You are on page 1of 10

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2.

Mei 2015

file:///C:/Users/Flory.H%20Banda/Downloads/8085-15966-1-SM.pdf

HUBUNGAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PASIEN KATEGORI TRIASE KUNING
DI IGD RSU GMIM KALOORAN AMURANG

Akrian N Tumbuan
Lucky Kumaat
Reginus Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail : riantumbuan@gmail.com

ABSTRACT: This research was motivated by due to the emergency patients in yellow triage
who expressed a long time had been treated and allowed to wait, causing increased anxiety
while in the emergency room. The aim of research to determine the relationship of response
time nurse with a patient's anxiety level yellow in the ER triage category RSU GMIM Kalooran
Amurang. Design research is an analytic survey with cross sectional, population that all the
patients in ER who met the inclusion criteria. This research sample 77 respondents obtained by
using purposive sampling technique. The instrument using questionnaire State Anxiety and
observation sheet measurement results of nurse response time. The results of the statistical test
using Chi Square test at 95% significance level (α ≤ 0.05), then the p value = 0.001. This means
that the value of p <α (0.05). Thus that there is a significant relationship between of response
time nurse with a patient's anxiety level yellow in the ER triage category RSU GMIM Kalooran
Amurang. Advice much improved response time by improving human resources, infrastructure
and existing management in order to achieve a quality of service quality so that the service
provided can be optimized and the patient can feel more calm and patient anxiety can be
decreased while in the ER.
Keywords : Response Time, Anxiety.

ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya pasien gawat darurat pada triase
kuning yang menyatakan lama mendapat penanganan dan dibiarkan menunggu dengan kondisi
yang tidak nyaman karena nyeri dan keletihan sehingga menyebabkan meningkatnya kecemasan
saat berada di ruang gawat darurat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan response
time perawat dengan tingkat kecemasan pasien ketegori triase kuning di IGD RSU GMIM
Kalooran Amurang. Desain penelitian yaitu observasional analitik dengan rancangan cross
sectional, populasi yaitu semua pasien IGD yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian
ini 77 responden yang didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang
digunakan yaitu kuesioner state anxiety dan lembar observasi response time. Hasil penelitian uji
statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05), maka didapatkan
nilai p = 0,001. Ini berarti bahwa nilai p < α (0,05). Dengan demikian bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien ketegori triase
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

kuning di IGD RSU GMIM Kalooran Amurang. Saran lebih ditingkatkan response time melalui
upaya peningkatan SDM, sarana prasarana dan manajemen yang ada agar tercapainya kualitas

pelayanan yang bermutu sehingga pelayanan yang diberikan dapat optimal dan pasien bisa
merasa lebih tenang dan kecemasan pasien dapat menurun selama berada di IGD.
Kata kunci : Response Time, Kecemasan. menetapkan waktu tanggap kemudian di
tetapkan menjadi peraturan. Misalnya di
PENDAHULUAN California yang telah menetapkan standar
Salah satu bagian di rumah sakit waktu tanggap 12 atau 15 menit sejak
yang memberikan pelayanan adalah panggilan darurat diterima untuk penyedia
Instalasi Gawat Darurat. IGD merupakan EMS swasta (Ludwig,
gerbang utama jalan masuknya penderita 2004).
gawat darurat. IGD adalah suatu instalasi Waktu tanggap pelayanan dapat
bagian rumah sakit yang melakukan dihitung dengan hitungan menit dan sangat
tindakan berdasarkan triage terhadap pasien diperngaruhi oleh berbagai hal baik
(Musliha, 2010). mengenai jumlah tenaga maupun komponen-
Menurut Moewardi (2003) Salah komponen lain yang mendukung seperti
satu indikator keberhasilan penanggulangan layanan laboratorium, radiologi, farmasi dan
medik penderita gawat darurat adalah administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat
kecepatan memberikan pertolongan yang waktu atau tidak terlambat apabila waktu
memadai kepada penderita gawat darurat yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-
baik pada keadaan rutin sehari-hari atau rata standar yang ada (Haryatun dan
sewaktu bencana. Keberhasilan waktu Sudaryanto, 2008).
tanggap atau response time sangat Menurut Long (2006) Intervensi
tergantung kepada kecepatan yang tersedia keperawatan yang diberikan di ruang IGD
serta kualitas pemberian pertolongan untuk dalam menyelamatkan jiwa dilakukan ketika
menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat keadaan fisiologis pasien terancam, tindakan
sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan seperti ini termasuk memberikan medikasi
hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun darurat, melakukan resusitasi
dan Sudaryanto, 2008). kardiopulmonal. Suatu tindakan medis
Response Time merupakan menyelamatkan jiwa dapat mendatangkan
kecepatan dalam penanganan pasien, kecemasan, karena terdapat ancaman
dihitung sejak pasien datang sampai integritas tubuh (de Araujo, 2014).
dilakukan penanganan (Suhartati et al. Kecemasan sendiri terkait dengan
2011). Waktu tanggap yang baik bagi masalah kesehatan yang mendasarinya bagi
pasien yaitu ≤ 5 menit. (Keputusan Menteri sejumlah besar orang. Dalam beberapa kasus,
Kesehatan Republik Indonesia, 2009). kecemasan merupakan tanda dan gejala atau
Berbeda dengan di Amerika di mana tidak indikator pertama bahwa Anda memiliki
ada undang-undang federal mengenai waktu penyakit medis. Dalam beberapa kasus pula,
tanggap. Waktu tanggap hanya diatur kecemasan disebabkan oleh kondisi medis
melalui kesepakatan kontrak antara yang memerlukan perawatan (Tirto Jiwo,
penyedia Emergency Medical Service 2012).
(EMS) dengan subdivisi politik yang
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Kecemasan merupakan reaksi METODE PENELITIAN


terhadap penyakit karena dirasakan sebagai Penelitian ini adalah penelitian
suatu ancaman, ketidaknyamanan akibat observasional analitik, dengan menggunakan
nyeri dan keletihan, perubahan diet, rancangan Cross Sectional (potong lintang).
berkurangnya kepuasan seksual, timbulnya Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat
krisis finansial, frustasi dalam mencapai Darurat RSU GMIM Kalooran Amurang.
tujuan, kebingungan dan ketidakpastian masa Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan
kini dan masa depan (Brunner & Suddarth, yaitu pada bulan Januari - Februari 2015.
2002). Dalam penelitian ini populasinya adalah rata-
Dari studi awal yang dilakukan di rata jumlah kunjungan pasien dengan
RSU GMIM Kalooran Amurang, rumah sakit kategori triase kuning per bulan di Instalasi
2

ini sudah termasuk dalam klasifikasi rumah Gawat Darurat RSU GMIM Kalooran
sakit umum tipe C di mana rumah sakit ini Amurang yaitu 239 pasien/bulan.
merupakan rumah sakit umum rujukan di Dalam penelitian ini
Kabupaten Minahasa Selatan. Data sampelnya adalah purposive sampling.
kunjungan pasien ke IGD selama bulan Juli – Sampel diambil dari rata-rata kunjungan per
Oktober 2014 berjumlah 5.285 pasien, di bulan pasien dengan kategori triase kuning
mana pasien dengan kategori triase merah yang datang di instalasi gawat darurat
berjumlah 886 pasien, kategori triase kuning RSU GMIM
berjumlah 1.195 pasien, kategori triase hijau Kalooran Amurang yaitu 239 pasien.
berjumlah 3.197 pasien dan kategori triase Kriteria penerimaan (Inklusi) : Semua
hitam berjumlah 27 pasien. Dengan tenaga pasien yang datang di instalasi gawat darurat
perawat yang dinas di IGD RSU GMIM RSU GMIM Kalooran Amurang, Pasien
Kaloorang Amurang berjumlah 13 orang yang dalam keadaan sadar, tidak mengalami
dengan tingkat pendidikan S1 2 orang, D3 7 gangguan penglihatan dan pendengaran /
orang dan SPK 4 orang. Dari observasi yang dapat berkomunikasi dengan baik, Pasien
dilakukan pada saat penangan pasien yang dengan kategori triase kuning (gawat tidak
dilakukan 3 perawat di IGD RSU GMIM darurat atau darurat tidak gawat), Pasien
Kalooran Amurang rata-rata respon time dengan usia dewasa (17 – 55 tahun).
perawat yaitu > 5 menit. Observasi dan Kriteria penolakan (Ekslusi) : Pasien
wawancara yang dilakukan pada 5 pasien yang tiba di instalasi gawat
yang masuk ke IGD RSU GMIM Kalooran darurat, kemudian meninggal dunia, Pasien
Amurang dengan kategori triase kuning dengan kategori triase merah (Emergency)
(urgent), setelah mendapatkan respon dan dan hijau (Non-Urgent), Pasien yang
tindakan pertama dari perawat, 3 dari 5 menolak untuk dijadikan responden.
pasien yang masuk mengatakan mereka Penelitian ini menggunakan
merasa cemas karena lamanya tindakan yang instrumen berupa lembar observasi untuk
harus mereka jalani, mereka juga response time dan kuisioner kecemasan State
mengatakan pelayanan perawat di IGD masih Anxiety Inventory.
lambat. Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara:
Melakukan survey pendahuluan, Menentukan
3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

