Professional Documents
Culture Documents
N. Fahriza Fuadiah1
Zulkardi2, Cecil Hiltrimartin3
Abstract: The aims of the research is to produce the set of oriented realistic
mathematical education (RME) approach material that is valid and practical for
teaching in elementary school student of the fifth grade and have a good
potencial effect. PMRI is one of learning approach which dribbles students in
understanding mathematics concept by selfcontruction through prior knowledge
which is related to daily activity, finding the concept by themselves so that the
learning becomes meaningful. The research is a development research and
method used in two stages, that are preliminary study (analysis and model
development stage) and formative study (evaluation and revision stage). The
samples were students of fifth grade at SD Negeri 179 Palembang. In technique
collecting the data, the writer used interview with the experts, observation by
using prototype. The data was analyzed by using descriptive method. The result
of data analyses concludes that the development of geometry and measurement
prototype for the fifth grade students is valid based on content, construction, and
language. It can be conclude from the documentary data that the use of student’s
book has been a practical use. The try out tested on students has given potential
effect which is the students like to study using realistic mathematical education
approach with student activity level of 6.47 in a very high criteria and the
average of final mark of 87,17 in a very good criteria.
Key words: development research, RME, the set of teaching and learning
tahu makna atau fungsi dari hal yang penting bagi guru untuk mengetahui
dipelajari dalam kehidupannya. kemampuan siswa menemukan hubungan
Salah satu masalah mendasar dalam bagian-bagian masalah kontekstual melalui
pendidikan di Indonesia adalah masih peskemaan, perumusan, dan penvisualan.
rendahnya motivasi dan prestasi dalam Sejak tahun 2001 telah dimulai di beberapa
belajar matematika (Zulkardi, 2005). Tentu sekolah di Indonesia suatu inovasi
saja hal ini sangat jauh dari tujuan pembelajaran matematika yang disebut
pembelajaran matematika yaitu pengelolaan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
pembelajaran matematika di sekolah dapat (PMRI).
bermakna dan dapat membuat siswa mampu Sifat anak SD dikelompokkan menjadi
menerapkan pengetahuan matematikanya dua yaitu, pada umur 6 – 9 tahun untuk
dalam kehidupan sehari-hari dan bidang anak SD tingkat rendah dan pada umur 9 –
lainnya, terampil dalam menyelesaikan 12 tahun dalam anak SD tingkat tinggi
masalah baik dalam bidang matematika (Kardi, 1996). Pada anak usia 6 – 9 tahun
maupun bidang lain yang terkait,serta sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah
mampu mengembangkan daya nalar siswa. merasa letih dan koordinasi otot-otot kecil
Ada banyak cara untuk mewujudkan masih belum sempurna sehingga pada masa
tujuan pembelajaran metematika tersebut. ini anak cepat merasa jemu, lelah, dan
Salah satunya adalah mengelola kegiatan mudah hilang konsentrasi. Anak pada usia 9
pembelajaran matematika secara – 12 tahun sudah dapat mengusai koordinasi
kontekstual atau realistik. Hadi,S (2005) otot-otot halus dengan benar. Pada
mengemukakan bahwa salah satu upaya kelompok umur ini mereka sudah siap
untuk mereformasi pendidikan matematika mempergunakan alat dan benda-benda kecil.
di Indonesia adalah melalui pengembangan Untuk pelajaran matematika, mereka
dan implementasi Pendidikan Matematika menyukai kegiatan seperti mengubah
Realistik (PMR). PMR adalah suatu teori bangun dengan menggunting dan menyusun
pemebelajaran matematika yang telah untuk mempelajari suatu konsep
dikembangkan di Belanda sejak awal 70-an, matematika. Menurut De Porter (dalam
yang bertitik tolak dari hal-hal yang real Pitadjeng, 2005), gaya belajar anak dilihat
bagi siswa (Zulkardi, 2005). Penggagas dari cara belajar anak dalam menerima
PMR ini adalah Hans Freudenthal dari informasi dibagi menjadi gaya visual
Belanda yang menyatakan bahwa (melihat), auditorial (mendengar), dan
matematika merupakan kegiatan manusia kinestetik (melakukan). Gaya belajar visual
yang lebih menekankan aktivitas siswa adalah gaya belajar yang menggunakan
mencari, menemukan, dan membangun penglihatan sebagai modal utama dalam
sendiri pengetahuan yang diperlukan menyerap informasi dan mengigat informasi
sehingga pembelajaran menjadi terpusat tersebut. Ciri- ciri anak antara lain teliti
pada siswa. Menurut Bron (dalam Saragih, terhadap detail, lebih mengingat apa yang
2007) masalah kontekstual dalam PMR dilihat, lebih suka membaca daripada
digunakan sejak awal pembelajaran dan dibacakan, suka mencorat-coret, dapat
digunakan terus untuk membangun melihat kata-kata atau tulisan yang
pemahaman siswa. Pada PMR, proses sebenarnya dalam pikiran mereka, dan lebih
penyelesaian soal kontekstual dilakukan suka mengamati demonstrasi alat peraga.
