You are on page 1of 16

1 PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS GANG KELOR KOTA

2 BOGOR
3 Non-communicable diseases at Gang Kelor Community Health Center Bogor
4 City
5
6 Dwikani Oklita1, Muhamed Dol1, Siti Fati Hatussaadah1, Widya Astuti1 Dodik Briawan1
7 Program Studi Ilmu Gizi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
1

8
9 ABSTRACT
10 The purpose of this study was to analyze non-communicable diseases data that
11 occurred in Gang Kelor Community Health Center. The research design was
12 cross-sectional study with purposive sampling involving non- communicable
13 disease patient and risk faktor data that fulfilled inclusion criteria. Data
14 collection through secondary data in Gang kelor Community Health Center and
15 interview with health workers. The data is the number of non communicable
16 diseases and risk faktors patients based on gender and age from 2015 to 2017.
17 Gang Kelor Community Health Center has 3 villages as worker area. There are
18 Menteng, West Cilendek, and East Cilendek. The data analysis shows there are
19 five main types of non-communicable diseases: hypertension, coronary heart
20 disease, diabetes mellitus, cervical cancer and breast cancer. The number of
21 patients with hypertension disease increased in 2017. Other diseases of diabetes
22 melitus, coronary heart, breast cancer and cervical cancer has decreased from
23 2015-2017. The main causes of infectious diseases are inappropriate diet and lack
24 of community knowledge. It is necessary to increase the extension program from
25 the puskesmas to reduce the number of non-communicable diseases.
26 Keywords: Diabetes melitus, Hypertension, Coronary Heart, Cancer, Non-
27 Communicable Disease
28
29 ABSTRAK
30 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis data penyakit tidak menular yang
31 terjadi di Puskesmas Gang Kelor . Desain penelitian adalah cross-sectional study
32 dengan purposive sampling melibatkan data penderita penyakit tidak menular dan
33 faktor resiko yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data melalui data
34 sekunder Puskesmas Gang kelor dan wawancara dengan pihak puskesmas. Data
35 berupa jumlah penderita penyakit tidak menular dan faktor resiko berdasarkan
36 jenis kelamin dan usia dari tahun 2015 hingga 2017. Puskesmas Gang Kelor
37 membina 3 kelurahan yaitu Kelurahan Menteng, Kelurahan Cilendek Barat, dan
38 Kelurahan Cilendek Timur Hasil analisis data di Puskesmas Gang Kelor
39 menunjukkan terdapat lima jenis penyakit utama yaitu hipertensi, jantung koroner,
40 diabetes melitus, kanker serviks dan kanker payudara. Jumlah penderita penyakit
41 hipertensi mengalami peningkatan ditahun 2017. Penyakit lainnya yaitu diabetes
42 melitus, jantung koroner, kanker payudara dan kaner serviks mengalami
43 penurunan dari tahun 2015-2017. Penyebab utama terjadinya penyakit menular
44 adalah pola makan yang tidak sesuai dan kurangnya pengetahuan masyarakat.
45 Perlu adanya peningkatan program penyuluhan dari pihak puskesmas untuk
46 mengurangi jumlah penyakit tidak menular.
47 Kata kunci: Diabetes melitus, Hipertensi, Jantung Koroner, Kanker, Penyakit
48 tidak menular
1 1

2
49 PENDAHULUAN
50
51 Indonesia mengalami transisi epidemiologi penyakit dan kematian yang
52 disebabkan oleh pola gaya hidup, meningkatnya sosial ekonomi dan
53 bertambahnya harapan hidup. Pada awalnya, penyakit didominasi oleh penyakit
54 menular, namun saat ini penyakit tidak menular (PTM) terus mengalami
55 peningkatan dan melebihi penyakit menular (Kemenkes, 2013). Penyakit tidak
56 menular merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan Indonesia yang
57 sampai saat ini menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena merupakan salah
58 satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2012). Penyakit tidak menular
59 (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang,
60 penderita memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara
61 lambat (Kemenkes, 2013)
62 Empat jenis penyakit tidak menular (PTM) utama penyebab kematian
63 adalah penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernafasan kronis, dan diabetes
64 melitus. Penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab terbanyak kematian karena
65 PTM tahun 2015 sebesar 17,7 juta orang. Kematian akibat PTM utama selain
66 penyakit kardiovaskuler tahun 2015 adalah kanker sebesar 8,8 juta orang,
67 penyakit pernafasan kronis sebesar 3 juta orang, dan diabetes mellitus sebesar 1,6
68 juta orang (WHO, 2017). Berbagai faktor risiko dapat memicu PTM. Faktor risiko
69 tersebut yaitu faktor genetik, gaya hidup hingga fisiologis. Faktor gaya hidup
70 yang berpengaruh adalah merokok, konsumsi alkohol, konsumsi makanan tidak
71 sehat, kurang aktivitas fisik, berat badan lebih, dan obesitas. Gaya hidup tersebut
72 dapat menyebabkan perubahan fisiologis tubuh seperti tekanan darah tinggi, gula
73 darah tinggi, dan lemak darah tinggi yang berpotensi menimbulkan PTM (Riley,
74 et al., 2016)
75 Hasil riskesdas 2013 menununjukan tiga penyakit tidak menular yang
76 mempunyai prevalensi cukup tinggi di setiap provinsi di Indonesia. Beberapa
77 penyakit tidak menular yang dapat dilihat kecenderungannya adalah prevalensi
78 diabetes melitus, prevalensi hipertensi, dan penyakit jantung koroner atau stoke.
79 Prevalensi diabetes melitus, hipertensi, dan jantung koreoner atau stroke di
80 Provinsi Jawa Barat menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun 2007

