You are on page 1of 3

Kelapa sawit (Elaies Guinensis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industry, maupun bahan bakar atau biodesel. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit kedua didunia setelah Malaysia. Bagian yang paling popular untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah diolah menjadi
bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Mutu minyak kelapa sawit dapat
dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat
fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran
Kedelai (G1ycine max L) merupakan salah satu bahan pangan pokok tradisional yang sudah
lama dikenal masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan sumber protein nabati. Rata-rata
kandungan protein biji adalah 35%, kandungan asam amino terbanyak adalah leusin (484 mg/g
N2). Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai adalah sumber protein sekaligus sebagai penghasil
minyak dengan mutu yang baik. Dalam minyak kedelai terdapat fosfatida yang terdiri dari
sekitar 2 persen lesitin dan sepalin yang digunakan sebagai bahan pengemulsi dalam industri
makanan. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik
sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti
mentega dan lemak babi. Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis
kacang-kacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia.Asam lemak dalam
minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh.

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu
gram minyak atau lemak. Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan
larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga
molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Untuk menetralkan satu
molekul gliserol diperlukan tiga molekul alkali (Purba, 2015). Minyak dan lemak dapat
dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk sabun. Jika lemak diolah dengan larutan
natrium hidroksida pekat akan dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemak atau sabun proses
ini dinamakan saponifikasi atau penyabunan (Budiyanto, 2004). Teknik yang digunakan adalah
titrasi asidimetri setelah proses penyabunan sempurna. Teknik untuk mengidentifikasi bilangan
penyabunan adalah dengan cara merefluks campuran lemak atau minyak dengan KOH berlebih
dan mentitrasi kelebihan KOH (Sunarya dan Agus, 2007).

Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam
alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang
tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat
diketahui (Winarno, 1997). Apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak
besar, sebaliknya apabila rantai karbonnya panjang maka jumlah mol asam lemak kecil. Jadi
besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai
karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung
pada berat molekul lemak tersebut. Makin kecil berat molekul lemak, makin besar bilangan
penyabunannya. (Poedjiadi, 1994).
Prinsip kerja bilangan penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak
direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan
gliserol dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui
konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak KOH yang bereaksi yang
setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Bilangan penyabunan
tersebut adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan secara
sempurnya 1 g lemak atau minyak. Pada saat percobaan bilangan penyabunan juga
digunakan titrasi blanko (titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk
mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan pereaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak
terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi.

Prosedur analisis penetapan bilangan sabung menggunakan metode destilasi


refluks dan titrasi asidimetri dimulai dengan blangko 25 ml KOH 0,5 N dalam alkohol,
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan pengaduk bermagnet lalu rangkai
dengan pendingin refluks, panaskan hingga merefluks selama 1 jam. Selanjutnya timbang
2 gram contoh minyak lalu tambahkan 25 ml KOH 0,5 N, tambahkan pengaduk
bermagnet, lalu rangkai dengan pendingin refluks dan panaskan hingga merefluks selama
1 jam. Selanjutnya untuk blanko 1 tambahkan 2,0 ml indikator pp dan titrasi dengan HCL
0,5 N lakukan hal yang sama kepada contoh 1, dan dicatat hasilnya pada percobaan kali
ini.

Dari analisis percobaan didapatkan hasil pada sampel minyak kelapa sawit ulangan
pertama sebesar 234,63 dan pada ulangan kedua sebesar 234,05 dengan rata-rata 234,34.
Maka didapat bilangan penyabunan sampel minyak kelapa sawit sebesar 234,34.
Berdasarkan Ketaren.S (1986) bilangan penyabunan minyak kelapa sawit sebesar 195-
205 mg KOH/gr minyak dan pada hasil percobaan didapat bilangan penyabunan 234,34,
dimana termasuk kedalam rentang tersebut. Sehingga sampel minyak kelapa sawit
menunjukan kualitas minyak baik.
Pada sampel minyak kedelai didapat hasil pengulangan pertama sebesar 187,45 dan
ulagan kedua sebesar 188.39 dengan rata-rata 375,79. Sehingga bilangan penyabunan
sampel minyak kedelai sebesar 187,92. Berdasarkan Bailey, A. E. (1950) nilai bilangan
penyabunan minyak kedelai sebesar 189-195 mg KOH/gr dan hasil analisis percobaan
didapat hasil bilangan penyabunan sebesar 187,92, dimana termasuk kedalam rentang
tersebut. Sehingga sampel minyak kedelai menunjukan kualitas minyak baik.

Daftar Pustaka

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. PenerbitUniversitas Indonesia.
Jakarta.
Bailey, A. E. (1950). Melting and solidification of fats. New York. Interscience Publishers, Inc.
Purba, L.S. (2015). Pengaruh Penggorengan terhadap Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa dan
Minyak Jagung.Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sunarya, Y. dan Agus, S. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: Setia Purna Inves. hlm. 252,
250, 247.
Budiyanto, M.A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. hlm. 35.
Winarno., F., G. (1997).Kimia Pangan dan Gizi. Jakrta. PT Gramedia Pustaka Utama.

You might also like