dengan menggunakan model yang berfungsi Agar mereka dapat maksimal dalam belajar
menjembatani jurang antara pengetahuan matematika, pendidik dapat
matematika tidak formal dan matematika mendayagunakan gaya belajar visual anak
formal dari siswa (Saragih, 2007). tersebut dengan mendorong untuk membuat
Terciptanya keragaman pemodelan dari banyak simbol atau gambar, mendorong
suatu soal kontekstual dalam PMR sangat anak membuat peta konsep untuk mencari
74
Fuadiah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Geometri
rumus luas bangun datar yang diturunkan dan prinsip yang memungkinkan siswa
dari rumus bangun lain, membuat diagram dapat berkembang secara optimum, seperti
dan grafik, serta mendorong anak kebebasan siswa untuk menyampaikan
mengamati atau memanipulasi benda-benda pendapatnya, adanya masalah kontekstual
konkret untuk memahami suatu konsep yang dapat mengaitkan konsep matematika
matematika. dengan kehidupan nyata, dan pembuatan
Penelitian pengembangan Armanto model yang dapat memudahkan siswa
(2002) yang mengembangkan suatu prototip dalam menyelesaikan masalah. Perangkat
tentang alur dan strategi lokal secara PMRI pembelajaran yang dikembangkan dalam
dalam topik perkalian dan pembagian penelitian ini berupa RPP, Buku Siswa, dan
bilangan di kelas IV SD di Indonesia (di intrumen penilaian.
kota Medan dan Yogyakarta) dan Fauzan Berdasarkan latar belakang dan
(2002) dengan mengembangkan dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menerapkan model yang sama dalam sebelumnya, penulis tertarik untuk
pembelajaran geometri (luas dan keliling mengembangkan perangkat pembelajaran
bangun) di kelas IV SD di Indonesia (di pada materi geometri dan pengukuran untuk
kota Padang, dan Surabaya) diperoleh kelas V SD dengan menggunakan
kesimpulan bahwa berdasarkan hasil pendekatan Pendidikan Matematika
analisis secara kualitatif model Realistik Indonesia. Dan pertanyaan dalam
pembelajaran dengan PMRI dapat penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah
diterapkan dalam kelas dan dapat perangkat pembelajaran pada materi
memperbaiki hasil belajar, sikap, dan minat geometri dan pengukuran yang valid dan
siswa (Hadi, S, 2005). Hasil-hasil penelitian praktis berdasarkan pendekatan Pendidikan
tersebut menunjukkan bahwa baik Matematika Realistik Indonesia? (2)
kemampuan pemecahan masalah dan Adakah efek potensial yang muncul dari
kemampuan pemahaman siswa yang diajar pengembangan perangkat pembelajaran
dengan pendekatan PMRI secara signifikan pada materi geometri dan pengukuran
lebih baik daripada siswa yang diajar terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa?
dengan pendekatan biasa. Pendekatan PMRI Penelitian ini bertujuan: (1) Menghasilkan
dapat diberlakukan dalam setiap pokok perangkat pembelajaran pada materi
bahasan pada setiap tingkat sekolah dan geometri dan pengukuran yang valid dan
kelas termasuk di dalamnya pokok bahasan praktis melalui pendekatan Pendidikan
Geometri. Geometri merupakan cabang dari Matematika Realistik Indonesia, (2)
matematika yang memuat sifat-sifat garis, Mengetahui efek potensial dari
sudut, bidang, dan ruang. Materi ini selalu pengembangan perangkat pembelajaran
diajarkan pada setiap tingkat sekolah, baik pada materi geometri dan pengukuran
tingkat sekolah dasar maupun sekolah terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa.
