Professional Documents
Culture Documents
After Care Services For Disabilitas in Palembang and Makassar
After Care Services For Disabilitas in Palembang and Makassar
DAN MAKASSAR
Nurdin Widodo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur.
E-Mail: widodonurdin@rocketmail.com
ABSTRACT
Study evaluation about in Palembang and Makassar is one of step social rehabilitation in Social Institution
for disability. The aims of the research are describe the implementation program in this institution and to
know the influenced of push and pull factors. Method of the research is qualitative descriptive which that
was by Interview, Observation and documentation Study. The research findings indicated the activities of
after care services only reflected the physical, mental and social development after back to their family.
Kind of activity are filling the progress form, record of motivation for former client and their families,
proposal preparation guidence, aid of the development of productive economic activities, and how
connecting the needs of former client with the resource System. To Starting the process of after care services
are preparation, implementation and reporting. The result of Study showed the positive influence of social
rehabilitation process for improved the social function which conducted by PSBD (Social Institution dor
Disability). Futhermore, the condition of family and community influences the former client achivement. To
sum up, to knowing the progress of former client, after care of former client must be continued, and giving
the priority same with the social rehabilitation process in PSBD. The ideal condition was all of former client
need the after care program to know their progress.
ABSTRAK
Pembinaan lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di Palembang dan Makassar merupakan studi evaluasi
salah satu tahap rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Daksa. Studi ini bertujuan mengetahui kondisi
faktual pelaksanan pembinaan lanjut yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Daksa. Metode penelitian adalah
diskiptif dengan pendekatan kualitatif. Teknis pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Pembinaan lanjut dilaksanakan dalam bentuk pemantauan untuk melihat perkembangan
fisik, mental dan sosial setelah eks klien kembali ke keluarganya. Pada kegiatan tersebut eks klien dan
keluarganya diberikan motivasi, bimbingan penyusunan proposal, bantuan pengembangan usaha ekonomis
produktif, menghubungkan kebutuhan eks klien dengan sistem sumber. Hasil dari pembinaan lanjut tersebut
dirasakan manfaatnya bagi eks klien maupun keluarganya. Namun demikian masih diperlukan perbaikan-
perbaikan dalam pelaksanaan tindak lanjut, sehingga ke depan akan lebih optimal lagi dalam mewujdukan
eks klien yang mandiri dan produktif.
122 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
Disabilitas yang telah diratifikasi oleh tubuh (right based), menuntut adanya upaya-
pemerintah Indonesia melalui Undang- upaya kearah pemenuhan hak-hak penyandang
Undang RI Nomor 19 tahun 2011 tentang disabilitas tubuh. Dengan demikian kesamaan
Pengesahan Convention on the Rights of kesempatan bagi seluruh penyandang disabilitas
Persons with Disabiliteis (Konvensi mengenai termasuk penyandang disabilitas tubuh pada
hak-hak penyandang disabilitas). Ratifikasi seluruh aspek kehidupan harus diupayakan dan
ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah diwujudkan.
untuk memajukan, melindungi, dan menjamin
Berdasarkan data Pusdatin Kesos (Pusat
kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial)
bagi semua penyandang disabilitas, serta
Kementerian Sosial, penyandang disabilitas di
penghormatan terhadap martabat penyandang
Indonesia tahun 2009 berjumlah 2.126.785 Jiwa,
disabilitas sebagai bagian yang tidak
sebanyak 33,75 persen merupakan penyandang
terpisahkan (inherent dignity). Undang Undang
disabilitas tubuh. Di provinsi Sumatera Selatan
ini merupakan dasar hukum yang mengatur
terdapat 56.466 jiwa, sedangkan di provinsi
dan mengupayakan penyandang disabilitas
Sulawesi Selatan terdapat 82.170 jiwa (Pusdatin
memperoleh persamaan hak-hak dasar untuk
Kesos Depsos RI,2011). Penyandang disabilitas
hidup bermasyarakat dan juga melaksanakan
ini tersebar diberbagai pelosok kota dan desa
kewajiban-kewajiban sebagai bagian dari
yang belum semuanya terjangkau oleh program
masyarakat.
pelayanan kesejahteraan sosial.
Disabilitas merupakan salah satu
Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) merupakan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
salah satu lembaga kesejahteraan sosial yang
yang cukup kompleks karena berbagai masalah
mempunyai kedudukan sebagai lembaga yang
yang dialaminya. Sebagian masyarakat
melaksanakan kegiatan operasional di bidang
menganggap keberadaan disabilitas sebagai
rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan
sesuatu hal yang merepotkan, aib keluarga,
(sekarang penyandang disabilitas) untuk
biang masalah, hingga kutukan akan sebuah
mempersiapkan mereka agar memiliki berbagai
dosa yang pada akhirnya semakin memojokan
keterampilan dan kesiapan mental, fisik, sosial
mereka dari pergaulan masyarakat. Ada pula
yang dibutuhkan bagi kepentingan hidupnya
yang menganggap mereka adalah sosok yang
secara wajar sebagai warga Negara dan sebagai
dianggap kurang mampu dan membutuhkan
anggota masyarakat. Pelayanan dan rehabilitasi
bantuan.
