Professional Documents
Culture Documents
Makalah PPH Pasal 21
Makalah PPH Pasal 21
Disusun oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karenanya dengan rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Adapun judul makalah kami yaitu “
Tata cara perhitungan PPh pasal 21 “ .
Ada pun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pemungutan
dan pemotongan PPh pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut
Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari pembaca dan besar harapan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem Self Assessment System. Dengan sistem
tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak.
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang dilakukan oleh wajib pajak sendiri dalam SPT
Tahunan Pajak Penghasilan.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan
umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan rakyat,
pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan
salah satu alat untuk mencapai tujuan negara. PPh pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib
pajak orang pribadi dalam negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. cara hitung PPh pasal 21 karyawan mulai atau berhenti tengah tahun.
perputaran karyawan di perusahaan bisa terjadi setiap saat sepanjang tahun. ada karyawan
yang berhenti bekerja karena mengundurkan diri dan ada karyawan baru yang masuk untuk
menghentikan mereka keluar. karyawan yang masuk maupun keluar pada pertengahan tahun tentu
saja tidak bekerja penuh dalam satu tahun kalender. kondisi ini mempengaruhi pada perhitungan
PPh pasal 21 karyawan dalam tahun pajak bersangkutan. sesuai ketentuan jika karyawan tidak
bekerja dari Januari sampai Desember, maka pajak penghasilan karyawan dihitung berdasarkan
jumlah penghasilan yang terima selama bekerja dalam tahun pajak tersebut jadi penghasilan tidak
setahunkan.
PTKP ditambah lagi rp4.500.000 jika punya 1 orang anak atau rp9.000.000 jika punya 2
orang anak atau rp13.500.000 jika punya 3 orang anak apabila jumlah tanggungan lebih dari itu
maka tetap dihitung 3 orang
sejak 1 Januari 2022 tarif PPH 21 yang berlaku bukan lagi tarif UU pajak penghasilan pasal
17 ayat (1) huruf a tetapi tarif UU HPP atau UU harmonisasi peraturan perpajakan yang terdiri
dari 6 lapis.
perlu diingat bahwa cara menghitung pajak karyawan mengikuti Peraturan Dirjen Pajak No
PER- 16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
PPH 21/26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
untuk karyawan yang mulai bekerja setelah bulan Januari besaran PPH 21 terutang dihitung
berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur dan tidak teratur yang diperoleh selama karyawan
tersebut bekerja pada pemotongan pajak perusahaan.
jadi, pajak PPH 21 dikarenakan atas jumlah jumlah penghasilan dari bulan saat karyawan
mulai bekerja, bukan sejak bulan Januari. Misalnya, jika karyawan bekerja mulai 1 April, maka
pajaknya dihitung berdasarkan penghasilan selama 9 bulan (April sampai Desember). Atau, jika
mulai bekerja 1 September, maka pajaknya berdasarkan penghasilan selama 4 bulan (September
sampai Desember).
untuk karyawan yang berhenti di tengah tahun PPH 21 mereka juga dihitung berdasarkan
jumlah penghasilan yang diperoleh selama bulan bekerja di tahun berjalan . misalnya jika
karyawan mengundurkan diri per 1 apel 2022 maka pajak PPH 21 dikenakan atas penghasilan
selama 3 bulan dari Januari sampai Maret 2022.
2 PPH 21 yang harus dipotong pada bulan terakhir adalah selisih antara PPH 21 terutang atas
seluruh penghasilan yang diterima dengan PPH 21 yang telah dipotong pada bulan sebelumnya
3 apabila PPH 21 yang telah dipotong sampai bulan sebelumnya lebih besar dari PPH 21
terutang, maka kelebihan pemotongan tersebut diberikan kembali oleh perusahaan pada karyawan
bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti potong PPH 21.
Dalam hal PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh pemberi kerja, pajak yang
ditanggung pemberi kerja tersebut termasuk dalam pengertian kenikmatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang bersangkutan.
Contoh :
Dimisalkan, Jadul adalah seorang pegawai dari PT Modern dengan status menikah dan
mempunyai 3 orang anak. Dia menerima gaji Rp10.000.000,00 sebulan dan PPh ditanggung oleh
pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan
Juli 2019 dalam hal Jadul hanya menerima pembayaran gaji saja, maka PPh 21 untuk Jadul
dihitung seperti perhitungan berikut ini.
Pengurangan
Rp 650.000,00(-)
Rp 72.000.000,00 (-)
PPh Pasal 21 sebesar Rp167.500,00 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja. Jumlah
sebesar Rp167.500,00 tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto pemberi kerja dan bukan
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak kepada Jadul. Namun apabila pemberi kerja adalah
Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau Wajib Pajak yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit), maka
kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja ditambahkan ke dalam penghasilan dari
pegawai yang bersangkutan, dan penghitungan pajaknya dilakukan sesuai.