menengah. Pada tingkat sekolah dasar
materi geometri diberikan berdampingan METODE PENELITIAN
dengan materi pengukuran sehingga
menjadi Geometri dan Pengukuran. Penelitian ini menggunakan metode
Dalam penelitian ini, peneliti akan penelitian pengembangan atau development
mengembangkan perangkat pembelajaran research tipe formative research
pada materi geometri dan pengukuran untuk (Tessmer,1993 ; Zulkardi, 2002). Penelitian
kelas V Sekolah Dasar dengan pendekatan dilakukan pada semester genap tahun
PMRI, karena menurut peneliti materi akademik 2008/2009 di SD Negeri 179
geometri dan pengukuran sangat cocok Palembang. Subjek penelitian adalah siswa
diajarkan dengan PMRI, karena pendekatan kelas V dengan jumlah 21 orang terdiri dari
matematika realistik memiliki karakteristik 12 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki
75
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 3. NO. 2, DESEMBER 2009
yang terlibat selama kegiatan proses Ada dua proses yang dilalui pada
pembelajaran matematika dengan pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang berupa Buku Siswa dan Rencana
berbasis PMRI. Pelaksanaan Pembelajaran ini yaitu
preliminary dan formative study. Tahap
Prosedur Pengembangan Perangkat formative study meliputi Self Evaluation,
Pembelajaran prototyping dan field test (Tessmer, 1993:
Zulkardi, 2006)
Low resistance to revision High resistance to revision
Expert
Reviews
Revise Revise
One-to-
one
77
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 3. NO. 2, DESEMBER 2009
prototipe. Analisis dokumen diperoleh 3 Analisis data hasil tes. Data hasil tes
dari pemeriksaan hasil pekerjaan siswa untuk mengukur kemampuan siswa
pada prototipe, dilihat dari skor yang diperoleh siswa
3. Tes. Instrumen ini digunakan untuk dalam mengerjakan soal tes. Skor yang
memperoleh data tentang keefektifan diperoleh siswa dikonversikan menjadi
atau memiliki potential effect dari buku nilai dalam rentang 1-100 dengan rumus
siswa yang dibuat dan mengukur :
kemampuan siswa setelah mendapatkan
pembelajaran berbasis PMRI. Skor yang diperoleh
Nilai x 100
Skor maksimum
Teknik Analisis Data
dengan nilai akhir siswa adalah:
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis 2 N .kegia tan 3 N .latihan 5 N .LatihanUlangan
Na
deskriptif kualitatif. Uraian singkat tentang 10
teknik analisis beserta kriteria yang menjadi
Nilai akhir yang diperoleh dikonversikan ke
acuan hasil analisis masing-masing jenis
dalam bentuk data kualitatif untuk
data sebagai berikut :
menentukan kategori hasil belajar
1. Analisis data Validasi ahli. Untuk
siswa.Untuk melihat kategori hasil belajar
menganalisis data validasi ahli
siswa digunakan kategori sebagai berikut:
digunakan analisis deskriptif dengan
cara merevisi berdasarkan catatan
Tabel 2 Sistem penilaian hasil belajar
validator yang ditinjau dari 3
karakteristik yaitu content, konstruk dan Nilai Kategori
bahasa. validasi oleh pakar terhadap 80 – 100 Sangat baik
perangkat pembelajaran. RPP dan Buku
Siswa yang dihasilkan dikonsultasikan 66 – 79 Baik
dengan para pakar untuk menguji 56 – 65 Cukup
validitas isi, konstruk, dan bahasa sesuai
dengan prinsip dan karateristik PMRI. 40 – 55 Kurang
Penggalian informasi mengenai 0 – 39 Sangat kurang
prototipe juga didapat dari teman (Arikunto, 2005)
sesama peneliti, dosen dan guru yang
sudah berpengalaman. Cara ini disebut
dengan teknik triangulasi yaitu teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
validasi data yang memanfaatkan
sesuatu diluar (teman sejawat dan pakar) Deskripsi Hasil Pengembangan Materi
untuk keperluan pengecekan atau Ajar
sebagai pembanding sebagai dasar Berdasarkan kerangka pikiran yang
merevisi instrumen (Kratwhwohl, 1997). diuraikan sebelumnya, ada dua tahapan
Semua hasil validasi tersebut akan besar pada penelitian ini yaitu Preliminary
digunakan untuk merevisi prototip untuk Study dan Formative Study. Pada tahap
diujicobakan. Preliminary dilakukan persiapan mengenai
2 Analisis data observasi aktivitas siswa. analisis siswa, kurikulum, dan materi.
Untuk mengetahui keaktifan siswa Kemudian pendesainan prototipe sebagai
selama proses pembelajaran maka desain awal perangkat pembelajaran yang
dilakukan pengamatan terhadap aktivitas mencakup materi geometri dan pengukuran
siswa, aspek yang diamati terdiri dari untuk kelas V SD. Geometri dan
empat indikator yaitu aktivitas visual, Pengukuran sebagai salah satu aspek mata
mendengarkan, lisan, dan aktivitas pelajaran matematika di sekolah dasar
gerak. terdiri atas beberapa pokok bahasan. Di
78
Fuadiah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Geometri
kelas V SD bagian dari pokok bahasan pada buku siswa dan Instrumen
Geometri dan Pengukuran adalah sifat-sifat penilaian/tes yang diberikan secara
bangun dan hubungan antar bangun. Sesuai bertahap. Pada tahap ini dilihat kepraktisan
dengan tahapan Van Hiele mengenai tahap- dari prototipe melalui kemudahan
tahap perkembangan mental anak didik menggunakan buku siswa dan ketepatan
dalam bidang geometri, pada tingkat ini pelaksanaan pembelajaran sesuai yang
termasuk dalam tahap pengurutan dimana diharapkan dalam RPP. Hasil small group
siswa sudah mampu mengurutkan dan dan expert review pada prototipe kedua
mengenali bangun geometri. Siswa juga dijadikan dasar untuk merevisi prototipe
memiliki kemampuan melakukan penarikan kedua untuk mendapatkan prototipe ketiga
kesimpulan atau berpikir deduktif walau sebagai prototipe akhir (produk).
belum berkembang maksimal. Pendesainan Selanjutnya tahap field Test (Uji
prototipe ini selain berlandaskan pada lapangan), perangkat pembelajaranr pada
prinsip dan karateristik PMRI juga prototipe ketiga sebagai prototipe akhir
memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan diujicobakan pada subjek penelitian yaitu
bahan ajar atau materi pembelajaran agar siswa kelas V SD Negeri 179 Palembang
seoptimal mungkin dapat membantu siswa sebanyak 21 siswa. Pada tahap aktivitas
dalam mencapai standar kompetensi dan siswa diamati selama proses pembelajaran.
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pada akhir pembelajaran diberikan tes yang
(Depdiknas, 2006), yaitu meliputi prinsip meliputi seluruh materi geometri dan
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. penukuran yang telah dipelajari
Tahap Formative Study dilaksanakan sebelumnya. Hasil analisis observasi
melalui self evaluation, expert review, small aktivitas dan hasil belajar siswa digunakan
group, dan field test. Prototipe pertama yang untuk melihat potential effect dari
dihasilkan divalidasi oleh para ahli (expert penggunaan perangkat pembelajaran yang
review). Validasi ahli dilakukan untuk dikembangkan.
melihat validitas content, konstruk dan
bahasa, Secara umum hasil dari validasi
para ahli terhadap prototipe yang
dikembangkan mempunyai kategori baik
dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.
Prototipe pertama ini juga
diujicobakan pada One-to-one evaluation,
pada tahap ini seorang anak dan seorang
guru diminta untuk mengamati,
mengkomentari serta mengerjakan soal-soal
pada buku siswa dan instrumen penilaian/tes Siswa sedang mengerjakan aktivitas pada buku
siswa dalam kelompoknya
diberikan secara bertahap untuk
mensimulasikan waktu pengerjaan sesuai
dengan banyaknya pertemuan. Hasil one-to-
one dan expert review dijadikan dasar untuk
merevisi prototipe pertama menjadi
prototipe kedua. .
Draf Perangkat pembelajaran pada
prototipe kedua kemudian divalidasi
kembali oleh para validator dan
diujicobakan pada small group yang terdiri
dari 10 orang siswa dalam 2 kelompok. Interaksi antara peneliti sebagai guru dan siswa
Mereka diminta untuk mengamati,
mengkoreksi serta mengerjakan soal-soal
79
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 3. NO. 2, DESEMBER 2009
80
Fuadiah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Geometri
81
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 3. NO. 2, DESEMBER 2009
82
Fuadiah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Geometri
83
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 3. NO. 2, DESEMBER 2009
84