Professional Documents
Culture Documents
Article History Abstract: Rice fields as an ecosystem have two main components, namely
Received : January 20th, 2022 abiotic and biotic with the main function of ensuring the survival of
Revised : February 23th, 2022 organisms and creating a balanced ecosystem. Ecosystem components in an
Accepted : March 07th, 2022 environment can be used as a source of learning Biology. This study aims
to find out what are the components of the rice field ecosystem in Indonesia
Dompu Regency and assess the characteristics or criteria of ecosystem
*Corresponding Author: components rice fields as a source of high school biology learning in
Ulfin Juwita, Dompu Regency with refers to the 2013 curriculum. This type of research
Biology Education Study Program, is descriptive exploratory. This research was conducted in Kempo Village,
Faculty of Teacher Training and
Dompu Regency at 4 points sampling, namely: transect 1 (North), transect
Education, Mataram University,
Indonesia; 2 (West), transect 3 (South) and transect 4 (East). The sampling technique
Email: ulfinjuwita126@gmail.com uses the method square. Collecting data using observation sheets and
documentation. The results showed that the biotic component consisted of
15 species and 20192 individuals and the number of abiotic components as
many as 5 environmental factors. Mark the average learning resource
criteria (𝑋 ) for all transects is 3.4 (Category Very Meets the Criteria (SMK)
learning resources). Research result concluded that the biotic component
consisted of 15 species including Paddy (Oryza sativa), Bamboo grass
(Lophatherum gracile), grinting grass (Cynodon dactylon), Patikan kebo
(Euphorbia hirta), Earrings (Acalypha australis), Meniran (Phyllanthus
urinaria), Urang-aring (Eclipta prostrata), Beluntas (Pluchea indica), Jotang
horse (Synedrella nodiflora L.), Ciplukan (Physalis angulata L.), Cucumber
(Coccinia grandis), Purslane (Portulaca oleracecea L.), Basil (Ocimum
sanctum), Koksi beetle (Epilachna admirabilis) and earthworms
(Lumbricus rubellus), while the components of Abiotic consists of 5
elements including temperature, humidity, pH of water, water and soil. The
components of the rice field ecosystem in Dompu Regency can be used as
high school biology learning resources in the sub-material component of
the curriculum ecosystem 2013 with an average value of 3.4 learning
resource criteria.
yaitu tumbuhan liar yang ikut tumbuh bersama mengembangkan pembelajaran maupun LKS
tanaman padi, contohnya: semak-semak. Hewan biologi yang berbasis potensi lokal. Ahli lainnya
yang terdapat pada ekosistem sawah, contohnya: menyatakan bahwa sistem persekolahan hanya
serangga (Aminatun, 2009). Komponen abiotik “mentransfer” kepada peserta didik, yang disebut
pada ekosistem sawah berupa tanah dan air sebagai pengetahuan yang terlalu berpusat pada
(Sutriyono et al., 2009). buku (Hasanah et al., 2018). Kenyataan di
Kabupaten Dompu merupakan salah satu sekolah, siswa hanya menerima pelajaran yang
kabupaten yang berada di Provinsi NTB yang diberikan oleh guru sebagai satu-satunya sumber.
memiliki area persawahan seluas 25.906 ha Walaupun digunakan juga sumber belajar lain
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu, 2017). seperti buku teks. Namun, lingkungan sebagai
Area persawahan di Kabupaten Dompu sumber belajar merupakan potensi yang cukup
merupakan area yang ditanami padi, sehingga besar membantu siswa dalam meningkatkan
memungkinkan adanya komponen ekosistem kreativitas dan pemahaman siswa pada konsep-
yang terbentuk. konsep yang terdapat pada mata pelajaran
Komponen ekosistem pada suatu lingkungan khususnya biologi (Pana, 2020). Penelitian
dapat digunakan sebagai sumber belajar Biologi. pernah dilakukan oleh Susilo (2014) melaporkan
Pemilihan sumber belajar yang berkualitas akan komponen abiotik terdiri atas sinar matahari,
sangat bermakna dan bermanfaat dalam batu, tanah, air, suhu dan kelembaban.
pencapaian tujuan pembelajaran yaitu Komponen biotik terdiri atas padi, rumput gajah,
memberikan pemahaman yang mendalam petai cina, burung dan keong mas di wilayah
terhadap peserta didik mengenai konsep-konsep gunung Puyuh Kabupaten Bantul. Hasil
sains yang relevan dan sesuai dengan pendekatan penemuan tersebut ditelaah dan memenuhi
saintifik (Cholvistaria dan Widowati, 2020). persyaratan sumber belajar.
Area persawahan di Kabupaten Dompu cukup Penelitian ini bertujuan untuk
luas, sehingga memungkinkan dapat mengetahui apa saja komponen ekosistem sawah
dimanfaatkan sebagai sumber belajar Biologi di Kabupaten Dompu dan menilai karakteristik
SMA pada sub materi komponen ekosistem atau kriteria komponen ekosistem sawah sebagai
berdasarkan Kurikulum 2013. sumber belajar Biologi SMA di Kabupaten
Penekanan implementasi Kurikulum 2013 Dompu dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
pada pembelajaran saat ini berorientasi pada Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pembelajaran saintifik yang mengutamakan tiga sebagai salah satu sumber belajar Biologi,
ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomor. Maka khususnya bagi siswa maupun bagi lembaga
dalam hal ini dibutuhkan pengalaman belajar sekolah yang mempelajari sub materi komponen
yang berbasis kontekstual (Cholvistaria dan ekosistem di sekolah dan dapat dijadikan sebagai
Widowati, 2020). Materi pembelajaran yang acuan referensi bagi peneliti lain yang akan
dipersiapkan harus sesuai dengan kebijakan yang melakukan penelitian yang relevan dengan
ada dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 penelitian ini dalam skala dan jangka waktu serta
yang akan diterapkan oleh seorang guru harus variabel yang lebih luas. Informasi tentang
mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun komponen ekosistem sawah di area persawahan
2013 tentang sistem pendidikan nasional yang Kabupaten Dompu yang digunakan sebagai
menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum sumber belajar biologi SMA masih sangat
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional kurang, maka penelitian tentang Komponen
Pendidikan dan kurikulum pada semua jenjang Ekosistem Sawah sebagai Sumber Belajar
dan jenis pendidikan yang dikembangkan dengan Biologi SMA di Kabupaten Dompu Tahun 2020
prinsip pengoreksian yang sesuai dengan satuan perlu dilakukan.
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik
(Qotimah, 2014). Bahan dan Metode
Penelitian tentang komponen ekosistem
sawah sebagai sumber belajar Biologi sangat Alat dan Bahan Penelitian
jarang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Alat dan bahan yang digunakan dalam
pernyataan dari Suryaningsih (2018) bahwa penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
guru-guru biologi belum banyak berkarya untuk System), Meteran, Tali Rafia untuk membuat
332
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380
𝑠
9 Jotang kuda (Synedrella nodiflora L.)
∑𝑥
X= 333
𝑛
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380
334
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380
Lokasi
Hasil penelitian diperoleh satu spesies
yang berperan sebagai pengurai yaitu Cacing Transek 2 (Barat)
0.356287773
tanah (Lumbricus rubellus) yang berasal dari
hewan pada ekosistem sawah di Desa Kempo Transek 1 (Utara) 0.346492236
Kabupaten Dompu. Hasil penelitian ini mirip
0,34 0,35 0,36
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh
Anwar et al. (2010) bahwa ditemukan Cacing
tanah dari jenis Pheretima javanica pada lahan Gambar 3 Indeks dominansi tiap jalur
sawah di Kabupaten Cianjur. Cacing tanah dari pengamatan dan pengambilan sampel
jenis Pheretima javanica banyak ditemukan di
Pulau Jawa. Habitat yang disenangi tanah lembab Komponen Abiotik
dan warna bagian ventral coklat muda sampai Hasil penelitian ini menunjukkan
keputih-putihan. Artinya, Cacing tanah terdapat 5 komponen abiotik yang ditemukan di
ditemukan di tanah yang lembab sebagai habitat ekosistem sawah di Desa Kempo Kabupaten
spesiesnya. Dompu. Berikut hasil penelitian komponen
Berdasarkan hasil analisis indeks abiotik dapat dilihat pada Tabel 2.
keanekaragaman komponen biotik ditiap transek
menunjukkan nilai 1.14 transek 1, 1.09 transek 2, Tabel 2. Data komponen abiotik ekosistem
1.09 transek 3, dan 1.09 transek 4 dapat dilihat sawah hasil penelitian
pada Gambar 2.