Menghitung Pajak Penghasilan orang pribadi Bukan Pegawai atau PPh 21 Bukan Pegawai
sangat berbeda tetapi tidak terlalu sulit. Alasannya adalah, penghasilan yang diperoleh orang
pribadi Bukan Pegawai merupakan imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan. Singkatnya adalah imbalan kepada Bukan Pegawai adalah
penghasilan yang terutang atau diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang
dilakukan. Contoh penghasilan yang diterima orang pribadi Bukan Pegawai adalah honorarium,
komisi, dan fee. Adapun jenis pekerjaannya seperti pengajar, notaris, pengacara, dokter, hingga
distributor perusahaan MLM (Multi Level Marketing). Pajak jenis ini dihitung dengan
menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a Undang Undang PPh atas jumlah kumulatif
penghasilan kena pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan. Besarnya penghasilan kena
pajak adalah sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto dikurangi Pendapatan Tidak Kena Pajak
(PTKP) per bulan. Di dalam aturan tersebut, ketentuan potongan PPh 21 karyawan Bukan
Pegawai membedakan imbalan kepada Bukan Pegawai dalam dua kategori. Pertama adalah yang
bersifat berkesinambungan dan kedua adalah tidak berkesinambungan. Berkesinambungan berarti
imbalan yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender. Sedangkan
Tidak Berkesinambungan adalah imbalan yang dibayar atau terutang hanya satu kali saja dalam
setahun kalender.
Sementara itu, dalam SPT PPh Bukan Pegawai dapat dicek pada formulir 1721-VI Bukti
Potong Tidak Final. Penggolongan Bukan Pegawai telah disederhanakan lagi menjadi 6 kategori,
yaitu:
Sementara itu, imbalan untuk jenis pekerjaan yang termasuk bukan pegawai akan menerima
pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan satu pemotong PPh 21
dan 26 serta memperoleh penghasilan lainnya. Agar dapat mendapatkan pengurangan berupa
PTKP, penerima penghasilan bukan pegawai laki-laki harus menyerahkan fotokopi kartu NPWP,
dan bagi wanita kawin harus menyerahkan fotokopi kartu NPWP suami serta fotokopi surat nikah
dan KK. Sedangkan bagi penerima penghasilan Bukan Pegawai yang tidak memiliki NPWP maka
dikenakan tarif 120% lebih tinggi.
Ada tiga cara menghitung perhitungan potongan PPh 21 Bukan Karyawan atau Pegawai,
yaitu:
Delima merupakan pengajar di sebuah bimbel bernama PT Kamu Harus Pintar dengan
bayaran sebesar Rp6.000.000. Berapa PPh 21 yang harus dibayar Delima yang sudah memiliki
NPWP?
Jawab :
Besarnya PPh 21 terutang dengan NPWP: (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17
Tenaga kerja asing baik buruh maupun staf manajerial menjadi suatu kebutuhan perusahaan
yang terkadang tak terelakkan. Hal ini tentu berdasarkan kebutuhan bisnis dari perusahaan
tersebut. Sebagai tenaga kerja, gaji yang diterima tenaga kerja asing tetap akan dikenai pajak
penghasilan (PPh 21) Warga Negara Asing. Ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
(DJP) Nomor Per-43/PJ/2011 tentang Penentuan Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) dan Subjek
Pajak Luar Negeri (SPLN).
Pada dasarnya, Warga Negara Asing termasuk SPLN. Namun, saat WNA telah memenuhi
kriteria pertama di atas hingga menjadi SPDN, maka secara otomatis WNA tersebut akan
dikenakan PPh Pasal 21 dan bukan lagi PPh Pasal 26. SPDN ditetapkan sebagai Wajib Pajak
karena memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia, yang dibayarkan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia. Penghasilannya pun sudah melampaui Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yaitu Rp 54 juta. Artinya, WNA tersebut telah terkena kewajiban subjektif dan objektif.
Selanjutnya, kewajiban perpajakan WNA yang telah menjadi SPDN dapat mengacu pada
ketentuan perpajakan di Indonesia tentang Pajak Penghasilan orang pribadi. Hanya saja, catatan
penting untuk diperhatikan saat perhitungan potongan PPh 21 Karyawan WNA, terutama bagi
WNA yang bekerja mulai pertengahan tahun, penghitungan PPh Pasal 21-nya harus disetahunkan.
Berikut contohnya:
Tom Hanks adalah seorang pria lajang dengan kewarganegaraan Amerika Serikat. Ia mulai
bekerja di negara Indonesia yaitu di PT Mobil Bekas Sejahtera pada 1 September 2022. Di
perusahaan tersebut, ia mendapat gaji Rp19.000.000. Berapa pajak penghasilan PPh pasal 21 yang
harus Tom bayarkan?
Jawab :
___________________________________________________________________-
Pengurangan:
___________________________________________________________________-
____________________________________________________________________+
Rp19.200.000
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 21 merupakan pajak
atas penghasilan berupa gaji upah honorarium tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. pemotongan PPh pasal 21 adalah setiap
orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 17 tahun 2000 dan terbaru pada tahun
2013 untuk pemotongan PPh pasal 21.
3.2. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekaligus agar
manfaat dari pembahasan mengenai pajak penghasilan pasal 21 dapat memberikan wawasan
positif. di mana sisi positif dan uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang pajak penghasilan pasal 21 tersebut dan diisi kurang baiknya bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. untuk itu, penulis sangat
mengharapkan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA