You are on page 1of 5

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 3: 939-943


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Prevalensi dan persepsi disfagia pada


populasi lanjut usia di Kota Denpasar
periode September-Desember 2021
Published by Intisari Sains Medis

I Putu Santhi Dewantara1*, I Wayan Sucipta1

ABSTRACT
1
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Background: To investigate prevalence and perception were analyzed using SPSS version 21 for Windows.
Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL), Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, of dysphagia in Denpasar City. The causes of dysphagia Results: 102 samples were obtained, with the most
Bali, Indonesia in the elderly include changes in the function and gender being female (61.75%), and the age group
structure of the organs involved in the swallowing was 60-69 years old (68.63%). A total of 11.76% of the
process, which are multifactorial. Dysphagia does sample stated that they had swallowing difficulties,
affect not only the health aspect of the sufferer but while based on SDQ 10.78% had dysphagia. The most
also the social and economic aspects, especially in the common comorbidities in the dysphagia group were
elderly population. This study aims to determine the head and neck malignancy (27.7%) and hypertension
prevalence and perception of dysphagia in the elderly (27.7%), while in the non-dysphagic group were joint
in Denpasar City. and skeletal disorders (34.09%).
Methods: This is a descriptive cross-sectional study that Conclusion: The prevalence of dysphagia in the elderly
obtains data from the public health center in Denpasar in Denpasar City is quite high, 10.78% based on SDQ
City. Dysphagia was detected using the Swallowing and 11.76% based on the direct question. This requires
Disturbances Questionaire (SDQ) and perception of special attention to overcome or prevent problems that
dysphagia was obtained using direct questions. Data may arise from dysphagia in the elderly.

Keywords: Dysphagia, Elderly, Prevalence, Perception


Cite This Article: Dewantara, I.P.S., Sucipta, I.W. 2021. Prevalensi dan persepsi disfagia pada populasi lanjut usia
di Kota Denpasar periode September-Desember 2021. Intisari Sains Medis 12(3): 939-943. DOI: 10.15562/ism.
v12i3.1186

ABSTRAK
*Korespondensi: Latar Belakang: Disfagia diartikan sebagai menggunakan Swallowing Disturbances Questionnaire
I Putu Santhi Dewantara; Departemen Ilmu gangguan menelan saliva, makanan padat dan cair, (SDQ) sedangkan persepsi disfagia didapatkan dengan
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
termasuk obat-obatan. Penyebab disfagia pada lansia pertanyaan langsung. Data dianalisis dengan SPSS versi
Leher (THT-KL), Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia;
diantaranya adalah perubahan fungsi dan struktur 21 untuk Windoes
santhidewantara@unud.ac.id organ yang terlibat dalam proses menelan yang bersifat Hasil: Didapatkan sampel sebanyak 102 orang, dengan
multifaktorial. Disfagia tidak hanya mempengaruhi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (61,75%)
aspek kesehatan penderitanya, namun juga aspek dan rentang usia 60-69 tahun (68,63%). Sebanyak
sosial dan ekonominya terutama pada populasi lanjut 11,76% menyatakan mengalami gangguan menelan,
usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sedangkan berdasarkan SDQ didapatkan 10,78%
prevalensi dan persepsi disfagia pada lanjut usia di mengalami disfagia. Penyakit penyerta terbanyak
Kota Denpasar. pada kelompok disfagia adalah keganasan kepala leher
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan (27,27%) dan hipertensi (27,27%). Sedangkan pada
penelitian deskriptif potong lintang dengan kelompok tidak disfagia adalah gangguan sendi dan
Diterima: 2021-11-02 mengambil data di puskesmas-puskesmas kota tulang (34,09%).
Disetujui: 2021-12-06 Denpasar menggunakan kuisioner. Disfagia dideteksi
Diterbitkan: 2021-12-29

Published
Open access:
by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 393-948 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1186
http://isainsmedis.id/ 939
ORIGINAL ARTICLE

Kesimpulan: Prevalensi disfagia pada populasi lansia permasalahan yang dapat timbul akibat disfagia pada
di Kota Denpasar cukup tinggi. Hal ini memerlukan lansia.
perhatian khusus untuk mengatasi dan mencegah