3 2

4
81 hingga 2013. Prevalensi Diabetes Mellitus perdiagnosis dokter atau gejala di Jawa
82 Barat sebesar 2,0% (nasional 2,1%). Tahun 2015 di Jawa Barat ditemukan
83 530.387 orang yang terkena kasus hipertensi, sekitar 0,7% dari penduduk Jawa
84 Barat sementara prevalensi hipertensi untuk Kota Bogor 0,05%. Prevalensi
85 hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun
86 sebesar 25,8 persen. (Kemenkes, 2013).
87 Tingginya permasalahan PTM di Indonesia memerlukan upaya
88 pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini,
89 pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung oleh penyediaan data
90 dan informasi yang tepat dan akurat secara sistematis dan terus-menerus melalui
91 sistem surveilans yang baik. Surveilans PTM dan faktor risikonya merupakan
92 salah satu strategi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang dilakukan
93 tepat dan terpadu oleh pemerintah, swasta dan masyarakat (Kemenkes, 2013).
94 Surveilans PTM dapat dilakukan mulai dari cakupan kecamatan melalui
95 pengolahan data penderita PTM di setiap Puskesmas Kecamatan. Dengan adanya
96 data surveilans pada setiap kecamatan memudahkan pemerintah daerah dalam
97 melakukan upaya penanggulangan penyakit tidak menular. Wilayah Bogor di
98 Jawa barat termasuk kota yang memiliki penderita penyakit tidak tidak menular.
99 Salah satu kecamatan di wilayah Bogor adalah Bogor Barat. Bogor Barat di cakup
100 oleh Puskesmas Gang Kelor. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk melakukan
101 surveilans penyakit tidak menular di kecamatan Bogor Barat melalui pengolahan
102 data di Puskesmas Gang Kelor.
103
104 METODE
105 Desain, Waktu dan Tempat
106 Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study karena
107 menggunakan populasi yang kecil dan terbatas dengan pengumpulan data dalam
108 satu waktu yang dilakukan di Puskesmas Gang Kelor, Dramaga, Bogor, Jawa
109 Barat. Penelitian ini bersifat deskriptif evaluatif karena menilai program yang
110 sedang atau telah berjalan pada waktu tertentu (Notoadmojo, 2005). Penelitian ini
111 dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Lokasi pengambilan data dipilih secara
112 purposive sampling.

5 3

6
113 Jumlah dan cara pengambilan subjek
114 Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang tercatat sebagai pasien
115 penyakit tidak menular di Puskesmas Gang Kelor Bogor Barat. Adapun kriteria
116 inklusi penelitian ini yaitu masyarakat yang menderita penyakit tidak menular di
117 wilayah bogor barat dan tercatat oleh Puskemas Gang Kelor.
118
119 Jenis dan cara pengumpulan data
120 Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
121 berupa hasil wawancara mengenai gambaran umum puskemas dan penyebab
122 utama terjadinya penyakit tidak menular dengan informan. Informan pada
123 penelitian ini adalah petugas kesehatan dan penanggung jawab program
124 pencegahan dan penanggulangan PTM di Puskesmas Gang Kelor. Data sekunder
125 berupa 1) jumlah kasus penyakit tidak menular 2) jumlah penderita penyakit tidak
126 menular berdasarkan jenis kelamin dan usia 3) jumlah penderita faktor risiko
127 penyakit tidak menular. Data tersebut tercatat dalam arsip laporan Puskesmas
128 pada kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu 2015-2017.
129
130 Pengolahan dan analisis data
131 Seluruh data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing,
132 coding, entry, cleaning, dan selanjutnya diolah. Pengecekan data dilakukan
133 dengan proses editing, selanjutnya dilakukan proses coding untuk penggolongan
134 sesuai dengan peubah, proses entry data dilakukan sesuai dengan penggolongan
135 atau coding yang telah dilakukan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
136 cleaning yaitu bertujuan untuk mengecek kesesuaian data dengan kode yang telah
137 ditentukan dan melihat data yang tidak sesuai. Pengolahan data dilakukan dengan
138 menggunakan Microsoft Excel 2016. Data jumlah penderita penyakit tidak
139 menular diolah menjadi 3 grafik yaitu untuk melihat perubahan penderita penyakit
140 tidak menular dari tahun 2015-2017, penyebaran penderita penyakit tidak menular
141 berdasarkan usia, dan penyebaran penderita penyakit tidak menular berdasarkan
142 jenis kelamin.
143
144

7 4

8
145 HASIL DAN PEMBAHASAN
146
147 Gambaran umum Puskesmas Gang Kelor
148 Puskesmas Gang Kelor Kecamatan Bogor Barat berdiri pada tahun 1985.
149 Pada awalnya merupakan Puskesmas Pembantu di wilayah kerja Kecamatan
150 Bogor Barat, dengan membina 2 kelurahan yakni Kelurahan Menteng dan
151 Kelurahan Kebon Kelapa di bawah binaan Puskesmas Induk Puskesmas
152 Merdeka. Pada tahun 1996, status Puskesmas Gang Kelor ditingkatkan statusnya
153 menjadi Puskesmas Induk dengan membina 3 (Tiga) kelurahan sebagai wilayah
154 kerja, yaitu meliputi Kelurahan Menteng, Kelurahan Cilendek Barat, dan
155 Kelurahan Cilendek Timur. Dalam menjalankan kegiatannya Puskesmas Gang
156 Kelor dibantu oleh Puskesmas Pembantu (Pustu Cilendek Timur) agar dapat
157 mendekatkan kegiatan pelayanan kesehatan bagi warga Kelurahan Cilendek
158 Timur. Berdasarkan keterangan mengenai visi misi dari Puskesmas Gang Kelor,
159 maka hasil terwujudnya visi misi Puskesmas Gang Kelor dapat terwujud dalam
160 kegiatan upaya mencegah penyakit tidak menular dengan mengumpulkan data
161 setiap bulannya. Selain jenis penyakit yang dikumpulkan, faktor resiko yang
162 merupakan penyebab terjadi penyakit tersebut dikumpulkan untuk dapat melihat
163 masalah utama yang terjadi didalam lingkup kerja Puskesmas Gang Kelor.
164 Penyakit tidak menular dan Faktor Resiko di Puskemas Gang Kelor
165 Berdasarkan data yang diperoleh yaitu data jumlah penderita dan jenis
166 penyakit dari tahun 2015 sampai 2017 terdapat 5 penyakit utama yang diderita
167 masyarakat kecamatan Bogor Barat. Penyakit hipertensi, diabetes melitus dan
168 jantung korener merupakan 3 jenis penyakit tidak menular selain kanker yang
169 memiliki jumlah penderita terbanyak. Data penyakit kanker terbagi menjadi 2
170 yaitu kanker serviks dan kanker payudara. Selain data tersebut, terdapat 16 jenis
171 faktor resiko yang diderita oleh masyarakat kecamatan Bogor Barat dari 19 jenis
172 yang telah ditentukan. Data tersebut disajikan pada tabel 1.
173 Tabel 1 Faktor resiko penyakit tidak menular di Puskesmas Gang Kelor
No Faktor Risiko PTM 2015 2016 2017
1. Merokok setiap hari 203 83 171
2. Sering makan makanan asin 663 160 575

9 5

10
No Faktor Risiko PTM 2015 2016 2017
3. Sering makan tinggi lemak 370 157 994
4. Sering makan/minum minuman/makanan
manis 121 105 1160
5. Kurang sayur 437 170 358
6. Kurang buah 459 186 1018
7. Kurang aktivitas fisik 471 209 1976
8. BB Lebih 258 64 0
9. Obesitas 74 18 938
10. Obesitas sentral 206 104 1091
11. Hipertensi 815 449 1025
12. Kolesterol total 405 247 298
13. Gula darah sewaktu 462 232 544
14. Ada kelainan EKG 0 32 48
174 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan puskesmas, Faktor utama
175 masyarakat mendertia penyakit tidak menular dikarenakan pola makan yang tidak
176 sesuai. Hal ini dibuktikan dengan data faktor resiko mengenai sering makanan
177 asin yang sempat menurun jumlahnya dari 2015 ke 2016 namun meningkat
178 kembali menjadi 575. Selain itu, sering makan tinggi lemak, makan manis
179 menunjukkan data yang terus meningkat drastic dan mencapai angka ribuan pada
180 tahun 2017. Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang
181 meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai penyumbang
182 utama terjadinya hipertensi. Hasil penelitian Mahmudah et al (2015)
183 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak, dan asupan
184 natrium dengan kejadian hipertensi. Asupan natrium berhubungan dengan
185 kejadian hipertensi yang memiliki resiko 4,627 kali lebih besar untuk mengalami
186 kejadian hipertensi. Berdasarkan informasi dari informan, kurangnya pengetahuan
187 gizi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pola makan masyarakat yang
188 tidak sesuai.
189 Perkembangan jumlah penderita penyakit hipertensi tahun 2015-2017
190 Gambar 1 menunjukkan perkembangan jumlah penderita penyakit
191 hipertensi, diabetes melitus dan jantung koroner dari tahun 2015-2017 di

11 6

12
192 Puskesmas Gang Kelor. Berdasarkan grafik 1, prevalensi hipertensi yang terjadi di
193 wilayah kerja Gang Kelor menunjukan penurunan dari tahun 2015 ke tahun 2016,
194 tetapi kembali terjadi peningkatan di tahun 2017. Hipertensi atau tekanan darah
195 tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
196 tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmH pada dua kali pengukuran dengan
197 selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istrihat atau tenang (Depkes 2013).

198 Gambar 1 Perkembangan jumlah penderita PTM tahun 2015-2017


199 Peningkatan tekanan darah terjadi disebabkan adanya beberapa faktor yang
200 mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
201 diantaranya adalah kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin,
202 kurang konsumsi buah dan sayur, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal tersebut
203 sejalan dengan penelitian dari Geaney et al (2015), pencegahan hipertensi dapat
204 dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan asin, dan meningkatkan ativitas
205 fisik serta menambah pengetahuan tentang gizi. Sebanyak 1311 orang pada tahun
206 2015 mengalami hipertensi, hal ini sejalan dengan tingginya faktor resiko yang
207 berdasarkan akumulasi pendataan pada tabel 1 yaitu sering makan makanan asin
208 tidak hanya itu faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi cukup tinggi
209 di tahun 2015. Menurut Setyanda (2015), merokok merupakan salah satu faktor
210 yang meningkatkan hipertensi hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
211 menunjukan laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok cenderung beresiko
212 terkana hipertensi. Pencegahan hipertensi juga dapat dilakukan dengan
213 meningkatkan konsumsi buah dan sayur, hal tersebut sesuai dengan ketentuan
214 Diet Approach to Stop Hypertention (DASH). Penurunan prevalensi hipertensi
215 pada tahun 2016 disebabkan karena ketidak lengkapan data. Faktor yang
216 menyebabkan terjadinya hipertensi masih sama dengan yang terjadi pada tahun
217 2015. Terjadi kembali peningkatan pada tahun 2017, yaitu sebanyak 2524 orang
218 yang berobat ke Puskesamas Gang Kelor mengalami hipertensi.

