantangan hidup yang lebih berat lagi, hal ini sangat

dibutuhkan kedewasaan dan kematangan emosional yang sangat tinggi, serta

mampu hidup mandiri baik secara ekonomi. Membangun keluarga dalam

pernikahan akan ada tanggung jawab yang sangat besar dalam hal menafkahi istri,

anak dan serta membesarkan anak-anaknya serta memenuhi kebutuhan sehari-

hari.

Pada umumnya remaja yang menikah di usia dini, pasti tidak dapat

menikmati bangku pendidikan dan menikmati masa-masa remaja mereka.

Kebanyakan remaja yang melakukan pernikahan dini adalah remaja-remaja yang

masih duduk di bangku sekolah tetapi sudah mencoba hubungan seks di luar nikah

dan akhirnya hamil di luar nikah, sehingga mereka memutuskan untuk berhenti

sekolah dan melanjutkan ke pernikahan. Istilah lainnya di Negara Indonesia

pernikahan ini disebut dengan, “Married by Accident” (MBA) yaitu secara

gamblang dapat diartikan secara “kasar” MBA adalah menikah karena

“kecelakaan” / tidak sengaja. Kasus MBA ini memang bisa terjadi pada siapa saja,

tetapi biasanya kasus ini banyak terjadi pada usia remaja. Banyak faktor yang

mendorong/mendukung sehingga dapat terjadinya “Married by Accident” ini.

Salah satu faktornya adalah pergaulan bebas, pergaulan bebas yang

merebak dikalangan remaja ini bisa dibilang sebagai faktor utama MBA. Sifat

khas pada usia remaja yaitu, ingin mencoba hal baru dengan rasa penasarannya
7

sehingga merebaknya pergaulan bebas. Sedangkan dari segi pendidikan agama

dan moralnya yang kurang dari orang tua. Dalam beberapa budaya, pernikahan

dini bukanlah masalah karena sudah menjadi kebiasaan. Namun, dalam konsep

kekinian, pernikahan dini akan membawa masalah psikologis yang besar

dikemudian hari dan pernikahan dini bertentangan dalam Undang-undang

Perkawinan, yakni Pasal 7 Ayat 1 Tahun 1974.

Kehidupan mereka yang menikah di usia muda ini tidak jarang terjadi

ketegangan antara suami-istri, seperti tidak terkendalinya emosi yang di

latarbelakangi kekurangsiapan mental dari pasangan usia muda tersebut. Yang

pada akhirnya dapat menimbulkan tekanan sosial maupun ekonomi dalam rumah

tangga. Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, tidaklah harus selalu

mengambil langkah yang dianggap mudah untuk menjalin kasih dengan pasangan

melalui pernikahan dalam usia yang dini, semua itu harus melewati proses yang

panjang dan harus ada kesiapan dari masing-masing pihak, karena jika tidak,

pernikahan yang akan dilakukan hanya akan menjadi pernikahan yang sia-sia.

Pernikahan yang dilaksanakan dalam usia yang belum matang atau lazim

disebut Pernikahan Dini, dan memiliki beberapa dampak yang kurang baik. Maka,

masyarakat perlu untuk disadarkan akan pentingnya menjaga anak-anak mereka

yang akan melangsungkan pernikahan pada usia yang sudah matang, dan

lazimnya pernikahan dini banyak terjadi di daerah terpencil atau kampung-

kampung karena ada beberapa faktor yang mendukung masyarakat kampung

untuk melakukan pernikahan dini, diantaranya kurang pengetahuan dan


8

pemahaman tentang pendidikan, rendahnya tingkat ekonomi, faktor sosial budaya,

dan pergaulan bebas.

Tabel 1.1
Tingkat Pernikahan di Bawah Usia 20 Tahun di Kabupaten Serang

No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1. Jumlah Umur Jumlah Umur Jumlah Umur Jumlah Umur


PUS <20 PUS <20 PUS <20 PUS <20
tahun tahun tahun tahun
2. 263.971 8.529 271.670 9.284 274.525 8.347 281.920 8.836

(Sumber: Sub Bidang IKAP BKBPMP Kabupaten Serang)

Dari Tabel 1.1 di atas, tercatat 8.529 dengan presentase 3,23% pada tahun

2010 pasangan di bawah usia 20 tahun yang terdata oleh BKBPMP Kabupaten

Serang, dan pada tahun 2011 meningkat dengan drastis yakni, 9.284 dengan

presentase 3,41% pasangan di bawah usia 20 tahun. Sedangkan, pada tahun 2012

menurun dengan angka 8.347 dengan presentase 3,04% pasangan di bawah usia

20 tahun. Dan pada akhir tahun 2013 tercatat 8.836 dengan presentase 3,134%

pasangan di bawah usia 20 tahun dengan selisih angka 489 dari tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan angka yang sangat luar biasa dimana pernikahan di usia dini

naik turun disetiap tahunnya, dan ini terjadi dengan berbagai sebab atau faktor

yang mendorong pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun,

diantaranya adalah rendahnya faktor pendidikan, rendahnya tingkat ekonomi,

faktor sosial budaya, akibat pergaulan bebas, dan kurangnya pemahaman

masyarakat yang tinggal di kampung.


9

Dengan meningkatnya angka pernikahan di usia dini ini menjadi salah satu

tugas berat BKBPMP dalam menekan angka pernikahan dini, karena mempunyai

dampak yang kurang baik bagi pasangan pernikahan dini tersebut. Pada dasarnya

usia ideal untuk menikah bagi wanita ialah usia 20 tahun dan untuk pria berusia

25 tahun, agar keduanya dapat berfikiran matang dan saling mempertimbangkan

untuk membina kehidupan berumah tangga.

Secara umum, pernikahan dini yang dilakukan oleh sebagian masyarakat

utamanya yaitu di daerah Kabupaten Serang. Dan sesuai dengan tupoksi

BKBPMP Kabupaten Serang yaitu merencanakan, mengatur, melaksanakan dan

mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan. Program

kependudukan dan keluarga berencana merupakan upaya untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk. Keluarga merupakan bagian (komunitas) terkecil dari

masyarakat, dari keluarga yang baik akan muncul pula masyarakat yang baik.

Kualitas keluarga menunjukan dan menentukan kualitas manusia yang tentunya

akan menentukan kualitas bangsa Indonesia terutama kualitas generasi muda.

Adapun salah satu bidang yang menangani Pernikahan Dini tersebut

diantaranya ialah Bidang IKAP (Informasi Analisa Program) dan KK (Ketahanan

Keluarga). Bidang IKAP dan KK merupakan salah satu bidang yang menangani

pernikahan dini, terutama bidang IKAP yang menangani dalam pendataan remaja

menikah di bawah usia 20 tahun. Selain itu bidang KK (Ketahanan Keluarga)

adalah bidang yang tujuannya membentuk suatu program dalam mensejahterakan

dan membina keluarga untuk mempertahankan sebuah rumah tangga. Oleh sebab
10

itu, upaya-upaya yang dilaksanakan di Kabupaten Serang yakni untuk

meningkatkan kualitas keluarga melalui program-program penguatan ketahanan

keluarga diantaranya, peningkatan kemampuan melalui bimbingan teknis bagi

pengelola bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKR) dan bina

keluarga lansia (BKL). BKB, BKR dan BKL merupakan kelompok-kelompok

kegiatan masyarakat yang menghimpun keluarga yang didalamnya mempunyai

balita, remaja atau lansia.

Dari hasil survey bidang IKAP (Informasi Analisa Program) menyatakan

dari 29 Kecamatan di Kabupaten Serang terdapat 1 (satu) Kecamatan, data yang

memiliki angka tertinggi yakni di Kecamatan Padarincang pada tahun 2013 yang

mencapai hingga 1.145 penduduk yang melakukan Pernikahan Dini dibawah usia

20 tahun, dan sudah dapat dikatakan PUS menurut umur istri yaitu Pasangan Usia

Subur. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan tingkat pernikahan dini

dari 29 Kecamatan di Kabupaten Serang pada tahun 2013 yaitu, sebagai berikut:

Tabel 1.2
Tingkat Pernikahan Dini di Kabupaten Serang Tahun 2013

JUMLAH PUS (MENURUT UMUR ISTRI)


NO DESA JUMLAH PUS
< 20 TAHUN 20 - 29 TAHUN 30 -49 TAHUN

1 KRAMAT WATU 15.763 272 5.035 10.456


2 WARINGIN KURUNG 7.762 103 3.340 4.319
3 BOJONEGARA 8.648 362 3.017 5.269
4 PULO AMPEL 7.628 155 2.769 4.704
5 CIRUAS 13.277 190 3.987 9.100
6 KRAGILAN 15.071 220 9.427 5.424
7 CIKANDE 17.340 419 7.990 8.931
8 KIBIN 10.193 107 4.388 5.698
9 CARENANG 7.236 115 3.425 3.696
11

10 BINUANG 5.852 173 2.739 2.940


11 PONTANG 8.810 334 3.995 4.481
12 TIRTAYASA 8.043 69 3.917 4.057
13 TANARA 7.920 147 2.824 4.949
14 PAMARAYAN 10.108 262 4.489 5.357
15 KOPO 9.352 278 4.834 4.240
16 JAWILAN 11.250 97 5.513 5.640
17 CIKEUSAL 13.043 413 4.793 7.837
18 PETIR 10.989 334 3.929 6.726
19 TUNJUNG TEJA 8.613 447 3.645 4.521
20 BAROS 9.708 252 3.663 5.793
21 ANYAR 9.072 126 2.767 6.179
22 CINANGKA 10.359 60 3.974 6.325
23 MANCAK 8.856 865 3.481 4.510
24 CIOMAS 8.060 862 2.965 4.233
25 PABUARAN 6.267 115 1.949 4.203
26 PADARINCANG 14.617 1.145 6.323 7.149
27 GUNUNG SARI 4.367 309 1.599 2.459
28 BANDUNG 6.214 379 3.109 2.726
29 LEBAK WANGI 7.446 226 3.133 4.087
JUMLAH KABUPATEN 281.864 8.836 117.019 156.009
(Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2013)

Tabel 1.2 di atas menunjukkan tingkat pernikahan dini dari 29 Kecamatan

yang ada di Kabupaten Serang, yang memiliki tingkat presentase tertinggi terdapat

di Kecamatan Padarincang yakni sebesar 1.145 jiwa yang telah melakukan

pernikahan di usia dini atau di bawah usia 20 tahun. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor umum yang sering ditemukan diantaranya, faktor ekonomi, faktor

pendidikan, faktor sosial budaya, faktor orang tua, serta faktor pergaulan bebas

masa kini. Sedangkan beberapa faktor yang ditemukan di Kecamatan Padarincang

mengenai banyak terjadinya pernikahan dini ini dikarenakan, faktor utama

ekonomi yang masih serba kekurangan, pemikiran orang tua (jaman dulu) yang

merasa khawatir anak perempuannya menjadi perawan tua, rendahnya tingkat

pendidikan yang masih berfikiran bahwa pendidikan itu tidak penting, adanya
12

perjodohan antar orang tua, kekhawatiran orang tua terhadap anak perempuannya

dan akibat pergaulan remaja masa kini.

Pada kenyataan yang ada pernikahan dini banyak terjadi juga di kota-kota

besar salah satunya di Kabupaten Serang. Semakin maraknya pernikahan dini,

semakin banyak juga pertumbuhan generasi-generasi baru, sehingga peran

BKBPMP mengharuskan agar lebih meningkatkan lagi sosialisasi dan arahan-

arahan tentang dampak yang akan terjadi jika menikah di usia dini terhadap

masyarakat, terutama di Kecamatan yang memiliki angka tertinggi.

Adapun beberapa dampak bagi masyarakat atau bagi pasangan serta

keluarga yang melangsungkan pernikahan dini, menurut BKBPMP di bidang

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR) yang berperan

dalam mencegah dan mengatasi pernikahan di usia dini, yakni: Pertama, Dampak

Psikis, dikarenakan pernikahan yang dilakukan dalam usia yang belum matang

maka cara pandang serta cara berfikir yang belum matang pula, sehingga terjadi

kekurang pahaman akan tugas dan fungsinya sebuah rumah tangga.

Kedua, Dampak biologis, mengingat belum matangnya usia pernikahan

juga berdampak pada belum matangnya kesehatan reproduksi pasangan yang

melangsungkan pernikahan, sehingga dimungkinkan belum matangnya organ

reproduksi baik sang suami atau istri yang melangsungkan pernikahan dini.

Mengapa Kesehatan Reproduksi sangat penting untuk diperhatikan, karena

persoalan kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup

manusia di masa mendatang. Jika kesehatan reproduksi perempuan terganggu

maka dalam jangka panjang akan mengganggu kualitas hidup manusia secara
13

keseluruhan. Keterkaitan antara kesehatan reproduksi dengan siklus hidup yakni,

kesehatan reproduksi sangat terkait dengan siklus hidup karena sesungguhnya

kesehatan reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus

kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, masa remaja, dewasa hingga

masa pasca usia reproduksi.

Fungsi reproduksi antara perempuan dan laki-laki sangat berbeda,

perempuan mempunyai lebih bermacam kejadian yang dialami. (seperti pada

gambar 1.3) di bawah ini:

Gambar 1.3
Perbedaan Fungsi Reproduksi Perempuan dan Laki-laki

Perempuan

Lahir Bersetubuh Melahirkan Menopause Mati

Haid Hamil Menyusui

Laki-laki

Lahir Mimpi Basah Bersetubuh Mati

(Sumber: BKBPMP-Buku Panduan Pendidikan Kesehatan Reproduksi


bagi Calon Pengantin)

Dari gambar 1.3 di atas terlihat jelas perbedaan fungsi reproduksi

perempuan dan laki-laki yang akan mengakibatkan beberapa penyakit pada

perempuan seperti halnya HIV, kanker payudara, mandul, pendarahan, anemia,

kekerasan seksual, pengeroposan tulang, keguguran, keram, dan kanker rahim.


14

Sedangkan beberapa penyakit pada laki-laki seperti HIV, impoten dan prostat.

Maka dari itu sangat rentan sekali kesehatan reproduksi bagi perempuan dan laki-

laki yang belum memenuhi standar untuk menikah.

Ketiga, dampak sosial bagi keluarga. Perlu diingat bahwa dengan

kekurang matangan cara pandang, serta cara berfikir dari pasangan yang

melangsungkan pernikahan dini, maka secara otomatis kehidupan yang

seharusnya mereka jalani dalam ikatan suami istri dan terlepas dari keluarga pun

tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, orang tua yang akan

menanggung beban kehidupan mereka kembali, utamanya adalah beban

kebutuhan ekonomi. Hal-hal semacam inilah yang umum terjadi jika pernikahan

dini terjadi di masyarakat. Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia

perkawinan, dalam Undang-undang Perkawinan Bab II Pasal 7 Ayat 1 disebutkan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan

belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun)

tahun. (Sumber: Bapak. Asep Rahmat, SE.M.Si, 11 November 2014, Kantor

BKBPMP Kabupaten Serang).

Adapun peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) mengenai hal tersebut yang “seharusnya” dapat mencegah

dan mengatasi terjadinya Pernikahan Dini, namun sangat bertentangan dengan

Undang-undang negara yang telah dibuat dan bertentangan dengan hukum agama.

Agama dan Negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini,

pernikahan yang dilakukan melewati batas minimal Undang-undang perkawinan,

secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara
15

dibatasi dengan umur, sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah

pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

Dengan demikian permasalahan yang ditemukan dilapangan mengenai

peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang dalam menangani pernikahan dini yakni, antara

lain: Pertama, kurangnya dana anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah

kepada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang. Sehingga dalam pelaksanaan penyelengaraan

kegiatan sosialisasi kepada masyarakat yang seharusnya menjadi rutinitas pihak

BKBPMP menjadi terhambat, dan para pegawai BKBPMP tidak bisa menjalankan

tugasnya secara langsung kepada masyarakat karena kurangnya dana anggaran

untuk setiap kegiatan sosialisasi. (Sumber: Ibu Nina Martini, Kepala Bidang KB,

27 Juli 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).

Kedua, peneliti menemukan kurangnya intensitas kegiatan sosialisasi

terus-menerus yang dilakukan oleh pegawai Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) terhadap masyarakat

mengenai Undang-undang Perkawinan, terutama di daerah yang banyak

melakukan pernikahan dini. Pada Undang-undang perkawinan bab II pasal 7 ayat

1 telah disebutkan sebelumnya bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria

mencapai usia 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai

usia 16 (enam belas) tahun, sedangkan usia ideal untuk menikah bagi wanita

berusia 20 tahun dan untuk pria berusia 25 tahun. Mengapa dikatakan ideal,

karena pada usia 20 tahun wanita untuk menikah sudah tidak rentan lagi untuk
16

bereproduksi atau terjadinya kehamilan, karena kehamilan pada usia di bawah 20

tahun, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik sehingga dapat

menyebabkan kesulitan persalinan. (Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si,

Kasubid Kesehatan Reproduksi, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten

Serang).

Ketiga, kurangnya intensitas penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP), kepada kalangan Ibu-ibu di perkampungan mengenai pentingnya

pengawasan terhadap anak usia dini. Pengawasan orang tua atau peran seorang

Ibu sangat penting kepada anak-anaknya, baik kepada anak laki-laki maupun

kepada anak perempuan dalam pergaulan sehari-hari, terutama pada anak remaja

atau anak usia dini yang sangat rentan sekali karena pada usia tersebut mereka

akan selalu ada rasa ingin tahu yang tinggi dan mencoba hal baru. Adapun

dampak yang akan terjadi, baik berdampak positif maupun berdampak negatif.

Remaja yang terlalu bebas bergaul di bawah pengawasan orang tua akan

berdampak negatif sehingga remaja di bawah usia dini akan mengalami kebebasan

dalam bergaul dan mengharuskan menikah di bawah usia standar perkawinan.

(Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kasubid Kesehatan Reproduksi, 11

November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).

Keempat, kurangnya penyuluhan kepada pasangan yang sudah terlanjur

menikah di usia dini mengenai penundaan kehamilan. Pernikahan dini ini terjadi

disebabkan oleh faktor ekonomi orang tua yang mengharuskan menikahkan anak

perempuannya, meski dalam keadaan masih sekolah bahkan berhenti sekolah di


17

usia dini. Karena tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan, sehingga orang tua

yang memiliki anak perempuan cenderung berfikir untuk mempercepat

pernikahan anaknya demi kepentingan atau alasan ekonomi yang masih serba

kekurangan. Kurangnya penyuluhan mengenai penundaan kehamilan di bawah

usia 20 tahun berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi pasangan yang akan

beresiko di masa mendatang. (Sumber: Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos, Kasubid

Informasi Analisa Program, 11 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten

Serang).

Dalam tugas dan fungsi internal Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) mengalami beberapa

hambatan diantaranya, tumpang tindih peraturan yang berkaitan dengan

permasalahan pernikahan dini, yang terlihat dari Peraturan Perundang-undangan

Nomor 10 Tahun 1992 dengan disempurnakannya melalui Undang-undang

Nomor 52 Tahun 2009 (Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga) yang secara substansi saling bertentangan, hal ini menyebabkan

kinerja Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) dalam menangani permasalahan pernikahan dini sering terhambat.

Bertitik tolak masalah tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul:

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan Padarincang,

Kabupaten Serang.

1.2 Identifikasi Masalah


18

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang telah

dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini memfokuskan pada peran Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

dalam menangani pernikahan dini dengan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya dana anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah

kepada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, sehingga kegiatan yang

akan dilaksanakan menjadi terhambat.

2. Kurangnya intensitas kegiatan sosialisasi terus-menerus yang

dilakukan oleh pegawai BKBPMP terhadap masyarakat mengenai

Undang-undang perkawinan.

3. Kurangnya intensitas penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai

BKBPMP kepada kalangan Ibu-ibu di perkampungan mengenai

pentingnya pengawasan terhadap anak usia dini.

4. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai BKBPMP

kepada pasangan yang sudah terlanjur menikah di usia dini mengenai

penundaan kehamilan.

1.3 Batasan Masalah

Banyak hal yang mempengaruhi dalam peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani proses

pernikahan dini di Kabupaten Serang, akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti

membatasi ruang lingkup permasalahan pada bagaimana peran Badan Keluarga


19

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam

menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap bentuk tindakan atau langkah yang terencana mempunyai tujuan

tertentu, demikian pula halnya dengan penelitian yang penulis lakukan ini.

Adapun tujuan penelitian tentang peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang adalah sebagai

berikut:

Untuk mengetahui bagaimana peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam menangani

pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.

1.6 Manfaat Penelitian


20

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai

sumbangan pemikiran, dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan

dengan pernikahan dini terutama dalam hal peranan Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) itu sendiri. Secara praktis

penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Untuk memenuhi syarat ujian strata-1 pada program studi ilmu

administrasi negara.

2. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam

peranan BKBPMP dalam menangani pernikahan dini.

3. Pada kantor BKBPMP Kabupaten Serang, dapat memberikan masukan

agar peran BKBPMP dalam menangani pernikahan dini dapat

ditingkatkan lagi.

4. Untuk pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

membuat penelitian secara mendalam untuk melakukan penelitian ini

selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini berjudul Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di

Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Dan sistematika penulisan skripsi

yang penulis buat yaitu, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


21

Latar belakang ini menjelaskan tentang masalah yang terjadi untuk

dijadikan objek penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ini berdasarkan latar belakang masalah itu hendaknya

dituangkan dalam uraian yang diteliti mengenai variabel-variabel serta

menggunakan metode-metode yang paling serasi.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menganalisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah.

Disamping itu masalah perlu dinyatakan secara khusus batas-batas

masalah agar peneliti lebih terarah. Lagi pula kita memperoleh gambaran

yang jelas, apabila penelitian itu dapat dianggap selesai dan berakhir.

1.4. Rumusan Masalah

Tiap penelitian harus mempunyai tujuan-tujuan yang harus dicapai dan

tujuan bertambah erat dengan masalah yang dipilih serta analisis masalah.

1.5. Tujuan Masalah

Tujuan masalah ini untuk mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai

dengan melaksanakan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan.

1.6. Manfaat Penelitian


22

Manfaat penelitian ini bermanfaat bagi kita dan pihak-pihak yang

membutuhkan, terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan khusus

dengan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan

dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi

yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji berbagai

teori dan konsep maka peneliti memiliki konsep penelitian yang jelas,

sehingga dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta

dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti. Hasil penting

kajian teori lainnya, peneliti mendapatkan kerangka konseptual yang

didalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur. Selain itu,

dari kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrument.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang

digunakan minimal 2 jurnal.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada

pembaca mengenai hipotesisnya. Kerangka berpikir dapat dilengkapi


23

dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur peneliti serta kaitan antar

variabel yang diteliti. Bagan tersebut disebut paradigma atau model

penelitian. Kerangka pemikiran adalah penjelasan secara sistematis

tentang hubungan antar variabel penelitian yang dituangkan dalam bentuk

bagan atau tabel. Kerangka pemikiran adalah penjelasan secara sistematis

tentang hubungan antar fenomena penelitian.

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi Dasar merupakan sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang

dianggap benar untuk jawaban sementara sebelum ada kepastian terhadap

permasalahan yang diteliti dan akan diuji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu: survey

(deskriptif analistis, eksplanatory, eksperimental atau teknik kuantitatif

dan kualitatif lain).

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian yang dilaksanakan. Menjelaskan

tempat penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat

diberi deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan.


24

3.4 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang digunakan. Pada penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti

itu sendiri. Sehingga perlu disampaikan pedoman wawancara yang akan

digunakan dalam pengumpulan data.

3.5 Informan Penelitian

Teknik apa yang digunakan dalam menentukan informan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui pengamatan berperanserta,

wawancara, dokumen dan bahan-bahan visual.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan pengkodingan data

(berdasarkan kategorisasi data), reduksi data, triangulasi, penulisan laporan

hasil dan keabsahan data.

3.9 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan penelitian yang

akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah

ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan dengan objek

penelitian.
25

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif

maupun dengan data kuantitatif.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Terhadap

hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap

hipotesis yang ditolak harus diberikan berbagai dugaan yang menjadi

penyebabnya. Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau

didiskusikan dengan hasil penelitian orang lain yang relevan (sejenis).

Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai

keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya,

terutama sekali untuk penelitian eksperimen. Keterbatasan ini dapat

dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang

menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan

mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan

sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti baik secara teoritis maupun praktis.


BAB II

DESKRIPSI TEORI PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, ada

beberapa pengertian teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut William

dalam Sugiyono (2008:53), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti

penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan

gejala yang ada. Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian

sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan

hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

2.1.1 Definisi Peran

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang

diharapkan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu

merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu

peranan. Menurut Thoha (2003:80), bagaimana seseorang berperilaku

dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh:

1. Karakteristik pribadinya.
2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain
kepadanya.
3. Kemauannya untuk mentaati norma yang telah menetapkan
pengharapan tadi.

26
27

Maka berbicara mengenai peran, Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), sebagai salah satu

badan publik memiliki karakteristik peran yang tentu saja berbeda dengan

badan-badan atau lembaga lainnya. Dimana, badan publik ini memiliki

peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh badan publik ini

merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari

perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang

harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat

tercapai. Harapan terseebut dapat tercapai apabila setiap orang atau badan

publik tersebut menjalankan peranannya dengan baik. Menurut Soekanto

(2006:243), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan dan

kedudukan tidak dapat dipisahkan, karena satu tergantung pada yang lain

dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa

peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal

dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa

peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.

Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat


28

meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada

diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social position)

merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada

organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu

posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Menurut Levinson dalam Soekanto (2006:244), peranan mencakup

tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi


atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu saja setiap orang memiliki

peranan yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan norma-

norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun

organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat, karena didalamnya dapat dicapai harapan-harapan yang

tujuannya adalah menyejahterakan masyarakat guna saling memudahkan

satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori,

orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal

dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Istilah
29

“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, aktor harus bermain

sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu

diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu

kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat.

Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan

daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan

dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor

tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori peran.

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:215),

membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu

istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.


b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku


menuruti suatu peran.
b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berubah individu ataupun kumpulan
individu (kelompok). Hubungan antara kelompok dengan
kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor)
dan pendengar (target).
Kedua, Menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216), ada

lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran:

a. Expectation (harapan)
30

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada


umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada
orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat.
b. Norm (norma)
Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Sarwono norma
hanya merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis
harapan menurut Secord dan Backman adalah sebagai berikut:
1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu
harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.
2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran.
Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke
dalam dua jenis, yakni:
i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu
tetap ada walaupun tidak diucapkan.
ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang
diucapkan.
c. Performance (wujud perilaku)
Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor.
Goffman dalam bSarwono (2008:220) meninjau perwujudan
peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front),
yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang
diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan
jelas peran si pelaku (aktor).
d. Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi)
Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan
dengan peran. Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2008:220)
menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan
masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu,
orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu
perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan
penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi
adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif
atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga
hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

Ketiga, Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam Sarwono

(2008:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang

kedudukan (posisi). Dari kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa

kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)

diakui perberdaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat


31

yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat,

dan reaksi orang terhadap mereka bersama.

Keempat, Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:226)

mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau

tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara

orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk

menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian


yang saling berkait.
b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantungan antara
bagian-bagian tersebut.
c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan
(a+b).

Thoha (2003:80) menyatakan, dalam bahasa organisasi, peranan

diperoleh dari uraian jabatan. Adapun uraian jabatan itu merupakan

dokumen tertulis yang memuat persyaratan-persyaratan, dan tanggung

jawab atas sesuatu pekerjaan. Dalam bahasa psikologi sosial, uraian

jabatan itu memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan

terjadinya peranan. Persoalan yang sering terjadi dalam suatu organisasi

acapkali ditimbulkan karena peranan tidak dibagi secara jelas diantara

orang-orang dalam organisasi tersebut, sehingga terjadi keraguan dan

konflik peranan. Orang tidak tahu pasti peranan apa dan bagaimana yang

harus dimainkan olehnya, karena deskripsi tentang peranan itu sendiri

tidak jelas. Kadang-kadang terjadi pula orangnya tidak mampu melakukan

suatu peranan yang diharapkan oleh organisasi. Persoalan tersebut sangat

ditentukan oleh kecakapan dan kemampuan, keterampilan dan keahlian


32

orangnya. Termasuk ke dalam hal ini adalah persepsi, kebutuhan, sikap

dan perilaku dari orang tersebut terhadap peranan yang diharapkan dari

padanya. Jika timbul masalah disebabkan karena deskripsi peranan tidak

jelas, maka dengan mudah dapat diketahui sumber masalahnya terletak

pada organisasi tersebut.

Organisasi tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada

pendukungnya, tentang apa dan bagaimana yang harus dimainkan.

Kejadian seperti ini barangkali karena tujuannya tidak jelas, misinya

kabur, dan norma aturannya tidak menentu. Mungkin juga karena caliber

dan kualitas kepemimpinan kurang mampu mendeskripsikan misi, tujuan

dan norma organisasi ke dalam peran-peran tertentu.

2.1.2 Definisi Pernikahan / Perkawinan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari

kata “Kawin” yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Pernikahan atau

perkawinan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami

oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa

diantaranya yang tidak terikat dengan perkawinan sampai ajal menjemput.

Semua agama resmi di Indonesia memandang perkawinan sebagai

sesuatu yang sakral, harus dihormati dan harus dijaga kelanggengannya.

Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah
33

selesai bila anaknya telah memasuki jenjang perkawinan dan tanggung

jawab diserahkan kepada pihak suami.

