Professional Documents
Culture Documents
(disusun untuk memnuhi tugas makalah mata kuliah Agama dari dosen pengamuh
Bapak DR. H. Rusdin Djibu, M.Pd)
DISUSUN OLEH
RUSMELYANTI :1011422223
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah –Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Membangun Paradigma Qur’ani dalam Menghadapi Perkembangan
Sains dan Tegnologi Modern”, semoga Makalah ini dapat memberikan informasi
dan menambah wawasan kita semua.
PENDAHULUAN
Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Fungsi Al-
Quran diturunkan ialah sebagai penuntun, petunjuk dan pedoman bagi umat
manusia untuk mengelola alam serta mengatur tata kehidupan. Kitab ini
merupakan petunjuk yang menuju kepada perkembangan kepribadian manusia
dan peraturan sosial atas dasar Keesaan Tuhan. Petunjuk dari Al-Quran yang
tertuju kepada manusia sebagai individu mencakup dimensi spiritual, moral,
akal,estetis dan fisis dari kepribadian manusia.
Dalam dunia modern sekarang ini sains merupakan karunia tak tertandingi
sepanjang zaman bagi kehidupan manusia dalam menghadapi segala tuntutan dan
perkembangannya. Dan sudah menjadi kebutuhan manusia yang ingin mencapai
kemajuan dan kesejahteraan hidup, untuk menguasai dan memanfaatkan sains
sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidupnya. Namun, apakah kemajuan dan
kesejahteraan hidup ini menjadi tujuan tunggal atas penguasaan dan pemanfaatan
sains. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil aplikasi
sains tampak jelas memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah manusia
secara luas. Dan manusia telah mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia
secara besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu
sering diikuti dengan merosotnya kehidupan beragama. Menurut Achmad Baiquni
mendefinisikan sains sebagai himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh sebagai konsensus para pakar pada penyimpulan secara rasional
mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data pengukuran yang
diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam. Melalui proses pengkajian yang
dapat diterima oleh akal, sains disusun atas dasar intizhar pada gejala-gejala
alamiah yang dapat diperiksa berulang-ulang atau dapat diteliti ulang oleh orang
lain dalam eksperimen laboratorium. Kata intizhar (nazhara) dapat berarti
mengumpulkan pengetahuan melalui pengamatan atau observasi dan pengukuran
atau pengumpulan data pada alam sekitar kita, baik yang hidup maupun yang tak
bernyawa.
Karakteristik Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan sempurna ialah
dengan memberikan dorongan yang positif terhadap manusia untuk menggunakan
akal dan sains untuk meneliti dan menghayati kebenaran nilai-nilai ajaran Islam.
Hubungan antara Islam dengan sains sejalan dengan firman Allah dalam
[QS: Yunus:101]: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi
orang-orang yang tidak beriman".
PEMBAHASAN
ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada hambanya
untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam
semesta ini. Sebuah anjuran yang tidak boleh kita abaikan untuk bersama-
sama melakukan penggalian keilmuan yang lebih progresif sehingga
mencapai puncak keilmuan yang dikehendaki Tuhan. Tak heran, kalau
seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan penelitian
terhadap Alquran dan Bibel dari sudut pandang sains modern, menyatakan
bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara
objektif dan tanpa prasangka.
Al-Quran dan al-Hadits menjadi standar sains dan teknologi, bukan sumber
sains dan teknologi. Artinya, apa pun konsep sains dan teknologi yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Quran dan al Hadits, dan tidak boleh
bertentangandengan Al-Quran dan al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Quran dan al-Hadits, maka konsep itu berarti harus
ditolak.
segala macam fenomena alam di dunia ini terjadi sebagai tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT. Al-Quran sendiri sudah menjadi landasan untuk membangun seluruh
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Di dalam Al-Quran, juga sudah
diperintahkan kepada manusia untuk selalu berpikir sesuai dengan akidah-akidah
Islam yang bisa kita pahami di dalam surat Al-Alaq ayat 1:
ْ ا ْق َرْأ بِا
َ َس ِم َربِّ َك الَّ ِذي َخل
ق
Ayat tersebut sudah dengan jelas menegaskan bahwa segala pemikiran dan
pemahaman yang kita peroleh tidak boleh lepas dari akidah-akidah Islam yang
berdasarkan iman kepada Allah SWT. Sementara sains dan teknologi, hanyalah
perangkat yang mendukung pemahaman dalam mempelajari penyebab fenomena
alam agar memperoleh hasil analisis yang tepat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah
para dan digma. Para mengandung arti disamping, di sebelah, dan keadaan
lingkungan. Digma berarti sudut, pandang, teladan, arketif, dan ideal. Dapat
dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir
tentang suatu realitas. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang
dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-
Quran. Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi
kehidupan. Tolak ukur benar / salah, baik / buruk, dan indah jelek adalah Al-
Quran.
Maka Paradigma Qur’ani ini menyatakan bahwa aqidah Islam harus dijadikan
landasan pemikiran bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Jadi cara islam
sendiri memfilter ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan paradigma islam
yaitu Aqidah islam sebagai dasar sains dan teknologi dan syariat islam menjadi
standarisasi sains dan teknologi.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA