You are on page 1of 20

PEMBINAAN LANJUT BAGI PENYANDANG DISABILITAS TUBUH DI PALEMBANG

DAN MAKASSAR

AFTER CARE SERVICES FOR DISABILITAS IN PALEMBANG AND MAKASSAR

Nurdin Widodo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur.
E-Mail: widodonurdin@rocketmail.com

ABSTRACT
Study evaluation about in Palembang and Makassar is one of step social rehabilitation in Social Institution
for disability. The aims of the research are describe the implementation program in this institution and to
know the influenced of push and pull factors. Method of the research is qualitative descriptive which that
was by Interview, Observation and documentation Study. The research findings indicated the activities of
after care services only reflected the physical, mental and social development after back to their family.
Kind of activity are filling the progress form, record of motivation for former client and their families,
proposal preparation guidence, aid of the development of productive economic activities, and how
connecting the needs of former client with the resource System. To Starting the process of after care services
are preparation, implementation and reporting. The result of Study showed the positive influence of social
rehabilitation process for improved the social function which conducted by PSBD (Social Institution dor
Disability). Futhermore, the condition of family and community influences the former client achivement. To
sum up, to knowing the progress of former client, after care of former client must be continued, and giving
the priority same with the social rehabilitation process in PSBD. The ideal condition was all of former client
need the after care program to know their progress.

Keywords : fisical disability sosial institutions , after care services

ABSTRAK
Pembinaan lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di Palembang dan Makassar merupakan studi evaluasi
salah satu tahap rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Daksa. Studi ini bertujuan mengetahui kondisi
faktual pelaksanan pembinaan lanjut yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Daksa. Metode penelitian adalah
diskiptif dengan pendekatan kualitatif. Teknis pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Pembinaan lanjut dilaksanakan dalam bentuk pemantauan untuk melihat perkembangan
fisik, mental dan sosial setelah eks klien kembali ke keluarganya. Pada kegiatan tersebut eks klien dan
keluarganya diberikan motivasi, bimbingan penyusunan proposal, bantuan pengembangan usaha ekonomis
produktif, menghubungkan kebutuhan eks klien dengan sistem sumber. Hasil dari pembinaan lanjut tersebut
dirasakan manfaatnya bagi eks klien maupun keluarganya. Namun demikian masih diperlukan perbaikan-
perbaikan dalam pelaksanaan tindak lanjut, sehingga ke depan akan lebih optimal lagi dalam mewujdukan
eks klien yang mandiri dan produktif.

Kata kunci: disabilitas tubuh, panti sosial, pembinaan lanjut

PENDAHULUAN menggunakan istilah penyandang cacat.


Disabilitas merupakan kata lain yang Disabilitas merupakan istilah yang diberikan
merujuk pada penyandang cacat atau difabel. kepada penyandang cacat sesuai dengan
Pada umumnya masyarakat lebih mudah konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang

122 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
Disabilitas yang telah diratifikasi oleh tubuh (right based), menuntut adanya upaya-
pemerintah Indonesia melalui Undang- upaya kearah pemenuhan hak-hak penyandang
Undang RI Nomor 19 tahun 2011 tentang disabilitas tubuh. Dengan demikian kesamaan
Pengesahan Convention on the Rights of kesempatan bagi seluruh penyandang disabilitas
Persons with Disabiliteis (Konvensi mengenai termasuk penyandang disabilitas tubuh pada
hak-hak penyandang disabilitas). Ratifikasi seluruh aspek kehidupan harus diupayakan dan
ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah diwujudkan.
untuk memajukan, melindungi, dan menjamin
Berdasarkan data Pusdatin Kesos (Pusat
kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial)
bagi semua penyandang disabilitas, serta
Kementerian Sosial, penyandang disabilitas di
penghormatan terhadap martabat penyandang
Indonesia tahun 2009 berjumlah 2.126.785 Jiwa,
disabilitas sebagai bagian yang tidak
sebanyak 33,75 persen merupakan penyandang
terpisahkan (inherent dignity). Undang Undang
disabilitas tubuh. Di provinsi Sumatera Selatan
ini merupakan dasar hukum yang mengatur
terdapat 56.466 jiwa, sedangkan di provinsi
dan mengupayakan penyandang disabilitas
Sulawesi Selatan terdapat 82.170 jiwa (Pusdatin
memperoleh persamaan hak-hak dasar untuk
Kesos Depsos RI,2011). Penyandang disabilitas
hidup bermasyarakat dan juga melaksanakan
ini tersebar diberbagai pelosok kota dan desa
kewajiban-kewajiban sebagai bagian dari
yang belum semuanya terjangkau oleh program
masyarakat.
pelayanan kesejahteraan sosial.
Disabilitas merupakan salah satu
Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) merupakan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
salah satu lembaga kesejahteraan sosial yang
yang cukup kompleks karena berbagai masalah
mempunyai kedudukan sebagai lembaga yang
yang dialaminya. Sebagian masyarakat
melaksanakan kegiatan operasional di bidang
menganggap keberadaan disabilitas sebagai
rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan
sesuatu hal yang merepotkan, aib keluarga,
(sekarang penyandang disabilitas) untuk
biang masalah, hingga kutukan akan sebuah
mempersiapkan mereka agar memiliki berbagai
dosa yang pada akhirnya semakin memojokan
keterampilan dan kesiapan mental, fisik, sosial
mereka dari pergaulan masyarakat. Ada pula
yang dibutuhkan bagi kepentingan hidupnya
yang menganggap mereka adalah sosok yang
secara wajar sebagai warga Negara dan sebagai
dianggap kurang mampu dan membutuhkan
anggota masyarakat. Pelayanan dan rehabilitasi
bantuan.
sosial ini memadukan unsur-unsur pemulihan,
Penyandang Disabilitas Tubuh sebagai pembinaan dan pengembangan secara tuntas
bagian dari masyarakat Indonesia berhak melalui pelayanan akomodasi, bimbingan dan
mendapatkan pemenuhan hak-hak dasarnya pelatihan, kesehatan dan terapi penunjang
dalam bidang kesejahteraan sosial. Melalui lainnya sehingga penyandang disabilitas
program pembangunan kesejahteraan sosial, tubuh dapat melaksanakan fungsi sosialnya
diharapkan tidak seorangpun penyandang dalam kehidupan bermasyarakat. PSBD yang
disabilitas tubuh sebagai warga negara yang merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan
tertinggal dalam proses pembangunan. Kementerian Sosial yang berada dan di bawah
Pergeseran paradigma pelayanan sosial dari dan bertanggung jawab langsung kepada
bentuk amal (charity) kepada upaya-upaya Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas Sosial, yang secara fungsional dibina oleh

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
123
Direktur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mengalami gangguan fungsi tubuh yang
Penyandang cacat. berpengaruh pada mental psikologis mereka.
Hal ini mengakibatkan proses penyesuaian diri
Proses rehabilitasi sosial di Panti Sosial
penyandang disabilitas di masyarakat masih
dilaksanakan berdasarkan profesi pekerjaan
mengalami hambatan. Sampai saat ini informasi
sosial. Menurut Siporin (1975) yang dikutip
yang berkaitan dengan tindak lanjut ini belum
oleh Fahrudin (2002) ada lima tahap pelayanan
tersedia secara memadai, sehingga diperlukan
sosial, yaitu: 1) engagement, intake and
penelitian evaluasi yang memfokuskan pada
contract; 2) assesment; 3) perencanaan; 4)
tindak lanjut bagi eks klien disabilitas.
intervensi; 5) evaluasi dan terminasi. Sedangkan
tahapan (proses) pelaksanaan Rehabilitasi Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi,
sosial Orang Dengan Kecacatan Tubuh Dalam dengan menggunakan metode deskriptif dengan
Panti sesuai pedoman (2010) meliputi: 1) pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
pendekatan awal; 2) penerimaan; 3) penelaahan data yang digunakan yaitu studi dokumentasi,
daan pengungkapan masalah; 4) Rencana observasi dan wawancara. Sebagai informan
penempatan dalam program; 5) bimbingan dalam penelitian ini adalah eks klien PSBD,
fisik, mental, sosial dan keterampilan; 6) keluarganya serta petugas panti sosial. Data
resosialisasi; dan 7) pembinaan lanjut. dan informasi serta keterangan yang sudah
dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dalam
Pembinaan lanjut merupakan tahapan
bentuk deskripsi menggambarkan efektivitas
akhir dari proses rehabilitasi sosial atau
tindak lanjut pasca rehabilitasi sosial di PSBD.
pemulihan, yang ditujukan agar eks klien dapat
beradaptasi dan berperan aktif dalam keluarga PENYANDANG DISABILITAS TUBUH
dan masyarakat. Pembinaan lanjut (aftercare) DAN PERMASALAHANNYA
dilaksanakan setelah proses rehabilitasi sosial
1. Penyandang Disabilitas Tubuh
dalam panti sosial dan terminasi. Pembinaan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997
lanjut merupakan interpretasi dari prinsip-
masih menggunakan penyandang cacat
prinsip pekerjaan sosial yang diberikan kepada
untuk menyebut penyandang disabilitas,
eks klien. Pembinaan lanjut dilaksanakan
yakni setiap orang yang mengalami kelainan
melalui kunjungan rumah atau kunjungan ke
fisik dan mental yang dapat mengganggu
tempat kerja guna menantau perkembangan
atau merupakan rintangan dan hambatan
eks klien, sekaligus membantu mereka agar
baginya untuk melakukan kegiatan secara
kembali beraktivitas di masyarakat, bisa selayaknya. Jenis-jenis kecacatan ini
memanfaatkan keterampilannya yang diperoleh terdiri dari tiga besar, yaitu cacat fisik,
dari panti, dan berintegrasi dengan masyarakat. cacat mental, cacat fisik dan mental (pasal
Pembinaan lanjut ini diperlukan karena 1 ayat 1). Cacat fisik terdiri dari kecacatan
dikawatirkan mereka akan mengalami masalah tubuh, netra dan rungu wicara. Masing-
bahkan sangat mundur kembali setelah kembali masing jenis kecacatan tersebut memiliki
ke masyarakat. karakteristik tersendiri. Demikian juga
dengan permasalahan yang dihadapinya,
Sebagai bagian dari proses rehabilitasi
sehingga menimbulkan kerentanan
sosial, pembinaan lanjut penting dilakukan.
terhadap berbagai hal dalam kehidupannya.
Hal ini didasarkan pada realitas sosial, bahwa
(Departemen Sosial RI. 2009 Pedoman
penyandang disabilitas pada umumnya
advokasi sosial penyandang cacat. Jakarta :

124 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
direktorat pelayanan dan rehabilitasi sosial 2. Permasalahan Penyandang Disabilitas
penyandang cacat). Tubuh
Penyandang disabilitas tubuh adalah Secara intern permasalahan penyandang
seseorang yang mempunyai kelainan tubuh disabilitas tubuh adalah menyangkut
pada alat gerak yang meliputi tulang, jasmani, kejiwaaan, pendidikan, ekonomi
otot dan persendian baik dalam struktur dan penampilan peranan sosial. Menyangkut
atau fungsinya yang dapat mengganggu permasalahan jasmani disabilitas
atau merupakan rintangan dan hambatan tubuh yang diderita seseorang dapat
baginya untuk melakuan kegiatan secara mengakibatkan gangguan kemampuan
selayaknya. Disabilitas tubuh juga disebut fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan
orthopedic dan muskuloskeletal yang berarti atau gerakan yang berhubungan dengan
disabilitas yang ada hubungannyan dengan kegiatan hidup sehari-hari (activity daily
tulang, sendi dan otot. Disabilitas ortopedi living). Menyangkut kejiwaan, dapat
adalah sakit jenis disabilitas, dimana salah menganggu kejiwaan/mental seseorang,
satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, sehingga seseorang menjadi rendah diri
persendian mengalami kelainan (abnormal) atau sebaliknya, menghargai dirinya
sehingga timbul rintangan dalam melakukan terlalu berlebihan, mudah tersinggung,
fungsi gerak (motorik). Terdapat 3 jenis kadang-kadang agresif, pesimistis, labil,
derajat penyandang disabilitas tubuh yakni: sulit untuk mengambil keputusan dan
1) Penyandang disabilitas Tubuh Ringan; sebagainya. Keadaan seperti ini sangat
yakni penyandang disabilitas dimana merugikan, khususnya yang berkenaan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) dengan hubungan antara manusia.
nya tidak memerlukan pertolongan orang Terkait permasalahan pendidikan, sering
lain. Termasuk dalam golongan ini adalah menimbulkan kesulitan khususnya pada
amputasi tangan atau kaki ringan salah satu, anak umur sekolah. Mereka memerlukan
cerebral palcy ringan, layu salah satu kakai, perhatian khusus baik dari orang tua
tangan/ kaki bengkok dan sebagainya. maupun guru di sekolah. Sebagian besar
2) Penyandang disabilitas tubuh Sedang; kesulitan ini juga menyangkut transportasi
yaitu penyandang disabilitas tubuh, dimana antara rumah kediaman ke sekolah,
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah,
nya harus dilatih terlebih dahulu, hingga maupun fasilitas umum lainnya. Terkait
dapat dilakukan sendiri tanpa pertolongan. permasalahan ekonomi, pada umumnya
Termasuk golongan ini adalah Cerebral berada di bawah garis kemiskinan, yang
palcy sedang, amputasi dua tangan atas disebabkan oleh rendahnya pendapatan.
siku, muscle destrophy sedang, scoliosis Tingkat produktivitas yang rendah karena
dan sebagainya. (3) Penyandang disabilitas kelemahan jasmaniah maupun rohaniah
Tubuh Berat; yaitu penyandang disabilitas hingga tidak memiliki keterampilan kerja
tubuh dimana kebutuhan aktivitas hidup (produksi). Sedangkan permasalahan terkait
sehari-hari (ADL) nya selalu memerlukan dengan penampilan peranan sosial, antara
pertolongan orang lain. Termasuk golongan lain ketidakmampuan hubungan antar
ini antara lain: amputasi dua kaki atas lutut perorangan (interpersonal relationship),
dan dua tangan atas siku, cerebral palcy ketidakmapuan di dalam mengambil
berat, layuh dua kaki dan dua tangan, peranan di dalam kegiatan sosial/kelompok
paraplegia berat dan sebagainya. (partisipasi sosial), kecanggungan hubungan

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
125
antar manusia di masyarakat (human terhadap permasalahan penyandang
relation), ketidakmampuan di dalam disabilitas tubuh; 3) Belum meluasnya
mengambil peranan/di dalam kegiatan partisipasi masyarakat di dalam menangani
sosial/kelompok dan ketidakmampuan permasalahan penyandang disabilitas tubuh;
di dalam saling pengaruh mempengaruhi 4) masih lemahnya sementara organisasi
dalam suatu kelompok sosial (interksi sosial yang bergerak di bidang kecacatan di
sosial). dalam melaksanakan operasinya; 5) masih
Terkait dengan permasalahan ada anggapan masyarakat bahwa tenaga
eksternal, penyandang disabilitas tubuh kerja penyandang disabilitas tubuh kurang
mengalami masalah keluarga, masyarakat, potensial dibanding tenaga kerja tidak cacat;
kelompok bermain dan pelayanan umum. 6) pengguna jasa tenaga kerja penyandang
Banyak keluarga yang mempunyai anak disabilitas tubuh umumnya belum
penyandang disabilitas tubuh merasa menyediakan kemudahan/sarana bantu
malu. Akibatnya mereka tidak dimasukkan yang diperlukan; 7) Program pelayanan
sekolah, tidak boleh bergaul dan bermain rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan
dengan teman sebaya, kurang mendapatkan rehabilitasi vokasional yang dilaksanakan
kasih sayang seperti yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat belum
oleh anak-anak pada umumnya, sehingga menjangkau seluruh populasi penyandang
anak tidak dapat berkembang kemampuan disabilitas tubuh; dan 8) masih sangat
dan kepribadiannya, dan menjadi beban terbatasnya aksesibilitas bagi kemandirian
keluarganya. Masyarakat yang memiliki dalam bekerja.
warga penyandang disabilitas tubuh akan Penyandang disabilitas tubuh juga
turut terganggu kehidupannya, selama mengalami kesulitan dalam menemukan
penyandang disabilitas tubuh tersebut kelompok bermain. Mereka membentuk
belum dapat berdiri sendiri dan selalu kelompok khusus yang cenderung menutup
mengantungkan pada orang lain. Dipandang diri dan antar kelompok berkompetisi secara
dari segi ekonomi, sejak seseorang terutama negatif. Sedangkan terkait dengan pelayanan
yang telah dewasa menjadi penyandang umum seperti: sekolah, rumah sakit,
disabilitas tubuh, masyarakat mengalami perkantoran, tempat rekreasi, perhotelan,
kerugian ganda, yaitu kehilangan anggota kantor pos, terminal, telepon umum, bank
yang produktif dan bertambah anggota yang dan tempat lain belum memiliki aksesibilitas
konsumtif, yang berarti menambah beban bagi penyandang disabilitas tubuh.
berat bagi masyarakat. Oleh karena itu
perlu usaha-usaha rehabilitasi yang dapat REHABILITASI SOSIAL BAGI
merubah penyandang disabilitas tubuh DISABILITAS
dari kondisi konsumtif menjadi produktif. Pembinaan lanjut dalam praktik pekerjaan
Disamping itu masih ada sikap dan anggapan sosial cukup penting dalam pencapaian
sebagian anggota masyarakat yang kurang keberhasilan pelayanan, dan merupakan bagian
begitu menguntungkan bagi penyandang dari manajemen kasus. Menurut Maguire dan
disabilitas tubuh, yang antara lain dapat Lambert (2002), manajemen kasus digunakan
digambarkan: 1) Masih adanya sikap yang untuk mengelola, mengkoordinasi, dan
ragu-ragu terhadap kemampuan (potensi) memandu klien melalui serangkaian langkah-
penyandang disabilitas tubuh; 2) sikap masa langkah tertentu di lapangan. Langkah
bodoh di sementara lapisan masyarakat tersebut termasuk antara lain asesmen

