You are on page 1of 23

MODUL PERKULIAHAN

KEWARGANEGARAAN

MODUL 4
POKOK BAHASAN :
IDENTITAS NASIONAL
SEBAGAI KARAKTER BANGSA

Pertemuan
Fakultas: Online 4 Disusun Oleh:
Program Studi:
Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si
Abstract
kemampuan Akhir yang diharapkan

Pada Bab ini anda akan mempelajari Mahasiswa mampu memahami mengenai identitas nasional,
tentang identitas nasional sebagai karakter bangsa dan integrasi nasional di Indonesia.
karakter bangsa.

kewarganegaraan
2021
2 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Daftar Isi
A. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa 3
B. Parameter Identitas Nasional 5
C. Unsur Unsur Pembentuk Identitas Nasional 7
D. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa 11

E. Identitas Nasional Indonesia 11

F. Aktualisasi Ideologi Pancasila Sebagai Budaya Politik Bangsa Melalui Pembaharuan


Karakter Pemuda Yang Solid Dan Progresif 12

G. Assesment 19

DAFTAR PUSTAKA 21

MODUL 4
kewarganegaraan
2021
3 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
IDENTITAS NASIONAL
SEBAGAI KARAKTER BANGSA

Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya”. Sedangkan mengupas identitas sebagai ungkapan nilai-nilai suatu bangsa
yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada
sebuah bangsa dikatakan sebagai “identitas nasional”.

A.Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa.

Indonesia adalah suatu bangsa dan suatu negara di antara negara-negara lain di
dunia. Sebagai suatu negara dan bangsa, Indonesia memiliki ciri, identitas, dan karakter yang
berbeda dengan negara lain. Secara sosiologis, Indonesia sebagai bangsa yang plural dan
multikultur dari Sabang sampai Merauke denganberagam keunikannya Indonesia memiliki
ribuan pulau, 34 Propinsi, 410 Kabupaten, 98 Kota, 6.694 Kecamatan, 8.216 Kelurahan,
69.249 Desa, 8 Suku Besar, dan 772 Suku, serta 746 bahasa daerah. Keunikan yang dimiliki
Indonesia jelas berbeda dengan bangsa lain, dan itu merupakan ciri khas yang melekat pada
Bangsa Indonesia. Pada era globalisasi saat ini, sebuah negara memiliki tantangan besar
dalam rangka mempertahankan identitasnya dari serbuan politik, ekonomi, sosial dan budaya
asing yang tidak mungkin dibendung. Konsekuensi dari semua itu, maka terjadi pergeseran
nilai-nilai, ideologi, jati diri, bahkan sikap mental yang kerapkali bertentangan dengan jati diri
bangsa. Oleh karena itu, agar suatu bangsa tetap dapat bertahan dalam menghadapi
globalisasi, bangsa yang bersangkutan harus mampu meletakan jati diri atau identitas nasional
sebagai bentuk kepribadian yang tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Istilah identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia berarti keadaan, ciri-ciri khusus suatu benda/orang. Dalam kamus politik
“identitas” berarti ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri. Sedangkan kata
“nasional” dari akar kata “nation” (Inggris), yang berarti bangsa yang tengah menegara atau
kebangsaan. Dalam kamus politik berasal dari kata “nation” (Latin), artinya kelahiran, suku
bangsa. Kata “nasional” berarti masyarakat yang sudah berkembang sedemikian rupa,
sehingga mempunyai kesamaan sejarah, tradisi, kebudayaan, bahasa dan wilayah. Hal
kewarganegaraan
2021
4 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
tersebut menimbulkan kesadaran dan kesetiaan serta kemauan untuk hidup bersatu dalam
suatu negara yang merdeka. Secara terminologis, identitas nasional adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatau bangsa yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Artinya,
setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional tidak dapat dipisahkan dengan
jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya


yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya”. Sedangkan mengupas identitas sebagai ungkapan nilai-nilai suatu bangsa
yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada
sebuah bangsa dikatakan sebagai “identitas nasional”. Namun perlu disadari bahwa identitas
nasional tidak pernah berhenti atau selesai, dan karenanya akan berlangsung sepanjang
masa.

Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara
dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-
menerus berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Implikasinya bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk
diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat.

kewarganegaraan
2021
5 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Bila dilihat dari proses, menurut Juliardi (2014:35), lahirnya identitas nasional, maka
identitas nasional itu sendiri dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Identitas cultural unity atau identitas kesukubangsaan.


Istilah “cultural unity” merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam konteks sosiologis-antropologis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan ras,
suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi
identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa
lain.

2. Identitas political unity atau identitas kebangsaan.

Political unity merujuk pada bangsa dalam arti politik, yaitu bangsa-negara. Kesamaan
primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara, namun saat ini negara
yang relative homogeny yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara
baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang disebut dengan
identitas nasional.

B.Parameter Identitas Nasional.

Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan
untuk menyatakan sesuatu yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur adalah
unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan
teknologi, sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti ciri geografis.
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mencari ciri atau identitas nasional
biasanya mempunyai normatif sebagai berikut:

1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas


masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-istiadat, tata kelakuan, dan
kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah
satu identitas nasional yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini biasanya dinyatakan dalam
Undang-Undang seperti Garuda Pancasila, Bendera, Bahasa, dan lagu kebangsaan.
kewarganegaraan
2021
6 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan,
teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti
bangunan yang merupakan tempat ibadah (Borobudur, Prambanan, Masjid dan Gereja),
peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat
terbang, kapal laut, dan lain-lain).
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat
dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu
Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk hanya pada
individu (adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu kelompok Indonesia
sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau
parameter pembentuk identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang
terdapat pada segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah: suku bangsa, kebudayaan, dan bahasa
maupun fisik seperti kondisi geografis.

1. Suku Bangsa.
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal bangsa
dengan banyak suku bangsa, dan menurut data statistik hampir mencapai 300 suku
bangsa. Setiap suku mempunyai adat istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,
namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam suatu negara
Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
2. Kebudayaan.
Kebudayaan menurut ilmu sosiologi termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
adat-istiadat. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang
bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu kelompok,
artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan
yang didapat dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini
harus menjadi sesuatu yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara
berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
3. Bahasa.
Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu lambang suatu negara.
Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan manusia, khususnya dalam kaitan dengan
kewarganegaraan
2021
7 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
hidup bersama dalam masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki
simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun, sekalipun
hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak hadir di situ. Di
Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa
atau etnis namun bahasa Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai
etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara
suku-suku dinusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi
perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928 Bahasa
Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa
Melayu ditetapkan menjadi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Bangsa
Indonesia. Setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa nasional.
4. Kondisi Geografi.
Kondisi geografi merupakan indentitas yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis
wilayah negara menunjukkan tentang lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan
waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi.
Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan akan dapat
diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa akan mendapat pengaruh dari
kedudukan geografis wilayah negaranya. Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh
sebuah negara yang dapat membedakannya dengan negara lain.

C.Unsur Unsur Pembentuk Identitas Nasional.

Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu sejarah
perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan Bangsa Indonesia, suku bangsa, agama,
dan budaya unggul. Namun demikian, unsur unsur ini tidak statis dan akan berkembang
sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia.
1. Unsur Sejarah.
Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan kondisi sosial yang
berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia secara ekonomis dan politik pernah
mencapai era kejayaan di wilayah Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa
Indonesia pada era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami
kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik, memiliki kekuasaan
negara hingga seluruh wilayah nusantara yang meliputi wiiayah jajahan Belanda (sekarang
kewarganegaraan
2021
8 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
wilayah NKRI) hingga wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian
wilayah Thailand. Namun, kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat menghilangnya jiwa
kebersamaan (persatuan dan kesatuan) di antara bangsa dalam pemerintahan Majapahit
dan Sriwijaya tersebut.
Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini berimplikasi pada terciptanya
pemerintahan kerajaan dimasing-masing daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sistem
pemerintahan kerajaan ini menyebabkan Bangsa lndonesia menjadi makin lemah untuk
mengahadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari negara lain yang ingin
mencari sumber energi baru bagi negaranya. Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada
akhirnya menyebabkan bangsa Indonesia jatuh ketangan negara-negara kolonial (penjajah).
Sebagaimana kita ketahui negara yang menjajah bangsa Indonesia adalah Belanda,
Portugis, dan Jepang. Ketiganya masing-masing menjajah kita selama 350 tahun, 400
tahun, dan 3,5 tahun. Dampak langsung dari adanya penjajahan adalah bangsa Indonesia
mengalami kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan dan kehilangan sumber
daya alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab oleh penjajah untuk dibawa
kenegaranya Realitas perjalanan sejarah bangsa tersebut mendorong bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk
meraih dan mempertahankan kembali harga diri. Martabatnya sebagai bangsa, selain itu,
dipertahankan semua potensi sumber daya alam yang ada agar tidak tenis-menerus
dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan kehidupan bangsa
Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa Indonesia ini tidak berhenti pada masalah
yang tersebut di atas, melainkan berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan
kemerdekaan bangsa dari penjajah.
Perjuangan demi perjuangan Bangsa Indonesia di atas pada akhirnya menjadi suatu
nilai yang mengkristal dalam jiwa Bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
pejuang. Sekaligus semangat juang yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia tersebut menjadi
kebanggaan sebagai identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang membedakan dengan
bangsa lain di ASEAN dan dunia pada umumnya. Sejarah telah memberikan identitas
nasional bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang.
2. Kebudayaan.
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah meliputi tiga
unsur yaitu:
a. Akal Budi.