Komponen Transek Transek Transek Transek
Abiotik 1 2 3 4
Indeks Keanekaragaman Tiap Area
Indeks Keanekaragaman Tiap Area (H') Suhu 31.5°C 33.2°C 32.8°C 34.9°C
Kelembaban
73% 60% 64% 59%
1.099469442 Udara
Transek 4 (Timur)
pH Air 7 - - -
Transek 3 (Selatan) 1.093880152
Lokasi
Air Ada - - -
Transek 2 (Barat) 1.143620392
ditemukan di hutan wisata Baning meliputi suhu Daud (2019), menyatakan bahwa nilai rata-rata
udara rata-rata 29°C, suhu tanah rata-rata 28°C , materi lokal yang teridentifikasi di kawasan
kelembaban rata-rata 76.67%, intensitas cahaya gunung Iya termasuk SMK. Materi lokal dan
rata-rata 158 Lux dan pH tanah rata-rata 4.7. permasalahan lokal di daerah penelitian
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian mendapat nilai rata-rata 3.7. Artinya kawasan
yang dilakukan oleh Cholvistaria dan Widowati gunung Iya memenuhi syarat dan dapat dijadikan
(2020) di Karang Rejo Kota Metro bahwa sebagai sumber belajar Biologi.
komponen abiotik terdiri dari sinar matahari, air,
tanah, batu, kelembaban dan suhu. Hasil Kesimpulan
penelitian ini dipertegas oleh Sodikin (2016),
menyatakan bahwa komponen abiotik meliputi Berdasarkan hasil penelitian dan
udara, air, tanah, garam mineral, sinar matahari, pembahasan ditemukan bahwa komponen biotik
suhu, kelembaban dan derajat keasaman (pH). didapatkan sebanyak 15 spesies dengan 20192
individu yang terdiri dari 13 spesies tumbuhan
Nilai Rata-rata Kriteria Sumber Belajar (𝑿) meliputi Padi (Oryza sativa), Rumput bambu
Berdasarkan perhitungan Nilai rata-rata (Lophatherum gracile), Rumput grinting
komponen ekosistem sawah sebagai sumber (Cynodon dactylon), Patikan kebo (Euphorbia
belajar Biologi SMA di Kabupaten Dompu hirta), Anting-anting (Acalypha australis),
memperoleh nilai rata-rata 3.4 dapat dimaknai Meniran (Phyllanthus urinaria), Urang-aring
bahwa komponen eksosistem sawah tergolong (Eclipta prostrata), Beluntas (Pluchea indica),
sangat memenuhi kriteria (SMK) sumber belajar. Jotang kuda (Synedrella nodiflora L.), Ciplukan
Hasil analisis nilai rata-rata komponen ekosistem (Physalis angulata L.), Timun padang (Coccinia
sawah di tiap transek pengambilan sampel grandis), Krokot (Portulaca oleracecea L.) dan
ditampilkan pada Tabel 4. Kemangi (Ocimum sanctum) yang berperan
sebagai produsen, 1 spesies hewan yaitu
Tabel 4. Nilai rata-rata komponen ekosistem Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) yang
sawah sebagai sumber belajar Biologi SMA di berperan sebagai konsumen dan satu spesies
Kabupaten Dompu hewan yaitu Cacing tanah (Lumbricus rubellus)
yang berperan sebagai pengurai serta komponen
Nilai Rata-Rata Komponen Ekosistem Sawah abiotik sebanyak 5 unsur yaitu suhu, kelembaban
Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA udara, pH air, air dan tanah. Komponen
ekosistem sawah di Desa Kempo Kabupaten
Total
Dompu sudah memenuhi kriteria persyaratan
Transek Transek Transek Transek sumber belajar Biologi SMA pada sub materi
seluruh
1 2 3 4
transek komponen ekosistem Kurikulum 2013 dengan
nilai rata-rata komponen ekosistem sawah yang
didapatkan pada penelitian ini sebesar 3.4
3.5 3.5 3.25 3.5 3.4 (Sangat Memenuhi Kriteria) sumber belajar.
Data pada Tabel 4 menunjukkan nilai Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan
rata-rata komponen ekosistem sawah tiap transek baik berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
tergolong sangat memenuhi kriteria (SMK). peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Hasil penelitian ini dipertegas oleh Arikunto Dosen Pembimbing 1 Skripsi, Dosen
(2010), mengklasifikasikan rentang penilaian Pembimbing 2 Skripsi, Dosen Penguji Skripsi,
dalam 4 skala yaitu sangat memenuhi kriteria Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan
(SMK) (3.1-4), memenuhi kriteria (MK) (2.1-3), pihak Desa Kempo yang telah mengizinkan
tidak memenuhi kriteria (TMK) (1.1-2) dan melakukan penelitian di wilayahnya.
sangat tidak memenuhi kriteria (STMK) (0-1).
Hasil penelitian ini hampir sama dengan Referensi
hasil penelitian yang dilaporkan oleh Lidi dan
336
Juwita et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 22 (2): 331 – 338
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3380
338