126 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
awal yang mendefinisikan masalah dan 2. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
kekuatan, perencanaan, penghubungan dan pembinaan lanjut terhadap eks penerima
pengkoordinasian, pemantauan dan perubahan program pelayanan kesejahteraan sosial
yang mendukung, dan pada akhirnya meringkas melalui bimbingan dan penyuluhan sosial.
serta menyelesaikan melalui terminasi dan 3. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
dilanjut dengan tahap pembinaan lanjut. pembinaan lanjut terhadap eks penerima
program pelayanan kesejahteraan sosial
Pembinaan lanjut tidak boleh lepas dari melalui bimbingan dan pendampingan
prinsip-prinsip yang digunakan dalam memandu secara individual.
aktivitas praktik pekerjaan sosial. Seperti yang 4. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
dikemukakan oleh Sheafor dan Horejsi (2003), pembinaan lanjut terhadap eks penerima
di antaranya: program pelayanan kesejahteraan sosial
1. Seorang pekerja sosial harus dapat melalui koordinasi dengan pihak terkait.
memaksimalkan pemberdayaan kliennya 5. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
2. Seorang pekerja sosial harus terus menerus pembinaan lanjut terhadap eks penerima
melakukan evaluasi terhadap kemajuan dari program pelayanan kesejahteraan sosial
perubahan yang dicapai klien dengan menggali dan mengaitkan dengan
sistem sumber yang tersedia.
3. Seorang pekerja sosial harus
bertanggungjawab kepada lembaga, 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
masyarakat dan profesi pekerjaan sosial. pembinaan lanjut terhadap eks penerima
program pelayanan kesejahteraan sosial
Menurut Woodside dan Mc. Clam (2003), dengan menggali dan mengaitkan dengan
Keberlanjutan pelayanan memiliki dua memberikan bantuan pengembangan usaha.
pengertian: 7. Memantau perkembangan eks penerima
1. Keberlanjutan berarti bahwa pelayanan program pelayanan kesejahteraan sosial
yang diberikan pada klien tidak terputus dalam masyarakat.
dari tahap awal sampai terminasi dan 8. Mengidetifikasi hambatan pelaksanaan
keberlanjutannya. kegiatan bimbingan dan pembinaan lanjut
2. Keberlanjutan pelayanan berarti penyediaan terhadap eks penerima program pelayanan
layanan secara komprehensif. Di dalamnya kesejahteraan sosial.
termasuk intervensi dengan dukungan 9. Memberikan supervisi dalam pelaksanaan
dari lingkungan, memelihara hubungan bimbingan dan pembinaan lanjut terhadap
dengan keluarga klien dan pihak-pihak lain pekerja sosial di bawahnya.
dan jejaring sosial yang menghubungkan
Prinsip pokok dalam kegiatan pembinaan
dengan pelayanan-pelayanan yang ada.
lanjut adalah adalah (1) partisipasi aktif
Berdasarkan prinsip-prinsip pekerjaan keluarga dan masyarakat dalam upaya
sosial, maka bimbingan lanjut dianggap memberikan dukungan eks klien secara wajar
perlu untuk dilakukan. Adapun tahapan dari kepada eks klien; (2) melibatkan eks klien
bimbingan lanjut adalah sebagai berikut: dalam proses pemberdayaan dalam upaya
1. Menyusun rancangan kegiatan bimbingan mencapai kemandirian; dan (3) kerjasama panti
dan pembinaan lanjut terhadap eks penerima sosial sebagai penyelenggara pembinaan lanjut
program pelayanan kesejahteraan sosial. dengan sumber yang relevan dengan kebutuhan
dan permasalahan klien.

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
127
Meskipun pembinaan lanjut merupakan dengan menggali dan mengaitkan dengan
bagian proses rehabilitasi sosial, namun sistem sumber yang tersedia.
ditemukan sejumlah kendala, antara lain: 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
pembinaan lanjut terhadap eks penerima
1. Pembinaan lanjut dipahami hanya sekedar
program pelayanan kesejahteraan sosial
kegiatan monitoring, yang dilakukan dengan
dengan menggali dan mengaitkan dengan
mengunjungi eks klien baik ke keluarganya
memberikan bantuan pengembangan usaha.
maupun ke tempat kerja, dilakukan melalui
pengisian form. 7. Memantau perkembangan eks penerima
program pelayanan kesejahteraan sosial
2. Sejumlah masalah klien yang ditemukan dari
dalam masyarakat.
kunjungan monitoring belum sepenuhnya
dapat ditindaklanjuti. 8. Mengidetifikasi hambatan pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan pembinaan lanjut
3. Mobilitas eks klien panti sosial cukup
terhadap eks penerima program pelayanan
tinggi, tempat tinggal eks klien sering
kesejahteraan sosial.
berpindah-pindah hingga ke luar daerah
sehingga menyulitkan petugas panti sosial 9. Memberikan supervisi dalam pelaksanaan
dalam melakukan pembinaan lanjut. bimbingan dan pembinaan lanjut terhadap
pekerja sosial di bawahnya.
4. Jangkauan pelayanan panti sosial yang
cukup luas, tidak sebanding dengan kondisi Pembinaan lanjut ini memiliki peran penting
SDM dan anggaran yang ada. dalam usaha mengetahui perkembangan eks
Adapun tahapan dari bimbingan lanjut yang klien pasca rehabilitasi sosial. Pembinaan lanjut
dilaksnkan oleh pekerja sosial PSBD sebagai seharusnya dilakukan melalui langkah-langkah
berikut: sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan kegiatan bimbingan 1. Bimbingan peningkatan kehidupan


dan pembinaan lanjut terhadap eks penerima masyarakat dan berperan serta dalam
program pelayanan kesejahteraan sosial. pembangunan. Kegiatan ini diharapkan
memantapkan integrasi eks klien
2. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyandang disabilitas dalam kehidupan
pembinaan lanjut terhadap eks penerima bermasyarakat dan mengikuti kegiatan-
program pelayanan kesejahteraan sosial kegiatan di masyarakat. Melalui kegiatan
melalui bimbingan dan penyuluhan sosial. ini diharapkan penyandang disabilitas
3. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan tubuh tidak rendah diri, merasa aman dan
pembinaan lanjut terhadap eks penerima tidak cepat menyerah. Hal ini diperlukan
program pelayanan kesejahteraan sosial mengingat para penyandang disabilitas tubuh
melalui bimbingan dan pendampingan pada umumnya mempunyai sifat-sifat: rasa
secara individual. rendah diri, kurang percaya diri, mengisolir
4. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan diri, kehidupan emosional yang labil,
pembinaan lanjut terhadap eks penerima dorongan biologis yang cenderung menguat,
program pelayanan kesejahteraan sosial kecenderungan hidup senasib, berperilaku
melalui koordinasi dengan pihak terkait. agresif, ada perasaan tidak aman, cepat
menyerah, apatis dan kekanak-kanakan.
5. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan
pembinaan lanjut terhadap eks penerima 2. Bimbingan pengembangan usaha kerja dan
program pelayanan kesejahteraan sosial bimbingan pemantapan usaha kerja, meliputi:

128 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
a. Bimbingan pengembangan usaha kerja, pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan
kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan keterampilan, resosialisasi, bimbingan lanjut
evaluasi pekerja sosial panti terhadap eks bagi para penyandang cacat tubuh agar mampu
klien. Petugas datang ke lokasi eks klien mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
guna mengidentifikasi masalah-masalah bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan
yang dialami eks klien, yang selanjutnya standar pelayanan, pemberian informasi dan
merupakan bahan evaluasi panti dalam rujukan (Pasal 2 Kepmensos Nomor 106/
menentukan langkah-langkah yang harus
HUK/2009).
dilakukan dalam usaha pengembangan
kerja. Pengembangan usaha ini bisa Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI
diwujudkan dengan bantuan modal Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi
untuk pengembangan usaha atau dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan
menghubungkan dengan sistem sumber Departemen Sosial, PSBD dipimpin oleh
sesuai dengan kebutuhan eks klien
seorag kepala dengan dibantu oleh Kepala Sub
b. Bimbingan pemantapan usaha kerja, Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Program dan
yang ditujukan kepada eks klien yang Advokasi Sosial, Kepala Seksi Rehabilitasi
sudah bekerja atau membuka usaha Sosial dan kelompok jabatan fungsional serta
sendiri. Kegiatan ini bertujuan untuk
koordinator Instalasi Produksi.
memantapkan dan mengembangkan
usaha/kerja secara lebih berdaya guna Sasaran PSBD adalah penyandang disabilitas
dan berhasil guna sehingga eks klien fisik yakni seseorang yang mengalami kelainan
dapat lebih mengembangkan usahanya kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan
sesuai dengan kondisi lingkungannya. organ sehingga mengakibatkan gangguan
Kegiatan ini dilakukan oleh pekerja
fungsi tubuh. Para penyandang disabilitas
sosial atau petugas yang ditunjuk untuk
tubuh ini berusia 17-35 tahun (usia produktif),
melakukan pembinaan kepada klien
tidak mempunyai cacat ganda lainnya, belum
yang sudah bekerja baik membuka usaha
sendiri atau bekerja pada orang lain agar menikah dan bersedia tidak menikah selama
bisa mengembangkan usahanya mengikuti program rehabilitasi sosial, mampu
didik dan mampu latih serta dapat membaca
PROFIL PANTI SOSIAL BINA DAKSA dan menulis.
Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Budi
Pelayanan dan rehabilitasi sosial klien
Perkasa Palembang dan PSBD Wirajaya
meliputi: pelayanan makan, sandang dan asrama,
Makasar merupakan salah satu Unit Pelaksana
pemeliharaan kesehatan, bimbingan fisik,
Teknis di lingkungan Kamenterian Sosial
bimbingan penggunaan alat bantu, bimbingan
yang berada di bawah dan bertanggung
mental, agama, sosial dan keterampilan.
jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pelayana dan Rehabilitasi Sosial, dan secara Uraian tentang kondisi SDM, klien dan
fungsional dibina oleh Direktur Pelayanan dan aktivitasnya di masing-masing PSBD dapat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (sekarang digambarkan sebagai berikut:
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan/
RSODK). Tugas PSBD ini adalah memberikan 1. PSBD Budi Perkasa Palembang
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial Tenaga PSBD Budi Perkasa berdasarkan
yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif data April 2012 berjumlah 75 orang yang
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar meliputi 56 orang pegawai tetap (PNS) dan

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
129
19 orang tenaga honorer. PSBD Budi Perkasa disesuaikan dengan bakat dan minat klien
memiliki 8 orang pekerja sosial, dengan sesuai hasil asesmen, dan setiap klien wajib
latar belakang pendidikan Sarjana (S.Sos) mengikuti salah satu jenis keterampilan.
lulusan STSIP Candradimuka (3 orang), Waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan
S2 STSIP Candradimuka (1orang), sedang keterampilan ini berkisar antara 8 hingga 18
kuiah di STSIP Candradimuka (1 orang) dan bulan sesuai dengan tingkat pendidikan dan
SLA (SLA, SMPS, SPLB sebanyak 2 orang. kemampuan klien. Bimbingan keterampilan
Semua pekerja sosial ini telah memperoleh ini diberikan oleh instruktur dari dalam
sertifikasi sebagai pekerja sosial. Apabila dan luar panti. Pelatihan diberikan secara
dibandingkan dengan jumlah klien, setiap individual karena masuknya tidak sama
pekerja sosial melayani 15 klien. dan kemampuan yang berbeda-beda dengan
Wilayah kerja PSBD Budi Perkasa Sistem kelas. Kegiatan praktek lebih banyak
Palembang meliputi provinsi Sumatera dibandingkan dengan teori; (5) Bimbingan
Selatan, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, kewirausahaan, diberikan oleh pekerja
Lampung, Kepulauan Riau dan Bangka sosial dan instruktur agar klien memiliki
Belitung. Khusus di Provinsi Sumatera jiwa berusaha sehingga diharapkan dapat
Selatan Wilayah kerja PSBD Budi Perkasa mengembangkannya setelah kembali
meliputi 14 kabupaten/kota. Daya tampung ke masyarakat; (6) Biimbingan praktek
klien sebanyak 120 orang dan masa belajar kerja/magang; (7) kegiatan
pelayanan 1 s.d. 2 tahun yang disesuaikan tambahan (ekstrakurikuler) meliputi:
dengan kemampuan klien. latihan kesenian/music, tata boga (masak
Pelayanan dan rehabilitasi sosial di memasak) dan olah raga; (8) Resosialisasi,
PSBD meliputi: (1) Bimbingan mental meliputi: bimbingan sosial kesiapan hidup
meliputi bimbingan agama dan budi pekerti bermasyarakat, bimbingan kesiapan peran
serta kedisiplinan diberikan oleh petugas serta keluarga dan masyarakat, bmbingan
yang berasal dari dalam maupun dari bantuan stimulan usaha ekonomis produktif
panti; (2) Bimbingan sosial oleh pekerja dan rujukan peningkatan keterampilan ke
sosial fungsional diberikan secara individu BBRVBD Cibinong. Rehabilitasi sosial ini
maupun kelompok, meliputi dinamika diakhiri dengan penyaluran dan bimbingan
kelompok, konseling individu, terapi Lanjut, dan terminasi yakni penghentian
individu melalui kelompok sesuai dengan pelayanan bila klien dinyatakan layak untuk
permasalahan klien; (3) Bimbingan fisik dihentikan pelayanan.
meliputi: olah raga yang disesuaikan dengan 2. PSBD Wirajaya Makassar
kondisi fisik klien; fisiotherapy; bimbingan PSBD Wirajaya memiliki 15 orang
pemakaian alat bantu dan penggunaannya, pekerja sosial fungsional, 3 orang di
seperti Ergosykly (sepeda statis) alat untuk antaranya akan memasuki pensiun. Latar
melatih otot kaki dan Rowing Machine belakang pendidikan mereka bervariasi, 8
(alat untuk menguatkan tangan), dengan orang sarjana, 1 orang sarjana muda dan 3
memanfaatkan sarana dan prasarana olah orang SLA. Sedangkan dilihat dari jenjang
raga yang dimiliki PSBD; (4) Bimbingan jabatannya terdapat 5 orang pekerja sosial
keterampilan meliputi: komputer, penjahitan, madya (IVa dan IVb), 4 orang pekerja
las, elektronika, kerajinan wanita, sablon, sosial muda (IIIc dan IIId), 2 orang pekerja
otomotif, pertanian terpadu, salon tata rias sosial penyelia (IIId), dan 1 orang pekerja
dan service handphone. Bimbingan ini sosial pelaksana lanjutan (IIIb). Dilihat dari

130 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
jenjang jabatannya terdapat kesenjangan kepada klien yang belum lancar baca tulis
dimana pekerja sosial madya dan muda lebih yang dilakukan pada awal program sebelum
banyak dibanding dengan pekerja sosial memasuki bimbingan keterampilan; (7)
pelaksana. Mereka terpaksa melaksanakan praktek Belajar Kerja (PBK); dan (8)
pekerjaan sebagai pekerja sosial pelaksana, bimbingan kewirausahaan;
sehingga mengalami kesulitan saat
membuat laporan. Sebagian besar pekerja PELAKSNAAN PEMBINAAN LANJUT
sosial di PSBD juga diperbantukan di seksi DI PSBD
PAS, seksi Rehabilitasi Sosial, Tata Usaha 1. Pemahaman Petugas tentang Pembinaan
dan instruktur keterampilan. Lanjut
PSBD Wirajaya mempunyai kapasitas Pembinaan lanjut oleh sementara
tampung maksimum 210 orang dengan staf PSBD Wirajaya dipahami dengan
jaangkauan wilayah kawasan timur sebutan bimbingan lanjut, yakni kegiatan
Indonesia meliputi: Sulawesi, Maluku, Irian kunjungan rumah atau kunjungan ke tempat
Jaya (Papua), Nusa Tenggara Tenggara dan kerja eks klien dalam rangka memonitor
sebagian Kalimantan atau terdiri dari 15 perkembangan mereka setelah kembali ke
provinsi, 28 kota dan 170 kabupaten. masyarakat. Kegiatan ini merupakan upaya
Sebagaimana PSBD Budi Perkasa, untuk lebih memantapkan kemandirian
pelayanan dan kegiatan rehabilitasi sosial eks klien terutama mereka yang karena
PSBD Wirajaya meliputi: (1) Bimbingan dan berbagai sebab masih tetap memerlukan
pelayanan fisik; bimbingan pemeliharaan bimbingan peningkatan kemampuan
kesehatan diri dan lingkungan, Senam pasca rehabilitasi sosial. PSBD Budi
Kesegaran Jasmani, olah raga, pelayanan Perkasa juga memahaminya sebagai
makan, sandang dan fasilitas tempat tinggal; kegiatan monitoring yang ditujukan untuk
(2) bimbingan penggunaan alat bantu; (3) mengetahui perkembangan klien pasca
bimbingan mental mencakup: bimbingan rehabilitasi sosial. Kunjungan ini tidak
agama dan budi pekerti baik di kelas hanya dilakukan sekali tetapi bisa beberapa
maupun di masjid panti, pelatihan ceramah/ kali sesuai dengan permasalahan eks klien.
pidato, jamaah sholat di masjid bagi muslim, Pelaksana Pembinaan Lanjut di kedua
dan ceramah agama Kristen; (4) bimbingan PSBD adalah Seksi Rehabilitasi Sosial yang
sosial, diberikan dalam upaya memulihkan dikordinasikan dengan Tata Usaha dan Seksi
dan atau menumbuhkembangkan kemauan, Rehabilitasi Sosial. Pelaksanaan pembinaan
kepercayaan diri dan kemampuan lanjut di PSBD Wirajaya melibatkan
klien dalam penyesuaian diri (personal sebagian pekerja sosial fungsional,
adjustment); dan penyesuaian dengan sementaran PSBD Budi Perkasa selain
lingkungan sosialnya (social adjustment); pekerja sosial juga melibatkan instruktur
meliputi bimbingan konsep diri dan atau seksi rehabilitasi sosial.
sosialisasi, bimbingan konseling, bimbingan Tujuan pembinaan lanjut yang dipahami
relasi soial, dan bimbingan integrasi sosial; oleh kedua PSBD adalah (1) memonitor
(5) bimbingan keterampilan kerja terdiri perkembangan eks klien pasca rehabilitasi
dari penjahitan pakaian pria dan wanita, sosial; (2) membantu permasalahan eks
percetakan/sablon, elektronika, automotif, klien dalam usaha meningkatkan perannya
fotografi, tata rias, meubelair (pertukangan dalam kehidupan di masyarakat; (3)
kayu); (6) bimbingan baca tulis, diberikan mengupayakan agar masyarakat, dunia