Kata Kunci: Disfagia, Lanjut Usia, Prevalensi, Persepsi


Sitasi Artikel ini: Dewantara, I.P.S., Sucipta, I.W. 2021. Prevalensi dan persepsi disfagia pada populasi lanjut usia
di Kota Denpasar periode September-Desember 2021. Intisari Sains Medis 12(3): 939-943. DOI: 10.15562/ism.
v12i3.1186

PENDAHULUAN itu sendiri, namun juga keluarganya.4,5 bagi pasien, sehingga pemeriksaan-
Prevalensi disfagia pada populasi lansia pemeriksaan ini tidak dapat dikerjakan
Saat ini dunia berada dalam kondisi dilaporkan bervariasi dari 13,8% hingga pada semua pasien.9
peningkatan populasi lanjut usia atau 20,1%.6,7 Penelitian lain menemukan Beberapa kuisioner telah dikembangkan
lansia.1 Pertumbuhan populasi lansia sekitar 50% lansia yang dirawat untuk mengidentifikasi disfagia.
yang signifikan dapat diartikan sebagai mengalami gangguan menelan.8 Walau Swallowing Disturbance Questionnaire
perbaikan berbagai faktor seperti prevalensi disfagia pada lansia cukup (SDQ) merupakan kuisioner yang terdiri
kesehatan, sosioekonomi, pendidikan, banyak, sebagian besar penderitanya dari 15 pertanyaan mencakup gangguan
lingkungan, dan demografis yang tidak mendapatkan penanganan yang yang terjadi pada fase oral dan faringeal.9
menyebabkan peningkatan angka harapan tepat. Hal ini karena identifikasi yang Kuisioner ini dapat dijawab sendiri oleh
hidup.2 Namun hal ini juga menimbulkan kurang baik dan asumsi keluhan terkait pasien atau dibacakan oleh orang lain,
tantangan baru berupa meningkatnya disfagianya merupakan bagian normal sehingga cukup mudah diisi. Skor total
masalah kesehatan yang dialami oleh dari penuaan, sehingga mereka tidak SDQ >12,5 merupakan prediktor adanya
lansia, salah satunya adalah disfagia.3 mencari pertolongan medis atau tidak gangguan menelan, baik yang diketahui
Disfagia diartikan sebagai gangguan menyebutkan keluhan terkait disfagia saat maupun tidak diketahui. Kuisioner ini
menelan saliva, makanan padat dan cair, memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.4 berkorelasi baik dengan pemeriksaan
termasuk obat-obatan.4 Penyebab disfagia Identifikasi disfagia menjadi sangat oromotor dan FEES, dengan sensitivitas
pada lansia diakibatkan oleh perubahan penting untuk mencegah komplikasi 79,7% dan spesifisitas 73,0%.9
fungsi dan struktur organ yang terlibat tersebut. Jika pasien tersedak saat makan Data mengenai prevalensi disfagia di
dalam proses menelan akibat penuaan atau atau segera setelah makan, diagnosis Indonesia khususnya di Denpasar belum
presbifagia, gangguan neurovaskular dan disfagia dapat dengan mudah ditegakkan. tersedia dengan baik sehingga beban
penyakit degeneratif, efek samping obat- Namun identifikasi disfagia bisa cukup kesehatan yang muncul juga belum
obatan, penyakit refluks gastroesofageal, sulit pada lansia jika gejalanya tidak jelas diketahui. Selain itu, identifikasi disfagia
infeksi, dan tumor yang mendesak saluran dan pasien mengalami kesulitan wicara orofaring bisa menjadi cukup sulit karena
aerodigestif atas.4 serta gangguan kognitif.4 Gejala disfagia memerlukan pemeriksaan yang spesifik
Disfagia tidak hanya mempengaruhi tidak spesifik pada populasi lansia dan dan persepsi lansia yang menganggap
aspek kesehatan penderitanya, namun sifatnya berfluktuasi, seperti gangguan keluhan terkait disfagia merupakan
juga aspek sosial dan ekonominya. Salah saat mengunyah, sisa makanan di rongga bagian normal dari proses menua yang
satu komplikasi yang paling berbahaya mulut, rasa mengganjal di tenggorok, mereka alami. Berdasarkan pemaparan
dari disfagia adalah aspirasi, yaitu batuk saat atau segera setelah makan, di atas maka penelitian ini bertujuan
masuknya bolus ke dalam saluran nafas.4,5 penurunan berat badan tanpa penyebab untuk mengetahui prevalensi dan persepsi
Aspirasi ini dapat terjadi tanpa refleks yang jelas, dan infeksi paru berulang.4 disfagia pada lanjut usia di Kota Denpasar.
batuk atau silent aspiration, sehingga Berbagai metode telah dikembangkan
menyulitkan deteksinya. Efek aspirasi untuk mengidentifikasi disfagia, mulai dari
ini dapat menimbulkan pneumonia yang
METODE
kuisioner untuk skrining, pemeriksaan
merupakan salah satu penyebab morbiditas fisik menelan, hingga pemeriksaan objektif Penelitian ini merupakan penelitian
dan mortalitas pada lansia. Makan dam dengan videofluoroskopi dan Flexible potong lintang (Cross-Sectional) deskriptif
minum juga merupakan aktivitas sosial Endoscopic Evaluation of Swallowing pada populasi lansia di Kota Denpasar.
dan pemuasan diri, sehingga disfagia (FEES).4 Pemeriksaan fisik menelan Penelitian dilakukan dengan melakukan
akan sangat mempengaruhi aspek sosial dan pemeriksaan objektif memakai wawancara menggunakan kuisioner pada
dan psikologis penderitanya. Penderita videofluoroskopi atau FEES mungkin saat pertemuan lansia yang dilakukan
disfagia memerlukan penatalaksanaan sulit dilakukan pada kondisi tertentu dan oleh petugas puskesmas dan sebagian lagi
khusus, yang tentunya akan menimbulkan dapat memberikan ketidaknyamanan dilakukan wawancara melalui telepon.
beban ekonomi tidak hanya bagi penderita Kontak lansia didapatkan dari puskesmas-

940 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 393-948 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1186
ORIGINAL ARTICLE

puskesmas di Kota Denpasar. Data yang orang (28.43%), dan >80 tahun sebanyak 3 baik yang disadari maupun tidak
dikumpulkan meliputi nama, usia, jenis orang (2.94%). disadari oleh individu tersebut. Jumlah
kelamin, persepsi mengenai disfagia, skor Berdasarkan data Tabel 2 didapatkan sampel tanpa disfagia (skor SDQ <12,5)
SDQ, dan penyakit penyerta. Penelitian ini sebanyak 12 orang (11,76%) mengeluhkan sebanyak 90 orang (88,24%). Dari 11
dilakukan di Kota Denpasar pada bulan adanya gangguan menelan/ disfagia orang dengan disfagia (skor SDQ > 12,5),
September hingga Oktober 2021. Populasi berdasarkan pertanyaan langsung, sebanyak 6 orang (54,55%) menyatakan
target adalah seluruh lansia di Kota sedangkan sebanyak 90 orang (88,24%) mengalami disfagia, dan sebanyak 5 orang
Denpasar. Populasi terjangkau adalah tidak mengeluhkan adanya disfagia. (45,45%) menyatakan tidak mengalami
lansia yang bertempat tinggal di Kota Sebanyak 11 orang (10,78%) mendapatkan disfagia. Sedangkan dari 91 orang tanpa
Denpasar, yang mendatangi pertemuan skor SDQ > 12,5, yang menunjukkan disfagia (skor SDQ <12,5) sebanyak 6
lansia yang diadakan oleh puskesmas, pasien kemungkinan mengalami disfagia, orang (6,59%) menyatakan mengalami
dan lansia yang kontaknya didapatkan
dari puskesmas di Kota Denpasar. Sampel Tabel 1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia
penelitian adalah lansia yang bertempat
Variabel Total (N=102) Persentase (%)
tinggal di Kota Denpasar, mendatangi
Jenis Kelamin
pertemuan lansia rutin puskesmas,
dan yang kontaknya didapatkan dari Laki-laki 39 38,24
puskesmas di Kota Denpasar. Kriteria Perempuan 63 61,74
inklusi adalah lansia yang bertempat Usia (Tahun) (rerata±SB) 67,13±6,54
tinggal di Kota Denpasar dan kontaknya 60-69 70 68,63
didapatkan dari puskesmas di Kota 70-79 29 28,43
Denpasar, laki-laki dan perempuan, warga > 80 3 2,94
negara Indonesia, keadaan umum baik,
dan bersedia ikut serta dalam penelitian SB: Simpang Baku
dan Kriteria ekslusi adalah individu
dengan kondisi umum yang buruk, tidak Tabel 2. Distribusi sampel penelitian berdasarkan persepsi disfagia dan skor
bersedia ikut penelitian, dan yang tidak Swallowing Disturbances Questionnaires (SDQ)
lengkap mengisi kuisioner.
Skor SDQ (N=102)
Analisis data pada penelitian ini
Disfagia Tidak disfagia
terdiri dari analisis statistik deskriptif, uji Variabel
(SDQ >12.5) (SDQ <12.5) Total
normalitas, menggunakan SPSS 21 untuk
Windows. Analisis statistik deskriptif (N=11) (N=91)
bertujuan untuk menggambarkan Persepsi Disfagia, n (%)
karakteristik subjek dan variabel Mengalami disfagia 6 (5,88) 6 (5,88) 12 (11,76)
penelitian secara keseluruhan. Variabel Tidak mengalami disfagia 5 (4,90) 85 (83,34) 90 (88,24)
berskala data numerik (rasio) ditampilkan Jenis Kelamin, n (%)
menggunakan rerata dan standar deviasi
Laki-laki 7 (63,64) 32 (35,16) 39 (38,24)
jika berdistribusi normal. Jika tidak
Perempuan 4 (36,36) 59 (64,84) 63 (61,76)
berdistribusi normal, menggunakan
median dan interquartile range. Usia (Tahun) (rerata±SB), n (%) 65,63±4.82 67,31±6.65
Variabel yang berskala data kategorikal 60-69 8 (72,73) 62 (68,13) 70 (68,63)
ditampilkan menggunakan frekuensi 70-79 3 (27,27) 26 (28,57) 29 (28,43)
relatif (jumlah dan persen). Uji normalitas >80 (0,00) 3 (3,30) 3 (2,94)
bertujuan untuk menilai sebaran data SB: Simpang Baku; SDQ: Swallowing Disturbances Questionnaires
variabel berskala data numerik (rasio)
apakah berdistribusi normal atau tidak,
Tabel 3. Distribusi penyakit penyerta pada kelompok disfagia dan tidak
menggunakan uji normalitas Kolmogorov
disfagia
Smirnov.
Disfagia Tidak Disfagia
Penyakit Penyerta
HASIL (N=11) (N=44)
Diabetes melitus 1 (9,09) 12 (27,27)
Berdasarkan hasil penelitian ini (Tabel 1), Hipertensi 3 (27,27) 6 (13,64)
didapatkan sampel laki-laki sejumlah 39
Keganasan kepala leher 3 (27,27) 0 (0,00)
orang (38,24%) dan sampel perempuan
Stroke 0 (0,00) 2 (4,55)
sebanyak 63 orang (61,74%). Rentang usia
sampel antara 60-69 tahun sebanyak 70 Gangguan tulang dan sendi 1 (9,09) 15 (34,09)
orang (68.63%), 70-79 tahun sebanyak 29 Lainnya 3 (27,27) 9 (20,45%)

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 393-948 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1186 941
ORIGINAL ARTICLE

disfagia, dan sebanyak 85 orang (93,41%) Hal ini mungkin diakibatkan karena pemicu fase faringeal, pemanjangan fase
menyatakan tidak mengalami disfagia individu tersebut tidak mengetahui orofaring, keterlambatan sebelum onset
(Tabel 2). gejala yang dideritanya merupakan respon fase faringeal, dan peningkatan
Subjek dengan disfagia sebagian besar bagian dari disfagia. Gejala klinis disfagia residu dalam faring.6 Perbedaan proses
berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2), yaitu tidak spesifik dan berfluktuasi pada menelan antara laki-laki dan perempuan
sebanyak 7 orang (63,64%) sedangkan lansia, sehingga menyebabkan kesulitan ini terlihat lebih jelas pada usia kurang
kelompok tidak disfagia sebagian besar identifikasi disfagia.4 dari 40 tahun. Perubahan proses menelan
berjenis kelamin perempuan, yaitu Prevalensi disfagia pada lansia pada lansia jauh lebih intens pada laki-laki
sebanyak 59 orang (64,84%). Rerata umur penelitian ini tidak jauh berbeda dibandingkan perempuan, dan setelah
kelompok subjek dengan disfgaia adalah dengan prevalensi yang didapatkan oleh berumur 60 tahun, proses menelan antara
65,63 tahun sedangkan kelompok subjek Chaleekrua S et al., yang melaporkan laki-laki dan perempuan relatif serupa.12
tidak disfagia memiliki rerata umur 67,31 sebesar 11,4% dan Kawashima K et al., Hasil penelitian ini menunjukkan laki-
tahun. sebesar 13,8%.7,11 Namun penelitian oleh laki (63,64%) lebih banyak mengalami
Sebanyak 8 orang (72,73%) subjek Khader FA et al., yang juga menggunakan disfagia dibandingkan perempuan pada
dengan disfagia memiliki penyakit SDQ mendapatkan prevalensi disfagia penelitian ini. Hal ini sesuai dengan
penyerta, sedangkan pada kelompok pada lansia sebesar 20,1%.6 Prevalensi penelitian oleh Khader FA et al., yang
subjek tidak disfagia didapatkan 22 orang yang lebih tinggi ini mungkin diakibatkan mendapatkan sebanyak 61,5% subjek
(24,18%) yang memiliki penyakit penyerta. karena penelitian oleh Khader FA et al., dengan disfagia adalah laki-laki.6
Distribusi penyakit penyerta pada dilakukan di rumah sakit tersier yang Sedangkan studi yang dilakukan oleh
masing-masing kelompok ditampilkan merupakan fasilitas rujukan tingkat Chaleekrua S et al., melaporkan perempuan
pada Tabel 3. Penyakit penyerta terbanyak lanjut, sehingga kasus-kasus disfagia lebih lebih banyak mengalami disfagia (63%)
pada kelompok disfagia adalah keganasan sering ditemui.6 Sedangkan penelitian ini dibandingkan dengan laki-laki (37%).11
kepala leher (27,27%) dan hipertensi merupakan penelitian berbasis komunitas Akan tetapi studi lain yang dilakukan oleh
(27,27%). Sedangkan pada kelompok yang mengambil sampel lansia di Khader FA et al., dan Chaleekrua S et al.,
tidak disfagia adalah gangguan sendi dan masyarakat. tidak mendapatkan korelasi antara jenis
tulang (34,09%) (Tabel 3). Berdasarkan penelitian ini, disfagia kelamin dan disfagia.6,11
memiliki prevalensi yang cukup besar pada Prevalensi disfagia diperkirakan
PEMBAHASAN populasi lansia di masyarakat, khususnya meningkat dengan bertambahnya usia,
Kota Denpasar. Deteksi dini diperlukan namun hasil penelitian ini menunjukkan
Penelitian ini mendapatkan 11,76% untuk mencegah komplikasi yang dapat prevalensi disfagia tertinggi pada rentang
sampel memiliki persepsi bahwa timbul, seperti aspirasi, penumonia, usia 60-69 tahun (72,83%), sedangkan
dirinya mengalami disfagia berdasarkan malnutrisi, dan bahkan kematian. rentang usia di atasnya lebih rendah.
pertanyaan secara langsung, sedangkan Pemeriksaan objektif seperti FEES atau Khader FA et al., mendapatkan prevalensi
prevalensi disfagia berdasarkan skrining videofluoroskopi relatif mahal dan tidak disfagia terbanyak pada rentang usia 61-
menggunakan SDQ pada penelitian praktis untuk dikerjakan di fasilitas 70 tahun (76,9%).6 Studi yang dilakukan
ini didapatkan sebesar 10,78%. Hasil kesehatan primer. Skrining menggunakan sebelumnya oleh Chaleekrua S et al.,
penelitian ini berbeda dengan hasil kuisioner seperti SDQ dapat menjadi mendapatkan rentang usia 70-79 tahun
penelitian Chen PH et al., yang melaporkan langkah pertama untuk deteksi dini sebagai kelompok yang terbanyak
prevalensi disfagia berdasarkan kuisioner disfagia pada lansia, selanjutnya lansia mengalami disfagia (49%).11 Prevalensi
skrining menggunakan MD Anderson yang dicurigai mengalami disfagia disfagia tertinggi terjadi pada rentang usia
Dysphagia Inventory (MDADI) lebih dapat dirujuk untuk pemeriksaan dan lansia yang paling rendah pada penelitian
tinggi (15,9%) dibandingkan dengan penanganan lebih lanjut. ini mungkin diakibatkan karena subjek
persepsi disfagia berdasarkan pertanyaan Studi yang dilakukan oleh Dantas RO pada rentang usia tersebut memiliki
langsung (15,0%).10 Prevalensi disfagia et al., melaporkan kemungkinan adanya penyakit penyerta yang menimbulkan
berdasarkan pertanyaan langsung pada efek jenis kelamin dan usia terhadap disfagia dan jumlah subjek yang berusia
penelitian ini lebih rendah dibandingkan fungsi menelan pada individu yang sehat.12 >70 tahun lebih sedikit dibandingkan
dengan prevalensi disfagia berdasarkan Wanita menunjukkan transit orofaring, dengan subjek pada rentang usia 60-69
kuisioner mungkin disebabkan oleh penutupan laring selama menelan, dan tahun.
perbedaan pengetahuan masing-masing durasi bukaan sfingter atas esofagus yang Sebesar 72,73% subjek dengan disfagia
individu mengenai gangguan menelan lebih lama dibandingkan laki-laki.12 Selain memiliki penyakit penyerta, jauh lebih
sehingga saat ditelusuri secara terstruktur itu, volume bolus dan interval setiap besar dibandingkan pada kelompok
menggunakan SDQ hasilnya berbeda dan menelan lebih kecil/pendek dibandingkan subjek tidak disfagia yang hanya 24,18%.
perbedaan jenis kuisioner yang digunakan dengan laki-laki. Pertambahan usia Dua penyakit terbanyak yang diderita
dengan penelitian sebelumnya. menyebabkan penurunan tekanan adalah keganasan kepala leher dan
Sebanyak 5 orang (45,45%) dengan lidah, penurunan diskriminasi sensorik hipertensi. Keganasan kepala leher dapat
skor SD >12,5 tidak memiliki persepsi faring, peningkatan ambang rangsang menyebabkan disfagia, baik karena
bahwa dirinya mengalami disfagia.

942 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 393-948 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1186
ORIGINAL ARTICLE

penyakit itu sendiri maupun akibat dari Universitas Udayana/RSUP Sanglah Surgery. 2018;4(2):494-498.
terapinya (pembedahan, kemoterapi, Denpasar 2055/UN14.2.2VII.14/LT/2021 7. Kawashima K, Motohashi Y, Fujishima I.
Prevalence of dysphagia among community-
dan radioterapi).13 Hipertensi jarang dwelling elderly individuals as estimated
menyebabkan disfagia secara langsung, PENDANAAN using a questionnaire for dysphagia
namun ada satu bentuk disfagia dapat screening. Dysphagia. 2004;19(4):266-271.
diakibatkan oleh hipertensi, yaitu disfagia Penelitian ini mendapatkan dana dari 8. Rofes L, Arreola V, Almirall J, Cabré M,
aortika. Disfagia aortika merupakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Campins L, García-Peris P, et al. Diagnosis and
management of oropharyngeal Dysphagia and
gangguan menelan akibat kompresi Riset dan Teknologi, Fakultas Kedokteran-
its nutritional and respiratory complications
esofagus oleh aorta yang mengalami Universitas Udayana program Skema in the elderly. Gastroenterol Res Pract.
anomali, seperti aneurisma aorta, diseksi Unggulan Dosen Muda dengan nomor SK: 2011;2011:818979.
aorta, dan aorta yang berliku (tortuous B/5169-3/UN14.2.2.VII.1/PT.01.03/2021 9. Cohen JT, Manor Y. Swallowing
disturbance questionnaire for detecting
aorta). Aorta yang berliku ini diasosiasikan dysphagia.  Laryngoscope. 2011;121(7):1383-
dengan hipertensi.14 Penelitian ini tidak KONTRIBUSI PENULIS 1387.
mendapatkan lansia dengan disfagia 10. Chen PH, Golub JS, Hapner ER, Johns MM
I Putu Santhi Dewantara bertanggung 3rd. Prevalence of perceived dysphagia and
yang menderita stroke ataupun penyakit jawab terhadap pengumpulan data, quality-of-life impairment in a geriatric
degeneratif seperti Alzheimer dan analisis data, penyusunan naskah population. Dysphagia. 2009;24(1):1-6.
Parkinson. Penderita stroke dan penyakit penelitian. I Wayan Sucipta berperan 11. Chaleekrua S, Janpol K, Wattanapan P.
degeneratif juga dilaporkan sebagian besar Swallowing Problems among Community-
dalam analisis data dan penuntunan Dwelling Elderly in Northeastern
mengalami disfagia.15,16 metodologi penelitian. Thailand.  J Prim Care Community Health.
2021;12:21501327211019596.
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
12. Dantas RO, Alves LM, Santos CM, Cassiani Rde
A. Possible interaction of gender and age on
Prevalensi disfagia pada populasi lansia di 1. Kanasi E, Ayilavarapu S, Jones J. The aging human swallowing behavior. Arq Gastroenterol.
2011;48(3):195-198.
Kota Denpasar cukup tinggi, yaitu sebesar population: demographics and the biology of
aging. Periodontol 2000. 2016;72(1):13-18. 13. Baijens LWJ, Walshe M, Aaltonen LM, Arens
10,78% berdasarkan SDQ dan sebanyak C, Cordier R, Cras P, et al. European white
2. Dello Buono M, Urciuoli O, De Leo D. Quality of
11,76% populasi lansia menyatakan life and longevity: a study of centenarians. Age paper: oropharyngeal dysphagia in head and
mengalami gangguan menelan. Hal Ageing. 1998;27(2):207-216. neck cancer.  Eur Arch Otorhinolaryngol.
2021;278(2):577-616.
ini memerlukan perhatian khusus 3. Aslam M, Vaezi MF. Dysphagia in the
elderly.  Gastroenterol Hepatol (N Y). 14. Abdul Haziz SR, Bickle I, Chong VH. Dysphagia
dari berbagai pihak untuk mencegah aortica: a rare cause of dysphagia.  BMJ Case
2013;9(12):784-795.
permasalahan yang dapat timbul akibat 4. Foster A, Samaras N, Gold G, Samaras D. Rep. 2015;2015:bcr2015211726.
disfagia, tidak hanya dari sisi kesehatan, Oropharyngeal Dysphagia in Older Adults: 15. Abdel Jalil AA, Katzka DA, Castell DO.
Approach to the patient with dysphagia. Am J
namun juga sisi sosial dan ekonomi. A Review. European Geriatric Medicine.
2011;2(6):356-362. Med. 2015;128(10):1138.e17-23.
5. Wirth R, Dziewas R, Beck AM, Clavé P, Hamdy 16. Cabre M, Serra-Prat M, Palomera E, Almirall J,
KONFLIK KEPENTINGAN S, Heppner HJ, et al. Oropharyngeal dysphagia Pallares R, Clavé P. Prevalence and prognostic
in older persons - from pathophysiology to implications of dysphagia in elderly patients
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik adequate intervention: a review and summary with pneumonia.  Age Ageing. 2010;39(1):39-
kepentingan pada penulisan laporan ini. of an international expert meeting. Clin Interv 45.
Aging. 2016;11:189-208.
6. Khader FA, Somayaji KSG, Mubeena.
PERSETUJUAN ETIK Swallowing Difficulties Among Healthy Elderly:
Prevalence and Aetiology. International Journal
Penelitian ini mendapat persetujuan of Otorhinolaryngology and Head and Neck
dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 393-948 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1186 943

You might also like