You are on page 1of 15

2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL

ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

DINAMIKA PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK NASIONAL DALAM


PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024
Ismed Kelibay1* Irwan Boinauw2 Rosnani3 Miryam Diana Kalagison4
1,2
Ilmu Pemerintahan. FISIP. Universitas Muhammadiyah Sorong. Indonesia
3,4
Ilmu Administra Negara. FISIP. Universitas Muhammadiyah Sorong. Indonesia
*
Korepondensi: ismed92@um-sorong.ac.id

ABSTRACT
Indonesia as a democracy is facing new and very interesting challenges. The purpose of the
democratic party, which was originally separate in each region, will now be carried out
simultaneously on a national basis in 2024. The interesting problems studied in this article
are first, the dynamics of postponing the regional head elections in 2024 for 271 regions
whose terms of office expire in 2022 and 2023. Second, the urgency of extending the term
of office of regional heads until 2024. The method used in this article is the approach
method. normative juridical, namely by examining and analyzing theories, concepts, and
principles of law and legislation related to the issues raised. The results of the analysis
obtained on these problems are known that first, the postponement of the Pilkada from
2022 and 2023 to 2024 which will result in vacancies for the positions of Regional Heads
in 271 regions. Then, the appointment of an acting Regional Head who will lead for one to
two years to provide uncertainty about democracy in the region which raises many pros
and cons of the policies taken, it is feared that it will injure the principles of regional
autonomy. Second, to avoid filling in as regional heads in the 271 regions, more effective
and democratic steps are needed, so that the incumbent who leads the region for one to two
years is not expected to reap different perceptions in the community.
Keywords: Dynamics, Simultaneous General Election, District Head

ABSTRAK
Indonesia sebagai negara demokrasi sedang menghadapi tantangan baru yang sangat
menarik. Hajat pesta demokrasi yang mulanya terpisah di setiap daerah, kini akan
dilaksanakan secara serentak bersifat nasional pada tahun 2024 mendatang. Permasalahan
menarik yang dikaji dalam artikel ini adalah pertama, dinamika penundaan Pilkada pada
tahun 2024 bagi 271 daerah yang berakhir masa jabatannya di tahun 2022 dan 2023. Kedua,
urgensi perpanjangan masa jabatan Kepala Daerah hingga tahun 2024. Metode yang
digunakan pada artikel ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan
menelaah dan menganalisis teori-teori, konsep-konsep, dan asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang diangkat. Hasil analisis yang
diperoleh terhadap permasalahan tersebut diketahui bahwa pertama, penundaan Pilkada dari
tahun 2022 dan 2023 ke tahun 2024 yang akan mengakibatkan terjadinya kekosongan
terhadap jabatan Kepala Daerah di 271 daerah. Kemudian, dilakukan pengangkatan
penjabat Kepala Daerah yang akan memimpin selama satu sampai dua tahun untuk
memberikan ketidakpastian terhadap demokrasi di daerah yang menimbulkan banyak pro
dan kontra atas kebijakan yang diambil, hal tersebut dikhawatirkan akan menciderai
prinsip-prinsip otonomi daerah. Kedua, untuk menghindari pengisian penjabat Kepala
Daerah di 271 daerah tersebut, maka diperlukan langkah-langkah yang lebih efektif dan

167 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

demokratis, sehingga penjabat yang memimpin daerah selama satu sampai dua tahun ini
diharapkan tidak menuai perbedaan persepsi di masyarakat.
Kata Kunci: Dinamika, Pemilihan Umum Serentak, Kepala Daerah.

PENDAHULUAN serentak nasional untuk memilih


Dinamika persiapan Pilkada 2024 (Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
sebelumnya sudah dimulai pada tahun dan Wakil Bupati serta Walikota dan
2021. Beberapa upaya perbaikan telah Wakil Walikota akan dilaksanakan pada
dirancang Komisi Pemilihan Umum yang tanggal 27 November 2024.
masa periode jabatannya telah berakhir
Pemilihan umum (pemilu) sebagai
pada tahun 2022. Tantangan berat kini
perhelatan politik dalam demokrasi saat
sudah hadir didepan mata penyelenggara
ini menjadi perbincangan menarik untuk
pemilu yang kini menjabat pada tahun
didiskusikan. Hal ini dikarenakan sistem
2022-2027. Setelah dilantik, maka
demokrasi yang dinilai oleh para
selanjutnya langsung bekerja guna
pengamat dan pejuang demokrasi sedang
menyiapkan Pemilu Serentak Nasional
mengalami stagnasi, erosi, dan bahkan
yang akan dimulai pada tahun 2024
resesi (Diamond, 2014). Beberapa
mendatang. Jadwal Pemilihan Umum
kalangan juga menilai, bahwa mundurnya
tahun 2024 telah di umumkan, hal ini
pesta demokrasi disebabkan saat ini fokus
disampaikan dalam hasil Rapat Kerja
demokrasi selalu berbicara mengenai
(RAKER), dan Rapat Dengar Pendapat
pemilu dan tidak pada fitur esensial dari
(RDP) oleh KPU RI dan Bawaslu RI
demokrasi tersebut. Salah satu penulis
bersama Kemendagri pada hari Senin
(Siregar, 2019) menyatakan, bahwa saat
tanggal 24 Januari 2022, bahwa untuk
ini demokrasi telah mengalami kegagalan
penyelenggaraan pemungutan suara
dikarenakan sistem pemilu yang
Pemilihan Umum Serentak Nasional
diterapkan kini kembali pada pola sistem
(memilih Presiden dan Wakil Presiden,
acak ketimbang pemilihan.
Anggota DPR RI, DPD RI, DPRD,
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota) Mekanisme pemilu dipercaya oleh
dilaksanakan pada tanggal 24 Februari teoritis demokrasi sebagai cara yang
2024. Kemudian, pemungutan suara paling efektif dan elegan dalam

168 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

melakukan rotasi kepemimpinan politik terhadap pelaksanaan protokol kesehatan


dan perwujudan perwakilan formal di pada tahap penyelenggaraan pemilihan,
parlemen maupun pada pemerintahan koordinasi dan komunikasi pihak
dibandingkan cara lain. Pemilu yang penyelenggara pemilihan akan terhambat
demikian diharapkan menjadi model dikarenakan proses standarisasi APD
penyelenggaraan pemilu yang secara yang rawan terjadi pelanggaraan,
demokratis dan dalam suasana yang masyarakat akan menjadi waspada karena
demokratis pula, sehingga dapat takut akan terpapar virus Covid-19,
memungkinkan terwujudnya perwakilan sehingga masyarakat menjadi takut untuk
rakyat sesuai pilihan yang diharapkan. datang ke setiap TPS. Disamping itu,
Namun sebaliknya, jika dalam pemilu proses rekrutmen penyelenggara pemilu
tidak diselenggarakan dengan suasana (PPK, PPS, KPPS, dan PPDS) juga akan
yang demokratis, maka dipastikan pemilu mengalami kendala terkait sarana dan
hanya akan menjadi instrument yang prasananya, sebab peserta (tim paslon)
paling mudah untuk direkayasa demi cenderung akan melanggar protokol
mencapai maksud yang dilakukan di luar kesehatan saat melakukan kampanye.
tujuan pemilu yang sebenarnya, yaitu
Hal ini juga sebagaimana
seperti melanggengkan suatu rezim
disampaikan (Bustami, 2020) yang
tertentu. Model perwakilan yang didapat
mengatakan, bahwa penyeleggaraan
dari pemilu seperti ini yang nantinya akan
Pilkada tahun 2024 menjadi pengalaman
menjadikan perwakilan yang semu,
baru bagi penyelenggara pemilu karena
pemilu yang minus substansi, dan hanya
pemilihan kepala daerah akan
menjadi pemilu yang prosedural semata.
dilaksanakan secara serentak bersifat
Penyelenggaraan Pilkada di tahun nasional dalam pemilihan umum tahun
2024 diharapkan kehidupan rakyat 2024 di semua daerah. Pengalaman baru
Indonesia telah bebas dari wabah Covid- ini disebabkan karena penyelenggara
19. Jika dalam penyelenggaraan pilkada pilkada belum memiliki pengalaman
tahun 2024 masih dalam masa pandemi dalam penyelenggaraan pilkada/pemilu
Covid-19, maka penyelenggaraan pilkada yang dilakukan serentak nasional
akan menghadapi berbagai kendala ditengah wabah. Selain itu, ada

169 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

kekhawatiran terhadap kompetisi tidak netralitas ASN, hingga menimbulkan pro


berlangsung secara demokratis dan voter dan kontra dalam pelaksanaan pilkada
turn-out rendah. yang masih ditengah pandemi Covid-19
(Ni’matul, 2021). Presiden Joko Widodo
Selanjutnya, hal senada juga
ketika itu telah menyampaikan, bahwa
disampaikan (Ambardi, 2020), bahwa kita
Pilkada serentak yang berlangsung pada
mengandaikan sebuah situasi baru dalam
tanggal 9 Desember 2020 tersebut dapat
penyelenggaraan pilkada, wabah Covid-
dipertahankan untuk menghormati hak
19 tidak akan tuntas meskipun mungkin
kosntitusional rakyat dalam memilih dan
bisa mereda dan relatif terkelola. Dalam
dipilih. Peristiwa Pilkada 2020 telah
situasi seperti ini, yang menjadi problem
berlalu, calon-calon yang terpilih juga
pokok yang kemudian harus bisa
telah dilantik, Dewan Kehormatan
diselesaikan adalah bagaimana
Penyelenggara Pemilu (DKPP) saat itu
penyelenggaraan pilkada atau pemilu
hampir setiap minggu selalu
serentak nasional ini dapat memenuhi dua
menyelenggarakan sidang terkait dugaan
tujuan sebagai berikut: 1) Kegiatan
pelanggaran kode etik terhadap
Pilkada atau Pemilu serentak ini
penyelenggara pemilu. Persitiwa tersebut
diharapkan tidak memperparah
kemudian menunjukkan bahwa dari sisi
penyebaran wabah Covid-19; 2) Kegiatan
etika penyelenggara pemilu masih
yang telah melibatkan warganegara
menjadi persoalan dalam pelaksanaan
secara massal ini juga diharapkan tetap
pemilu (Pilkada).
memenuhi standar integritas kepemiluan.
Pilkada serentak secara nasional
Pemilihan Kepala Daerah
ini akan dilaksanakan pada tahun 2024,
(PILKADA) yang sebelumnya sudah
maka akan terjadi kekosongan jabatan
diselenggarakan pada tanggal 9 Desember
Gubernur dan Wakil Gubernur di
2020 lalu di 270 daerah telah menghadapi
beberapa daerah, yaitu (24 Provinsi), dan
beragam persoalan di daerah, mulai dari
(247) Kabupaten/Kota. Kemudian, hal
banyaknya calon tunggal, yaitu (26
yang menjadi dasar hukum Pemerintah
daerah), pembiayaan Pilkada yang
untuk menunjuk penjabat Gubernur,
diketahui 82% berasal dari cukong, serta
Walikota, dan Bupati di 271 daerah yang

170 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

dimulai dari tahun 2022 dan 2023 hingga cara menelaah dan menganalisis teori-
2024, apa alternatif lain selain teori, konsep-konsep, dan asas-asas
penunjukan para penjabat-penjabat hukum serta peraturan perundang-
tersebut. Tahun 2022 diketahui terdapat undangan yang berhubungan dengan
(101 daerah) yang akan berakhir masa masalah yang diangkat dalam artikel ini
jabatan kepala daerahnya, yaitu terdiri (Amiruddin & Asikin, 2012).
dari 18 Kota, 76 Kabupaten, dan 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Provinsi yang juga akan berakhir masa
Salah satu isu penting saat ini
jabatan Gubernurnya.
dalam demokrasi politik yang perlu
Melihat hal tersebut, akan muncul dikedepankan adalah persoalan
berbagai persoalan yang harus segera bagaimana sebuah pemerintahan dalam
diselesaikan. Hal-hal yang berkaitan satu Negara dapat dijalankan. Demokrasi
dengan kondisi dalam penyelenggara telah memberikan panduan dasar bahwa
pemilu, yaitu anggota-anggota KPU dan pemerintahan harus berasal dan dapat
Bawaslu yang berakhir masa jabatannya melibatkan rakyat yang ada di negara
pada April 2022. Kemudian, sebagian tersebut. Salah satu proses penting dalam
besar Bawaslu Provinsi yang juga akan demokrasi menurut (Hatta, 2017), adalah
berakhir masa jabatannya di akhir tahun terkait persoalan prinsip tentang
2022 serta sebagian besar KPU Provinsi kedaulatan rakyat. Maksud dari
yang juga masa jabatannya akan berakhir kedaulatan rakyat tersebut adalah
pada pertengahan tahun 2023, mengingat kekuasaan untuk mengatur negeri yang
kebijakan pemerintah terkait pemungutan berada di tangan rakyat. Dengan prinsip
suara serentak nasional dalam pemilihan tersebut, dimana rakyat berdaulat, rakyat
kepala daerah yang telah ditetapkan tidak lagi ditentukan oleh satu kekuatan
pelaksanaannya pada tahun 2024. di luar dirinya. Rakyat menjadi penentu
atas masa depannya sendiri berdasarkan
METODE
mandat yang telah diberikan dengan baik
Metode yang digunakan adalah
secara langsung maupun melalui
metode pendekatan Yuridis Normatif.
perwakilan.
Obyek yang akan diteliti adalah dengan

