You are on page 1of 9

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa

Volume 10, Issue 1, June 2022; pp. 126–134


https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/undagi/index
p-ISSN 2338-0454 (printed), e-ISSN 2581-2211 (online) Dipublikasi: 30 06 2022

Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di kota Denpasar

I Dewa Putu Satria Wibawa1, I Wayan Parwata2, Made Anggita Wahyudi Linggasani3
1,2,3
Program Studi Arsitektur, Universitas Warmadewa, Jl.Terompong No. 24, Denpasar, Indonesia
e-mail: dwsatriaw@gmail.com 1

How to cite (in APA style):


Wibawa, I.D.P.S., Parwata, I.W., Linggasani, M.A.W. (2022). Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia di kota Denpasar,
Bali. Undagi : Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa. 10 (1), pp.126-134.

ABSTRACT

Elderly is where individuals over the age of 60 who generally experience a decline in some biological,
psychological, and social functions. When an individual has reached old age, and their children have formed their
own family, the elderly's responsibility to their children, and they return free as in the early days of their marriage.
But by the time that freedom was gained, he had been in a phase with biological and psychological physical
conditions that had regressed, as well as the loss of their children from home because they had formed a new
family. The existence of the elderly is still often assumed negatively, where the elderly are considered a burden on
the family. This arises because it looks from kasuistic towards the elderly whose lives have a dependency on others.
The older a person ages, the more they need a place to shelter and get attention, especially from family. But in
reality in the field many elderly who ended up abandoned by his family until entrusted in the elderly residence. In
Indonesia itself, elderly housing has negative connotations because it is still associated with nursing homes where
in fact there are many cases of nursing home facilities that are not habitable for the elderly and also their level of
care. So that facilities that should be able to help the lives of the elderly even become a scary scourge.

Keywords: Dwelling, Elderly, Abandoned, Denpasar City

ABSTRAK

Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya mengalami penurunan
beberapa fungsi biologis, psikologis, dan sosial. Ketika suatu individu sudah mencapai usia lanjut, dan anak-anak
mereka sudah membentuk keluarga sendiri, lepaslah tanggung jawab lansia tersebut pada anaknya, dan mereka
kembali bebas merdeka seperti pada masa awal pernikahannya. Akan tetapi pada saat kebebasan tersebut
diperoleh, ia telah berada pada pada fase dengan kondisi fisik biologis dan psikologis yang sudah mengalami
kemunduran, serta hilangnya anak-anak mereka dari rumah karena sudah membentuk keluarga baru.Keberadaan
lansia masih seringkali diasumsikan secara negatif, dimana lansia dianggap sebagai beban keluarga. Hal ini
muncul karena melihat dari kasuistik terhadap lansia yang hidupnya yang memiliki ketergantungan terhadap
orang lain. Semakin menuanya umur seseorang maka mereka semakin membutuhkan tempat untuk berlindung dan
mendapatkan perhatian, terutama dari keluarga. Tetapi dalam kenyataannya di lapangan banyak lansia yang
akhirnya ditelantarkan oleh keluarganya hingga dititipkan di hunian lansia. Di Indonesia sendiri hunian lansia
memiliki konotasi negatif dikarenakan masih dikaitkan dengan panti jompo yang dimana notabene banyak kasus
fasilitas panti jompo yang tidak layak huni bagi lansia dan juga perawatannya yang ala kadarnya. Sehingga
fasilitas yang seharusnya dapat membantu kehidupan lansia malah menjadi momok yang menakutkan.
Kata kunci: Hunian, Lanjut Usia, Terlantar, Kota Denpasar

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 126
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