kewarganegaraan
2021
9 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam interaksinya
antara sesama (horizontal) maupun antara pimpinandengan staf, anak dengan orang tua
(vertikal), atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang tersebut di atas,
adalah hormat-menghormati antarsesama, sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan
hormat pada orang tua.
b. Peradaban (civility).
Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari
beberapa aspek yang meliputi aspek yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, dan
hankam. Identitas nasional dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah;
1. Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila.
2. Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung presiden dan wakil presiden
serta kepala daerah tingkat I dan tingkat II kabupaten/kota.
3. Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi,
4. Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah-tamah, murah senyum, dan setia
kawan, dan
5. Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling), sistem perang gerilya, dan
teknologi kentongan dalam memberikan informasi bahaya, dan sebagainya.
c. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi:


1. Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia.
2. Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang, yaitu pembuatan pesawat
terbang CN 235, di IPTN Bandung, Jawa Barat.
3. Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan kapal laut Phinisi,
dan
4. Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade bsika dan kimia, dan sebagainya.
Budaya Unggul

Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan dengan cara “kita
harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa.” Dalam
UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya
sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur serta adil atau
berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilaikemanusiaan, demokrasi
dan keadilan dijadikan landasan ideologis yang secara ideal dan normatif di wujudkan
secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.
kewarganegaraan
2021
10 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Suku Bangsa

Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang majemuk
(aneka ragam). Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud adalah terlihat dari
jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa dengan bahasa dan dialek yang
berbeda. Populasinya menurut data BPS tahun 2003 adalah berjumlah 210 juta jiwa.

Agama
Identitas Nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan memiliki hubungan
antarumat seagama dan antarumat beragama yang rukun. Di samping itu, menurut UU No.
16/1969, Negara Indonesia mengakui multi agama yang dianut oleh bangsanya yaitu Islam,
Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Pada Era Orde Baru, agama Kong Hu Cu
tidak diakui sebagai agama resmi Negara Indonesia, tetapi sejak Pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi Negara dihapuskan Islam adalah agama
mayoritas bangsa Indonesia. Indonesia merupakan Negara multiagama, karena itu
Indonesia dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut Magnis
Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik antaragama perlu diciptakan tradisi
saling menghormati antara umat agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara
positif dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain.

Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas nasional. bahasa
Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung (lingua
franca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun
1928 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah
Pemuda sebagai Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia. Namun di sisi lain, penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki dampak terhadap semakin kurangnya
penggunaan bahasa daerah. Untuk mengatasi hal tersebut, idealnya setiap daerah memiliki
kebijakan tentang penggunaan bahasa daerah pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, setiap
hari Rabu seluruh warga masyarakat Kota Bandung, baik di kantor, instansi pemerintah dan
tempat-tempat lain harus menggunakan bahasa daerah (Sunda). Eksistensi bahasa daerah
harus dipahami sebagai salah satu kearifanlokal yang perlu terus dijaga guna memperkuat
identitas nasional yang bersumber dari keragaman bahasa dan budaya Indonesia.
kewarganegaraan
2021
11 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
D. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa.

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membangun dan mengembangkan karakter


bangsa sehingga mampu menjadi benteng dalam mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam.
Suatu bangsa akan tegak berdiri jika warga negaranya memiliki karakter yang tangguh, ulet,
cerdas, berkepribadian berdasarkan pandangan hidup bangsanya. Karakter berasal dari
bahasa Latin “kharakter, kharassein atau kharax”, sementara dalam bahasa Prancis disebut
dengan “character”, dan dalam Bahasa Inggris adalah “character”. Dalam arti luas karakter
diartikan sebagai sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Merujuk kepada pengertian tersebut, maka karakter bangsa
dapat diartikan sebagai tabiat atau watak khas Bangsa Indonesia yang membedakan
bangsa Indonesia denganbangsa lain. Setiap bangsa dimana pun memiliki identitas yang
menjadi dasar dalam memahami jati diri bangsanya sehingga menumbuhkan kebanggaan
sebagai bangsa. Menurut Weber, cara terbaik dalam memahami suatu masyarakat adalah
dengan cara memahami karakter (tingkah laku) anggotanya. Secara sosiologis, karakter
salah satunya terbentuk melalui identitas nasional yang dimiliki suatu bangsa. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa identitas nasional akan membentuk karakter bangsa tersebut.
Menurut Arwiyah dan Runik Machbroh, identitas nasional Indonesia bila dilihat dari
karakter bangsa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mencintai sesama manusia, keluarga, masyarakat, bangsa dan tanah airnya.
3. Menghormati sesama warga negara tanpa membedakan latar belakang sosial dan
budaya. 4. Dapat hidup bersama dalam masyarakat majemuk yang terdiri dari perbedaan
budaya,
etnik, agama.

E. Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia merujuk kepada identitas-identitas yang sifatnya nasional.


Beberapa identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bahasa nasional adalah bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
2. Bendera negara adalah Sang Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya.
4. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila.
kewarganegaraan
2021
12 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
5. Semboyan negara yaituBhineka Tunggal Ika.
6. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila.
7. Konstitusi ( hukum dasar ) negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara kesatuan Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9. Konsepsi wawasan nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan lokal.
11. Konsepsi Wawasan Nusantara yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

F. Aktualisasi Ideologi Pancasila Sebagai Budaya Politik Bangsa Melalui


Pembaharuan Karakter Pemuda Yang Solid Dan Progresif.

Berbicara tentang ideologi pemuda menjadi bahasan menarik di era saat ini dalam
tatanan globalisasi. Keadilan sosial dan kemanusian yang dipikirkan oleh pramoedya, apakah
akan menjadi pemikiran sama terhadap setiap pemuda, sekelompok pemuda bahkan
sebagian besar pemuda?. Pada kesempatan saat ini, Kita tidak perlu menjawab hal tersebut
secara teoritis ataupun empiris karena butuh kajian secara mendalam. Kita hanya perlu
melihat disekeliling kita, melihat media massa, dan melihat media sosial. Ketimpangan
ekonomi, penindasan berdasarkan perbedaan, saling menghujat, dan banyak lagi
problematika yang terjadi di bangsa ini. Kondisi tersebut selalu menjadi headline disetiap
media massa dan diperparah oleh media sosial hanya sebagai tempat melampiaskan perilaku
hedonis serta ‘pertarungan’ kepentingan politik, sosial dan agama. Hal tersebut menimbulkan
sebuah premis, apakah ini adalah sebuah proses dalam mewujudkan keadilan sosial dan
kemanusian?. Premis berikutnya, apakah ini adalah kegagalan pemuda dalam mewujudkan
keadilan sosial dan kemanusiaan.

Untuk menilai peran pemuda menjadi menarik bila melihat realitas para agen-agen
perubahan bangsa yaitu mahasiswa. Setiap zaman, decade, dan tahun, mahasiswa berperan
memberikan sebuah perubahan bagi bangsanya. Hal tersebut tersirat dalam sejarah
perjuangan bangsa ini hingga era reformasi, mahasiswa selalu menempatkan diri sebagai
‘jembatan’ atau penyalur suara rakyat terhadap pemerintah (Negara). Bangsa Indonesia
merdeka tidak lepas dari perjuangan ideologi dari Mahasiswa. Walaupun yang lahir dari dunia
pendidikan feodal tetapi mereka tetap melihat rakyatnya yang semakin timpang dari segi
pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan. Kondisi tersebut terus ‘mengakar’ dalam pemikiran
dan terus berkembang menjadi sebuah perbuatan untuk menentang ketidakadilan khususnya
kepada masyarakat. Perubahan rezim pemerintahan menjadi sebuah ujian bagi mahasiswa
kewarganegaraan
2021
13 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
untuk terus melakukan kritik kepada pemerintah untuk berpihak kepada rakyatnya.
Pembungkaman demokrasi menjadi isu sentral yang ingin selalu dilawan hingga setelah 32
tahun rezim orde baru, demokrasi yang didampakan berhasil diwujudkan.

Demokrasi yang berhasil diwujudkan oleh elit-elit politik, mahasiswa dan sebagian
masyarakat adalah sebuah cara mewujudkan keadilan sosial dan kemanusian! Menjadi
sebuah perdebatan menarik dalam menjelaskan hal tersebut, menurut Nietzche1

“bagi kami demokrasi bukan saja sekedar sebuah bentuk kemerosotan organisasi politis
melainkan suatu bentuk kemerosotan yaitu pengkerdilan manusia, yang membuat manusia
semangat sedang-sedang saja dan merendahkan martabatnya sendiri”

Sebuah sistem tentunya tidak sempurna termasuk demokrasi, pro dan kontra menjadi
gambaran tentang hal tersebut. Demokrasi yang kita terapkan hanya sebuah langkah awal
bukan menjadi akhir. Butuh sebuah proses untuk mewujudkan harapan masyarakat, oleh
karena itu perlu mengawal demokrasi sesuai dengan arah tujuan bangsa Indonesia.
Mahasiswa yang harus mengawal hal tersebut, bukan hanya impian dan harapan tetapi
menjadi kenyataan bagi masyarakat secara luas. Dunia mahasiswa telah banyak berubah,
dunia yang seharusnya mereka wujudkan akan menghadapi tantangan globalisasi, teknologi
dan lingkungan sosial yang hedonis. Akibatnya mahasiswa lupa menyadari perannya sebagai
agen perubahan sosial. Tidak ada lagi keinginan untuk ‘blusukan’, berempati atau bahkan
berkolaborasi mencipta sebuah gerakan bersama masyarakat2. Bergerak bersama rakyat,
berjuang secara pemikiran (gagasan) dan mengabdikan diri kepada masyarakat adalah nilai-
nilai yang harus diaktualisasikan mahasiswa kepada masyarakat.

Tri dharma perguruan tinggi menjadi sebuah ruang bagi intelektual muda untuk
berinteraksi sosial tetapi tri dharma hanya sebuah formalitas dalam pendidikan tinggi.
Mahasiswa hanya berupaya menenuhi kewajiban yaitu melaksanakan tri dharma perguruan
tinggi tanpa sebuah esensi. Memang tidak bisa melakukan generalisasi hal tersebut terhadap
mahasiswa di Indonesia, tetapi kecenderung kearah tersebut selalu ada. Mahasiswa berada
pada dunia sosial yang tidak lagi terlihat dalam sebuah realitas tetapi hanya dalam imajinasi
1
Manusia dikerdilkan. Kelaparan dan wabah jadi berita harian. Korupsi menjadi sebuah budaya. Dunia
politik begitu meriah, masyarakat hanya penonton. Perbedaan menjadi sebuah ancaman. Toleransi hanya
sebuah ucapan yang tidak sesuai dengan tindakan (Prasetyo,2007)
2
Agen perubahan hanya sebuah kata-kata tanpa makna, realitas kekinian menunjukkan bahwa mahasiswa
terjebak pada obsesi untuk mengejar indeks prestasi kumulatif (IPK). IPK tinggi dan selesai tepat waktu
menjadi hal wajib yang harus dikejar selama proses perkuliahan (Indoprogress,2014)
kewarganegaraan
2021
14 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
(dunia maya). Media sosial menjadi sebuah ruang menarik untuk berinteraksi, beragumentasi
dan berperilaku. Akan tetapi kecenderungan bahwa media sosial’lah yang menjadikan
generasi muda termasuk mahasiswa sebagai sebuah ruang untuk kepentingan pasar (profit).
Segala hal dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa secara khusus telah disediakan oleh
media sosial (internet). Atas nama demokrasi memunculkan kebebasaan dan keterbukaan
tetapi lemahnya kontrol dan edukasi khususnya kepada mahasiswa cenderung
menyalahgunakan. Budaya plagiat, copy paste, dan berbagai kecurangan lainnya menciderai
dunia akademik yang semakin diperparah ketika tenaga pengajar juga terlibat dalam hal
tersebut. Hal tersebut yang menjadi realitas sosial mahasiswa dan dunia pendidikan tinggi
saat ini. Menjadi sebuah ancaman dalam mewujudkan tujuan bangsa Indonesia sehingga
perlu sebuah gagasan terutama kepada mahasiswa sebagai agen perubahan.

AKTUALISASI IDEOLOGI MENJADI KARAKTER

Membahas ideologi menjadi sesuatu menarik di tengah perkembangan globalisasi


yang semakin massif khususnya di Indonesia. Tidak ada batas dalam sebuah kebebasan itu
menjadi kalimat yang menggambarkan perkembangan sosial masyarakat saat ini. Media
memberikan bahasan-bahasan yang menarik menggugah pemikiran masyarakat, walaupun
perlu diuji validitas dari penyampaian media tersebut. Salah satu yang terpenting bahwa
munculnya berbagai pemahaman-pemahaman baru tentang kehidupan sosial dan masyarakat
yang tertuang dalam sebuah ideologi. Bangsa Indonesia sejak sebelum merdeka, pada saat
merdeka hingga saat ini tetap memakai ideologi yaitu Pancasila.

Runtuh rezim orde baru memberikan sebuah gambaran ketika ideologi pancasila yang
dulu begitu ditaati sebagai penuntun bangsa ini telah berubah ketika ideologi pancasila mulai
dipertanyakan hingga muncul upaya-upaya merubahnya. Kondisi tersebut dapat terlihat ketika
muncul konflik-konflik sosial, agama, ras dan kepentingan yang mencederai nilai-nilai dalam
ideologi pancasila. Pancasila tidak lagi dipandang mulia, karena stigma yang melekat sebagai
alat kekuasaan oleh Negara. Pancasila mulai dipertanyakan, Pancasila diperdebatkan bahkan
pancasila ‘dihina’. Apa yang salah dengan pancasila?kenapa pancasila cenderung dilupakan?.
Pertanyaan yang menarik untuk dibahas. Secara harfiah, Pancasila sebagai ideologi dinamis
dapat berkembang sesuai dengan konteks zaman serta terbuka untuk didiskusikan oleh setiap
anak bangsa. Namun, falsafah dasarnya tetap berpedoman sesuai dengan maksud

kewarganegaraan
2021
15 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pembentuk Negara3. Ideologi pancasila dapat dipahami harus mengikuti perubahan yang ada
dalam lingkup global tetapi tidak merubah sila-sila dalam pancasila.

