You are on page 1of 8

Opini

PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH GORONTALO


PADA ANAK USIA DINI
Wenny Hulukati, Maryam Rahim, & Yusuf Djafar
e-mail: wennyhulukati@ung.ac.id
Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jenderal Sudirman No. 6, Gorontalo
Abstrak: Penanaman dan pelestarian nilai budaya dapat dilakukan antara lain melalui penggunaan
bahasa daerah di kalangan masyarakat. Akan tetapi, dewasa generasi muda cenderung kurang
menguasai dan menggunakan bahasa daerah. Tulisan ini membahas pentingnya mendidik anak sedini
mungkin menggunakan serta mencintai bahasa daerahnya. Pembelajaran bahasa daerah, dalam hal
ini, bahasa daerah Gorontalo di lembaga pendidikan usia dini kurang terstruktur sehingga anak tidak
terampil menggunakan bahasa daerah Gorontalo. Dengan melakukan berbagai kajian pustaka, tulisan
mengajukan gagasan bagaimana membelajarkan anak usia dini sehingga mampu menggunakan bahasa
daerah Gorontalo sebagai alat komunikasi. Tulisan ini juga menyarankan perlunya disusun pedoman
pembelajaran yang jelas yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.

Kata-kata kunci: pembelajaran, bahasa daerah Gorontalo, anak usia dini

LEARNING GORONTALO LOCAL LANGUAGE


FOR EARLY-AGED CHILDREN
Abstract : Local language is one of the characteristics as well as a cultural richness of an area that needs
to be preserved existence. In Gorontalo, some teenagers are not confident in their local languages, and
children who are unable to communicate with Gorontalo language even in very simple contexts, especially
people in urban areas. Learning local languages of Gorontalo at the level of Early Childhood Education is
considered to be one solution, considering the early age is a potential moment to develop various potentials,
including the potential for language. Conditions encountered in early childhood education institutions show
that learning / language activities in Gorontalo are not structured, resulting in the development of Gorontalo
language ability in children is very low. For that reason, learning language of Gorontalo in early childhood
needs to be organized in a systematic and structured based on clear guidelines. These guidelines include:
(a) learning programs that are appropriate to the characteristics of early childhood development, (b) learning
materials appropriate to the characteristics of early childhood development, and (c) evaluation guidelines
that can clearly measure the development of local language skills in children aged early.

Keywords: learning, local language of Gorontalo, early childhood

PENDAHULUAN
Bahasa daerah merupakan salah satu ciri Gorontalo, dari anak-anak hingga orang tua.
khas dan kekayaan budaya daerah yang perlu Fenomena yang tampak di kalangan
dilestarikan keberadaannya. Pelestarian yang masyarakat Gorontalo adalah ketidakmampuan
dimaksud dilakukan dalam bentuk penggunaan masyarakat Gorontalo terutama anak-anak dan
bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari oleh remaja dalam menggunakan bahasa daerah
anggota masyarakat daerah itu sendiri. Gorontalo Gorontalo sehari-hari. Lebih memprihatinkan,
merupakan salah satu dari sembilan daerah adat adanya kenyataan sebagian remaja terutama
di Indonesia, juga memiliki bahasa daerah sebagai di daerah perkotaan merasa tidak percaya diri,
ciri khas daerah yang disebut bahasa Gorontalo. bahkan dapat dikatakan malu menggunakan bahasa
Sebagai bahasa daerah, tentu saja bahasa Gorontalo. Sering terjadi, remaja yang menggunakan
ini menjadi alat komunikasi warga masyarakat bahasa Gorontalo dianggap sebagai sesuatu yang

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017 81
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

langka oleh teman-temannya. Mereka lebih banyak sumber daya manusia, mengingat anak usia dini
menggunakan bahasa Indonesia. Berdasarkan merupakan investasi yang sangat besar bagi
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari pada keluarga dan juga bangsa. Berbagai hasil penelitian
mahasiswa asal Gorontalo, hampir tidak pernah menunjukkan usia dini merupakan masa yang sangat
terdengar mereka menggunakan bahasa Gorontalo penting bagi pendidikan anak. Pada masa tersebut
dalam komunikasi di kampus. Kondisi yang sama tempaan dapat memberikan bekas yang kuat dan
teramati di kalangan siswa SD, SMP, dan SMA. tahan lama. Kesalahan menempa memberikan
Sikap pengguna bahasa yang buruk dapat efek negatif berkepanjangan yang sulit diperbaiki
digambarkan dengan rasa ketidakbanggaan (Rousseau, dalam Pasaribu dan Simandjuntak,
terhadap bahasa yang menunjukkan adanya 1992).
kondisi lunturnya kebanggaan berbahasa Gorontalo Pendapat Rousseau tersebut menunjukkan
pada penutur asli Gorontalo (Baruadi, 2014). betapa pentingnya pendidikan pada masa usia
Realita menunjukkan gejala kepunahan bahasa dini, sebab akan memberikan bekas yang kuat
Gorontalo dan kesempatan anak-anak belajar pada diri anak. Oleh sebab itu, dasar-dasar ke
bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat bahkan arah perkembangan sikap, pengetahuan dan
keluarga relatif sedikit, mengingat orang tua lebih keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini
banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam pada perkembangan selanjutnya perlu di tanamkan
berkomunikasi. Jika kondisi tersebut tidak dicarikan secara kontinu melalui aktivitas yang sistematis.
solusinya maka dikhawatirkan bahasa daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Gorontalo akan hilang dengan sendirinya. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Berbagai usaha telah dilakukan oleh Bab I, Pasal 1, Butir 14, menyatakan bahwa
pemerintah kota Gorontalo untuk melestarikan pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya
bahasa daerah Gorontalo, terutama penggunaannya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
oleh anak-anak dan remaja, antara lain melalui sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
program siaran bahasa Gorontalo di Radio Republik pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
Indonesia (RRI) Gorontalo, kurikulum muatan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
lokal bahasa daerah Gorontalo yang diajarkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
di sekolah-sekolah, termasuk di lembaga PAUD, pendidikan lebih lanjut.
namun semua usaha ini belum memberikan hasil Berdasarkan beberapa pendapat yang
yang diharapkan. Terkait dengan masalah ini maka telah diungkapkan, diasumsikan jika sejak dini,
kegiatan pengembangan/ pembelajaran bahasa anak-anak sudah dibelajarkan dan dibiasakan,
daerah Gorontalo yang dilaksanakan secara serta dibangkitkan motivasinya untuk memiliki
terprogram di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini kebanggaan berbahasa daerah Gorontalo, maka
menjadi salah satu solusi. upaya menjadikan bahasa daerah Gorontalo sebagai
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bahasa komunikasi sehari-hari di kalangan anak-
pendidikan yang paling mendasar dan menempati anak dan remaja, dan pelestarian bahasa daerah ini
posisi yang sangat strategis dalam pengembangan akan memberikan hasil yang diharapkan.

PEMBAHASAN
Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal di PAUD samping untuk memelihara kelestarian bahasa
Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu daerah itu sendiri (Pateda dan Pulubuhu, 2008).
solusi dalam melestarikan potensi daerah melalui Hal ini sangat penting mengingat adanya anggota
pendidikan formal. Salah satu potensi daerah yang masyarakat suatu daerah termasuk kalangan anak/
dikembangkan melalui kurikulum muatan lokal siswa yang enggan untuk menggunakan bahasa
adalah bahasa daerah. Bahasa daerah adalah daerahnya, bahkan hampir-hampir tidak memahami
bahasa yang lazim dipakai dalam satu daerah. makna-makna yang terkandung dalam bahasa
Pengembangan bahasa daerah melalui penerapan daerahnya itu apalagi menggunakannya.
muatan lokal sangat berperan dalam mengakrabkan Hasil dari suatu penelitian menunjukkan
anak/siswa dengan bahasa daerahnya sendiri, di semakin rendahnya penguasaan bahasa daerah