PENDAHULUAN 416 orang. Panti Tresna Werda sendiri


sebenarnya memiliki permasalahan yang cukup
Menjadi tua merupakan fase yang kompleks, diantaranya: Penataan ruang dan
memang harus dilalui setiap individu, sehingga furniture yang tidak sesuai dengan standar
setiap individu tentunya mengimpikan dimensi manusia, pola ruang yang sembarangan
kesejahteraan di masa penuannya. Lansia atau seperti jarak antara ruang tidur dan toilet yang
lanjut usia merupakan individu yang telah susah dijangkau, dan juga tidak terdapat ramp
memasuki usia 60 tahun (Hurlock, 2004). dan handrails (alat pegangan tangan) untuk
Memasuki masa lansia, seorang individu lansia yang notabene kesulitan dalam dalam
ditandai dengan siapnya untuk menerima berjalan
berbagai macam transformasi dalam aspek-
aspek kehidupan (Indriana, Destiningrum, & Berdasarkan gambaran situasi diatas,
Kristiana, 2011). Lanjut usia tahap akhir maka sangat dibutuhkan suatu fasilitas
rentang kehidupan dalam perkembangannya hospitality yang bisa memberi rasa nyaman dan
mengalami berbagai perubahan psikis, fisik dan aman bagi para lansia dan terintegrasi dengan
juga sosial. pelayanan sosial dan kesehatan untuk para
lansia, Diharapkan rancangan ini dapat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik mewadahi segala kegiatan seperti olahraga,
mengenai hasil sensus penduduk 2020 hiburan, tentunya memiliki nilai baik dari segi
Indonesia, terdapat enam provinsi yang kenyamanan visual sesuai dengan pedoman dan
memiliki persentase jumlah lansia yang tinggi, standar dalam merancang hunian lansia. Maka
yaitu: DI Yogyakarta (14,71%), Jawa Tengah dari itu, perancangan ini terdiri dari fasilitas
(13,81%), Jawa Timur (13,38%), Bali ruang tidur yang terpisah antara perempuan dan
(11,58%), Sulawesi Utara (11,51%), dan laki – laki, ruang perpustakaan, ruang karaoke,
Sumatera Barat (10,07 %). Maka dapat ruang konseling, dan ruang komunal yang dapat
disimpulkan bahwa Bali sudah memasuki fase diakses oleh publik guna terjadinya sosialisasi
“aging population” yaitu ketika persentase agar lansia tidak merasa kesepian, yaitu : taman,
penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dan public stage. Hunian Lansia ini nantiya
dari 10 persen. tidak hanya bisa menampung lebih banyak
lansia, tapi suatu panti sosial dengan pelayanan
Dinas Sosial Provinsi Bali mencatat yang lebih manusiawi dan mandiri. Hal ini juga
terdapat 12.970 lansia yang terlantar di Provinsi selaras dengan implementasi UU RI Nomor 13
Bali. Namun pada tahun 2019 jumlah lansia Tahun 1998 pasal 7 dan 8 menyatakan bahwa,
terlantar mengalami penurunan menjadi 11.890 pemerintah bertugas mengarahkan, dan
orang dikarenakan gencarnya pengadaan menciptakan suasana yang menunjang bagi
program-program sosial dari Dinas Sosial terlaksananya upaya dalam meningkatkan
Provinsi Bali, namun pada tahun 2020 terjadi kesejahteraan sosial lanjut usia; dan
peningkatan yang cukup tinggi yakni menjadi pemerintah, masyarakat, dan keluarga memiliki
13.750 orang. Di kota Denpasar sendiri terjadi tanggung jawab mengenai upaya peningkatan
peningkatan jumlah lansia yang terlantar, kesejahteraan sosial lanjut usia.
terhitung sejak tahun 2014 sebanyak 195 jiwa
dan terakhir pada tahun 2018 sebajak 416 jiwa. Dari berbagai permasalahan diatas, maka
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
Sebenarnya Kota Denpasar sudah
memiliki sebuah panti sosial yakni Panti Tresna 1. Apa saja spesifikasi hunian lansia yang akan
Werda Wana Seraya yang berlokasi di Jl. dirancang?
Gumitir No. 66 Kesiman, Denpasar. Kedua 2. Apa konsep dan tema yang tepat untuk
panti sosial ini dikhususkan bagi lansia yang Perencanaan dan Perancangan Hunian
miskin dan terlantar. Dengan kapasitas yang Lansia di Kota Denpasar, Bali?
hanya menampung sekitar 35 orang lansia pada 3. Fasilitas apa saja yang diperlukan pada
tahun 2019, tentunya masih sangat jauh dari Perencanaan dan Perancangan Hunian
total lansia miskin terlantar di Denpasar yaitu

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 127
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

Lansia agar dapat mengakomodasi aktivitas - Analisa


yang akan dilakukan? Data yang sudah di komplikasikan
nantinya akan di Analisa untuk
Tujuan dari adanya penelitian ini untuk mengetahui penyebab serta akibat yang
menganalisis karakteristik pengguna, mungkin muncul agar dicarikan jalan
spesifikasi hunian lansia, fasilitas dan aktivitas alternatifnya.
yang dapat mengakomodasi para lansia - Sintesa
nantinya. Merupakan integrasi dari setiap poin serta
faktor pengaruhnya yang memiliki tujuan
METODE PENELITIAN bagi solusi alternatif untuk program dan
Lokus Penelitian berada di Denpasar konsep perencanaan yang selanjutnya
timur, Denpasar, Bali. Fokus penelitian adalah dapat ditarik kesimpulan.
menyediakan suatu fasilitas hunian bagi para HASIL DAN PEMBAHASAN
lansia yang bisa memberikan rasa nyaman dan
aman yang terintegrasi dengan pelayanan sosial 1. Tinjauan Pustaka
dan kesehatan bagi lansia. a. Pengertian Lansia
Dalam proses pencarian dan pengolahan data, Lansia atau lanjut usia diartikan
dilakukan langah-langkah seperti: sebagai penurunan, melemahnya system
1. Pengumpulan Data mobilitas dan kelincahan, semakin rentan
- Studi Literatur terserang penyakit, dan juga perubahan
Mengumpulkan data berdasarkan data- fisiologis yang signifikan. Individu yang
data dari literatur yang didapat mengenai telah memasuki umur 60 tahun atau lebih
Perencanaan dan Perancangan Hunian didefinisikan sebagai lansia (lanjut usia_,
Lansia ini. dikarenakan mengalami aging process
- Observasi atau proses penuaan (Nugroho, 2008).
Melakukan Pengamatan langsung ke Proses menjadi tua pastinya akan dilalui
lokasi site yakni di kota Denpasar untuk oleh setiap makhluk hidup, dan Lansia
mengetahui kondisi eksisting site dan di adalah tahapan terakhir dari proses
sekitar site. penuaan (aging process) yang ditandai
- Studi Preseden kegagalan untuk menjaga keseimbangan
Membandingkan rancangan sejenis mengenai keadaan stress fisiologis, yang
terhadap desain rancangan melalui tentunya hal ini berkaitan dengan
identifikasi beberapa komponen. menurunnya daya kemampuan individual
- Kuisioner untuk hidup.Pengertian Lansia di
Mengetahui tanggapan responden Indonesia telah diatur dalam Undang –
mengenai penempatan orang tua ke hunian Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
lansia. Kesejahteraan Lanjut Usia. Dalam UU
2. Penyajian Data tersebut dijelaskan bahwa lanjut usia
- Klasifikasi Data adalah seseorang yang sudah mencapai
Mengklasifikasikan data yang diperoleh usia 60 tahun keatas.
sesuai dengan tingkat kegunaan dan
spesifikasinya dalam menganalisa. b. Permasalahan Lansia
- Kompilasi Data Masalah Umum yang sering dialami
Memilih data yang nantinya ditampilkan lansia tentunya berhubungan dengan
dalam bentuk tabel, grafik, deskripsi dan kesehatan fisik akibat menurunnya
gambar. beberapa fungsi organ, sehingga rentan
3. Analisa Data terhadap berbagai penyakit, tentunya hal
- Komparatif ini menyebabkan aktivitas individu
Merupakan data yang sudah diperoleh dan terganggu yang bisa berpengaruh
di komplikasikan agar lebih mudah saat terhadap kondisi mental. Beberapa
penyusunan.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 128
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

