Professional Documents
Culture Documents
UTS Metopen
UTS Metopen
Kabupaten Madiun
Latar Belakang
Saat ini Kabupaten Madiun sedang menghadapi tantangan yang mengharuskan masyarakat
beradaptasi dengan situasi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Belum ditemukannya
vaksin dan pengobatan definitif COVID-19 diprediksi akan memperpanjang masa pandemi, sehingga
Pemerintah Kabupaten Madiun harus bersiap dengan keseimbangan baru pada kehidupan
masyarakatnya. Aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi harus berjalan beriringan dan saling
mendukung agar tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu berbagai kebijakan percepatan
penanganan COVID-19 harus tetap mendukung aktifitas perekonomian dan sosial masyarakat.
Masyarakat pasti akan melakukan aktifitas kehidupan sosial dan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Risiko pergerakan orang dan berkumpulnya masyarakat pada tempat dan fasilitas umum,
memiliki potensi penularan COVID-19 yang cukup besar. Agar roda perekonomian tetap dapat
berjalan, maka perlu dilakukan mitigasi dampak pandemi COVID-19 khususnya bagi kehidupan
sosial masyarakat. Masyarakat harus melakukan perubahan pola hidup dengan tatanan dan adaptasi
kebiasaan yang baru (new normal) agar dapat hidup produktif dan terhindar dari penularan COVID-
19. Kedisiplinan dalam menerapkan prinsip pola hidup yang lebih bersih dan sehat merupakan kunci
dalam menekan penularan COVID-19 pada masyarakat, sehingga diharapkan wabah COVID-19 dapat
segera berakhir. Dalam menghadapi tatanan hidup baru atau New Nomal ini, segenap jajaran
pemerintah menyiapkan segala aturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar setiap aktivitas
masyarakat dapat dilakukan seperti dulu kala akan tetapi tidak meninggalkan seluruh protokol
kesehatan dari new normal.
Tentunya banyak kegiatan-kegiatan yang terhambat dengan adanya pandemi saat ini. Banyak
adat istiadat dan kewajiban masyarakat yang harus di tunda untuk beberapa sebab, mulai dari adat dari
orang jawa sendiri seperti Walimatul Ursy, tahlilan, yasinan, tedak siten, aqiqah, dan lain sebagainya..
Tentunya untuk melaksanakan segala kegiatan dalam skala besar yang dapat juga mengundang
gerumbulan atau kelompok dalam berinteraksi dapat menjadi penyebab bertambahnya korban virus
corona. Masa Pandemi seperti ini banyak pernikahan yang tertunda karena wabah COVID-19, setelah
sekian lama direncanakan banyak pasangan calon pengantin harus rela menunda pernikahan mereka.
Walimatul Ursy sudah menjadi adat bagi masyarakat jawa ketika sepasang lelaki dan perempuan telah
melaksanakan akad hendaknya mengadakan walimatul ursy untuk menyampaikan rasa syukur atas
pernikahannya, selain itu walimatul ursy juga memiliki esensi mengundang kerabat dekat dan juga
tetangga.
Namun adanya pandemi COVID-19 meyebabkan banyak agenda yang seharusnya
berlangsung tertunda seperti walimatul ursy. Bukan hanya walimatul ursy tetapi berbagai adat istiadat
pula yang berpotensi menimbulkan gerombolan harus ditunda. Adapun pelaksanaa yang melibatkan
khalayak banyak haruslah mendapatkan izin dari satgas dan juga kepala desa setempat agar dapat
meminimalisir terjadinya mata rantai COVID-19. Selain dari perizinan yang cukup rumit harus
dipenuhi juga segala check list protokol kesehatan yang harus diterapkan guna terselenggaranya acara
dan tetap mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran dari satgas.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kajian Pustaka
Penelitian ini merupakan penelitiaan yang pertama kali dilakukan. Kita ketahui
bersama bahwa pandemi COVID-19 ini baru kita rasakan pada tahun ini, jadi penelitian
tentang isu yang diangkat oleh peneliti belum ada dari orang lain yang mengkajinya. Namun,
terdapat beberapa fokus penelitian yang sama dengan fokus judul yang diteliti oleh penulis
yaitu mengenai kegiatan Pernikahan secara besar-besaran (Walimatul Ursy) di masa
pandemi. Berikut beberapa penelitian yang memiliki fokus yang sama antara lain :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Alfinna Ikke Nur Azizah dengan judul
"Pengadaan Walimatul 'Ursy di masa Pandemi dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Negara" Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Walimatul 'Ursy dari sudut pandang Hukum
islam yang telah dianjurkan oleh agama, Walimatul 'Ursy juga sudah menjadi adat dari
beberapa daerah untuk melaksanakan acara Walimatul 'Ursy setelah akad di ucapkan. Dengan
adanya Pandemi seperti ini tatanan masyarakat yang semula berjalan sesuai dengan
semestinya dapat dikatakan terbengkalai dengan adanya Pandemi ini, pada penelitian ini
penulis membahas tentang hukum awal dari Walimatul 'Ursy itu sendiri dan pada masa
Pandemi seperti sekarang,
Kajian Teori
Sudah menjadi adat istiadat setiap suku yang ada di Indonesia ketika seseorang
mendapati pasangan hidupnya untuk mengadakan sebuah acara yang dianggapnya bentuk
syukur atas jodoh yang telah ditemukannya. Dalam adat setiap suku yang ada di Indonesia
terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan guna tercapainya pernikahan seseorang
tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan ini bertujuan untuk mengundang sanak saudara dan
juga kerabat bahwa ada hajat sanak saudaranya yang akan melepaskan masa lajangnya dan
hendak melanjutkan sebagian dari sunah.
Masa pandemi seperti ini adalah masa yang amat sulit bagi kita dalam melaksanakan
setiap kegiatan yang berskala besar, karena secara jelas hal tersebut dapat memicu lonjakan
beru terhadap perkembangan virus COVID-19. Dalam menangani masa pandemi ini yang
belom kita ketahui kapan usainya dan kapan dari obat dan vaksin di temukan jajaran
pemerintah mengambil tindakan untuk mengelurkan keputusan agar tetap bisa
dilaksanakanya setiap kegiatan sosial dan ekonomi guna untuk menyokong dan mendorong
sektor ekonomi agar dapat bertahan di masa pandemi seperti ini.
Pada mulanya pandemi, segala aktivitas terhambat dengan adanya rasa ketakutan atas
kenaikan orang yang terpapar virus, kini terdapat hidup tatanan baru atau di sebut New
Normal yang memberikan setiap kegiatan sosial dan ekonomi dapat dilaksanakan namun
tanpa menghiraukan setiap protokol kesehatan. Acara yang semulanya besar yang dapat
mengundang hampir kurang lebih 500 orang lebih hanya bisa menundang sekurang lebihnya
hanya 200 orang sanak saudara. Setiap protokol kesehatan juga harus senantiasa ditaati, agar
tidak terjadi lonjakan korban yang terjangkit dengan virus COVID-19.
Metodologi Penelitian
Metodologi yang peneliti gunakan disini sebatas pengamatan secara jauh dan juga
wawancara dengan kerabat yang melaksanakan kegiatan hajatan atau acara pernikahan.
Dalam melaksanakan wawancara tersebut peneliti hanya sebatas tanya jawab yang tak lain
seputar dengan pelaksanaan acara di tengah masa pandemi dan juga hambatan yang dirasakan
di tengah masa pandemi ini.
a. Lokasi Penelitian
Peneliti disini mengambil beberapa lokasi penelitian terhadap objek kajian penelitian.
Mengenai lokasi penelitian Pengadaan Walimatul Ursy di Masa Pandemi, peneliti memilih
lokasi di Kabupaten Madiun, Adapun beberapa lokasi penelitian yang diambil peneliti adalah
sebagai berikut:
Penelitian yang berjudul “Pengadaan Walimatul Ursy Pada Masa Pendemi di Kabuaten
Madiun” menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Maksud dari
penelitian ini ialah menkaji tentang interaksi setiap individu terhadap individu yang lain di
masa pandemi seperti ini.
c. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek yang dikaji dalam penelitian adalah keluarga atau lingkup
daerah yang melaksanakan hajatan atau acara pernikahan dalam skala besar yang terdapat
pada lingkup Kabupaten madiun. Subyek penelitian ini pula memiliki indikator apabila
undangan bisa mencapai 300 lebih dapat di katakan acara atau hajatan yang besar, juga
hajatan yang dilaksanakan apakah sesuai dan juga menaati segala protokol kesehatan yang
telah di tentukan. Protokol kesehatan yang perlu ditaati seperti penggunaan masker,
pengecekan suhu tubuh, cuci tangan sebelum masuk dan berinteraksi, menjaga jarak dan
segala protokol yang harus ditaati dalam pelaksanaan hajatan tersebut. Hal tersebut dikaji dan
diamati secara seksama apakah terselenggara dengan baik.
d. Penentuan informan