You are on page 1of 18

PERGESERAN NILAI-NILAI GOTONG ROYONG PADA

MASYARAKAT KELURAHAN GEGERKALONG KECAMATAN


SUKASARI KOTA BANDUNG

¹Ivan Rismayanto ²Elly Malihah ³Wahyu Eridiana


¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan
Indonesia
²Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan
Indonesia
³ Dosen Departemen Pendidikan Geografi FPIPS Universitas Pendidikan
Indonesia
e-mail: ivanrismayanto@gmail.com

Abstract: Shifting Values Of Mutual Cooperation In Community Of


Gegerkalong Sub-Disrtrict Sukasari District Bandung
This research is motivated by the decreasing of cultural values in society as a
result of the development of community’s mindset. One of them occured in the
values of mutual cooperation. This study aims to determine what forms of mutual
cooperation that happens to shift, the affecting factors of shifting values and what
efforts were made to minimize the shift in values of mutual cooperation. This
research uses qualitative approach with descriptive method. Data collection
technique that is used in this research are interview, observation, document study,
and field notes. The results of this research are: (1) The shift in values of mutual
cooperation of community in Gegerkalong particularly evident in the form of
mutual aid cooperation. As in the case of dwindling participation, the way
community perceive that mutual cooperation is not important, and other mutual
cooperation activites (hajatan, ngalayad, building mosque, and fixing the
road/alley) that is not done anymore. (2) The external and internal factors from
community that affect the shifting value of mutual cooperation that are; the
current modernization, migrant community, the motive and the participation of
the community itself, as well as the emergence of materialistic and individualistic
attitude.(3) To minimize the shifting value of mutual cooperation culture, a few
attempts from various parties are needed to overcome this case: from the
government through policy that focus on the existence of an effort to retain the
value of mutual cooperation in community. From community who realize the
importance of mutual cooperation value. From social community such as youth,
PKK, who contribute to the activities carried out in community.

Keywords: Shifting, Mutual Cooperation Values

Abstrak: Pergeseran Nilai-Nilai Gotong Royong pada Masyarakat


Kelurahan Gegerkalong Kecamatan Sukasari Kota Bandung
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin sedikitnya nilai-nilai budaya yang ada
pada masyarakat sebagai dampak adanya perkembangan cara berpikir masyarakat

1
sehingga menimbulkan pergeseran dalam pelaksanaan yang dilakukan. Salah
satunya terjadi pada nilai-nilai gotong royong masyarakat Gegerkalong
Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk gotong royong apa yang mengalami pergeseran, faktor yang
mempengaruhi adanya pergeseran serta upaya apa yang dilakukan untuk
meminimalisir pergeseran nilai gotong royong. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu, wawancara mendalam, observasi partisipasi, studi
dokumentasi, studi literatur, dan catatan lapangan. Adapun temuan dari penelitian
ini adalah: (1) Pergeseran nilai gotong royong pada masyarakat Gegerkalong
terlihat jelas khususnya pada bentuk gotong royong kerjasama. Seperti dalam hal
partisipasi yang semakin berkurang, anggapan masyarakat bahwa gotong royong
tidak lagi sebagai sesuatu yang penting, dan kegiatan gotong royong lainnya
(“hajatan”, “ngalayad”, membangun rumah, membangun masjid, dan
memperbaiki jalan atau gang) yang sudah tidak dilakukan lagi. (2) Adapun faktor
eksternal dan internal dari masyarakat yang menyebabkan bergesernya nilai
gotong royong diantaranya, adanya arus modernisasi, urbanisasi yang tinggi,
motif setiap individu dan kurangnya partisipasi serta munculnya sikap matrealistis
dan individualistis. (3) Untuk meminimalisir pergeseran nilai gotong royong,
diperlukan upaya dari beberapa pihak diantaranya: pihak pemerintah melalui
kebijakan yang memfokuskan pada upaya agar tetap mempertahankan eksistensi
nilai gotong royong pada warganya. Pihak masyarakat yang menyadari
pentingnya nilai gotong royong. Pihak kelompok sosial seperti karang taruna,
PKK, supaya tetap berperan aktif serta berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat.

Kata kunci: Pergeseran, Nilai-Nilai Gotong Royong

PENDAHULUAN globalisasi semakin menambah


Perkembangan jaman yang pengaruh terhadap perubahan sosial
semakin modern turut membawa budaya masyarakat Indonesia. Situasi
perubahan terhadap kebudayaan dan kondisi serta perkembangan
bangsa Indonesia. Nilai-nilai jaman yang terus berubah
kebudayaan perlahan mulai mengharuskan manusia untuk
ditinggalkan sebagai bentuk menyesuaikan terhadap perubahan
modernisasi dan gaya hidup modern. yang terjadi. Dalam proses tersebut
Wujud dari perubahan yang terjadi sering ditemukan kendala dan
terlihat pada gaya hidup yang mewah bahkan tidak jarang memberikan
dan individualis. Menurut Saebani pengaruh yang buruk terhadap
(2012, hlm. 181) “Perubahan budaya masyarakat. Salah satu dampak yang
dapat timbul akibat terjadinya tidak dirasakan secara langsung yaitu
perubahan lingkungan masyarakat, dampak sosial masyarakat. Seiring
penemuan baru, dan kontak dengan dengan masuknya budaya-budaya
kebudayaan lain”. asing sedikit demi sedikit menggeser
Perkembangan budaya global keberadaan akan budaya lokal. Cara
atau sering disebut dengan istilah pandang setiap orang akan berubah

2
terutama pandangan akan budaya Dari pendapat tersebut dikatakan
lokal yang tradisional menjadi bahwa kegiatan gotong royong
kebudayaan yang modern. Tentu hal adalah bentuk solidaritas yang
tersebut berdampak buruk baik bagi terwujud sebagai bentuk loyalitas
kebudayaan yang telah ada maupun dalam sebuah kesatuan terhadap
bagi masyarakat yang manakala ada sesama warga masyarakat. Pada
ketidaksesuaian dengan situasi dan hakikatnya rasa solidartias yang
kondisi bangsa Indonesia. terbentuk pada masyarakat
Dampak perubahan jaman yang merupakan bentuk dari rasa saling
semakin berkembang saat ini dialami membutuhkan setiap individu dengan
oleh masyarakat Kelurahan individu lainnya. Manusia sebagai
Gegerkalong Kecamatan Sukasari mahluk sosial tidak akan terlepas
Kota Bandung. Salah satu dari bantuan orang lain baik untuk
dampaknya yaitu adanya pergeseran memenuhi kebutuhan pribadinya
budaya yang biasa dilakukan maupun kebutuhan sosial terhadap
warganya dalam rutinitas keseharian. lingkungan sekitarnya.
Masuknya budaya asing yang Kondisi masyarakat pada suatu
sebagian besar merupakan hal baru wilayah sudah dipastikan akan
bagi masyarakat dan tidak sesuai mengalami perubahan, baik melalui
dengan tradisi masyarakat yang telah proses yang cepat maupun secara
ada menambah pengaruh terhadap lambat. Perubahan tersebut terjadi
bergesernya budaya. Pergeseran karena setiap individu dalam
tersebut nampak pada cara pandang masyarakat terus berkembang, baik
masyarakat terhadap nilai budaya berupa pertambahan penduduk
gotong royong. Pandangan maupun perkembangan cara pandang
masyarakat Gegerkalong terhadap atau perilaku. Faktor itulah yang
nilai budaya gotong royong tidak lagi menyebabkan perubahan yang
sebagai sebuah kepentingan akan dinamis pada suatu masyarakat.
kebutuhan sosial, tetapi telah Sejalan dengan pendapat yang
dipengaruhi oleh unsur komersil diungkapkan oleh Ranjabar (2008,
dalam artian untung atau rugi. hlm. 11) “tidak ada suatu masyarakat
Masyarakat telah memandang manusia pun yang berhenti pada
budaya gotong royong sebagai suatu titik tertentu sepanjang masa,
sesuatu yang kuno dan tradisional. bahkan kadangkala perubahan itu
Sehinga sedikit demi sedikit berjalan dengan lambat secara
masyarakat mulai meninggalkan gradual, sehingga anggota
kebiasaan tersebut. masyarakat tidak menyadari atau
Secara teori menurut Sudrajat tidak memperhatikan akan terjadinya
(2014, hlm.14) “Gotong Royong perubahan yang telah melanda
adalah sebagai bentuk solidaritas kehidupan mereka”. Dari pendapat
sosial, terbentuk karena adanya tersebut menegaskan bahwa setiap
bantuan dari pihak lain, untuk masyarakat sudah dipastikan akan
kepentingan pribadi ataupun mengalami perubahan. Namun dari
kepentingan kelompok sehingga perubahan yang terjadi ada yang
didalamnya terdapat sikap loyal dari terkontrol atau dirasakan secara sadar
setiap warga sebagai satu kesatuan”. dan yang tidak terkontrol atau tidak