Konsep dan definisi Perkawinan menurut Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974:

1. Perkawinan adalah suatu ikatan bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun dan untuk

perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun.

3. Jika menikah usia dibawah 21 tahun harus disertai ijin kedua

atau salah satu orang tua atau yang ditunjuk sebagai wali.

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.

Dalam Undang-undang Perkawinan Bab II Pasal 7 Ayat 1 disebutkan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19

tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Adapun

anjuran melaksanakan nikah dalam sudut pandang agama mengandung

beberapa tujuan baik, tujuan yang bersifat fisik maupun yang bersifat

moral.

Tujuan yang bersifat fisik adalah untuk menyalurkan hasrat

biologis terhadap lawan jenis dan juga mengembangkan keturunan sebagai

pelanjut tugas kekhalifahan manusia dimuka bumi. Adapun tujuan moral


34

dari pernikahan adalah untuk melakukan pengabdian kepada Tuhan

dengan sebaik-baiknya dan dengan pengabdian ini akan diharapkan

adanya intervensi dalam kehidupan berkeluarga yang akhirnya akan

melahirkan generasi-generasi yang taat dan shalih.

Menurut Puspitasari dalam Jamali. A (2006), mengungkapkan

bahwa perkawinan adalah:

“Suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang


wanita, hidup bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan
menurut ketentuan hukum syariat islam”.

Sedangkan Bernard (1972), mengatakan pernikahan biasanya

digambarkan sebagai berikut:

“Bersatunya dua individu, tetapi pada kenyataannya adalah


persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan
sebuah sistem ketiga yang baru. Beberapa ahli pernikahan dan keluarga
percaya bahwa pernikahan mencerminkan fenomena yang berbeda-beda
bagi perempuan dan laki-laki yang membuat kita perlu memisahkan
pembahasan saat mencerminkan pernikahan laki-laki dan pernikahan pada
perempuan”.

Santrock (1995), mengemukakan pernikahan sebagai berikut:

“Dalam masyarakat Amerika Serikat, perempuan telah


mengantisipasi pernikahan dengan antusianisme yang lebih besar dan
harapan yang lebih positif dibandingkan laki-laki”.

Di Indonesia peraturan mengenai pernikahan juga telah diatur

sedemikian rupa dalam satu wadah yaitu di dalam undang-undang

perkawinan, suami dan istri memiliki kewajiban dan hak yang sesuai

dengan kedudukannya masing-masing. Hal ini tertuang di dalam Undang-

undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Bab VI mengenai hak dan


35

kewajiban suami istri yang menyatakan bahwa di dalam rumah tangga

suami dan istri memiliki hak dan kedudukan yang sama, tetapi suami tetap

sebagai kepala rumah tangga dan istri tetap sebagai ibu rumah tangga.

Suami istri wajib untuk saling mencintai dan menghormati, suami

berkewajiban melindungi istri dan memenuhi semua kebutuhan di dalam

rumah tangganya dan istri berkewajiban untuk mengatur urusan rumah

tangga sebaik-baiknya.

2.1.3 Definisi Pernikahan Dini

Ada banyak pengertian pernikahan dini, disini penulis akan

menyebutkan dua diantaranya. Yang pertama yaitu menurut Prof. Dr.

Sarlito Wirawan. Beliau mengatakan pernikahan dini adalah sebuah nama

yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai

sebuah solusi alternative. Sedangkan Al-Qur’an mengistilahkan ikatan

pernikahan dengan “mistaqan ghalizhan”, artinya perjanjian kokoh atau

agung yang diikat dengan sumpah, (Luthfiyah, 2008).

Sedangkan menurut Muhammad M. Dlori (2005), mengemukakan

pernikahan dini adalah sebagai berikut:

“Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur


yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan fisik,
persiapan mental, juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka
pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru,
sebab segalanya belum dipersiapkan secara matang”.

Menurut Sarwono (2008), pernikahan muda banyak terjadi pada


36

masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan perilaku sexsual.

Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara

emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir telah saling

mencintai dan siap untuk menikah. Beberapa pendapat mengenai

pernikahan dini lainnya yakni:

1. Menurut UU Negara

Pengertian Pernikahan Dini menurut UU Negara / UU Perkawinan

Bab 11 Pasal 7 Ayat 1 menyatakan bahwa: Perkawinan hanya

diizinkan jika pihak pria dapat mencapai umur 19 tahun dan pihak

perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Jadi, jika masih

dibawah umur tersebut, maka dinamakan pernikahan dini.

2. Menurut Sudut Pandang Kedokteran

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai

dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan.

3. Menurut Pakar Sosiolog

Melihat dari sisi sosiolog/social, pernikahan dini dapat mengurangi

harmonisasi keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh emosi yang

masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.

4. Menurut Islam

Adapun pernikahan dini menurut agama Islam, yakni pernikahan

yang dilakukan oleh orang-orang yang belum baligh. Jadi, bagi

yang belum baligh yang kemudian melakukan pernikahan sebelum

itu, maka hal tersebut tentu dikatakan sebagai pernikahan dini.


37

Menurut Alfiyah (2010), ada beberapa faktor yang mendorong

terjadinya pernikahan usia muda yang sering dijumpai dilingkungan

masyarakat kita, yaitu:

a. Ekonomi
Pernikahan usia muda terjadi karena adanya keluarga yang hidup di
garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tua, maka anak
perempuannya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan untuk segera
menikahkan anaknya yang masih dibawah umur.
c. Faktor Orang Tua
Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran
dengan laki-laki yang sudah terlalu dekat, sehingga segera ingin
menikahkan anaknya.
d. Media Massa
Gencarnya expose seks di media massa menyebabkan remaja modern
kian ingin mencoba terhadap seks.
e. Faktor Adat
Pernikahan usia muda terjadi karena orang tua khawatir jika anak
perempuannya dikatakan perawan tua sehingga segera dinikahkan.
f. Keluarga Cerai (Broken Home)
Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa menikah secara dini
karena berbagai alasan, misalnya: tekanan ekonomi, untuk
meringankan beban orang tua tunggal, membantu orang tua,
mendapatkan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup, dsb.

2.1.3.1 Akibat Pernikahan Dini

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Ahmad (1996) mengemukakan

akibat pernikahan dini sebagai berikut:

“Resiko diartikan sebagai bahaya/kerugian/kerusakan. Sedangkan


pernikahan diartikan sebagai suatu perkawinan, sementara “dini” yaitu
awal / muda. Jadi perkawinan dini merupakan perkawinan yang dilakukan
pada usia yang masih muda yang dapat merugikan (Anonymous, 2013)”.
38

Nikah usia dini pada wanita tidak hanya menimbulkan persoalan

hukum, melanggar undang-undang tentang pernikahan, perlindungan anak

dan Hak Asasi Manusia, tapi juga menimbulkan persoalan yang bisa

menjadi peristiwa traumatik yang akan menghantui seumur hidup dan

timbulnya persoalan resiko terjadinya penyakit pada wanita serta resiko

tinggi berbahaya saat melahirkan, baik pada si ibu maupun pada anak yang

dilahirkan.

Menurut Kawakib (2009), mengemukakan mengenai resiko

penyakit menikah di usia dini:

“Resiko penyakit akibat menikah di usia dini beresiko tinggi


terjadinya panyakit kanker leher rahim, neoritis depesi, dan konflik yang
berujung perceraian”.

Menurut Lenteraim (2010), pernikahan dini memiliki beberapa

dampak sebagai berikut:

1. Kesehatan Perempuan
a. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya
sendiri.
b. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi.
c. Beresiko pada kematian usia dini.
d. Meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI).
e. Study epidemiologi kanker serviks: resiko meningkat lebih dari
10x bila jumlah mitra seks 6/lebih atau bila berhubungan seks
pertama dibawah usia 15 tahun.
f. Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena kanker serviks.
g. Resiko terkena penyakit menular seksual.
2. Kualitas Anak
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya
kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya
dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri.
b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia di bawah 18
tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki
kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal.
39

3. Keharmonisan Keluarga dan Perceraian


a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan
tingginya angka perceraian.
b. Ego remaja yang masih tinggi.
c. Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya
usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah.
d. Perselingkuhan.
e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua.
f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan
emosional.
g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

Oleh karena itu, pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya

dilakukan pada usia 20-30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja

belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun,

karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja,

boleh dibilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20-24

tahun dalam psikologis, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead

edolesen. Pada masa ini biasanya mulai timbul tradisi dari gejolak remaja

ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di

bawah umur 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang

menemukan jati dirinya

2.1.3.2 Resiko Kehamilan Usia Dini

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) tahun 2005, usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20

sampai 30 tahun atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan

seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak

ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan
40

mental/emosi/psikologi dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum,

seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan

pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar

usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa di jadikan pedoman kesiapan

fisik.

Penyulit pada kehamilan pada remaja, lebih tinggi dibandingkan

“kurun waktu reproduksi sehat” antara umur 20 sampai 30 tahun.

Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu dan belum mampu untuk

perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin

menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial,

ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran, persalinan

prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan dan

mudah terjadi infeksi (Manuaba, 1998).

2.1.4 Definisi Keluarga

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial ekonomi

terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua

institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang atau

lebih yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,

hubungan perkawinan, dan adopsi (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1

Ayat 10; Khairuddin 1985; Landis 1989; Day et al. 1995; Gelles 1995;

Ember dan Ember 1996; Vosler 1996).


41

Menurut U.S. Bureau of the Census Tahun 2000, keluarga terdiri

atas orang-orang yang hidup dalam satu rumah tangga (Newman dan

Grauerholz, 2002) Rosen (Skolnick dan Skolnick, 1997). Keluarga juga

seperti diamahkan oleh Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Bab II: Bagian

Ketiga Pasal 4 Ayat (2), bahwa Pembangunan keluarga bertujuan untuk

meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram,

dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan

lahir dan kebahagiaan batin.

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin, 1995), keluarga merupakan

suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau

hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal

yaitu, interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu

untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang

waktu dan melakukan tugas-tugas keluarga.

Definisi lain menurut Settels (Sussman dan Steinmetz, 1987),

keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki

citra romantis, suatu proses, sebagai satuan perlakukan intervensi, sebagai

suatu jaringan dan tujuan atau peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick

Engels dalam bukunya The Origin of the Family, Private Property, and

the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga

mempunyai hubungan antara struktur sosial-ekonomi masyarakat dengan


42

bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarkhi

(Ihromi, 1999).

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni

(Boss et al. 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai

suatu struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis

anggotanya dan untuk memelihara masyarakat yang lebih luas. Dalam

mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun

1994 menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh

keluarga meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang

terdiri atas fungsi keagamaan, sosial-budaya, cinta kasih, melindungi,

reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan

lingkungan (BKKBN, 1996). Menurut United Nation (1993) fungsi

keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan

hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan

status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan

perawatan emosi, serta pertukaran barang dan jasa.

Menurut Mattensich dan Hill (Zeitlin et al., 1995) fungsi

pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga

baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual,

pemeliharaan moral keluarga dan dewasa melalui pembentukan pasangan

seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa.

Burgest dan Locke (1960) mengemukakan 4 (empat) ciri keluarga

yaitu:
43

a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh


ikatan perkawinan (pertalian antar suami dan istri), darah
(hubungan antara orangtua dan anak) atau adopsi.
b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama
dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumahtangga.
Tempat kos dan rumah penginapan bisa saja menjadi
rumahtangga, tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga, karena
anggota-anggotanya tidak dihubungkan oleh darah,
perkawinan atau adopsi.
c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang
berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-
peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-
laki dan perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi dan
sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.
d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang
diperoleh dari kebudayaan umum. Stephens mendefiniskan
keluarga sebagai suatu susunan sosial yang didasarkan pada
kontrak perkawinan termasuk dengan pengenalan hak-hak dan
tugas orangtua; tempat tinggal suami, istri dan anak-anak, dan
kewajiban ekonomi yang bersifat reciprocal antara suami dan
istri (Eshelman 1991).

Menurut konsep sosiologi, tujuan keluarga adalah mewujudkan

kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi, spiritual,

dan mental). Secara detail tujuan dan fungsi keluarga dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki


kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan dan
minum), psikologi (disayangi/diperhatikan), spiritual/agama,
dan sebagainya.
Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta
untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu bangsa.
Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang
serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar
44

keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989;


BKKBN 1992).
2. Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al.
1993) menjelaskan bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga
adalah untuk mewujudkan suatu struktur/ hierarkis yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis para anggotanya dan
untuk memelihara kebiasaan/budaya masyarakat yang lebih
luas.
3. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN, 1996) menyebutkan adanya
delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga meliputi
fungsi-fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yang
terdiri atas fungsi:
a. Keagamaan
b. Sosial
c. Budaya
d. Cinta kasih
e. Perlindungan
f. Reproduksi
g. Sosialisasi dan pendidikan
h. Ekonomi
i. Pembinaan lingkungan.
4. Menurut United Nations (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi
pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan
seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan
status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga,
rekreasi dan perawatan emosi, dan pertukaran barang dan jasa.
5. Menurut Mattensichdan Hill (Zeitlin et al. 1995) fungsi
keluarga terdiri atas pemeliharaan fisik sosialisasi dan
pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi
atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan
moral keluarga dan pendewasaan anggota keluarga melalui
pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota
keluarga dewasa.
6. Selanjutnya Rice dan Tucker (1986) menyatakan bahwa fungsi
keluarga meliputi fungsi ekspresif, yaitu fungsi untuk
memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk
moral, loyalitas dan sosialisasi anak, dan fungsi instrumental
yaitu fungsi manajemen sumberdaya keluarga untuk mencapai
berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak
dan dukungan serta pengembangan anggota keluarga.

2.2 Penelitian Terdahulu


45

Penulis melakukan penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan pedoman

bagi penulis sebagai langkah untuk penyusunan skripsi yang penulis teliti agar

terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum-

sebelumnya. Setelah mengadakan penelitian terdahulu, maka penulis menemukan

skripsi yang membahas tentang pernikahan usia dini, tetapi penulis akan

memaparkan dari sudut pandang yang berbeda yaitu, selanjutnya adalah

sebagaimana yang dilakukan oleh Zulkifli Ahmad (UIN-2011) dengan judul

skripsi: Dampak Sosial Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Gunung

Sindur-Bogor.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa masalah yang

ditemukan dilapangan bahwa sangat terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang

pernikahan usia dini antara lain yang disebabkan karena tingkat pendidikan

masyarakat sangat rendah. Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini

menurut Zulkifli yaitu faktor ekonomi, hamil diluar nikah, dan takut maksiat.

Namun secara lebih detail Zulkifli (2011) mengulas bahwa faktor ekonomi adalah

sebagai faktor pendorong yang paling dominan.

Dalam kaitannya dengan dampak terjadinya pernikahan dini serta peran

pemerintah yang berperan penting dalam menangani dan pencegahan terjadinya

pernikahan dini, maka solusi dan peran pemerintah harus diterapkan agar tidak

terjadi dampak hal yang negatif dan jumlah pernikahan dini yang semakin

meningkat. Yang menjadi pembeda dari skripsi ini dengan skripsi penulis adalah

sudut pandangnya, dimana penulis mencoba melihat pasangan pernikahan usia

dini tidak hanya dari dampak-dampak sosial yang akan terjadi dalam pernikahan
46

usia dini, melainkan lebih luas lagi seperti peran BKBPMP itu sendiri yang

menangani khusus di bidang pernikahan usia dini. Pada dasarnya peran BKBPMP

mengenai pencegahan pernikahan dini di Kabupaten Serang sudah upaya

dilakukan oleh pihak BKBPMP terutama bidang yang menangani khusus tentang

pernikahan dini, namun kenyataannya peran tersebut tidak dapat berjalan secara

optimal dikarenakan ada beberapa faktor yang menghambat peran BKBPMP dan

salah satu faktor tersebut adalah kurangnya dana anggaran yang memadai dalam

pelaksanaanya.

Adapun penelitian terdahulu yang kedua, selanjutnya dilakukan oleh

Asmaul Husna (UUI-2013) dengan judul skripsi: Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Perkawinan Di Usia Dini Pada Wanita Di Desa Ceurih

Kupula Kecamatan Delima Kabupaten Pidie. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa masalah yang ditemukan dilapangan antara lain faktor

pergaulan bebas remaja masa kini, gaya pandang remaja yang disebabkan oleh

faktor ekonomi.

Hampir dari setiap penelitian terdahulu mempunyai faktor penyebab yang

sama mengenai terjadinya pernikahan dini di bawah usia 20 tahun, yakni faktor

penyebab terjadinya pernikahan dini ialah faktor ekonomi, pergaulan bebas,

rendahnya faktor pendidikan, serta cara pandang orang tua terhadap pergaulan

remaja masa kini yang mengkhawatirkan. Yang menjadi pembeda pada skripsi ini

adalah dilihat dari segi hasil survey atau presentase dari tahun ke tahun di

Kabupaten Serang dan Kecamatan mana yang banyak melakukan pernikahan dini.
47

Dalam kaitannya upaya pencegahan pernikahan dini, pemerintah harus

berkomitmen serius dalam menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan

dibawah umur. Selain itu pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan

Undang-undang terkait pernikahan dini di bawah usia 20 tahun beserta sanksi-

sanksi bila melakukan pelanggaran dan menjelaskan resiko-resiko buruk yang bisa

terjadi akibat pernikahan dini kepada masyarakat.

2.3 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang “Peran Badan Keluarga

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam

Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang”,

setelah peneliti melakukan observasi dilapangan dan melakukan wawancara, serta

mendapatkan informasi dari berbagai sumber, ditemukan beberapa masalah terkait

dengan penelitian yang akan diteliti. Yakni diantaranya ialah sebagai berikut yang

tertera dalam bagan di bawah ini:


48

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Permasalahan Research:
1. Kurangnya dana anggaran yang
diberikan oleh pemerintah
daerah kepada Badan Keluarga
Berencana Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan
Hambatan Kinerja
(BKBPMP) Kabupaten Serang. BKBPMP:
2. Kurangnya intensitas kegiatan
sosialisasi terus menerus yang 1. Pola Pikir
Teori Peran Biddle & dilakukan oleh BKBPMP Masyarakat
Thomas dalam mengenai Undang-undang 2. Adat Istiadat
Sarwono (2008:216): perkawinan. 3. Tumpang Tindih
a. Expectation 3. Kurangnya intensitas Peraturan
(Harapan) penyuluhan yang dilakukan oleh Perundang-
b. Norm (Norma) pegawai BKBPMP kepada undangan. Yaitu:
c. Performance kalangan Ibu-ibu mengenai a. UU Nomor 52
(Wujud Perilaku) pengawasan terhadap anak usia Tahun 2009
d. Evaluation dini. b. UU
(Penilaian) dan 4. Kurangnya penyuluhan yang Perkawinan
Sanction (Sanksi) dilakukan oleh pegawai Bab II Pasal 7
BKBPMP kepada pasangan Ayat 1
yang sudah terlanjur menikah.

Peran BKBPMP
Dalam Menangani
Pernikahan Dini
49

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan pedoman wawancara, data dan fakta dilapangan menunjukkan

hasil sebagai berikut:

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang belum berjalan secara maksimal, dikarenakan ada

beberapa faktor yang menghambat dalam menangani pernikahan dini.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini berupaya memahami tugas dan fungsi Badan Keluarga

Berencana Permberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten

Serang yang menangani “Pernikahan Dini” salah satunya banyak terjadi di

Kabupaten Serang, terutama di Kecamatan Padarincang yang memiliki nilai angka

tertinggi. Berkaitan dengan itu, peneliti akan meneliti tentang peran dari Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

dalam menangani pernikahan dini yang banyak dilakukan di daerah Kabupaten

Serang. Maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena metode

kualitatif mempelajari data di lapangan secara alamiah dan mengutamakan segi

kualitas data. Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada.

Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip dalam Lexy J. Moleong

(2006:4), mengemukakan bahwa metodologi penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada

latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

49
50

mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4),

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada

manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan

menurut Irawan (2006:4.31), metode penelitian dalam penelitian kualitatif

cenderung bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan sifat data

yang murni kualitatif. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian

yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk

memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan

garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil

penelitian lebih terarah.

Disini peneliti memfokuskan masalah penelitian pada “Peran Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

Dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan Padarincang, Kabupaten

Serang”.

3.3 Lokasi Penelitian


51

Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang yang

beralamatkan di Jalan Raya Taktakan No. 10A Serang, Telp. (0254) 201152

(kantor sementara), merupakan salah satu kantor yang menangani tentang proses

pernikahan dini. Kantor Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, selain menangani tentang

pernikahan dini, badan ini pun menangani tentang pemberdayaan masyarakat dan

perempuan yang ada di Kabupaten Serang.

Berawal dari latar belakang tersebut dan dengan maraknya remaja yang

melakukan pernikahan dini di bawah usia 20 tahun, oleh karena itu Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), yang

menangani kasus tersebut berperan dalam pencegahan pernikahan dini dan

memberikan arahan-arahan atau sosialisasi terhadap masyarakat mengenai resiko

yang akan terjadi karena semakin meningkatnya kasus tersebut, maka peran

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) dalam pencegahan atau menangani kasus tersebut tidak selamanya

berjalan lancar, dikarenakan banyak faktor yang dapat menghambat kelancaran

dalam menangani hal tersebut, baik secara teknis maupun nonteknis. Dengan ini

peneliti mengambil lokasi penelitian di kantor Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

3.4 Instrumen Penelitian


52

Instrument adalah alat untuk mengumpulkan data. Pada penelitian

kualitatif yang menjadi alat atau instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu

sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa

jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya terjun ke lapangan.

Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

akademik maupun logistiknya, yang melakukan validasi adalah peneliti itu

sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode

kualitatif, penguasa teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta

kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Sugiyono (2008:222) menyatakan bahwa, peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih instrumen sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas kemauannya. Dan menurut

Irawan (2006:4.32), pada penelitian kualitatif instrument pengumpulan datanya

tidak bersifat terstruktur, terfokus, dan spesifik seperti dalam penelitian

kuantitatif, tetapi bersifat lebih longgar, fleksibel, dan dapat berubah sewaktu-

waktu tergantung pada kebutuhan.

3.5 Informan Penelitian

Menurut Moleong (2006:132), informan adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia
53

harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban

secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan ”Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, dan informan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Purposive

Sampling dan Snowball Sampling. Teknik Purposive Sampling ini adalah teknik

pengambilan sumber data langsung pada sasaran atau tujuan. Sedangkan teknik

Snowball Sampling ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang

pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan

karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu

memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat

digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data

akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi

besar.

Maka dalam penelitian ini, penentuan informan menggunakan teknik

purposive yaitu, wawancara mendalam kepada informan (Sugiyono:2011). Yang

saya ambil menjadi informan antara lain:

1. Kepala BKBPMP Kabupaten Serang


2. Kepala Sub Bidang IKAP
3. Kepala Sub Bidang KR
4. Kepala Desa Kadu Beureum
5. Kasi Kesos Kadu Beureum
54

6. Tokoh Masyarakat
7. Para Orang tua (Ibu-ibu)
8. Penghulu dan
9. Remaja Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur istri <20 Tahun

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan

dengan peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat Dan

Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini, sebagai pihak yang

mempunyai wewenang untuk mencegah terjadinya pernikahan dini serta

mensosialisasikan dampak yang akan terjadi jika menikah di usia dini atau

menikah <20 tahun. Maka dalam penelitian ini, peneliti menentukan bahwa salah

satu informan yang utama adalah Kepala Badan BKBPMP Kabupaten Serang

selaku yang bertanggung jawab terhadap semua bidang. Dan informan yang kedua

yakni, Kepala Sub Bidang IKAP serta Kepala Sub Bidang KR yang dimana sub

bidang tersebut berkaitan langsung dan berperan dalam pencegahan terjadinya

pernikahan dini.

Informan berikutnya yakni Kepala Desa Kadu Beureum dan Kasi Kesos

Kadu Beureum, yang memberi informasi sekitar pernikahan dini yang terjadi di

Desa Kadu Beureum. Adapun informan lainnya, yaitu tokoh masyarakat di

Kecamatan Padarincang serta para orang tua (Ibu-ibu) yang telah menikahkan

anaknya <20 tahun, hal ini dapat mempermudah peneliti dalam mengambil

informasi.

Penelitian ini terkait dengan pernikahan dini <20 tahun, berbicara

mengenai pernikahan dini tentu saja tidak terlepas dari penghulu dan para remaja

yang akan melangsungkan pernikahan. Penghulu dan remaja pasangan usia subur
55

(PUS) menurut umur istri <20 tahun merupakan sasaran peneliti, dan Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

dalam menjalankan tugas dan perannya yakni, mensosialisasikan dampak-dampak

pernikahan dini serta mencegah terjadinya pernikahan dini. Maka, peneliti

menentukan remaja pasangan usia subur (PUS) menurut umur istri <20 tahun

sebagai informan sasaran utama dalam penelitian ini, dan peneliti mengambil

sumber data informan sesuai tempat atau lokasi yang paling banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, yakni di Desa Citasuk.

Berikut ini merupakan koding informan yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini:

Tabel 3.1
Koding Informan

Kode Informan Informan

I1 Kepala Badan BKBPMP Kabupaten Serang

I2 Kepala Sub Bidang IKAP

I3 Kepala Sub Bidang KR

I4 Kepala Desa Kadu Beureum

I5 Kasi Kesos Kadu Bereum

I6-9 Tokoh Masyarakat

I10-14 Para Orang Tua (Ibu-ibu)

I15-17 Penghulu

I18-22 Remaja Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur

istri <20 Tahun

(Sumber: Peneliti, 2015)


56

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan

masalah yang akan di bahas. Adapun sumber-sumber data tersebut adalah:

1. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada peneliti. Data ini berupa jawaban dari hasil wawancara dengan

Kepala BKBPMP, Kepala Sub Bidang IKAP, Kepala Sub Bidang KR,

Kepala Desa Kadu Beureum, Kasi Kesos Kadu Bereum, tokoh

masyarakat, para orang tua (Ibu-ibu), penghulu, dan remaja pasangan

usia subur (PUS) menurut umur istri <20 tahun.

2. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada peneliti. Seperti, Studi Kepustakaan yang berguna untuk

memperoleh data akurat dari literatur, jurnal ilmiah, dan artikel yang

ada sebelumnya serta ada hubungannya dengan yang di teliti.

Adapun terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data dan hasil

penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Maka teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila dilihat dari

segi cara atau tekniknya, Sugiyono (2012:16) menentukan beberapa teknik

pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi),

wawancara (interview), studi kepustakaan, dokumentasi dan gabungan dari

keempat teknik pengumpulan data tersebut.


57

3.6.1 Metode Observasi (Pengamatan)

Nasution dalam Sugiyono (2008:226) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Berdasarkan keterlibatan pengamatan

dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan

menjadi observasi partisipan (participant observation) dan observasi

nonpartisipan (nonparticipant observation). Soehartono (2004:70)

menjelaskan dalam observasi partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber penelitian, atau pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh subjek yang diteliti atau diamati, seolah-seolah merupakan

bagian dari mereka. Dalam jenis prosedur ini, peneliti adalah bagian dari

keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi.

Dalam observasi nonpartisipan, pengamat berada diluar subjek

yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Dengan demikian pengamat akan lebih mudah mengamati kemunculan

tingkah laku yang diharapkan. Black & Champion menjelaskan dalam

jenis prosedur ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat
58

dilakukannya observasi. Prosedur ini dapat dikembangkan dengan

beberapa cara. Observasi partisipan dianggap memiliki daya tarik yang

tinggi sebagai suatu metode, namun tidak setiap orang ingin atau mampu

menyediakan waktu untuk masalah yang dianggap tidak sah atau bernilai

negatif, dan juga resiko dalam cara-cara mendapatkan data.

Black & Champion (2005:289) menyatakan, dalam observasi non

partisipan peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang

berkenan dengan kelompok yang diamati kurang dituntut. Observasi

nonpartisipan adalah suatu prosedur yang dengan peneliti mengamati

tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak

melakukan partisipasi terhadap kegiatan dilingkungan yang diamati.

Tentunya diperlukan keahlian untuk dapat memadukan keadaan sekitar

dan mencatat hasil pengamatan yang kiranya terlewati.

Sugiyono (2008:228) menyatakan, berdasarkan cara pengamatan

yang dilakukan, observasi juga dibedakan menjadi dua bagian yaitu

observasi tak berstruktur dan observasi berstruktur. Observasi dalam

penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstuktur. Observasi tidak

terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis

tentang apa yang akan diobservasi.

Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa

yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan

instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu

pengamatan. Soehartono menjelaskan, observasi berstruktur digunakan


59

apabila peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga

dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat

pedoman tentang tingkah laku apa saja yang diamati.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipan dan

observasi nonpartisipan. Dimana peneliti tidak terlihat langsung dalam

mengawasi pelaksanaan peran BKBPMP untuk menangani program

pernikahan dini yang ada di Kabupaten Serang dan peneliti hanya menjadi

pengamat yang independen.

3.6.2 Wawancara

Moleong (2006:186) menyatakan, metode wawancara merupakan

metode yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh

dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Sedangkan menurut Soehartono (2004:68), wawancara

(interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden,

dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam

(tape recorder). Metode wawancara dapat diperlukan hanya sebagai tool

pengumpul data bersama-sama dengan instrument lain. Sugiyono

(2008:138) menjelaskan bahwa:

“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila


peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
60

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi”.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2008:138) menyatakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

interview dan kuesioner adalah:

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang


dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan
oleh peneliti.