koresponden yang memenuhi kriteria inklusi,


Peneliti melakukan observasi terhadap
response time perawat pada pasien dengan
kategori triase kuning di
IGD RSU GMIM Kalooran Amurang,
Menjelaskan kepada koresponden yang
memenuhi kriteria inklusi tentang penelitian
yang akan dilakukan, Menanyakan kepada
koresponden apakah bersedia menjadi
responden dalam penelitian atau tidak. Serta
membagikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden dalam penelitian
(Informed Consent), Peneliti membagikan
kuisioner kepada responden dan responden
melakukan pengisian kuisioner. Kuisioner
diambil kembali 30 menit kemudian
Data dimasukan dalam master tabel
dan pengolahan data dilakukan melalui
analisis statistik dengan menggunakan
komputer.
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Analisis data dalam penelitian ini yaitu Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
analisis univariat yang bertujuan untuk untuk Umur di IGD RSU GMIM Kalooran
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik Amurang.
masing-masing variabel yang diteliti, meliputi Umur n %
karakteristik responden, response time perawat dan
tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning. 17 – 25 21 27,3
Analisis bivariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga atau 26 – 35 13 16,9
berkorelasi. Dilakukan uji Chi Square dengan
derajat kemaknaan 95% (α 0,05). 36 – 45 30 39
Dalam melakukan penelitian, peneliti
memperhatikan masalah-masalah etika 46 – 55 13 16,9
penelitian yang meliputi: informed consent,
anonimity, confidentiality. Total 77 100

HASIL dan PEMBAHASAN Analisis Univariat Sumber: Data Primer 2015


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
Kelamin di IGD RSU GMIM Kalooran Berdasarkan penelitian yang
Amurang telah dilakukan di IGD RSU GMIM
Jenis Kelamin n % Kalooran Amurang menunjukan
bahwa dari 77 responden, didapati
Laki-laki 31 40,3 jumlah tertinggi responden dengan
rentang umur 36 – 45 sebanyak 30
Perempuan 46 59,7 (39%), sedangkan pada rentang umur
26 – 35 dan 46 – 55 terdapat jumlah
Total 77 100 responden yang sama yaitu 13
(16,9%).
Sumber: Data Primer 2015 Menurut Lutfa dan Malya
(2008) semakin muda umur seseorang
Berdasarkan penelitian yang telah dalam menghadapi masalah maka
dilakukan di IGD RSU GMIM Kalooran Amurang akan sangat mempengaruhi konsep
menunjukan bahwa dari 77 responden, didapati dirinya. Umur dipandang sebagai
jumlah responden dengan jenis kelamin suatu keadaan yang menjadi dasar
perempuan sebanyak 46 (59,7%) lebih banyak dari kematangan dan perkembangan
jumlah responden laki-laki sebanyak 31 (40,3%). seseorang. Kematangan individu
Menurut Myers (1983) berkaitan dengan dapat dilihat langsung secara objektif
kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih dengan periode umur, sehingga
cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan berbagai proses pengalaman,
dengan laki-laki, laki-laki cenderung lebih aktif, pengetahuan, keterampilan,
eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. kemandirian terkait sejalan dengan
Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih bertambahnya umur individu. Umur
rileks dibanding perempuan (Kuraesin, 2009). yang jauh lebih tua, akan cenderung
memiliki pengalaman yang lebih
dalam masalah kecemasan (Furwanti,
2014).
5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