13 7

14
219 Perkembangan jumlah penderita penyakit Jantung Koroner tahun 2015-
220 2017
221 Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan oleh
222 penyempitan arteri koronaria jantung akibat proses ateriosklerosis (WHO 2011).
223 Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum
224 terjadi. Berdasarkan data statistik kesehatan di dunia, sebanyak 9,4 juta kematian
225 terjadi akibat dari penyakit jantung, dan 45 % kematian disebabkan oleh penyakit
226 jantung koroner. Penyakit kardiovaskuler yaitu jantung koroner, berada diurutan
227 pertama. Berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 0,5% prevalensi jantung
228 koroner dan 1,5 % mengalami gejala jantung koroner.
229 Berdasarkan data dari Puskesmas Gang kelor pada grafik 1 terjadi
230 penurunan prevalensi penyakit jantung koroner selama tiga tahun terkahir.
231 Prevalensi jantung koroner tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 751
232 orang yang melakukan pemerikasaan ke puskesmas dan dinyatakan mengidap
233 penyakit jantung korner dan terendah pada tahun 2017 yaitu sebanyak 47 orang.
234 Terjadinya penyakit jantung koroner dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
235 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner
236 diantaranya keturunan, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, letak geografi, makan
237 tinggi lemak dan kalori, kurang makan sayur dan buah, merokok, kebiasan minum
238 minuman beralkohol, aktivitas fisik yang kurang, dan obesitas (WHO 2011; EB
239 2011). Hal ini sesuai dengan data faktor resiko yang dikumpulkan oleh puskesmas
240 pada tabel 1, data puskesmas menunjukan kurangnya aktivitas fisk dan kurangnya
241 konsumsi buah dan sayur merupakan faktor resiko tinggi yang menyebabkan
242 angka penyakit jantung koroner tinggi. Faktor risiko lain yang menyebabkan
243 meingkatnya penyakit jantung koroner adalah hipertensi, setiap tahunnya
244 mengalami peningkatan yang signifikan. Hipertensi sangat berkaitan erat dengan
245 risiko penyakit jantung koroner. Sofyan (2013), menyatakan penyakit jantung
246 koroner atau stroke banyak terjadi pada penderita hipertensi sebesar 88.3%.
247 Perkembangan jumlah penderita penyakit diabetes melitus tahun 2015 -2017
248 Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular ketiga yang
249 mempunyai prevalensi cukup tinggi di Puskesmas Gang Kelor. Prevalensi
250 diabetes melitus selama tiga tahun terkahir menunjukan penurunan dari tahun ke

15 8

16
251 tahun. Prevalensi tenggi ada pada tahun 2015, sebanyak 1264 orang yang
252 mengalami diabetes melitus. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
253 diabetes melitus diantaranya faktor genetis dan lingkungan. Berdasarkan data
254 faktor risiko yang ada dalam pendataan puskemas mengkonsumsi makanan dan
255 minuman manis. Selain itu kurang aktivitas fisik juga merupakan salah satu faktor
256 yang mempengaruhi dapat terjadinya diabetes melitus. Hal ini dikarenakan
257 kurangnya aktivitas fisik berdampak pada meingkatnya obesitas, terjadinya
258 obesitas dapat meingkatkan resiko diabetes melitus. Menurut Frank (2003),
259 aktivitas fisik dan sedentary behavior berkaitan erat dengan resiko terjadinya
260 obesitas dan diabetes tipe 2.
261 Perkembangan jumlah penderita penyakit kanker serviks tahun 2015- 2017
262 Perekapan data penderita di Puskesmaas Gang kelor dibagi menjadi 4 jenis
263 penyakit kanler yaitu kanker serviks, kanker payudara, kanker postrat, kanker
264 kolorektar dan kanker paru. Berdasarkan data yang didapat, hanya terdapat 2 jenis
265 kanker yang terdata oleh puskesmas yaitu kanker payudara dan kanker serviks.
266 Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks yang berasal dari metaplasia
267 epitel di daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan
268 mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis (Andrijino 2009). Infeksi yang
269 disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) berisiko tinggi bertanggung jawab
270 untuk 7,7% kanker di negara berkembang, terutama kanker serviks (Subramanya
271 & Grivas 2008).

272 Gambar 2 Perkembangan jumlah penderita PTM tahun 2015-2017


273 Menurut De Jong We (2004) Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh
274 berbagai faktor, antara lain faktor sosio demografi yang meliputi usia, status sosial
275 ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan
276 hubungan seks, pasangan seks yang berganti-ganti, paritas,Penelitian Sirait & Eva
277 (2014) di Bogor menunjukan bahwa pengetahuan tentang HPV sebagai penyebab