permasalahan yang dialami lansia yang dapat menyebabkan lansia


meliputi: lebih mudah cedera.
a) Kondisi Mental • Signage, adanya penunjuk arah
Pada umumnya pada lansia terdapat dapat mempermudah untuk
penurunan secara kognitif dan mencari fasilitas yang ada.
psikomotorik jika dilihat dari sudut Perasaan tersesat merupakan
pandang psikologis.Contohnya, sebuah mimpi buruk bagi lansia.
lamban dalam memutuskan sesuatu Lansia yang mengalami demensia
dan bertindak, menurunnya lebih mudah tersesat pada
pemahaman dalam menerima suatu lingkungan dengan rancangan
permasalahan yang diberikan. yang homogen.
b) Keterasingan • Aksesibilitas dan fungsi, syarat
Penurunan kemampuan panca indra mendasar untuk lingkungan yang
pada lansia seperti melihat, fungsional adalah tata letak ruang
mendengar dan aktivitas yang lain dan aksesibilitasnya. Tentunya
sehingga memiliki perasaan minder aksesibilitas yang diterapkan pada
dan merasa tersisih dari masyarakat. hunian lansia harus memahami
c) Post Power Syndrome bagaimana karakteristik lansia
Merupakan suatu kondisi yang terjad untuk memperlancar mobilitas tiap
pada individu yang semula memiliki individu. Handrail pada koridor
jabatan pada saat bekerja, namun dan ramp dapat mempermudah
setelah pension, individu tersebut lansia beraktivitas tanpa perlu
merasa sunyi dan hampa dalam bantuan orang lain.
hidupnya. • Adaptabilitas, merupakan
d) Masalah Penyakit kemampuan untuk beradaptasi
Selain karena proses fisiologis yang dengan lingkungan, sehingga
menurun, juga banyak terdapat hunian lansia nantinya harus
gangguan kesehatan pada lansia, dirancang sesuai dengan
seperti: penyakit jantung dan penggunanya, seperti beberapa
pembuluh darah, infeksi, stroke, aktivitas banyak dilakukan di
gangguan jiwa. kamar mandi dan dapur sehingga
keamanan dan kenyamanan harus
c. Prinsip Perancangan Hunian Lansia jadi dasar pertimbangan utama.
(Pynoos, 1991) mengemukakan b) Aspek Psikologis
bahwa terdapat 12 prinsip yang • Privasi, yakni kesempatan bagi
diterapkan pada kawasan fasilitas lansia para lansia untuk memperoleh
untuk membantu aktivitas-aktivitas yang ruang untuk mengasingkan diri
dilakukan lansia, 12 prinsip tersebut dari orang lain.
dikelompokkan menjadi 2 aspek yakni • Interaksi sosial, yaitu kesempatan
aspek fisiologis dan psikologis, antara para lansia untuk melakukan
lain: interaksi sosial dengan lingkungan
a) Aspek Fisiologis sekitar. Interaksi sosial dapat
• Keselamatan dan Keamanan, meminimalisir terjadinya
yakni tersedianya lingkungan yang gangguan mental pada lansia
memastikan setiap civitasnya dengan memberikan kesempatan
terhindar dari bahaya yang tidak bagi lansia untuk sharing dengan
diinginkan. Lansia mempunyai sesamanya.
permasalahan kesehatan seperti • Dorongan/tantangan, yakni
gangguan panca indera, kesulitan memberi lingkungan yang aman
mengatur keseimbangan, namun menantang, menantang
penurunan kadar kalsium pada yang dimaksud merupakan upaya
tulang dan juga radang persendian

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 129
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

mendorong lansia untuk Konsep ini memfokuskan pada


beraktivitas yang didapat dari aksesibilitas yang diterapkan pada
warna, dan juga pola visual. hunian lansia sesuai dengan standar
• Aspek panca indera tentunya perancangan dan karakteristik lansia
mengalami penurunan seiring untuk memperlancar mobilitas tiap
dengan menuanya seseorang, individu.
rangsangan indera seperti aroma
dari dapur, warna visual dan
penataan tekstur dari material
dapat membuat hunian lansia lebih
menarik.
• Estetik, adalah dapat menampilkan
nilai-nilai kenyamanan visual ke
dalam rancangan hunian.
• Personalisasi, yakni menciptakan
sebuah hunian lansia yang bisa
memberikan kesempatan bagi
setiap individu untuk
mengekspresikan diri sendiri tanpa
paksaan orang lain. Gambar 1
Perumusan Konsep Dasar
• Ketidak-asingan, menciptakan (Sumber: Penulis, 2022)
suasana yang aman dan tentram
secara tak langsung dapat b. Tema Rancangan
menimbulkan perasaan akrab pada Tema rancangan yang nantinya akan
setiap individu lansia terhadap diterapkan dalam Perencanaan dan
lingkungan sekitarnya. Perancangan Hunian Lansia ini yaitu
“Arsitektur Modern”. Tema ini dirasa
d. Prinsip Ergonomis selaras dengan fungsi rancangan ini, hal
Berdasarkan (Macleod, 1999) ini dikarenakan pada rancangan ini
terdapat beberapa prinsip ergonomi yang fungsi dari rancangan ini dijadikan
harus diamati dalam penerapannya yang sebagai acuan dasar dalam merancang,
nantinya akan berpengaruh terhadap sehingga bentuk bangunan nantinya akan
perilaku civitasnya, diantaranya: mengikuti fungsi atau form follow
a) Bekerja dalam kondisi normal. function.
b) Mengurangi beban berlebih.
c) Memposisikan peralatan agar mudah
dijangkau.
d) Beraktivitas didasarkan pada dimensi
tubuh.
e) Mengurangi gerakan berlebih.
f) Meminimalkan gerak statis.
g) Meminimalkan titik beban.
h) Mengurangi stress.

2. Konsep Dasar dan Tema Rancangan


a. Konsep Dasar
Konsep dasar yang digunakan dalam
Perencanaan dan Perancangan Hunian Gambar 2
Lansia ini yaitu “Elderly friendly Perumusan Konsep Dasar
(Sumber: Penulis, 2022)
facilities” yang menekankan sebuah
fasilitas yang ramah bagi para lansia. 3. Program Fungsi

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 130
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

a. Civitas Hubungan ruang menjabarkan


a) Lansia mengenai kedekatan antara ruang satu
dengan ruang lainnya. Berikut
merupakan hubungan ruang yang akan
dijelaskan dalam skema diagram.

Gambar 3
Aktivitas Civitas
(Sumber: Penulis, 2022)

b) Pengunjung

Gambar 6
Hubungan Ruang
(Sumber: Penulis, 2022)

c. Organisasi Ruang
Gambar 4
Aktivitas Civitas
Organisasi ruang menjabarkan
(Sumber: Penulis, 2022) keterkaitan antara ruang satu dengan
ruang lainnya berdasarkan fungsi yang
c) Pengelola telah ditentukan. Berikut merupakan
hubungan ruang pada perencanaan dan
perancangan hunian lansia yang
ergonomis di Kota Denpasar yang
dijelaskan dalam skema bubble diagram.

Gambar 5
Aktivitas Civitas
(Sumber: Penulis, 2022)

4. Program Ruang
a. Kebutuhan Ruang

Gambar 7
Organisasi Ruang
(Sumber: Penulis, 2022)

5. Program Site
Tabel 1 a. Lokasi Site
Kebutuhan Ruang Lokasi site perencanaan dan
(Sumber: Penulis, 2022) perancangan hunian lansia yang
ergonomis di kota Denpasar ini berlokasi
b. Hubungan Ruang

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 131
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

di Jl. Tantular Barat, Dangin Puri Kelod, Gambar 11


Denpasar Timur dengan luasan 1.15 Ha. Analisa Kondisi Thermal
(Sumber: Penulis, 2022)

6. Konsep Perencanaan dan Perancangan


a. Konsep Zonning
Zona hunian lansia ini dibagi menjadi
3 bagian, yakni zona utama, zona
penunjang dan zona servis. Zona utama
diletakkan di sisi timur site karena tingkat
kebisingan dari arah tersebut tergolong
rendah. Beberapa ruangan servis akan
Gambar 8
digabungkan ke dalam zona utama dan
Lokasi Site zona penunjang, seperti toilet
(Sumber: Penulis, 2022) pengunjung dan pengelola.

b. Analisa Site

Gambar 12
Konsep Zonning
(Sumber: Penulis, 2022)
Gambar 9
Analisa Build Up Area
b. Konsep Entrance
(Sumber: Penulis, 2022) Mengingat rancangan ini
meminimalisir adanya kebisingan
kendaraan, posisi entrance dengan jalur
in dan out akan dipisah untuk
kenyamanan bagi pengguna utama.
Selain itu, dikarenakan ruang lansia ini
dapat diakses oleh publik, maka bentuk
entrance yang akan diaplikasikan pada
rancangan ini memiliki kesan yang
ramah dan tidak menonjolkan bentuk
yang megah, hal ini bertujuan agar
Gambar 10 pengunjung tidak sungkan untuk masuk
Analisa Kebisingan ke dalam rancangan ini.
(Sumber: Penulis, 2022)

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 132
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

Gambar 14
Konsep Massa
(Sumber: Penulis, 2022)

d. Konsep Fasad

Gambar 13
Konsep Entrance
(Sumber: Penulis, 2022)

c. Konsep Massa
Konsep pola massa yang dihasilkan
adalah radial yaitu perpaduan antara pola
massa terpusat dan pola massa linier.
Ruang terpusat merupakan outdoor green
space sedangkan ruang dengan fungsi
utama, penunjang dan servis mengikuti
pola massa linier. Massa memiliki
orientasi kearah timur laut untuk
membelakangi arah barat guna
menghindari panas, selain itu juga karena
akses utama menuju site berada di arah
utara.

