You are on page 1of 9

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI TENGAH PANDEMI COVID 19

Titan Ratih Bestari


bestari.titan@gmail.com
MAN 1 Jembrana

Abstract

This study examines layoffs during the COVID-19 pandemic. Pandemics can also
have a disproportionate economic impact on certain segments of the population, which
can exacerbate inequalities that affect most groups of workers, such as: Workers who
already have problems with health conditions, Youth who already face higher rates of
unemployment and underemployment , Older workers who may be at higher risk of
developing serious health problems and possibly suffering from economic vulnerability,
Over-represented women in jobs who are at the forefront of dealing with the pandemic
and who will bear a disproportionate burden of care responsibilities related to the closure
of schools or the nursing system, Unprotected workers, including self-employed, The
entry of the COVID-19 pandemic in Indonesia resulted in negative economic growth. This
negative growth was followed by the number of companies that terminated their
employees/labourers. Based on this research, the number of cases of termination of
employment by the company violates the rules that have been made. Article 151 of Law
Number 13 of 2013 concerning Manpower clearly states that employers, the government
and employees are obliged to make every effort to prevent termination of employment.
Moreover, there are many reasons why companies terminate employment, such as force
majeure and significant losses. Whereas Article 164 of the Manpower Law states that
employers can terminate the employment of workers when the company suffers losses for
2 consecutive years, causing the company to be closed. This is a polemic, because the
presence of COVID-19 has not yet reached 2 years or more.

Keywords: workers, Termination of Employment, employment, Covid 19

Abstrak

Hasil dari penelitian ini adalah Pandemi juga dapat memiliki dampak ekonomi yang
tidak proporsional pada segmen tertentu dari populasi, yang dapat memperburuk
ketimpangan yang mempengaruhi sebagian besar kelompok pekerja, seperti : Pekerja
yang sudah memiliki masalah dengan kondisi kesehatan, Kaum muda yang sudah
menghadapi tingkat pengangguran dan setengah pengangguran yang lebih tinggi, Pekerja
yang lebih tua yang mungkin menghadapi risiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan
yang serius dan kemungkinan menderita kerentanan ekonomi, Perempuan yang terlalu
banyak mewakili pekerjaan-pekerjaan yang berada di garis depan dalam menangani
pandemi dan yang akan menanggung beban yang tidak proporsional dalam tanggung
jawab perawatan terkait dengan penutupan sekolah atau sistem keperawatan, Pekerja yang
tidak terlindungi, termasuk pekerja mandiri, Masuknya pandemi COVID-19 di Indonesia
mengakibatkan perekonomian bertumbuh negatif. Pertumbuhan negatif tersebut diikuti
oleh banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
karyawan/buruh. Berdasarkan penelitian ini, banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja
yang dilakukan perusahaan menyalahi aturan yang telah dibuat. Dalam Undang- Undang
Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan pasal 151 secara jelas diungkapkan

43
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
bahwa pengusaha, pemerintah dan karyawan wajib mengusahakan agar tidak terjadi
pemutusan hubungan kerja. Terlebih banyaknya alasan perusahaan melakukan pemutusan
hubungan kerja seperti force majeure dan kerugian yang sangat signifikan. Padahal
dalam Pasal 164 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja ketika perusahaan mengalami
kerugian selama 2 tahun berturut-turut hingga menyebabkan harus ditutupnya perusahaan.
Hal ini menjadi polemik, karena kehadiran COVID- 19 belum sampai 2 tahun atau lebih
tepatnya.

Kata kunci : pekerja, Pemutusan Hubungan Kerja, ketenagakerjaan, Covid 19

Dan pada akhirnya dikonfirmasi bahwa


A. PENDAHULUAN transmisi pheumonia ini dapat menular dari
Pada awal tahun 2020 sudah banyak
manusia ke manusia. Indonesia merupakan
terjadi bencana mulai dari banjir, bencana
negara hukum yang telah tertuang dalam
alam seperti puting beliung, tanah longsor,
Undang- Undang Dasar Negara Republik
erupsi gunung, gelombang pasang atau abrasi,
Indonesia Pasal 1 Ayat 3. Sejak
kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan
dideklarasikannya Indonesia sebagai negara
gempa bumi. Dan pada Maret 2020 dikejutkan
hukum, Indonesia memiliki kewajiban untuk
dengan wabah virus corona (Covid-19) yang
menegakkan keadilan dan kemakmuran dalam
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia.
masyarakat. Konsep negara hukum, sangat
Dimana Covid-19 ini bermula dan terdeteksi di
menjamin hak asasi manusia yang dimiliki oleh
negara Wuhan, China pada Desember 2019 dan
semua orang, Perlindungan buruh dan tenaga
mulai tersebar keberbagai penjuru dunia
kerja juga tertuang dalam Pasal 28D Ayat 3
termaksuk Indonesia pada Maret 2020. Pada
UUD NRI 1945, bahwa: “Setiap warga negara
awalnya virus ini diketahui pertama kali
memiliki hak untuk bekerja dan mendapat
muncul di pasat hewan dan pasar seafood di
imbalan serta perlakuan yang adil dan layak
kota Wuhan. Koresponden kesehatan dan sains
dalam hubungan kerja.” Namun, ditengah
BBC, Michelle Roberts and James Gallager
jaminan perlindungan terhadap buruh dan
mengatakan dipasar grosir hewan dan makanan
tenaga kerja, terdapat permasalahan di
laut tersebut sejumlah hewan liar seperti ular,
dalamnya. Permasalahan buruh dan tenaga
kelelawar dan ayam, dan dari sini timbulah
kerja bukanlah hal yang asing lagi ditelinga
banyak dugaan bahwa virus ini dapat menyebar
negara berkembang. Salah satu permasalahan
dari hewan kemanusia, dan kemudian dari
tersebut adalah pemutusa
manusia ke manusia. Jumlah kasus terus
hubungan kerja yang dilakukan oleh
bertambah seiring berjalannya waktu, hingga
perusahaan di Indonesia secara sepihak. Hal ini
petugas medis pun terkena infeksi virus corona.
dilakukan untuk dapat mengurangi bahkan
44
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
memutus rantai infeksi Covid-19 dimana tentang pemutusan hubungan kerja dimasa
seseorang perlu menjaga jarak aman dengan pandemi coviD
manusia lainnya minimal 2 meter, serta tidak C. PEMBAHASAN
melakukan kontak langsung dengan orang lain. 2.1. Dampak Covid-19 Terhadap Tenaga
Selain itu pemerintah menerbitkan PP Nomor Kerja Di Indonesia
21 Tahun 2020 tentang kebijakan PSBB Tenaga kerja merupakan penduduk yang
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-
merupakan strategi pemerintah untuk dapat Undang No 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2
mencegah virus corona semakin menyebar, disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
sementara itu menurut Kementrian Kesehatan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
(Kemenkes) RI, PSBB tak sepenuhnya menghasilkan barang atau jasa baik untuk
membatasi seluruh kegiatan masyarakat, memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
pembatasan tersebut hanya berlaku untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
aktivitas tertentu saja di suatu wilayah yang negara dibedakan menjadi dua kelompok,
terduga terinfeksi Covid-19. Banyak sekolah yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
dan Universitas yang diliburkan oleh Penduduk tergolong tenaga kerja jika
pemerintah dengan memberlakukan belajar dan penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.
bekerja didalam rumah, membatasi kegiatan Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia
keagamaan, pembatasan moda transportasi, adalah berumur 15 tahun- 64 tahun,
pembatasan kegiatan ditempat umum dan Karantina dan gangguan terhadap dunia
meliburkan tempat kerja dan kegiatan lainnya usaha, larangan bepergian, penutupan sekolah
khusus terkait aspek pertahanan keamanan. dan langkah penutupan lainnya membawa
Dengan adanya pendemi penyakit Covid-19 ini dampak yang bersifat mendadak dan drastis
mau tidak mau beberapa perusahaan terhadap pekerja dan perusahaan. Seringkali
mengurangi jumlah pekerja atau karyawan yang pertama kehilangan pekerjaan adalah
sehingga terjadi PHK terhadap karyawan mereka yang pekerjaannya sudah rentan,
sebagai upaya pencegahan penyebaran seperti misalnya pekerja toko, pramusaji,
penyakit. pekerja dapur, petugas penanganan bagasi dan
B. METODE PENELITIAN petugas kebersihan. Di dunia di mana hanya
Jenis Penelitian dalam penelitian ini dipakai jenis satu dari lima orang yang memenuhi syarat
penelitian hukum yang bersifat empiris. untuk mendapatkan tunjangan pengangguran,
Penelitian hukum empiris merupakan penelitian pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan
yang membahas bagaimana hukum beroperasi malapetaka bagi jutaan keluarga. Pekerja
dalam masyarakat. Penelitian ini mengkaji informal, yang menyumbang sekitar 61 persen

45
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
dari tenaga kerja global sangat rentan selama seorang pekerja mandiri, untuk
pandemic karena mereka harus menghadapi menggambarkan keterpaksaannya untuk tetap
risiko K3 yang lebih tinggi dan kurangnya bekerja demi tetap bertahan hidup. Himbauan
perlindungan yang memadai. Bekerja dengan dari pemerintah untuk mengisolasi diri selama
tidak adanya perlindungan, seperti cuti sakit dua minggu memang cukup efektif memutus
atau tunjangan pengangguran, membuat para rantai penularan virus, namun bagi pekerja
pekerja ini mungkin perlu memilih antara rentan, hal ini berarti akan memutus sumber
kesehatan dan pendapatan, yang berisiko pendapatannya juga. Para pekerja ini tidak
terhadap kesehatan mereka, kesehatan orang hanya mengalami kerentanan dalam hal
lain serta kesejahteraan ekonomi mereka. ekonomi, akan tetapi dalam hal kesehatan juga.
Pandemi juga dapat memiliki dampak ekonomi 2.2. Analisis Pemutusan Hubungan Kerja
yang tidak proporsional pada segmen tertentu Berdasarkan Undang-Undang
dari populasi, yang dapat memperbuk Ketenagakerjaan di Tengah Pandemi
ketimpangan yang mempengaruhi sebagian COVID-19
besar kelompok pekerja. Pandemi COVID-19 dijadikan alasan
pandemi Covid-19 memberikan dampak ganda pembenaran kesewenang- wenangan
bagi para pekerja rentan dan “kelompok rentan perusahaan terhadap pekerja. Sebagai manusia,
baru” seperti Santosa, Jayadi, dan Suniyah. ILO pekerja berhak mendapatkan perlakuan yang
menyebut pekerja rentan adalah para pekerja adil dan layak dalam hubungan kerja. Pekerja
dengan kondisi hidup tidak menentu, baik dari berhak mendapatkan perlindungan terhadap
sisi pendapatan, jam kerja, hingga ketiadaan pemutusan hubungan kerja yang sewenang-
jaminan kesehatan dan jaminan masa tua. Para wenang Pemutusan hubungan kerja sepihak
pekerja rentan ini menjadi kelompok yang dilakukan perusahaan membawa dampak
masyarakat yang paling terpukul akibat wabah semakin meningkatnya pengangguran yang ada
Covid-19. Mereka selama ini menggantungkan di Indonesia. Pemutusan hubungan kerja massal
hidupnya pada pendapatan harian, sehingga yang dilakukan di tengah pandemi tanpa adanya
menurunnya aktivitas ekonomi berpengaruh pesangon kepada pekerja mencerminkan
pada pendapatan dan kualitas hidup mereka. adanya pelanggaran hak asasi manusia
Para pekerja rentan yang menopangkan hidup (Mardiansyah, 2020). Hal ini terungkap oleh
mereka pada pendapatan harian, pada Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
kenyataannya tetap bekerja walaupun (LIPI) yang melakukan survei dengan 2.160
pemerintah menerapkan kebijakan physical responden periode 24 April- 2 Mei 2020,
distancing (menjaga jarak fisik). “Tidak sebanyak 3,8% tenaga kerja terkena
bekerja, tidak makan” ungkap Jayadi, salah pemutusan hubungan kerja tanpa mendapatkan