3
dirasakan secara sadar bahwa mereka terwujud pada kegiatan gotong
telah mengalami perubahan. kerjabakti. Pergeseran gotong royong
Pergeseran budaya gotong royong dalam bentuk tolong menolong pada
pada masyarakat Gegerkalong dapat masyarakat Gegerkalong terlihat
dilihat dari semakin berkurangnya ketika ada salah seorang warga akan
kegiatan yang dilakukan secara melaksanakan perayaan pernikahan
bersama-sama yang melibatkan atau khitanan. Menurut salah seorang
seluruh warganya. Adapun kegiatan informan, dulu ketika ada yang
gotong royong yang lazim dilakukan hajatan tetangga-tetangga ikut
oleh masyarakat dapat membantu mempersiapkan. Mereka
dikelompokkan menjadi dua datang secara sukarela atas dasar
klasifikasi diantaranya gotong kekeluargaan. Setiap warga yang
royong tolong menolong dan gotong datang sudah mengetahui tugasnya
royong kerjabakti. Menurut Bintarto walaupun tanpa ada arahan dari
(1980, hlm. 10) mengemukakan siapapun. Biasanya warga laki-laki
“gotong royong dalam bentuk tolong melakukan pekerjaan berat seperti
menolong ini masih menyimpan ciri mempersiapkan tenda dan kursi-kursi
khas gotong royong yang asli. Jenis untuk tamu. Setelah itu ketika resepsi
gotong royong ini berupa tolong para Bapak Tokoh Masyarakat atau
menolong yang terbatas di dalam pejabat setempat bertugas sebagai
lingkungan beberapa keluarga penerima tamu. Sedangkan warga
tetangga atau satu dukuh, misalnya perempuan biasanya mempersiapkan
dalam hal kematian, perkawinan, bagian dapur mulai dari bahan
mendirikan rumah dan sebagainya”. makanan sampai tahap pemasakan
Sedangkan pengertian gotong royong dan persiapan keperluan pengantin.
kerjabakti dikemukakan oleh Berbeda dengan kondisi saat ini,
Koentjaraningrat (1990, hlm. 60) kebiasaan tersebut mulai
yaitu “Kerjabakti adalah satu ditinggalkan. Sudah jarang
aktivitas pengarahan tenaga tanpa ditemukan warga secara serempak
bayaran untuk suatu proyek yang membantu warga lainnya baik ketika
bermanfaat untuk umum atau yang ada perayaan maupun ketika ada
berguna untuk pemerintah”. Dari musibah sekalipun. Perubahan pola
kedua pendapat tersebut menjelaskan pikir masyarakat yang kritis
bahwa gotong royong merupakan terhadap hal-hal yang terjadi
sebuah kegiatan yang ditandai disekitarnya memberikan pengaruh
dengan berkumpulnya warga pula bagi partisipasinya pada
masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong. Saat ini
pekerjaan yang dilakukan secara masyarakat lebih mementingkan nilai
bersama-sama. Adapun yang komersil dibanding kewajiban akan
membedakannya yaitu dari kepedulian sosial terhadap sesama
latarbelakang adanya kegiatan warga masyarakat. Hal yang sama
gotong royong tersebut, ada yang terjadi pada budaya gotong royong
dilakukan berdasarkan kebutuhan kerjabakti. Kegiatan yang biasanya
pribadi atau seseorang dalam dilakukan secara kerjabakti salah
masyarakat ataupun dilakukan atas satunya yaitu dalam kebersihan
keinginan bersama sepeti yang lingkungan. Menurut informan

4
lainnya, sebelum ada petugas masyarakat, penulis mengamati
kebersihan seperti sekarang ini secara langsung fenomena yang
biasanya masyarakat melakukan terjadi dan penelusuran melalui
jumsih atau jumat bersih pada setiap wawancara dengan narasumber.
minggunya. Kegiatan ini merupakan Bahwa pada masyarakat
himbauan langsung dari pihak Gegerkalong telah ditemukan adanya
kelurahan yang dilanjutkan oleh perubahan pada aspek sosial budaya
pihak RW dan RT. Kegiatan jumsih terutama pada nilai-nilai budaya
ini meliputi pembersihan jalan-jalan gotong royong.
utama sekitar perumahan warga dan
jalan-jalan gang akses menuju bagian METODE PENELITIAN
dalam perumahan. Namun saat ini Pendekatan yang dilakukan
kegiatan jumsih sudah jarang dalam penelitian ini dengan
dilakukan oleh warga. Sebagian menggunakan pendekatan kualitatif.
besar warga Gegerkalong telah Pendekatan ini dilakukan dengan
mempercayakannya kepada petugas cara mengkaji perspektif partisipan
kebersihan yang setiap dua kali melalui strategi-strategi yang bersifat
dalam seminggu untuk interaktif dan fleksibel.
mengambilnya. Kemudian warga Menurut Creswell (2012, hlm.
setiap bulannya membayar iuran 15), mengemukakan bahwa
untuk biaya kebersihan yang dikelola “pendekatan kualitatif adalah suatu
oleh RT-nya masing-masing. Dari proses penelitian dan pemahaman
beberapa perubahan tersebut yang berdasarkan pada metodologi
menunjukan bahwa masyarakat saat yang menyelidiki suatu fenomena
ini telah mengalami pergeseran sosial dan masalah manusia”.
pandangan antara kepentingan umum Untuk memperoleh data yang
dan kepentingan pribadi. Berubahnya diperlukan peneliti menggunakan
sistem mata pencaharian yang beberapa teknik pengumpulan data
semakin heterogen membuat diantaranya wawancara, observasi
sebagian besar warga kurang partisipasi, studi dokumentasi, studi
memiliki waktu luang untuk sekedar literatur, dan catatan lapangan.
bersosialisasi dengan lingkungan Pada analisis data semua
sekitarnya. Terlebih untuk dokumen atau temuan-temuan
berpartisiapsi dalam setiap kegiatan selama melakukan penelitian
gotong royong masyarakat saat ini dikumpulkan sehingga dapat
lebih memilih untuk memberikan mengungkap permasalahan yang
sumbangan berupa materi. Dengan diteliti. Menurut Bogan (dalam
adanya fenomena tersebut Sugiyono, 2009, hlm. 334)
masyarakat sulit untuk melakukan mengatakan bahwa:
adaptasi dengan orang-orang Analisis data adalah proses
disekitarnya, maka tidak heran mencari dan menyusun secara
banyak warga yang bersikap anti sistematis data yang diperoleh
sosial dan individualis. dari hasil wawancara, catatan
Berdasarkan pemaparan diatas lapangan, dan bahan-bahan
mengenai pergeseran nilai-nilai lain, sehingga dapat mudah
budaya gotong royong pada

5
dipahami dan temuannya dapat jaman dan sikap masyarakat kondisi
diinformasikan ke orang lain. tersebut tidak lagi demikian.
Masyarakat secara perlahan mulai
Jadi analisis data membantu peneliti meninggalkan budaya gotong
agar bisa memperhalus royong. Alasan yang lumrah
permasalahan-permasalahan yang diutarakan oleh warga yaitu karena
ditemukan dilapangan kemudian kesibukan pekerjaan, sehingga
menyusunnya secara sistematis, kurangnya waktu luang untuk turut
mengkategorikannya, dan mencari serta dalam kegiatan gotong royong.
kaitan isi dari berbagai data yang Perubahan tersebut sudah
diperoleh untuk memperoleh berlangsung lama dan berangsur-
maknanya kemudian disesuaikan angsur dirasakan perubahannya
dengan kajian yang sedang diteliti. hingga saat ini. Dari beberapa unsur
Pendekatan ini lebih tepat yang mengalami perubahan salah
dalam memberikan gambaran satunya yaitu terjadi pada cara
mengenai kehidupan masyaraka pandang masyarakat terhadap budaya
Gegerkalong sesuai dengan gotong royong. Perubahan jaman
fenomena yang ada. Selain itu, yang semakin modern menjadikan
diharapkan dengan penelitian masyarakat cenderung lebih kritis
kualitatif dapat mempermudah terhadap tindakan yang akan ia
peneliti karena proses penelitiannya lakukan. Masyarakat lebih
dilakukan secara langsung bertemu mempertimbangkan kegiatan apa
dengan informan. Sehingga data yang memang harus dilakukan dan
yang diperoleh merupakan hasil untuk apa “saya” melakukan itu.
reduksi dari berbagai informasi yang Masyarakat tidak lagi secara spontan
telah diberikan oleh informan hingga menanggapi kegiatan-kegiatan yang
data tersebut sampai pada titik jenuh. dilakukan secara bersama. Hal
tersebut kemudian berdampak pada
HASIL DAN PEMBAHASAN pelaksanaan kegiatan gotong royong
HASIL itu sendiri. Sekalipun masyarakat
Berdasarkan hasil observasi masih menyadari arti penting dari
dan wawancara menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong, pada
budaya gotong royong dalam pelaksanaannya partisipasi yang
masyarakat Gegerkalong masih ada. diberikan tidaklah seantusias dulu.
Hampir sebagian warganya masih Tidak hanya kegiatan yang bersifat
mengharapkan agar kegiatan gotong tolong menolong atau pribadi,
royong tetap ada dalam masyarakat kegiatan yang bersifat kelompok.
Gegerkalong. Mereka telah Kegiatan gotong royong dalam
merasakan manfaatnya terutama bagi masyarakat dapat di kelompokan
keberlangsungan hidup mereka menjadi dua bentuk yaitu gotong
dalam bermasyarakat. Melalui royong tolong menolong dan gotong
kegiatan tersebut masyarakat bisa royong kerja bakti. Begitu pula
saling bertegur sapa satu dengan dalam masyarakat Gegerkalong
lainnya. Informasi apapun yang ada kedua bentuk tersebut ada dilakukan
di masyarakat bisa diketahui melalui oleh warganya. Gotong royong
kegiatan tersebut. Seiring perubahan tolong menolong merupakan bentuk

6
bantuan yang diberikan oleh yang membedakan antara gotong
masyarakat secara umum terhadap royong tolong menolong dulu dengan
salah seorang warga yang sedang yang terjadi saat ini dalam
memerlukan pertolongan. Dari masyarakat Gegerkalong. Partisipasi
temuan di lapangan bentuk gotong warga semakin berkurang karena
royong tolong menolong yang masih tidak adanya inisiatif untuk
dilakukan oleh masyarakat membantu sesama warga sekitar.
diantaranya pada pelaksanaan Sementara itu dalam gotong
pernikahan atau khitanan. Pada royong yang bersifat kerjasama,
kegiatan ini sebagian besar perubahan cukup terlihat sangat
masyarakat Gegerkalong masih jelas. Jika melihat kehidupan
melakukannya di rumahnya masing- masyarakat hanya sedikit sekali
masing, walaupun tidak sedikit juga kegiatan gotong royong yang
yang telah menggunakan penyedia dilakukan secara bersama-sama oleh
jasa. Warga yang mengadakan masyarakat. Pada pelaksanaan
resepsi dirumah biasanya melibatkan kegiatannya, masyarakat sudah tidak
sanak saudara untuk mengatur lagi melakukan kegiatan gotong
jalannya acara, tidak terkecuali royong secara bersama-sama seperti
warga-warga atau tetangga disekitar dalam kegiatan membersihkan
tempat tinggalnya. Semua membaur lingkungan, pembangunan jalan,
dan bekerja secara bersama sesuai ataupun pembangunan masjid di
tugas dan perannya masing-masing. sekitar wilayah Gegerkalong. Selain
Keluarga yang memiliki acara secara karena jumlah anggota yang
langsung datang ke rumah-rumah mengikuti kegiatan tersebut semakin
warga agar bisa datang ngariung berkurang, kesadaran masyarakatnya
untuk persiapan acara. Secara pun bisa dikatakan telah menghilang.
spontan warga pun datang dengan Beberapa masyarakat Gegerkalong
atau tanpa dimintai bantuan oleh hanya mengerjakan kegiatan kerja
keluarga yang mempunyai acara. bakti apabila ada himbauan dari
Namun saat ini kondisi seperti itu aparatur setempat dan pihak
sudah berubah, kebanyakan warga kelurahan. Kurangnya sanksi yang
yang benar-benar ingin datang harus tegas ataupun teguran pada
dengan undangan terlebih dahulu. masyarakat yang tidak mengikuti
Jika warga yang memiliki acara telah kegiatan kerja bakti membuat
ngahaturanan, tetangga-tetangga masyarakat menjadi acuh dalam
senantiasa hadir dan membantu. setiap kegiatan yang ada di
Tetapi jika tidak ada ajakan masyarakat. Kegiatan bersama yang
sebelumnya warga yang lain enggan masih terlihat hanya pada saat
untuk datang karena mereka khawatir kegiatan 17 Agustusan, itu pun hanya
keluarga yang memiliki acara beberapa RT atau RW yang
berpikiran bahwa mereka datang melakukannya.
hanya ingin mengharapkan Adanya arus modernisasi
pemberian saja. Terlebih yang menjadi faktor eksternal dari adanya
mempunyai acara merupakan pergeseran nilai budaya gotong
keluarga kalangan atas dengan status royong. Faktor eksternal itu sendiri
ekonomi tinggi. Fenomena itulah merupakan faktor yang berasal dari

7
luar masyarakat Gegerkalong. Selain itu, dampak dari adanya
Disadari atau tidak besarnya arus ini arus modernisasi ini juga
mengubah pola pikir masyarakat berpengaruh terhadap perangkat
kearah yang lebih maju atau bahkan teknologi yang ada. Sehingga
dapat merusak suatu ciri yang masyarakat tidak mau “capek-capek”
dimiliki oleh masyarakat tersebut lagi melakukan kegiatan gotong
salah satunya seperti nilai gotong royong dengan menggunakan alat
royong. tradisional. Khususnya kegiatan
Fenomena modernisasi gotong-royong yang dilakukan untuk
memang tidak bisa terelakan lagi, kepentingan bersama (kerja bakti),
apalagi dapat dikatakan bahwa peralatan yang digunakan untuk
Gegerkalong menjali salah satu kegiatan gotong royong mulai
daerah yang menjadi pusat tergantikan dengan peralatan modern
pendidikan dikarenakan letak yang lebih bagus dan tidak memakan
wilahnya dekat dengan lembaga waktu lama pada saat proses
pendidikan, secara tidak langsung pengerjaannya.
arus modernisasi dapat Pelayanan jasa yang
mempengaruhi masyarakat diakibatkan oleh adanya arus
Gegerkalong secara cepat terutama modernisasi dan globalisasi, turut
pada cara berperilaku dan bertindak. memicu adanya pergeseran budaya
Dari observasi yang telah gotong royong yang ada, semakin
dilakukan, salah satu dampak arus berkembangnya masyarakat
modernisasi yang terlihat adalah pola Gegerkalong masyarakat lebih
pikir, dimana pandangan masyarakat memilih hal-hal yang praktis saja.
Gegerkalong mulai berubah dan Seperti pada acara-acara pernikahan
memandang bahwa adanya kegiatan atau khitanan masyarakat sudah
gotong royong ini bukanlah sebagai mulai menggunakan jasa Event
sesuatu yang penting lagi. Contohnya Organizer (EO). Dengan adanya
saja, ketika ada kegiatan gotong pelayan jasa tersebut membuat
royong yang ada di RT/ RW masyarakat tidak lagi meminta
Gegerkalong tidak semua masyarakat tolong atau bekerja secara bergotong
ikut terjun dalam kegiatan tersebut royong apabila ada tetangganya yang
bahkan dapat dikatakan sama sekali melakukan “hajatan”. Jika tidak ada
tidak ada masyarakat yang ikut EO pun hanya kerabat keluarga saja
dalam kegiatan gotong royong. yang ikut membantu mempersiapan
Masyarakat cenderung menyerahkan pelaksanaan acara. Tetangga yang
kegiatan tersebut pada petugas lainnya hanya datang jika memang
kebersihan saja atau pada pihak- diperlukan bantuannya dan apabila
pihak yang bertanggung jawab di mereka mendapatkan “upah”, atau
tiap lingkungan. Masyarakat mulai hanya untuk menghadiri undangan
kurang peduli dengan berbagai semata. Tidak seperti masyarakat
kegiatan yang berasaskan gotong dulu yang secara suka rela tolong
royong. Bukan menjadi sesuatu yang menolong, apabila ada tetangga yang
penting lagi jika ada kegiatan gotong melakukan “hajatan”.
royong. Adanya masyarakat pendatang
juga mempengaruhi budaya gotong

8
royong yang ada pada masyarakat keuntungan yang mereka peroleh.
Gegerkalong. Daerah Gegerkalong Seperti yang dituturkan oleh
merupakan daerah yang cukup informan bahwa sekarang ini ada
banyak memiliki masyarakat saja orang yang mau melakukan
pendatang, dikarenakan letak kerja bakti jika mendapatkan imbalan
wilahnya berdekatan dengan kampus, seperti jika ada uang pengganti atau
sehingga baik mahasiswa dosen rokok barulah warga masyarakat mau
maupun para pedagang banyak yang melakukan kegiatan gotong-royong
akhirnya tinggal menetap di daerah tersebut. Bahkan untuk
Gegerkalong. Adanya masyarakat menumbuhkan rasa antusiame warga
pendatang, mempengaruhi kegiatan tidak sedikit, ketua RT/ RW
gotong royong yang ada, karena mengadakan acara makan bersama
jumlah masyarakat asli yang semakin “botram” setelah kegiatan gotong
sedikit dan kebanyakan masyarakat royong selesai.
pendatang membuat kegiatan gotong Adanya motif yang berbeda-
royong ini sudah tidak dilakukan beda dari setiap warga, ada warga
lagi. Dapat dikatakan sekarang ini yang beranggapan jika tidak ikut
warga pendatang cenderung lebih bergotong royong, takut apabila dia
mendominasi dibandingkan dengan membutuhkan bantuan tidak ada
warga aslinya. warga lain yang akan turut
Selain faktor eksternal seperti membantu. Alasan kesibukan dan
adanya arus modernisasi dan kurangnya waktu luang warga
globalisasi, serta adanya masyarakat masyarakat Gegerkalong sendiri
pendatang terdapat pula faktor yang membuat masyarakat tidak lagi
disebabkan dari dalam masyarakat melakukan kegiatan yang bersifat
itu sendiri yang disebut faktor gotong royong. Selain itu, adapula
internal. Semakin berkembangnya warga yang beranggapan bahwa
masyakarat, membuat pola pikir kegiatan gotong royong hanyalah
masyarakat semakin berubah. Hasil kegiatan membuang-buang waktu
di lapangan menunjukan, bahwa saja. Namun, tidak menutup sebelah
sekarang ini tidak semua masyarakat mata, ada juga masyarakat yang
memiliki motif yang sama dalam masih peduli akan nilai-nilai budaya
melakukan kegiatan gotong-royong. gotong royong itu sendiri.
Jika dalam bentuk tolong menolong Pada saat melakukan
masyarakat sepakat bahwa motif pengamatan, peneliti mulai
yang mereka lakukan semata-mata menemukan bahwa pada masyarakat
untuk ibadah serta menolong orang Gegerkalong mulai munculnya sikap
atau tetangga bahkan kerabat secara individualistis dan matrealistis yang
sukarela tanpa mengharapkan ada pada diri masyarakat tidak
imbalan dari orang yang kita tolong. terlepas juga dengan adanya
Namun berbeda dengan kegiatan pengaruh dari masuknya budaya
gotong royong yang bersifat kerja Barat. Tidak semua kegiatan gotong
sama. Masyarakat cenderung royong mau dilakukan secara cuma-
memiliki maksud tertentu, mereka cuma. Jika tidak memberikan
mau melakukan kegiatan tersebut keuntungan terhadap dirinya, untuk
jika ada “tapinya” atau jika ada apa dia harus melakukan kegiatan

9
tersebut. Dari hasil observasi yang kegiatan kebersihan seperti kegiatan
dilakukan masyarakat Gegerkalong JUMSIH. Selain itu kegiatan yang
sendiri, mulai mengenal sistem upah, sering ditekankan kepada masyarakat
mereka mau melakukan kegiatan yaitu kegiatan keamanan seperti
tersebut asalkan ada nilai lebih yang pengadaan poskamling dan kegiatan
mereka dapatkan berupa materi. ronda malam. Pihak kelurahan
Seperti yang sudah disebutkan melalui sekretaris lurah mengatakan
sebelumnya bahwa masyarakat setiap sebulan sekali pihak kelurahan
berantusias melakukan kegiatan mengadakan pertemuan rutin dengan
tersebut jika mendapatkan imbalan. seluruh ketua RW dan RT serta ketua
Tidak adanya sanksi yang tegas turut PKK. Pertemuan tersebut tidak
mempengaruhi hal tersebut, Seperti hanya dilakukan di kantor kelurahan
yang sering dilakukan saja saja, tetapi sesekali dilakukan
masyarakat Gegerkalong, biasanya sekaligus dengan diadakannya
warga lebih baik tidak mengikuti pengajian rutin di salah satu masjid
kegiatan gotong royong tersebut disana. Upaya lain yang dilakukan
kemudian mereka mengganti bantuan yaitu menumbuhkan rasa kepedulian
yang mereka berikan berupa masyarakat terhadap budaya gotong
sumbangan dalam bentuk materi. royong yang memang telah banyak
Sementara untuk sikap memberikan manfaat bagi
individualistis, karena kebannyakan masyarakat. Hal itu dipelopori
warga Gegerkalong merupakan langsung oleh ketua koordinator RW
warga pendatang dan di lingkungan Kelurahan Gegerkalong dengan
wilayah tersebut mulai dibangun menghimbau jajarannya baik ketua-
komplek-komplek perumahan, ketua RT maupun RW yang lain
menjadikan masyarakat Gegerkalong untuk senantiasa hadir di setiap
menjadi sedikit acuh terhadap kegiatan seperti kebersihan ataupun
kegiatan sosial yang ada di kerja bakti. Tindakan tersebut
lingkungan tersebut. Individualistis ditegaskan oleh ketua koordinator
disini berarti tidak melakukan agar masyarakat bisa mencontoh hal-
sesuatu tanpa harus merugikan orang hal teladan dari pemimpin-pemimpin
lain. Seperti yang terjadi di mereka. Secara tidak langsung
lingkungan RW. 04 kebanyakan tindakan tersebut akan memunculkan
warga yang tinggal disana rasa malu bagi warga karena melihat
merupakan masyarakat pendatang, pemimpinnya saja wani bau na wani
selain itu warga asli yang tinggal kotor na. Selain dengan memberikan
disana rata-rata memiliki status sosial contoh langsung dengan turun ke
dan kedudukan tinggi sehingga lapangan ketika sedang ada kegiatan
kencenderungan sikap individualistis kerja bakti, bapak ketua koordinator
terlihat jelas disana. tersebut melakukan pendekatan
Seluruh lapisan masyarakat secara personal terhadap warganya
setuju akan pentingnya budaya yang tidak begitu respect kepada
gotong royong. Seperti yang telah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dilakukan oleh pihak kelurahan baik oleh RT maupun RW nya. Hal
dengan memberikan himbauan RW tersebut bertujuan agar mengetahui
dan RT nya agar tetap menggalakan permasalahan yang terjadi sehinggga

10
menyebabkan warga tersebut acuh jumlah yang tidak begitu banyak.
dan mengajak kembali agar Diluar kegiatan-kegiatan tersebut
warganya bisa terus bahu membahu tidak ada lagi kegiatan rutin yang
dalam melaksanakan setiap kegiatan dilakukan, mengingat perubahan
yang dilakukan serta pentingnya nilai lingkungan dan perkembangan jaman
kebersamaan dalam masyarakat. setidaknya berpengaruh terhadap
Budaya gotong royong motivasi mereka terhadap kegiatan
merupakan ciri masyarakat yang kemasyarakatan.
menjunjung tinggi nilai kebersamaan Upaya yang tidak kalah
dan peduli akan kepentingan umum. penting lainnya yaitu diberikan oleh
Semua pihak ataupun kelompok masyarakat Gegerkalong. Sangat
dalam masyarakat akan turut terlibat mustahil jika pemerintah dan
demi kepentingan bersama. Selain kelompok pemuda yang ada disana
upaya yang diberikan oleh aparatur mengagendakan setiap kegiatan
pemerintah kelompok-kelompok gotong royong tetapi tidak ada
tertentu yang ada pada lingkungan dukungan dari masyarakatnya
Gegerkalong sangat penting dalam sendiri. Dari beberapa informan
keberlangsungan kegiatan yang diperoleh informasi bahwa mereka
bersifat gotong royong. Kelompok sebisa mungkin selalu menjunjung
yang memberikan pengaruh besar tinggi nilai gotong royong. Baik yang
dalam setiap kegiatan gotong royong dilakukan terhadap sesama warga
yaitu kelompok kepemudaan atau maupun bagi kepentingan umum.
sering disebut dengan karang taruna. Cara yang paling sederhana yaitu
Peran pemuda dalam lingkungan dengan memberikan contoh secara
masyarakat sangat diharapkan oleh langsung seperti dengan
setiap warga karena dari jiwa muda membersihkan gang-gang disekitar
yang besar akan menghasilkan rumah. Kemudian saling memberi
pemikiran-pemikiran dan semangat informasi kepada warga lainnya jika
yang tinggi yang diberikan. Aparatur memang ada himbauan dari pihak
pemerintah setempat biasanya RT untuk melakukan kerja bakti
mengajak para pemuda untuk walaupun tanggapan yang diberikan
berkoordinasi dalam kegiatan- akan berbeda. Sikap kritis
kegiatan tertentu. Dari hasil temuan masyarakat juga mempengaruhi
di lapangan hanya kegiatan-kegiatan partisipasi mereka terhadap kegiatan
yang bersifat monumental seperti gotong royong yang dilakukan.
pelaksanaan 17 Agustus dan hari jadi Masyarakat saat ini lebih perhitungan
Kota Bandung yang benar-benar dengan apa yang perlu mereka
melibatkan karang taruna. Kegiatan kerjakan dan tidak perlu dikerjakan.
yang dilakukan seperti halnya pada Terjadi ketika ada pembangunan di
masyarakat pada umunya yaitu salah satu gang Geger Suni melalui
dengan mengadakan lomba-lomba bantuan program PNPM. Program
tradisional, hiburan masyarakat tersebut dilaksanakan dengan
seperti dangdutan, dan bakti sosial. melibatkan pihak ketiga dalam hal
Selain itu ketika warga mengadakan ini pemborong atau pengusaha dalam
kegiatan kerjabakti ada saja pemuda pengerjaan pembangunan fasilitas
yang turut terlibat walaupun dengan jalan. Setiap detail pengerjaan dan