Ideologi Pancasila menjadi jati diri bangsa Indonesia yang pasti jelas akan berbeda
dengan Negara-negara lain. Pancasila muncul karena untuk mempersatukan segala
perbedaan yang ada dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Walaupun
demikian banyak pendapat bahwa pancasila merupakan gagasan ataupun pemikiran Bung
Karno sebagai sebuah falsafah hidup sebuah bangsa. Selain itu muncul pendapat bahwa
pemikiran Soekarno akan sosialisme dan marxisme – marhaenisme berpengaruh banyak
terhadap lahirnya Pancasila. Hal tersebut memang perlu kajian secara mendalam terkait
paham sosialisme di dalam ideologi Pancasila, tetapi yang terpenting bahwa kita sebagai
generasi penerus bangsa ini telah sepakat dan sependapat bahwa Pancasila mampu menjadi
sebuah ideologi yang mengarahkan bangsa ini ‘benar-benar’ merdeka. Jika idelogi Pancasila
menjadi jati diri bangsa Indonesia maka nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
harus mampu menjadi inspirasi dalam membentuk karaktek-karaktek masyarakatnya. Inilah
yang menjadi bagian terpenting dari setiap kehidupan berbangsa dan bernegara, pancasila
bukan hanya simbol, pancasila bukan hanya kata-kata, dan pancasila bukan hanya sekedar
ideologi yang tidak punya makna terhadap perubahan serta memperkuat karakter masyarakat.

Karakter masyarakat Indonesia saat ini – khususnya karakter pemuda serasa


melupakan nilai-nilai terkandung dalam idelogi pancasila. Dinamika pada level global secara
tidak langsung mendorong perubahan dalam masyarakat. Meningkatkan peran teknologi-
komunikasi berdampak pada hilangnya interaksi sosial menjadi interaksi dalam dunia maya.
Segala macam pemberitaan, ucapan, komentar yang terus muncul lebih banyak
mempengaruhi pemikiran dan masyarakat. Maka tidak heran berita-berita hoax menjadi
sesuatu yang menarik dibicarakan kemudian saling menghujat antar sesama. Itulah gambaran
efek negatif dari teknologi-informasi yang merusak nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Nilai-nilai pancasila seharusnya mampu menjadi pemahaman kepada jiwa
masyarakat Indonesia untuk berucap, bersikap dan bertindak. Nyatanya pancasila hanya
sebatas ideologi yang multi-tafsir tergantung siapa dan untuk apa. Ibarat dalam dunia
pendidikan tinggi, pancasila adalah grand theory sedangkan UUD 1945 sebagai
konseptualnya tetapi bingung cara melaksanakannya. Pancasila hanya dikorbankan menjadi
alat kekuasaan dibandingkan sebuah pedoman bermasyarakat.

3
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila
kewarganegaraan
2021
16 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pendidikan Pancasila bukan sekedar teoritik yang miskin aplikatif, oleh sebab itu
menurut penulis salah satu langkah menjadi Pancasila mampu menjadi dasar membangun
karakter bangsa yaitu melalui pola pendidikan Pancasila yang diubah. Pengajaran tentang
Pancasila yang dilakukan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi memang sebuah
keharusan tetapi harus berupa pendidikan tentang cara mengimplementasikannya melalui
sebuah kegiatan. Hal ini menjadi keharusan karena masyarakat pasti mengerti tentang
pancasila tetapi bagaimana mereka memahami dan melaksanakannya itu yang menjadi
masalah utama. Nilai-nilai dalam pancasila bukan lagi sekedar untuk dihafalkan dan/ dilafalkan
tetapi dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika hal tersebut diterapkan dalam
pendidikan pancasila maka secara langsung karakter dan moral bangsa ini terwujud sesuai
dengan sila-sila Pancasila.

Budaya Politik Bangsa Solid dan Progresif: SEBUAH TANTANGAN

Pemahaman tentang Budaya Politik dalam dipahami dalam penjelasan Almond dan
Powell4 (dalam Zuhro, 2010) bahwa budaya politik adalah suatu konsep yang terdiri dari sikap,
keyakinan, nilai-nilai dan ketrampilan yang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat,
termasuk pola-pola dan kecenderung khusus serta pola-pola atau kebiasaan yang terdapat
kelompok-kelompok masyarakat. Selanjutnya, Almond dan Verba mengemukakan bahwa
budaya politik suatu masyarakat dihayati melalui kesadaran masyarakat akan
pengetahuan, perasaan, dan evaluasi masyarakat tersebut yang berorientasi pada:

a. Orientasi kognitif merupakan pengetahuan masyarakat tentang sistem politik, peran, dan
segala kewajibannya. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
b. Orientasi afektif merupakan perasaan masyarakat terhadap sistem politik dan perannya,
serta para pelaksana dan penampilannya. Perasaan masyarakat tersebut bisa saja
merupakan perasaan untuk menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan yang
dibuat.
c. Orientasi evaluatif merupakan keputusan dan pendapat masyarakat tentang objek-
objek politik yang secara tipikal melibatkan nilai moral yang ada dalam masyarakat dengan
kriteria informasi dan perasaan yang mereka miliki5