sarana dan prasarana rumah sakit yang kurang


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan memadai dibandingkan dengan jumlah pasien yang
Response Time di IGD RSU masuk, serta beberapa pasien yang tiba dalam
GMIM Kalooran Amurang waktu yang bersamaan di instalasi gawat darurat
sehingga perawat harus memprioritaskan masalah
Response Time n % yang paling darurat.
Waktu menjadi faktor yang
Tepat 33 42,9 sangat penting dalam penatalaksanaan
keadaan gawat darurat, penting agar
Tidak tepat 44 57,1 dapat terapi mengikuti urutan yang
sesuai dengan urutan mendesaknya
Total 77 100 keadaan yang ada (Boswick, 1997).
Menurut Moewardi (2003)
Sumber: Data Primer 2015 keberhasilan waktu tanggap atau
response time sangat tergantung
Berdasarkan hasil penelitian yang kepada kecepatan yang tersedia serta
dilakukan di IGD RSU GMIM Kalooran Amurang kualitas pemberian pertolongan untuk
menunjukkan bahwa dari 77 responden, ada 33 menyelamatkan nyawa atau mencegah
responden (42,9%) yang mendapatkan response cacat sejak di tempat kejadian, dalam
time yang tepat ≤ 5 menit dari perawat dan 44 perjalanan hingga pertolongan rumah
responden (57,1%) yang mendapatkan response sakit (Hasan, 2012).
time yang tidak tepat > 5 menit dari perawat. Hal
ini menunjukkan bahwa pasien yang masuk di IGD Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
RSU GMIM Kalooran Amurang mendapatkan Kecemasan di IGD RSU
response time yang tidak tepat dari perawat dengan GMIM Kalooran Amurang
pelayanan waktu > 5 menit dan keadaan ini Kecemasan n %
menunjukan belum terpenuhinya standar IGD
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Ringan 17 22,1
Indonesia tahun 2009 bahwa indikator response
time (waktu tanggap) di IGD adalah harus ≤ 5 Sedang 19 24,7
menit.
Sabriyanti (2012) dalam penelitiannya Berat 27 35,1
tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Panik 14 18,2
Pada Response Time I Di Instalasi Gawat Darurat
Bedah Dan Non-bedah RSUP DR. Total 77 100
Wahidin
Sudirohusodo yang menunjukan bahwa ada Sumber: Data Primer 2015
hubungan yang bermakna antara ketersediaan
Stretcher dan ketersediaan petugas triase di IGD Berdasarkan penelitian yang
dengan ketepatan waktu tanggap. Faktor lain yang dilakukan di IGD RSU GMIM Kalooran
menyebabkan response time perawat di instalasi Amurang menunjukan bahwa ada
gawat darurat RSU GMIM Kalooran Amurang 17 responsden (22,1%) dengan
tidak tepat > 5 menit, yaitu karena ada tingkat kecemasan ringan, 19 responden
keterbatasan jumlah perawat dan keterbatasan (24,7%) dengan tingkat kecemasan sedang, 27
6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

responden (35,1%) dengan tingkat kecemasan Indep


enden Dependen
berat, 14 responsden (18,2%) dengan tingkat
Respo Kecemasan
kecemasan panik. Hal ini menunjukkan nse Total
bahwa pasien yang ada di IGD RSU GMIM Time ringan sedang berat panik
Kalooran Amurang sebagian besar mengalami n % n % n % n % n
kecemasan berat yaitu 35,1% dari 77 Tepat 11 14,3 13 16,9 6 7,8 3 3,9 33 42,9 Tidak 6 7,8 6 7,8 21 27, 3 11 14,3 44 57,1
responden. 0,001 tepat