17 9

18
278 faktor risiko serta perilaku dan deteksi dini kanker serviks dengan IVA pada
279 wanita di Kota Bogor masih rendah.
280 Berdasarkan gambar 2 perkembangan jumlah penderita dari tahun 2015
281 sampai 2017 terus menurun. Tahun 2015 jumlah penderita kanker serviks
282 berjumlah 61 lalu menurun hingga 21 dan 2017 tidak ada penderita kanker
283 serviks. Penurunan jumlah penderita kanker diduga karena adanya program
284 pemerintah Bogor mengenai deteksi dini kanker serviks, peningkatan fasilitas
285 puskemas untuk deteksi dini kanker serviks menggunakan IVA serta didukung
286 dengan program penyuluhan.
287 Perkembangan jumlah penderita penyakit kanker payudara tahun 2015-
288 2017
289 Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur
290 saluran dan kelenjar payudara. Penyakit kanker payudara dapat disebabkan oleh
291 beberapa hal. Menurut Andrews (2009) Riwayat keluarga, genetik, riwayat haid
292 (menars pada usia < 12 tahun dan menopause pada usia > 55 tahun), usia, riwayat
293 reproduksi, menyusui, kontrasepsi oral, terapi sulih hormon, pajanan terhadap
294 radiasi, diet/konsumsi lemak berlebih, berat badan dan variasi geografi. Selain itu,
295 faktor perilaku hidup berpengaruh terhadap perkembangan kanker payudara
296 seperti merokok, makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang
297 diawetkan, obesitas, konsumsi alkohol, serta kurang gerak. Faktor risiko yang lain
298 yaitu hormonal dan risiko yang diwariskan. Terjadinya kanker payudara pada
299 masyarakat yang terdata oleh Puskesmas Gang Kelor dapat dikaitkan dengan
300 faktor resiko yang berkaitan seperti makan tinggi lemak, merokok dan kurang
301 aktivitas fisik yang cukup tinggi. Berdasarkan data pada grafik 2 jumlah
302 penderita kanker payudara terus menurun dari tahun 2015 sampai 2017. Hal ini
303 diduga penanganan yang cepat dari pihak puskesmas Gang Kelor dan penyuluhan
304 deteksi dini yang gencar dilakukan oleh Puskesmas gang Kelor.
305 Penderita penyakit hipertensi, jantung koroner dan diabetes melitus
306 berdasarkan jenis kelamin tahun 2015- 2017
307 Berdasarkan data Dinkes Jabar (2012), prevalensi perempuan hipertensi
308 lebih tinggi dibandingkan dnegan laki-laki yang mengalami hipertensi. Hal
309 tersebut sejalan dengan data Puskesmas Gang Kelor pada gambar 3, mayoritas

19 10

20
310 perempuan mengalami hipertensi pada tahun 2016 dibandingkan dengan laki-laki.
311 Laki-laki mempunyai resiko terkena hipertensi lebih tinggi disebabkan karena
312 lebih banyak laki-laki yang merokok dibandingkan dengan perempuan (Setyanda
313 2015). Tahun 2015 dan 2017 jumlah penderita hipertensi perempuan lebih banyak
314 dibandingkan dengan laki-laki. Namun tidak berbeda terlalu jauh jumlah penderita
315 perempuan dan laki laki.

316
317 Gambar 3 Penderita penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin
318 Setiap kelompok usia memiliki pengaruh pada terjadinya penyakit jantung
319 koroner. Menurut Sofyan (2013) Penyakit jantung koroner 52% terjadi pada laki-
320 laki dan berumur > 55 tahun ke atas (Sofyan 2013). Terdapat perbedaan pada data
321 prevalensi di puskesmas Gang Kelor, jenis kelamin perempuan lebih sering
322 mengalami penyakit jantung koroner. Penderita diabetes berdasarkan jenis
323 kelamin pada gambar 3 menunjukkan jumlah yang hampir seimbang setiap
324 tahunnya. Hasil penelitian menunjukan wanita lebih beresiko terkena penyakit
325 diabetes, karena memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
326 besar. Selain itu siklus mentruasi, pasca-menopouse yang membuat distribusi
327 lemak tubuh menjadi terakumulasi akibat proses hormonal sehingga beresiko
328 mendeita diabetes tipe 2 (Sunjaya 2009).
329 Penderita penyakit hipertensi, jantung koroner dan diabetes melitus
330 berdasarkan jenis kelamin tahun 2015- 2017
331 Berdasarkan gambar 4, usia 20-59 tahun merupakan usia yang sering mengalami
332 hipertensi selama tiga tahun terakhir. Menurut WHO 2015, peningkatan konsumsi
333 garam akan mempengaruhi tekanan darah sejalan dengan peningkatan umur.
334 Peningkatan konsumsi garam juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
335 pada orang yang mengalami obesitas. Sementara itu perubahan gaya hidup, dan
336 mengkonsumsi obat anti hipertensi merupakan salah satu cara untuk mengotrol
337 tekanan darah (WHO 2015). Prevalensi diabetes berdasarkan umur menunjukan

21 11

22
338 rata-rata umu 20-59 tahun banyak yang mengalami diabetes melitus. Menurut
339 Iswanto (2004) terdapat hubungan yang signifikan anatara umur dengan kejadian
340 diabetes melitus. Hasil penelitian menunjukan kelompok umur < 45 tahun
341 merupakan kelompok yang kurang beresiko menderita DM tipe 2 lebih rendah
342 72% dari kelompok umur > 45 tahun. Penderita jantung korener berdasarkan usia
343 menunjukkan kelompok usia 20-59 tahun dan >60 tahun tidak berbeda jauh setiap
344 tahunnya.hasil penelitian Eliza (2016) menunjukkan sebagian besar wanita
345 (90.9%) yang menderita PJK sudah mengalami menopause pada usia >50 tahun.
346 Selain itu terdapat hubungan usia dengan kadar kolesterol yang mendandakan
347 dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner.