sosial ini memadukan unsur-unsur pemulihan,
Penyandang Disabilitas Tubuh sebagai pembinaan dan pengembangan secara tuntas
bagian dari masyarakat Indonesia berhak melalui pelayanan akomodasi, bimbingan dan
mendapatkan pemenuhan hak-hak dasarnya pelatihan, kesehatan dan terapi penunjang
dalam bidang kesejahteraan sosial. Melalui lainnya sehingga penyandang disabilitas
program pembangunan kesejahteraan sosial, tubuh dapat melaksanakan fungsi sosialnya
diharapkan tidak seorangpun penyandang dalam kehidupan bermasyarakat. PSBD yang
disabilitas tubuh sebagai warga negara yang merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan
tertinggal dalam proses pembangunan. Kementerian Sosial yang berada dan di bawah
Pergeseran paradigma pelayanan sosial dari dan bertanggung jawab langsung kepada
bentuk amal (charity) kepada upaya-upaya Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas Sosial, yang secara fungsional dibina oleh
124 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial 2. Permasalahan Penyandang Disabilitas
penyandang cacat). Tubuh
Penyandang disabilitas tubuh adalah Secara intern permasalahan penyandang
seseorang yang mempunyai kelainan tubuh disabilitas tubuh adalah menyangkut
pada alat gerak yang meliputi tulang, jasmani, kejiwaaan, pendidikan, ekonomi
otot dan persendian baik dalam struktur dan penampilan peranan sosial. Menyangkut
atau fungsinya yang dapat mengganggu permasalahan jasmani disabilitas
atau merupakan rintangan dan hambatan tubuh yang diderita seseorang dapat
baginya untuk melakuan kegiatan secara mengakibatkan gangguan kemampuan
selayaknya. Disabilitas tubuh juga disebut fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan
orthopedic dan muskuloskeletal yang berarti atau gerakan yang berhubungan dengan
disabilitas yang ada hubungannyan dengan kegiatan hidup sehari-hari (activity daily
tulang, sendi dan otot. Disabilitas ortopedi living). Menyangkut kejiwaan, dapat
adalah sakit jenis disabilitas, dimana salah menganggu kejiwaan/mental seseorang,
satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, sehingga seseorang menjadi rendah diri
persendian mengalami kelainan (abnormal) atau sebaliknya, menghargai dirinya
sehingga timbul rintangan dalam melakukan terlalu berlebihan, mudah tersinggung,
fungsi gerak (motorik). Terdapat 3 jenis kadang-kadang agresif, pesimistis, labil,
derajat penyandang disabilitas tubuh yakni: sulit untuk mengambil keputusan dan
1) Penyandang disabilitas Tubuh Ringan; sebagainya. Keadaan seperti ini sangat
yakni penyandang disabilitas dimana merugikan, khususnya yang berkenaan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) dengan hubungan antara manusia.
nya tidak memerlukan pertolongan orang Terkait permasalahan pendidikan, sering
lain. Termasuk dalam golongan ini adalah menimbulkan kesulitan khususnya pada
amputasi tangan atau kaki ringan salah satu, anak umur sekolah. Mereka memerlukan
cerebral palcy ringan, layu salah satu kakai, perhatian khusus baik dari orang tua
tangan/ kaki bengkok dan sebagainya. maupun guru di sekolah. Sebagian besar
2) Penyandang disabilitas tubuh Sedang; kesulitan ini juga menyangkut transportasi
yaitu penyandang disabilitas tubuh, dimana antara rumah kediaman ke sekolah,
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah,
nya harus dilatih terlebih dahulu, hingga maupun fasilitas umum lainnya. Terkait
dapat dilakukan sendiri tanpa pertolongan. permasalahan ekonomi, pada umumnya
Termasuk golongan ini adalah Cerebral berada di bawah garis kemiskinan, yang
palcy sedang, amputasi dua tangan atas disebabkan oleh rendahnya pendapatan.
siku, muscle destrophy sedang, scoliosis Tingkat produktivitas yang rendah karena
dan sebagainya. (3) Penyandang disabilitas kelemahan jasmaniah maupun rohaniah
Tubuh Berat; yaitu penyandang disabilitas hingga tidak memiliki keterampilan kerja
tubuh dimana kebutuhan aktivitas hidup (produksi). Sedangkan permasalahan terkait
sehari-hari (ADL) nya selalu memerlukan dengan penampilan peranan sosial, antara
pertolongan orang lain. Termasuk golongan lain ketidakmampuan hubungan antar
ini antara lain: amputasi dua kaki atas lutut perorangan (interpersonal relationship),
dan dua tangan atas siku, cerebral palcy ketidakmapuan di dalam mengambil
berat, layuh dua kaki dan dua tangan, peranan di dalam kegiatan sosial/kelompok
paraplegia berat dan sebagainya. (partisipasi sosial), kecanggungan hubungan
126 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
awal yang mendefinisikan masalah dan 2. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
kekuatan, perencanaan, penghubungan dan pembinaan lanjut terhadap eks penerima
pengkoordinasian, pemantauan dan perubahan program pelayanan kesejahteraan sosial
yang mendukung, dan pada akhirnya meringkas melalui bimbingan dan penyuluhan sosial.
