You are on page 1of 8

Jurnal Biologi Tropis

Original Research Paper

Components of Rice Field Ecosystems as a Source of Biology in High


School in Dompu District in 2020

Ulfin Juwita 1*, Agil Al Idrus 1, Mahrus 1


1
Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Mataram University,
Indonesia;

Article History Abstract: Rice fields as an ecosystem have two main components, namely
Received : January 20th, 2022 abiotic and biotic with the main function of ensuring the survival of
Revised : February 23th, 2022 organisms and creating a balanced ecosystem. Ecosystem components in an
Accepted : March 07th, 2022 environment can be used as a source of learning Biology. This study aims
to find out what are the components of the rice field ecosystem in Indonesia
Dompu Regency and assess the characteristics or criteria of ecosystem
*Corresponding Author: components rice fields as a source of high school biology learning in
Ulfin Juwita, Dompu Regency with refers to the 2013 curriculum. This type of research
Biology Education Study Program, is descriptive exploratory. This research was conducted in Kempo Village,
Faculty of Teacher Training and
Dompu Regency at 4 points sampling, namely: transect 1 (North), transect
Education, Mataram University,
Indonesia; 2 (West), transect 3 (South) and transect 4 (East). The sampling technique
Email: ulfinjuwita126@gmail.com uses the method square. Collecting data using observation sheets and
documentation. The results showed that the biotic component consisted of
15 species and 20192 individuals and the number of abiotic components as
many as 5 environmental factors. Mark the average learning resource
criteria (𝑋 ) for all transects is 3.4 (Category Very Meets the Criteria (SMK)
learning resources). Research result concluded that the biotic component
consisted of 15 species including Paddy (Oryza sativa), Bamboo grass
(Lophatherum gracile), grinting grass (Cynodon dactylon), Patikan kebo
(Euphorbia hirta), Earrings (Acalypha australis), Meniran (Phyllanthus
urinaria), Urang-aring (Eclipta prostrata), Beluntas (Pluchea indica), Jotang
horse (Synedrella nodiflora L.), Ciplukan (Physalis angulata L.), Cucumber
(Coccinia grandis), Purslane (Portulaca oleracecea L.), Basil (Ocimum
sanctum), Koksi beetle (Epilachna admirabilis) and earthworms
(Lumbricus rubellus), while the components of Abiotic consists of 5
elements including temperature, humidity, pH of water, water and soil. The
components of the rice field ecosystem in Dompu Regency can be used as
high school biology learning resources in the sub-material component of
the curriculum ecosystem 2013 with an average value of 3.4 learning
resource criteria.

Keywords: Dompu District;ecosystem components; learning resources

Pendahuluan sekitar persawahan. Hal ini dikarenakan, aliran


nutrisi juga berdampak pada lingkungan sekitar
Sawah merupakan ekosistem buatan sehingga memacu pertumbuhan rumput liar
terdiri atas komponen abiotik dan biotik maupun semak-semak, terdapat juga hewan
(Aminatun et al., 2014). Komponen biotik seperti serangga. Pada ekosistem sawah
ekosistem sawah terdiri atas padi, dan tumbuhan komponen biotik dapat dibedakan menjadi
semak belukar yang ikut tumbuh bersama dengan tumbuhan primer yaitu tumbuhan yang sengaja
padi. Semak belukar tumbuh di area kosong ditanam, contohnya: padi. Tumbuhan sekunder
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 © 2022 The Author(s). This article is open access
International License.
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

yaitu tumbuhan liar yang ikut tumbuh bersama mengembangkan pembelajaran maupun LKS
tanaman padi, contohnya: semak-semak. Hewan biologi yang berbasis potensi lokal. Ahli lainnya
yang terdapat pada ekosistem sawah, contohnya: menyatakan bahwa sistem persekolahan hanya
serangga (Aminatun, 2009). Komponen abiotik “mentransfer” kepada peserta didik, yang disebut
pada ekosistem sawah berupa tanah dan air sebagai pengetahuan yang terlalu berpusat pada
(Sutriyono et al., 2009). buku (Hasanah et al., 2018). Kenyataan di
Kabupaten Dompu merupakan salah satu sekolah, siswa hanya menerima pelajaran yang
kabupaten yang berada di Provinsi NTB yang diberikan oleh guru sebagai satu-satunya sumber.
memiliki area persawahan seluas 25.906 ha Walaupun digunakan juga sumber belajar lain
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu, 2017). seperti buku teks. Namun, lingkungan sebagai
Area persawahan di Kabupaten Dompu sumber belajar merupakan potensi yang cukup
merupakan area yang ditanami padi, sehingga besar membantu siswa dalam meningkatkan
memungkinkan adanya komponen ekosistem kreativitas dan pemahaman siswa pada konsep-
yang terbentuk. konsep yang terdapat pada mata pelajaran
Komponen ekosistem pada suatu lingkungan khususnya biologi (Pana, 2020). Penelitian
dapat digunakan sebagai sumber belajar Biologi. pernah dilakukan oleh Susilo (2014) melaporkan
Pemilihan sumber belajar yang berkualitas akan komponen abiotik terdiri atas sinar matahari,
sangat bermakna dan bermanfaat dalam batu, tanah, air, suhu dan kelembaban.
pencapaian tujuan pembelajaran yaitu Komponen biotik terdiri atas padi, rumput gajah,
memberikan pemahaman yang mendalam petai cina, burung dan keong mas di wilayah
terhadap peserta didik mengenai konsep-konsep gunung Puyuh Kabupaten Bantul. Hasil
sains yang relevan dan sesuai dengan pendekatan penemuan tersebut ditelaah dan memenuhi
saintifik (Cholvistaria dan Widowati, 2020). persyaratan sumber belajar.
Area persawahan di Kabupaten Dompu cukup Penelitian ini bertujuan untuk
luas, sehingga memungkinkan dapat mengetahui apa saja komponen ekosistem sawah
dimanfaatkan sebagai sumber belajar Biologi di Kabupaten Dompu dan menilai karakteristik
SMA pada sub materi komponen ekosistem atau kriteria komponen ekosistem sawah sebagai
berdasarkan Kurikulum 2013. sumber belajar Biologi SMA di Kabupaten
Penekanan implementasi Kurikulum 2013 Dompu dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
pada pembelajaran saat ini berorientasi pada Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pembelajaran saintifik yang mengutamakan tiga sebagai salah satu sumber belajar Biologi,
ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomor. Maka khususnya bagi siswa maupun bagi lembaga
dalam hal ini dibutuhkan pengalaman belajar sekolah yang mempelajari sub materi komponen
yang berbasis kontekstual (Cholvistaria dan ekosistem di sekolah dan dapat dijadikan sebagai
Widowati, 2020). Materi pembelajaran yang acuan referensi bagi peneliti lain yang akan
dipersiapkan harus sesuai dengan kebijakan yang melakukan penelitian yang relevan dengan
ada dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 penelitian ini dalam skala dan jangka waktu serta
yang akan diterapkan oleh seorang guru harus variabel yang lebih luas. Informasi tentang
mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun komponen ekosistem sawah di area persawahan
2013 tentang sistem pendidikan nasional yang Kabupaten Dompu yang digunakan sebagai
menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum sumber belajar biologi SMA masih sangat
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional kurang, maka penelitian tentang Komponen
Pendidikan dan kurikulum pada semua jenjang Ekosistem Sawah sebagai Sumber Belajar
dan jenis pendidikan yang dikembangkan dengan Biologi SMA di Kabupaten Dompu Tahun 2020
prinsip pengoreksian yang sesuai dengan satuan perlu dilakukan.
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik
(Qotimah, 2014). Bahan dan Metode
Penelitian tentang komponen ekosistem
sawah sebagai sumber belajar Biologi sangat Alat dan Bahan Penelitian
jarang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Alat dan bahan yang digunakan dalam
pernyataan dari Suryaningsih (2018) bahwa penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
guru-guru biologi belum banyak berkarya untuk System), Meteran, Tali Rafia untuk membuat
332
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

garis transek dan kuadrat, Kamera, Kertas Keterangan:


Lakmus, Alat-alat Tulis, Tabel observasi 𝑋 :Rata-rata nilai kriteria sumber belajar
komponen biotik, Tabel observasi komponen ∑x :Total nilai kriteria sumber belajar
abiotik dan Thermo Hygro. n :Jumlah indikator

Pelaksanaan Penelitian Hasil dan Pembahasan


Tahap pelaksanaan penelitian ini dimulai Komponen Biotik
dengan dibentangkan garis transek (line transek) Hasil penelitian komponen biotik
pada lahan pertanian sepanjang 20 meter, pada ekosistem sawah terdiri dari 15 spesies di Desa
garis transek diletakkan kuadran dengan ukuran Kempo Kabupaten Dompu. Berikut hasil
1×1 meter dengan selang antar kuadran seluas 1 penelitian komponen biotik dapat dilihat pada
meter. Spesies tumbuhan dan hewan yang Tabel 1, sedangkan Jumlah individu tiap spesies
ditemukan di setiap transek akan dicatat pada di tiap transek dapat dilihat di Gambar 1.
tabel observasi. Spesies yang terdapat pada setiap
kuadrat akan diberikan kode. Jumlah spesies Tabel 1. Data komponen biotik ekosistem sawah
tumbuhan dan hewan dihitung pada setiap hasil observasi
kuadrat (Suryatini, 2018). Parameter yang
menjadi objek penelitian adalah jumlah spesies
dan jumlah individu/spesies Pengukuran No. Nama Spesies
terhadap pH, suhu, kelembaban dan komponen
abiotik lainnya juga dilakukan pada kuadrat yang 1 Padi (Oryza sativa)
telah ditentukan (Ariani et al., 2020). 2 Rumput bambu (Lophatherum gracile)

Analisis Data 3 Rumput grinting (Cynodon dactylon)


Data hasil observasi dan dokumentasi 4 Patikan kebo (Euphorbia hirta)
dianalisis menggunakan analisis indeks 5 Anting-anting (Acalypha australis)
keanekaragaman (H'), indeks dominansi
6 Meniran (Phyllanthus urinaria)
Simpson (C) dan rumus nilai rata-rata kriteria
sumber belajar (𝑋). 7 Urang-aring (Eclipta prostrata)
8 Beluntas (Pluchea indica)

𝑠
9 Jotang kuda (Synedrella nodiflora L.)

H ′ = − ∑ Pi ln Pi 10 Ciplukan (Physalis angulata L.)


11 Timun padang (Coccinia grandis)
𝑖=1
12 Krokot (Portulaca oleracecea L.)
(Ilhamdi et al., 2017) 13 Kemangi (Ocimum sanctum)
Keterangan: 14 Kumbang koksi (Epilachna admirabilis)
H′: Indeks keanekaragaman jenis 15 Cacing tanah (Lumbricus rubellus)
Pi: ni/N
N: Jumlah total individu Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat
S: Jumlah jenis dideskripsikan bahwa terdapat 15 spesies yang
terdiri dari 13 spesies tumbuhan dan 2 spesies
C = ∑(ni/N)² hewan yang ditemukan di area penelitian
berdasarkan hasil obervasi.
Jumlah individu seluruh transek di area
Keterangan: persawahan Desa Kempo Kabupaten Dompu
C: Indeks dominansi Simpson menunjukkan 20192 individu dan jumlah
ni: Nilai kepentingan untuk setiap spesies individu tiap transek penelitian dapat diamati
N: Total nilai kepentingan pada Gambar 1.

∑𝑥
X= 333
𝑛
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

Rumput grinting (Cynodon


3 Tumbuhan
Jumlah Individu Tiap Transek Hasil dactylon)
Jumlah Individu Tiap Transek Hasil Penelitian 4 Patikan kebo (Euphorbia hirta) Tumbuhan
Anting-anting (Acalypha
5098
5 Tumbuhan
australis)
5100
6 Meniran (Phyllanthus urinaria) Tumbuhan
5080 7 Urang-aring (Eclipta prostrata) Tumbuhan
5060 8 Beluntas (Pluchea indica) Tumbuhan
5035 5033 Jotang kuda (Synedrella
5040 5026 9 Tumbuhan
nodiflora L.)
5020 Ciplukan (Physalis angulata
10 Tumbuhan
5000 L.)
Timun padang (Coccinia
4980 11 Tumbuhan
grandis)
Transek 1 Transek 2 Transek 3 Transek 4
Krokot (Portulaca oleracecea
(Utara) (Barat) (Selatan) (Timur) 12 Tumbuhan
L.)
Gambar 1. Jumlah individu tiap transek hasil 13 Kemangi (Ocimum sanctum) Tumbuhan
observasi Tabel 3 menunjukkan bahwa komponen
biotik yang berperan sebagai produsen terdiri
Data pada Tabel 1 dan Gambar 1 dari 13 spesies yang berasal dari tumbuhan.
menunjukkan bahwa Jumlah spesies komponen Hasil penelitian ini mirip dengan hasil
biotik yang ditemukan pada empat (4) titik penelitian yang dilaporkan oleh Windari et al.
pengambilan data (Transek 1, Transek 2, Transek (2021) bahwa ditemukan 12 spesies komponen
3 dan Transek 4) sebanyak 15 spesies dengan biotik berupa tumbuhan yang berperan sebagai
20192 individu. Transek ke-1 ditemukan produsen terdiri dari Pusut-pusut (Fimbristylis
sebanyak 5098 individu, transek ke-2 5026 ovata), Biah-biah (Limnocharis flava), Kremah
individu, transek ke-3 5035 individu dan transek Air (Alternanthera philoxeroides), Padi Burung
ke-4 5033 individu. (Oryza rufipogon), Jajagoan
Hasil penelitian ini mirip dengan hasil (Echinochloacrusgalli), Teki (Cyperus
penelitian yang dilaporkan oleh Qudsiyah compactus), Rumput Kusa-kusa (Echinochloa
(2021), berdasarkan penelitian yang dilakukan colonum), Kapu-kapu (Pistia stratiotes),
hasil observasi menunjukkan bahwa komponen Kenikiran (Eclipta sp.), Don Piduh (Centela
biotik yang ditemukan di ekosistem sawah asiatica), Paku Rawa (Ceratopteris
sebanyak 22 jenis yang terdiri dari 11 jenis thalictroides) dan Tapak Liman (Elephantophus
tumbuhan dan 11 jenis serangga. Hasil penelitian scaber) di lahan sawah Desa Cempaga
ini dipertegas oleh Yudasmara (2015), bahwa Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Hasil
komponen biotik merupakan bagian dari penelitian ini serupa dengan penelitian yang
ekosistem yang terdiri dari seluruh tingkatan dilakukan oleh Qotimah (2014) di Kabupaten
makhluk yang ada di wilayah ekosistem tersebut Bantul bahwa ditemukan komponen biotik
seperti tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri. berupa padi (Oryza sativa), rumput (Cynodon
Berdasarkan cara memperoleh dactylon), pisang (Musa sp.) dan petai cina
makanannya komponen biotik dibagi menjadi 3 (Leucaena leucocephala) yang berperan sebagai
kelompok yaitu: produsen, konsumen dan produsen. Hasil penelitian ini didukung oleh
pengurai. Komponen biotik yang berperan Suyatman (2020), tumbuhan berfotosintesis
sebagai produsen dapat dilihat pada Tabel 3. menggunakan CO2 dan air untuk menghasilkan
gula dan oksigen yang diperlukan sebagai
Tabel 3. Komponen Biotik yang Berperan makanannya (produsen).
sebagai Produsen Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
satu spesies yang berperan sebagai konsumen
No Nama Spesies Kelompok primer yaitu Kumbang Koksi (Epilachna
1 Padi (Oryza sativa) Tumbuhan admirabilis). Hasil penelitian ini didukung oleh
Rumput bambu (Lophatherum hasil penelitian yang dilaporkan oleh Afriani
2 Tumbuhan
gracile) (2019) bahwa Kumbang Koksi (Epilachna

334
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

admirabilis) memakan daun tanaman kacang


panjang, daun terong dan daun buas-buas sebagai Indeks Dominansi
makanannya. Hal ini didukung oleh Pracaya Dominansi
(2008) menyatakan bahwa Kumbang Koksi
(Epilachna admirabilis) diketahui memakan 0.355723393
makanan tanaman budidaya misalnya daun Transek 4 (Timur)
terong sehingga merusak tanaman. 0.355442102
Transek 3 (Selatan)

Lokasi
Hasil penelitian diperoleh satu spesies
yang berperan sebagai pengurai yaitu Cacing Transek 2 (Barat)
0.356287773
tanah (Lumbricus rubellus) yang berasal dari
hewan pada ekosistem sawah di Desa Kempo Transek 1 (Utara) 0.346492236
Kabupaten Dompu. Hasil penelitian ini mirip
0,34 0,35 0,36
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh
Anwar et al. (2010) bahwa ditemukan Cacing
tanah dari jenis Pheretima javanica pada lahan Gambar 3 Indeks dominansi tiap jalur
sawah di Kabupaten Cianjur. Cacing tanah dari pengamatan dan pengambilan sampel
jenis Pheretima javanica banyak ditemukan di
Pulau Jawa. Habitat yang disenangi tanah lembab Komponen Abiotik
dan warna bagian ventral coklat muda sampai Hasil penelitian ini menunjukkan
keputih-putihan. Artinya, Cacing tanah terdapat 5 komponen abiotik yang ditemukan di
ditemukan di tanah yang lembab sebagai habitat ekosistem sawah di Desa Kempo Kabupaten
spesiesnya. Dompu. Berikut hasil penelitian komponen
Berdasarkan hasil analisis indeks abiotik dapat dilihat pada Tabel 2.
keanekaragaman komponen biotik ditiap transek
menunjukkan nilai 1.14 transek 1, 1.09 transek 2, Tabel 2. Data komponen abiotik ekosistem
1.09 transek 3, dan 1.09 transek 4 dapat dilihat sawah hasil penelitian
pada Gambar 2.
Komponen Transek Transek Transek Transek
Abiotik 1 2 3 4
Indeks Keanekaragaman Tiap Area
Indeks Keanekaragaman Tiap Area (H') Suhu 31.5°C 33.2°C 32.8°C 34.9°C
Kelembaban
73% 60% 64% 59%
1.099469442 Udara
Transek 4 (Timur)
pH Air 7 - - -
Transek 3 (Selatan) 1.093880152
Lokasi

Air Ada - - -
Transek 2 (Barat) 1.143620392

1.143620392 Tanah Lembab Kering Kering Kering


Transek 1 (Utara)
1,061,08 1,1 1,121,141,16
Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat
dideskripsikan bahwa pada keempat transek
pengambilan data terdapat 5 faktor lingkungan
Gambar 2. Indeks keanekaragaman tiap area (komponen abiotik) di transek 1 dan 3 komponen
pengamatan dan pengambilan sampel abiotik di transek 2, transek 3 dan transek 4.
Data pada Tabel 2 terdiri atas 5
komponen abiotik. Hasil penelitian ini dipertegas
oleh Rizal dan Hadi (2015), menyatakan bahwa
komponen abiotik dalam ekosistem sawah terdiri
atas suhu, pH, kelembaban udara serta
ketersediaan air.
Hasil penelitian ini mirip dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh Dahlia et al.
(2016), bahwa komponen abiotik yang
335
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

ditemukan di hutan wisata Baning meliputi suhu Daud (2019), menyatakan bahwa nilai rata-rata
udara rata-rata 29°C, suhu tanah rata-rata 28°C , materi lokal yang teridentifikasi di kawasan
kelembaban rata-rata 76.67%, intensitas cahaya gunung Iya termasuk SMK. Materi lokal dan
rata-rata 158 Lux dan pH tanah rata-rata 4.7. permasalahan lokal di daerah penelitian
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian mendapat nilai rata-rata 3.7. Artinya kawasan
yang dilakukan oleh Cholvistaria dan Widowati gunung Iya memenuhi syarat dan dapat dijadikan
(2020) di Karang Rejo Kota Metro bahwa sebagai sumber belajar Biologi.
komponen abiotik terdiri dari sinar matahari, air,
tanah, batu, kelembaban dan suhu. Hasil Kesimpulan
penelitian ini dipertegas oleh Sodikin (2016),
menyatakan bahwa komponen abiotik meliputi Berdasarkan hasil penelitian dan
udara, air, tanah, garam mineral, sinar matahari, pembahasan ditemukan bahwa komponen biotik
suhu, kelembaban dan derajat keasaman (pH). didapatkan sebanyak 15 spesies dengan 20192
individu yang terdiri dari 13 spesies tumbuhan
Nilai Rata-rata Kriteria Sumber Belajar (𝑿) meliputi Padi (Oryza sativa), Rumput bambu
Berdasarkan perhitungan Nilai rata-rata (Lophatherum gracile), Rumput grinting
komponen ekosistem sawah sebagai sumber (Cynodon dactylon), Patikan kebo (Euphorbia
belajar Biologi SMA di Kabupaten Dompu hirta), Anting-anting (Acalypha australis),
memperoleh nilai rata-rata 3.4 dapat dimaknai Meniran (Phyllanthus urinaria), Urang-aring
bahwa komponen eksosistem sawah tergolong (Eclipta prostrata), Beluntas (Pluchea indica),
sangat memenuhi kriteria (SMK) sumber belajar. Jotang kuda (Synedrella nodiflora L.), Ciplukan
Hasil analisis nilai rata-rata komponen ekosistem (Physalis angulata L.), Timun padang (Coccinia
sawah di tiap transek pengambilan sampel grandis), Krokot (Portulaca oleracecea L.) dan
ditampilkan pada Tabel 4. Kemangi (Ocimum sanctum) yang berperan
sebagai produsen, 1 spesies hewan yaitu
Tabel 4. Nilai rata-rata komponen ekosistem Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) yang
sawah sebagai sumber belajar Biologi SMA di berperan sebagai konsumen dan satu spesies
Kabupaten Dompu hewan yaitu Cacing tanah (Lumbricus rubellus)
yang berperan sebagai pengurai serta komponen
Nilai Rata-Rata Komponen Ekosistem Sawah abiotik sebanyak 5 unsur yaitu suhu, kelembaban
Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA udara, pH air, air dan tanah. Komponen
ekosistem sawah di Desa Kempo Kabupaten
Total
Dompu sudah memenuhi kriteria persyaratan
Transek Transek Transek Transek sumber belajar Biologi SMA pada sub materi
seluruh
1 2 3 4
transek komponen ekosistem Kurikulum 2013 dengan
nilai rata-rata komponen ekosistem sawah yang
didapatkan pada penelitian ini sebesar 3.4
3.5 3.5 3.25 3.5 3.4 (Sangat Memenuhi Kriteria) sumber belajar.

Ucapan Terima Kasih

Data pada Tabel 4 menunjukkan nilai Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan
rata-rata komponen ekosistem sawah tiap transek baik berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
tergolong sangat memenuhi kriteria (SMK). peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Hasil penelitian ini dipertegas oleh Arikunto Dosen Pembimbing 1 Skripsi, Dosen
(2010), mengklasifikasikan rentang penilaian Pembimbing 2 Skripsi, Dosen Penguji Skripsi,
dalam 4 skala yaitu sangat memenuhi kriteria Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan
(SMK) (3.1-4), memenuhi kriteria (MK) (2.1-3), pihak Desa Kempo yang telah mengizinkan
tidak memenuhi kriteria (TMK) (1.1-2) dan melakukan penelitian di wilayahnya.
sangat tidak memenuhi kriteria (STMK) (0-1).
Hasil penelitian ini hampir sama dengan Referensi
hasil penelitian yang dilaporkan oleh Lidi dan
336
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

Aminatun, T. (2009). Nilai-nilai Kearifan Siswa Melalui Penerapan Problem-Based


Lingkungan pada Pengelolaan Learning pada Mata Pelajaran Biologi
Sawah Surjan di Kulon Progo. (Studi Kasus Negeri 5 Model Palu). Jurnal
Yogyakarta: Universitas Negeri Penelitian Ilmiah. 4(1): 147-173.
Yogyakarta.
Qotimah, F. K. (2014). Identifikasi Potensi
Aminatun, T., Sri, H. W., & Djuwanto (2014). Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X
Pola Kearifan Masyarakat Lokal pada Materi Ekosistem di Sawah
dalam Sistem Sawah Surjan untuk Gunung Puyuh Pundong Bantul. Jurnal
Konservasi Ekosistem Pertanian. Jurnal JUPEMASI-PBIO. 1(1): 109-112.
Penelitian Humaniora. 19(1): 65-76.
Qudsiyah, H. (2021). Studi Ekosistem Sawah di
Ariani, S., Agil, A. I., Lalu, J., & Didik, S. Karya Jaya Kertapati Kota
(2020). Struktur Komunitas Palembang dan Sumbangannya
Makroalga Sebagai Indikator Ekologi pada Pembelajaran Biologi SMA.
Ekosistem Perairan pada Kawasan Palembang: Universitas Sriwijaya.
Konservasi Laut Daerah di Gili Sulat
Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis. Rizal, S., & Mochamad, H. (2015). Inventarisasi
20(1): 132-138. Jenis Capung (Odonata) pada Areal
Persawahan di Desa Pundenarum
Arikunto, S. (2010). Prosedural Penelitian Kecamatan Karangawen Kabupaten
Suatu Pendekatan Praktek Edisi Demak. Jurnal Bioma. 17(1): 16-20.
Revisi 2010. Jakarta: Ritieka Cipta.
Sodikin (2016). Konsep Rezeki dalam Perspektif
Cholvistaria, M., & Hening, W. (2020). SAINS. Jurnal Al-Makrifat. 1(1): 141-
Analisis Perkebunan Organik sebagai 154.
Sumber Belajar Ekosistem. Jurnal
Biolova. 1(2): 118-129. Suryaningsih, Y. (2018). Ekowisata sebagai
Sumber Belajar Biologi dan Strategi
Dahlia, Ibrohim, & Susriyati, M. untuk Meningkatkan Kepedulian
(2016). Pemanfaatan Hutan Wisata Siswa Terhadap Lingkungan. Jurnal
Baning Sebagai Sumber Belajar Bio Educatio. 3(2): 59-72.
Interaksi Makhluk Hidup dengan
Lingkungan di SMP. Jurnal Pros. Suryatini, L. (2018). Analisis Keragaman dan
Semnas Pend. IPA Pascasarjana Komposisi Gulma pada Tanaman Padi
UM. 1(1): 873-886. Sawah (Studi Kasus Subak Tegal
Kelurahan Paket Agung Kecamatan
Hasanah, U., Mahrus, & Gito. H. (2018). Buleleng). Jurnal Sains dan Teknologi.
Pengaruh Implementasi Perangkat 7(1): 77-89.
Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi
Lokal terhadap Kemampuan Kognitif Susilo, M. J. (2014). Potensi Sumber Belajar
Peserta Didik. Jurnal Educatio. 13(2): Biologi SMA Kelas X Versi Kurikulum
84-89. 2013 untuk Materi Ekosistem Sawah di
Sekitar Gunung Puyuh Pundong
Lidi, M.W., & Maiunah, H.D. Kabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan
(2019). Identifikasi Materi Lokal Biologi. 11(1): 1032-1038.
Kawasan Gunung Iya sebagai
Sumber Belajar Biologi di Kota Ende. Sutriyono, N. S., Hardi, P., Agus, I. & Eko,
Jurnal Pendidikan Sains Pancasakti, S. (2009). Laporan Kegiatan Penelitian
4(2): 97-105. Hibah Penelitian Strategis Nasional.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Pana, I. A. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar
337
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380

Yudasmara, G.A. (2015). Analisis


Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Relating Algae Mikroskopis di
Berbagai Ekosistem pada Kawasan
Intertidal Pulau Menjangan Bali Barat.
Jurnal Sains dan Teknologi. 4(1): 503-
515.

338

You might also like