46
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
pesangon. Dalam hal ini pemutusan hubungan pengusaha melakukan pemutusan hubungan
kerja massal tanpa adanya pesangon melanggar kerja terhadap karyawannya maka pengusaha
hak untuk bekerja dan mendapat upah yang wajib memenuhi hak-hak karyawan yang
telah diatur dalam Pasal 28D Ayat 2 Undang- menjadi korban pemutusan hubungan kerja
Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang diatur dalam Pasal 156 yakni :
Tahun 1945 dan Konvensi ILO Nomor 100 1. Uang Pesangon, yakni pembayaran berupa
serta Pasal 156 Undang-Undang uang dari pengusaha kepada pekerja sebagai
Ketenagakerjaan Pemutusan hubungan kerja akibat dari berakhirnya hubungan kerja.
Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja Nomor Penghitungan besaran uang pesangon
13 Tahun 2003 dengan jelas disebutkan bahwa didasarkan pada: pertama, masa kerja kurang
sebab- sebab Pemutusan hubungan kerja antara dari 1 tahun, satu bulan upah. Kedua, masa kerja
lain: 1 tahun atau lebih tapi kurang dari 2 tahun, 2
1. Adanya kesalahan berat yang bulan upah. Ketiga, masa kerja 2 tahun atau
dilakukan oleh pekerja berupa pencurian, lebih tapi kurang dari 3 tahun, 3 bulan upah.
penipuan, penggelapan barang, narkotika, Keempat, masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi
mabuk, minum minuman keras, bertindak tidak kurang dari 4 tahun, 4 bulan upah. Kelima,
baik terhadap sesama pekerja, membujuk masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari
sesama pekerja untuk melakukan suatu hal 5 tahun, 5 109 bulan upah. Keenam,
yang bertentangan terhadap undang-undang, masa kerja 5 tahun atau lebih, tetapi kurang dari
sengaja merusak barang perusahaan sehingga 6 tahun, 6 bulan upah. Ketujuh, masa kerja 6
menimbulkan kerugian (Pasal 158) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, 7
2. Pekerja melanggar kesepakatan pada perjanjian bulan upah. Kedelapan, masa kerja 7 (tujuh)
kerja (Pasal 161) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, 8
3. Pekerja mengundurkan diri dari suatu perusahaan bulan upah. Terakhir, masa kerja 8 tahun atau
(Pasal 162) lebih, 9 bulan upah
4. Pengusaha dapat melakukan pemutusan 2. Uang Penghargaan Masa Kerja, yakni
hubungan kerja terhadap pekerja ketika uang yang diberikan kepada pekerja sebagai
perusahaan mengalami kerugian selama 2 tahun apresiasi terhadap pekerja yang dikaitkan
berturut-turut hingga menyebabkan harus dengan lamanya masa kerja pekerja .
ditutupnya perusahaan (Pasal 164) Perhitungan upah penghargaan masa kerja
5. Perusahaan dapat melakukan pemutusan didasarkan pada: pertama, masa kerja 3 tahun
hubungan kerja terhadap pekerja ketika atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 2 bulan
perusahaan mengalami pailit (Pasal 165) upah. Kedua, masa kerja 6 tahun atau lebih
Dalam UU Ketenagakerjaan, ketika seorang tetapi kurang dari 9 tahun, 3 bulan upah.