serta menyelesaikan melalui terminasi dan 3. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
dilanjut dengan tahap pembinaan lanjut. pembinaan lanjut terhadap eks penerima
program pelayanan kesejahteraan sosial
Pembinaan lanjut tidak boleh lepas dari melalui bimbingan dan pendampingan
prinsip-prinsip yang digunakan dalam memandu secara individual.
aktivitas praktik pekerjaan sosial. Seperti yang 4. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
dikemukakan oleh Sheafor dan Horejsi (2003), pembinaan lanjut terhadap eks penerima
di antaranya: program pelayanan kesejahteraan sosial
1. Seorang pekerja sosial harus dapat melalui koordinasi dengan pihak terkait.
memaksimalkan pemberdayaan kliennya 5. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
2. Seorang pekerja sosial harus terus menerus pembinaan lanjut terhadap eks penerima
melakukan evaluasi terhadap kemajuan dari program pelayanan kesejahteraan sosial
perubahan yang dicapai klien dengan menggali dan mengaitkan dengan
sistem sumber yang tersedia.
3. Seorang pekerja sosial harus
bertanggungjawab kepada lembaga, 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
masyarakat dan profesi pekerjaan sosial. pembinaan lanjut terhadap eks penerima
program pelayanan kesejahteraan sosial
Menurut Woodside dan Mc. Clam (2003), dengan menggali dan mengaitkan dengan
Keberlanjutan pelayanan memiliki dua memberikan bantuan pengembangan usaha.
pengertian: 7. Memantau perkembangan eks penerima
1. Keberlanjutan berarti bahwa pelayanan program pelayanan kesejahteraan sosial
yang diberikan pada klien tidak terputus dalam masyarakat.
dari tahap awal sampai terminasi dan 8. Mengidetifikasi hambatan pelaksanaan
keberlanjutannya. kegiatan bimbingan dan pembinaan lanjut
2. Keberlanjutan pelayanan berarti penyediaan terhadap eks penerima program pelayanan
layanan secara komprehensif. Di dalamnya kesejahteraan sosial.
termasuk intervensi dengan dukungan 9. Memberikan supervisi dalam pelaksanaan
dari lingkungan, memelihara hubungan bimbingan dan pembinaan lanjut terhadap
dengan keluarga klien dan pihak-pihak lain pekerja sosial di bawahnya.
dan jejaring sosial yang menghubungkan
Prinsip pokok dalam kegiatan pembinaan
dengan pelayanan-pelayanan yang ada.
lanjut adalah adalah (1) partisipasi aktif
Berdasarkan prinsip-prinsip pekerjaan keluarga dan masyarakat dalam upaya
sosial, maka bimbingan lanjut dianggap memberikan dukungan eks klien secara wajar
perlu untuk dilakukan. Adapun tahapan dari kepada eks klien; (2) melibatkan eks klien
bimbingan lanjut adalah sebagai berikut: dalam proses pemberdayaan dalam upaya
1. Menyusun rancangan kegiatan bimbingan mencapai kemandirian; dan (3) kerjasama panti
dan pembinaan lanjut terhadap eks penerima sosial sebagai penyelenggara pembinaan lanjut
program pelayanan kesejahteraan sosial. dengan sumber yang relevan dengan kebutuhan
dan permasalahan klien.
128 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
a. Bimbingan pengembangan usaha kerja, pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan
kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan keterampilan, resosialisasi, bimbingan lanjut
evaluasi pekerja sosial panti terhadap eks bagi para penyandang cacat tubuh agar mampu
klien. Petugas datang ke lokasi eks klien mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
guna mengidentifikasi masalah-masalah bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan
yang dialami eks klien, yang selanjutnya standar pelayanan, pemberian informasi dan
merupakan bahan evaluasi panti dalam rujukan (Pasal 2 Kepmensos Nomor 106/
menentukan langkah-langkah yang harus
HUK/2009).
dilakukan dalam usaha pengembangan
kerja. Pengembangan usaha ini bisa Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI
diwujudkan dengan bantuan modal Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi
untuk pengembangan usaha atau dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan
menghubungkan dengan sistem sumber Departemen Sosial, PSBD dipimpin oleh
sesuai dengan kebutuhan eks klien
seorag kepala dengan dibantu oleh Kepala Sub
b. Bimbingan pemantapan usaha kerja, Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Program dan
yang ditujukan kepada eks klien yang Advokasi Sosial, Kepala Seksi Rehabilitasi
sudah bekerja atau membuka usaha Sosial dan kelompok jabatan fungsional serta
sendiri. Kegiatan ini bertujuan untuk
koordinator Instalasi Produksi.