82 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

Gorontalo oleh generasi muda Gorontalo. Sebagian bagi pengguna di lapangan; (2) karakteristik
dari mereka hanya mampu memahami apa yang pengguna kurikulum; dan (3) strategi implementasi,
diucapkan orang lain, tetapi sulit menggunakannya yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,
secara lisan. Sebagian lagi tidak dapat memahami, seperti penyediaan perangkat kurikulum, dan
serta tidak mampu menggunakannya dalam perangkat pembelajaran.
komunikasi sehari-hari (Fatmah, 1994). Hasil Perangkat pembelajaran merupakan kesatuan
penelitian yang telah dilaksanakan kurang lebih 20 komponen pembelajaran yang terdiri dari panduan
tahun yang lalu ini, jika dianalisis ternyata tidak jauh guru, bahan ajar, dan panduan evaluasi. Bahan ajar
berbeda dengan kondisi sekarang, bahkan diduga adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran yang
kondisinya menjadi lebih memprihatinkan. Hal ini disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
didasari oleh pemikiran semakin bervariasinya siswa dalam proses pembelajaran (Pannen dan
media yang memberi peluang berkembangnya Purwanto, 1994). Bahan ajar mempunyai struktur
bahasa prokem di kalangan generasi muda, dan dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan
di sisi lain mempersempit peluang penggunaan pembelajaran yang akan dicapai, memotivasi siswa
bahasa daerah. Hal tersebut dipertegas dengan untuk belajar, mengantisipasi kesulitan belajar siswa,
realita bahwa dewasa ini sangat sedikit warga memberikan rangkuman, memberikan latihan,
masyarakat Gorontalo utamanya anak-anak dan dan secara umum berorientasi pada siswa secara
remaja, bahkan orang tua khususnya di perkotaan individual (learner oriented). Biasanya bahan ajar
yang menggunakan bahasa Gorontalo dalam dapat dipelajari siswa secara mandiri, karena
komunikasi sehari-hari. Jika kondisi seperti sekarang sistematis dan lengkap. Hal-hal yang disebutkan
ini dibiarkan berlarut-larut maka bahasa Gorontalo ini sekaligus menjadi syarat sebuah bahan ajar
akan mengalami kepunahan (Baruadi, 2014). yang baik, di samping menarik, memudahkan siswa
Anak sebagai bagian dari komunitas suatu belajar dan memilki tingkat keefektifan yang tinggi
masyarakat tentu saja turut bertanggung jawab (Degeng dan Miarso, 1993; Percival dan Ellington,
atas kelestarian bahasa daerahnya. Oleh sebab itu, 1988; Danim, 2008).
bahasa daerah sangat patut untuk dimasukkan ke Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
dalam kurikulum sekolah dalam bentuk kurikulum Perkembangan merupakan proses yang
muatan lokal, termasuk kurikulum PAUD. Kurikulum bersifat kumulatif, yang berarti perkembangan
muatan lokal yang telah dikembangkan perlu terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan
diimplementasikan lebih lanjut berdasarkfan prinsip- selanjutnya. Hal ini berarti apabila terjadi hambatan
prinsip pembelajaran yang benar sehingga akan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan
memberikan hasil yang diharapkan. Gejala yang selanjutnya cenderung akan mengalami hambatan.
tampak di lapangan menunjukkan pelaksanaan Perkembangan masa usia dini merupakan dasar
kurikulum muatan lokal tidak dilaksanakan secara bagi perkembangan individu di masa selanjutnya,
terprogram sehingga hasilnya juga tidak bisa diukur. oleh sebab itu usia dini menjadi masa yang sangat
Implementasi kurikulum dapat diartikan penting bagi perkembangan individu.
sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written Anak usia dini (usia 0-6 tahun) berada
curriculum) dalam bentuk pembelajaran. pada masa keemasan. Montessori dan Hainstock
Implementasi kurikulum adalah operasionalisasi mengatakan bahwa masa ini merupakan
kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) periode sensitif, selama masa inilah anak secara
menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari
(Mulyasa, 2002). Saylor (1983) mengatakan bahwa: lingkungannya. Pada masa ini, anak siap melakukan
“Instructions is thus the implementation of curriculum berbagai kegiatan dalam rangka memahami
plan, usually, but not necessarity, involving teaching dan menguasai lingkungannya. Usia keemasan
in the sense of student, teacher interaction in an merupakan masa di mana anak mulai peka untuk
educational setting”. menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
Implementasi kurikulum akan sangat pendidikan dari lingkungannya baik disengaja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni (1) maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah
karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis
lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya sehingga anak siap merespons dan mewujudkan

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017 83
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan sama pentingnya dengan penguasaan keterampilan
muncul pada pola perilakunya sehari-hari (Montessori motorik kasar.
dalam Suparti, 2004). Kedua, perkembangan kognitif. Perkembangan
Menurut teori perkembangan anak, kognitif meliputi aspek-aspek struktur intelektual
diyakini bahwa setiap anak lahir dengan berbagai yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu
kemampuan. Kemampuan tersebut bersifat potensial (Gunarsa dalam Dewi, 2005). Dengan demikian,
dan diibaratkan belum muncul di atas permukaan. kognitif adalah fungsi mental yang meliputi persepsi,
Untuk itulah, anak perlu diberikan pendidikan yang pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
sesuai dengan perkembangannya dengan cara Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari
memperkaya lingkungan bermainnya. Artinya, kemampuan anak dalam menggunakan bahasa dan
orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak menyelesaikan soal angka-angka (Wieman dalam
untuk mewujudkan diri, berekspresi, berkreasi, Dewi, 2005). Depdiknas (2002) menjelaskan bahwa
dan menggali sumber-sumber terunggul yang kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir
tersembunyi dalam diri anak. logis dan kritis, memberi alasan, memecahkan
Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masalah, dan menemukan hubungan sebab akibat.
masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau Piaget sebagai tokoh perkembangan kognitif
pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
selanjutnya. Diyakini oleh sebagian besar pakar dibagi dalam empat tahap yaitu sensori motorik (0-
bahwa masa kanak-kanak yang bahagia merupakan 24 bulan), pra operasional (2-7 tahun), operasional
dasar bagi keberhasilan di masa datang dan konkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11
sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan tahun ke atas). Sesuai dengan penggolongan teori
perkembangan tercapai secara optimal, maka Piaget, anak pada program PAUD berada pada
dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada tahapan pra-operasional. Pada usia ini, penguasaan
saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan bahasa yang sistematis, imitasi serta pikiran mulai
yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak berfungsi. Semua proses ini menunjukkan bahwa
(Hulukati, 2012). anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku
Perkembangan anak usia dini meliputi simbolik. Berpikir pra-operasional dicirikan dengan
berbagai aspek, di mana aspek-aspek itu hanya mampu meniru, antisipasi, egosentris, dan memusat
dapat dibedakan dan tidak dapat dipisahkan. pada satu dimensi.
Menurut para ahli, aspek perkembangan itu meliputi Ketiga, perkembangan bahasa. Bahasa
lima kategori sebagai berikut. diartikan sebagai suatu sistem simbol dan urutan
Pertama, perkembangan motorik. Proses kata-kata yang dapat digunakan untuk berkomunikasi
tumbuh kembang kemampuan gerak anak dengan orang lain yang bersifat tak terbatas, general
disebut perkembangan motorik. Pendapat lain (berlaku umum), dan sesuai sistem aturan yang
mengemukakan bahwa perkembangan motorik berlaku. Perkembangan bahasa anak dibagi dalam
berarti pengembangan pengendalian gerakan fase pra-linguistik dan fase linguistik. Fase pra-
jasmani melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, linguitik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1
dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1980). tahun, yaitu mulai sejak tangisan pertama sampai
Perkembangan motorik ada dua bentuk, yaitu (1) anak selesai dengan fase mengoceh. Sementara
perkembangan motorik kasar dan (2) perkembangan fase linguistik terjadi sejak anak berusia 1 tahun
motorik halus. Keterampilan motorik kasar adalah sampai dengan lima tahun, yaitu dari mengucap
gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi kata-kata pertama sampai dapat berbicara dengan
otot-otot besar seperti berjalan, melompat berlari, lancar (Dewi, 2005). Periode linguistik dibagi dalam
melempar, dan menaiki. Sedangkan keterampilan tiga tahap, yaitu (1) fase satu kata atau holofrase, (2)
motorik halus adalah gerakan yang dilakukan dengan fase lebih dari satu kata, dan (3) fase diferensiasi.
menggunakan otot halus seperti menggambar, Menurut Ramirez & Kuhl (2016), anak telah mampu
menggunting, dan melipat kertas. Keterampilan belajar berbahasa sejak tahun pertama dalam
halus merupakan keterampilan menggunakan kehidupannya.
jari-jari tangan serta pergelangan tangan dengan Keempat, perkembangan sosial-emosional.
tepat. Penguasaan keterampilan motorik halus Perkembangan sosial yang dimaksud adalah

84 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

perolehan kemampuan perilaku yang sesuai lebih lanjut”.


dengan tuntutan sosial. Hal ini dapat dilihat dari Selanjutnya, pada pasal 28 tentang Pendidikan
proses kemampuan anak untuk bergaul dengan Anak Usia Dini menyatakan bahwa (1) pendidikan
orang-orang di sekitarnya. Perkembangan sosial anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
merupakan proses belajar menyesuaikan diri dengan pendidikan dasar; (2) pendidikan anak usia dini dapat
norma-norma kelompok dan adat kebiasaan, belajar diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non
bekerjasama, saling berhubungan, dan merasa formal, dan/atau informal; (3) pendidikan anak usia
bersatu dengan orang-orang di sekitarnya (Hurlock, dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain
1980). Selain itu, perkembangan sosio-emosional yang sederajat; (4) pendidikan anak usia dini jalur
juga merupakan kemampuan mengadakan hubungan pendidikan nonformal: pendidikan keluarga atau
dengan orang lain, terbiasa untuk bersikap sopan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan,
santun, mematuhi peraturan dan disiplin dalam dan (5) ketentuan mengenai Pedidikan Anak Usia
kehidupan sehari-hari dan dapat menunjukkan reaksi Dini sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat
emosi yang wajar. (2), Ayat (3), dan Ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
Kelima, perkembangan moral. Moral berasal Peraturan Pemerintah.
dari kata “mores” yang berarti tata cara kebiasaan Pembelajaran Bahasa Daerah Gorontalo pada
dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai Anak Usia Dini
dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku tak Dengan memperhatikan karakteristik
bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan bahasa anak usia dini, maka dapat
harapan masyarakat. Perilaku yang demikian disimpulkan bahwa anak usia dini sangat potensial
bukan disebabkan ketidakacuhan akan harapan dalam belajar bahasa. Pada tahun-tahun pertama
masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan dalam kehidupannya, anak telah belajar bahasa.
standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib Pembelajaran di lembaga Pendidikan Anak Usia
menyesuaikan diri. Perilaku amoral lebih disebabkan Dini dalam hal ini Taman Kanak-Kanak dilaksanakan
ketidakacuhan terhadap kelompok sosial dari pada dalam enam bidang pengembangan, yakni (1)
pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. pengembangan fisik, (2) pengembangan kognitif, (3)
Perilaku anak kecil lebih pada moral dari pada pengembangan bahasa, (4) pengembangan sosial
amoral. emosional, (5) pengembangan moral dan agama,
Memperhatikan aspek-aspek perkembangan serta (6) pengembangan seni.
anak usia dini, khususnya perkembangan kognitif Kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak
dan perkembangan bahasa, jelaslah bahwa anak- dan pendidikan anak usia dini pada umumnya, secara
anak usia dini sangat potensial untuk belajar bahasa. keseluruhan dimaksudkan untuk menstimulasi
Mereka dengan mudah menyerap berbagai simbol berbagai potensi yang dimiliki anak sehingga akan
termasuk simbol-simbol bahasa, di mana hasil ini mengalami perkembangan secara optimal sebagai
akan dipertahankan dalam waktu yang lama hingga dasar untuk perkembangan di fase-fase selanjutnya.
ke fase perkembangan berikutnya. Oleh sebab itu, Salah satu potensi yang dikembangkan itu adalah
sangat tepat apabila bahasa daerah Gorontalo potensi berbahasa, termasuk potensi berbahasa
dibelajarkan kepada anak usia dini. Hal ini lebih daerah di mana anak itu hidup dan berkembang.
beralasan lagi apabila dikaitkan dengan posisi PAUD Bagi anak usia dini di daerah Gorontalo, maka
sebagai peletak dasar bagi pendidikan anak. upaya menstimulasi perkembangan bahasa
Berdasarkan Undang-Undang Republik anak diharapkan sekaligus dapat mengstimulir
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem perkembangan kemampuan berbahasa daerah
Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 Gorontalo.
dinyatakan bahwa: ”Pendidikan Anak Usia Dini Agar pembelajaran bahasa daerah Gorontalo
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak usia dini dapat memberikan kesempatan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam yang luas dan terstruktur bagi berkembangnya
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan kemampuan berbahasa daerah Gorontalo, maka
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan kegiatan tersebut perlu diselenggarakan secara
perkembangan jasmani dan rohani agar anak sistematis dan terstruktur berdasarkan pedoman
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang jelas. Pedoman dimaksud meliputi (1)

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017 85
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

program pembelajaran yang sesuai dengan dengan kalimat sederhana; (2) menyebutkan
karakteristik perkembangan anak usia dini, (2) materi sebanyak-banyaknya nama benda, binatang,
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tanaman yang mempunyai warna, bentuk, atau
perkembangan anak usia dini, dan (3) panduan menurut ciri-ciri tertentu; (3) bercerita tentang
evaluasi yang dapat mengukur dengan jelas kejadian di sekitarnya secara sederhana; (4)
perkembangan kemampuan berbahasa daerah pada mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (2-3
anak usia dini. gambar); (5) bercerita tentang gambar yang dibuat
1. Program pembelajaran bahasa daerah Goron- sendiri; (6) mengikuti 1 s/d 2 perintah sekaligus,
talo dan (7) membuat sebanyak-banyaknya kata dari
Program pembelajaran bahasa suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan
daerah hendaknya sesuai dengan karakteristik seperti; ma, mama, malu, marah, dan sebagainya.
perkembangan bahasa anak usia dini. Perkembangan Sedangkan untuk perkembangan bahasa
bahasa anak terdiri atas fase prelinguistik dan fase anak usia lima sampai enam tahun adalah (1)
linguistik (Dewi, 2005). Fase linguistik berlangsung menirukan kembali 2 s/d 4 urutan angka, urutan
pada usia 1-5 tahun, yakni mulai dari mengucap kata; (2) mengikuti 2 s/d 3 perintah sekaligus; (3)
kata-kata pertama sampai dapat berbicara dengan menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan
lancar. Fase linguistik dibagi atas tiga fase besar. apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dan
Pertama, fase satu kata atau holofrase. sebagainya; (4) bicara lancar dengan kalimat
Pada fase ini anak menggunakan satu kata untuk sederhana; (5) bercerita tentang kejadian di
menyatakan sustu pikiran yang kompleks, baik sekitarnya secara sederhana, (6) menceritakan
berupa keinginan, perasaaan, atau kemauannya kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan
tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata “duduk”, oleh guru; (7) memberikan keterangan/informasi
dapat berarti “saya mau duduk”, atau “kursi tentang sesuatu hal; (8) memberikan batasan
tempat duduk”, atau “ibu duduk”. Orang tua harus berapa kata/benda, misalnya apakah rumah itu? (9)
mengamati mimik, gerak gerik serta bahasa tubuh menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda,
yang lain untuk memperjelasnya. Kata pertama yang binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk,
dikuasai anak berupa kata benda yang selanjutnya atau ciri-ciri tertentu; serta (10) menceritakan gambar
anak menguasai kata kerja. yang telah disediakan.
Kedua, fase lebih dari satu kata. Pada fase ini Program pembelajaran yang disusun
anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua merupakan gambaran secara utuh dan komprehensif
kata. Ada pokok kalimat dan ada predikat, kadang- tentang berbagai komponen yang terkait dengan
kadang objek tetapi dengan tata bahasa yang pembelajaran bahasa daerah Gorontalo, yang
tidak selalu benar. Pada periode ini bahasa yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, tema/
digunakan tidak bersifat egosentris, yaitu dari dan sub tema/materi, media, dan evaluasi. Gambaran
untuk dirinya. Komunikasi dengan orang lain mulai secara utuh dan komprehensif ini diharapkan dapat
lancar, mulai tanya jawab yang sederhana, anak memberikan pedoman secara menyeluruh, serta
mulai bercerita dengan kalimat sederhana. secara operasional dapat membantu setiap pendidik
Ketiga, fase diferensiasi. Usia anak 2,5 – 5 PAUD dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
tahun keterampilan anak berbicara berkembang daerah Gorontalo, sehingga benar-benar dapat
pesat. Bukan saja penambahan kosa kata, tapi anak membantu pengembangan kemampuan berbahasa
sudah mampu mengucap kata demi kata sesuai daerah Gorontalo bagi anak usia dini.
dengan jenisnya, terutama pemakaian kata benda b. Materi pembelajaran bahasa daerah Goron-
dan kata kerja. Anak mampu menggunakan kata talo
ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya. Anak Materi pembelajaran juga harus sesuai
mampu menggunakan kata dalam bentuk jamak, dengan karakteristik perkembangan anak usia
awalan, akhiran. Anak mampu mengkritik, bertanya, dini yang dijabarkan berdasarkan tema-tema
menjawab, memerintah, memberitahu, dan bentuk pembelajaran yang dikembangkan di lembaga
lain untuk satu pembicaraan gaya dewasa. pendidikan anak usia dini, yakni tema (1) Diriku,
Perkembangan bahasa anak usia empat (2) Binatang, (3) Lingkunganku, (4) Tumbuh-
sampai lima tahun adalah (1) berbicara lancar tumbuhan, (5) Kenderaan, (6) Alam Semesta, (7)

86 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

Negaraku, dan (8) Budayaku. Setiap tema tersebut bentuk simbolis dari suatu objek; (2) tingkat realisme;
dijabarkan menjadi materi dengan menggunakan dan (3) tingkat abstraksi, anak lebih memahami
bahasa daerah Gorontalo. Materi pembelajaran artistik yang sebenarnya (Hamalik, 1994).
dikembangkan dalam bentuk penguasaan kosakata Pendapat tersebut menggambarkan bahwa
serta percakapan sederhana sesuai dengan tema- di samping faktor ketertarikan anak, penggunaan
tema dan materi pembelajaran bahasa daerah gambar juga sesuai dengan tingkat perkembangan
Gorontalo. anak usia dini. Anak-anak pada usia ini telah dapat
Materi pembelajaran dapat dikemas dalam menangkap pesan yang ada dalam sebuah gambar,
bentuk bahan ajar. Bahan ajar adalah bahan-bahan bahkan mereka telah mampu memahami nilai
atau materi pembelajaran yang disusun secara artistiknya.
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam c. Pedoman evaluasi
proses pembelajaran (Pannen dan Purwanto, Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan
1994). Agar dapat digunakan secara efektif, bahan mengikuti perkembangan berbahasa daerah pada
ajar hendaknya dilengkapi dengan gambar-gambar anak setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
menarik terkait dengan materi pembelajaran. bahasa daerah Gorontalo. Kegiatan evaluasi penting
Kematangan anak dalam mengamati gambar untuk dilakukan, di samping dapat mengetahui
melalui tiga tingkatan, yakni (1) kemampuan melihat dan mengikuti perkembangan berbahasa daerah
objek-objek di dalam gambar, (2) kemampuan pada anak usia dini, juga untuk menilai efektivitas
menentukan objek-objek yang dilihatnya dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
gambar, dan (3) kemampuan menafsirkan dan Evaluasi ditujukan untuk penguasaan kosa kata serta
menarik kesimpulan, dalam arti anak dapat kemampuan bercakap-cakap dalam bahasa daerah
menyimpulkan bahwa gambar itu mengandung cerita Gorontalo. Dengan adanya pedoman evaluasi, maka
tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa anak-anak pendidik dapat melaksanakan evaluasi secara tepat
mengalami tiga tingkatan perkembangan abilitet terhadap perkembangan kemampuan berbahasa
artistik, yakni (1) tingkat simbolisme, anak puas akan daerah Gorontalo pada anak usia dini.

PENUTUP
Kesimpulan mengukur dengan jelas perkembangan kemampuan
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat berbahasa daerah pada anak usia dini.
disimpulkan bahwa (1) usia dini merupakan masa Saran
yang tepat untuk membelajarkan bahasa daerah, Mengingat pentingnya pelestarian bahasa
mengingat anak usia dini memiliki potensi yang besar daerah Gorontalo melalui penggunaan oleh anak-
untuk belajar bahasa; (2) pembelajaran bahasa anak sejak usia dini, maka dibutuhkan kebijakan
daerah, termasuk pembelajaran bahasa daerah resmi pemerintah pusat dan daerah yang mewajibkan
Gorontalo pada anak usia dini perlu diselenggarakan pembelajaran bahasa daerah Gorontalo di lembaga
secara sistematis dan terstruktur berdasarkan pendidikan anak usia dini. Kebijakan lainnya yang
pedoman yang jelas, yang meliputi program dapat dilakukan seperti mewajibkan seluruh siswa
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik SD, SMP dan SMA dan guru di daerah Gorontalo
perkembangan anak usia dini, materi pembelajaran agar pada hari-hari tertentu menggunakan bahasa
yang sesuai dengan karakteristik perkembangan daerah Gorontalo dalam komunikasi di sekolah.
anak usia dini, serta panduan evaluasi yang dapat

DAFTAR PUSTAKA
Baruadi, M. K. (2014). Pemartabatan bahasa Universitas Negeri Gorontalo.
gorontalo (suatu keprihatinan terhadap Danim, S. (2008). Media komunikasi pendidikan.
ancaman kepunahan). Disampaikan pada Jakarta. Bumi Aksara.
Pengukuhan Guru Besar Tetap Universitas Degeng, N.S., & Miarso, Y. (1993). Terapan teori
Negeri Gorontalo, 11 November 2014. kognitif dalam disain pembelajaran. Jakarta.

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017 87
Pembelajaran Bahasa Daerah ...

Pusat Antar Universitas. konsep, karakteristik, dan implementasi.


Depdiknas, (2002). Perkembangan belajar peserta Bandung. Remaja Rosda Karya.
didik. Jakarta, Dirjen Dikti. Pannen, P., & Purwanto. (1994). Penulisan bahan
Dewi, R. (2005). Berbagai masalah anak taman ajar. Jakarta. Pusat Antar Universitas.
kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Pasaribu & Simandjuntak. (2002). Psikologi
Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi, perkembangan. Bandung Tarsito.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pateda, M., & Pulubuhu, Y. (2008). Bahasa Indonesia
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. di perguruan tinggi. Gorontalo, Viladan.
Fatma, (1994). Identifikasi pembelajaran bahasa Percival, F dan Ellington. H. (1988). Teknologi
daerah Gorontalo di SD se Kotamadya pendidikan. Alih Bahasa: Sudjarwo. Jakarta:
Gorontalo. PBS-STKIP. Erlangga.
Hamalik, O. (1994). Media pendidikan (cetakan ke Ramirez, N. F., & Kuhl, P. K. 2016. Bilingual language
VII). Bandung, Citra Aditya Bakti. learning in children. Institute for learning &
Hulukati, W. (1997). Pengembangan paket brain sciences. University of Wsahington.
pembelajaran bahasa Gorontalo sebagai Saylor, J. G. (1983). Curriculum planniing for modern
alternatif muatan lokal untuk kelas I SD di schools. New York. Rinchart and Winston. Inc.
kotamadya Gorontalo. Tesis, IKIP Malang. Suparti, I. (2004). Perkembangan dan pertumbuhan
Hurlock, E. B. (1980). Development psychology: A anak usia dini. Jakarta. Rajawali Press.
life-span approach. Fifth Edition. McGraw- Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Hill, Inc. Sistem Pendidikan Nasional
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum berbasis kompetensi,

88 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 1, Juni 2017

You might also like