47
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
Ketiga, masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi dapat dilakukan, ditambah perusahaan yang
kurang dari 12 tahun, 4 bulan upah. tidak membayarkan hak-hak pekerja yang di
Keempat, masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi pemutusan hubungan kerja maka perusahaan
kurang dari 15 tahun, 5 bulan upah. Kelima, telah melakukan beberapa pelanggaran
masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang (Inayah)
dari 18 tahun, 6 bulan upah. Keenam, masa Berkaitan dengan banyaknya dampak
kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 pemutusan hubungan kerja dalam UU
tahun, 7 bulan upah. Ketujuh, masa kerja 21 Ketenagakerjaan pada Pasal 151 Ayat 1
tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, memberikan amanat agar pengusaha berusaha
8 bulan upah. Kedelapan, masa kerja 24 tahun tidak melakukan pemutusan hubungan kerja
atau lebih, 10 bulan upah; dan 3. Uang sehingga terdapat batasan-batasan bagi
Penggantian Hak Yang Seharusnya Diterima, pengusaha yang hendak melakukan pemutusan
yakni uang pembayaran dari pengusaha kepada hubungan kerja. Alasan- alasan yang melarang
pekerja sebagai pengganti waktu istirahat adanya pemutusan hubungan kerja.
tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan dari Jika berbagai upaya telah dilakukan untuk
tempat dimana pekerja diterima bekerja, menghindari pemutusan hubungan kerja dan
fasilitas pengobatan, fasilitas perumahan, dan pemutusan hubungan kerja harus dilakukan,
lainnya sebagai akibat dari penghentian maka pemutusan hubungan kerja tidak boleh
hubungan kerja (Khakim, 2014). Hal yang perlu dilakukan secara sepihak. Langkah selanjutnya
diperhatikan dalam pemberian uang yang dapat dilakukan adalah upaya
penggantian hak yang seharusnya diterima perundingan antara pengusaha dan pekerja atau
adalah: pertama. Cuti tahunan yang belum serikat pekerja. Menurut pasal 151 ayat 3
diambil dan belum gugur. Kedua, biaya atau apabila perundingan tersebut belum juga
ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya menghasilkan persetujuan, pengusaha dapat
ketempat dimana pekerja diterima bekerja. melakukan pemutusan hubungan kerja setelah
Ketiga, penggantian perumahan serta mendapatkan penetapan dari lembaga
pengobatan dan perawatan 15% dari uang penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
pesangon dan/atau uang penghargaan masa Mengenai hal ini sudah diatur di dalam
kerja bagi yang memenuhi syarat. Keempat, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
hal-hal yang lain yang ditetapkan dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau Namun, apabila pemutusan hubungan kerja
perjanjian kerja bersama. Tanpa terpenuhinya dilakukan tanpa penetapan dari lembaga
persyaratan pemutusan hubungan kerja secara penyelesaian perselisihan hubungan industrial
massal maka pemutusan hubungan kerja tidak maka batal demi hukum sehingga pemutusan

48
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
hubungan kerja dianggap tidak pernah ada. mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Selama penetapan dari lembaga penyelesaian Melalui kebijakan pemenuhan kebutuhan
perselisihan hubungan industrial belum keluar, pokok, maka pekerja rentan tidak perlu harus
pengusaha dan pekerja tetap harus menunaikan berhutang dan menguras tabungannya untuk
kewajibannya masing-masing. memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2.3. Perlindungan Sosial Untuk Pekerja Langkah yang dapat dilakukan pemerintah
Rentan Covid-19 Terhadap Tenaga Kerja Di adalah mendorong pendataan secara massal
Indonesia para pekerja rentan dan kelompok masyarakat
Pada kenyataannya, dampak wabah Covid- lain yang perlu dipenuhi kebutuhan pokoknya,
19 menempatkan pekerja rentan sebagai salah melalui perluasan “kartu sembako”. Kebijakan
satu kelompok masyarakat yang paling ini dapat dimulai di daerah zona merah yang
terdampak, walaupun ada perbedaan kondisi merupakan episentrum penularan Covid-19 dan
dan kebutuhan dari masing-masing jenis tempat di mana aktivitas ekonomi mengalami
pekerjaan. Situasi tentang kapan berakhirnya penurunan yang drastis. Kedua, pasca pandemi
wabah ini masih penuh tanda tanya besar, Covid-19 ada kebutuhan dari pekerja rentan,
sehingga jika semakin lama kondisi ini terutama pekerja mandiri yang memiliki bidang
berlangsung, maka akan semakin membawa usaha, yaitu untuk mendapatkan kredit yang
pekerja rentan dalam kehidupan yang semakin terjangkau. Dengan kredit yang murah dan
tidak menentu. Untuk mengurangi dampak terjangkau, maka para pedagang kecil dapat
yang dihadapi oleh para pekerja rentan, mengaksesnya, sehingga mereka akan tetap
pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam dapat menjalankan aktivitas ekonomi pasca-
dua bentuk. Pertama, selama masa pandemi wabah ini berakhir. Selain itu, bagi para
berlangsung; kedua, pada saat pandemi ini telah pekerja rentan dan “kelompok rentan baru”,
berakhir. Pada saat pandemi Covid-19 masih mereka membutuhkan agar tetap disokong
berlangsung, maka hal yang paling penting kebutuhan pokoknya sampai akhirnya situasi
untuk dipenuhi adalah kebutuhan mendasar ekonomi menjadi normal kembali.
masyarakat, yaitu kebutuhan pokok. Kebijakan
stimulus dari pemerintah perlu menyasar
permasalahan ini. Saat ini pemerintah telah 2.4. Alasan PHK di Tengah Pandemi
mengeluarkan kebijakan “kartu sembako”, COVID-19
akan tetapi tidak semua pekerja rentan Badan Pusat Statistik (BPS)
mendapatkannya. Hasil penelitian kami mengungkapkan pada Januari-April 2020,
menunjukan bahwa delapan pekerja rentan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
yang kami wawancara, tidak ada satupun yang Indonesia mencapai 2,77 juta kunjungan atau

49
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
turun sebesar 45,01% dibanding jumlah masyarakat akibat COVID- 19 dan pembatasan
kunjungan pada periode yang sama tahun sosial. Sehingga perusahaan harus menurunkan
sebelumnya yang berjumlah 5,03 juta harga demi menjaga kestabilan penjualan
kunjungan (Badan Pusat Statistik, 2020). meskipun biaya produksi meningkat. 105
Bahkan penurunan jumlah kunjungan Beberapa perusahaan juga memutus hubungan
mancanegara semakin meningkat pada Juni kerja dengan alasan force majeure atau keadaan
2020 yang mencapai 88,2% dibandingkan memaksa. Menurut Subekti, force majeure
periode yang sama tahun lalu (Badan Pusat merupakan alasan agar terhindar dari kewajiban
Statistik, 2020). Sehingga secara kumulatif untuk membayar ganti rugi (Isradjuningtias,
pada Januari-Juni 2020 jumlah kunjungan 2018). Beliau melanjutkan syarat keadaan force
wisatawan mancanegara mencapai 3,09 juta majeure yakni keadaan itu sendiri diluar dari
atau turun sebesar 59,96% dibanding periode kekuasaan perusahaan dan memaksa serta
yang sama tahun sebelumnya. Penurunan akan keadaan tidak pernah diperkirakan sebelumnya
semakin terjadi akibat penutupan penerbangan saat perjanjian dibuat, setidaknya resiko yang
internasional di Indonesia sebagai upaya terjadi tidak dipikul oleh pekerja yang
pencegahan penyebaran COVID-19. Keempat, mengakibatkan mereka harus mengalami
indeks saham gabungan mengalami penurunan pemutusan hubungan kerja. Namun, pengertian
drastis akibatnya pendapatan Indonesia dari force majeure masih belum tertuang secara
ekspor minyak dan indeks saham secara eksplisit dalam Kitab Undang-Undang Hukum
kumulatif menurun. Indeks Harga Saham Perdata. Disisi lain terdapat 2 pasal yang sering
Gabungan (IHSG) melemah 2,78% menjadi menjadi acuan dalam pengkajian force majeure
5.006,22 pada perdagangan 3 Agustus 2020 di Indonesia, yakni Pasal 1244 dan Pasal 1245
(Utami, 2020). Pelemahan indeks saham ini KUH Perdata
dibayangi oleh rilis data makro ekonomi COVID-19 tentu saja belum mencapai 2 tahun
Indonesia pekan ini. Hal ini mengakibatkan lamanya sehingga alasan PHK dengan
terjadinya tekanan pada sektor keuangan menggunakan force majeure tidak dapat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dibenarkan. COVID- 19 merupakan suatu
(APBN) sehingga pendapatan Negara dan keadaan yang tidak terduga pada saat perjanjian
perusahaan- perusahaan mengalami penurunan. kerja dibuat, sehingga apabila perjanjian yang
Kelima, Indonesia pada Juli 2020 mengalami dibuat pada saat wabah sedang menjalar dan
deflasi sebesar 0,10% dan inflasi tahunan menjangkit PHK maka tidak dapat digunakan
mencapai 1,54% (Avisena, 2020). Secara garis alasan force majeure. Dengan demikian, perlu
besar, penyebab deflasi pada Juli 2020 adanya perlindungan terhadap tenaga kerja
diakibatkan oleh melemahnya konsumsi sehingga mampu menjadi hak- hak dasar

50
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja
pekerja sebagai wujud menciptakan
kesejahteraan pekerja dengan tetap DAFTAR PUSTAKA
mementingkan kepentingan perusahaan
Harnowo, T. (2020). Wabah Corona sebagai
D. PENUTUP Alasan Force Majeur dalam Perjanjian.
Masuknya pandemi COVID-19 di Retrieved August 5, 2020, from
Indonesia mengakibatkan perekonomian HukumOnline.com website:
bertumbuh negatif. Pertumbuhan negatif https://www.hukumonline.com/kli
tersebut diikuti oleh banyaknya perusahaan nik/detail/lt5e81ae9a6fc45/wabah- corona-
yang melakukan pemutusan hubungan kerja sebagai-alasan-force- majeur-dalam-
terhadap karyawan/buruh. Berdasarkan perjanjian/
penelitian ini, banyaknya kasus pemutusanAna Rokhmatussa‟dyah, Hukum Investasi Dan Pasar
hubungan kerja yang dilakukan perusahaan Modal cet-2, Sinar grafika, Jakarta, 2010
menyalahi aturan yang telah dibuat. DalamDisemadi, H. S., & Shaleh, A. I. (2020). Banking credit
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2013 restructuring policy amid COVID- 19
tentang Ketenagakerjaan pasal 151 secara jelas pandemic in Indonesia. Jurnal Inovasi
diungkapkan bahwa pengusaha, pemerintah Ekonomi, 3(3).
dan karyawan wajib mengusahakan agar tidak https://doi.org/https://doi.org/10.2
terjadi pemutusan hubungan kerja. Terlebih 2219/jiko.v5i3.11790
banyaknya alasan perusahaan melakukanEinstein, T., Helmi, M. I., & Ramzy, A. (2020).
pemutusan hubungan kerja seperti force Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti
majeure dan kerugian yang sangat signifikan. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2020 Terkait
Padahal dalam Pasal 164 Undang-Undang Covid-19 Perspektif Ilmu Perundang-
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Undangan. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
pengusaha dapat melakukan pemutusan Syar-I, 7(7), 595–612.
hubungan kerja terhadap pekerja ketika https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i7 .15826
perusahaan mengalami kerugian selama 2 tahunhttps://www.cnnindonesia.com/ek
berturut-turut hingga menyebabkan harus o
ditutupnya perusahaan. Hal ini menjadi nomi/20200720114203-92- 526610/pekerja-
polemik, karena kehadiran COVID- 19 belum dirumahkan-dan- kena-phk-akibat-corona-
sampai 2 tahun atau lebih tepatnya. capai- 305-juta

51
PARIKSA – Jurnal Hukum Agama Hindu STAH N Mpu Kuturan Singaraja

You might also like