Sugiyono (2008:140) mengemukakan bahwa, wawancara dapat

dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur dapat dilakukan melalui

tatap muka maupun dengan menggunakan telepon. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur untuk

memperoleh data dalam penelitian ini.

Menurut Moleong (2006:190), wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan. Wawancara tidak

terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan yang tersrtuktur.

Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang

bukan baku atau tunggal. Responden biasanya terdiri atas mereka yang
61

terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas, biasanya mereka memiliki

pengetahuan dan mendalami situasi dan mereka lebih mengetahui

informasi yang diperlukan.

3.6.2.1 Pedoman Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan

pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa

pertanyaan informasi. Aturan pada wawancara penelitian lebih

ketat. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti berdasarkan tugas

pokok dan fungsi setiap informan dalam penelitian. Oleh karena itu

dalam pedoman wawancara mengajukan pertanyaan perlu dilandasi

oleh indikator teori. Adapun Pedoman wawancara dalam penelitian

ini yaitu:

Tabel 3.2
Pedoman Wawancara

No. Indikator Sub Indikator Uraian Pertanyaan Informan

1. Harapan Apa tujuan BKBPMP terkait dalam I1, I2, I3


(Expectation) menangani pernikahan dini ?
Adakah tujuan lain dari dibentuknya I1
kelembagaan BKBPMP kepada
masyarakat ?
Apa tujuan dari KUA mengadakan
pembinaan atau penasehatan kepada
calon pengantin sebelum I15-17
melangsungkan pernikahan ?
Apa tujuan dari BKBPMP I1, I2, I3
mengadakan sosialisasi terhadap
remaja yang masih duduk di bangku
sekolah ?
Tujuan dan Siapa saja yang menjadi sasaran
Sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan
pernikahan dini ?
62

I1,I2, I3

Siapa yang menjadi sasaran


BKBPMP yang seharusnya
diberikan arahan-arahan dalam I2, I3
mencegah terjadinya pernikahan dini
?
Apakah sudah melakukan kegiatan
sosialisasi atau penyuluhan kepada
masyarakat di Kecamatan yang I2, I3
memiliki angka tertinggi pernikahan
dini ?
Siapa saja yang menjadi sasaran
pihak KUA untuk mengikuti
pembinaan atau penasehatan I15-17
sebelum melangsungkan pernikahan
?
2. Norma Kebijakan apa yang telah dibuat I1
(Norm) oleh BKBPMP dalam menangani
pernikahan dini ?
Peraturan apa yang dibuat pihak
KUA jika menikahkan anak di
bawah usia 16 tahun ? I15-17

Apakah ada peraturan untuk


penghulu jika menikahkan anak di
bawah usia 20 tahun ? I15-17

Mengapa peraturan pemerintah


menerapkan usia ideal untuk
perempuan menikah minimal 20 I1, I3
tahun ?
Apakah BKBPMP rutin dalam
mengadakan sosialisasi atau
pembinaan terhadap masyarakat, I2, I3
terutama pada remaja mengenai
pernikahan dini ?
Sosialisasi seperti apa yang sudah
Peraturan dan dilakukan BKBPMP kepada
Sosialisasi masyarakat dalam menjalankan I1
perannya ?
Apakah BKBPMP sudah melakukan
penyuluhan atau pembinaan
mengenai pencegahan pernikahan I2, I3
dini di Kecamatan yang memiliki
jumlah angka tertinggi ?
63

Dalam 1 (satu) tahun berapa kali


BKBPMP mengadakan kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat ? I2, I3

Apakah pihak BKBPMP bekerja


sama dengan UPT setempat dalam
mengadakan kegiatan sosialisasi ? I2, I3

3. Wujud Apa yang sudah dilakukan


Perilaku BKBPMP dalam peranannya
(Performance) menangani pernikahan dini ? I1, I2, I3

Apakah peran BKBPMP I2, I3


sebelumnya sudah berjalan sesuai
dengan target ?
Kendala apa yang ditemukan
dilapangan mengenai pencegahan
pernikahan dini ? I2, I3

Bagaimana peran BKBPMP dalam


menangani dan mencegah terjadinya
pernikahan dini atau di bawah usia I2, I3
20 tahun ?
Dalam peranannya lembaga
BKBPMP ada berapa bidang yang
menangani langsung dalam I1
pernikahan dini ?
Apakah Bidang IKAP & KK
Tupoksi, Peran berperan aktif dalam menangani
dan Strategi pernikahan dini ? I2

Apakah Bidang KB & KR berperan


aktif dalam menangani pernikahan
dini ? I3

Apakah peran pemerintah sangat I1, I4, I5,


penting bagi masyarakat mengenai
I6-9, I10-14,
pencegahan pernikahan dini ?
I15-17
Apa solusi dari BKBPMP dalam
menangani kasus pernikahan dini
yang sudah banyak terjadi, agar I1, I2, I3
resiko yang dikhawatirkan bagi
perempuan dapat berkurang ?
64

Bagaimana strategi yang dilakukan


BKBPMP dalam memberikan
penyuluhan atau sosialisasi kepada I2, I3
orang tua yang memiliki anak
remaja <20 tahun ?
Apa saja langkah dan strategi yang
dilakukan oleh BKBPMP dalam
menangani pernikahan dini di I1, I2, I3
Kabupaten Serang, terutama di
Kecamatan Padarincang ?
Program apa saja yang diadakan
oleh BKBPMP terkait dalam
menangani pernikahan dini ? I1, I2, I3

Program apa yang paling efektif


yang telah dijalankan oleh BKBPMP
dalam menangani pernikahan dini ? I2, I3

4. Penilaian Faktor-faktor apa saja yang menjadi


(Evaluation) penghambat program BKBPMP
dalam mengurangi jumlah angka I2, I3
pernikahan dini ?
Faktor-faktor apa yang
menyebabkan tingginya angka
pernikahan dini di Kecamatan I2
Padarincang ?

Upaya apa yang sudah terealisasikan


oleh BKBPMP terhadap masyarakat
di Kecamatan Padarincang dalam I2, I3
menangani pernikahan dini ?
Seberapa besar pengaruh BKBPMP
dalam mengurangi jumlah angka
pernikahan dini terhadap masyarakat I10-14, I18-22
?
Apakah ada hasil positif yang
dirasakan masyarakat terhadap
program yang dilakukan oleh I10-14, I18-22
BKBPMP dalam menangani dan
mencegah pernikahan dini ?
Apakah selalu ada peningkatan dari
tahun ke tahun yang melakukan
pernikahan dini di bawah usia 20 I2, I15-17
Hasil dan
tahun ?
Dampak
Faktor apa saja yang mendorong I4, I5, I6-9,
65

masyarakat Kecamatan Padarincang I10-14, I15-17


banyak melakukan pernikahan dini ?
Dari hasil survey data yang
dilakukan pegawai KUA, Desa
manakah yang banyak melakukan I15-17
pernikahan dini ?
Adakah hasil yang dirasakan oleh
pihak BKBPMP dalam tugas yang
dijalankannya mengenai pencegahan I1, I2, I3
pernikahan dini ?
Apakah ada paksaan dari kedua
orang tua untuk menikah di usia dini
? I18-22

Apakah pernikahan dini ini banyak


terjadi karena adanya perjodohan
antar orang tua ? I6-9, I10-14

Apa dampak dari pernikahan dini I1, I2, I3,


atau pernikahan di bawah usia 20
I4, I5, I15-17
tahun ?
Apakah ada resiko yang
mengkhawatirkan bagi perempuan
yang menikah di bawah usia 20 I3
tahun jika dilihat dari sudut pandang
kesehatan reproduki ?
5. Sanksi Bentuk dan Adakah bentuk sanksi jika peran
(Sanction) Mekanisme BKBPMP tidak berjalan sesuai
dengan Tupoksinya ? I1

Bagaimana mekanisme
penyelenggara kegiatan yang
dilaksanakan oleh BKBPMP dalam I1
perananannya mengenai pernikahan
dini ?
(Sumber: Peneliti 2015)

3.6.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

memperoleh atau mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-
66

buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, dan tesis

lainnya. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan dari suatu penelitian, teori-teori yang mendasari masalah dan

bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi

kepustakaan.

Selain itu, seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang

penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan

penelitiannya, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua

informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

3.6.4 Studi Dokumentasi

Soehartono (2004:70) mengemukakan bahwa, studi dokumentasi

merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai

macam, tidak hanya dokumen resmi, namun dokumen dapat berupa buku

harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus (case records)

dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan tetapi perlu diingat

bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan penelitian

sehingga penggunaannya memerlukan kecermatan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2008:240), dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan


67

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,

sketsa dan lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan studi

dokumentasi yang berupa gambar atau foto-foto agar hasil penelitian dari

observasi atau wawancara yang dilakukan peneliti lebih kredibel atau

dapat dipercaya.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pekerjaan yang sangat sulit dalam penelitian,

mebutuhkan kerja keras, ketelitian dan memerlukan adanya kreatifitas yang tinggi.

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:5.26), analisis data adalah

proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip interview, catatan

dilapangan dan bahan-bahan lain yang didapatkan, yang kesemuanya itu

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu fenomena dan

membantu untuk mempresentasikan penemuan kepada orang lain. Tersirat dalam

penjelasan ini, bahwa analisis data terkait dengan pengumpulan dan interpretasi

data. Sedangkan analisis data kualitatif, menurut Bogdan dan Biklen di dalam

Moleong (2006:248):

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan


bekerja menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain”.

Dalam proses analisis data, pada penelitian ini peneliti menggunakan

analisis data di lapangan model Irawan (2006:5.27) berikut ini:

1. Pengumpulan data mentah


2. Transkip data
3. Pembuatan koding
4. Kategorisasi data
68

5. Penyimpulan sementara
6. Triangulasi
7. Penyimpulan akhir

Gambar 3.3
Proses Analisis Data

Pengumpulan Pembuatan Kategorisasi


Transkip Data
Data Mentah Koding Data

Penyimpulan Sementara Triangulasi Penyimpulan Akhir

(Sumber: Irawan, 2006:5.27)

3.7.1 Pengumpulan Data Mentah

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data mentah

misalnya, melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka. Pada

tahap ini pengumpulan data mentah ini, peneliti harus berhati-hati dalam

mencatat data, data yang dicatat adalah data yang apa adanya. Data

tersebut belum dicampurkan dengan pikiran, komentar, dan sikap peneliti.

3.7.2 Transkip Data


69

Pada tahap ini peneliti mengubah catatan data mentah ke bentuk

tertulis (apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan tangan).

Yang dituangkan dalam tulisan ini pun adalah persis seperti apa adanya.

3.7.3 Pembuatan Koding

Tahap ini peneliti melakukan dan memberikan kode pada hal-hal

penting yang merupakan kata kunci, dan kata kunci tersebut nanti akan

diberi kode supaya memudahkan peneliti dalam menganalisis data secara

detail.

3.7.4 Kategorisasi Data

Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara

mengikat konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang

dinamakan kategori. System koding dan kategorisasi data tergantung pada

kreativitas yang dimiliki oleh peneliti. Kodingnya seperti apa, judulnya

seperti apa, kata-kata kunci apa yang perlu dimasukkan.

3.7.5 Penyimpulan Sementara

Penyimpulan sementara merupakan penyimpulan yang dibuat oleh

peneliti sendiri dan bersifat sementara. Kesimpulan sementara ini disebut

Observe’s Comments (OC).


70

3.7.6 Triangulasi

Triangulasi adalah proses check and recheck antara satu sumber

data dengan sumber lainnya. Pada penelitian ini peneliti akan

menggunakan dua triangulasi data, yaitu:

1. Triangulasi Sumber
Menurut Sugiyono (2005:82), Triangulasi sumber berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi Teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback menyatakan bahwa tujuan

dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa

fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa

yang telah ditemukan. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan

triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent

(meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan

menggunakan teknik triangulasi maka data yang diperoleh akan lebih

konsisten, tuntas, dan pasti.

3.7.7 Penyimpulan Akhir

Kesimpulan (conclusion) adalah suatu pernyataan umum dan logis

yang ditarik dari beberapa kasus, dan menunjukkan pola yang


71

menggambarkan ciri-ciri kasus tersebut. Kesimpulan akhir dalam

penelitian dilakukan adalah ketika peneliti merasa bahwa data sudah jenuh

(saturated) dan setiap penambahan data baru hanya berarti ketumpang

tindihan.

3.8 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan,

yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Juni 2015.

Tabel 3.4
Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian
Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst
No. 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015
Kegiatan

1. Pengajuan
Judul

2. Penetapan
Judul
72

3. Observasi
Awal
Penyusunan
4.
Proposal
Skripsi
Bimbingan
dan Revisi
5.
Proposal
Skripsi
Seminar
6.
Proposal
Skripsi
Revisi
7.
Proposal
Skripsi
Pencarian
8.
Data di
Lapangan
Pengolahan
9.
dan Analisi
Data
Penyusunan
10.
Hasil
Penelitian
Bimbingan
11.
dan Hasil
Revisi
Penelitian

12. Sidang
Skripsi

13. Revisi
Skripsi
(Sumber: Peneliti 2015)
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kelembagaan BKBPMP Kabupaten Serang

Kondisi Kabupaten Serang pada umumnya tergolong pada lahan

dataran dan bergelombang, yang terbentang dari Kecamatan Tirtayasa

sampai Kecamatan Cinangka, dengan berbatasan:

Utara : Kota Serang dan Laut Jawa

Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda

Selatan : Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak

Timur : Kabupaten Tangerang

Secara Geografis Wilayah Kabupaten Serang terletak pada

kordinat 50* 50’ – 60* 21’ Lintang Selatan dan 105* 0’ – 106* 22’

Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke

selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang dari barat ke timur

90 Km, dengan luas wilayah 1.467,35 Km2. Secara administrative,

Kabupaten Serang terdiri dari 29 Kecamatan dan 326 Desa. Kantor

BKBPMP Kabupaten Serang terletatak di Jl. Empat Lima No. 28

Serang-Banten Telp. (0254) 201152. Kantor sementara Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang terletak di Jalan Raya Taktakan No.

10A Serang, Telp. (0254) 201152 (kantor sementara).

73
74

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang sebagai salah satu Satuan

Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Serang, tentunya

berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan yang disusun sesuai dengan mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah

Kabupaten Serang Tahun 2011-2015, dan bersifat indikatif. Bersifat

indikatif berarti informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan

maupun keluaran. Dan dampak yang tercantum dalam dokumen

Renstra ini hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan

bersifat tidak kaku.

Secara konseptual Visi dan Misi Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana senantiasa bermuara kepada ketercapaian

kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan Visi Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang dalam rangka pemenuhan hak dasar

masyarakat, maka ditetapkan Visi Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) 2011-2015,

yakni:

“Terwujudnya Penduduk yang Berkualitas untuk Mendorong

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan


75

Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak, menuju

Masyarakat Agamis, Mandiri dan Sejahtera”.

Untuk mewujudkan Visi organisasi, upaya yang akan

dilaksanakan pada kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang adalah

memberikan kontribusi nyata yang strategis dan inovatif dalam

pengembangan peran perempuan dan keluarga berencana di

Kabupaten Serang, melalui:

1. Menyelenggarakan tatakelola penyelenggaraan Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) yang bersih, transparan dan

akuntabel.

2. Mewujudkan dan meningkatkan harmonisasi, koordinasi

dan fasilitasi dengan sektor terkait dalam perwujudan

masyarakat agamis, mandiri dan sejahtera.

3. Mewujudkan dan meningkatkan ketahanan, pemberdayaan

keluarga serta masyarakat dalam menciptakan keluarga

kecil bahagia dan sejahtera.

4. Mewujudkan dan meningkatkan pemberdayaan

perempuan, kesetaraan gender dan perlindungan anak

dalam keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam

menciptakan kemandirian ekonomi, sosial dan budaya

yang berkualitas.
76

6. Meningkatkan penguatan kelembagaan masyarakat

pedesaan dalam pembangunan partisipatif.

4.1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi BKBPMP Kabupaten Serang

Sesuai dengan Peraturan Bupati Serang Nomor: 21 Tahun

2012, tentang tugas pokok dan fungsi Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten

Serang mempunyai tugas pokok yaitu, merencanakan, mengatur,

melaksanakan dan mengawasi penyelengaraan sebagian tugas

Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan. Sedangkan fungsi dari Badan Keluarga

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan diantaranya

yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan sebagian

tugas Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan.

2. Pengaturan penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah di

bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan.

3. Pelaksanaan Penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah

di bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan.
77

4. Pengawasan Penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah

di bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan.

5. Pelaksanaan Tugas Tambahan.

4.1.1.2 Susunan Organisasi BKBPMP Kabupaten Serang

Gambar 4.1
Struktur Organisasi

KEPALA

SEKRETARIS

Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian


Umum dan Keuangan Program dan
Kepegawaian Evaluasi
Jabatan
Fungsional

Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang


Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan KB IKAP
Perempuan dan Masyarakat Ekonomi dan KK
Perlindungan Masyarakat Sub Bidang
Anak
Kespro Remaja
Sub
Sub Bidang Bidang
Kelembagaan Sub Bidang Sub IKAP
Sub Bidang Masyarakat Pemberdayaan Bidang
Pemberdayaan
Usaha Ekonomi Pelayanan
Perempuan dan Sub
Masyarakat KB
Pengarasutamaan Sub Bidang Bidang
Gender Partisipasi KK
Masyarakat Sub Bidang
Pengembangan
Sub Bidang
Usaha
Perlindungan
Masyarakat
Anak

UPT
78

(Sumber: BKBPMP Kabupaten Serang Tahun 2014)

Sumber Daya Manusia (SDM) berjumlah 104 orang pegawai

yang bertugas di Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang. Berikut

ini adalah tabel pegawai berdasarkan jenjang pendidikan:

Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Pegawai BKBPMP

No. Tahun Pendidikan Jumlah

SD -

SLTP -

SLTA 42

1. 2013 DIPLOMA 5

S1 44

S2 13

S3 -

(Sumber: Profil BKBPMP Kabupaten Serang Tahun 2014)


79

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Padarincang

Kecamatan Padarincang mempunyai luas wilayah 11.082

Ha yang terdiri dari 14 Desa dengan batas wilayah:

Batas Sebelah Utara : Kecamatan Mancak

Batas sebelah Timur : Kecamatan Ciomas

Batas Sebelah Barat : Kecamatan Cinangka

Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Mandalawangi

Jumlah Penduduk adalah 66.652 Jiwa. Selanjutnya melihat

dari karakteristik wilayah yaitu, untuk kecamatan Padarincang

dengan kondisi wilayah termasuk ke dalam keseluruhan pedesaan.

Adapun jarak Ibukota Kecamatan Padarincang ke Ibukota

Kabupaten Serang yaitu, dengan jarak 32 Km. Kemudian dalam

karakteristik wilayah terdapat pula letak wilayah kecamatan

Padarincang yang dilalui oleh jalan Provinsi dan Kabupaten.

Kemudian melihat dari jenis mata pencaharian untuk kecamatan

Padarincang memiliki masyarakat yang bermata pencaharian

sebagai petani sebanyak 3.799 jiwa, dan yang memiliki mata

pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1.279 jiwa, dan yang

memiliki mata pencaharian sebagai buruh sebanyak 7.187 jiwa, dan


80

yang memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri sebanyak

459 jiwa.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di kecamatan

Padarincang yaitu lulusan SD sebanyak 33.423, SLTP sebanyak

10.288 orang lulusan SLTA sampai dengan Tahun 2013

sebanyak 4.845 orang lulusan Akademi/PT sampai dengan Tahun

2013 sebanyak 910 orang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 16

Tahun 2001 tentang pembentukan kecamatan, organisasi

kecamatan dan kelurahan, maka komposisi struktur organisasi

kecamatan Padarincang pada bulan desember tahun 2013, adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Camat : Drs. Ajat Sudrajat, M.Si

2. Sekretaris Kecamatan : Taufik, S.Pd, M.Si

3. Kepala Seksi Tata Pemerintahan : E. Junariyah S.AP

4. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial : Asep Sopan Paridi

5. Kepala Seksi PMD : Hadi Suryanto

6. Kepala Seksi Ekonomi/Pembangunan : H. Juanda, S.Pd

7. Kepala Seksi Trantib : Tata Mudifarizal, SH

8. Kepala Sub Bagian Umum : Hilmi

9. Kepala Sub Bagian Keuangan : H. Ade Saepullah

10. Kasubag Perencanaan dan Evaluasi : Nana Sukarna


81

11. Pelaksana : Andi Aziz dan Entis Sutisna, S.AP

Gambar 4.3
Struktur Organisasi

KEPALA CAMAT

SEKRETARIS KECAMATAN

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi


Tata Kesejahteraan PMD Ekonomi/Pembangunan
Pemerintahan Sosial

Kepala Seksi Kepala Sub Kepala Sub Bagian


Trantib Bagian Umum Keuangan

Kasubag
Perencanaan dan
Evaluasi

PELAKSANA

(Sumber: Struktur Organisasi Tahun 2013)


82

Adapun Dinas/Instansi UPTD yang ada di Kecamatan

Padarincang, terdiri dari:

1. Kantor Urusan Agama (KUA)

2. UPT Dinas Pendidikan

3. UPT Puskesmas

4. UPT Dinas Pertanian

5. UPT Pengairan

6. UPT KB

Kecamatan Padarincang terdiri dari 14 Desa, yaitu:

1. Desa Barugbug

2. Desa Ciomas

3. Desa Cipayung

4. Desa Cisaat

5. Desa Curugoong

6. Desa Batukuwung

7. Desa Citasuk

8. Desa Padarincang

9. Desa Kalumpang

10. Desa Kadubeureum

11. Desa Cibojong

12. Desa Kramatlaban


83

13. Desa Bugel, dan

14. Desa Kadukempong

Kecamatan Padarincang juga terbagi atas 156 Kampung

(Dusun), 67 Rukun Warga (RW), dan 168 Rukun Tetangga (RT).

Bahasa daerah yang digunakan di Kecamatan terdapat dua jenis

yaitu, Bahasa Sunda dan Jawa Serang. Bahasa Sunda digunakan di

Desa Padarincang, Desa Bugel, Desa Cibojong, Desa Kramatlaban,

Desa Kadubeureum, Desa Cipayung, Desa Curuggoong, Desa

Batukuwung, dan Desa Kadukempong. Sedangkan Bahasa Jawa

Serang lebih banyak digunakan di Desa Kalumpang, Desa Citasuk,

Desa Barugbug, Desa Cisaat, dan Desa Ciomas.

Kondisi ekonomi di Kecamatan Padarincang, dengan

semakin berkembangnya potensi unggulan daerah membawa

perubahan terhadap kultur masyarakat, yaitu pekerjaan masyarakat

Kecamatan Padarincang yang pada umumnya petani dan home

industri. Seperti, pembuatan tikar, anyaman bambu, dan lain-lain.

Dengan demikian beberapa produk unggulan di Kecamatan

Padarincang sudah sangat sulit untuk dikembangkan. Beberapa

produk unggulan di Kecamatan Padarincang antara lain, pengrajin

emping di Desa Padarincang dan Pengrajin kompor di Desa

Curugoong.

Pekerjaan penduduk di Kecamatan Padarincang selain

petani dan pekerja home industri yakni mayoritas sebagai buruh


84

harian lepas dan pekerja wiraswasta. Sedangkan untuk potensi

pariwisata di Kecamatan Padarincang terdapat 3 (tiga) lokasi yang

sudah berjalan yaitu, pemandian air panas di Desa Batukuwung

Kecamatan Padarincang, pemandian cirahab di Desa Curugoong

Kecamatan Padarincang dan air terjun cigumawang di Desa

Padarincang Kecamatan Padarincang.

4.1.3 Gambaran Umum Kantor Urusan Agama (KUA)

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang

menempati gedung sendiri yang berstatus tanah hak milik (AJB)

dan terletak ± 500 m sebelum arah menuju Pasar Padarincang,

dengan menempati gedung seluas 130 m2 dan luas tanah 250 m2.

Kini Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang sedang

berbenah dan memperlengkap diri dengan berbagai macam data

statistik dan visualisasi yang berkaitan dengan peristiwa Nikah dan

Rujuk serta data keagamaan lainnya.

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang

adalah salah satu komponen penyelenggara tugas kenegaraan

(pemerintahan) dalam masalah keagamaan yang merupakan ujung

tombak dari Kementerian Agama. Sebagaimana tercantum dalam

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

1975 yang mempunyai tugas pokok sebagai berikut:


85

“Melaksanakan sebagian tugas Kementerian Agama

Kabupaten/Kota di bidang Bimbingan Masyarakat Islam (BMI)

dalam wilayah kecamatan, dan mengkoordinasikan kegiatan-

kegiatan lintas sektoral di wilayahnya, dan selalu mengadakan

koordinasi jika ada masalah-masalah yang berkaitan dengan

petunjuk teknis penyelenggaraan dengan Kepala Seksi Urusan

Agama Kementerian Agama Kabupaten Serang”. Kantor Urusan

Agama Kecamatan Padarincang beralamatkan di Jalan Raya Palka

Padarincang Km. 35 Kabupaten Serang Provinsi Banten.

Dengan tujuan untuk memenuhi kewajiban instansional

sesuai dengan KMA Nomor 507 Tahun 2003, tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Satuan

Organisasi/Kerja di Lingkungan Kementerian Agama dan KMA

Nomor 517 Tahun 2001, tentang Penataan Organisasi Kantor

Urusan Agama Kecamatan. Adapun Visi dan Misi Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Padarincang, yakni:

“Unggul dalam Pelayanan dan Pembinaan Masyarakat, Tertib

Administrasi dan Pembinaan Umat”.

Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang:

a. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk

secara cepat, tepat, cermat, professional, ramah dan simpatik.

b. Meningkatkan tertib administrasi ketatausahaan pernikahan,

pewakafan dan kemasjidan.


86

c. Meningkatkan peran BP4 dalam upaya meningkatkan kualitas

perkawinan untuk mewujudkan keluarga sakinah.

d. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan ibadah haji

menuju haji mabrur.

e. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi keluarga sakinah,

kemitraan umat islam, dan produk halal.

f. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi Jid Zawaibsos

(Masjid Zakat Wakaf Ibadah Sosial).

g. Meningkatkan pelayanan informasi dan pembinaan haji dan umroh.

h. Meningkatkan kerjasama/koordinasi lintas sektoral dengan instansi

pemerintah yang terkait dan lembaga-lembaga islam.

4.1.3.1 Data Pegawai KUA Kecamatan Padarincang

Tabel 4.4

No. Nama JK Pendidikan Jabatan

1. Drs. H. A. Farid, M.Si L S2 Kepala

2. Umar Fauzi, S.Hi L S1 Penghulu

3. Hidayat, S. Pdi L S1 Penghulu

4. Fathiah P SMA Pelaksana

5. Rosmawati, S. Sos P S1 Pelaksana

6. Rizki Amalia P SMA Pelaksana

7. Kusnun L SMA Pelaksana

8. Jajuli L SMA Pelaksana


87

(Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang)

Dari tabel 4.4 di atas, Kantor Urusan Agama (KUA) di

Kecamatan Padarincang memiliki jumlah pegawai sebanyak 8 orang.

Dari 8 orang tersebut sudah termasuk dengan Kepala KUA, dan

terdiri dari 3 penghulu, yakni diantaranya ialah Drs. H. A. Farid, M.

Si selaku Kepala KUA sekaligus sebagai Penghulu. Umar Fauzi, S.

Hi selaku pembantu penghulu (P2), dan Hidayat, S. Pdi selaku

pembantu penghulu (P2). Dan pelaksana program kerja di Kantor

Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Padarincang terdiri dari 5

orang pelaksana yang sudah terbagi di bidang masing-masing.

4.1.3.2 Tugas, Fungsi dan Tujuan Kantor Urusan Agama

a. Tugas

Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang bertugas

melaksanakan sebagian tugas Kementerian Agama

Kabupaten Serang di bidang Urusan Agama Islam di

wilayah Kecamatan Padrincang.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Padarincang menyelenggarakan

fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi.


88

2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan

surat, kearsipan, pengetikan, dan rumah tangga

Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang.

3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk,

mengurus dan membina Jid Zawaibsos (Masjid

Zakat Wakaf Ibadah Sosial), baitul mal, pembinaan

keluarga sakinah, produk halal dan kemitraan umat

islam sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Tujuan

1. Terwujudnya pelayanan teknis dan administrasi

Nikah dan Rujuk.

2. Terwujudnya kualitas/kuantitas keluarga sakinah,

kemitraan umat islam, dan produk halal.

c. Terwujudnya kualitas pelayanan ibadah sosial.

d. Terwujudnya kualitas ibadah haji dan umroh.

e. Terwujudnya koordinasi lintas sektoral.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelittian

Penelitian mengenai peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam


89

menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang Kabupaten

Serang ini, berdasarkan sesuai dengan Peraturan Bupati Serang Nomor:

21 Tahun 2012, tentang tugas pokok dan fungsi Badan Keluarga

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

Kabupaten Serang yang mempunyai tugas pokok yaitu, merencanakan,

mengatur, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan sebagian

tugas Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan.

Metode penelitian deksriptif atau deskripsi penelitian adalah

salah satu penelitian yang banyak digunakan pada penelitian yang

bermaksud menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2011), “Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian

yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan

atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur

ilmiah untuk menjawab masalah secara “actual”. Sedangkan

Sukmadinata (2006), menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif

adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan,

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang

ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,

akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang

berlangsung.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial


90

yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai

narasumber, atau partisipan, dan informan.