4
R. Siti Zuhro, Phd. “Budaya Politik Di Indonesia”. Program Magister Ilmu Komunikasi. 2010
5
Khoirul Saleh Dan Achmat Munif Universitas Sultan Fatah Demak, Membangun Karakter Budaya Politik Dalam
Berdemokrasi. Addin, Vol. 9, No. 2, Agustus 2015
kewarganegaraan
2021
17 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Solid dan progresif menjadi sebuah opsi yang tepat dalam membangun budaya politik bangsa
dari segi pemuda. Hal tersebut memposisikan solid dan progresif sebagai sebuah nilai yang
melekat dari diri pemuda (mahasiswa) dalam menilai secara kodnitif, afektif dan evaluative
sistem politik yang dianut Bangsa Indonesia.

Solid mengacu pada bhinneka tunggal ika, memperkuat persatuan diantara segala
perbedaan yang ada. Perkembangan saat ini, pemuda berada pada persimpangan jalan ketika
media mulai mempunyai peran dominan dalam mengkontrol pemikiran dan pemahaman
pemuda. Isu-isu yang tersebar cenderung semakin memecah belah antara generasi muda
karena perbedaan suku, agama, ras, dan adat istiadat. Hal tentunya sangat bertentangan
dengan ideologi Pancasila dengan bhinneka tunggal ika sebagai falsafahnya.

Progresif mengacu pada pola pikir yang visioner untuk memberikan perubahan kepada
lingkungannya. Memperkuat pembangunan karakter masyarakat (revolusi mental) yang
menjadi agenda presiden Joko Widodo. Pembangunan karakter tentunya harus dimulai dari
generasi muda, Mahasiswa sebagai agen perubahan mememiliki tanggung jawab sosial ketika
sebagai mahasiswa dan ketika lulus sebagai mahasiswa yaitu memberikan kontribusi nyata
kepada lingkungan sosial masyarakat. Karakter mahasiswa adalah sebuah jati diri yang
terbangun secara sistematik oleh lingkungan sosial, lingkungan pendidikan dan keluarga.
Membangun karakter mahasiswa yang solid dan progresif harus sejalan dengan kurikulum dan
pengajaran yang dilakukan oleh dosen. Mahasiswa harus menjadi sentral dari sebuah
pendidikan tinggi, dosen hanya sebagai pengarah. Dosen harus mampu menumbuhkan
pemikiran-pemikiran progresif kepada mahasiswa dalam membedah problematika sosial-
politik. Dinamika problematika sosial-politik yang beragam menuntut kapasitas dan kualitas
pemikiran (gagasan) dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.

Berpikir progessif akan problematika di masyarakat akan mendorong kita untuk berbuat
yang sejalan dengan pola pikir nantinya. Tentunya perlu sebuah dasar yang kuat untuk
memiliki atau menumbuhkan karakter progressif dalam pola pikir kemudian perbuatan, yaitu
ilmu pengetahuan. Tanpa adanya pemahaman akan ilmu pengetahuan, karakter progresif
yang terbanguan akan menjadi ‘liar’ yaitu tanpa ada dasar keilmuwan yang kuat sehingga
akan semakin merusak tatanan kehidupan sosial. Mahasiswa hidup dalam dunia akademis
harus mampu memahami dan menguasai ilmu yang dimilikinya karena mereka diharapkan
menjadi agen perubahan yang merubah masyarakat dan bangsa nantinya sesuai dengan
ideologi serta cita-cita nasional. Mahasiswa nantinya bukan sekedar pengamat yang pandai
kewarganegaraan
2021
18 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
berbicara, bukan sekedar politisi yang ahli retorika, ataupun pejabat publik yang hanya tunduk
kepada atasan. Mahasiswa saat ini dan nantinya harus menjadi individu-individu yang
berjuang, bekerja dan berkontribusi untuk kepentingan publik (masyarakat) dengan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya-itulah esensi dari karakter progresif mahasiswa.

Selain karakter progresif tersebut, perlu juga ditanamkan karakter solid dalam jati diri
mahasiswa. Kata solid serupa dengan kata kesatuan dan persatuan jika kita telaah dalam
nilai-nilai ideologi pancasila. Mahasiswa harus memberi contoh khususnya kepada masyarakat
nantinya, bahwa segala perbedaan pemikiran, perbedaan agama, perbedaan suku dan
perbedaan lainnya bukan menjadi pemecah hubungan antar individu-individu mahasiswa. Jika
saat ini isu-isu terhadap perbedaan cenderung meningkat maka mahasiswa harus berada
terdepan melawan perkataan dan perbuatan yang mencoba memecah bangsa ini. Oleh
karena itu, mahasiswa tidak hanya bergelut dengan teori-teori tanpa ada kegiatan yang
membangun karakter dan tidak terjun ke masyarakat. Karakter mahasiswa solid terbangun
melalui sebuah proses. Kegiatan diskusi dikampus merupakan salah satu dalam mahasiswa
menghargai perbedaan pemikiran antar mahasiswa lain. Kegiatan pengabdian merupakan
cara lainnya yaitu bersama-sama berada di tengah masyarakat, menyatu bersama rakyat dan
berkontribusi kepada masyarakat.

Karakter solid merupakan sebuah karakter yang benar-benar harus dimiliki karena
Negara ini dibangun berdasarkan perbedaan yang kemudian disatukan menjadi satu-
kesatuan. Jangan sampailah perjuangan para pahlawan-pahlawan kita sia-siakan. Serta
Darah-darah saudara kita menjadi korban atas nama politik ataupun pembangunan, itu lah
sejarah kelam bangsa ini sebagai pelajaran bagi generasi muda bahwa kesatuan-persatuan
tidak bisa dilupakan harus selalu dipakai di setiap sendi-sendi kehidupan. Mahasiswa dan
masyarakat adalah komponen penting dalam sebuah Negara, mereka harus selaras dan
sejalan karena mahasiswa menjadi jembatan pemikiran atau gagasan dari masyarakat kepada
Negara. Kontribusi tersebut akan terlihat dalam skripsi yang mereka hasilkan berdasarkan
kritik terhadap kinerja pemerintahan kepada masyarakat (publik). Ketika mahasiswa solid
dengan masyarakat maka secara langsung akan menghasilkan gagasan yang tepat dan ideal
dalam mengatasi permasalahan kepada masyarakat. Maka hal tersebut menurut penulis
menjadi esensi karakter solid dalam jiwa mahasiswa yaitu memperkuat kesatuan dalam dunia
kampus untuk menyatu terhadap masyarakat.

kewarganegaraan
2021
19 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Kesimpulan

Budaya politik yang berkembang saat ini cenderung melemahkan nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi atau pondasi kebangsaan Indonesia. Peran pemuda terjebak oleh dunia
teknologi informasi yang sangat terbuka dan bebas berpendapat dengan cenderung tidak
berbasis data dan fakta. Kondisi tersebut semakin menggerus nilai-nilai Pancasila karena
perbedaan dianggap sebuah ancaman. Menumbuhkan nilai solid dan progresif menjadi
sebuah solusi dalam membangun budaya politik yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

G. Forum Diskusi.

Soal teori
Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa.
Agar tidak terjadi pergeseran nilai nilai, ideologi dan jati diri, maka suatu bangsa harus
meletakkan identitas nasionalnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

a. Jelaskan pengertian Identitas nasional !


b. Sebutkan apa saja yang termasuk identitas nasional Indonesia !

Pancasila Sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia.


Identitas Nasional kita sebagai bangsa didalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini salah
satunya adalah Pancasila. Namun, dalam era globalisasi ini, sebagian masyarakat mulai
melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam PANCASILA. Fenomena ini bisa kita
saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral, mental dan etika dalam bermasyarakat
dan berbangsa. Contohnya adalah perilaku korupsi dan nepotisme, maraknya peredaran
narkoba, anarkisme sesama anak bangsa, budaya hedonisme, kehidupan yang berkiblat ke
arah budaya barat, dsb. Nilai nilai Pancasila sebagai identitas nasional harus kembali
ditekankan dan dihayati pada diri setiap warga Indonesia agar kita tidak kehilangan Identitas.
Pertanyaan !
Bagaimana menurut anda langkah langkah yang harus dilakukan baik oleh warga
negara maupun Pemerintah terkait penekanan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai
salah satu identitas nasional Indonesia !

kewarganegaraan
2021
20 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
kewarganegaraan
2021
21 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

A. LITERATUR UTAMA.

Arrisetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, Ghazaly Ama La Nora,“ETIKA BERWARGA


NEGARAPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI, Universitas Mercu
Buana, 2017.

B. LITERATUR.

Arwiyah, Yahya dan Runik Machbroh, 2014. Civic Education di Perguruan Tinggi Indonesia.
Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai Pustaka. Jakarta.
Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Bandung.
Interes Media Foundation. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal
Dephan. Jakarta.
Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma.
Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Lemhanas dan Dirjen Dikti. 1984. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendididikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ngeljaratan, Ishak. 2005. Ideologi Nasional versus Budaya Unggul. Kompas.com, 3 Desember
2005.
Pengabean, Hana. 2005 . Sensitivitas Antarbudaya, Perlukah Kita? Himpsi. Jakarta.
Soekanto Surjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar, edisi 4. Jakarta: Raja Grabndo Persada.
Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan El) Miftah Faridli, 2012. Paradigma Baru
Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
kewarganegaraan
2021
22 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi

kewarganegaraan
2021
23 Ike Julies Tiati, S.IP, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

You might also like