11
tugas masing-masing orang disana adanya perbedaan dari kondisi
karena sudah di tangani oleh ahlinya. sebelumnya. Pada penelitian ini
Hal itu menjadikan masyarakat di pergeseran yang dimaksud merujuk
sekitar tempat pembangunan tersebut pada bergesernya nilai budaya
enggan untuk berpartisipasi, karena gotong royong masyarakat
mereka beranggapan bahwa khususnya yang dialami oleh
pengerjaannya sudah di alih masyarakat Gegerkalong. Pergeseran
tanggung jawabkan kepada pihak yang dimaksudkan tidak sepenuhnya
pemborong. Adapula partisipasi yang menuju pada arah perubahan secara
diberikan warga terhadap kegiatan total yang kemudian menghilangkan
gotong royong tolong menolong. Jika ciri aslinya, melainkan perubahan
dalam kegiatan gotong royong kerja yang terjadi sebatas pada sektor-
bakti lebih menjunjung rasa sektor tertentu saja.
kekeluargaan sesama warga atas rasa Hasil temuan di lapangan
kebersamaan dan demi kepentingan menunjukkan bahwa secara umum
umum, berbeda dengan partisipasi kondisi masyarakat Gegerkalong
yang diberikan warga terhadap telah mengalami perubahan. Baik
kegiatan gotong royong tolong perubahan secara perilaku maupun
menolong. Kegiatan ini menitik sikap yang ditunjukkan oleh masing-
beratkan pada kepentingan dan masing warganya. Pergeseran yang
urusan antar pribadi masyarakat. Ada nampak terjadi dalam budaya gotong
anggapan pada masyarakat disana royong masyarakat terletak pada
jika mereka berbuat baik kepada semakin berkurangnya partisipasi
warga lainnya maka balasan warga yang diberikan. Sehingga
kebaikan pula yang akan mereka kontribusi yang diberikan untuk
peroleh kelak. Seperti membantu kepentingan sesama warga
dalam pembangunan rumah, masyarakat semakin tidak nampak.
menjenguk tetangga yang sakit, dan Partisipasi warga yang diharapkan
bersilaturahmi antar tetangga. bisa dilakukan secara bersama
Dari beberapa upaya yang berbanding terbalik dengan kondisi
diberikan oleh berbagai lapisan di masyarakat berupa sikap
masyarakat Gegerkalong seluruhnya antusiasme yang semakin berkurang.
menginginkan agar warga bisa Alasan utama yang sering sekali
mensukseskan setiap kegiatan gotong disampaikan karena kesibukan
royong yang dilakukan. Terlepas dari pekerjaan yang menyita waktu
seberapa besar partisipasi yang sehingga kurangnya waktu luang
diberikan warganya karena budaya untuk sekedar bersosialisasi dengan
gotong royong sangat menghargai tetangga atau warga lainnya. Sejalan
kesadaran diri dan insiatif warga dengan penelitian yang telah
bukan sebagai perintah semata. dilakukan oleh Amir (2015, hlm.5)
“masyarakat Dayak Bakati di Desa
PEMBAHASAN Mukti Raharja berkebun kelapa
Pergeseran merupakan proses sawit, masyarakat mulai sedikit demi
terjadinya pergantian ataupun sedikit meninggalkan mata
perpindahan suatu kondisi menjadi pencaharian berladang, menyadap
ke bentuk lainnya yang menimbulkan karet, dan memanfaatkan hasil hutan

12
yan telah mereka lakukan sejak turun bertanggung jawab secara
temurun. Setelah beralih mata keseluruhan. Warga hanya
pencaharian masyarakat sudah mulai membantu seperti mengangkut batu
meninggalkan pola pengangi yang bata, pasir, dan lain sebagainya yang
sering mereka terapkan untuk bersifat ringan saja. Namun fakta di
mengerjakan ladang mereka”. lapangan ditemukan bahwa saat ini
Adanya perkembangan jaman kegiatan tolong menolong dalam
dengan masuknya budaya-budaya membangun rumah sudah
asing dari luar yang kemudian dipengaruhi oleh motif lain yaitu
banyak diaplikasikan warga dalam tradisi balas budi. Jika warga yang
kehidupan sehari-harinya. Selain itu akan membangun rumah dianggap
tingkat mobilitas penduduk yang care dengan warga lainnya turut
tinggi pada lingkungan masyarakat serta dalam setiap kegiatan tolong
Gegerkalong menjadikan kondisi menolong maka dia akan
masyarakat semakin komplek dan mendapatkan balasan setimpal dari
sulit untuk di kontrol. Hal tersebut warga lainnya yang telah dia tolong,
yang kemudian mempengaruhi cara tetapi sebaliknya jika warga yang
pandang masyarakat terhadap nilai bersangkutan bersikap acuh tak acuh
budaya yang telah mereka anut yaitu maka sulit sekali kemungkinan
budaya gotong royong. mendapat bantuan dari warga lain
Berdasarkan hasil temuan di atau tetangga-tetangga sekitar tempat
lapangan beberapa bentuk gotong tinggalnya. Sejalan dengan hasil
royong tolong menolong masih penelitian yang telah dilakukan oleh
dilakukan oleh warga Gegerkalong. Suprihatin (2014, hlm. 12)
Warga membantu tetangga terdekat disebutkan proses gotong royong
sekitar rumah mereka yang sedang pada pembangunan rumah telah
membutuhkan pertolongan. mengalami perubahan terutama
Begitupun sebaliknya nanti ketika setelah adanya pertambangan batu
warga tersebut sedang membutuhkan bara.
pertolongan warga lain yang telah Kemudian bentuk gotong
merasa menerima kebaikan dari royong kerja bakti, perbedaan dari
orang tersebut akan senantiasa bentuk gotong royong tolong
membalasnya. Bentuk gotong royong menolong adalah bentuk gotong
tolong menolong yang masih di royong ini dilakukan oleh warga
pertahankan diantaranya berada di secara serempak dan demi
lingkungan RT 07 dimana ketika ada kepentingan bersama. Menurut
warganya akan membangun rumah Koentjaraningrat (1990, hlm. 60)
tetangga sekitar turut serta “kerjabakti adalah satu aktivitas
membantu. Biasanya tetangga- pengarahan tenaga tanpa bayaran
tetangga membantu disaat waktu untuk suatu proyek yang bermanfaat
libur dari pekerjaan antara hari Sabtu untuk umum atau yang berguna
atau Minggu. Orang-orang yang untuk pemerintah”. Temuan di
datang membantu sesuai kemampuan lapangan kegiatan yang mencolok
mereka masing-masing, karena saat dari bentuk gotong royong kerja
ini kebanyakan sudah melibatkan bakti sebatas pada pelaksanaan
tukang bangunan yang lebih peringatan hari-hari besar saja.