348
349 Gambar 4 Penderita penyakit tidak menular berdasarkan usia
350 Penderita penyakit kanker payudara dan kanker serviks berdasarkan usia
351 tahun 2015- 2017

352
353 Gambar 5 Penderita kanker Berdasarkan Usia 2015-2017
354 Kanker serviks dapat terjadi di berbagai kelompok usia. Grafik 5
355 menunjukkan kanker serviks banyak diderita kelompok usia 20-59 tahun
356 dibandingkan kelompok usia >60 tahun pada tahun 2015 dan 2016. Menurut
357 Bustan (2007) Kanker serviks menyerang wanita yang telah berumur, terutama
358 pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Kanker serviks juga dapat menyerang
359 wanita usia muda yaitu usia 20-35 yang pernah atau sekarang aktif secara seksual.
360 Hasil penelitian Louie et al (2009) menunjukkan bahwa wanita yang aktif secara
361 seksual di usia muda dan hamil di usia muda beresiko menderita kanker serviks.
362 Berdasarkan gambar 5, usia 20-59 tahun memiliki jumlah tertinggi dibanding

23 12

24
363 kelompok usia lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmatya et al (2012)
364 usia puncak penderita kanker pada rentang usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata
365 46,87 tahun. Usia termuda ialah 32 tahun sedangkan usia tertua 67 tahun.
366
367 KESIMPULAN
368
369 Penyakit tidak menular yang diderita oleh pasien Puskesmas Gang kelor
370 adalah Hipertensi, Jantung Koroner, Diabetes Melitus, Kanker Payudara dan
371 Kanker Serviks. Jumlah penderita penyakit hipertensi selama tiga tahun terakhir
372 fluktuatif dan mengalami puncak jumlah tertinggi pada tahun2017. Penyakit
373 lainnya seperti jantung koroner, diabetes melitus, kanker payudara dan kaner
374 serviks mengalami penurunan setiap tahunnya. Faktor utama penyebab terjadinya
375 penyakit tidak menular adalah pola makan yang salah dan pengetahuan yang
376 kurang. Perlu dilakukannya program penyuluhan yang dengan frekuensi yang
377 lebih tinggi untuk menurunkan angka prevalensi penyakit tidak menular terutama
378 untuk penyakit hipertensi yang jumlahnya meningkat di tahun 2017.
379
380 DAFTAR PUSTAKA
381 [Depkes] Depatemen Kesehatan. 2013. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun
382 2012. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P
383 ROVINSI 2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pfd. Diakses 5 Mei
384 2018.
385 [Kemenkes] Kementrian Kesehatan Indonesia. 2007. Laporan Nasional Hasil
386 Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID): Kemtrian Kementrian Kesehatan
387 Indonesia.

388 [Kemenkes] Kementrian Kesehatan Indonesia. 2010. Laporan Nasional Hasil


389 Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta (ID): Kemtrian Kementrian Kesehatan
390 Indonesia.

391 [Kemenkes] Kementrian Kesehatan Indonesia. 2013. Laporan Nasional Hasil


392 Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Kemtrian Kementrian Kesehatan
393 Indonesia.

25 13

26
394 [WHO] World Health Organization.2015. Promoting fruit and vegetable
395 consumption around the world. http://www.who.int/dietphysi
396 calacitivity/fruit/en. Diakses 4 Mei 2018.

397 [WHO] World Health Organization.2015. Risk faktor: Blood pressure.


398 http://www.who.int/cadiovascular diseases/en/cvd/atlas 05 HBP.pdf.
399 Diakses 4 Mei 2018

400 Andrews, G.2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, Ed.2. Jakarta: EGC.

401 Andrijino. 2009. Kanker Serviks Edisi kedua. Divisi Onkologi Departemen
402 Obstetri- Ginekologi FK UI. Jakarta. 2009.

403 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset
404 Kesehatan Dasar 2013. Pedoman Pengisian Kuesioner. Jakarta: Badan
405 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.

406 Bustan MN. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: PT Rineka
407 Cipta

408 Corwin EJ. 2008. Patofisiologi. Nike Budhi Subekti (Alih bahasa). Jakarta:
409 Penerbit Buku Kedokteran EGC

410 De Jong W.2004. Kanker, apakah itu? pengobatan, harapan hidup, dan dukungan
411 keluarga. Jakarta: Arcan

412 EB, Danaei G. Metabolic mediators of the effects of body-mass index,


413 overweight, and obesity on coronary heart disease and stroke: a pooled
414 analysis of 97 prospective cohorts with 1,8 million participants. Lancet.
415 2014;383(9921):970-83. 11.

416 Eliza. 2016. Hubungan antara usia, gaya hidup, lingkar pinggang dan supan zat
417 gizi dengan profil lipid dan kadar selenium darah pada pasien penyakit
418 jantung koroner di rumah sakit pusri medika Palembang. [skripsi]. Bogor:
419 Institut Pertanian Bogor

27 14

28
420 Frank B. Hu, Tricia Y. Li, Graham A C, Water C.W, JoAnn E.M. 2003.
421 Television Watching and Others Sedentary Behaviors in Relation to Risk
422 Obesity and Type 2 Diabtes Melitus in Women. American Medical
423 Association. Vol. 289, No. 14.

424 Geaney F, Fitzgerald S, Chey T, Stamatakis E, Brown WJ, and Bauman AE.2015.
425 Nutrition knowledge, diet quality and hypertension in a working population.
426 Preventive Medicine Report. 2:105-113.doi:10.1016/j.pmedr.2018.05.06.

427 Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control. Mendis S, Puska
428 P, Norrving B editors World Health Organization in Collaboration with the
429 World Heart Federation and World Stroke Organization, Geneve; 2011.

430 Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
431 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007).
432 Thesis Universitas Indonesia.

433 Jansje H, V. Ticoalu & Yoseph L Samodra. 2012.Prevalensi Penyakit Tidak.


434 Menular Pada Tahun 2012-2013 di Kecamatan Airmadidi Kabupaten.
435 Minahasa Utara Sulawesi Utara. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran
436 Universitas Sam Ratulangi.

437 Kemenkes RI. 2013. Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
438 Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Tersedia di:
439 http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Pedoman_SE_PTM-
440 Des_2013.pdf [Sitasi 18 Desember 2016].

441 Louie KS, S de Sanjose, M Diaz, X Castellsagué, R Herrero, C J Meijer, K Shah,


442 S Franceschi, N. 2009. Early age at first sexual intercourse and early
443 pregnancy are risk faktors for cervical cancer in developing countries.
444 British Journal of Cancer 100, pages 1191–1197

445 Mahmudah Solehatul, Taufik Maryusman, Firlia Ayu Arini, Ibu Malkan. 2015.
446 Hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
447 lansia di keluarahan sawangan baru kota depok tahun 2015. Biomedika,
448 Volume 8 Nomor 2, Agustus 2016.
29 15

30
449 Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Peneliti Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta:PT
450 Rineka Cipta.

451 Rahmatya Aisha, Daan Khambri, Henny Mulyani. HUbungan usia dengan
452 gambaran klinikpatologi kanker payudara di bagian bedah RSUP Dr. M.
453 Djamil Padang. Artikel penelitian Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
454 Andalas.

455 Riley, L., Regina G., Melanie C., Stefan S., Lubna B., Timoty A., et al. 2016. The
456 World Health Organization STEPwise Approach to Noncommunicable
457 Disease Risk-Faktor Surveillance: Methods, Challenges and Opportunities.
458 American Journal of Public Health, 106(1), pp. 74-78. Tersedia di:
459 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4695948/pdf/AJPH.2015.3
460 02962.pdf [Sitasi 18 Desember 2016].

461 Setyanda Yashinta O G, Delmi Sulastri, dan Yuniar Lestari. 2015. Hubungan
462 Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 35-65 Tahun di
463 kota Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id Diakses Mei 6 2018.

464 Sirait Anna Maria, Eva Sulstiowati. 2014. Pengetahuan tentang faktor risiko,
465 perilaku dan deteksi dini kanker serviks dengan inspeksi visual asam asetat
466 (iva) pada wanita di kecamatan Bogor Tengah, kota Bogor. Bul. Penelit.
467 Kesehat, Vol. 42, No. 3, September 2014: 193-202

468 Subramanya D. Grivas PD.2008. HPV and cervical cancer: updates on an


469 established relationship. Postgrad Med ;120(4):7–13.

470 Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai
471 Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada
472 Vol. 6 No.1 hal: 75-81

31 16

32

You might also like