Kecemasan merupakan reaksi terhadap 17 22,1 19 24,7 27 35,1 14 18,2 77 10

penyakit karena dirasakan sebagai suatu ancaman, Total

ketidaknyamanan akibat nyeri dan keletihan,


perubahan diet, berkurangnya kepuasan seksual, Berdasarkan uji statistik
timbulnya krisis finansial, frustasi dalam mencapai Pearson Chi-Square response time
tujuan, kebingungan dan ketidakpastian masa kini perawat dengan kecemasan pasien
dan masa depan (Brunner & Suddarth, 2002). kategori triase kuning di
Individu-individu yang tergolong normal kadang IGD RSU GMIM Kalooran
kala mengalami kecemasan yang menampak, Amurang menunjukan bahwa
sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang tidak terdapat nilai harapan atau
berupa gejala-gejala fisik maupun mental. expected count yang kurang dari 5
Gejalagejala yang bersifat fisik diantaranya dan didapatkan nilai ρ = 0,001 hal
adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin ini berarti ρ lebih kecil dari α
cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu (0,05) dengan demikian dapat
makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. dikatakan bahwa Ho ditolak atau
Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan ada hubungan yang signifikan
merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat antara response time perawat
memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dengan tingkat kecemasan pasien
dari kenyataan (Siti Sundari, 2004). kategori triase kuning di instalasi
Kecemasan (Ansietas) adalah gawat darurat RSU GMIM
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang Kalooran Amurang.
samar disertai respons autonom Menurut Yulishati (2011)
(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak pelayanan keperawatan gawat
diketahui oleh individu); perasaan takut yang darurat adalah pelayanan yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini diberikan kepada pasien untuk
merupakan isyarat kewaspadaan yang mengatasi kondisi kedaruratan dan
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan juga memberikan asuhan
memampukan individu untuk bertindak keperawatan untuk mengatasi
menghadapi ancaman. (Nanda International, kecemasan pada pasien/keluarga
2013). (Syofyanti, 2014).
Tindakan penanggulangan
Analisis Bivariat kegawatdaruratan selalu mengutamakan
Tabel Distribusi Hubungan Response Time keselamatan pasien, dimana saat melakukan
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien tindakan kegawatdaruratan perawat harus
Kategori Triase Kuning Di IGD RSU bertindak cepat dan akhirnya cenderung
GMIM Kalooran Amurang mengesampingkan kecemasan
pasien
(Kencana, 2012).
7
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Menurut Long (2006) Intervensi upaya perbaikan yang menyangkut masalah


keperawatan yang diberikan di ruang sumber daya manusia, fasilitas, prosedur,
IGD dalam menyelamatkan jiwa pelayanan dan aspek teknis lainnya.
dilakukan ketika keadaan fisiologis SIMPULAN
pasien terancam, tindakan seperti ini Response time perawat di Instalasi
termasuk memberikan medikasi darurat, Gawat Darurat RSU GMIM Kalooran
melakukan resusitasi Amurang rata-rata tidak tepat yaitu
kardiopulmonal. Suatu tindakan medis lebih dari 5 menit. Tingkat kecemasan
menyelamatkan jiwa dapat pasien kategori triase kuning di
mendatangkan kecemasan, karena Instalasi Gawat Darurat RSU GMIM
terdapat ancaman integritas tubuh (de Kalooran Amurang mayoritas
Araujo, 2014). mengalami kecemasan berat. Terdapat
Kecemasan yang dialami pasien di IGD hubungan yang signifikan antara
biasanya terkait dengan nyeri yang dirasakan response time perawat dengan tingkat
maupun berbagai macam prosedur atau tindakan kecemasan pasien kategori triase
asing yang harus dijalani pasien. Pasien juga kuning di Instalasi Gawat Darurat
mengalami kecemasan ketika merasa pelayanan RSU GMIM Kalooran Amurang.
yang mereka terima lambat. Dilihat dari hasil
penelitian, menunjukan bahwa responden
DAFTAR PUSTAKA
terbanyak yaitu 21 responden dari 77 responden
Boswick J. A, Ir, MD. (1997). Perawatan
menerima pelayanan IGD atau response time yang
Gawat Darurat (Emergency Care).
tidak tepat dan mengalami kecemasan berat, hal ini
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
disebabkan karena masih ada keterbatasan jumlah
perawat dan keterbatasan sarana dan prasarana
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan
rumah sakit yang kurang memadai dibandingkan
Medikal Bedah, vol 1. EGC : Jakarta
jumlah pasien serta beberapa pasien yang tiba
dalam waktu yang bersamaan di instalasi gawat
darurat sehingga perawat harus memprioritaskan De. Araujo, L., Susilo, E., Widodo G. (2014).
masalah yang paling darurat sehingga Hubungan Komunikasi Terapeutik
menyebabkan pelayanan/respon yang diterima Perawat Dengan
Kecemasan Pasien Di Ruang
sebagian pasien menjadi lambat dan menyebabkan
Triase Instalasi Gawat
pasien harus menunggu lebih lama untuk
Darurat Hospital Nacional
mendapatkan penanganan dengan kondisi yang
Guido Valadares. Ungaran :
tidak nyaman karena nyeri dan keletihan sehingga
Jurnal STIKES Ngudi
menyebabkan meningkatnya kecemasan pasien
Waluyo.
saat di IGD.
Oleh karena itu peran perawat sangat
penting karena selain sebagai ujung tombak di Furwanti. (2014). Gambaran
instalasi gawat darurat, peran perawat sangat Tingkat Kecemasan Pasien Di
menentukan untuk menurunkan tingkat kecemasan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
pasien di IGD melalui pelayanan yang cepat dan
Yogyakarta: Jurnal
tepat serta melaksanakan asuhan keperawatan
Universitas Muhamadiyah
terlebih khusus asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami kecemasan (ansietas). Kualitas
pelayanan di IGD juga perlu ditingkatkan melalui

8
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

Hasan. L. (2012). Hubungan Musliha. (2010). Keperawatan


Response Time Perawat Gawat Darurat. Nuha Medika :
Dengan Kepuasan Pasien Di Yogyakarta.
Instalasi Gawat Darurat
Badan Rumah Sakit Daerah Nanda International. (2013). Diagnosis
Kabupaten Banggai. Program Keperawatan Definisi dan
Studi Ilmu Keperawatan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran. Manado.
Skripsi (Tidak dipublikasikan). Sabriyati. W. O. N. I. (2012). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan ketepatan waktu
Haryatun, Nunuk dan Sudaryanto. (2008). tanggap penanganan kasus pada response
Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan time I di instalasi gawat darurat bedah
Keperawatan Pasien Cedera Kepala dan non-bedah
Kategori I-V Di Instalasi Gawat Darurat RSUP DR.Wahidin
RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Berita Ilmu Sudirihusodo. Makasar :
Keperawatan. Jurnal Universitas Hasanudin.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Siti Sundari (2004). Kearah Memahami
(2009). Standar Instalasi Gawat Darurat Kesehatan Mental. Yogyakarta:
(IGD) Rumah Sakit. Jakarta: Menteri PPB FIP UNY.
Kesehatan Republik
Indonesia Stuart, W. S. (2002) Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta:
Kuraesin, N. D (2009). Faktor-faktor yang ECG
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
yang akan menghadapi operasi di RSUP Suhartati et al . (2011). Standar
Fatmawati. Universitas Islam Negeri Syarif Pelayanan Keperawatan
Hidayatullah Jakarta.
Gawat Darurat di Rumah
61-88
Sakit. Jakarta: Kementrian
Kesehatan
Kencana. (2012). hubungan antara persepsi
pasien tentang perawat IGD RSUD Wates
Syofyanti. R.A. (2014).
Kulon Progo Yogyakarta dengan
Hubungan pelayanan keperawatan
kecemasan pasien IGD RSUD
gawat darurat dengan tingkat
Wates Kulon Progo
kepuasan pasien di instalasi gawzt
Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal
darurat RSSN Bukittinggi tahun
Universitas Respati
2014.
Diunduh dari :
Ludwig. G. (2004). EMS Response Time jurnal.umsb.ac.id/wpcontent/uploads/2014/
Standards. 09/Jurnal-
http://www.emsworld.com/article/10
Richa-pdf.pdf
324786/ems-response-timestandards. Di
akses tanggal 28 Februari 2015 jam 21.30
Tirtojiwo. (2012). Anxiety (Kecemasan).
Diunduh dari :

9
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015

http://tirtojiwo.org/wpcontent/
uploads/2012/06/kuliahanxiety.pdf
tanggal 15 November
2014 jam 22.00

10

You might also like