13
Seperti pada peringatan HUT RI masyarakat, kebanyakan sudah
dengan melibatkan peran pemuda diserahkan sepenuhnya kepada
sebagai penggerak dalam proses pemborong bangunan. Seperti pada
kegiatannya. Masyarakat pada hasil penelitian Suprihatin (2014.
umumnya terlibat sebatas sumbangan hlm. 13):
materil dengan diadakannya iuran aktivitas kerja bakti pada
warga semampunya. Kegiatan yang kegiatan yang menyangkut
dilakukan berupa lomba-lomba kepentingan bersama seperti
keagamaan dan perlombaan membangun atau memperbaiki
tradisional. Masyarakat tidak jalan, jembatan atau parit saat
seluruhnya mengadakan kegiatan ini sudah jarang bahkan hampir
tersebut, sarana berupa tempat atau tidak dijumpai lagi. Saat ini
lapangan yang semakin sulit di untuk mengerjakan pekerjaan
sekitar lingkungan Gegerkalong tersebut telah dikerjakan oleh
menjadikan sulitnya pelakasanaan pemerintah desa dengan
kegiatan perlombaan dan lain menggunakan dana dari ADD
sebagainya. Bentuk gotong royong (anggaran dasar daerah) dan
lainnya sudah mulai hilang dari CD (community development)
masyarakat. Seperti kegiatan dengan mengerjakan tenaga
kebersihan yang sepenuhnya telah kontraktor yang berasal dari
diserahkan kepada petugas luar kampung. Artinya,
kebersihan. Setiap dua atau tiga perilaku masyarakat dalam
minggu sekali petugas berkeliling berkegiatan gotong royong
dengan menggunakan kendaran roda pada kegiatan yang
tiga untuk membersihkan selokan berhubungan dengan
dan jalan yang sekiranya ditumbuhi kepentingan umum mengalami
rumput. Selama kegiatan tersebut perubahan yaitu antusia
tidak terlihat warga yang membantu, menurun dan lebih berorientasi
dan yang bekerja sebatas orang- pada kegiatan yang dapat
orang yang berseragam kebersihan. menghasilkan rupiah.
Kemudian ronda malam yang Kegiatan-kegiatan tersebut saat
digantikan dengan pembentukan ini dikerjakan oleh kontraktor
petugas keamanan atau hansip. atau buruh
Sebelumnya memang telah ada
pembentukan jadwal kegiatan ronda Adanya suatu pergeseran yang terjadi
malam, tetapi kegiatan tersebut tidak dalam masyarakat tidak bisa berubah
berlangsung lama. Sehingga begitu saja, banyak faktor pendukung
koordinator RW membentuk petugas dari adanya suatu pergeseran yang
keamanan khusus. Kegiatannya tidak menimbulkan perubahan, baik pola
hanya mengamankan wilayahnya pikir, sikap, maupun perilaku
saja tetapi melakukan pengamanan masyarakatnya sendiri. Masyarakat
atau pengaturan ketika ada salah satu bersifat dinamis, dia akan terus
warganya yang mengadakan hajatan. berkembang seiring dengan
Pembangunan fasilitas umum seperti perkembangan zaman yang ada. Oleh
pembangunan jalan atau gang juga sebab itu, masyarakat dengan
sudah jarang melibatkan warga

14
perubahan merupakan sesuatu yang Gegerkalong mulai merubah pola
tidak bisa dipisahkan. pikir mereka ke arah yang lebih
Sama halnya seperti yang maju. Selain itu, adanya teknologi
terjadi pada masyarakat baru membuat masyarakat
Gegerkalong, bahwa hasil Gegerkalong cenderung melakukan
menunjukan pergeseran nilai gorong kegiatan dengan cara yang “praktis”
royong yang terjadi dalam kehidupan sehingga penggunaan alat-alat pada
masyarakat mereka dikarenakan oleh saat kegiatan gotong royong mulai
beberapa faktor. Faktor-faktor berubah dari yang tradisional menuju
tersebut, ada yang bersifat internal modern.
dan eksternal. Dikatakan internal Daerah Gegerkalong sendiri
bilamana faktor tersebut disebabkan menjadi wilayah untuk melakukan
oleh pribadi dari masyarakat itu urbanisasi, sehingga warga
sendiri. Seperti, motif masyarakat pendatang lebih banyak
dalam mengikuti kegiatan gotong dibandingkan dengan warga asli atau
royong, antusiasme warga lokal. Adanya kontak dengan budaya
masyarakat, sikap individualistis lain, mengakibtkan keanekaragaman
yang memberikan pengaruh cukup terjadi di wilayah tersebut dengan
besar serta kesibukan masyarakat karakter yang berbeda-beda serta
yang malah membuat masyarakat status sosial bahkan kedudukan yang
Gegerkalong menjadi tidak memiliki berbeda pula. Sehingga
waktu untuk melakukan kegiatan menyebabkan mulai terjadinya
gotong royong yang tidak perubahan dalam bentuk pergeseran
memberikan manfaat bagi kehidupan nilai gotong royong yang ada.
manusia itu sendiri. Seperti dalam Akan tetapi, pada
penelitian Goma (2014, hlm. 16) kenyataannya sesuai dengan hasil
menyebutkan “faktor ekonomi, yang observasi yang telah dilakukan
mana perbedaan kondisi ekonomi bahwa masyarakat Gegerkalong
masyarakat akan berpengaruh pada mulai mengenal sikap matrealistis,
pola kehidupan manusia itu sendiri, dimana mereka mau melakukan
dapat di buktikan dengan berbagai kegiatan sosial jika mendapatkan
macam aktifitas dan kesibukan imbalan “upah” dari apa yang telah
masyarakat yang beraneka ragam mereka lakukan. Berbeda dengan
sesuai dengan profesi masing- masyarakat Gegerkalong dulu yang
masing”. secara sukarela melakukan kegiatan
Adanya arus modernisasi pula gotong untuk kepentingan bersama.
yang menjadikannya faktor dari Hal ini, jelaslah menunjukan bahwa
adanya pergeseran nilai gotong masyarakat Gegerkalong sedikitnya
royong yang terjadi pada masyarakat mulai mengalami pergeseran dalam
Gegerkalong. Arus modernisasi ini kegiatan gotong royong yang sering
tidak bisa terelakan dan bahkan dilakukan oleh masyarakat baik yang
karena berbagai macam akses budaya bersifat pribadi atau untuk
luar bisa masuk dengan mudahnya kepentingan bersama. Bukan hanya
serta tidak adanya filter sehingga dikarenakan sikap matrealistis
masyarakat sulit mengendalikan masyarakat, tetapi sikap
adanya arus tersebut. Masyarakat individualistis masyarakat

15
Gegerkalong pun turut dalam peraturan menteri dalam
mempengaruhi pergeseran budaya negeri nomor 42 tahun 2005 pasal 4
gotong royong yang ada. Sejalan disebutkan, “Penyelenggaraan Bulan
dengan hasil penelitian yang telah Bhakti Gotong Royong Masyarakat
dilakukan oleh Kamisah (2012, hlm. di desa dan kelurahan melibatkan
11) mengungkapkan: seluruh elemen masyarakat dan
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan seperti;
tradisi mbecek dapat dilihat Tim Penggerak PKK, Karang
dari beberapa hal seperti Taruna, RT RW dan Lembaga
perubahan niat dan tata cara. Ketahanan Masyarakat Desa
Jika dahulu masyarakat (LKMD) atau Sebutan Lain”.
nyumbang dengan niat untuk Peraturan tersebut dibuat setidaknya
membantu meringankan agar masyarakat sadar akan nilai
keluarga yang berhajat dengan penting kebersamaan, terlebih
cara memberi sesuai keinginan budaya gotong royong merupakan
dan kemampuan tanpa adanya salah satu budaya nenek moyang
ketentuan dari segi banyaknya bangsa Indonesia dan memang
barang bawaan, namun nampak sekali manfaatnya dalam
sekarang ini tujuan dari kehidupan masyarakat.
kegiatan memberi kepada Selain peran pemerintah,
keluarga yang berhajat adalah adanya kelompok sosial dalam
untuk memperoleh balasan masyarakat sepatutnya dapat
ketika si pemberi kelak memberikan dukungan terhadap
mengadakan hajatan dengan setiap kebijakan yang diberikan oleh
jumlah minimal sama dengan pemerintah. Begitu pula pada
jumlah yang diterima masyarakat Gegerkalong terdapat
sebelumnya dan kemudian kelompok pemuda atau karang taruna
hasil dari perolehan (gawan) yang berperan dalam kegiatan gotong
para tetangga digunakan untuk royong, walaupun bersifat
keperluan hidup atau membeli monumental tetapi kontribusi yang
barang yang bukan merupakan diberikan sangat bermanfaat bagi
kebutuhan primer. masyarakat. Disamping itu dengan
adanya peran karang taruna dalam
Beberapa pihak berperan serta agar kegiatan gotong royong pada
tetap bisa mempertahankan nilai masyarakat dapat menjadikan akses
gotong royong dalam masyarakat bagi proses regenerasi budaya ke
Gegerkalong. Mulai dari pihak generasi selanjutnya. Peran lainnya
pemerintahan yang selalu yang tidak kalah penting yaitu peran
memberikan intruksi dan mendukung dari masyarakatnya itu sendiri.
setiap kegiatan yang bersifat gotong Bagaimanapun yang menjalankan
royong. Salah satu upaya yang setiap kegiatan yang bersifat gotong
dilakukan pemerintah yaitu dengan royong perlu adanya masyarakat.
membuat peraturan untuk Upaya yang dilakukan berdasarkan
melaksanakan bulan bhakti gotong beberapa informan yaitu dengan
royong secara serempak di mengajak keluarga atau warga
Indonesia. Seperti yang tercantum lainnya untuk tetap menanamkan

16
nilai gotong royong dalam dalam masyarakat Gegerkalong,
masyarakat. Hal tersebut diantaranya penulis mengelonpokkan
menunjukkan bahwa peran ke dalam dua macam faktor yaitu
masyarakat dapat pula sebagai agen faktor internal dan faktor eksternal.
sosialisasi bagi masyarakat lainnya. Faktor internal diantaranya
Elemen lain dalam masyarakat yang ditunjukkan dengan semakin
tidak kalah penting adalah peran menurunnya partisipasi yang
tokoh masyarakat. Biasanya tokoh diberikan oleh warga terhadap setiap
masyarakat ini merupakan seseorang kegiatan yang bersifat gotong
yang di sepuhkan kemudian menjadi royong. Alasannya karena telah
panutan warga atas dedikasi dan berubahnya motif dari dalam diri
peranannya di masa terdahulu. masyarakat dan perubahan sikap
yang cenderung materialistis serta
SIMPULAN individualis. Faktor tersebut
Pergeseran nilai budaya gotong setidaknya dipengaruhi pula oleh
royong pada masyarakat faktor eksternal masyarakat
Gegerkalong. Pada umumnya konsep Gegerkalong, diantaranya adanya
tentang nilai gotong royong dalam arus modernisasi dan globalisasi
masyarakat Gegerkalong masih tetap serta banyaknya pendatang yang
ada di dalam diri setiap individu bermukim di wilayah Gegerkalong.
yang ada di masyarakat. Namun Upaya mengatasi pergeseran
konsep dalam arti pemahaman nilai budaya gotong royong pada
tersebut tidak seiring sejalan dengan masyarakat. Ada tiga pihak yang
penerapannya dalam kehidupan penulis soroti yang berperan
sehari-hari. Dua bentuk gotong memberikan upaya lebih dalam
royong yang diantaranya gotong mempertahankan eksistensi nilai
royong tolong menolong dan gotong budaya gotong royong dalam
royong kerja bakti ada dalam masyarakat Gegerkalong. Pihak-
masyarakat Gegerkalong, namun dari pihak tersebut diantaranya
keduanya hanya beberapa yang pemerintah, kelompok pemuda atau
masih ada dan dilaksanakan. Seperti karang taruna, dan tokoh masyarakat.
dalam bentuk gotong royong tolong Masing-masing memberikan
menolong yang masih kental ketika kontribusinya berdasarkan
ada salah seorang warganya yang kewenangan dan kemampuannya
tertimpa musibah meninggal dunia. sendiri. Pihak pemerintah senantiasa
Sedangkan dalam bentuk kerja bakti memberikan himbauan dan mengajak
sebatas pada pelaksanaan kegiatan agar masyarakat agar tetap menjaga
yang bersifat monumental seperti nilai kegotongroyongan yang masih
peringatan-peringatan hari besar ada disekitar mereka. Pihak pemuda
nasional seperti HUT RI. melalui karang taruna berperan aktif
Faktor apa saja yang dalam setiap kegiatan yang bersifat
menyebabkan terjadinya pergeseran monumental. Biasanya berpartisipasi
nilai budaya gotong royong pada sebagai panitia pelaksana kegiatan
masyarakat Gegerkalong. Ada perlombaan. Kemudian tokoh
beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tetap sebagai panutan
bergesernya nilai gotong royong yang dijadikan sesepuh dan tempat

17
pakukumaha atau bertanya generasi Kabupaten Gorontalo). Jurnal.
muda dibawahnya. Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri
DAFTAR RUJUKAN Gorontalo.
Amir, Timotius. (2015). Pergeseran
Solidaritas Masyarakat Dayak Koentjaraningrat. (1990). Pengantar
Bakati Sebelum dan Sesudah Ilmu Antropologi. Jakarta:
Beralih Mata Pencaharian Aksara Baru.
Dusun Tama Desa Mukti
Raharja Kecamatan Subah Permendagri Nomor 42 tahun 2005
Kabupaten Sambah. Jurnal. Tentang Pedoman
Program Studi Sosiologi Penyelenggaraan Bulan Bhakti
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Gotong Royong Masyarakat.
Politik Universitas
Tanjungpura Pontianak. Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem
Sosial Budaya Indonesia.
Bintarto. (1980). Gotong Royong; Bogor: Ghalia Indonesia.
Suatu Karakteristik Bangsa
Indonesia. Surabaya: PT. Bina Saebani, Beni Ahmad. (2012).
Ilmu. Pengantar Antropologi.
Bandung: Pustaka Setia.
Creswell, John W. (2012). Research
Design. Edisi Ketiga. Sudrajat, Ajat. (2014). Nilai-Nilai
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budaya Gotong Royong Etnik
Betawi Sebagai Sumber
Goma, M.H. (2014). Pergeseran Pembelajaran IPS. Disertasi,
Budaya Molihuto di Desa Sekolah Pascasarjana,
Sonuo Kecamatan Bolangitang Universitas Pendidikan
Barat. Jurnal. Jurusan Sejarah Indonesia.
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Gorontalo. Sugiyono. (2009). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Hadjar, Ibnu. (1996). Dasar-dasar Alfabeta.
Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: CV Suprihatin, Ira. (2014). Perubahan
Lantabora. Perilaku Bergotong Royong
Masyarakat Sekitar Perusahaan
Kamisah. (2012). Tradisi Becekan Tambang Batubara Di Desa
(Studi Kasus pada Masyarakat Mulawarman Kecamatan
Jawa di Desa Bandung Rejo Tenggarong Seberang. Jurnal.
Kecamatan Boliyohuto Sosiologi FISIP UNMUL.

18

You might also like