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
131
usaha dan instansi sosial kabupaten/kota (1) Bimbingan peningkatan kehidupan
berperan dalam pembinaan eks klien; (4) bermasyarakat dan berperan serta dalanm
meningkatkan kemandirian ek klien sesuai pembangunan; (2) Bantuan pengembangan
dengan kemampuannya. Tujuan ini bisa usaha/bimbingan peningkatan keterampilan;
dicapai dengan mengunjungi dan memonitor dan (3) bimbingan pemantapan/ peningkatan
perkembangan eks klien setelah kembali ke usaha.
masyarakat. Secara teknis PSBD Wirajaya juga
Menurut kepala Kepala PSBD, Seksi menyusun Teknis Kegiatan Bimbingan
PAS dan pekerja sosial PSBD Budi Lanjut. Petunjuk teknis ini mengatur
Perkasa, idealnya pembinaan lanjut tentang sasaran, pelaksana, indikator
dilakukan melalui 4 kali kunjungan. keberhasilan dan tahap pelaksanaan yang
Kunjungan pertama ditujukan untuk meliputi: pembentukan panitia, penentuan
melihat perkembangan klien pasca daerah, pengajuan proposal, dana dan
rehabilitasi sosial panti. Melalui kegiatan ini teknis pelaksanaan. Petunjuk teknis ini
diharapkan teridentifikasinya permasalahan masih sederhana karena belum memuat
dan kebutuhan eks klien. Kunjungan pengertian tentang bimbingan lanjut,
kedua ditujukan untuk menindaklanjuti seksi yang bertanggung jawab dalam
permasalahan dan kebutuhan klien. Petugas pelaksanaan bimbingan lanjut apakah
menghubungkan antara kebutuhan eks seksi PAS atau Seksi Rehabilitasi sosial,
klien dengan sistem sumber yang tersedia. siapa saja yang melaksanakan, apakah
Kunjungan ketiga dilakukan dalam upaya semua pejabat struktural dan fungsional
memberikan bantuan pengembangan usaha terlibat, kegiatannya/tugas-tugas yang harus
kepada eks klien. Instruktur berperan dilaksanakan oleh pelaksana lapangan dan
aktif dalam usaha membantu eks klien cara pelaksanannya. Meskipun demikian
mengembangkan usahanya sesuai dengan petunjuk teknis ini bisa dimanfaatkan sebagai
keterampilan yang diperoleh dari panti. pedoman petugas dalam melaksanakan
Kunjungan keempat yakni monitoring pembinaan lanjut.
yang dilakukan oleh pekerja sosial. Jumlah Sedangkan di PSBD Budi Perkasa
kunjungan ini disesuaikan dengan kondisi Palembang tidak secara khusus membuat
eks klien, Bagi eks klien yang dipandang pedoman sendiri, namun mengacu pada
masih memerlukan pembinaan, idealnya pedoman Rehabilitasi Sosial Orang Dengan
pembinaan lanjut dilakukan sebanyak 4 kali Kecacatan Tubuh Dalam Panti yang
untuk setiap eks klien diterbitkan oleh Direktorat Rehabilitasi
Sosial Orang Dengan Kecacatan (RSODK).
2. Pelaksanaan Pembinaan Lanjut
Secara umum pelaksanaan pembinaan Tujuan pembinaan lanjut adalah: 1)
lanjut di kedua PSBD ini mengacu pada terjalinnya komunikasi dan koordinasi
pedoman Rehabilitasi Sosial Orang Dengan PSBD dengan pemerintah daerah/Dinas
Kecacatan Tubuh Dalam Panti yang Sosial; 2) mendapatkan dukungan keluarga
diterbitkan oleh Direktorat Rehabilitasi dan masyarakat lingkungan masyarakat; 3)
Sosial Orang Dengan Kecacatan (RSODK) mengetahui kondisi obyektif klien pasca
Ditjen Resos Kementerian Sosial RI tahun rehabilitasi sosial; dan 3) menggali sumber-
2010. Pedoman ini menjelaskan tentang sumber yang bisa dimanfaatkan untuk
tahap pembinaan lanjut yang meliputi: pengembangan usaha ekonomis produktif
eks klien.

132 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
Penanggung jawab kegiatan pembinaan Sasaran pembinaan lanjut adalah semua
lanjut untuk kedua PSBD ini adalah Kepala eks klien yang berada di wilayah tersebut
seksi Rehabilitasi Sosial, yang dalam tanpa dibatasi tahun berapa eks klien
pelaksanaannya melibatkan pekerja sosial menyelesaikan proses rehabilitasi sosial di
fungsional, seksi rehabilitasi sosial dan PSBD, dengan catatan lokasi tempat tinggal
instruktur. Pelaksanaannya disesuaikan eks klien terjangkau dan belum terminasi.
dengan anggaran yang tersedia, karena Petugas yang melaksanakan kegiatan
anggaran pembinaan lanjut di kedua PSBD ini bisa juga sekaligus melaksanakan
ini sangat terbatas. Keterbatasan anggaran pendekatan awal, dan terminasi. Hal ini juga
ini bisa dicermati di PSBD Wirajaya, yang merupakan upaya yang dilakukan PSBD
dapat dilihat dari persentase anggaran untuk dalam mengatasi hambatan terkait dengan
kegiatan proses rehabilitasi sosial di tahun terbatasnya dana. upaya perkembangan
2011 dan 2012 sebesar + 33 persen dari total eks klien ini, baik di PSBD Budi Perkasa
anggaran PSBD. Persentase anggaran untuk maupun PSBD Wirajaya digunakan
pembinaan lanjut hanya sebesar 0,04 persen instrumen/form pembinaan lanjut yang diisi
(tahun 2011) dan 0,05 persen (tahun 2012) oleh petugas. Form ini berisi identitas eks
dari total anggaran proses rehabilitasi sosial. klien, aktivitas klien setelah kembali ke
Anggaran pembinaan lanjut yang tidak keluarga, kegiatan ekonomi, pemanfaatan
sampai 1 persen mengakibatkan kegiatan keterampilan dan toolkit dari panti, faktor-
ini hanya bisa dilakukan oleh 2-3 orang faktor yang mempengaruhi usahanya,
petugas dengan jangkauan wilayah terbatas, rencana dan harapan di masa depan.
dan tidak sebanding dengan jangkauan Kunjungan dilakukan baik ke tempat usaha
wilayah kerja PSBD. eks klien maupun ke keluarganya. Sasaran
Tidak semua pekerja sosial dilibatkan pembinaan lanjut adalah semua eks klien
dalam kegiatan ini, dan tidak semua eks yang berada di wilayah yang dikunjungi,
klien terjangkau dalam pembinaan lanjut tidak dibatasi tahun kelulusan eks klien,
karena terbatasnya dana PSBD. Petugas yang penting eks klien belum terminasi
dan sasaran lokasi diatur sedemikian rupa Pelaksanaan pembinaan lanjut di kedua
agar setiap tahun bimbingan lanjut dapat PSBD dilakukan melalui langkah-langkah
dilaksanakan dengan melibatkan pekerja sebagai berikut:
sosial secara bergantian. Keterbatasan a. Persiapan
dana ini disikapi oleh PSBD dengan
1) Pembentukan Panitia
mempertimbangkan skala prioritas. Anak
yang memerlukan bimbingan didasarkan Panitia pembinaan lanjut tim
atas evaluasi selama proses pembinaan kerja yang terdiri dari unsur-unsur
di dalam panti dan informasi berbagai Seksi Rehabilitasi Sosial, Seksi
anak/keluarga/tokoh masyarakat setempat Program dan Advokasi Sosial,
tentang kondisi/ perkembangan eks klien Tata Usaha dan pejabat fungsional
meskipun berasal dari pelosok-pelosok pekerja sosial. Tim kerja ini
desa yang kadang sulit terjangkau oleh mengadakan pertemuan-pertemuan
kendaraan umum. Pelaksanaan pembinaan teknis persiapan dan pelaksanaan
lanjut selama 3 hari pulang pergi, dan pembinaan lanjut membahas
setiap petugas diberikan transport, biaya jadwal kegiatan, perlengkapan yang
penginapan dan uang harian. diperlukan, pelaksana pembinaan