Berdasarkan teknik data kualitatif peneliti menggunakan

analisis data dilapangan model Irawan (2006:5.27), maka proses

analisis data yang pertama kali digunakan oleh peneliti adalah

pengumpulan data mentah. Pada tahap ini peneliti melakukan

pengumpulan data mentah yaitu dengan cara, observasi, wawancara

dengan informan, dan kajian pustaka yaitu, dengan mengumpulkan

buku-buku yang menjadi referensi dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori menurut

Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216), ada lima istilah tentang

perilaku dalam kaitannya dengan peran, yakni: Expectation (harapan),

Norm (norma), Performance (wujud perilaku), Evaluation (penilaian)

dan Sanction (sanksi). Setelah data mentah terkumpul dengan baik

maka peneliti membuat transkip data yaitu, dengan merubah data-data

hasil wawancara, observasi maupun kajian pustaka kedalam bentuk

tulisan. Data yang peneliti dapatkan dilapangan lebih banyak didapat

melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan dari

orang-orang yang diwawancarai adalah sebagai sumber data utama.

Sumber data utama dicatat dalam buku catatan kecil atau melalui alat

perekam yang terdapat di dalam handphone yang digunakan selama


91

wawancara berlangsung. Selain observasi, wawancara, dan kajian

pustaka peneliti juga mengambil setiap langkah proses wawancara

dengan informan melalui sebuah foto dan hasil dokumentasinya yang

dimana foto tersebut cukup berharga dan juga dapat membantu

membuktikan bahwa peneliti turun langsung ke lapangan.

Tabel 4.5
Transkip Matriks Triangulasi

Item Wawancara Obsevasi Dokumentasi

Tugas pokok dan fungsi

Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan (BKBPMP)

Kabupaten Serang berdasarkan

Peraturan Bupati

No. 21 Tahun 2012

mempunyai tugas pokok yaitu: √ √ √

merencanakan, mengatur,

melaksanakan dan mengawasi

penyelenggaraan sebagian tugas

Pemerintah Daerah di bidang

Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan.

(Sumber: Penelitian Tahun 2015)


92

Kemudian setelah data mentah terkumpul dan peneliti membuat

transkip data melalui tulisan, dan memberikan koding pada aspek-aspek

tertentu, misalnya:

Kode Q : Menunjukan Pertanyaan

Kode A : Menunjukan Jawaban

I1 – I22 : Mendapatkan urutan informan 1-22

I1 : Kepala Badan BKBPMP Kabupaten Serang

I2 : KASUBID IKAP (Informasi Analisa Program)

I3 : KASUBID KR (Kesehatan Reproduksi)

I4 : Kepala Desa Kadu Bereum

I5 : Kasi Kesos Desa Kadu Bereum

I6-9 : Tokoh Masyarakat

I10-14 : Para Orang tua (Ibu-ibu)

I15-17 : Penghulu

I18-I22 : Remaja (PUS) menurut umur istri <20 tahun.

Setelah peneliti memberikan kode-kode pada setiap aspek tertentu

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat ditemukan

tema dan polanya. Maka peneliti melakukan kategorisasi berdasarkan

jawaban-jawaban yang telah ditemukan peneliti dilapangan, dengan

membaca dan menelaah jawaban-jawaban yang telah ditemukan oleh

peneliti dilapangan. Kemudian menelaah jawaban-jawaban tersebut dan

mencari data penunjang lain yang akan memperkuat hasil penelitian


93

dilapangan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif, bagan, matriks, hubungan

antara kategori dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, penyajian data

yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk teks narasi.

4.2.2 Informan Penelitian

Seperti yang sudah dikemukakan dalam BAB III

sebelumnya, bahwa penelitian ini mengenai peran Badan Keluarga

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang

Kabupaten Serang, penentuan informan menggunakan teknik

purposive yaitu wawancara mendalam kepada informan

(Sugiyono:2011).

Adapun informan dalam penelitian ini adalah Kepala

BKBPMP Kabupaten Serang, Kepala Sub Bidang IKAP dan

Kepala Sub Bidang KR yang berperan dalam menangani

pernikahan dini ke lapangan. Informan lainnya, salah satu Kepala

Desa yang ada di Kecamatan Padarincang yakni, Kepala Desa

Kadu Beureum dan Kasi Kesos (Kesejahteraan Sosial) Desa Kadu

Beureum. 4 orang Tokoh Masyarakat di Kecamatan Padarincang,

sebanyak 5 orang Ibu-ibu (orang tua) yang sudah menikahkan anak

perempuannya <20 tahun, 3 orang penghulu Kecamatan

Padarincang dan 5 orang remaja pasangan usia subur (PUS)


94

menurut umur istri <20 tahun. Perlu diketahui data dari informan-

informan secara lebih jelasnya ialah sebagai berikut:

1. Drs. Oyon Suryono, MM, ia adalah Kepala Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang.

2. Cicih Sugiharti, S.Sos, ia adalah Kepala Sub

Bidang Informasi Analisa Program Keluarga (IKAP)

di BKBPMP Kabupaten Serang.

3. Asep Rahmat, SE, M.Si, ia adalah Kepala Sub

Bidang Kesehatan Reproduksi (KR) di BKBPMP

Kabupaten Serang.

4. H. Dudung Mudrik, ia adalah Kepala Ds. Kadu

Bereum, Kec. Padarincang.

5. H. Rahmat, ia adalah Kasi Kesos (Kesejahteraan

Sosial) di Kantor Kelurahan Ds. Kadu Beureum,

Kec. Padarincang.

6. H. Rahmat, ia adalah Kasi Kesos (Kesejahteraan

Sosial) di Kantor Kelurahan Ds. Kadu Bereum,

sekaligus salah satu tokoh masyarakat di Kp. Curug

Dahu, Kec. Padarincang.

7. Junaedi, ia adalah salah satu tokoh masyarakat di

Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Bulakan Kec. Padarincang.


95

8. Kartawi, ia adalah salah satu tokoh masyarakat di

Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Tengah Kec. Padarincang.

9. Ahmad Ita, adalah salah satu tokoh masyarakat di

Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang.

10. Ibu Sani, adalah orang tua dari Rina. Menikahkan

anaknya <20 tahun dan merupakan warga Ds.

Citasuk, Kp. Cipanas Masjid Kec. Padarincang.

11. Ibu Sarti, adalah orang tua dari Siti Sofiaranti.

Menikahkan anaknya <20 tahun dan merupakan

warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid Kec.

Padarincang.

12. Ibu Kalsum, adalah orang tua dari Mi’ah Supriatin.

Menikahkan anaknya <20 tahun dan merupakan

warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid Kec.

Padarincang.

13. Ibu Sarti, adalah orang tua dari Eliah. Menikahkan

anaknya <20 tahun dan merupakan warga Ds.

Citasuk, Kp. Cipanas Masjid Kec. Padarincang.

14. Ibu Yani, adalah orang tua dari Reni Suhaeni.

Menikahkan anaknya <20 tahun dan merupakan

warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec.

Padarincang.
96

15. Drs. H. A. Farid, M. Si, ia adalah Kepala KUA

sekaligus penghulu di KUA Kec. Padarincang.

16. Umar Fauzi, S.Hi, ia adalah salah satu dari 3 (tiga)

penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.

Padarincang.

17. Hidayat, S. Pdi, ia adalah salah satu dari 3 (tiga)

penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.

Padarincang.

18. Rina Mariana (18 tahun), remaja PUS yang

menikah <20 tahun (16 tahun) warga Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid Kec. Padarincang.

19. Mi’ah Supriatin, (19 tahun), remaja PUS yang

menikah <20 tahun (17 tahun), warga Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid Kec. Padarincang.

20. Siti Sofiaranti, (20 tahun), remaja PUS yang

menikah <20 tahun (18 tahun), warga Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid Kec. Padarincang.

21. Eliah (19 tahun), remaja PUS yang menikah <20

tahun (17 tahun), warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas

Masjid Kec. Padarincang.

22. Reni Suhaeni (19 tahun), remaja PUS yang

menikah <20 tahun (17 tahun), warga Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang.


97

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Dalam

Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan

Padarincang Kabupaten Serang

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang sebagai salah satu

Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Serang, yang

mempunyai fungsi koordinasi dalam bidang KB, Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, baik itu

koordinasi dalam lingkup tatanan pemerintahan maupun koordinasi

langsung ke masyarakat, sehungga mempunyai peranan penting

dalam sebuah proses pencapaian tujuan yang tentunya

berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan yang disusun sesuai dengan yang mengacu pada

RPJMD Pemerintah Kabupaten Serang yang bersifat indikatif.

Bersifat indikatif berarti informasi, baik tentang sumber daya yang

diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum dalam

dokumen Renstra ini hanya merupakan indikasi yang hendak

dicapai dan bersifat tidak kaku.


98

Sesuai dengan tugas pokok BKBPMP Kabupaten Serang

yakni, membantu Bupati dalam Menyelenggarakan Penyusunan

dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah di Bidang Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana, maka pada proses

perencanaan perlu melibatkan berbagai pihak atau stakeholders,

baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Dalam program-program yang dirumuskan dan

pemanfaatan hasil-hasilnya, melalui proses perencanaan

pembangunan daerah yang lebih bersifat partisipatif. Bersifat

partisipatif dimaksudkan untuk mengakomodir seluruh

kepentingan masyarakat (keterlibatan semua pihak) tanpa

membedakan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, baik

dalam perencanaan penganggaran, pelaksanaan maupun

pengawasan. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan, perlindungan anak

dan keluarga berencana dimaksudkan untuk mendorong partisipasi

perempuan dan masyarakat dalam pembangunan yang

mengisyaratkan kepada kaum perempuan dan masyarakat pada

umumnya untuk lebih eksis meningkatkan peran sertanya dalam

pembangunan. Peningkatan kualitas dan peran perempuan pada

semua aspek kehidupan baik secara langsung atau tidak langsung

dilakukan melalui penciptaan situasi-situasi yang kondusif sebagai


99

motivator dan akselerasi proses pembangunan. Adapun tujuan

khusus penyusunan Renstra ini adalah:

1. Menjadikan Renstra sebagai suatu perangkat manajerial

dalam manajemen perencanaan yang efektif, efisien dan

akuntabel dalam lingkup BKBPMP Kabupaten Serang.

2. Mengembangkan dan meningkatkan sinergitas antar bidang

lingkup BKBPMP dalam rangka fasilitasi pembangunan

bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga

berencana.

3. Memudahkan para stakeholder dan instansi terkait

melakukan langkah-langkah adaptatif terhadap lingkungan

strategis yang selalu berubah.

4. Mengembangkan dan meningkatkan komunikasi di antara

stakeholder dalam proses perencanaan pembangunan

bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga

berencana.

Berdasarkan dengan Peraturan Bupati Serang Nomor: 21

Tahun 2012, yang sudah dibahas sebelumnya mengenai tugas

pokok dan fungsi Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang

mempunyai tugas pokok yakni, merencanakan, mengatur,

melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas


100

Pemerintah Daerah di bidang Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan.

Suatu organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya dan

sarana prasarana pendukung. Sumber daya manusia dan

perlengkapan tersebut merupakan elemen dalam menggerakkan

roda organisasi, sekaligus sebagai faktor internal yang berpengaruh

terhadap kemajuan suatu organisasi.

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang

diharapkan dilakukan oleh seseorang, Thoha (2003:80). Maka

berbicara dengan peran, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP), sebagai salah satu badan

publik memiliki karakteristik peran yang tentu saja berbeda dengan

badan-badan atau lembaga lainnya. Dimana, badan publik ini

memiliki peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat yakni, sebuah pernikahan dan

membentuk suatu keluarga baru sesuai dengan singkatan dari

BKBPMP itu sendiri, maka peran yang dijalankan oleh badan

publik ini merupakan sangat penting karena besar harapan yang

diharapkan dari perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-

norma yang harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-

harapan tersebut dapat tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai


101

apabila setiap orang atau badan publik tersebut menjalankan

peranannya dengan baik. Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu

saja setiap orang memiliki peranan yang berbeda-beda yang harus

dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Peranan

merupakan perilaku setiap individu maupun organisasi atau

kelompok yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,

karena di dalamnya dapat dicapai harapan-harapan yang tujuannya

adalah menyejahterakan masyarakat. Begitu pula dengan peran

BKBPMP itu sendiri dalam peranannya sebagai pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, salah satunya upaya dalam menangani

pernikahan dini.

Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1992 yang

disempurnakan melalui Undang-undang nomor 52 tahun 2009

mengenai perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, bekerjasama

dengan Kementrian Agama dan Dinas Sosial. Dan dalam

menangani pernikahan dini/pernikahan di bawah umur, Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang bekerja sama dengan PPPA

(Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan dan Anak).

Adapun tujuan pernikahan yakni, menciptakan ketengan

jiwa bagi suami dan istri, pendewasaan diri bagi pasangan suami
102

dan istri, serta melahirkan generasi yang jauh lebih berkualitas.

Namun dalam melangsungkan pernikahan ada beberapa persiapan

fisik/biologis bagi pasangan antara lain:

1. Usia ideal antara 20-25 tahun bagi perempuan dan

usia 25-30 tahun bagi laki-laki yang paling baik

untuk berumah tangga.

2. Mengetahui status kesehatan calon pasangan.

3. Hindari pernikahan antar keluarga yang terlalu

dekat, karena akan berakibat cacat pada anak.

4. Masalah kecantikan/ketampanan relatif sifatnya,

yang penting adalah bahwa tidak ada cacat yang

dapat menimbulkan distabilitas (ketidakmampuan

untuk berfungsi dalam kehidupan berkeluarga).

BKBPMP mempunyai peran, serta hak dan kewajibannya

untuk membimbing masyarakat dan memberikan pembinaan

sebelum melakukan pernikahan di bawah usia dini guna

menyejahterakan masyarakat, kelangsungan hidup masyarakat dan

membentuk suatu keluarga yang harmonis. Erat kaitannya dengan

pernikahan dini dan peran BKBPMP bertentangan dalam Undang-

undang Perkawinan Pasal 7 Ayat 1 Tahun 1974 yang isinya bahwa

perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19

tahun (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai

umur 16 tahun (enam belas) tahun, menurut Agama pernikahanan


103

pun dapat dibolehkan jika keduanya sudah baligh, semata-mata

agar terhindar dari zina. Sedangkan usia ideal yang ditentukan

BKBPMP untuk menikah bagi wanita berusia minimal 20 tahun

dan untuk pria berusia minimal 25 tahun jika dilihat dari Kesehatan

Reproduksi keduanya.

Dampak negatif yang ditakutkan dari badan publik ini,

yakni: terjadinya dampak psikis dikarenakan pernikahan yang

dilakukan dalam usia yang belum matang dan cara pandang serta

cara berfikir yang belum matang pula sehingga kekurang pahaman

akan tugas dan fungsinya dari sebuah rumah tangga. Kemudian

dampak biologis yang dikarenakan mengingat belum matangnya

usia pernikahan juga berdampak pada belum matangnya kesehatan

reproduksi. Sedangkan yang dimaksud dengan Kesehatan

Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh

dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala

hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

prosesnya.

Mengapa Kesehatan Reproduksi sangat penting untuk

diperhatikan? Karena persoalan kesehatan reproduksi sangat

berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia di masa mendatang.

Jika kesehatan reproduksi perempuan terganggu maka dalam

jangka panjang akan mengganggu kualitas hidup manusia secara

keseluruhan. Kesehatan reproduksi sangat terkait dengan siklus


104

hidup, karena sesungguhnya kesehatan reproduksi tercermin dari

kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya. Mulai dari saat

konsepsi, masa anak, masa remaja, dewasa hingga masa pasca usia

reproduksi. Adapun akibat reproduksi pada perempuan dan laki-

laki akan mengalami hal seperti, PMS, HIV, kanker payudara,

mandul, pendarahan, anemia, kekerasan seksual, pengeroposan

tulang, keguguran, kram, dan kanker rahim. Sedangkan akibat

reproduksi yang dialami oleh laki-laki yakni, HIV, impoten, dan

prostat. Terlihat dari perbedaan keduanya masalah kesehatan

reproduksi lebih beresiko pada perempuan. Oleh karena itu pihak

BKBPMP menentukan dan menerapkan usia ideal minimal 20

tahun untuk perempuan dan minimal 25 tahun untuk laki-laki

menikah sesuai dengan kesehatan reproduksi.

Pembahasan hasil penelitian dengan didasari data yang

peneliti peroleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi,

serta studi kepustakaan mengenai peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam

menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten

Serang memiliki beberapa indikator, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Harapan (Expectation)

Peran dapat diukur melalui harapan-harapan orang lain pada

umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang


105

yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat. Badan

publik BKBPMP sangat besar harapannya bagi masyarakat, karena

peran BKBPMP dalam mensejahterakan masyarakat sangat

berpengaruh dan memiliki peluang besar bagi kaum perempuan.

Dari indikator harapan (expectation) ini, peneliti menilai

beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu: tujuan peran

BKBPMP mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak serta sasaran utama BKBPMP dalam

mensosialisasikan program yang dijalankan oleh BKBPMP.

Mengenai aspek harapan (expectation) ini peneliti mengajukan

pertanyaan kepada I1 yakni Bapak Oyon Suryono, MM selaku

Kepala BKBPMP Kabupaten Serang, yang mengatakan bahwa

tujuan dari peran BKBPMP dalam pemberdayaan masyarakat

adalah:

“Peranan BKBPMP membidangi 3 bidang diantaranya


ialah, pertama terkait dengan masalah bagaimana peningkatan
keberhasilan KB Kabupaten Serang, yang kedua terkait dengan
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi masyarakat. Dan yang
ketiga terkait dengan pemberdayaan perempuan, perlindungan
perempuan dan anak. Dari ketiga bidang tersebut itu merupakan 3
(tiga) besaran program yang diamanatkan oleh pemerintah daerah
kepada BKBPMP Kabupaten Serang. Dari ketiga bidang tersebut
jelas BKBPMP turun langsung ke lapangan, dikarenakan sasaran
utamanya itu kan masyarakat, guna untuk mesejahterakan
masyarakat.” (Sumber: Bapak Drs. Oyon Suryono, MM, Kepala
BKBPMP Kabupaten Serang, 05 Maret 2015, Kantor BKBPMP
Kabupaten Serang)

I3 Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si selaku Kepala Sub Bidang

KR (Kesehatan Reproduksi) BKBPMP Kabupaten Serang juga


106

mengemukakan hal yang serupa dengan Kepala BKBPMP

Kabupaten Serang, yakni:

“Peran BKBPMP itu sendiri jelas untuk mensejahterakan


masyarakat dan memberikan perlindungan bagi kaum perempuan
serta perlindungan kepada anak usia dini. Apalagi sekarang
dengan maraknya angka pernikahan dini yang di bawah umur
sekiranya kurang dari umur 20 tahun itu kan sangat beresiko bagi
kesehatan reproduksi si perempuan. Disini juga kita membangun
komitmen tingkat kabupaten dan membentuk P2TP2A (Pusat
Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak) tingkat
kabupaten, yang merupakan sebuah institusi untuk menangani
pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak.”
(Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kepala Sub Bidang KR,
03 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Sama seperti kedua pernyataan tersebut yang melontarkan

peran BKBPMP dalam pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak. Peneliti juga

memberikan pertanyaan kepada I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos

selaku Kepala Sub Bidang IKAP (Informasi Analisa Program) dan

beliau melontarkan pernyataan yang tidak berbeda dari kedua

pernyataan tersebut, yakni sebagai berikut:

“Jika ditanya apa sih peran BKBPMP itu? apakah


BKBPMP itu di bawah naungan BKKBN ? dari keduanya memang
sama-sama mengurusi program KB, namun BKBPMP itu perannya
lebih cenderung terhadap masalah pemberdayaan masyarakat dan
perempuan. BKBPMP itu merupakan pemerintah daerah yang
termasuk otonom, artinya tidak dibawah naungan siapa-siapa.
Dan jelas sasaran badan ini semata-mata untuk mensejahterakan
masyarakat terutama pada masyarakat di desa-desa atau daerah
tertinggal.” (Sumber: Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos, Kepala Sub
Bidang IKAP, 03 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang)
107

Berdasarkan dari ketiga pernyataan yang dilontarkan oleh

Kepala BKBPMP Kabupaten Serang, Kepala Sub Bidang KR dan

Kepala Sub Bidang IKAP yang bersedia diwawancarai oleh

peneliti, dapat peneliti simpulkan dari keseluruhan pernyataan

bahwa dibentuknya badan publik ini semata-mata untuk

mensejahterakan masyarkat, pemberdayaan perempuan serta

perlindungan perempuan dan anak. Terutama pada daerah-daerah

yang tertinggal, peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat

dengan mengadakan sosialisasi kepada mereka, memberikan

arahan-arahan serta memotivasi dan mendorong masyarakat desa

untuk megembangkan kreatifitas yang dimiliki dalam diri masing-

masing. Besar harapan masyarakat kepada pemerintah untuk

menunjang kehidupan yang lebih layak.

Badan publik ini bertujuan untuk memberikan perlindungan

pada anak di bawah umur atau anak usia dini, dengan dibentuknya

P2TP2A untuk menjaring jika ada permasalahan-permasalahan

kekerasan terhadap perempuan dan anak, terjadinya human

trafficking atau penjualan anak dan penjualan perempuan, serta

permasalahan-permasalahan kekerasan seksual. Dan diharapkan

P2TP2A ini bisa meminimalisir masalah-masalah yang ada

dilapangan.

2. Norma (Norm)
108

Norma merupakan salah satu bentuk harapan, yakni

harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan

tentang suatu perilaku yang akan terjadi. Dan harapan normatif,

yaitu keharusan yang menyertai peran. Dengan demikian peran

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini di

Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang akan selalu berkaitan

dengan peraturan, baik peraturan perundang-undangan maupun

peraturan pemerintah daerah. Selain berkaitan dengan peraturan

dalam menjalankan perannya, BKBPMP akan berkaitan langsung

dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat.

Mengenai indikator norma (norm), peneliti mengajukan

pertanyaan kepada I1 Bapak Oyon Suryono, MM selaku Kepala

BKBPMP Kabupaten Serang yang melontarkan pernyataan sebagai

berikut:

“Kebijakan yang telah dibuat oleh BKBPMP dalam


menangani pernikahan dini di Kabupaten Serang yaitu, peraturan
daerah yang menentukan batas usia minimal menikah dan sesuai
dengan program yang dijalankan oleh Bidang KB dan KR. Namun
jika hanya pernikahan dini saja, itu termasuk ke dalam
penanganan yang diurusi oleh Sub Bidang Kesehatan Reproduksi
(KR) saja. Bidang ini kan menangani pernikahan dini yah karena
menyangkut kesehatan reproduksi remaja di bawah usia 20 tahun,
BKBPMP membuat kebijakan mengenai perarturan menikah di
usia ideal karena berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang
beresiko. Badan publik ini terutama di Sub Bidang KR membuat
beberapa program, yang pertama bagaimana membangun
komitmen tingkat kabupaten pemerintah daerah sampai ke tingkat
bawah untuk penanggulangan pernikahan dini. Terus yang kedua
juga membentuk kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), jadi
orang tua yang memiliki anak-anak remaja dikumpulkan dan kita
109

berikan arahan agar para orang tua bisa memberikan


pemahaman-pemahaman terhadap anaknya yang masih remaja,
dan supaya dia memahami tentang pola reproduksi, kesehatan
reproduksi, tau kapan dia harus menikah dan kapan dia siap untuk
berumah tangga dan membangun sebuah keluarga dalam satu
wahana. Kemudian yang ketiga, kita juga dibentuk di tiap
kecamatan atau di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, sekolah
kesehatan seperti di kebidanan Aisyiyah dan dibentuk pula PIKRM
singkatannya itu Pusat Informasi Konseling Remaja dan
Mahasiswa. Dalam rangka bagaimana organisasi ini memberikan
suatu pemahaman kepada teman sebaya lainnya untuk tidak
menikah secara cepat, tetapi menikah dengan usia yang ideal,
karena usia dini itu kan tidak ideal dan usia ideal yang ditetapkan
oleh peraturan pemerintah yang diterapkan oleh BKBPMP
minimal usia 20 tahun untuk wanita dan minimal 25 tahun untuk
pria.” (Sumber: Bapak Drs. Oyon Suryono, MM, Kepala BKBPMP
Kabupaten Serang, 05 Maret 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang)

I3 Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si selaku Kepala Sub Bidang

KR (Kesehatan Reproduksi), yang menangani langsung mengenai

pernikahan dini melontarkan pernyataan sebagai berikut, yakni:

“Program BKBPMP itu selain PPPA (Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak), kami di sini memiliki
program untuk menangani pernikahan di usia dini. Yaitu, PAP
(Penundaan Anak Pertama) ini adalah sebagai salah satu strategi
yang dijalankan oleh sub bidang kesehatan reproduksi guna untuk
solusi para remaja yang sudah terlanjur menikah namun belum
memiliki keturunan. Dan PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan)
yaitu gunanya untuk membimbing pasangan muda atau yang baru
menikah untuk diberi arahan-arahan dari kami mengenai
pernikahan, semua program mengikuti prosedur.” (Sumber: Bapak
Asep Rahmat, SE, M.Si, Kepala Sub Bidang KR, 03 November
2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Adapun I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos selaku Kepala Sub

Bidang IKAP (Informasi Analisa Program) melontarkan


110

pernyataan mengenai peraturan undang-undang, yakni sebagai

berikut:

“Maraknya pernikahan dini di tahun 2013 angka tertinggi


terdapat di Kecamatan Padarincang, karena bidang ini bertugas
dalam pendataan pernikahan di setiap tahunnya, termasuk
pernikahan dini, jadi kami tau kecamatan mana saja yang memiliki
angka tertinggi dan di tahun berapa. Undang-undang pernikahan
tertera pada Undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 1 dan
Undang-undang nomor 10 tahun 1992 mengenai keluarga yang
disempurnakan pada Undang-undang nomor 52 tahun 2009
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga.” (Sumber: Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos, Kepala Sub
Bidang IKAP, 03 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang)

Dalam indikator norma terdapat sub indikator yang telah

dibahas di atas mengenai kebijakan dan peraturan, selain hal

tersebut adapun sub indikator lain mengenai sosialisasi BKBPMP

kepada masyarakat. Dengan ini peneliti melontarkan beberapa

pertanyaan kepada I1 selaku Kepala BKBPMP Kabupaten Serang

dan kepada I3 selaku Kepala Sub Bidang KR (Kesehatan

Reproduksi). Jawaban dari kedua narasumber adalah sebagai

berikut:

Jawaban dari I1 Bapak Oyon Suryono, MM:

“BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi langsung kepada


masyarakat itu tidak tentu berapa kalinya dalam jangka waktu satu
tahun, dikarenakan terhambatnya anggaran dana kepada
BKBPMP Kabupaten Serang. Namun BKBPMP disini selalu
memberikan pengarahan kepada yang mewakili disetiap
kecamatan. Sehingga pihak perwakilan perkecamatan itulah yang
menyampaikannya kepada masyarakat. Akan tetapi, berbeda jika
disetiap bidang yang selalu mengadakan penyuluhan atau kegiatan
seminar tergantung pada program yang dijalankan oleh bidang
masing-masing. Disini bidang lain yang tidak terkait hanya
111

sekedar membantu saja dalam kegiatan yang diadakan oleh setiap


bidang.” (Sumber: Bapak Drs. Oyon Suryono, MM, Kepala
BKBPMP Kabupaten Serang, 05 Maret 2015, Kantor BKBPMP
Kabupaten Serang)

Sedangkan jawaban dari I3 Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si

melontarkan jawaban sebagai berikut:

“Kalau pengadaan sosialisasi disini kita hampir dalam satu


tahun itu selalu ada kegiatan mengenai kesehatan, apalagi bidang
ini kan mengenai kesehatan reproduksi, dan yang menjadi sasaran
utamanya yaitu para remaja atau yang masih duduk dibangku
sekolah. Nanti juga bulan november sekiranya pertengahan akan
ada seminar nasional tentang Kesehatan Reproduksi di Hotel Ratu
Bidakara. Dan para undangannya kami mengundang anak-anak
SMA se-Kabupaten Serang, maksimal kurang lebih 15 orang yang
sudah ditunjuk oleh guru sekolahnya masing-masing dan beberapa
AKBID yang ada di Kabupaten Serang.” (Sumber: Bapak Asep
Rahmat, SE, M.Si, Kepala Sub Bidang KR, 03 November 2014,
Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Adapun peneliti mewawancarai kepada I15 Bapak Umar

Fauzi, S.Hi selaku penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Padarincang, mengenai peraturan pernikahan dini dan

beliau melontarkan pernyataan sebagai berikut:

“Para penghulu disini jika menikahkan warga di kampung


jelas sudah sesuai dengan peraturan Undang-undang perkawinan
yang diterapkan, dan tentu saja jika ada warga yang ingin
melakukan pernikahan harus terdaftar dan wajib lapor data pada
KUA. Tetapi para penghulu disini tidak akan menikahkan anak
yang masih berusia 15 tahun ke bawah itu untuk menikah, yah
namanya juga masyarakat di kampung neng, anaknya gede sedikit
orang tua yang sibuk nikah-nikahin anaknya. Kalopun ada yang
ingin segera menikah di umur yang belum pas, kita harus bahkan
diwajibkan meminta surat pada orang tua si calon yang ingin
menikahkan anaknya untuk meminta surat ke pengadilan, setelah
orang tua mendapati surat keputusan yang diizinkan oleh
pengadilan untuk bisa menikahkan anaknya baru lah si orang tua
menyerahkannya kepada penghulu atau pada KUA”. (Sumber:
112

Bapak Umar Fauzi, S.Hi, Penghulu Kecamatan Padarincang, 22


Desember 2014, KUA Kecamatan Padarincang)

Selain kebijakan dan peraturan pada kedua Badan Publik

tersebut, kegiatan sosialisasi yang BKBPMP lakukan kepada

masyarakat pun tak lupa peneliti wawancarai kepada yang

bersangkutan, yakni I1 Bapak Oyon Suryono, MM selaku Kepala

BKBPMP Kabupaten Serang, kepada I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos

selaku Kepala Sub Bidang IKAP (Informasi Analisa Program) dan

kepada I3 Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si selaku Kepala Sub

Bidang KR (Kesehatan Reproduksi). Berikut adalah pernyataan

yang dilontarkan dari ketiga narasumber tersebut:

Pernyataan yang dilontarkan dari I3 Bapak Asep Rahmat,

SE, M.Si:

“Bidang KR itu kan sebetulnya salah satu bidang dari KB


dan KR, yang tugasnya khusus mengadakan penyuluhan tentang
KB dan memberikan sosialisasi mengenai Kesehatan Reproduksi
atau singkatannya yang biasa disebut KR atau Kespro. Disini saya
selaku Kepala Sub Bidang KR yang khususnya menangani
Kesehatan Reproduksi organ intim yang erat kaitannya dengan
pernikahan dini, kami selalu mengadakan kegiatan sosialisasi atau
semacam seminar yang sasaran utamanya itu jelas para remaja
yang masih duduk di bangku sekolah. Selain kegiatan seminar
seperti itu, kita juga melakukan pembinaan terhadap para remaja
dan Ibu-ibu agar mengetahui dampak atau resiko apa yang akan
terjadi jika pernikahn dini tidak sesuai dengan usia yang ideal.”
(Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kepala Sub Bidang KR,
03 November 2014, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

I1 Bapak Drs. Oyon Suryono, MM melontarkan

pernyataannya sebagai berikut:


113

“Terkait dengan masalah bagaimana peningkatan


keberhasilan KB di Kabupaten Serang, terkait dengan
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi masyarakat, kemudian
terkait dengan pemberdayaan perempuan, perlindungan
perempuan dan anak, dari ketiga bidang tesebut merupakan 3
besaran program yang diamanatkan oleh pemerintah daerah
kepada BKBPMP Kabupaten Serang, dimana dari ketiga bidang
tersebut BKBPMP harus turun langsung ke lapangan dikarenakan
sasarannya ialah masyarakat.” (Sumber: Bapak Drs. Oyon
Suryono, MM, Kepala BKBPMP Kabupaten Serang, 05 Maret
2015, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Jawaban yang dilontarkan oleh I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos

adalah sebagai berikut:

“Jadi begini ya, kami selaku bidang yang mengurusi dalam


pendataan pernikahan maupun pernikahan dini, selalu
mengadakan sosialisasi itu pasti, apalagi ke daerah-daerah
pedesaan yang sangat membutuhkan peran kami disana. Namun
dari pihak BKBPMP disini pun sudah memberi mandat kepada
UPT di Kecamatan masing-masing yang berperan untuk
memberikan arahan-arahan dan pembinaan kepada masyarakat,
apalagi pembinaan atau sosialisasi mengenai pernikahan dini.”
(Sumber: Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos, Kepala Sub Bidang IKAP, 03
November 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Dari keempat pernyataan yang dilontarkan oleh I1 Bapak

Oyon Suryono, MM, kemudian oleh I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos

dan I3 Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si serta I15 Bapak Umar Fauzi,

S. Hi selaku penghulu KUA Kecamatan Padarincang, dapat

peneliti simpulkan dari keseluruhan pernyataan bahwa badan

publik ini dibentuk sesuai dengan norma dan peraturan dari

pemerintah daerah yang sudah diamanatkan kepada BKBPMP agar


114

tujuan dan maksud pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat

dapat terealisasikan dengan baik. Norma disini yang berperan

sebagai pembuatan kebijakan serta peraturan yang mengatur

mengenai seluruh bidang yang ada di BKBPMP untuk turun

langsung mensosialisaikannya kepada masyarakat.

