Professional Documents
Culture Documents
1 Tahun 2022
http://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.
php/adrsb
Hal. 16-32
Abstract. Gotong royong is a social activity that is action-oriented to ease each other's
workload. Nowadays, the value of mutual cooperation has experienced a drastic
decline after the introduction of modernization in the rural community which has an
impact on the aspects of food production and agriculture. This study aims to describe
the process of eroding the culture of mutual cooperation in Cabbeng Village, Dua
Boccoe District, Bone Regency. This study used purposive sampling with informants :,
Head of Farmer Group, Farmers ,. The type of research used is descriptive research type
and the basis of case study research. The results showed that; various activities of
mutual cooperation in Cabbeng Village have been eroded, one of which is rice planting.
This is due to a wide imbalance in the increase in productivity of community rice fields
due to the intensification of production with less human resources. As a solution,
society uses technology to replace human roles. Indigenous peoples are still trying to
preserve the culture of mutual cooperation which has long been practiced by the
community and is claimed to have a major contribution in the development of
civilization. In reality, the current of globalization is getting stronger, thus dimming
these cultural values
Keywords: Gotong Royong, culture, globalization
1 1
Jary, David dan Jary, Yulia, 1991, Dictionary of Sosiology, Glasgow, Harper Collin Publisher, hal.22-23 Dalam
Veeger.K.J (1985: 7-8) dijelaskan bahwa pada abad 19 setelah revolusi Perancis dicirikhaskan oleh pergolakan
di segala bidang keganasan, persengketaan, dan krisis akhlak. Struktur-struktur feudal beserta nilainilai
dasarnya menghilang, sedang struktur-struktur baru masih bersifat lemah atau berada dalam taraf eksprimen
dan belum memperoleh doa restu dari tradisi, sehingga kekacauan sosial-politik melanda Eropa
Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya 3(1), 2022 |2
menjadi pegangan dan acuan dalam relasi sosial berbasis pada semangat dan nilai-nilai
gotong royong mulai melemah.
Di era abad 21 sekarang ini, perkembangan peradaban manusia itu telah mencapai
suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya interaksi yang semakin intensif antar umat
manusia, yang secara umum era seperti ini sering kita sebut sebagai “era globalisasi”.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang
lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun
terakhir. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia
yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini hingga menyentuh seluruh aspek penting
kehidupan (Agustriono, et.al 1996).
Budaya popular dan digitalisasi sebagai substansi era globalisasi yang disisi lain
memberikan dampak positif berupa efisiensi dalam segala hal (termasuk interaksi sosial)
juga memberikan efek samping berupa kemerosotan nilai interaksi sosial itu sendiri,
kurangnya intensitas emosional, peran bantuan sesama manusia tergantikan oleh
tekhnologi atau alat yang lebih canggih, sampai pada meredupkan bahkan
menghilangkan budaya gotong-royong itu sendiri yang dianggap tidak diperlukan lagi
baik sebagai kolektifitas kerja agar lebih efektif maupun sebagai suatu nilai positif
kebudayaan.
Bahkan salah satu daerah di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Bone yang
dahulunya dikenal dengan nilai nilai gotong royongnya yang terjaga kini perlahan
terkikis akibat perubahan sosial yang terjadi, walaupun tidak semua praktik gotong
royong di tinggalkan oleh masyarakat. Diantara budaya gotong royong yang perlahan
sudah di tinggalkan masyrakat yaitu dalam sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena
dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, berdampak pada berubahnya pola
masyarakat dalam bertani. Masyarakat lebih cenderung untuk menggunakan tekhnologi
yang sifatnya lebih praktis dan tidak melibatkan banyak orang dalam pengerjaannya,
DAFTAR PUSTAKA
Bagas, & Radjab, M. (2019). Tergerusnya Gotong Royong di Desa Tadang Palie
Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Hasanuddin Journal Of Sociology (Hjs), 1(2),
116–126.
Dasar, J. P. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia.
Pesona Dasar (Jurnal Pendidikan Dasar Dan Humaniora), 1(4), 1–14.
https://doi.org/10.24815/pear.v7i2.14753
Effendi, T. N. (2016). Budaya Gotong Royong Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Saat
Ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 1. https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23403
Rismayanto, I. (2016). Pergeseran nilai-nilai gotong royong pada masyarakat Kelurahan
Gegerkalong Kecamatan Sukasari Kota Bandung (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Pawane, F. S. (2016). Fungsi Pomabari (Gotong Royong) Petani Kelapa Kopra Di Desa
Wasileo Kecamatan Maba Utara Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku
Utara. Jurnal Holistik, 10(18), 1–22.
Wima, H. P. P. (2019). Lunturnya Budaya Gotong Royong Di Era Globalisasi Dilihat Dari
Sudut Pandan Teori Gotong Royong Sebagai Sari Pati Pancasila.
AM Jannah. (2015). AM Jannah, Gotong Royong dalam prespektif Islam. 14–68.
http://etheses.uin-malang.ac.id/1684/6/11410145_Bab_2.pdf
Agustriono, et.al. 1996. Dampak Globalisasi Informasi Dan Komunikasi Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Daerah Sumatera Utara. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan