Professional Documents
Culture Documents
7( 2), 104-110
https://ojs.widyagamahusada.ac.id
ORIGINAL ARTICLE
Taufan Arif
STIKES Widyagama Husada Abstract
Abstrak
Perubahan gaya hidup terutama dikota besar,menyebabkanpeningkatan prevalensi penyakit
degeneratif seperti Diabetes Mellitus.Tungkai bawah terutama kakisering bermasalah akibatnya
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang dapat
berkembang menjadi nekrosis/gangren.Tujuan penelitian untuk menjelaskanpengaruh senam
kaki DM terhadap perubahan nadi dorsalis pedis. Penelitian menggunakan Quasy-
experimentalpre-post test design. Populasi penelitian ini berjumlah 30 responden yang terbagi
dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data menggunakan Wilcoxon sign ranked test
untuk 2 sampel berpasangan, dan mann whitney test untuk 2 sampel bebas. Hasil uji pre test
Mann-Whitneytestnilai p = 0.417sedangkan uji post test Mann-Whitneynilai p = 0.003. Hasil uji
pre-post test kelompok perlakuan menggunakan Wilcoxon Signed ranked nilai p =
0.008sedangkan uji pre-post test kelompok kontrol menggunakan Wilcoxon Signed ranked nilai
p = 0.564. Hasil penelitian ini menunjukkanada pengaruh senam kaki DM terhadap perubahan
nadi dorsalis pedis. Senam kaki DM yang dilaksanakan minimal 3 kali seminggu dalam jangka
waktu 3 minggu terbukti memberikan pengaruh pada vaskularisasi perifer dan kestabilan
glukosa darah. Senam meningkatkan Nitric Oxode Syntesis dan vasodilatasi arteri.Saran
penelitian adalahmengembangkan model pencegahan impairmentulkus diabetikum berdasarkan
teori keperawatan lainnya.
© 2018 The Author(s). This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License. ISSN: 2655-4917 (online)
which permits unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ISSN: 2252-9101 (cetak)
104
Arif, T. (2018)
105
Arif, T. (2018)
106
Arif, T. (2018)
orang (73.3%), sedangkan kelompok kontrol Pada kelompok kontrol pada saat pre test mayoritas
mayoritas lebih dari 1 tahun sebanyak 8 orang nadi dorsalis pedis lemah, sedangkan saat dilakukan
(53.3%). Karakteristik merokok kelompok perlakuan post test nadi dorsalis pedis mayoritas tetap lemah.
dan kontrol mayoritas tidak merokok masing-masing Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa saat
sebanyak 15 orang (100.0%). dilakukan uji perbedaan 2 sampel bebas antara hasil
Tabel 1.2 Karakteristik khusus nadi dorsalis pedis pre test pada kelompok perlakuan dan control
menunjukkan hasil tidak ada adanya perbedaan yang
Post Test
Tes
Kelompok Variabel Hasil Analisis
t Lemah Norm
al
∑ bermakna, sedangkan hasil post test pada kelompok
Pre
Lemah 5 7 1
2
Wilcoxon pre-post test
p 0.008
perlakuan dan control menunjukkan adanya perbedaan
Perlakuan Nadi Tes Normal 0 3 3
t yang bermakna.Uji analisis perbedaan 2 sampel
Lemah 9 1 1 Wilcoxon pre-post test
Pre 0 p 0.564 berpasangan pada kelompok perlakuan antara hasil
Kontrol Nadi Tes
Normal 2 3 5
t
pre test dan post test menunjukkan adanya perbedaan
Mann Whitney Pre test p 0.417
Analisis
Mann Whitney Post Test p 0.03 yang bermakna diantara kedua sampel, sedangkan
pada kelompok control antara pre dan post test
menunjukkan tidak adanya perbedaan antara nadi
Tabel 1.2 menunjukkan hasil tabulasi silang bahwa
dorsalis pedis pada pre-post kelompok control.Adanya
pada kelompok perlakuan mayoritas mengalami
sebuah hasil perbedaan pada uji pre-post test
perbaikan nadi dari nadi lemah menjadi nadi normal
kelompok perlakuan, dan perbedaan pada uji post test
sebanyak 7 orang, sedangkan pada kelompok control
antara kelompok perlakuan dan kontrol dapat
mayoritas tetap nadinya lemah saat dilakukan post test
diartikan bahwa terdapat pengaruh senam kaki DM
sebanyak 9 orang. Hasil uji Pre test Mann-
terhadap nadi dorsalis pedis pada klien DM.
Whitneytestnilai p = 0.417 yang berarti tidak ada
Prinsip dari olahraga/latihan jasmani bagi
perbedaan antara 2 kelompok bebas, sedangkan uji
diabetessama dengan latihan jasmani secara
Post test Mann-Whitneynilaip = 0.003 yang berarti ada
umum,yaitu memenuhi beberapa hal, seperti
perbedaan antara 2 kelompok bebas. Hasil uji pre-post
frekwensi dilakukan 3-5 kali per minggu, intensitas
test kelompok perlakuan menggunakan Wilcoxon
ringan dan sedang, dan durasi 30-60 menit. Jenis
Signed ranked nilai p = 0.008 yang berarti ada
latihan jasmani akan meningkatkan kemampuan
perbedaan antara 2 kelompok berpasangan, sedangkan
kardiorespirasi seperti jalan jogging, berenang, dan
uji pre-post test kelompok kontrol menggunakan
bersepeda. Latihan jasmani secara teratur penting bagi
Wilcoxon Signed ranked nilai p = 0.564 yang berarti
kesehatan setiap orang karena akan memberikan
tidak ada perbedaan antara 2 kelompok berpasangan.
banyak tenaga, membuat jantung lebih kuat,
Hasil penelitian variabel nadi dorsalis pedis
meningkatkan sirkulasi, memperkuat otot, membantu
menunjukkan bahwa saat dilakukan pre test responden
mengatur berat badan, memperbaiki kolesterol dan
pada kelompok perlakuanmayoritas nadi dorsalis
lemak tubuh yang lain, dan mengurangi stress
medis lemah, tetapi saat dilakukan post test mayoritas
(Sherwood, 2011).
nadi dorsalis pedis berubah menjadi normal.
Olah raga yang dianjurkan untuk penderita DM adalah
senam kaki DM. Latihan kaki atau senam kaki adalah
107
Arif, T. (2018)
kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien pucat atau sianosis (Sukron, 2016).
diabetes untuk mencegah terjadinya luka dan Terjadinya penurunan aliran darah yang disebabkan
membantu melancarkan sirkulasi darah bagian bawah. oleh resistensi pembuluh darah akibat hiperglikemia
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi dan juga berbagai faktor metabolik yang dapat
darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, mengatasi menyebabkan penebalan pembuluh darah.
keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya Hiperglikemia yang persisten merangsang produksi
kelainan bentuk kaki (Misnadiarliy, 2006). Waspadji radikal bebas oksidatif yang disebut reactive oxygen
(2009) menjelaskan manfaat senam kaki DM akan species (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan
dapat memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot- endotel vaskuler dan menetralisasi nitric oxide (NO),
otot kecil kaki, dan mencegah terjadinya kelainan yang berefek menghalangi vasodilatasi
bentuk kaki. mikrovaskuler. Penderita DM tipe 2 terjadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat ketidakmampuan usaha peningkatan NO pada
diraba diberbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002). NO
indicator status sirkulasi. Sirkulasi merupakan alat merupakan gas radikal bebas dan sangat efektif, gas
supaya sel menerima nutrient dan membuang sampah ini berumur pendek dihasilkan dalam endotelium
yang dihasilkan dari metabolisme.Denyut nadi arteri, yang dapat mengirimkan sinyal ke sel lain
menentukan adanya atau tidaknya obstruksi dilokasi dengan menembus membran dan mengatur fungsi sel
tersebut sehingga bisa dipastikan sirkulasi darah sehingga akan mengakibatkan relaksasi dinding arteri
menurun atau sudah terjadi iskemia (Waspadji, 2009). dengan cara mengkatalisis reaksi dengan
Saat olahraga seperti senam kaki akan terjadi mengkonversi L-arginine menjadi citrulline dan NO
pembakaran gula darah mengakibatkan turunnya gula serta memerlukan bantuan calmodulin dan
darah, afinitas oksigen hemoglobin , dan viskositas pteridintetrahydrobiopterin sebagai kofaktor (Yasa,
darah. Sebaliknya terjadi peningkatan sirkulasi darah, 2013).Selain NO dalam arteri juga terdapat
saturasi oksigen, perfusi jaringan, dan sistem imunitas Asymmetic dimethyllarginine (ADMA) yang
sehinggaproses penyembuhan ulkus kaki diabetik merupakan molekul endogen sebagai penghambat
dapat berlangsung lebih cepat (Smeltzer & Bare, yang reversibel terhadap sintesis NOS, dalam kondisi
2002). patologis jumlah ADMA dalam darah lebih besar 10
Hiperglikemia yang terjadi pada pasien diabetes kali lipat sehingga peningkatan kadar ADMA sangat
mellitus mempengaruhi terjadinya fleksibilitas sel bermakna terhadap penurunan jumlah produk NO
darah merah yang melepas O2, sehingga O2 dalam (Yasa, 2013).
darah berkurang dan terjadi hipoksia perifer yang Penelitian Purnamasari (2012) tentang pengaruh
menyebabkan perfusi jaringan perifer tidak efektif. senam kaki terhadap frekuensi nadi dorsalis pedis
Karakteristik ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien diabetes mellitus tipe 2 menjelaskan
dapat ditandai dengan denyut nadi lemah, perubahan terdapat pengaruh yang signifikan pada senam kaki
fungsi motoric, perubahan karakteristik kulit, waktu diabetes terhadap frekuensi nadi dorsalis pedis.Nilai
pengisian CRT > 3 detik, adanya oedema ekstremitas, rata-rata frekuensi nadi di dorsalis pedis sebelum
nyeri, kesemutan, dan perubahan warna kulit menjadi dilakukan senam kaki ialah 72,058x/menit dan nilai
108
Arif, T. (2018)
109
Arif, T. (2018)
Smeltze &Bare, 2002 Keperawatan Medikal Bedah Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Brunner & Sudarth.Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta FKUI, Jakarta
Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamJilid Yasa, A2013, Efek Nitric Oxide, Tabloid Profesi
III Edisi IV, Interna Publishing, Jakarta. Kardiovaskuler, diakses pada 10 Desember
Sukron, M 2016, ‘Penerapan Diabetic Foot Exercise 2017,
Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan <http://tpkindonesia.blogspot.com/2013/04/per
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Perfusi anan-nitric-oxide-no-dan-asymetric.html>
Jaringan Perifer Di Ruang Azzara I RSI Yumizone, 2008, ‘Kaki Diabetik’, diakses 10 Mei
Surabaya Jemursari, Tesis, Universitas NU 2017jam 21.28 WIB,
Surabaya <hhtp://yumizone.words.com/2008/12/01/kaki-
Tjkroprawito, 2000, Diabates Melitus: Klasifikasi, diabetik/>
Diagnosis dan Terapi Edisi 3, Gramedia
Pustaka, Jakarta
Cite this article as: Taufan Arif. (2018). Pengaruh Senam
Waspadji, 2009. Diabetes Melitus: Mekanisme Kaki DM Terhadap Perubahan Nadi Dorsalis Pedis Klien
Diabetes Mellitus.
dasardan pengelolaannya yang rasional, dalam Jurnal Ilmiah Media Husada. 7 (2), 104-110.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v7i2.27
Soegondo., Soewondo.,& Subekti, Edisi 2.
110