3. Wujud Perilaku (Performance)

Peran yang diwujudkan oleh aktor, meninjau perwujudan

peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu

untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan

secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si

pelaku (aktor). Dengan demikian Badan publik Badan Keluarga

Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)

dalam menangani pernikahan dini ini, merupakan badan yang

berperan dan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat

terutama pemberdayaan terhadap perempuan. Upaya dalam

mengurangi terjadinya pernikahan dini dan memberikan

pembinaan atau arahan-arahan kepada anak usia dini dan remaja

yang masih duduk dibangku sekolah. sehingga peran dan wujud

perilaku yang ditunjukkan pemerintah disini sangat penting.


115

Dalam wujud perilaku terdapat dua sub indikator yang

terdiri dari peran dan strategi pemerintah, dimana peran pemerintah

tersebut sangat berpengaruh kepada masyarakat dan strategi

pemerintah upaya mengurangi terjadinya pernikahan dini.

Sehingga resiko dan dampak yang dikhawatirkan pun dapat

dicegah (preventive) sebelum terjadinya pernikahan dini.

Mengenai indikator wujud perilaku (performance), peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan kepada I2 selaku Kepala Sub

Bidang IKAP dan I3 selaku Kepala Sub Bidang KR, yang

melontarkan pernyataan sebagai berikut:

Jawaban yang dilontarkan oleh I3 Bapak Asep Rahmat, SE,

M.Si:

“Peran BKBPMP disini upaya dalam pencegahan


pernikahan dini kepada para remaja yang masih duduk dibangku
sekolah, dengan cara memberikan pembinaan atau sosialisasi.
Semisalkan kami mengadakan seminar mengenai kesehatan namun
yang masih erat kaitannya dengan dampak pernikahan dini di
bawah usia 20 tahun, biasanya kami diundang ke sekolah-sekolah
atau kami yang mengundang mereka untuk hadir dalam acara
seminar yang kami adakan. Dengan diadakannya acara seminar
seperti itu, sudah jelas akan memberikan contoh dan dampak
positif bagi para remaja sehingga mudah dipahami apa yang kita
bahas dalam acara seminar tersebut.” (Sumber: Bapak Asep
Rahmat, SE, M.Si, 03 November 2014, Kantor BKBPMP
Kabupaten Serang)

Adapun pernyataan yang dilontarkan oleh I2 Ibu Cicih

Sugiharti, S. Sos sebagai berikut:

“Bidang IKAP ikut berperan serta juga ko dalam hal ini,


meskipun bidang kami hanya berperan sebagai pendataannya saja.
Beberapa bidang yang ada disini jika diperlukan bantuan, jelas
116

kami pun ikut turun ke lapangan entah dalam hal apapun, baik
dalam masalah pernikahan dini ataupun penyuluhan KB, serta
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi, disini kami semua turun
ke lapangan jika kekurangan personil karena kan tujuan dari
badan ini untuk mensejahterakan masyarakat, jadi kami saling
bahu-membahu dan membantu satu sama lain.” (Sumber: Ibu
Cicih Sugiharti, S. Sos, Kepala Sub Bidang IKAP, 05 Maret 2015,
Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Selain itu, pernyataan lain yang dilontarkan oleh I3 Bapak

Asep Rahmat, SE, M.Si ialah:

“Solusi BKBPMP terhadap kasus pernikahan dini yang


sudah terlanjur terjadi, kami mengadakan program PAP yaitu
Penunda Anak Pertama dengan memberikan pengarahan
mengenai PUP yang singkatannya adalah Pendewasaan Usia
Perkawinan. Progrm PAP disini kita mengikuti prosedur yang
berlaku untuk disosialisaikan kepada masyarakat. Bidang KB dan
KR bekerja sama dengan bidang IKAP dan KK, jadi kami bisa tau
mana pasangan usia subur yang harus melakukan program PAP
ini guna untuk menghindari resiko atau dampak yang tidak
diinginkan. Jelas sangat dianjurkan sekali untuk menunda
kehamilan di bawah usia dini, karena melihat kasus yang terjadi
banyak angka kematian Ibu dan anak yang bereproduksi di bawah
usia 20 tahun. Bukan berarti pasangan yang menikah dini itu tidak
bisa selamat ya saat bereproduksi, hanya saja akan mengganggu
kesehatannya yang akan berdampak seperti pendarahan, kurang
darah, kanker rahim bagi perempuan sedangkan bagi laki-laki
tidak ada masalah untuk kesehatan rahim.” (Sumber: Bapak Asep
Rahmat, SE, M.Si, Kepala Sub Bidang KR, 03 November 2015,
Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Dari tiga pernyataan yang dilontarkan oleh I2 dan I3 dapat

peneliti simpulkan, bahwa wujud perilaku atau peran pemerintah

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain wujud perilaku yang

masyarakat butuhkan, masyarakat pun butuh solusi yang harus

diterapkan kepada masyarakat. Peran yang ditunjukkan oleh

pemerintah harus memiliki strategi yang dijadikan sebagai solusi


117

dalam menangani pernikahan dini di Kabupaten Serang terutama di

Kecamatan Padarincang. Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten

Serang, berusaha semaksimal mungkin dalam mensejahterakan

masyarakat melalui beberapa bidang yang sudah diamanatkan

untuk berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat dan

perempuan.

4. Penilaian (Evaluation) dan Sanksi (Sanction)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan

dengan peran. Karena bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada

harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan

norma itu, orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap

suatu perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan

dengan peran, begitu pula dengan peran yang ditunjukkan oleh

badan publik BKBPMP Kabupaten Serang kepada masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk

mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran

diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif

menjadi positif. Seperti halnya peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai sanksi menikahi anak di bawah umur,


118

sesuai dengan undang-undang dan bentuk sanksi yang seperti apa

yang harus diterima.

Dalam penilaian (evaluation) dan sanksi (sanction) terdapat

sub indikator dari masing-masing indikator tersebut, yakni hasil

dan dampak serta bentuk dan mekanisme. Hasil dan dampak

tersebut adalah sesuatu yang dirasakan oleh masyarakat dan

ditemui oleh pemerintah ketika turun langsung ke lapangan.

Sedangkan bentuk dan mekanisme merupakan sanksi bagi

seseorang yang melanggar peraturan perundang-undangan

menikahi anak usia dini atau anak di bawah umur.

Adapun peneliti mewawancarai beberapa informan terkait

dengan kedua indikator tersebut, dan pernyataan yang dilontarkan

dari I2 Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos adalah sebagai berikut:

“Ketika kami turun langsung ke lapangan itu, hal tersulit


yang kami temui disana mengenai banyaknya angka pernikahan
dini yang terjadi di Kabupaten Serang ialah adanya beberapa
faktor yang tidak bisa pihak BKBPMP cegah, diantaranya yaitu
faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor kebudayaan sosial dan
rendahnya tingkat pendidikan. Selain dari keempat faktor tersebut,
disini kami bertentangan dengan peraturan undang-undang
perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 yang mengizinkan batasan usia
menikah jika pihak perempuan sudah mencapai usia 16 (enam
belas) tahun dan pihak laki-laki sudah mencapai usia 19 (sembilan
belas) tahun. Jadi kami selaku badan publik tidak bisa dengan
secara maksimal untuk mencegah orang tua yang ingin
menikahkan anaknya segera, meskipun masih duduk di bangku
sekolah atau kurang dari usia 20 tahun. Yang jelas kami berusaha
memberikan arahan-arahan dan pembinaan kepada masyarakat
terutama kepada orang tua (perempuan) agar memahami resiko
atau dampak yang akan terjadi di kemudian hari.” (Sumber: Ibu
Cicih Sugiharti, S. Sos, 03 November 2014, Kepala Sub Bidang
IKAP, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)
119

Jawaban pernyataan yang dilontarkan oleh I3 Bapak Asep

Rahmat, SE, M. Si ialah sebagai berikut:

“Upaya dalam pencegahan pernikahan di usia dini, atau


setidaknya mengurangi angka pernikahan dini di Kabupaten
Serang ini, BKBPMP menjalankan program PAP (Penundaan
Anak Pertama) sementara hanya itu dan program PUP
(Pendewasaan Usia Perkawinan yang sudah terealisasikan kepada
masyarakat. Mengenai hasil positif yang dirasakan masyarakat
dari kegiatan sosialisasi yang BKBPMP lakukan, pasti akan
berdampak baik, karena selain sudah mengetahui resiko
pernikahan dini, paham juga akan menunda kehamilan jika usia
belum matang.” (Sumber: Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si, Kepala
Sub Bidang KR, 03 November 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang)

Pernyataan yang dilontarkan I2 Cicih Sugiharti, S. Sos

mengenai angka pernikahan dini di Kabupaten Serang, yakni

sebagai berikut:

“Dari 29 Kecamatan yang ada di Kabupaten Serang,


sesuai dengan pendataan yang dilakukan berdasarkan bidangnya
masing-masing, terdata angka tertinggi yang didapat yaitu di
Kecamatan Padarincang. Angka yang dimiliki oleh Kecamatan
Padarincang itu kurang lebih sekitar 1.145 jiwa yang menikah
dini. Angka pernikahan dini disetiap tahunnya naik turun, jadi
tidak tentu dari tahun ke tahun selalu melonjak angka yang lebih
tinggi. Tetapi dari hasil pendataan disini, didapati pada tahun
2010 itu sebesar 8.529 jiwa, pada tahun 2011 sebesar 9.284 jiwa
angka yang melonjak lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Kemudian pada tahun 2012 menurun lagi sampai dengan 8.347
jiwa, akan tetapi pada tahun 2013 menaik lagi angkanya menjadi
8.836 jiwa dengan selisih sebesar 489 dari tahun 2012.” (Sumber:
Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos, Kepala Sub Bidang IKAP, 03
November 2015, Kantor BKBPMP Kabupaten Serang)

Sedangkan hasil yang didapatkan oleh peneliti setelah

wawancara dengan pihak Kantor Urusan Agama (KUA)


120

Kecamatan padarincang kepada salah satu penghulu di KUA, yakni

I16 Bapak Umar Fauzi, S.Hi adalah sebagai berikut:

“Faktor-faktor yang mendorong warga disini banyak


melakukan pernikahan dini itu yang pertama, karena faktor
kebudayaan sosial, jadi orang tua yang memiliki anak gadis
sebelum umur 17 tahun sudah langsung dinikahkan dengan alasan
takut menjadi perawan tua. Karena para orang tua disini
pikirannya masih kolot, tidak begitu mengerti arti pentingnya
pendidikan. Lalu yang kedua karena faktor ekonomi yang rendah,
sehingga mengakibatkan orang tua yang punya anak gadis ingin
rasanya langsung dinikahkan agar pengeluaran atau biaya hidup
anaknya sudah tidak ditanggung lagi oleh orang tua.” (Sumber:
Bapak Umar Fauzi, S. Hi, Penghulu KUA Kecamatan
Padarincang, 22 Desember 2015, KUA Kecamatan Padarincang)

Kemudian peneliti mewawancarai kepada I17 Bapak

Hidayat, S. Pdi yang merupakan salah satu penghulu lainnya lagi di

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang, dan beliau

melontarkan pernyataan sebagai berikut:

“Jika dilihat dari pendataan dan yang terdaftar di KUA


padarincang, sejauh ini desa terbanyak yang melakukan
pernikahan dini itu di Desa Citasuk dan di Desa Batukuwung,
tetapi lebih banyak di Desa Citasuk dengan berbagai faktor dan
alasan-alasan untuk menikahkan anak perempuannya saat usia
masih terlalu muda. Rata-rata orang tua disini masih kurang
paham apa itu resikonya nanti bagi si anak dikemudian hari.”
(Sumber: Bapak Hidayat, S. Pdi, Penghulu KUA Kecamatan
Padarincang, 13 Februari 2015, KUA Kecamatan Padarincang)

Tidak lupa peneliti mewawancarai kepada I15 Bapak H. A.

Farid, M.Si selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), dan

peneliti meminta pernyataan mengenai pernikahan dini yang marak

terjadi di Kecamatan Padarincang:


121

“Ya pernikahan dini disini ada sih, tapi kalo dikatakan


banyak juga ngga ya, mungkin kalo diprakteksasikan banyak juga
kali ya 30 % persenan mah ada itu pada tahun 2014. Tapi
ketimbang 2013 lebih banyak dari pada tahun 2014, sekitar 843
orang yang melakukan pernikahan dini di tahun 2014, dan di
tahun 2013 itu sekitar 900-an orang. Mungkin ada juga yang
belum terdata atau terdaftar di buku nikah disini kalo memang
benar pada data BKBPMP itu sekitar 1000-an.” (Sumber: Bapak
H. A. Farid, M.Si, Kepala dan Penghulu KUA Kecamatan
Padarincang, 13 Februari 2015, KUA Kecamatan Padarincang)

Adapun pernyataan yang dilontarkan dari masyarakat

Kecamatan Padarincang, yakni I10 Ibu Sani selaku orang tua dari

Rina Mariana dan beliau melontarkan pernyataan sebagai berikut:

“Alasan pertamanya ya neng saya nikahkan anak saya itu


karena dia disekolahinnya bolos terus, bikin pegel hati neng, ngga
pernah masuk, main aja kata gurunya yang melapor ke saya. Ya
saya sebagai orang tua gimana ya, khawatir aja gitu kalo anak
saya bergaulnya ngga bener main terus jadi ya saya nikahkan
ketimbang sekolah juga ngga pernah masuk. Dan takut terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan, melihat dari pergaulan jaman anak
sekarang.” (Sumber: Ibu Sani, Ibu Rumah Tangga, 01 Mei 2015,
Rumah Ibu Sani)

Setelah dibahas mengenai indikator penilaian atau

evaluation, peneliti membahas sanksi atau bentuk dan mekanisme

yang diberikan kepada para pelaku yang menikahi anak di bawah

umur. Sebab dari kedua indikator tersebut erat kaitannya dengan

peran atau perilaku yang terjadi dilapangan, oleh karena itu auatu

penilaian dan sanksi tidak dapat dipisahkan, karena dimana

seseorang melakukan peran akan terdapat penilaian baik yang

berdampak positif maupun yang berdampak negatif. Dan sesuatu


122

yang berdampak negatif akan ada sanksi atau hukuman apa yang

akan diterima dari peran atau perilaku yang berdampak negatif.

Maka dengan itu, peneliti mewawancarai kepada I15 Bapak

H. A. Farid, M.Si selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Padarincang, dan beliau melontarkan pernyataan

mengenai sanksi yang akan diberikan kepada seseorang yang

melakukan pernikahan dengan anak di bawah umur, adalah sebagai

berikut:

“Undang-undang pernikahan itu kan terdapat pada


Undang-undang Perkawinan pasal 7 ayat 1 dimana pihak
perempuan diizinkan pada usia 16 tahun dan pihak laki-laki pada
usia 19 tahun. Tetapi kan pada kenyataannya bertolak belakang
sekali dengan yang tadi dikatakan dan diterapakan oleh pihak
BKBPMP, terkait dengan kesehatan reproduksi untuk si calon
pengantin. Sebenarnya menikahkan anak di bawah umur 15 tahun
itu bertentangan dengan Undang-undang perlindungan anak,
terdapat di dalam pasal 1 undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak. Tetapi beda halnya jika menikahi anak
di bawah umur dengan laki-laki yang berumur atau lebih tua itu
akan terjerat pasal 288 KUHP, dan hukumannya dipidana paling
lama 5 tahun dan di denda kurang lebih Rp. 100.000.000-an.”
(Sumber: Bapak H. A. Farid, M.Si, Kepala dan Penghulu KUA
Kecamatan Padarincang, 13 Februari 2015, KUA Kecamatan
Padarincang)

Berangkat dari hasil wawancara di atas, peneliti

menganalisis bahwa peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam

menangani pernikahan dini di Kabupaten Serang sudah cukup

sesuai dan realistis dengan kondisi masyarakat namun kurang

berjalan secara optimal di Kecamatan Padarincang, terutama di


123

Desa yang banyak melakukan pernikahan dini. Meskipun dalam

menangani pernikahan dini masih banyak masyarakat yang kurang

paham akan dampak dan resiko yang akan terjadi dikemudian hari.

Penyebabnya karena kurangnya tingkat pemahaman

sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) terhadap

masyarakat yang tinggal dikampung mengenai dampak pernikahan

dini, selain tingkat pemahaman masyarakat adapun kurangnya

intensitas kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai

Undang-undang perkawinan. Kurangnya intensitas penyuluhan

kepada kalangan Ibu-ibu diperkampungan mengenai pentingnya

pengawasan terhadap anak usia dini dan kurangnya intensitas

penyuluhan kepada pasangan yang sudah terlanjur menikah

mengenai penundaan kehamilan anak pertama.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) Kabupaten Serang sudah senantiasa mengadakan

kegiatan sosialisasi mengenai resiko atau dampak pernikahan dini.

Namun, kegiatan yang dilakukan oleh BKBPMP Kabupaten

Serang bukan di Kecamatan yang memiliki angka tertinggi yang

banyak melakukan pernikahan dini.

4.4 Pembahasan
124

Pembahasan penelitian merupakan isi dari hasil analisis data dan

fakta yang peneliti dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori

yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori peran

menurut Biddle & Thomas dalam Sarwono (2008:216) mengenai teori-

teori psikologi sosial. Teori tersebut digunakan untuk mengukur sejauh

mana tingkat keberhasilan peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) melalui beberapa

indikator penilaian, diantaranya harapan (expectation), norma (norm),

wujud perilaku (performance), penilaian (evaluation) dan sanksi

(sanction).

Adapun pembahasan yang telah peneliti paparkan mengenai peran

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) dalam menangani pernikahan dini, yakni sebagai berikut:

1. Harapan (Expectation)

Dalam indikator harapan diketahui bahwa harapan dari peran

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP), dari hasil penelitian yakni adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.6
Hasil Penelitian Atas Indikator Harapan (Expectation)

Kriteria Penilaian Hasil Penilaian Kategori


125

1. Tujuan dibentuknya  Baik


BKBPMP ini sudah jelas
Tujuan dipahami oleh badan
publik BKBPMP itu
sendiri.
2. Masyarakat belum
sepenuhnya mengetahui  Belum Baik
tujuan peran badan
publik BKBPMP ini.

1. Pelaksanaan kegiatan  Belum Baik


sosialisasi atau
Sasaran penyuluhan di
Kecamatan Padarincang
belum sesuai dengan
target sasaran.
2. Pelaksanaan kegiatan  Baik
seminar antar sekolah se-
Kabupaten Serang sudah
berjalan.

(Sumber: Peneliti 2015)

Mengacu pada beberapa penjelasan dari tabel di atas, maka dapat

disimpulkan sementara bahwa indikator harapan (expectation) dalam peran

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

(BKBPMP) sudah jelas dipahami oleh badan publik BKBPMP serta tujuan

dari dibentuknya badan publik tersebut. Namun masyarakat belum

sepenuhnya mengetahui tujuan dari dibentuknya badan publik BKBPMP

serta sasarannya kepada siapa aja.

2. Norma (Norm)

Norma merupakan salah satu bentuk harapan, yakni harapan

yang bersifat meramalkan (anticipatory) yaitu harapan tentang suatu

perilaku yang akan terjadi dan harapan normatif yang artinya adalah
126

keharusan menyertai peran. Kemudian Biddle & Thomas membagi

lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis, yakni:

a. Harapan yang terselubung (covert)

b. Harapan yang terbuka

Dengan demikian peran Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) dalam

menangani pernikahan dini di Kecamatan Padarincang, Kabupaten

Serang akan selalu berkaitan dengan peraturan, baik peraturan

perundang-undangan maupun peraturan pemerintah daerah. Selain

berkaitan dengan peraturan dalam menjalankan perannya, BKBPMP

akan berkaitan langsung dengan kegiatan sosialisasi kepada

masyarakat. Berikut ini adalah hasil penelitian indikator mengenai

norma (norm):

Tabel 4.7
Hasil Penelitian Atas Indikator Norma (Norm)

Kriteria Penilaian Hasil Penilaian Kategori

1. Kebijakan dan  Baik


Program yang dibuat
oleh BKBPMP
sudah sesuai dengan
target.
2. Peraturan undang-
undang mengenai
batasan usia
perkawinan belum  Kurang Baik
dipahami oleh
Peraturan masyarakat
sepenuhnya.
3. Menerapkan
peraturan
pemerintah
127

mengenai usia ideal  Baik


untuk menikah
kepada masyarakat.

1. Kurangnya kegiatan  Kurang Baik


sosialisasi atau
penyuluhan kepada
masyarakat di
Kecamatan
Padarincang.
2. Dimata masyarakat  Kurang Baik
masih belum
Sosialisasi mengetahui
mengenai sosialisasi
yang dilakukan oleh
BKBPMP.
3. Bentuk sosialisasi  Baik
yang dilakukan
BKBPMP, seperti
kegiatan seminar
kesehatan sudah
berjalan dengan
baik.

(Sumber: Peneliti 2015)

Mengacu pada beberapa penjelasan dari tabel di atas mengenai

indikator norma (norm), maka dapat disimpulkan sementara bahwa

hasil penelitian dari kriteria penilaian yakni, peraturan kebijakan

serta program yang diterapkan oleh badan publik BKBPMP sudah

sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Namun dalam

kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh BKBPMP belum berjalan

sesuai dengan tujuan yang diterapkan.

3. Wujud Perilaku (Performance)


128

Peran yang diwujudkan oleh aktor, meninjau perwujudan peran

ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu

menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara

khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku

(aktor). Dengan demikian badan publik BKBPMP ini dalam

menangani pernikahan dini, merupakan badan yang berperan dan

bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama

pemberdayaan terhadap perlindungan perempuan dan anak.

Sebagaimana dengan perannya sesuai dengan indikator wujud

perilaku BKBPMP hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.8
Hasil Penelitian Atas Indikator Wujud Perilaku (Performance)

Kriteria Penilaian Hasil Penilaian Kategori

1. Badan publik
BKBPMP sudah
memahami jelas apa
saja tugas pokok dan
Tupoksi fungsi dari setiap
bidang.
2. Bidang IKAP dan KK
sudah menjalani
tupoksi dalam
menangani
pernikahan dini.
129

1. Bidang IKAP dan KK  Baik


berperan aktif dalam
menangani
pernikahan dini dan
saling membantu satu
sama lain.
2. Peran pemerintah
Peran masih terlihat belum  Kurang Baik
cukup baik terhadap
masyarakat di
Kecamatan
Padarincang.
3. Peran BKBPMP
( masih kurang dalam  Kurang Baik
S menangani
u pernikahan dini di
Desa-desa.
m
b 1. BKBPMP sudah  Baik
e memiliki strategi
r Strategi dalam upaya
: pencegahan
pernikahan dini.
P
e
neliti 2015)

Mengacu pada beberapa penjelasan dari tabel di atas mengenai

indikator wujud perilaku (performance), maka dapat disimpulkan

sementara bahwa hasil penelitian dari kriteria wujud perilaku yakni,

badan publik BKBPMP sudah memahami jelas tugas pokok dan

fungsi dari setiap bidang. Namun dalam perananannya kepada

masyarakat, pihak BKBPMP masih kurang baik terhadap masyarakat

di Desa-desa. Dan strategi dalam upaya penanganan pencegahan

pernikahan dini yang dimiliki oleh BKBPMP sudah cukup baik.


130

4. Penilaian (Evaluation) dan Sanksi (Sanction)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan

peran. Karena bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan

Masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang

dapat memberikan penilaian seperti kesan negatif atau kesan yang

positif. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan dengan peran,

begitu pula dengan peran yang ditunjukkan oleh badan publik

BKBPMP kepada masyarakat.

Berikut ini adalah hasil penilaian dengan indikator mengenai

penilaian dan sanksi:

Tabel 4.9
Hasil Penilaian Atas Indikator Penilaian dan Sanksi

Kriteria Penilaian Hasil Penilaian Kategori

1. BKBPMP sudah  Baik


mengetahui faktor-
faktor penghambat
Penilaian program BKBPMP
(Hasil dan Dampak) dalam mengurangi
jumlah angka
pernikahan dini.
2. Penilaian  Kurang Baik
masyarakat
mengenai peran
BKBPMP kurang
baik dimata
masyarakat.
3. Dalam pelaksanaan  Baik
kegiatan seminar
antar sekolah
berjalan dengan
optimal.
131

1. BKBPMP sudah  Baik


memahami jelas
Sanksi mengenai
(Bentuk dan peraturan undang-
Mekanisme) undang perkawinan
beserta sanksi yang
diberikan jika
menikahi anak di
bawah umur.

(Sumber: Peneliti 2015)

Mengacu pada beberapa penjelasan dari tabel di atas mengenai

indikator penilaian (evaluation) sanksi (sanction), maka dapat disimpulkan

sementara bahwa hasil penelitian dari indikator penilaian dan sanksi yakni,

badan publik BKBPM sudah mengetahui faktor-faktor penghambat

program BKBPMP dalam mengurangi jumlah angka pernikahan dini.

Namun, Penilaian masyarakat mengenai peran BKBPMP kurang baik

dimata masyarakat. Dalam indikator sanksi, BKBPMP sudah memahami

jelas mengenai peraturan undang-undang, baik undang-undang perkawinan

ataupun sanksi yang akan diberikan mengenai undang-undang yang

menikahi anak di bawah umur.


BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka

dapat diambil kesimpulan yaitu, sebagai berikut:

Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang sebagai salah satu Satuan

Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Serang, yang mempunyai

fungsi koordinasi dalam bidang KB, Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, baik itu koordinasi dalam lingkup

tatanan pemerintahan maupun koordinasi langsung ke masyarakat. Namun

dalam kenyataannya, peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang belum berjalan

dengan optimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak BKBPMP

itu sendiri.