memantapkan dan mengembangkan
usaha/kerja secara lebih berdaya guna Sasaran PSBD adalah penyandang disabilitas
dan berhasil guna sehingga eks klien fisik yakni seseorang yang mengalami kelainan
dapat lebih mengembangkan usahanya kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan
sesuai dengan kondisi lingkungannya. organ sehingga mengakibatkan gangguan
Kegiatan ini dilakukan oleh pekerja
fungsi tubuh. Para penyandang disabilitas
sosial atau petugas yang ditunjuk untuk
tubuh ini berusia 17-35 tahun (usia produktif),
melakukan pembinaan kepada klien
tidak mempunyai cacat ganda lainnya, belum
yang sudah bekerja baik membuka usaha
sendiri atau bekerja pada orang lain agar menikah dan bersedia tidak menikah selama
bisa mengembangkan usahanya mengikuti program rehabilitasi sosial, mampu
didik dan mampu latih serta dapat membaca
PROFIL PANTI SOSIAL BINA DAKSA dan menulis.
Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Budi
Pelayanan dan rehabilitasi sosial klien
Perkasa Palembang dan PSBD Wirajaya
meliputi: pelayanan makan, sandang dan asrama,
Makasar merupakan salah satu Unit Pelaksana
pemeliharaan kesehatan, bimbingan fisik,
Teknis di lingkungan Kamenterian Sosial
bimbingan penggunaan alat bantu, bimbingan
yang berada di bawah dan bertanggung
mental, agama, sosial dan keterampilan.
jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pelayana dan Rehabilitasi Sosial, dan secara Uraian tentang kondisi SDM, klien dan
fungsional dibina oleh Direktur Pelayanan dan aktivitasnya di masing-masing PSBD dapat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (sekarang digambarkan sebagai berikut:
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan/
RSODK). Tugas PSBD ini adalah memberikan 1. PSBD Budi Perkasa Palembang
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial Tenaga PSBD Budi Perkasa berdasarkan
yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif data April 2012 berjumlah 75 orang yang
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar meliputi 56 orang pegawai tetap (PNS) dan
130 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
jenjang jabatannya terdapat kesenjangan kepada klien yang belum lancar baca tulis
dimana pekerja sosial madya dan muda lebih yang dilakukan pada awal program sebelum
banyak dibanding dengan pekerja sosial memasuki bimbingan keterampilan; (7)
pelaksana. Mereka terpaksa melaksanakan praktek Belajar Kerja (PBK); dan (8)
pekerjaan sebagai pekerja sosial pelaksana, bimbingan kewirausahaan;
sehingga mengalami kesulitan saat
membuat laporan. Sebagian besar pekerja PELAKSNAAN PEMBINAAN LANJUT
sosial di PSBD juga diperbantukan di seksi DI PSBD
PAS, seksi Rehabilitasi Sosial, Tata Usaha 1. Pemahaman Petugas tentang Pembinaan
dan instruktur keterampilan. Lanjut
PSBD Wirajaya mempunyai kapasitas Pembinaan lanjut oleh sementara
tampung maksimum 210 orang dengan staf PSBD Wirajaya dipahami dengan
jaangkauan wilayah kawasan timur sebutan bimbingan lanjut, yakni kegiatan
Indonesia meliputi: Sulawesi, Maluku, Irian kunjungan rumah atau kunjungan ke tempat
Jaya (Papua), Nusa Tenggara Tenggara dan kerja eks klien dalam rangka memonitor
sebagian Kalimantan atau terdiri dari 15 perkembangan mereka setelah kembali ke
provinsi, 28 kota dan 170 kabupaten. masyarakat. Kegiatan ini merupakan upaya
Sebagaimana PSBD Budi Perkasa, untuk lebih memantapkan kemandirian
pelayanan dan kegiatan rehabilitasi sosial eks klien terutama mereka yang karena
PSBD Wirajaya meliputi: (1) Bimbingan dan berbagai sebab masih tetap memerlukan
pelayanan fisik; bimbingan pemeliharaan bimbingan peningkatan kemampuan
kesehatan diri dan lingkungan, Senam pasca rehabilitasi sosial. PSBD Budi
Kesegaran Jasmani, olah raga, pelayanan Perkasa juga memahaminya sebagai
makan, sandang dan fasilitas tempat tinggal; kegiatan monitoring yang ditujukan untuk
(2) bimbingan penggunaan alat bantu; (3) mengetahui perkembangan klien pasca
bimbingan mental mencakup: bimbingan rehabilitasi sosial. Kunjungan ini tidak
agama dan budi pekerti baik di kelas hanya dilakukan sekali tetapi bisa beberapa
maupun di masjid panti, pelatihan ceramah/ kali sesuai dengan permasalahan eks klien.
pidato, jamaah sholat di masjid bagi muslim, Pelaksana Pembinaan Lanjut di kedua
dan ceramah agama Kristen; (4) bimbingan PSBD adalah Seksi Rehabilitasi Sosial yang
sosial, diberikan dalam upaya memulihkan dikordinasikan dengan Tata Usaha dan Seksi
dan atau menumbuhkembangkan kemauan, Rehabilitasi Sosial. Pelaksanaan pembinaan
kepercayaan diri dan kemampuan lanjut di PSBD Wirajaya melibatkan
klien dalam penyesuaian diri (personal sebagian pekerja sosial fungsional,
adjustment); dan penyesuaian dengan sementaran PSBD Budi Perkasa selain
lingkungan sosialnya (social adjustment); pekerja sosial juga melibatkan instruktur
meliputi bimbingan konsep diri dan atau seksi rehabilitasi sosial.
sosialisasi, bimbingan konseling, bimbingan Tujuan pembinaan lanjut yang dipahami
relasi soial, dan bimbingan integrasi sosial; oleh kedua PSBD adalah (1) memonitor
(5) bimbingan keterampilan kerja terdiri perkembangan eks klien pasca rehabilitasi
dari penjahitan pakaian pria dan wanita, sosial; (2) membantu permasalahan eks
percetakan/sablon, elektronika, automotif, klien dalam usaha meningkatkan perannya
fotografi, tata rias, meubelair (pertukangan dalam kehidupan di masyarakat; (3)
kayu); (6) bimbingan baca tulis, diberikan mengupayakan agar masyarakat, dunia
132 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
Penanggung jawab kegiatan pembinaan Sasaran pembinaan lanjut adalah semua
lanjut untuk kedua PSBD ini adalah Kepala eks klien yang berada di wilayah tersebut
seksi Rehabilitasi Sosial, yang dalam tanpa dibatasi tahun berapa eks klien
pelaksanaannya melibatkan pekerja sosial menyelesaikan proses rehabilitasi sosial di
fungsional, seksi rehabilitasi sosial dan PSBD, dengan catatan lokasi tempat tinggal
instruktur. Pelaksanaannya disesuaikan eks klien terjangkau dan belum terminasi.
dengan anggaran yang tersedia, karena Petugas yang melaksanakan kegiatan
anggaran pembinaan lanjut di kedua PSBD ini bisa juga sekaligus melaksanakan
ini sangat terbatas. Keterbatasan anggaran pendekatan awal, dan terminasi. Hal ini juga
ini bisa dicermati di PSBD Wirajaya, yang merupakan upaya yang dilakukan PSBD
dapat dilihat dari persentase anggaran untuk dalam mengatasi hambatan terkait dengan
kegiatan proses rehabilitasi sosial di tahun terbatasnya dana. upaya perkembangan
2011 dan 2012 sebesar + 33 persen dari total eks klien ini, baik di PSBD Budi Perkasa
anggaran PSBD. Persentase anggaran untuk maupun PSBD Wirajaya digunakan
pembinaan lanjut hanya sebesar 0,04 persen instrumen/form pembinaan lanjut yang diisi
(tahun 2011) dan 0,05 persen (tahun 2012) oleh petugas. Form ini berisi identitas eks
dari total anggaran proses rehabilitasi sosial. klien, aktivitas klien setelah kembali ke
Anggaran pembinaan lanjut yang tidak keluarga, kegiatan ekonomi, pemanfaatan
sampai 1 persen mengakibatkan kegiatan keterampilan dan toolkit dari panti, faktor-
ini hanya bisa dilakukan oleh 2-3 orang faktor yang mempengaruhi usahanya,
petugas dengan jangkauan wilayah terbatas, rencana dan harapan di masa depan.
dan tidak sebanding dengan jangkauan Kunjungan dilakukan baik ke tempat usaha
wilayah kerja PSBD. eks klien maupun ke keluarganya. Sasaran
Tidak semua pekerja sosial dilibatkan pembinaan lanjut adalah semua eks klien
dalam kegiatan ini, dan tidak semua eks yang berada di wilayah yang dikunjungi,
klien terjangkau dalam pembinaan lanjut tidak dibatasi tahun kelulusan eks klien,
karena terbatasnya dana PSBD. Petugas yang penting eks klien belum terminasi
dan sasaran lokasi diatur sedemikian rupa Pelaksanaan pembinaan lanjut di kedua
agar setiap tahun bimbingan lanjut dapat PSBD dilakukan melalui langkah-langkah
dilaksanakan dengan melibatkan pekerja sebagai berikut:
sosial secara bergantian. Keterbatasan a. Persiapan
dana ini disikapi oleh PSBD dengan
1) Pembentukan Panitia
mempertimbangkan skala prioritas. Anak
yang memerlukan bimbingan didasarkan Panitia pembinaan lanjut tim
atas evaluasi selama proses pembinaan kerja yang terdiri dari unsur-unsur
di dalam panti dan informasi berbagai Seksi Rehabilitasi Sosial, Seksi
anak/keluarga/tokoh masyarakat setempat Program dan Advokasi Sosial,
tentang kondisi/ perkembangan eks klien Tata Usaha dan pejabat fungsional
meskipun berasal dari pelosok-pelosok pekerja sosial. Tim kerja ini
desa yang kadang sulit terjangkau oleh mengadakan pertemuan-pertemuan
kendaraan umum. Pelaksanaan pembinaan teknis persiapan dan pelaksanaan
lanjut selama 3 hari pulang pergi, dan pembinaan lanjut membahas
setiap petugas diberikan transport, biaya jadwal kegiatan, perlengkapan yang
penginapan dan uang harian. diperlukan, pelaksana pembinaan
134 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
ini dilakukan melalui wawancara, 1. Jumlah eks Klien yang Sudah Menjalani
diskusi, konsultasi dan pengamatan Pembinaan Lanjut
kondisi eks klien dan lingkungannya Salah satu ciri penyandang disabilitas
dan perkembangan saat ini sesuai adalah merasa rendah diri karena
dengan form isian pembinaan lanjut kecacatannya, sehingga jarang bergaul
4) Bertemu dengan tokoh masyarakat dengan orang-orang di sekelilingnya.
sekitar tempat tinggal eks klien Secara emosi, lebih sensitif perasaanya,
untuk mendapatkan informasi mudah tersinggung dan sering meratapi
tentang perkembangan eks kekurangannya. Selama proses rehabilitasi
klien pasca rehabilitasi sosial di sosial dalam panti memungkinkan
PSBD, sekaligus mendiskusikan para penyandang disabilitas banyak
permasalahan yang dihadapi eks mengalami perubahan, namun tidak
klien tertutup kemungkinan setelah kembali ke
5) Bila dirasakan cukup petugas masyarakat mengalami masalah, sehingga
bisa langsung kembali ke PSBD pembinaan lanjut diperlukan.
atau bertemu dengan Dinas Sosial
setempat untuk mendiskusikan PSBD cukup berhasil dalam
berbagai masalah eks klien. melaksanakan program rehabilitasi sosial
Terbatasnya waktu dan anggaran dalam panti, karena dukungan sarana
yang diberikan tidak jarang petugas prasarana, SDM dan anggaran APBN.
langsung kembali ke PSBD, dan Masa rehabilitasi sosial klien dalam panti
laporan ke Dinas Sosial melakukan ini berlangsung antara 1 – 2 tahun, yang
melalui telpun. disesuaikan dengan kemampuan mereka
c. Pelaporan dalam menyerap keterampilan yang
Laporan hasil pembinaan lanjut diberikan PSBD. Namun demikian pasca
dibuat sesuai dengan format yang rehabilitasi sosial, keberhasilan kien sangat
telah ditentukan dan merupakan bahan tergantung dari kondisi lingkungan keluarga
pertimbangan untuk menentukan dan masyarakat
langkah selanjutnya, menjadi dokumen Pembinaan lanjut merupakan salah satu
PSBD, dan bahan evaluasi pembinaan proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakan
lanjut.
oleh PSBD. Sesuai dengan anggaran yang
KONDISI PENYANDANG DISABILITAS ada PSBD hanya mampu melaksanakan
pembinaan lanjut dengan sasaran eks klien
Pembahasan ini akan difokuskan pada
dan lokasi yang terbatas dan tidak sebanding
(1) jumlah eks klien yang sudah menjalani
dengan luasnya jangkauan wilayah kerja
pembinaan lanjut dan kondisi mereka pada
PSBD sebagaimana tabel berikut:
umumnya berdasarkan informasi dari pekerja
sosial dan petugas PSBD lainnya; (2) profil Tabel 1: Pelaksanaan Pembinaan Lanjut di PSBD
klien berdasarkan studi kasus terhadap 10 eks 2010-2011
klien dan faktor-faktor yang berpengaruh. PSBD Budi PSBD Wirajaya
Tahun
Perkasa (orang) (orang)
2010 66 35
2011 37 26
Sumber: PSBD Budi Perkasa dan PSBD Wirajaya
136 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
ke daerah asalnya, mereka kembali ke sepeda motor, salon dan penjahitan.
Makassar dan bekerja di pengusaha Mereka berharap suatu hari nanti bila
Modis Makassar. Selain menerima sudah memperoleh pengalaman dan
upah, fasilitas tempat tinggal dan tabungan yang cukup akan membuka
makan, mereka diajarkan keterampilan usaha sendiri di daerah asalnya. Hal
membordir dan membuat payet (motek- ini menunjukkan para penyandang
motek). Perusahaan juga memberikan disabilitas tubuh mempunyai keinginan
kesempatan untuk mengembangkan untuk hidup mandiri dan tidak tergantung
keterampilannya sehingga kelak bisa pada orang lain.
membuka usaha sendiri. Saat ini Meskipun banyak eks klien penyandang
mereka merasa sudah ada perubahan, disabiitas tubuh yang cukup berhasil dan
yang sebelumnya merasa rendah
terdapat perubahan sikap mental dan
diri, malu, kurang percaya diri, tidak
keberfungsian mereka, namun dari studi ini
mau bergaul, menyendiri dan tidak
juga terlihat masih ada yang belum berhasil.
pernah keluar rumah, namun saat ini
Kasus seorang wanita yang mengikuti
mereka lebih percaya diri. Dalam hal
keterampilan menjahit di PSBD, yang
aktivitas di masyarakat, ada seorang
hanya sampai kelas IV SD dan orang tuanya
klien yang duduk sebagai pengurus
bekerja sebagai buruh. Pasca rehabilitasi
wanita penyandang disabilitas tubuh di
daerahnya, dan aktif memperjuangkan sosial sifat pemalu dan rendah diri masih
hak-hak penyanfdang disabilitas tubuh cukup nampak, yang mendapat bantuan
khususnya wanita di wilayahnya. pinjaman mesin jahit dari keluarganya
untuk menerima jahitan dari warga sekitar
b. Keberfungsian sosial eks klien
Usaha ini nampak tidak berkembang
Kegiatan rehabilitasi sosial PSBD karena disamping kondisi lingkungan, juga
berpengaruh positip terhadap eksistensi kemampuan klien dalam bidang penjahitan
penyandang disabilitas tubuh di
masih terbatas. Warga masih menganggap
masyarakat. Mereka lebih mandiri yang
hanya mampu menambal dan memperbaiki
ditunjukkan kemampuan penyandang
pakaian yang rusak. Kasus lainnya dialami
disabiitas tubuh dalam bekerja untuk
oleh penyandang disabilitas tubuh laki-
memenuhi kebutuhan ekonomi. Mereka
laki yang kedua kakinya polio melitis,
berusaha untuk tidak tergantung pada
sehingga harus menggunakan dua tongkat
orang lain, dengan memanfaatkan
saat berjalan. Selama mengikuti kegiatan di
keterampilan yang diperoleh dari PSBD
untuk bekerja, baik membuka usaha PSBD tidak mempunyai prestasi menonjol.
sendiri maupun bekerja pada orang Latar belakang pendidikan yang hanya
lain. Membuka usaha rental computer, tamat SMP dan kehidupan sehari-harinya
penjualan pulsa dan asesoris HP yang yang lebih banyak mengamen di jalan
merangkap penjualan barang kelontong, sebelum masuk panti,. Saat ini ia membuka
reparasi HP, dan reparasi elektronik reparasi elektronika dengan memanfaatkan
merupakan kegiatan para penyandang rumah milik kakaknya sebagai bengkel
disabilitas tubuh pasca rehabilitasi kerja. Usaha ini belum sepenuhnya berhasil
sosial di PSBD. Sedangkan penyandang karena sarana dan prasarana kerja masih
disabilitas tubuh yang bekerja pada terbatas dan mayoritas konsumen berasal
orang lain di antaranya sebagai teknisi dari golongan ekonomi lemah.
138 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
sehingga berpengaruh pada eksistensi pengajuan bantuan pengembangan usaha
eks klien di masyarakat. ekonomis produktif, monitor lanjutan bagi eks
2) Lingkungan masyarakat klien yaang menerima bantuaan pengembangan
Meskipun secara fisik eks usaha ekonomis produktif, menghubungkan
klien memiliki tubuh yang kurang antara kebutuhan eks klien dengan sistem
sempurna, namun dukungan keluarga sumber yang relevan. Kegiatan ini dilaksanakan
dan penerimaan masyarakat mampu oleh pekerja sosial, seksi Program dan Advokasi
merubah eks klien menjadi lebih Sosial (PAS), Seksi Rehabilitasi Sosial PSBD.
baik dibanding sebelum masuk panti.
Proses pembinaan lanjut diawali dengan
Sebaliknya lingkungan keluarga dan
persiapan, dilanjutkan dengan pelaksanaan dan
masyarakat yang kurang mendukung
laporan. Tahap persiapan meliputi identifikasi
juga mengakibatkan eks klien sulit
dan pengelompokan data eks klien sesuai
berkembang. Studi ini menunjukkan
wilayah tempat tinggalnya, penyusunan
bahwa bantuan orang tua dan
banyaknya masyarakat yang datang proposal, pertemuan tim pembinaan
untuk reparasi HP, salon kecantikan, lanjut, menyiapkan form dan kelengkapan
penjahitan, computer membuktikan administrasi. Tahap pelaksanaan meliputi
kepercayaan masyarakat terhadap pemberangkatan tim ke lokasi, koordinasi
usaha ekonomi klien. Pengusaha yang dengan instansi sosial setempat, pertemuan
memberikan kesempatan eks klien juga dengan eks klien dan keluarganya dalam
merupakan kepercayaan masyarakat rangka memperoeh informasi perkembangan
akan kemampuan eks klien. Sebaliknya fisik, mental dan sosial, bimbingan motivasi
mereka yang belum berhasil disebabkan sesuai permasalahan eks klien, bertemu dengan
kondisi lingkungan yang merupakan tokoh masyarakat setempat untuk membahas
hambatan klien untuk mengembangkan permasalahan yang dihadapi eks kien dan
usahanya. kembali ke PSBD. Kegiatan ini diakhiri dengan
laporan hasil pembinaan lanjut.
KESIMPULAN DAN EKOMENDASI
Pembinaan lanjut merupakan salah satu Pada aspek mental sosial, secara umum
proses rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina kondisi eks klien PSBD berdasarkan studi
Daksa (PSBD) yang dilaksanakan setelah eks kasus eks klien menunjukkan tumbuhnya
klien kembali ke keluarganya. Baik di PSBD kepercayaan diri, yang sebelumnya merasa
Budi Perkasa Palembang maupun di PSBD rendah diri, malu, kurang percaya diri, tidak
Wirajaya Makasar, kegiatan pembinaan lanjut mau bergaul, menyendiri dan tidak pernah
lebih mencerminkan monitoring untuk melihat keluar rumah klien. Secara kualitatif kondisi
perkembangan fisik, mental dan sosial eks ini menunjukkan ada pengaruh positip
klien setelah kembali ke keluarga. Kegiatan proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakan
ini dilakukan melalui kunjungan eks klien oleh PSBD terhadap keberfungsian klien di
ke tempat usahanya atau ke keluarganya. masyarakat. Faktor internal terkait dengan
Bentuk kegiatannya meliputi: pengisian form kondisi eks klien seperti jenis kecacatan dan
perkembangan eks klien pasca rehabilitasi latar belakang pendidikan formal, dan faktor
sosial, motivasi kepada eks klien dan eksternal terkait dengan kondisi keluarga dan
keluarganya, bimbingan penyusunan proposal masyarakat menentukan keberhasilan eks klien,
dukungan keluarga menjadikan eks klien lebih
140 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
tanggal 30 Oktober 2012 di Hotel Cipta 2 Mu’tadi, Z. (2002). Kemandirian Sebagai
Jakarta. Kebutuhan Psikhologis Remaja, dalam
http//daffonmuslimah.multiply.com
---------, Harry Hikmat. Analisi Kebijakan
Pengembangan Panti Sosial dalam http:// Rubin, A. &. (2008). Research method in sosial
isearch.babylon. com/ work. (6th ed.). California: Brooks Cole
Publishing Company.
Hepworth, D. R. (2001). Direct sosial work
practice: Theory and Skill (6th ed). Pacific Rubin, R. W. (2005, 2008). Evaluating sosial work
Grove,CA:Brooks/Cole Publishing. services and programs. Boston: Pearson.
Kartono, K, (1984). Menyiapkan dan Memandu Sheafor, B. a. (2003). Technique and Guidelines
Karier. Jakarta: Pusat Bimbingan UNIKA for Sosial Work Practice (6th ed.). Boston:
Allyn and Bacon.
Kementerian Sosial. (2004). Keputusan Menteri
Sosial Nomor: 50/HUK/2004 tentang Sheafor, S. (2003, 1975). Introduction to Sosial
Standardisasi Panti Sosial. Jakarta: Badan Work Practice. New York. Mac Millan. .
Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan New York: Mac Millan.
Sosial.
Soetarso. (1980). Praktek Pekerjaan Sosial dalam
----------. (2002). Profil Pembangunan Kesejahteraan Pembangunan Masyarakat. Bandung:
Sosial. Jakarta: Pusdatin Kessos. KOPMA STKS.
---------. (2009). Undang-Undang Nomor 11 tahun Suharto, E. (2006). Pembangunan, Kebijakan Sosial
2009 tentang Kesejahteraan Sosial. dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran.
Bandung: LSP Press.
---------. (2009). Rencana Strategis (RENSTRA)
2010-2014. Jakarta: Dirjen Yanrehsos Sukoco, D. H. (1991). Profesi Pekerjaan Sosial dan
Departemen Sosial. Proses Pertolongan. Bandung: STKS.
---------. (2011). Pedoman Penyusunan Analisis Wirawan. (2011). Evaluasi, teori, model, standar
Kebijakan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: aplikasi, dan profesi. Jakarta: Rajawali.
Biro Perencanaan Kementerian Sosial.
Woodside, M. d. (2003). Generalist Case
---------. (2004). Isu-Isu Tematik Pembangunan management. A method of human service
Sosial – Konsepsi dan Strategi. Jakarta: delivery (2rd ed.). Pasific Grove,CA:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Brooks/Cole Thomson Learning .
Lambert, M. D. (2002). Clinical Cocial Work Beyond Widodo, N. (2011). Evaluasi Program Perlindungan
Generalist Practice with Individuals, Groups Anak Melalui RPSA. Jakarta: P3KS Press.
dan Families. London: Brooks/Cole.
Widodo, N. (2009). Studi Pelayanan Sosial Remaja
Martin, F. (2011). Improving Child Protection Putus Sekolah Terlantar Melalui PSBR.
Responses in Indonesia: Learning from the Jakarta: P3KS Press.
Protection Homes for Children (RPSAs).
Jakarta: Save The Children. Widodo, N. (2012). Evaluasi Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial;
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Pembinaan lanjut (After care Services)
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pasca Rehabilitasi Sosial. Jakarta: P3KS
Offset. Press
Mulyono. (2009, Mei 13). http:// Penelitian-
evaluasi-kebijakan. Retrieved Maret 2012,
2012, from Mulyono. 2009. Penelitian
Evaluasi Kebijakan.