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
133
lanjut, pembagian tugas dan teknik Pihak Kepegawaian; (4) Blangko
pelaksanaan. Format Bimbingan Lanjut; (5)
2) Penentuan sasaran peralatan tulis; (6) Tanda Pengenal;
(7) Brosur PSBD; (8) Panduan
Kegiatan ini diawali dengan
Penerimaan Kelayan; (9) Handicam/
identifikasi data eks klien dan
camera ; (10) VCD.
penyebarannya yang dikembalikan
ke keluarganya dalam 2-3 tahun b. Pelaksanaan
terakhir, anggaran yang tersedia, 1) Pemberangkatan tim ke lokasi
lokasi dan jumlah petugas yang mengggunakan kendaraan umum
diperlukan. Data ini dikelompokkan (pesawat, kapal laut atau kendaraan
dalam variabel jenis kelamin, jenis darat) atau kendaraan dinas PSBD
keterampilan yang diikuti, wilayah apabila lokasi pembinaan lanjut
dan tahun keluar, sehingga akan terjangkau
diketahui wilayah mana saja yang 2) Bertemu dengan Dinas sosial
paling banyak eks klien. setempat untuk melapor,
3) Penyusunan proposal/rencana menyelesaikan administrasi
kegiatan dan sekaligus diharapkan dapat
memberikan dukungan. Dalam
Proposal/rencana kegiatan ini
kegiatan ini Dinas Sosial ada yang
terdiri dari latar belakang, tujuan,
memberikan dukungan dengan
sasaran, jumlah petugas yang
memberikan tenaga pendamping,
diperlukan, pejabat yang perlu
namun tidak sedikit petugas PSBD
dilibatkan, dana yang diperlukan harus mencari alamat eks klien
dan jadual kegiatan. Proposal ini tanpa pendamping Dinas Sosial.
diajukan ke kepala PSBD untuk
3) Bertemu dengan klien.
mendapatkan persetujuan.
Petugas mendatangi eks klien
4) Pertemuan yang dihadiri oleh
ke tempat kerjanya atau langsung
kepala seksi Rehabilitasi Sosial,
ke rumahnya sesuai dengan data
kepala seksi Program dan Advokasi
yang ada di PSBD. Tidak jarang
Sosial, tata Usaha dan Pekerja
Sosial Fungsional ditentukan petugas mengalami berbagai
lokasi/wilayah yang menjadi kendala seperti lokasi tempat
sasaran pembinaan lanjut. Wilayah tinggal eks klien terpencil yang
yang dikunjungi didasarkan atas tidak terjangkau oleh kendaraan
pertimbangan kondisi eks klien umum, klien sudah pindah/kontrak
yang dilihat dari perkembangan ke daerah lain, dan alamat yang
selama proses rehabilitasi sosial, tidak sesuai dengan data yang ada
dan pertimbangan anggaran yang di PSBD. Meskipun demikian
tersedia petugas berusaha menemukan eks
5) Menyiapkan perlengkapan klien dengan menghubungi camat,
administrasi, terdiri dari: (1) Surat kepala desa, Karang Taruna dan
Pemberitahuan ke Dinas Sosial; tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
.(2) SPPD dan Surat Tugas; (3) Upaya menggali berbagai Informasi
Penyampaian informasi kepada tentang perkembangan eks klien

134 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
ini dilakukan melalui wawancara, 1. Jumlah eks Klien yang Sudah Menjalani
diskusi, konsultasi dan pengamatan Pembinaan Lanjut
kondisi eks klien dan lingkungannya Salah satu ciri penyandang disabilitas
dan perkembangan saat ini sesuai adalah merasa rendah diri karena
dengan form isian pembinaan lanjut kecacatannya, sehingga jarang bergaul
4) Bertemu dengan tokoh masyarakat dengan orang-orang di sekelilingnya.
sekitar tempat tinggal eks klien Secara emosi, lebih sensitif perasaanya,
untuk mendapatkan informasi mudah tersinggung dan sering meratapi
tentang perkembangan eks kekurangannya. Selama proses rehabilitasi
klien pasca rehabilitasi sosial di sosial dalam panti memungkinkan
PSBD, sekaligus mendiskusikan para penyandang disabilitas banyak
permasalahan yang dihadapi eks mengalami perubahan, namun tidak
klien tertutup kemungkinan setelah kembali ke
5) Bila dirasakan cukup petugas masyarakat mengalami masalah, sehingga
bisa langsung kembali ke PSBD pembinaan lanjut diperlukan.
atau bertemu dengan Dinas Sosial
setempat untuk mendiskusikan PSBD cukup berhasil dalam
berbagai masalah eks klien. melaksanakan program rehabilitasi sosial
Terbatasnya waktu dan anggaran dalam panti, karena dukungan sarana
yang diberikan tidak jarang petugas prasarana, SDM dan anggaran APBN.
langsung kembali ke PSBD, dan Masa rehabilitasi sosial klien dalam panti
laporan ke Dinas Sosial melakukan ini berlangsung antara 1 – 2 tahun, yang
melalui telpun. disesuaikan dengan kemampuan mereka
c. Pelaporan dalam menyerap keterampilan yang
Laporan hasil pembinaan lanjut diberikan PSBD. Namun demikian pasca
dibuat sesuai dengan format yang rehabilitasi sosial, keberhasilan kien sangat
telah ditentukan dan merupakan bahan tergantung dari kondisi lingkungan keluarga
pertimbangan untuk menentukan dan masyarakat
langkah selanjutnya, menjadi dokumen Pembinaan lanjut merupakan salah satu
PSBD, dan bahan evaluasi pembinaan proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakan
lanjut.
oleh PSBD. Sesuai dengan anggaran yang
KONDISI PENYANDANG DISABILITAS ada PSBD hanya mampu melaksanakan
pembinaan lanjut dengan sasaran eks klien
Pembahasan ini akan difokuskan pada
dan lokasi yang terbatas dan tidak sebanding
(1) jumlah eks klien yang sudah menjalani
dengan luasnya jangkauan wilayah kerja
pembinaan lanjut dan kondisi mereka pada
PSBD sebagaimana tabel berikut:
umumnya berdasarkan informasi dari pekerja
sosial dan petugas PSBD lainnya; (2) profil Tabel 1: Pelaksanaan Pembinaan Lanjut di PSBD
klien berdasarkan studi kasus terhadap 10 eks 2010-2011
klien dan faktor-faktor yang berpengaruh. PSBD Budi PSBD Wirajaya
Tahun
Perkasa (orang) (orang)
2010 66 35
2011 37 26
Sumber: PSBD Budi Perkasa dan PSBD Wirajaya

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
135
Dibandingkan dengan eks klien yang reparasi HP, warung, rental computer,
dikembalikan kepada keluarganya, sesuai reparasi sepeda motor dan menjahit.
informasi yang diperoleh melalui FGD, d. Ada perusahaan yang yang memberikan
pembinaan lanjut hanya bisa dilaksanakan kesempatan eks klien untuk bekertja di
antara 30 persen - 35 persen dari jumlah perusahannya, seperti konveksi, bengkel
eks klien yang telah lulus/dikembalikan ke sepeda motor, service elektronika.
keluarganya. Hasil pembinaan lanjut yang Sementara Pertamina di Sumatera
dilaksanakan oleh PSBD Budi Perkasa dan Selatan juga memberikan bantuan mesin
PSBD Wirajaya yang dilakukan oleh pekerja jahit, setelah salah seorang eks klien
sosial atau petugas lain yang ditunjuk oleh mengajukan proposal ke perusahaan
pimpinan panti, diperoleh informasi sebagai tersebut.
berikut: e. Sebagian besar Instansi sosial
provinsi/kabupaten belum berperan
a. Pada umumnya eks klien telah dalam pemberdayaan eks klien pasca
kembali kekeluarganya dan mampu
rehabilitasi sosial di PSBD.
berperan dalam kehidupan masyarakat
serta mengikuti kegiatan-kegiatan di 2. Kondisi eks klien
masyarakat. Para penyandang disabilitas Berdasarkan studi kasus terhadap 10
tubuh ini sudah tidak terlihat merasa eks klien PSBD Budi Perkasa Palembang
rendah diri, merasa aman dan tidak dan PSBD Wirajaya Makassar diperoleh
cepat menyerah. Hal ini berbeda dengan
gambaran sebagai berikut:
kondisi sebelumnya yang pada umumnya
mempunyai sifat-sifat: rasa rendah diri, a. Perubahan sikap mental eks klien
kurang percaya diri, mengisolir diri, Perubahan sikap mental eks klien
kehidupan emosional yang labil ditunjukkan oleh eks klien penyandang
b. Mayoritas tingkat pendidikan formal eks disabiitas tubuh yang mempunyai
klien hanya SD bahkan ada yang tidak semangat tinggi, tidak mudah putus
tamat SD. Bimbingan fisik, penggunaan asa dan pantang menyerah. Semangat
alat bantu, mental, agama, sosial, dan pantang menyerah ini dibuktikan saat
keterampilan dalam upaya memberikan salah seorang eks klien ini mengajukan
bekal usaha ekonomis produktif bisa proposal untuk mendapatkan bantuan
dimanfaatkan setelah kembali ke peralatan/perlengkapan jahit ke salah
keluarga/masyarakat, baik usaha sendiri satu instansi setempat, namun setelah
maupun bekerja pada orang lain. Namun dirasakan lambat, ia mengajukan
ada pula eks klien yang belum bisa permohonan bantuan langsung ke
memanfaatkan keterampilannya yang Walikota yang akhirnya memberikan
diperoleh dari panti, karena kondisi bantuan mesin over deg senilai Rp.
ekonomi keluarga yang berpengaruh 5.000.000,- Demikian juga seorang
pada eksistensi klien di tengah-tengah penyandang disabilitas yang membuka
keluarga/masyarakat. usaha dengan dukungan orang tuanya.
c. Sebagian keluarga juga memberikan Sementara kasus 6 eks klien wanita
dukungan kepada eks klien terutama asal Sulsel, NTB dan NTT mengikuti
keluarga yang mampu dengan keterampilan menjahit selama 2 tahun
menyediakan fasilitas tempat usaha untuk di PSBD Wirajaya, yang sempat pulang

136 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
ke daerah asalnya, mereka kembali ke sepeda motor, salon dan penjahitan.
Makassar dan bekerja di pengusaha Mereka berharap suatu hari nanti bila
Modis Makassar. Selain menerima sudah memperoleh pengalaman dan
upah, fasilitas tempat tinggal dan tabungan yang cukup akan membuka
makan, mereka diajarkan keterampilan usaha sendiri di daerah asalnya. Hal
membordir dan membuat payet (motek- ini menunjukkan para penyandang
motek). Perusahaan juga memberikan disabilitas tubuh mempunyai keinginan
kesempatan untuk mengembangkan untuk hidup mandiri dan tidak tergantung
keterampilannya sehingga kelak bisa pada orang lain.
membuka usaha sendiri. Saat ini Meskipun banyak eks klien penyandang
mereka merasa sudah ada perubahan, disabiitas tubuh yang cukup berhasil dan
yang sebelumnya merasa rendah
terdapat perubahan sikap mental dan
diri, malu, kurang percaya diri, tidak
keberfungsian mereka, namun dari studi ini
mau bergaul, menyendiri dan tidak
juga terlihat masih ada yang belum berhasil.
pernah keluar rumah, namun saat ini
Kasus seorang wanita yang mengikuti
mereka lebih percaya diri. Dalam hal
keterampilan menjahit di PSBD, yang
aktivitas di masyarakat, ada seorang
hanya sampai kelas IV SD dan orang tuanya
klien yang duduk sebagai pengurus
bekerja sebagai buruh. Pasca rehabilitasi
wanita penyandang disabilitas tubuh di
daerahnya, dan aktif memperjuangkan sosial sifat pemalu dan rendah diri masih
hak-hak penyanfdang disabilitas tubuh cukup nampak, yang mendapat bantuan
khususnya wanita di wilayahnya. pinjaman mesin jahit dari keluarganya
untuk menerima jahitan dari warga sekitar
b. Keberfungsian sosial eks klien
Usaha ini nampak tidak berkembang
Kegiatan rehabilitasi sosial PSBD karena disamping kondisi lingkungan, juga
berpengaruh positip terhadap eksistensi kemampuan klien dalam bidang penjahitan
penyandang disabilitas tubuh di
masih terbatas. Warga masih menganggap
masyarakat. Mereka lebih mandiri yang
hanya mampu menambal dan memperbaiki
ditunjukkan kemampuan penyandang
pakaian yang rusak. Kasus lainnya dialami
disabiitas tubuh dalam bekerja untuk
oleh penyandang disabilitas tubuh laki-
memenuhi kebutuhan ekonomi. Mereka
laki yang kedua kakinya polio melitis,
berusaha untuk tidak tergantung pada
sehingga harus menggunakan dua tongkat
orang lain, dengan memanfaatkan
saat berjalan. Selama mengikuti kegiatan di
keterampilan yang diperoleh dari PSBD
untuk bekerja, baik membuka usaha PSBD tidak mempunyai prestasi menonjol.
sendiri maupun bekerja pada orang Latar belakang pendidikan yang hanya
lain. Membuka usaha rental computer, tamat SMP dan kehidupan sehari-harinya
penjualan pulsa dan asesoris HP yang yang lebih banyak mengamen di jalan
merangkap penjualan barang kelontong, sebelum masuk panti,. Saat ini ia membuka
reparasi HP, dan reparasi elektronik reparasi elektronika dengan memanfaatkan
merupakan kegiatan para penyandang rumah milik kakaknya sebagai bengkel
disabilitas tubuh pasca rehabilitasi kerja. Usaha ini belum sepenuhnya berhasil
sosial di PSBD. Sedangkan penyandang karena sarana dan prasarana kerja masih
disabilitas tubuh yang bekerja pada terbatas dan mayoritas konsumen berasal
orang lain di antaranya sebagai teknisi dari golongan ekonomi lemah.

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
137
Pada dasarnya pendidikan/pelatihan petugas PSBD yang menyatakan tingkat
keterampilan dimaksudkan guna pendidikan eks klien PSBD sebagian
mempersiapkan tenaga kerja sebelum besar adalah SD dan bahkan ada yang
memasuki lapangan pekerjaan, agar tidak sekolah sehingga berpengaruh
pengetahuan dan keterampilan yang pada lamanya waktu proses rehabilitasi
diperoleh sesuai dengan syaarat yang sosial di PSBD. Diperlukan materi
dikehendaki oleh suatu jenis pekerjaan. tambahan baca tulis dahulu sebelum
Menurut Kartini Kartono, 1984 (Menyiapkan materi keterampilan, sehingga proses
dan Memandu Karier, 1984, Jakarta: Pusat rehabilitasi sosial mereka lebih lama.
Bimbingan UNIKA), faktor yang diduga Mereka syang berpendidikan SLTA juga
dapat mempengaruhi kesiapan kerja lebih eksis di masyarakat dibanding
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor dengan merteka yang berpendidikan SD
internal meliputi: kecerdasan (kemampuan dan SLTA.
akademis), keterampilan dan kecakapan, 2) Keberhasilan mereka didukung oleh
bakat dan minat, motivasi, kemampuan bakat dan minat serta motivasi yang
dan kepribadian, cita-cita dan tujuan tinggi untuk maju. Disabilitas tubuh
dalam bekerja. Faktor eksternal meliputi bukan merupakan halangan untuk maju,
mereka berusaha mendayagunakan hasil
lingkungan keluarga dan lingkungan tempat
dari rehabilitasi sosial yang diperoleh
bekerja.
selama mengikuti kegiatan di PSBD.
Selain itu faktor minat juga Eks klien yang memiliki karakteristik
mempengaruhi motivasi seseorang rendah diri, latar belakang pendidikan
untuk bekerja. Kemampuan akademis, rendah, dan penyandang disabilitas tubuh
kematangan, pengalaman, keadaan mental berat berpengaruh pada keberfungsian klien
dan emosi serta minat kerja ini diduga dapat di tengah-tengah keluarga dan lingkungan
mempengaruhi seseotrang memasuki dunia masyarakat
kerja.
Sedangkan faktor eksternal yang
Berdasarkan studi terhadap 10 eks klien berpengaruh pada eksistensi eks klien
penyandang disabilitas tubuh dari kedua penyandang disabilitas tubuh berdasarkan
PSBD ini, teridentifikasi faktor-faktor yang studi ini antara lain:
mempengaruhi perubahan sikap mental dan
keberfungsiaan mereka berasal dari faktor 1) Dukungan orang tua
internal dan faktor eksternal. Faktor internal Studi ini juga menunjukkan bahwa
berasal dari dalam diri eks klien penyandang dukungan orang tua berpengaruh pada
disabilitas tubuh, antara lain: eksistensi klien di masyarakat. Bentuk
dukungan ini berupa pemberian motivasi
1) Tingkat pendidikan formal penyandang dan semangat dari keluarga dan fasilitas
disabilitas tubuh untuk kegiatan usaha ekonomi. Eks
Studi ini menunjukkan bahwa pola klien yang memperoeh dukungan moral
pikir dan sikap mental eks klien yang dan fasilitas usaha berasal dari keluarga
berpendidikan SLTA cenderung lebih ekonomi yang cukup baik, sebaliknya
baik dibanding dengan mereka yang mereka yang tidak memperoleh
hanya berpendidikan SD dan SLTP. dukungan disebabkan oleh terbatasnya
Hal ini didukung oleh informasi dari kemampuan sosial ekonomi keluarga

138 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
sehingga berpengaruh pada eksistensi pengajuan bantuan pengembangan usaha
eks klien di masyarakat. ekonomis produktif, monitor lanjutan bagi eks
2) Lingkungan masyarakat klien yaang menerima bantuaan pengembangan
Meskipun secara fisik eks usaha ekonomis produktif, menghubungkan
klien memiliki tubuh yang kurang antara kebutuhan eks klien dengan sistem
sempurna, namun dukungan keluarga sumber yang relevan. Kegiatan ini dilaksanakan
dan penerimaan masyarakat mampu oleh pekerja sosial, seksi Program dan Advokasi
merubah eks klien menjadi lebih Sosial (PAS), Seksi Rehabilitasi Sosial PSBD.
baik dibanding sebelum masuk panti.
Proses pembinaan lanjut diawali dengan
Sebaliknya lingkungan keluarga dan
persiapan, dilanjutkan dengan pelaksanaan dan
masyarakat yang kurang mendukung
laporan. Tahap persiapan meliputi identifikasi
juga mengakibatkan eks klien sulit
dan pengelompokan data eks klien sesuai
berkembang. Studi ini menunjukkan
wilayah tempat tinggalnya, penyusunan
bahwa bantuan orang tua dan
banyaknya masyarakat yang datang proposal, pertemuan tim pembinaan
untuk reparasi HP, salon kecantikan, lanjut, menyiapkan form dan kelengkapan
penjahitan, computer membuktikan administrasi. Tahap pelaksanaan meliputi
kepercayaan masyarakat terhadap pemberangkatan tim ke lokasi, koordinasi
usaha ekonomi klien. Pengusaha yang dengan instansi sosial setempat, pertemuan
memberikan kesempatan eks klien juga dengan eks klien dan keluarganya dalam
merupakan kepercayaan masyarakat rangka memperoeh informasi perkembangan
akan kemampuan eks klien. Sebaliknya fisik, mental dan sosial, bimbingan motivasi
mereka yang belum berhasil disebabkan sesuai permasalahan eks klien, bertemu dengan
kondisi lingkungan yang merupakan tokoh masyarakat setempat untuk membahas
hambatan klien untuk mengembangkan permasalahan yang dihadapi eks kien dan
usahanya. kembali ke PSBD. Kegiatan ini diakhiri dengan
laporan hasil pembinaan lanjut.
KESIMPULAN DAN EKOMENDASI
Pembinaan lanjut merupakan salah satu Pada aspek mental sosial, secara umum
proses rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina kondisi eks klien PSBD berdasarkan studi
Daksa (PSBD) yang dilaksanakan setelah eks kasus eks klien menunjukkan tumbuhnya
klien kembali ke keluarganya. Baik di PSBD kepercayaan diri, yang sebelumnya merasa
Budi Perkasa Palembang maupun di PSBD rendah diri, malu, kurang percaya diri, tidak
Wirajaya Makasar, kegiatan pembinaan lanjut mau bergaul, menyendiri dan tidak pernah
lebih mencerminkan monitoring untuk melihat keluar rumah klien. Secara kualitatif kondisi
perkembangan fisik, mental dan sosial eks ini menunjukkan ada pengaruh positip
klien setelah kembali ke keluarga. Kegiatan proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakan
ini dilakukan melalui kunjungan eks klien oleh PSBD terhadap keberfungsian klien di
ke tempat usahanya atau ke keluarganya. masyarakat. Faktor internal terkait dengan
Bentuk kegiatannya meliputi: pengisian form kondisi eks klien seperti jenis kecacatan dan
perkembangan eks klien pasca rehabilitasi latar belakang pendidikan formal, dan faktor
sosial, motivasi kepada eks klien dan eksternal terkait dengan kondisi keluarga dan
keluarganya, bimbingan penyusunan proposal masyarakat menentukan keberhasilan eks klien,
dukungan keluarga menjadikan eks klien lebih

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
139
percaya diri dalam beraktivitas baik dalam instansi sosial untuk ikut memantau
upaya mengembangkan usaha ekonomi sesuai perkembangan klien.
keterampilan yang dimiliki maupun aktivitas c. Kunjungan ketiga, memantau
di masyarakat. Sebaliknya kurang berhasilnya perkembangan eks klien setelah
eks klien dalam studi kasus ini disebabkan oleh memperoleh bantuan pengembangan
kurangnya kepercayaan diri mereka, kondisi usaha ekonomis produktif, memberikan
sosial ekonomi keluarga dan dan kondisi motivasi baik kepada eks klien maupun
masyarakat. keluarganya.
d. Kunjungan keempat, bila dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan mengingat kunjungan keempat eks kien dinilai
pentingnya pembinaan lanjut sebagai proses sudah mandiri makan dapat dilakukan
rehabilitasi sosial di PSBD, direkomendasikan: terminasi
1. Pembinaan lanjut diakomodasi dalam pross 4. Mengingat luasnya jangkauan wilayah kerja
perencanaan dan anggaran yang memadai. dan keterbatasan PSBD, keterlibatan istansi
2. Sasaran pembinaan lanjut adalah semua sosial kabupaten/kota sangat diperlukan
eks klien, sehingga dapat diketahui dalam :
perkembangannya, dan sekaligus melakukan a. Memantau perkembangan eks klien
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan yang berada di wilayahnya
dalam upaya mengatasi hambatan tersebut. b. Memberikan bantuan pengembangan
3. Pelaksanaan pembinaan lanjut dilakukan usaha eks klien
sesuai perkembangan eks klien penyandang c. Koordinasi dengan PSBD dalam upaya
disabilitas, melalui tahap-tahap: mengatasi permasalahan eks klien.
a. Kunjungan pertama, ditujukan ***
untuk monitoring atau memantau
perkembangan eks klien setelah kembali
ke keluarganya, baik fisik, mental, DAFTAR PUSTAKA
sosial maupun usaha ekonominya, Astuti, M. (2010). Penelitian tentang Rehabilitasi
mengidentifikasi kebutuhan dan Sosial Tunagrahita Melalui PSBG Grahita:
permasalahaan eks klien. Bila Studi Kasus di PSBG Ciungwanara Bogor,.
Jakarta: P3KS Press.
diketemukan perlu pengembangan
usaha, eks klien menyusun proposal Astuti, M. (2010). Penelitian Pola Asuh Dalam
(dengan bimbingan pekerja sosial) Keluarga,. Jakarta: P3KS Press.
untuk pengembangan usahanya. Hasil
Djuwita, E. (2003). Memilih dan Mencari kerja
monitoring ini perlu dibuat laporan Sesuai Dengan Bakat dan Kepribadian.
untuk bahan evaluasi dan diskusi Jakarta: Kawan Pustaka
dengan sesama pekerja sosial PSBD dan
menentukan langkah selanjutnya Fahrudin, A. (2002). Kerja sosial dan isu-isu
terpilih. Sabah: Universiti Malaysia.
b. Kunjungan kedua, menindaklanjuti
temuan hasil monitoring yang Fahrudin, A. (2011). Kesejahteraan Sosial. Sebuah
dilakukan tahap pertama. Kegiatan yang Pengantar. Jakarta: P3KS Press.
dilakukan adalah memberikan bantuan Hikmat, H. Membangun Kebijakan Sosial,
pengembangan usaha sesuai kebutuhan, Perumusan, Mekanisme dan Faktor yang
menghubungi tokoh masyarakat dan Mempengaruhi. Makalah yang disampaikan
pada acara penyusunan naskah kebijakan

140 SOSIO KONSEPSIA Vol. 3, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2014
tanggal 30 Oktober 2012 di Hotel Cipta 2 Mu’tadi, Z. (2002). Kemandirian Sebagai
Jakarta. Kebutuhan Psikhologis Remaja, dalam
http//daffonmuslimah.multiply.com
---------, Harry Hikmat. Analisi Kebijakan
Pengembangan Panti Sosial dalam http:// Rubin, A. &. (2008). Research method in sosial
isearch.babylon. com/ work. (6th ed.). California: Brooks Cole
Publishing Company.
Hepworth, D. R. (2001). Direct sosial work
practice: Theory and Skill (6th ed). Pacific Rubin, R. W. (2005, 2008). Evaluating sosial work
Grove,CA:Brooks/Cole Publishing. services and programs. Boston: Pearson.

Kartono, K, (1984). Menyiapkan dan Memandu Sheafor, B. a. (2003). Technique and Guidelines
Karier. Jakarta: Pusat Bimbingan UNIKA for Sosial Work Practice (6th ed.). Boston:
Allyn and Bacon.
Kementerian Sosial. (2004). Keputusan Menteri
Sosial Nomor: 50/HUK/2004 tentang Sheafor, S. (2003, 1975). Introduction to Sosial
Standardisasi Panti Sosial. Jakarta: Badan Work Practice. New York. Mac Millan. .
Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan New York: Mac Millan.
Sosial.
Soetarso. (1980). Praktek Pekerjaan Sosial dalam
----------. (2002). Profil Pembangunan Kesejahteraan Pembangunan Masyarakat. Bandung:
Sosial. Jakarta: Pusdatin Kessos. KOPMA STKS.

---------. (2009). Undang-Undang Nomor 11 tahun Suharto, E. (2006). Pembangunan, Kebijakan Sosial
2009 tentang Kesejahteraan Sosial. dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran.
Bandung: LSP Press.
---------. (2009). Rencana Strategis (RENSTRA)
2010-2014. Jakarta: Dirjen Yanrehsos Sukoco, D. H. (1991). Profesi Pekerjaan Sosial dan
Departemen Sosial. Proses Pertolongan. Bandung: STKS.

---------. (2011). Pedoman Penyusunan Analisis Wirawan. (2011). Evaluasi, teori, model, standar
Kebijakan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: aplikasi, dan profesi. Jakarta: Rajawali.
Biro Perencanaan Kementerian Sosial.
Woodside, M. d. (2003). Generalist Case
---------. (2004). Isu-Isu Tematik Pembangunan management. A method of human service
Sosial – Konsepsi dan Strategi. Jakarta: delivery (2rd ed.). Pasific Grove,CA:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Brooks/Cole Thomson Learning .

Lambert, M. D. (2002). Clinical Cocial Work Beyond Widodo, N. (2011). Evaluasi Program Perlindungan
Generalist Practice with Individuals, Groups Anak Melalui RPSA. Jakarta: P3KS Press.
dan Families. London: Brooks/Cole.
Widodo, N. (2009). Studi Pelayanan Sosial Remaja
Martin, F. (2011). Improving Child Protection Putus Sekolah Terlantar Melalui PSBR.
Responses in Indonesia: Learning from the Jakarta: P3KS Press.
Protection Homes for Children (RPSAs).
Jakarta: Save The Children. Widodo, N. (2012). Evaluasi Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial;
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Pembinaan lanjut (After care Services)
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pasca Rehabilitasi Sosial. Jakarta: P3KS
Offset. Press
Mulyono. (2009, Mei 13). http:// Penelitian-
evaluasi-kebijakan. Retrieved Maret 2012,
2012, from Mulyono. 2009. Penelitian
Evaluasi Kebijakan.

Pembinaan Lanjut Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di


Palembang dan Makassar, Halaman: 122 - 141
141

You might also like