132
133

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas yang peneliti paparkan, maka saran

yang peneliti ajukan berupa rekomendasi yaitu:

1. Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, diharapkan dapat

meningkatkan lagi kegiatan sosialisasi atau penyuluhan di

Desa-desa terpencil dan Kecamatan yang banyak melakukan

pernikahan dini.

2. Harus adanya komunikasi terhadap masyarakat di Desa

mengenai peran badan publik BKBPMP khususnya dalam

permberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak

agar masyarakat di Desa paham akan adanya badan publik

BKBPMP ini, serta mensosialisasikan undang-undang

perkawinan secara terus menerus.

3. Pemerintah Daerah seharusnya bisa lebih memberikan

pemasukan dana anggaran kepada pihak BKBPMP guna

mensejahterakan masyarakat dengan kegiatan sosialisasi yang

akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

A.Black, J. Champion. 2005. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung:


PT. Refika Aditama.

Ahmad dan Santoso. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.

Bernard, Barber. 1972. Social Marriage and Familli. New York : McGraw-Hill
Book Company, Inc.

Burgess, Ernest W & Locke, Harvey J. 1960. The Family From Institution to
Companionship. American Book Company. New York.

Ihromi, T.O. 1999. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia,


Jakarta.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu


Sosial. Depok: FISIP UI

Jamali A. 2008. Undang-undang Pernikahan, Jakarta.

Kawakib. 2009. Kesehatan Reproduksi Remaja, Jogjakarta, EGC.

Kingsbury, Nancy and John Scanzony. 1993. Structural Functionalism in


Sourcebook of Family Theories and Methode a Contextual Approach. New
York : Plenum Press.

Thoha. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi Pertama, Cetakan Keempatbelas. PT.


Raja Grafindo Persada. Jakarta.

M. Dlori, Mohamamad. 2005. Jeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan, Yogyakarta,


Media Abadi.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Edisi revisi).


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Newman, D.M dan L. Grauerholz. 2002. Sosiology of Families (2nd End).


California: Fine Forge Press.
Puspitasari. 2006. Reproduksi Sehat, Jakarta, EGC.

Santrock, J. W. 1995. Life Span Development. Edisi ke-5 (ahli bahasa : Achmad
Chusairi, S.Psi). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Rajawali
Press.
th
Skolniek AS, Skolniek JH. 1997. Family in Transition (9 Ed). USA: Addison-
Wesley Educational Publishers Inc.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Soehartono, Irawan. 2004. “Metode Penelitian Sosial”. PT. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

_________. 2006. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Ilmu
Kesejahteraan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. CV.Alfabeta. Bandung.

________. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


CV.Alfabeta. Bandung.

________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


CV.Alfabeta. Bandung.

Susan Stainback, William Stainback. 1998. Understanding & Conducting


Qualitative Research. Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque,
Issssowa.

Zeitlin, Ratna Megawangi E.M.Kramer, N.D.Colletta, E.D.Babatunde, & David


Garman. 1995. Strengthening The Family. Implications For International
Development. United Nations University Press. Tokyo-New York-Paris.
Sumber Lain :

Alfiyah. 2010. dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-pernikahan-dini.html

Asmaul Husna. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perkawinan Di


Usia Dini Pada Wanita Di Desa Ceurih Kupula Kecamatan Delima Kabupaten
Pidie.
www.academia.edu/10374959/ASMAUL_HUSNA-Skripsi.

Australian Bureau of Statistics. 2000. 1996. Census of Population and Housing:


Northern (Statistical Division) Queensland.
http://www.abs.gov.au.

BKBPMP
http://bkbpmp.serangkab.go.id.
http://bkbpmp.serangkab.go.id/bkbpmp-mencari-strategi-baru/.

BKKBN, Kesiapan Kehamilan,


(http://www.BKKBN.co.id), Hindari Kawin Muda Agar Hidup Bahagia,
2005.

Burhani, R. 2010. BKKBN: Nikah Usia Muda Penyebab Kanker Serviks.


(http://www.antaranews.com).

Lenteraim. 2010. Pernikahan Usia Muda.


(http://lenteraim.com).

Luthfiyah, D. 2008. Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja (15-19 Tahun).


(http://nyna0626.com).

Puspitasari. 2006. Perkawinan Usia Muda: Faktor Pendorong dan Dampaknya


Terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan
Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum
dan Kewarganegaraan : Universitas Negeri Semarang.
http://www.scribd.com/franky/d/51109799/8-Tabel-2-Perbandingan-Dampak-
Perkawinan-Usia-Muda.

Zulkifli Ahmad. 2011. Dampak Sosial Perkawinan Usia Dini Studi Kasus Di Desa
Gunung Sindur-Bogor. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Universitas UIN Syarif Hidayatullah.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/21872.

http://masriyanikhram.blogspot.com
http://muhammadsarito.blogspot.com/2014/11/praktek-pernikahan-dini-di-
pedesaan.html?m=1

http://alimuisrintan.blogspot.com/2014/04/pengertian-pernikahan-dini-
dan.html

http://www.kti-skripsi.com/2010/04/kti-kebidanan-resiko-pernikahan-
dini.html

ikk.fema.ipb.ac.id (Akses, 13 Agustus 2015)

Sumber Dokumen :

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 (Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional).

Undang-undan Republik Indonesia (RI) (Tentang menuntut adanya proses


Perencanaan Pembangunan yang lebih bersifat partisipatif).

Undang-undang Perkawinan Pasal 7 Ayat 1 Tahun 1974.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 (Undang-undang


mengenai Keluarga).

Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Bab II Pasal 4 Ayat 2 (Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga).

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 (Fungsi Keluarga).


TRANSKIP DATA DAN KODING

Keterangan
Q: Pertanyaan
A: Jawaban
I: Informan

Q1/I A KODING

Q1 Apa Tugas Pokok dan Fungsi BKBPMP?

I1 Tupoksi BKBPMP itu sesuai dengan Perbup nomor (1)


21 tahun 2012. Yaitu, dimana tugas pokoknya
merencanakan, mengatur, melaksanakan dan
mengawasi penyelenggaraan sebagian tugas
Pemerintah Daerah dibidang BKBPMP. Sedangkan
fungsinya yaitu, perumusan kebijakan, pengaturan
penyelenggaraan, pelaksanaan penyelenggaraan,
pengawasan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas
tambahan Pemerintah Daerah.
Q2 Apa dan Bagaimana Peran BKBPMP?

I1 Pertama, yaa itu tadi bagaimana membangun (2)


komitmen tingkat kabupaten pemerintah daerah
sampai ke tingkat bawah untuk penanggulangan
pernikahan dini. Terus yang kedua juga membentuk
kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), jadi
kelompok orang tua yang memiliki anak-anak
remaja agar keluarga-keluarga itu bisa memberikan
pemahaman-pemahaman terhadap anaknya yang
masih remaja supaya dia memahami tentang pola
reproduksi, kesehatan reproduksi, dan tentang kapan
dia harus menikah dan membangun sebuah keluarga
dalam satu wahana. Kemudian yang ketiga, kita juga
dibentuk di tiap kecamatan atau di sekolah-sekolah,
perguruan tinggi, sekolah kesehatan seperti di
kebidanan Aisyiyah dan dibentuk pula PIKRM
singkatannya itu Pusat Informasi Konseling Remaja
dan Mahasiswa.
I3 Disini juga kita membangun komitmen tingkat (3)
kabupaten dan membentuk P2TP2A (Pusat
Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan
Anak) tingkat kabupaten, yang merupakan sebuah
institusi untuk menangani pemberdayaan
perempuan, perlindungan perempuan dan anak.
Kemudian kami selaku sub bidang di bagian
kesehatan reproduksi, kami pun memberikan
pembinaan dan sosialisasi terhadap para remaja
mengenai dampak dan resiko menikah di usia dini.
Selain itu kami pun mengadakan penyuluhan dan
seminar mengenai Kesehatan Reproduksi untuk
remaja.
Q3 Apa saja Standar Program BKBPMP secara
umum?
I1 Pertama, terkait dengan masalah peningkatan (4)
keberhasilan KB Kabupaten Serang. Yang kedua,
terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan
ekonomi masyarakat. Kemudian, yang ketiga terkait
dengan pemberdayaan perempuan, perlindungan
perempuan dan anak. Itu adalah 3 besaran program
yang diamanatkan oleh pemerintah daerah kepada
BKBPMP Kabupaten Serang.
I3 Program BKBPMP itu selain PPPA (Pemberdayaan (5)
Perempuan dan Perlindungan Anak), kami di sini
memiliki program untuk menangani pernikahan di
usia dini. Yaitu, PAP (Penundaan Anak Pertama) ini
adalah sebagai salah satu strategi yang dijalankan
oleh sub bidang kesehatan reproduksi guna untuk
solusi para remaja yang sudah terlanjur menikah
namun belum memiliki keturunan. Dan PUP
(Pendewasaan Usia Perkawinan) yaitu gunanya
untuk membimbing pasangan muda atau yang baru
menikah untuk diberi arahan-arahan dari kami
mengenai pernikahan, semua program mengikuti
prosedur.
Q4 Siapa saja Sasaran Utama BKBPMP?

I2 Sudah jelas sasaran badan publik ini semata-mata (6)


untuk mensejahterakan masyarakat, terutama pada
masyarakat di desa-desa atau daerah tertinggal.
Selain masyarakat, khususnya kaum perempuan dan
Ibu-ibu yang mempunyai anak gadis untuk diberikan
arahan-arahan oleh kami, di berikan masukan-
masukan mengenai arti pentingnya suatu pendidikan
untuk mengejar cita-cita di masa depan, agar mereka
para remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas
jaman sekarang yang akan merusak citra mereka
sendiri.
I3 Jika dalam kaitannya dengan pernikahan dini, sudah (7)
pasti yaa sasaran kami selain masyarakat tentunya
para remaja yang masih duduk di bangku sekolah.
Atau kami langsung mengadakan sosialisasi ke
sekolah-sekolah atau mengadakan seminar
mengenai kesehatan reproduksi gitu.
Q5 Bagaimana Kesesuaian Program Kerja
BKBPMP dengan Kondisi Masyarakat di
Kecamatan Padarincang?
I1 Sebenarnya yaa program kerja kami sudah berusaha (8)
memberikan program sebaik mungkin untuk
mensejahterakan masyarakat, terutama pada
masyarakat yang tinggal di desa-desa. Namun yaa
itu tadi kurang pemahamannya masyarakat terhadap
kegiatan yang kami sosialisasikan, atau
ketidaktahuannya masyarakat terhadap program-
program yang kami jalankan. Biasanya kan
masyarakat di kampung itu masih berpikirannya
kolot, apalagi jika membahas perkawinan itu yang
ada mereka justru masih suka mengikuti adat
istiadatnya tanpa memperhatikan dampaknya seperti
apa untuk anak-anak mereka. Kadang pihak
BKBPMP juga masih merasa kesulitan jika
kaitannya dengan adat istiadat mah kan yaa bingung
mau bagaimana.
I5 Menurut pribadi saya sendiri yaa neng, pihak (9)
BKBPMP kurang adanya sosialisasi di sini
mengenai undang-undang perkawinan sehingga,
masyarakat di sini kalo punya anak udah gede
sedikit aja langsung pengennya nikahin aja, apalagi
kan anak perempuan mah gede sedikit wis lah
kawinakeun bae hehehe......
Q6 Apa Dampak dan Resiko Pernikahan Dini?
I3 Ada beberapa dampak sih mengenai pernikahan di (10)
usia dini, ya yang pertama pasti dampak psikis
karena melihat belum matangnya usia mereka, cara
pandang yang berbeda serta cara berfikir yang
belum matang pula. Terus yang kedua itu, dampak
biologis karena mengingat belum matangnya sistem
reproduksi si perempuan yang masih rentan untuk
bereproduksi di usia dini. Kemudian yang ketiga ini
dampak sosial yang pengaruhnya kepada keluarga si
pasangan, karena kekurang matangan cara pandang
serta cara berfikir dari pasangan yang menikah dini,
otomatis akan membangun kehidupan yang
seharusnya mereka jalani dalam ikatan suami istri
dan terlepas dari keluarga masing-masing ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Selain dampak pasti
akan ada resikonya yang menikah di usia dini, yang
pertama dari sistem kesehatan reproduksinya pasti
akan terganggu, yang kedua itu saat melahirkan
akan merasa kesulitan karena rahim dan tulang
panggul si perempuan belum siap untuk berkembang
dengan baik.
Q7 Apa saja Hambatan BKBPMP Kabupaten
Serang?
I2 Hambatan pihak BKBPMP itu jika melakukan (11)
sosialisasi kepada masyarakat apalagi yaa mengenai
pernikahan itu, pasti kaitannya sama tentangannya
dengan faktor adat istiadat disetiap desa masing-
masing. Selain itu juga kan penghambatnya faktor
ekonomi, nah kalo faktor ekonomi disini kami bisa
melakukan apa? Membantu membiayai mereka
karena yang tidak melanjutkan sekolah? Kan tidak
mungkin juga yaa, paling kita sebagai pemerintah
hanya membantu dalam pemverdayaan
masyarakatnya, seperti membuka lapangan
pekerjaan, memberikan masukan dan motivasi atas
keterampilan yang mereka miliki agar dapat
disalurkan guna mencukupi kebutuhan mereka
sendiri.
I1 Hambatan utama pihak BKBPMP itu, jelas tertera (12)
pada undang-undang perkawinan yang mengizinkan
menikah di usia minimal 16 tahun untuk perempuan
dan usia minimal untuk laki-laki 19 tahun. Disitu
pihak kami merasa kesulitan karena selain
bertentangan dengan undang-undang, disini kami
merasa kesulitan akan pola pikir masyarakat itu
sendiri. Jika kami menjelaskan tidak diizinkannya
menikahi putra-putrinya di bawah usia 20 tahun,
pasti masyarakat akan melontarkan mengenai
undang-undang perkawinan, karena disini pola pikir
masyarakat yang masih minim akan pengetahuan
dan resiko-resiko yang akan terjadi di kemudian
hari.
PEDOMAN WAWANCARA
Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Drs. Oyon Suryono, MM (I1) Selaku Kepala BKBPMP Kabupaten

Serang (Pembina Utama Muda).

1. Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak, terkait dalam menangani

pernikahan dini ?

2. Adakah tujuan lain dari dibentuknya kelembagaan BKBPMP kepada

masyarakat ?

3. Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan

pernikahan dini ?

4. Kebijakan apa yang telah dibuat oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini ?

5. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah dibawah usia 20 tahun ?

6. Mengapa peraturan pemerintah menerapkan usia ideal untuk perempuan menikah

minimal 20 tahun ?

7. Adakah undang-undang yang mengatur mengenai pembangunan keluarga ?

8. Adakah undang-undang mengenai laki-laki yang menikahi anak dibawah umur ?

9. Apakah semua bidang di BKBPMP turun langsung untuk mengadakan

sosialisasi guna mensejahterakan masyarakat ?


10. Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada

masyarakat ?

11. Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini ?

12. Dalam Perannya lembaga BKBPMP ada berapa bidang upaya untuk

mensejahterakan masyarakat ?

13. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

14. Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani kasus pernikahan dini yang

sudah banyak terjadi, agar resiko yang dikhawatirkan bagi perempuan

dapat berkurang ?

15. Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini di kabupaten Serang, terutama di kecamatan

Padarincang ?

16. Program apa saja yang diadakan oleh BKBPMP dalam pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

17. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan dibawah usia 20 tahun ?

18. Bagaimana jika terjadi dampak psikologi pada anak yang menikah dibawah usia

20 tahun ?

19. Seperti apa sanksi yang diberikan kepada laki-laki yang menikahi anak dibawah

umur 20 tahun ?

20. Adakah sanksi bagi pasangan usia subur (PUS) menurut umur istri dan suami

yang melakukan pernikahan dini ?


21. Bagaimana mekanisme pemberian sanksi terhadap laki-laki yang menikahi anak

di bawah umur 20 tahun ?


PEDOMAN WAWANCARA
Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Cicih Sugiharti, S.Sos (I2) Selaku Kepala Sub Bidang (Kasubid)

Informasi Analisa Program (IKAP) BKBPMP Kabupaten Serang.

1. Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak, terkait dalam menangani

pernikahan dini ?

2. Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan

pernikahan dini ?

3. Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP yang seharusnya diberikan

arahan-arahan dalam mencegah terjadinya pernikahan dini ?

4. Lokasi mana saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam

mensosialisasikan secara langsung ke lapangan dalam mencegah

terjadinya pernikahan dini ?

5. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah dibawah usia 20 tahun ?

6. Apakah BKBPMP rutin dalam mengadakan sosialisasi atau pembinaan

terhadap masyarakat, terutama pada remaja mengenai pernikahan dini ?

7. Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada

masyarakat ?
8. Apakah BKBPMP sudah melakukan penyuluhan atau pembinaan

mengenai pencegahan pernikahan dini di Kecamatan yang memiliki

jumlah angka tertinggi ?

9. Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini ?

10. Apa tupoksi dari bidang IKAP dan KK ?

11. Bagaimana peran BKBPMP dalam menangani dan mencegah terjadinya

pernikahan dini atau di bawah usia 20 tahun ?

12. Apakah bidang IKAP dan KK berperan aktif dalam menangani pernikahan

dini ?

13. Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani kasus pernikahan dini yang

sudah banyak terjadi, agar resiko yang dikhawatirkan bagi perempan dapat

berkurang ?

14. Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini di Kabupaten Serang, terutama di Kecamatan

Padarincang ?

15. Program apa saja yang paling efektif yang diadakan oleh BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini ?

16. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat program BKBPMP

dalam mengurangi jumlah angka pernikahan dini ?

17. Dari 29 Kecamatan yang ada di Kabupaten Serang, kecamatan manakah

yang memiliki jumlah angka tertinggi pernikahan di bawah usia 20 tahun ?


18. Upaya apa yang sudah terealisasikan oleh BKBPMP terhadap masyarakat

di Kecamatan Padarincang dalam menangani pernikahan dini ?

19. Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan

pernikahan dini di bawah usia 20 tahun ?

20. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun ?

21. Adakah sanksi bagi pasangan usia subur (PUS) menurut umur istri dan suami

yang melakukan pernikahan dini ?


PEDOMAN WAWANCARA
Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Asep Rahmat, SE, M.Si (I3) Selaku Kepala Sub Bidang (Kasubid)

Kesehatan Reproduksi.

1. Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak, terkait dalam menangani

pernikahan dini ?

2. Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan

pernikahan dini ?

3. Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP yang seharusnya diberikan

arahan-arahan dalam mencegah terjadinya pernikahan dini ?

4. Lokasi mana saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam

mensosialisasikan secara langsung ke lapangan dalam mencegah

terjadinya pernikahan dini ?

5. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun

6. Mengapa peraturan pemerintah menerapkan usia ideal untuk perempuan

menikah minimal 20 tahun ?

7. Apakah BKBPMP rutin dalam mengadakan sosialisasi atau pembinaan

terhadap masyarakat, terutama pada remaja mengenai pernikahan dini ?


8. Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada

masyarakat ?

9. Apakah BKBPMP sudah melakukan penyuluhan atau pembinaan

mengenai pencegahan pernikahan dini di Kecamatan yang memiliki

jumlah angka tertinggi ?

10. Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini ?

11. Apa tupoksi dari bidang KB dan KR ?

12. Bagaimana peran BKBPMP dalam menangani dan mencegah terjadinya

pernikahan dini atau di bawah usia 20 tahun ?

13. Apakah bidang KB dan KR berperan aktif dalam menangani pernikahan

dini ?

14. Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani kasus pernikahan dini yang

sudah banyak terjadi, agar resiko yang dikhawatirkan bagi perempan dapat

berkurang ?

15. Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini di Kabupaten Serang, terutama di Kecamatan

Padarincang ?

16. Program apa saja yang paling efektif yang diadakan oleh BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini ?

17. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat program BKBPMP

dalam mengurangi jumlah angka pernikahan dini ?


18. Upaya apa yang sudah terealisasikan oleh BKBPMP terhadap masyarakat

di Kecamatan Padarincang dalam menangani pernikahan dini ?

19. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun ?

20. Apakah ada resiko yang mengkhawatirkan bagi perempuan yang menikah

di bawah usia 20 tahun, jika dilihat dari sudut pandang kesehatan

reproduksi?

21. Adakah sanksi bagi pasangan usia subur (PUS) menurut umur istri dan suami

yang melakukan pernikahan dini ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada H. Dudung Mudrik (I4) Selaku Kepala Desa Kadu Bereum, Kecamatan

Padarincang.

1. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

2. Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-

anaknya terhadap pergaulan remaja jaman sekarang ?

3. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

4. Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

5. Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang ?

6. Apa dampak pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun ?

7. Apakah di Desa Kadu Bereum ini termasuk desa yang banyak melakukan

pernikahan dini ?
8. Apakah Bapak selaku Kepala Desa Kadu Bereum di Kecamatan

Padarincang ini sudah merasakan perannya pemerintah terhadap

kesejahteraan masyarakat ?

9. Seberapa penting pendidikan dan karir di mata masyarakat Kecamatan

Padarincang ?

10. Solusi apa yang harus dilakukan untuk menghadapi pergaulan remaja

jaman sekarang dan mengurangi tingkat pernikahan di bawah usia 20

tahun ?
PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada H. Rahmat (I5) Selaku KASI KESOS (Kesejahteraan Sosial) Kelurahan

Desa Kadu Bereum.

1. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

2. Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-

anaknya terhadap pergaulan remaja jaman sekarang ?

3. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

4. Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

5. Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang ?

6. Apa dampak pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun ?

7. Seberapa penting pendidikan dan karir di mata masyarakat Kecamatan

Padarincang ?
8. Apakah di Desa Kadu Bereum pernah terjadinya pernikahan dini yang

disebabkan karena kecelakaan dari pergaulan remaja jaman sekarang ?

PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Tokoh Masyarakat (I6-I9) Selaku Tokoh Masyarakat di Kecamatan

Padarincang.

1. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

2. Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-

anaknya terhadap pergaulan remaja jaman sekarang ?

3. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

4. Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

5. Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang ?

6. Apakah pernikahan dini ini banyak terjadi karena adanya perjodohan

antar orang tua ?


7. Sebagai tokoh masyarakat, peran bapak yang disegani oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang, solusi apa yang akan bapak terapkan kepada

anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah ?

8. Apakah di Desa ini pernah terjadinya pernikahan dini yang disebabkan

karena kecelakaan dari pergaulan remaja jaman sekarang ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Para Orang Tua (I10-I14) Selaku Orang tua dan Masyarakat di Kecamatan

Padarincang.

1. Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20

tahun ?

2. Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi

di kemudian hari dalam hal kesehatan ?

3. Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam

pemberdayaan masyarakat dan perempuan termasuk pernikahan dini ?

4. Pernahkah Bapak/Ibu mendengar Badan Publik BKBPMP ?

5. Apakah di mata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Kecamatan Padarincang ?

6. Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan

sosialisasi secara langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan dan anak ?


7. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

8. Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang ?

9. Seberapa penting pendidikan dan karir di mata masyarakat Kecamatan

Padarincang ?

10. Seberapa besar pengaruh BKBPMP dalam mengurangi jumlah angka

pernikahan dini terhadap masyarakat ?

11. Apakah ada hasil positif yang dirasakan masyarakat terhadap program

yang dilakukan oleh BKBPMP dalam menangani dan mencegah

pernikahan dini ?

12. Adakah manfaat dari sosialisasi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam

pencegahan pernikahan dini ?

13. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

14. Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

15. Apakah pernikahan dini ini banyak terjadi karena adanya perjodohan

antar orang tua ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Drs. H. A. Farid, M.Si (I15) Selaku Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan Padarincang.

1. Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada

calon pengantin sebelum melangsungkan pernikahan ?

2. Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti

pembinaan atau penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan ?

3. Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib

lapor dan terdaftar dalam data KUA Kecamatan Padarincang ?

4. Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke

Kantor Urusan Agama (KUA) ?

5. Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah

usia 20 tahun ?

6. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia

20 tahun ?
7. Adakah undang-undang yang mengenai laki-laki yang menikahi anak di

bawah umur ?

8. Apa tupoksi dari beberapa bidang yang ada di Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Padarincang selaim untuk menikahkan calon

pengantin yang sudah terdaftar ?

9. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

10. Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan

pernikahan dini di bawah usia 20 tahun ?

11. Berapakah jumlah yang terdaftar pernikahan dini di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Padarincang di setiap tahunnya ?

12. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

13. Dari hasil survey data yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah

yang banyak melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

14. Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

15. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20

tahun ?

16. Seperti apa sanksi yang diberikan kepada laki-laki yang menikahi anak

di bawah umur ?

17. Bagaimana mekanisme pemberian sanksi terhadap laki-laki yang

menikahi anak di bawah umur ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Umar Fauzi, S.Hi (I16) Selaku Penghulu Kantor Urusan Agama

Kecamatan Padarincang.

1. Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada

calon pengantin sebelum melangsungkan pernikahan ?

2. Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti

pembinaan atau penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan ?

3. Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib

lapor dan terdaftar dalam data KUA Kecamatan Padarincang ?

4. Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke

Kantor Urusan Agama (KUA) ?

5. Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah

usia 20 tahun ?

6. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia

20 tahun ?
7. Adakah undang-undang yang mengenai laki-laki yang menikahi anak di

bawah umur ?

8. Apa tupoksi dari beberapa bidang yang ada di Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Padarincang selaim untuk menikahkan calon

pengantin yang sudah terdaftar ?

9. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

10. Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan

pernikahan dini di bawah usia 20 tahun ?

11. Berapakah jumlah yang terdaftar pernikahan dini di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Padarincang di setiap tahunnya ?

12. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

13. Dari hasil survey data yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah

yang banyak melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

14. Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

15. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20

tahun ?

16. Seperti apa sanksi yang diberikan kepada laki-laki yang menikahi anak

di bawah umur ?

17. Bagaimana mekanisme pemberian sanksi terhadap laki-laki yang

menikahi anak di bawah umur ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Hidayat, S.Pdi (I17) Selaku Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan

Padarincang.

1. Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada

calon pengantin sebelum melangsungkan pernikahan ?

2. Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti

pembinaan atau penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan ?

3. Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib

lapor dan terdaftar dalam data KUA Kecamatan Padarincang ?

4. Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke

Kantor Urusan Agama (KUA) ?

5. Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah

usia 20 tahun ?

6. Adakah undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia

20 tahun ?
7. Adakah undang-undang yang mengenai laki-laki yang menikahi anak di

bawah umur ?

8. Apa tupoksi dari beberapa bidang yang ada di Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Padarincang selaim untuk menikahkan calon

pengantin yang sudah terdaftar ?

9. Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai

pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan anak ?

10. Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan

pernikahan dini di bawah usia 20 tahun ?

11. Berapakah jumlah yang terdaftar pernikahan dini di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Padarincang di setiap tahunnya ?

12. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang

banyak melakukan pernikahan dini ?

13. Dari hasil survey data yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah

yang banyak melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

14. Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini di Kecamatan Padarincang ?

15. Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20

tahun ?

16. Seperti apa sanksi yang diberikan kepada laki-laki yang menikahi anak

di bawah umur ?

17. Bagaimana mekanisme pemberian sanksi terhadap laki-laki yang

menikahi anak di bawah umur ?


PEDOMAN WAWANCARA

Peran Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan (BKBPMP) dalam Menangani Pernikahan Dini Di Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang

Kepada Remaja di bawah usia 20 tahun (I18-I25) Selaku Masyarakat Kecamatan

Padarincang.

1. Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti

sekolah karena untuk menikah ?

2. Apakah di mata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang ?

3. Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi

secara langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan,

perlindungan perempuan dan anak ?

4. Sebagai remaja yang masih duduk di bangku sekolah, bagaimana peran

kalian sebagai pelajar ?

5. Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun ?

6. Seberapa penting pendidikan dan karir di mata masyarakat Kecamatan

Padarincang ?

7. Seberapa besar pengaruh BKBPMP dalam mengurangi jumlah angka

pernikahan dini terhadap masyarakat ?


8. Adakah manfaat dari sosialisasi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam

pencegahan pernikahan dini ?

9. Apakah ada hasil positif yang dirasakan masyarakat terhadap program yang

dilakukan oleh BKBPMP dalam menangani dan mencegah pernikahan dini ?

10. Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini ?

11. Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di

usia dini ?

12. Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini ?

13. Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung

mengambil keputusan untuk menikah muda ?


CATATAN LAPANGAN

Rabu, 29 Oktober 2015

Peneliti mengajukan surat izin penelitian di tempat peneliti menentukkan lokus

untuk penelitian, yakni di Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat

dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang, yang terletak di Jalan Raya

Taktakan untuk kantor sementara badan publik tersebut. Setelah peneliti

menyerahkan surat izin penelitian ke bagian umum bertemu dengan Ibu Kokom

Komariah dan sedikit melakukan wawancara mengenai tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) BKBPMP. Kemudian peneliti mengunggu surat untuk di disposisi

kepada bidang yang bersangkutan, dalam beberapa hari surat sudah di disposisi

dan peneliti datang kembali ke kantor tersebut.

Senin, 03 November 2014

Surat izin penelitian sudah di disposisi dan peneliti langsung diantar oleh bagian

umum ke bidang yang bersangkutan, untuk yang kedua kalinya ke kantor

BKBPMP peneliti pertama kali mewawancari Ibu Cicih Sugiharti, S. Sos selaku

Kepala Sub Bidang IKAP (Informasi Analisa Program). Bidang tersebut yaitu

khusus dalam pendataan pernikahan, termasuk pendataan pernikahan dini. Beliau

membantu memudahkan peneliti dalam mengambil jumlah angka tertinggi yang

banyak melakukan pernikahan dini di Kabupaten Serang, dan peneliti

mendapatkan informasi mengenai kecamatan manakah yang memiliki angka

tertinggi di Kabupaten Serang pada tahun 2013. Setelah peneliti mendapatkan

data angka pernikahan dini pada tahun 2013, dan mendapatkan data angka
pernikahan dini dari tahun 2010-2013 peneliti memiliki perbandingan dari tahun

ke tahun peningkatan pernikahan dini yang terjadi di Kabupaten Serang.

Selasa, 11 November 2014

Setelah surat izin penelitian di disposisi, peneliti datang kembali untuk yang

ketiga kalinya ke kantor BKBPMP untuk langsung melakukan penelitian dan

proses wawancara mengenai peran BKBPMP terhadap masyarakat kepada bidang

yang bersangkutan dan sesuai dengan judul penelitian. Peneliti langsung bertemu

dengan Kepala Sub Bidang Kesehatan Reproduksi (KR) yakni, Bapak Asep

Rahmat, SE, M.Si. Beliau sangat antusias sekali saat diwawancarai oleh peneliti,

keterbukaan informasi dari beliau sangat membantu peneliti. Beliau pun tidak

segan mengajak peneliti ikut bergabung dalam acara kegiatan seminar nasional

mengenai kesehatan reproduksi yang diselenggarakan pada tanggal 19 November

2014 bertempat di Hotel Ratu Bidakara dari pukul 08.00-16.00 wib. Pada kegiatan

tersebut sasaran BKBPMP yaitu, seluruh perwakilan siswa-siswi dan sekolah

kesehatan dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Serang. Karena seminar

nasional ini mengenai kesehatan reproduksi pada remaja, dan ini merupakan

sasaran utama pihak BKBPMP Kabupaten Serang dalam melaksanakan tugasnya.

Kembali lagi pada saat wawancara berlangsung, beliau menjawab sangat tegas

ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai apa peran BKBPMP dalam

menangani pernikahan dini ? faktor-faktor apa saja yang mendorong mereka ingin

menikah di usia dini ? dan berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan oleh

peneliti kepada Kepala Sub Bidang Kesehatan Reproduksi (KR).


Rabu, 19 November 2014

Peneliti mengahadiri undangan dari Bapak Asep Rahmat, SE, M.Si dalam acara

“Seminar Nasional Kesehatan Reproduksi Remaja). Disana peneliti mendapatkan

informasi dan sama-sama belajar mengenai apa itu kesehatan reproduksi, resiko

apa yang akan terjadi jika di usia dini sudah bereproduksi, penyakit apa saja yang

akan di derita oleh para pelaku yang berhubungan seks di luar nikah, dan berbagai

informasi mengenai pernikahan dini peneliti dapati dalam acara seminar nasional

tersebut. Selain mewawancarai bidang yang bersangkutan, disini pun peneliti ikut

hadir dalam kegiatan yang diadakan oleh BKBPMP terutama sub bidang KR yang

menyelenggarakan.

Senin, 22 Desember 2014

Setelah mendapati informasi, kecamatan manakah yang memiliki jumlah angka

tertinggi pernikahan dini dan peneliti pada hari itu juga turun langsung ke

Kecamatan Padarincang. Dan yang pertama kali peneliti lakukan disana, peneliti

mendatangi Kantor Kecamatan Padarincang dan bertemu dengan Ibu E. Junariyah,

S. AP selaku Kepala Seksi Tata Pemerintahan dan Bapak Entis Sutisna, S. AP

selaku Staf/operator Kasi Pemerintahan yang turut membantu dalam memberikan

informasi mengenai profil umum kecamatan padarincang, letak geografis

kecamatan padarincang, jumlah penduduk kecamatan padarincang, ada berapa

desa di kecamatan padarincang. Kemudian setelah mendapatkan data penduduk

dari Kantor Kecamatan Padarincang, peneliti mendatangi Kantor Urusan Agama


(KUA) Kecamatan Padarincang untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam

mengenai jumlah pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Padarincang. Saat

pertama kali peneliti datang ke Kantor Urusan Agama (KUA), peneliti langsung

bertemu dengan salah satu penghulu disana, yakni Bapak Umar Fauzi, S. Hi

karena pada saat itu Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yakni Bapak Drs. H. A.

Farid, M. Si sedang tidak bisa ditemui dikarenakan sakit. Dan Bapak Hidayat, S.

Pdi selaku penghulu ketiga sedang tidak ada ditempat. Setelah itu peneliti tidak

sengaja bertemu dengan Kepala Desa Kadu Bereum

Jum’at, 13 Februari 2015

Peneliti kembali lagi untuk melakukan proses wawancara ke Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Padarincang dan bermaksud untuk menemui Kepala

KUA dan penghulu yang belum sempat peneliti temui untuk melakukan

wawancara. Setelah bertemu dan melakukan wawancara dengan Kepala KUA

yakni Bapak Drs. H. A Farid, M. Si, beliau sangat antusias menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti dan kemudian peneliti mewawancarai salah satu penghulu

yang belum peneliti wawancarai, yakni Bapak Hidayat, S. Pdi dan beliau

melontarkan pernyataan yang ada. Selain itu peneliti juga mendapatkan data

pernikahan dini di bawah usia 20 tahun yang dibantu oleh salah satu staf di KUA

yakni, Ibu Rosmawati, S. Sos.

Kamis, 05 Maret 2015


Pada hari kamis, 05 maret 2015 peneliti mendatangi kantor BKBPMP Kabupaten

Serang lagi untuk kesekian kalinya untuk mewawancarai Bapak Kepala BKBPMP

Kabupaten Serang yakni, Bapak Drs. Oyon Suryono, MM. Beliau sangat amat

baik dan menyambut kedatangan peneliti, saat diwawancarai beliau tidak segan

memberikan informasi dan melontarkan pernyataan yang diberikan oleh peneliti.

Beliau mengungkapkan mengenai didirikannya badan publik BKBPMP

Kabupaten Serang, semata-mata untuk mensejahterakan masyarakat dan sasaran

utama badan publik BKBPMP yakni masyarakat Kabupaten Serang.

Senin, 13 April 2015

Setelah peneliti melakukan Seminar Proposal Skripsi pada hari rabu tanggal 01

april 2015, dosen penguji meminta data jumlah angka kematian Ibu dan Anak

yang menikah di usia dini. Kemudian peneliti meminta data tersebut ke Kantor

BKBPMP, namun BKBPMP tidak mempunyai data tersebut dan pihak BKBPMP

merekomendasikan untuk meminta data yang peneliti butuhkan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Serang. Peneliti pada hari senin tanggal 13 april

mengajukan surat izin permohonan data yang dibutuhkan, kemudian surat di

disposisi dalam waktu beberapa hari namun setelah surat sudah di disposisi, pihak

Dinas Kesehatan tidak langsung memberikan data yang peneliti butuhkan. Para

pegawai disana tidak melayani dengan baik, itu terlihat sejak peneliti mengajukan

surat izin permohonan data dan ketika peneliti diantar ke bidang yang

bersangkutan mengenai data jumlah angka kematian Ibu dan Anak, staf di bidang

tersebut enggan memberikan data yang peneliti butuhkan. Setelah peneliti


menjelaskan panjang lebar mengenai data yang peneliti minta, akhirnya bidang

tersebut memberikan datanya namun bukan data yang seseuai dengan peneliti

butuhkan. Yang peneliti butuhkan yakni, data jumlah angka kematian Ibu dan

Anak yang menikah di usia dini di Kecamatan Padarincang, akan tetapi bidang

tersebut memberikan data keseluruhan jumlah angka kematian Ibu dan Anak yang

menikah di usia dini se Kabupaten Serang.


KATEGORISASI DATA

No. Kategori Rincian Isi Kategori


1 Tugas Pokok dan Fungsi  Tugas : Merencanakan, mengatur,
BKBPMP Kabupaten Serang melaksanakan dan mengawasi
penyelengaraan sebagian tugas
Pemerintah Daerah.
 Fungsi : Perumusan kebijakan
teknis, Pengaturan penyelenggaraan,
Pelaksanaan penyelenggaraan,
Pengawasan penyelenggaraan,
Pelaksanaan tugas tambahan.
2 Peran BKBPMP  Membangun komitmen dalam
penanggulangan pernikahan dini di
tingkat Kabupaten Pemerintah
Daerah.
 Membentuk kelompok bina keluarga
remaja (BKR).
 Membentuk Pusat Informasi
Konseling Remaja dan Mahasiswa
(PIKRM).
 Membentuk P2TP2A (Pusat
Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan
Perempuan dan Anak) tingkat
kabupaten.
 Memberikan pembinaan dan
sosialisasi mengenai pernikahan dini
terhadap remaja.
 Mengadakan penyuluhan dan
seminar mengenai Kesehatan
Reproduksi (KESPRO).
3 Standar Program BKBPMP  Peningkatan keberhasilan program
secara umum Keluarga Berencana (KB).
 Pemberdayaan dan ekonomi
masyarakat.
 Pemberdayaan perempuan,
perlindungan perempuan dan anak.
 Program Penunda Anak Pertama
(PAP)
 Program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
 Program Mengikuti Prosedur
4 Sasaran Utama BKBPMP  Masyarakat
 Kalangan Ibu-ibu
 Para Remaja
 Sekolah Kesehatan dan Sekolah
Umum
 Perguruan Tinggi kesehatan

5 Kesesuaian Program Kerja  Kurangnya tingkat pemahaman


BKBPMP dengan Kondisi masyarakat.
Masyarakat di Kecamatan  Kurangnya sosialisasi mengenai
Padarincang undang-undang perkawinan.
 Kurangnya intensitas penyuluhan
kepada kalangan Ibu-ibu.
 Kurangnya penyuluhan kepada
pasangan usia dini.
6 Ketersediaan Sumber daya  Pegawai BKBPMP yang mencukupi
Manusia di BKBPMP dan saling membantu satu sama lain
Kabupaten Serang jika mengadakan suatu kegiatan
guna mensejahterakan masyarakat.
7 Dampak dan Resiko  Dampak psikis karena usia yang
Pernikahan Dini belum matang.
 Dampak psikis karena cara pandang
dan cara berfikir yang belum
matang.
 Dampak biologis belum matangnya
kesehatan reproduksi pada
perempuan.
 Resiko penyakit yang akan di derita
oleh sang perempuan.
 Resiko dalam kesejahteraan fisik dan
mental.
8 Hambatan BKBPMP  Adanya faktor sosial budaya atau
Kabupaten Serang adat istiadat.
 Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat.
 Rendahnya tingkat perekonomian
masyarakat.
 Bertentangan dengan undang-
undang Perkawinan.
 Pola pikir masyarakat.
 Faktor pergaulan bebas yang
merebak luas.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Kamis, 05 Maret 2015


Waktu : 14.40 Wib
Tempat : Kantor BKBPMP Kabupaten Serang
Nama Informan : Drs. Oyon Suryono, MM (I1)
Usia : 56 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Kepala BKBPMP Kabupaten Serang (Pembina Utama Muda)

Q1 Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP terkait dalam menangani pernikahan

dini?

A1 Tujuannya yaitu terkait dengan pernikahan dini adanya program pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak. Sedangkan tujuan dari

dibentuknya BKBPMP itu sendiri membantu peraturan bupati dalam

mensejahterakan masyarakat.

Q2 Adakah tujuan lain dari dibentuknya kelembagaan BKBPMP kepada masyarakat?

A2 Jelas ada tujuan lainnya, seperti terkait dengan masalah peningkatan keberhasilan

KB di Kabupaten Serang. Selain itu terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan

ekonomi masyarakat.

Q3 Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan pernikahan

dini?

A3 Sasarannya yaa sudah tentu masyarakat.

Q4 Kebijakan apa yang telah dibuat oleh BKBPMP dalam menangani pernikahan dini?

A4 Kebijakan peraturan pemerintah penetapan usia ideal untuk menikah sesuai

dengan kesehatan reproduksi.

Q5 Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?


A5 Ada, yaitu didasari pada Undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang mengizinkan

menikah pada pihak perempuan minimal 16 tahun dan untuk laki-laki 19 tahun.

Q6 Mengapa peraturan pemerintah menerapkan usia ideal untuk perempuan menikah

minimal 20 tahun?

A6 Karena sesuai dengan kesehatan reproduksi remaja tersebut, sudah mampu untuk

bereproduksi apa belum.

Q7 Adakah Undang-undang yang mengatur mengenai pembangunan keluarga?

A7 Ada, Undang-undang nomor 10 tahun 1992 yang disempurnakan dengan Undang-

undang nomor 52 tahun 2009.

Q8 Adakah Undang-undang mengenai laki-laki yang menikahi anak di bawah umur?

A8 Tentu ada, oleh karenanya juga terdapat sanksi jika ada seorang pria yang sudah

berumur tetapi menikahi anak di bawah umur.

Q9 Apakah semua bidang di BKBPMP turun langsung untuk mengadakan sosialisasi?

A9 Dari ketiga bidang yang sudah disebutkan, BKBPMP turun langsung ke lapangan,

dikarenakan sasarannya ialah masyarakat.

Q10 Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada masyarakat?

A10 Sosialisasi seperti diadakannya penyuluhan, atau kegiatan-kegiatan langsung ke

Desa-desa.

Q11 Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini?

A11 Yaitu membantu pemerintah dalam pembentukan P2TP2A serta membimbing

masyarakat, memberikan arahan-arahan kepada para remaja di usia dini.


Q12 Dalam peranannya lembaga BKBPMP, ada berapa bidang upaya untuk

mensejahterakan masyarakat?

A12 Terdapat 5 (lima) bidang dalam BKBPMP yang dapat mensejahterakan

masyarakat.

Q13 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A13 Sangat penting dan membantu sekali, karena kan masyarakat butuh masukan-

masukan dari kami dan membutuhkan perlindungan terhadap anak.

Q14 Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani kasus pernikahan dini yang sudah

banyak terjadi, agar resiko yang dikhawatirkan dapat berkurang?

A14 Membuat program seperti PAP yaitu Penundaan Anak Pertama dan PUP yaitu

Pendewasaan Usia Perkawinan.

Q15 Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini di Kabupaten Serang?

A15 Langkah dan strategi yang dilakukan yaitu, banyak program yang kami jalankan

dalam menangani pernikahan dini. Pertama membangun komitmen tingkat

Kabupaten pemerintah daerah sampai dengan ke tingkat bawah, kemudian ada

juga BKR (Bina Keluarga Remaja), yang ketiga itu dibentuknya PIKRM (Pusat

Informasi Konseling Remaja dan Mahasiswa).

Q16 Apa dampak dari pernikahan dini atau di bawah usia 20 tahun?

A16 Dampak yang ditakutkan yaitu, dampak psikis dikarenakan pernikahan yang

dilakukan dalam usia yang belum matang dan cara pandang serta cara berfikir

yang belum matang pula sehingga kekurang pahaman akan tugas dan fungsinya

dari sebuah rumah tangga.

Bagaimana jika terjadi dampak psikologi pada anak yang menikah di bawah usia 20
Q17 tahun?

Akan berdampak pada belum matangnya kesehatan reproduksi, sedangkan yang

A17 dimaksud dengan Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan

sosial yang utuh.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 03 November 2014


Waktu : 14.16 Wib
Tempat : Kantor BKBPMP Kabupaten Serang
Nama Informan : Cicih Sugiharti, S. Sos (I2)
Usia : ± 46 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Sub Bidang (KASUBID) Informasi Analisa Program (IKAP)

Q1 Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP terkait dalam menangani pernikahan

dini?

A1 Tujuannya jelas untuk mensejahterakan masyarakat dalam pemberdayaan

perempuan tentunya.

Q2 Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan pernikahan

dini?

A2 Mayarakat, terutama perempuan dan remaja usia dini.

Q3 Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP yang seharusnya diberikan arahan-

arahan dalam mencegah terjadinya pernikahan dini?

A3 Remaja usia dini atau di bawah 20 tahun.

Q4 Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?

A4 Tentu ada, tertera pada Undang-undang nomor 1 tahun 1974.

Q5 Apakah BKBPMP rutin dalam mengadakan sosialisasi atau pembinaan terhadap

masyarakat, terutama pada remaja mengenai pernikahan dini?

A5 Hanya beberapa kali dalam 1 (satu) tahun, untuk remaja mengadakan seminar.

Q6 Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada masyarakat?
A6 Seperti penyuluhan, pembinaan yang memberikan arahan-arahan, dan seminar

nasional.

Q7 Apakah BKBPMP sudah melakukan penyuluhan atau pembinaan mengenai

pencegahan pernikahan dini di Kecamatan yang memiliki jumlah angka tertinggi?

A7 Kita sudah menyerahkan ke setiap UPT-UPT Kecamatan masing-masing.

Q8 Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini?

A8 Yaitu memberikan pembinaan terhadap masyarakat dan membentuk beberapa

program upaya pencegahan pernikahan dini.

Q9 Apa tupoksi dari IKAP dan KK?

A9 Memimpin, merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengawasi

penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah di bidang Informasi Analisa

Program Keluarga dan Ketahanan Keluarga.

Q10 Bagaimana peran BKBPMP dalam menangani dan mencegah terjadinya pernikahan

dini atau di bawah usia 20 tahun?

A10 Kami mengadakan sosialisasi mengenai Undang-undang perkawinan secara terus

menerus, mengadakan penyuluhan serta pembinaan untuk remaja.

Q11 Apakah bidang IKAP dan KK berperan aktif dalam menangani pernikahan dini?

A11 Bidang kami hanya aktif dalam pendataannya saja, tetapi saling membantu jika

bidang lain membutuhkan kinerja bidang IKAP dan KK.

Q12 Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani pernikahan dini?

A12 Banyak program yang kami sediakan sesuai dengan SOP nya dalam menangani

pernikahan dini.

Q13 Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini di Kabupaten Serang?


A13 Langkah dan strateginya yaa itu tadi hanya melakukan pembinaan, sosialisasi terus

menerus, mengadakan seminar tingkat sekolah.

Q14 Program apa yang paling efektif yang diadakan oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini?

A14 Program PAP (Penundaan Anak Pertama).

Q15 Dari 29 Kecamatan yang ada di Kabupaten Serang, Kecamatan manakah yang

A15 memiliki jumlah angka tertinggi pernikahan di bawah usia 20 tahun?

Kecamatan Padarincang.

Q16 Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan pernikahan

dini di bawah usia 20 tahun?

A16 Selalu ada peningkatan naik di tahun 2011 dan menurun di tahun 2012, dan naik

lagi di tahun 2013.

Q17 Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun?

A17 Dampak psikis dan dampak biologis pada remaja.

Q18 Adakah sanksi bagi Pasangan Usia Subur (PUS) menurut umur istri dan suami yang

melakukan pernikahan dini?

A18 Sanksi tidak ada bagi pelaku PUS, karena Undang-undang perkawinan pun

mengizinkan batasan menikah di bawah usia 20 tahun.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Selasa, 11 November 2014


Waktu : 11.20 Wib
Tempat : Kantor BKBPMP Kabupaten Serang
Nama Informan : Asep Rahmat, SE, M. Si (I3)
Usia : 52 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Sub Bidang Kesehatan Reproduksi/Pembina IVa

Q1 Apa tujuan dari dibentuknya peran BKBPMP terkait dalam menangani pernikahan

dini?

A1

Q2 Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan pernikahan

dini?

A2 Masyarakat atau Ibu-ibu yang memiliki anak perempuan dan remaja di usia dini.

Q3 Siapa saja yang menjadi sasaran BKBPMP yang seharusnya diberikan arahan-

arahan dalam mencegah terjadinya pernikahan dini?

A3 Para remaja yang masih duduk di bangku sekolah.

Q4 Lokasi mana sajakah yang menjadi sasaran BKBPMP dalam mensosialisasikan

secara langsung ke lapangan dalam mencegah terjadinya pernikahan dini?

A4 Tentu lokasi di Kabupaten Serang, seperti ke sekolah-sekolah untuk sosialisasi.

Q5 Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?

A5 Ada, pada Undang-undang nomor 1 tahun 1974. Dan di sini sangat bertentangan

dengan usia ideal yang pemerintah terapkan.

Q6 Mengapa peraturan pemerintah menerapkan usia ideal untuk perempuan menikah


minimal 20 tahun?

A6 Karena melihat dari sistem reproduksi remaja itu sendiri sudah mampu

bereproduksi ataukah belum.

Q7 Apakah BKBPMP rutin dalam mengadakan sosialisasi atau pembinaan terhadap

masyarakat, terutama pada remaja mengenai pernikahan dini?

A7 Dalam 1 (tahun) BKBPMP rutin dalam mengadakan sosialisasi di 20 Kecamatan.

Q8 Dalam bentuk sosialisasi seperti apa yang BKBPMP lakukan kepada masyarakat?

A8 Dalam bentuk penyuluhan KB misalnya, kemudian memberikan arahan-arahan dan

pembinaan.

Q9 Apakah BKBPMP sudah melakukan penyuluhan atau pembinaan mengenai

pencegahan pernikahan dini di Kecamatan yang memiliki jumlah angka tertinggi?

A9 Sudah, namun kegiatan sosialisasi tersebut kami bekerjasama dengan UPT disetiap

Kecamatan.

Q10 Apa tupoksi dari lembaga BKBPMP yang kaitannya dalam mencegah dan

menangani pernikahan dini?

A10 Membentuk beberapa program yang kaitannya dalam menangani pernikahan dini.

Q11 Apa tupoksi dari bidang KB dan KR?

A11 Tugas pokoknya yakni, memimpin, merencanakan, mengatur, melaksanakan dan

mengawasi penyelenggaraan urusan Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan

Keluarga Berencana. Sedangkan fungsinya yaitu, perumusan rencana kebijakan,

pengaturan penyelenggaraan, pelaksanaan penyelenggaraan, pengawasan

penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas tambahan.

Q12 Bagaimana peran BKBPMP dalam menangani dan mencegah terjadinya pernikahan

dini atau di bawah usia 20 tahun?

A12 Peran kami selaku BKBPMP itu bekerjasama dengan PPPA (Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak) jika ada pernikahan dini/di bawah umur.

Selain itu kami bekerjasama dengan Kementerian Agama dan Dinas Sosial.

Q13 Apakah bidang KB dan KR berperan aktif dalam menangani pernikahan dini?

A13 Jelas kami aktif dalam menangani pernikahan dini, karena ini di bidang kami.

Q14 Apa solusi dari BKBPMP dalam menangani kasus pernikahan dini yang sudah

banyak terjadi, agar resiko yang dikhawatirkan bagi perempuan dapat berkurang?

A14 Solusinya yaa kami memberikan beberapa program, seperti program PUP

(Pendewasaan Usia Dini) dan PAP (Penundaan Anak Pertama).

Q15 Apa saja langkah dan strategi yang dilakukan oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini di Kabupaten Serang?

A15 Kami berupaya mengadakan penyuluhan/pembinaan dan mengadakan seminar

kesehatan bagi para remaja yang masih duduk di bangku sekolah.

Q16 Program apa yang paling efektif yang diadakan oleh BKBPMP dalam menangani

pernikahan dini?

A16 Program PAP (Penundaan Anak Pertama).

Q17 Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat program BKBPMP dalam

mengurangi jumlah angka pernikahan dini?

A17 Faktornya itu yaa salah satunya bertentangan dengan Undang-undang

perkawinan, kemudian dari faktor ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan serta

faktor sosial budaya disetiap tempat.

Q18 Upaya apa yang sudah terealisasikan oleh BKBPMP terhadap masyarakat di

Kecamatan Padarincang dalam menangani pernikahan dini?

A18 Belum dapat terealisasikan sepenuhnya hanya saja upaya dalam mengadakan

sosialisasi belum secara rutin.

Q19 Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun?
A19 Jelas akan terjadinya dampak psikis pada anak, dampak biologis, dan dampak

sosial bagi keluarga.

Q20 Apakah ada resiko yang mengkhawatirkan bagi perempuan yang menikah di bawah

usia 20 tahun, jika dilihat dari sudut pandang kesehatan reproduksi?

A20 Tentu ada, selain resiko yang mengkhawtirkan bagi Ibunya, kehamilan beresiko

adalah kehamilan yang akan menyebabkan resiko pada bayi yang dilahirkan.

Seperti, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik sehingga kesulitan

dalam persalinan, Ibu melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 22 Desember 2014


Waktu : 16.10 Wib
Tempat : Rumah Kepala Desa Kadu Bereum
Nama Informan : H. Dudung Mudrik (I4)
Usia : ± 54 tahun.
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Desa Kadu Bereum

Q1 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat?

A1 Sangat penting untuk memberikan masukan pada masyarakat.

Q2 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang?

A2 Diberikan nasihat yang terus menerus, memantau perkembangan anak dan

pergaulan anak.

Q3 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A3 Banyak faktornya, kurangnya ekonomi, pendidikan yang rendah, akibat pergaulan

remaja dan cara pandang orang tua jaman dulu.

Q4 Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang?

A4 Ada yang masih duduk dibangku SMP kelas 3 dan di bangku SMA kelas 1-2.

Q5 Apakah sejauh ini pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun banyak

diminati oleh masyarakat di Kecamatan Padarincang?

A5 Masih banyak diminati jika melihat dari keadaan secara langsung.


Q6 Apakah di Desa Kadu Bereum ini termasuk desa yang banyak melakukan

pernikahan dini?

A6 Tidak begitu banyak, namun ada yang menikah di usia dini.

Q7 Apakah Bapak selaku Kepala Desa Kadu Bereum di Kecamatan Padarincang ini

sudah merasakan perannya pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat?

A7 Saya pribadi, belum merasakan.

Q8 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A8 Penting tidak penting sepertinya, karena melihat dari kondisi ekonomi masyarakat

disini.

Q9 Solusi apa yang harus dilakukan untuk menghadapi pergaulan remaja jaman

sekarang dan mengurangi tingkat pernikahan di bawah usia 20 tahun?

A9 Solusinya yang harus lebih meningkatkan lagi beribadah kepada Allah, serta

mengajak para remaja disini melakukan kegiatan yang positif.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 22 Desember 2014


Waktu : 17.20 Wib
Tempat : Rumah Kepala Desa Kadu Bereum
Nama Informan : H. Rahmat (I5)
Usia : ± 54 tahun.
Pekerjaan/Jabatan : KASI KESOS (Kesejahteraan Sosial) Kelurahan Desa Kadu Bereum

Q1 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat?

A1 Sangat penting.

Q2 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang?

A2 Memberikan pendidikan yang tinggi serta memantau pergaulan anak dari kejauhan

Q3 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A3 Mugkin penting, hanya saja kondisi faktor ekonomi yang tidak memadai.

Q4 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A4 Faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan dan perjodohan atau permintaan orang

tua.

Q5 Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang?

A5 SMP dan SMA.

Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di Kecamatan

Q6 Padarincang?
Lumayan banyak yang menikah di usia dini.

A6 Apa dampak dari pernikahan dini atau di bawah usia 20 tahun?

Q7 Dampak yang terjadi pada anak karena usianya yang belum matang dan pola pikir

A7 yang belum matang.

Apakah di Desa Kadu Bereum pernah terjadinya pernikahan dini yang disebabkan

Q8 karena kecelakaan dari pergaulan remaja jaman sekarang?

Mungkin ada, melihat dari pergaulan di jaman sekarang yang semakin

A8 mengkhawatirkan.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Februari 2015


Waktu : 15.25 Wib
Tempat : Rumah Bapak Junaedi, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Bulakan
Nama Informan : Junaedi
Usia : 58 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Tokoh Masyarakat

Q1 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai, pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A1 Penting sekali.

Q2 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang?

A2 Perannya yaa, mendidik sampai dengan tuntas dan memberikan pendidikan.

Q3 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A3 Banyak faktor, seperti ekonomi, pendidikan, pergaulan jaman sekarang dan

paksaan dari orang tua.

Q4 Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak diminati oleh

masyarakat di Kecamatan Padarincang?

A4 Lulusan SMP atau tidak tamat SMA.

Q5 Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di Kecamatan

Padarincang?

A5 Banyak diminati karena kekhawatiran orang tua kepada anaknya.


Q6 Apakah pernikahan dini ini banyak terjadi karena adanya perjodohan antar orang

tua?

A6 Ada yang dijodohkan ada juga yang tidak.

Q7 Sebagai tokoh masyarakat, peran Bapak yang disegani oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang, solusi apa yang akan Bapak terapkan kepada anak-anak

yang masih duduk dibangku sekolah?

A7 Mengadakan kegiatan positif di lingkungan masyarakat yang pelakunya adalah

para remaja.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Mei 2015


Waktu : 13.20 Wib
Tempat : Rumah Bapak Kartawi, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Tengah
Nama Informan : Kartawi
Usia : ± 56 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Tokoh Masyarakat

Q1 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai, pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A1 Penting.

Q2 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang?

A2 Menasihati, memberikan masukan yang positif.

Q3 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A3 Ekonomi, pendidikan dan pergaulan jaman sekarang.

Q4 Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak diminati oleh

masyarakat di Kecamatan Padarincang?

A4 SMP dan SMA kelas 2.

Q5 Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di Kecamatan

Padarincang?

A5 Banyak bagi orang tua yang memiliki anak perempuan.

Q6 Apakah pernikahan dini ini banyak terjadi karena adanya perjodohan antar orang
tua?

A6 Ada sebagian yang dijodohkan dan ada yang tidak.

Q7 Sebagai tokoh masyarakat, peran Bapak yang disegani oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang, solusi apa yang akan Bapak terapkan kepada anak-anak

yang masih duduk dibangku sekolah?

A7 Mengajak para remaja disini mengadakan kegiatan pengajian di pondok-pondok

pesantren untuk meningkatkan kualitas keimanan mereka.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Februari 2015


Waktu : 16.05 Wib
Tempat : Rumah Bapak Ahmad Ita, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ahmad Ita
Usia : ± 69 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Tokoh Masyarakat

Q1 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai, pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A1 Pasti penting.

Q2 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orang tua dalam menjaga anak-anaknya

terhadap pergaulan remaja jaman sekarang?

A2 Memberikan kegiatan yang positif kepada anak-anak dan saling bertukar pikiran.

Q3 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

Faktor ekonomi, pendidikan, pergaulan, orang tua yang khawatir terhadap

anaknya.

Q4 Tingkat pendidikan SD, SMP atau SMA kah yang paling banyak diminati oleh

masyarakat di Kecamatan Padarincang?

A4 Kebanyakan masih duduk di bangku SMA dan tamatan SMP.

Q5 Apakah sejauh ini pernikahan dini banyak diminati oleh masyarakat di Kecamatan

Padarincang?

A5 Kemungkinan besar para orang tua yang memiliki anak perempuan ingin cepat
menikahkan anaknya.

Q6 Apakah pernikahan dini ini banyak terjadi karena adanya perjodohan antar orang

tua?

A6 Banyak terjadi karena faktor lingkungan anak jaman sekarang.

Q7 Sebagai tokoh masyarakat, peran Bapak yang disegani oleh masyarakat di

Kecamatan Padarincang, solusi apa yang akan Bapak terapkan kepada anak-anak

yang masih duduk dibangku sekolah?

A7 Mengajak para pemuda-pemudi yang masih duduk di bangku sekolah untuk

melakukan kegiatan positif dan bermanfaat, sepeti mengadakan kegiatan sosialisasi

di masyarakat dalam rangka apapun diwajibkan ikut serta.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 11.27 Wib
Tempat : Rumah Ibu Sani, Desa Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ibu Sani (I10) / orang tua dari Rina Mariana
Usia : ± 50 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20 tahun?

A1 Dengan tujuan semata-mata hanya khawatir dengan pergaulan jaman sekarang. Di

sekolahan anak saya sering bolos, dari pada terjadi hal yang tidak diiginkan, yaa

saya putuskan menikahkan anak saya dan berhenti sekolah saat masih duduk di

kelas 2 SMA.

Q2 Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi di

kemudian hari?

A2 Tidak, karena kan jaman dulu juga banyak menikah setelah lulus SD dan

alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.

Q3 Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, termasuk pernikahan dini?

A3 Tidak tau sama sekali saya tentang badan publik itu, palingan disini suka diadakan

arahan-arahan tentang KB saja di puskesmas.

Q4 Pernahkah Bapak/Ibu mendengar badan publik BKBPMP?

Tidak pernah, saya baru tahu kalau ada pemerintah yang menangani pernikahan di

A4 bawah usia 20 tahun.


Apakah dimata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Q5 Kecamatan Padarincang?

Yang saya tau tidak sering, saya belum pernah sama sekali mendengar dan datang

A5 dalam kegiatan tersebut. Kerjaan saya cuma di dapur aja neng jadi ngga tau

masalah itu ada apa ngga.

Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

Q6 langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan dan anak?

Kalau ditanya penting apa ngga, mungkin bagi masyarakat di kampung butuh akan

Peran pemerintah, ya setidaknya memberi pengetahuan kepada masyarakat di

A6 kampung yang ketinggalan informasi.

Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

Q7 perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

Penting kalau menurut saya, disini masyarakat kampung butuh akan adanya peran

A7 pemerintah untuk membantu memberikan arahan-arahan pada warga disini.

Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orangtua dalam menjaga anaknya terhadap

Q8 pergaulan remaja jaman sekarang?

Saya selaku orang tua sih menjaga terus anak perempuan dengan lebih hati-hati,

A8 tapi gimana ya neng anak saya itu nakal jadi rada susah kalau dinasehatin, jadi ya

saya suruh berhenti sekolah aja.

Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

Q9 Kalau dibilang penting yaa, pendidikan itu penting biar cari kerjanya juga

A9 gampang, tapi yaa kalau anaknya nakal dan susah diatur yaa lebih baik

dinikahkan.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 11.50 Wib
Tempat : Rumah Ibu Sarti, Desa Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ibu Sani (I11) / orang tua dari Siti Sofiaranti
Usia : ± 40 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20 tahun?

Kurangnya perekonomian keluarga.

Q2 Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi di

kemudian hari?

A2 Tidak terlalu khawatir neng, kan banyak yang menikah di usia muda.

Q3 Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, termasuk pernikahan dini?

A3 Tidak tau neng.

Q4 Pernahkah Bapak/Ibu mendengar badan publik BKBPMP?

A4 Saya cuma tau badan yang mengurusi KB.

Q5 Apakah dimata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Kecamatan Padarincang?

A5 Tidak tau neng, saya kerjaannya di rumah aja.

Q6 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan dan anak?

A6 Kalau dibilang penting, iya pasti penting yaa neng untuk masukan-masukan kepada
warga disini.

Q7 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A7 Penting kalau menurut saya karena bisa memberikan perlindungan pada anak.

Q8 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orangtua dalam menjaga anaknya terhadap

pergaulan remaja jaman sekarang?

A8 Mengontrol pergaulan anak, memberikan pendidikan.

Q9 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A9 Penting, tapi kalau tidak ada biaya harus bagaimana lagi terpaksa harus putus

sekolah.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Mei 2015


Waktu : 14.31 Wib
Tempat : Rumah Ibu Kalsum, Desa Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ibu Kalsum (I12) / orang tua dari Mi’ah Supriatin
Usia : ± 49 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20 tahun?

A1 Menghindari anak dari perbuatan zina.

Q2 Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi di

kemudian hari?

A2 Tidak neng, kan banyak yang menikah muda.

Q3 Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, termasuk pernikahan dini?

A3 Tidak tahu.

Q4 Pernahkah Bapak/Ibu mendengar badan publik BKBPMP?

A4 Tidak Pernah, kalau BKKBN pernah.

Q5 Apakah dimata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Kecamatan Padarincang?

A5 Pernah ada, tapi tidak sering.

Q6 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan dan anak?

A6 Penting neng, agar masyarakat merasa diperhatikan.


Q7 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A7 Penting.

Q8 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orangtua dalam menjaga anaknya terhadap

pergaulan remaja jaman sekarang?

A8 Sangat mengkhawatirkan yaa, jadi perlu dibina lagi diberikan nasehat.

Q9 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

109 Penting, tapi kalau tidak ada biaya mau bagaimana lagi, lebih baik dinikahkan.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 12.35 Wib
Tempat : Rumah Ibu Sarti, Desa Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ibu Sarti (I13) / orang tua dari Eliah
Usia : ± 51 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Pedagang sembako dan Ibu Rumah Tangga

Q1 Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20 tahun?

A1 Anak sayanya sudah ingin menikah.

Q2 Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi di

kemudian hari?

A2 Tidak.

Q3 Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, termasuk pernikahan dini?

A3 Tidak tahu.

Q4 Pernahkah Bapak/Ibu mendengar badan publik BKBPMP?

A4 Tidak Pernah.

Q5 Apakah dimata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Kecamatan Padarincang?

Saya kurang tahu.

Q6 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan dan anak?

A6 Penting, karena agar masyarakat tau tentang pemberdayaan perempuan dan anak.
Q7 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A7 Penting.

Q8 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orangtua dalam menjaga anaknya terhadap

pergaulan remaja jaman sekarang?

A8 Risih neng, jadi ya ketika anak saya sudah ingin menikah, yaa saya nikahkan.

Q9 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A9 Ada yang bilang penting, ada juga yang tidak.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Mei 2015


Waktu : 14.50 Wib
Tempat : Rumah Ibu Yani, Desa Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Ibu Yani (I14) / orang tua dari Reni Suhaeni
Usia : ± 51 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apa tujuan Bapak/Ibu menikahkan anak perempuannya di bawah usia 20 tahun?

A1 Agar tidak terjerumus dalam pergaulan jaman sekarang.

Q2 Apakah Bapak/Ibu tidak khawatir akan dampak atau resiko yang terjadi di

kemudian hari?

A2 Tidak.

Q3 Tahukah Bapak/Ibu mengenai badan publik yang menangani dalam pemberdayaan

masyarakat dan perempuan, termasuk pernikahan dini?

A3 Tidak tahu.

Q4 Pernahkah Bapak/Ibu mendengar badan publik BKBPMP?

A4 Tidak Pernah.

Q5 Apakah dimata masyarakat, pemerintah sering mengadakan sosialisasi di

Kecamatan Padarincang?

A5 Kurang tahu.

Q6 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan dan anak?

A6 Penting.
Q7 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A7 Sangat penting.

Q8 Bagaimana peran Bapak/Ibu sebagai orangtua dalam menjaga anaknya terhadap

pergaulan remaja jaman sekarang?

A8 Diberikan masukan-masukan yang positif dan dipantau terus menerus.

Q9 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A9 Sebenarnya penting.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Februari 2015


Waktu : 14.08 Wib
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang
Nama Informan : Drs. H. A. Farid, M. Si (I15)
Usia : ± 49 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang (Penghulu)

Q1 Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada calon

pengantin sebelum melangsungkan pernikahan?

A1 Agar calon pasutri lebih siap bagaimana berumah tangga, yaa dengan diberikan

pembinaan atau penasehatan kepada setiap calon pengantin.

Q2 Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti pembinaan atau

penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan?

A2 Jelas, calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.

Q3 Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib lapor dan

terdaftar dalam data di KUA?

A3 Wajib, agar terdata dalam KUA dan di buku nikah yang diarsipkan.

Q4 Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke KUA?

A4 Persyaratan yang umum, seperti akta kelahiran dan kartu keluarga. Serta

membawa uang administrasi yang pembayarannya langsung di transfer melalui

Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah usia 20

Q5 tahun?
Jelas ada, tetapi menikahkan anak di usia 15 tahun harus ada surat izin dari orang

A5 tua dan pengadilan agama sebelumnya.

Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?

Q6 Ada, Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974.

A6 Adakah Undang-undang mengenai laki-laki yang menikahi anak di bawah umur?

Q7 Ada, yang bertentangan dengan Undang-undang perlindungan anak di dalam pasal

A7 1 Undang-undang nomor 23 tahun 2002.

Apa tupoksi dari beberapa bidang yang ada di KUA Kecamatan Padarincang selain

Q8 untuk menikahkan calon pengantin yang sudah terdaftar?

Selain menikahkan calon pengantin, KUA juga mengadakan BP4 (Badan

A8 Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) dan diadakannya

penataran singkat selama 3 hari atau 1 hari/3 jam (SUSCATIN) Kursus Calon

Pengantin.

Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

Q9 perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

Penting sekali.

A9 Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan pernikahan

Q10 dini di bawah usia 20 tahun?

Pernikahan tertinggi memang banyak di tahun 2013, pada tahun 2014 pernikahan

A10 menurun.

Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

Q11 melakukan pernikahan dini?

Terutama dari segi faktor ekonomi keluarga, kemudian rendahnya tingkat

pendidikan, dan pola pikir masyarakat yang sempit.

A11 Dari hasil survey yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah yang paling banyak
melakukan pernikahan dini?

Q12 Desa Citasuk rekor dalam setiap tahunnya.

Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak melakukan

A12 pernikahan dini di Kecamatan Padarincang?

Q13 Tingkat SMA.

Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun?

A13 Dampaknya jelas terlihat pada psikis si anak tersebut yang pola pikirnya masih

Q14 belum matang.

A14
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Senin, 22 Desember 2014


Waktu : 13.57 Wib
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang
Nama Informan : Umar Fauzi, S.Hi (I16)
Usia : ± 45 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Penghulu

Q1 Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada calon

pengantin sebelum melangsungkan pernikahan?

A1 Agar calon pengantin lebih siap dalam melangsungkan pernikahan.

Q2 Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti pembinaan atau

penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan?

A2 Calon Pengantin, baik pria maupun wanita.

Q3 Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib lapor dan

terdaftar dalam data di KUA?

A3 Wajib, agar terdata di KUA.

Q4 Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke KUA?

A4 Persyaratan akta kelahiran, kartu keluarga, KTP (bagi yang sudah), pas foto dan

biaya administrasi yang langsung di transfer ke Bank BRI.

Q5 Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah usia 20

tahun?

A5 Ada, jika anaknya berusia 15 tahun ke bawah harus mendapatkan surat izin

dahulu.
Q6 Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?

A6 Ada, di dalam Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974.

Q7 Apa tupoksi dari beberapa bidang yang ada di KUA Kecamatan Padarincang selain

untuk menikahkan calon pengantin yang sudah terdaftar?

A7 Bimbingan haji disini juga termasuk ke dalam tupoksi KUA, kemudian mengadakan

pembinaan atau penasehatan kepada calon pengantin dan membuka kursus untuk

para calon pengantin.

Q8 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A8 Sangat penting.

Q9 Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan pernikahan

dini di bawah usia 20 tahun?

A9 Naik turun data dari tahun ke tahun, tetapi memang angka yang paling melonjak

ada di tahun 2013 yang terdaftar kurang lebih 900-an ke atas.

Q10 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A10 Banyak beberapa faktor, yang utama ekonomi yang rendah, sosial budaya

masyarakat disini dan rendahnya tingkat pendidikan, ada juga akibat dari

pergaulan jaman sekarang.

Q11 Dari hasil survey yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini?

A11 Desa Citasuk.

Q12 Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang?

A12 Tingkat SMA


Q13 Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun?

A13 Dampak psikis pada anak, dan kurang matangnya alat reproduksi.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Februari 2015


Waktu : 14.21 Wib
Tempat : Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang
Nama Informan : Hidayat, S. Pdi (I17)
Usia : ± 54 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Penghulu

Q1 Apa tujuan dari KUA mengadakan pembinaan atau penasehatan kepada calon

pengantin sebelum melangsungkan pernikahan?

A1 Tujuannya yaa supaya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warrahmah.

Q2 Siapa saja yang menjadi sasaran pihak KUA untuk mengikuti pembinaan atau

penasehatan sebelum melangsungkan pernikahan?

A2 Calon pengantin atau calon pasutri (pasangan suami istri).

Q3 Apakah setiap warga yang akan melangsungkan pernikahan dini wajib lapor dan

terdaftar dalam data di KUA?

A3 Jelas harus wajib lapor, agar terdata juga dalam Kantor Urusan Agama.

Q4 Persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan untuk mendaftar ke KUA?

A4 Biaya administrasi, akta kelahiran, Kartu Keluarga (KK), KTP dan pas foto.

Q5 Apakah ada peraturan untuk penghulu jika menikahkan anak di bawah usia 20

tahun?

A5 Ada, penghulu disini menikahkan sesuai peraturan yaa kalau usia dini, semsestinya

harus ada dispensasi dari pihak pengadilan agama.

Q6 Adakah Undang-undang yang mengatur batasan menikah di bawah usia 20 tahun?


A6 Ada dalam Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974.

Q7 Adakah Undang-undang mengenai laki-laki yang menikahi anak di bawah umur?

A7 Ada, di dalam Undang-undang yang bertentangan dengan perlindungan anak.

Q8 Apakah peran pemerintah sangat penting bagi masyarakat mengenai pemberdayaan

perempuan, perlindungan perempuan dan anak?

A8 Sangat penting, agar masyarakat merasa diperhatikan oleh pemerintah.

Q9 Apakah selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun yang melakukan pernikahan

dini di bawah usia 20 tahun?

A9 Naik turun angka pernikahan dini di setiap tahunnya.

Q10 Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Kecamatan Padarincang banyak

melakukan pernikahan dini?

A10 Faktor ekonomi, pendidikan, akibat pergaulan bebas.

Q11 Dari hasil survey yang dilakukan pegawai KUA, desa manakah yang paling banyak

melakukan pernikahan dini?

A11 Desa Citasuk.

Q12 Tingkat pendidikan SD, SMP, atau SMA kah yang paling banyak melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Padarincang?

A12 Tingkat SMA dan lulusan SMP.

Q13 Apa dampak dari pernikahan dini atau pernikahan di bawah usia 20 tahun?

A13 Dampak mental pada anak yang belum matang pemikirannya.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 11.50 Wib.
Tempat : Rumah Ibu Sani, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Rina Mariana (I18)
Usia : 18 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti sekolah

karena untuk menikah?

A1 Banyak yang menikah muda dan berhenti sekolah.

Q2 Apakah dimata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang?

A2 Tidak sering, saya tidak tahu.

Q3 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak?

A3 Penting teh, biar remaja disini bisa mendapatkan pengetahuan yang dianggap

penting.

Q4 Sebagai remaja yang masih duduk dibangku sekolah, bagaimana peran kalian

sebagai pelajar?

A4 Perannya yaa seharusnya tamat sekolah dan rajin belajar.

Q5 Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun?

Alasannya yaa ingin menikah aja, sekolah juga saya suka bolos jadi ya saya
A5 putuskan untuk menikah aja.

Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

Q6 Penting pendidikan kalau ada biayanya.

A6 Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini?

Q7 Tidak ada, orang tua setuju aja saat saya memutuskan untuk menikah.

A7 Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di usia

Q8 dini?

Hanya perbedaan pendapat saja, karena suami saya lebih dewasa jadi kebanyakan

ngalahnya.

A8 Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini?

Sesal sih tidak ada, hanya saya menyesal tidak bisa merasakan banyak pengalaman

Q9 ketika belum menikah.

A9 Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung mengambil

keputusan untuk menikah muda?

Q10 Penting teh, cuma sayanya aja yang bandel suka bolos sekolah jadi ibu saya juga

kesal.

A10
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 12.20 Wib
Tempat : Rumah Ibu Kalsum, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Mi’ah Supriatin (I19)
Usia : 19 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti sekolah

karena untuk menikah?

A1 Banyak teh, rata-rata kan pas sekolah berhenti dan langsung nikah.

Q2 Apakah dimata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang?

A2 Kurang tau teh.

Q3 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak?

A3 Sangat Penting.

Q4 Sebagai remaja yang masih duduk dibangku sekolah, bagaimana peran kalian

sebagai pelajar?

A4 Wajib Sekolah minimal pendidikan 9 tahun.

Q5 Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun?

A5 Karena ingin segera menikah aja.

Q6 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?


A6 Ada yang bilang penting ada juga yang anggap tidak penting.

Q7 Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini?

A7 Tidak ada sama sekali, saya menginginkan menikah muda.

Q8 Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di usia

dini?

A8 Tidak ada, cuma kesulitan dalam persalinan aja mungkin karena anak pertama.

Q9 Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini?

A9 Tidak ada.

Q10 Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung mengambil

keputusan untuk menikah muda?

A10 Penting, tapi karena tidak ada biayanya jadi saya putuskan untuk menikah saja.
MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 13.32 Wib
Tempat : Rumah Ibu Sarti, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Siti Sofiaranti (I20)
Usia : 20 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti sekolah

karena untuk menikah?

A1 Banyak, terutama di Desa Citasuk.

Q2 Apakah dimata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang?

A2 Tidak tahu.

Q3 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak?

A3 Kalau dibilang penting yaa penting.

Q4 Sebagai remaja yang masih duduk dibangku sekolah, bagaimana peran kalian

sebagai pelajar?

A4 Melaksanakan tugas sekolah, rajin dan pintar dalam berpendidikan.

Q5 Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun?

A5 Alasannya karena ingin menikah saja, tidak ingin bekerja.

Q6 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?


A6 Penting.

Q7 Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini?

A7 Tidak ada, tapi orang tua sangat mendukung untuk menikah.

Q8 Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di usia

dini?

A8 Alhamdulillah tidak ada, tetapi sering kali perbedaan pendapat aja.

Q9 Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini?

A9 Tidak ada.

Q10 Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung mengambil

keputusan untuk menikah muda?

A10 Sebenarnya pendidikan itu penting, namun saya tidak ingin melanjutkan pendidikan

karena keterbatasan perekonomian keluarga.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2015


Waktu : 13.40 Wib
Tempat : Rumah Ibu Sarti, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Eliah (I21)
Usia : 19 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti sekolah

karena untuk menikah?

A1 Banyak teh, rata-rata masih sekolah terus berhenti. Kerja sebentar langsung nikah.

Q2 Apakah dimata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang?

A2 Kurang tau teh.

Q3 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak?

A3 Penting kayanya teh buat masukan masyarakat disini.

Q4 Sebagai remaja yang masih duduk dibangku sekolah, bagaimana peran kalian

sebagai pelajar?

A4 Saya cuma lulusan SD teh terus langsung kerja di perumahan dan mutusin buat

menikah.

Q5 Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun?

A5 Karena saya merasa sudah siap aja.


Q6 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A6 Sebagian orang ada yang menganggap penting dan ada yang tidak.

Q7 Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini?

A7 Tidak ada, orang tua bagaimana keputusan saya.

Q8 Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di usia

dini?

A8 Tidak ada, susah saat melahirkan aja sama ribet urus anak.

Q9 Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini?

A9 Sesal tidak ada, karena sudah pernah merasakan pengalaman bekerja.

Q10 Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung mengambil

keputusan untuk menikah muda?

Q10 Penting, tapi saya langsung memutuskan untuk bekerja dulu sambil membantu

perekonomian keluarga setelah itu saya baru menikah.


MEMBER CHECK

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Mei 2015


Waktu : 14.51 Wib
Tempat : Rumah Ibu Yani, Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid
Nama Informan : Reni Suhaeni (I22)
Usia : 19 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga

Q1 Apakah remaja disini banyak yang menikah muda atau sengaja berhenti sekolah

karena untuk menikah?

A1 Banyak sekali, hampir rata-rata putus sekolah.

Q2 Apakah dimata masyarakat, pemerintah atau lembaga BKBPMP sering

mengadakan sosialisasi di Kecamatan Padarincang?

A2 Kurang tau.

Q3 Seberapa penting pemerintah atau BKBPMP dalam mengadakan sosialisasi secara

langsung kepada masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan, perlindungan

perempuan dan anak?

A3 Penting.

Q4 Sebagai remaja yang masih duduk dibangku sekolah, bagaimana peran kalian

sebagai pelajar?

A4 Seharusnya bisa melanjutkan sekolah dengan setinggi-tingginya, tapi kendalanya

di perekonomian keluarga.

Q5 Apa alasan saudari menikah di usia dini atau di bawah usia 20 tahun?

A5 Karena sudah merasa siap.


Q6 Seberapa penting pendidikan dan karir dimata masyarakat Kecamatan Padarincang?

A6 Dua-duanya juga sama-sama penting, tapi lebih memilih untuk menikah kalau

sudah ada calonnya.

Q7 Apakah ada paksaan dari kedua orang tua untuk menikah di usia dini?

A7 Tidak ada, tapi orang tua juga setuju untuk segera menikah.

Q8 Adakah dampak sosial atau psikologi yang anda rasakan setelah menikah di usia

dini?

A8 Sejauh ini belum terasa apa-apa.

Q9 Adakah rasa sesal karena telah menikah di usia dini?

A9 Alhamdulillah tidak ada, karena mungkin ini kemauan dari diri sendiri.

Q10 Apakah menurut saudari pendidikan itu tidak penting dan langsung mengambil

keputusan untuk menikah muda?

A10 Pendidikan peting, tapi saya lebih memilih untuk menikah dan mengurangi beban

orang tua saya.


LAMPIRAN

Wawancara dengan Ibu Kokom, Staf bagian Umum BKBPMP Kabupaten Serang

Wawancara dengan Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos., Kepala Sub Bidang IKAP
Foto bersama Bapak Taufik, S.Pd, M.Si., Sekretaris Camat, Kecamatan Padarincang

Wawancara dengan Bapak Asep Sopan Paridi, Kasi Kesos Kecamatan Padarincang
Foto Ibu E. Junariyah, S.AP., Kasi Tata Pemerintahan Kecamatan Padarincang
(sedang menyiapkan profil seputar Kecamatan Padarincang)

MOTO Kecamatan Padarincang


Foto didepan Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang

Wawancara dengan Bapak Umar Fauzi, selaku Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang
Wawancara dengan Bapak Umar Fauzi, selaku Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang

Sedang diberi arahan mengenai BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan) di Kecamatan Padarincang, sebelum berlangsungnya sebuah Perkawinan


Foto Bapak Umar Fauzi, salah satu Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang

Sertifikat bagi calon mempelai yang akan mengikuti BP4 sebelum dilaksanakannya sebuah

Perkawinan
Wawancara dengan Bapak H. Rahmat, Kasi Kesos Desa Kadu Bereum, sekaligus tokoh

masyarakat di Desa Kadu Bereum

Foto Bersama Bapak H. Rahmat, selaku tokoh masyarakat Desa Kadu Bereum
Wawancara dengan Bapak Drs. Oyon Suryono, MM., Kepala Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang


Wawancara dengan Bapak Drs. H. A Farid, M.Si selaku Kepala KUA Kecamatan

Padarincang sekaligus Penghulu


Wawancara dengan Bapak Hidayat, S.Pdi selaku penghulu di KUA Kecamatan Padarincang
B

adan Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang Kabupaten

Serang
Kantor sementara BKBPMP Kabupaten Serang yang terletak di Jl. Raya Taktakan No.

10 A Serang
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (ketika peneliti meminta data angka kelahiran dan

kematian Ibu dan Anak)

a dengan Ibu Sani, selaku orang tua dari Rina Mariana warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas

Masjid, Kec. Padarincang


Wawancara dengan Mi’ah Supriatin, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec.

Padarincang yang menikah di usia dini (17 tahun)

Wawancara dengan Ibu Sarti, selaku orang tua dari Siti Sofiaranti, Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang.


Wawancara dengan Rina Mariana, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec.

Padarincang yang menikah di usia dini (16 tahun)

Wawanacara dengan Eliah, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang

yang menikah di usia dini (17 tahun)


LAMPIRAN

Wawancara dengan Ibu Kokom, Staf bagian Umum BKBPMP Kabupaten Serang

Wawancara dengan Ibu Cicih Sugiharti, S.Sos., Kepala Sub Bidang IKAP
Foto bersama Bapak Taufik, S.Pd, M.Si., Sekretaris Camat, Kecamatan Padarincang

Wawancara dengan Bapak Asep Sopan Paridi, Kasi Kesos Kecamatan Padarincang
Foto Ibu E. Junariyah, S.AP., Kasi Tata Pemerintahan Kecamatan Padarincang
(sedang menyiapkan profil seputar Kecamatan Padarincang)

MOTO Kecamatan Padarincang


Foto didepan Kantor Urusan Agama Kecamatan Padarincang

Wawancara dengan Bapak Umar Fauzi, selaku Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang
Wawancara dengan Bapak Umar Fauzi, selaku Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang

Sedang diberi arahan mengenai BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan) di Kecamatan Padarincang, sebelum berlangsungnya sebuah Perkawinan


Foto Bapak Umar Fauzi, salah satu Penghulu di KUA Kecamatan Padarincang

Sertifikat bagi calon mempelai yang akan mengikuti BP4 sebelum dilaksanakannya sebuah

Perkawinan
Wawancara dengan Bapak H. Rahmat, Kasi Kesos Desa Kadu Bereum, sekaligus tokoh

masyarakat di Desa Kadu Bereum

Foto Bersama Bapak H. Rahmat, selaku tokoh masyarakat Desa Kadu Bereum
Wawancara dengan Bapak Drs. Oyon Suryono, MM., Kepala Badan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) Kabupaten Serang


Wawancara dengan Bapak Drs. H. A Farid, M.Si selaku Kepala KUA Kecamatan

Padarincang sekaligus Penghulu


Wawancara dengan Bapak Hidayat, S.Pdi selaku penghulu di KUA Kecamatan Padarincang
B

adan Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padarincang Kabupaten

Serang
Kantor sementara BKBPMP Kabupaten Serang yang terletak di Jl. Raya Taktakan No.

10 A Serang
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (ketika peneliti meminta data angka kelahiran dan

kematian Ibu dan Anak)

a dengan Ibu Sani, selaku orang tua dari Rina Mariana warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas

Masjid, Kec. Padarincang


Wawancara dengan Mi’ah Supriatin, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec.

Padarincang yang menikah di usia dini (17 tahun)

Wawancara dengan Ibu Sarti, selaku orang tua dari Siti Sofiaranti, Ds. Citasuk,

Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang.


Wawancara dengan Rina Mariana, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec.

Padarincang yang menikah di usia dini (16 tahun)

Wawanacara dengan Eliah, warga Ds. Citasuk, Kp. Cipanas Masjid, Kec. Padarincang

yang menikah di usia dini (17 tahun)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PROFIL
Nama : Nita Soraya Laelatuduja
NIM : 6661111641
Fak / Jur : FISIP / Ilmu Administrasi Negara
TTL : Serang, 20 Juni 1994
Alamat : Jalan Raya Serang-Pandeglang
Km. 12 RT 006/001 Baros-Serang (42173)
Kec. Baros, Kab. Serang, Prov. Banten
Agama : ISLAM

DATA ORANG TUA


Nama Ayah : H. Tartusi Nurdin
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Hj. Nurhayati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Baros - Serang

PENDIDIKAN
Tahun 1997 - 1999 : TK Bhakti 5 Baros
Tahun 1999 - 2005 : SD Negeri 1 Baros
Tahun 2005 - 2008 : SMP Negeri 1 Kota Serang
Tahun 2008 - 2011 : SMA Negeri 2 Kota Serang
Tahun 2011 - 2015 : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota PMR SMP Negeri 1 Kota Serang
2. Anggota OSIS SMA Negeri 2 Kota Serang
3. Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMANE)

You might also like