Gambar 15
Konsep Fasad
(Sumber: Penulis, 2022)

SIMPULAN

Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia


yang Ergonomis ini didasari dari isu di lapangan
dimana masih banyak hunian lansia yang tidak
menerapkan standar dimensi tubuh manusia
dalam rancangannya. Penggunaan prinsip
ergonomis yang diterapkan dalam rancangan ini
dharapkan mampu menjadi solusi permasalahan
diatas. Dengan adanya rancangan ini

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 133
Perencanaan dan Perancangan Hunian Lansia yang Ergonomis di Kota Denpasar

diharapkan mampu memfasilitasi para lansia Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
sehingga para lansia merasa aman dan nyaman Perawatannya. Jakarta: Salemba
dalam mobilitas dan aktivitas. Tentunya Medika.
memiliki nilai baik dari segi kenyamanan visual Maslow, A. (1943). Hierarchy of Needs.
mengacu pada standar dalam merancang hunian Nugroho, W. (2008). Gerontik dan Geriatik.
lansia. Nurhidayah, A. S. (2018). Pusat Pemberdayaan
Lansia di Makassar Dengan
Pendekatan Arsitektur Perilaku.
DAFTAR PUSTAKA Pynoos, J. a. (1991). Improving residential
environments for frail elderly: Bridging
Aru W, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit the gap between theory and application.
Dalam. Jakarta: Interna. Publishing. Rachmayani, E. (2015). Perancangan
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Penduduk Lanjut Usia. Terlantar di Kota Malang.
Benbow, W. (2014). Benbow Best Practice Renardi Caturiyatno Aifandi dan Dr.Ir.Joyce
Design Guidelines: Nursing Home Marcella Laurens, M. (2021). Rumah
Complex Care And Dementia. Lansia di Surabaya .
Bridger, R. (1995). Introduction to Setiati, S. (2010). Cut-off of Anthropometry
Ergonomics: First Edition. McGraw- Measurement and Nutritional Status
Hill, Inc. Among Elderly Outpatient in
Cahaya, M. (2008). Panduan Mendesain dan Indonesia: Multi-centre Study.
Memasang Atap Rumah Modern. Sutalaksana, I. Z. (1979). Teknik Tata Cara
Ching, F. D. (2008). Arsitektur: Bentuk, Ruang Kerja. Bandung: Jurusan Teknik
dan Tatanan. (Edisi ke-3). Jakarta: Industri, ITB.
Penerbit Erlangga. Tandali, A. N. (2012). ARSITEKTUR
Dara Fitriani, A. H. (2018). Elemen Interior BERWAWASAN PERILAKU
Terhadap Keamanan Sirkulasi Lansia . (BEHAVIORISME).
Dewi, N. L. (2019). Panti Sosial Untuk Lansia
Terlantar Di Klungkung.
Fadli, d. R. (2020). Alasan Usia Lanjut
Psikologi Justru seperti Anak-Anak.
Hutabarat, Y. (2017). Dasar Dasar
Pengetahuan Ergonomi. Malang:
Media Nusa Creative.
Hutama, L. (2017). Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur.
Ida Viatrie, S. M. (2016). Hal yang Harus
Dilakukan jika Orangtua Mengalami
"Post Power Syndrome".
Julius Panero, M. Z. (2003). Human Dimension
& Interior Space.
Karim, A. (2020). PERANCANGAN PANTI
WREDHA DI KOTA GORONTALO.
Keliat, B. A. (1999). Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta.
Macleod, D. (1999). The Ergonomics Edge:
Improving Safety Quality, and
Productivity.
Mangunwijaya, Y. (1988). Wastu Citra.
Jakarta: Gramedia.
Mark S. Sanders, E. J. (1987). Human Factors
in Engineering and Design.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 10, Nomor 1 June 2022 CC-BY-SA 4.0 License Page 134

You might also like