171 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

Berangkat dari dikeluarkannya atau calon wakil masyarakat dalam


kebijakan pemilu serentak bersifat pemerintahan.
nasional 2024, pemerintah ingin
Untuk memperkuat demokrasi di
menyederhanakan sistem pelaksanaan dan
aras lokal, maka pilkada serentak
juga penghematan terhadap penggunaan
merupakan mekanisme baru untuk
anggaran dalam pemilu. Pasalnya, selama
melahirkan pemerintahan daerah yang
ini penyelenggaraan pemilu maupun
diharapkan mampu menciptakan
pilkada telah banyak menguras anggaran
akuntabilitas disetiap daerah, kesetaraan
negara maupun daerah. Umumnya
hak warga dalam berpolitik serta untuk
penggunaan anggaran pemilu adalah
penguatan demokrasi nasional.
untuk pembayaran honor petugas dimulai
dari: KPU, PPS, Bawaslu, dan Panwaslu. Permasalahan pertama tentang
Hal yang merupakan faktor pendorong dinamika penundaan Pilkada yang akan
lainnya, menurut (Kumolo, 2015) adalah dilaksanan pada tahun 2024 bagi 271
disebabkan tidak teraturnya tatanan daerah yang akan berakhir masa
politik pemerintahan akibat tidak jabatannya di tahun 2022 dan 2023.
sinkronnya periode dan mekanisme dalam Seperti yang telah dikethui, bahwa
penyelenggaraan pemerintahan yang Pemerintah dan DPR telah sepakat untuk
mengakibatkan ketidakseragaman dalam melakukan penundaan pilkada bagi 271
proses penyelenggaraan pemilu dan daerah pada tahun 2024, hal ini telah
pilkada. Peserta pilkada terutama partai diperkuat dengan hasil Rapat Kerja
politik tentu akan disibukkan dengan (RAKER) dan Rapat Dengar Pendapat
berbagai aktivitas politiknya, seperti (RDP) yang dilakukan Pemerintah
melakukan konsolidasi dan kampanye. (Mendagri) bersama (KPU RI dan
Hal ini akan membuat partai politik Bawaslu RI) pada tanggal 24 Januari
menjadi lalai akan tugas pokok mereka 2022, bahwa pemungutan suara serentak
untuk dapat melakukan pendidikan politik nasional dalam pemilihan umum yang
terhadap kader-kader mereka yang akan dimulai dari memilih (Presiden dan wakil
disiapkan kepada masyarakat untuk Presiden, Anggota DPR RI, DPD RI,
memilih dan dijadikan calon pemimpin DPRD, Provinsi, dan DPRD

172 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

Kota/Kabupaten) akan dilaksanakan dan Wakil Walikota secara serentak


serentak pada tanggal 24 Februari 2024. nasional pada tahun 2024. Selanjutnya,
Sedangkan, pada pemungutan suara ayat (10) dijelaskan pula, bahwa untuk
serentak secara nasional dalam pemilihan mengisi kekosongan jabatan Gubernur,
umum untuk memilih (Gubernur dan maka diangkat penjabat Gubernur yang
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil berasal dari jabatan pimpinan tinggi
Bupati serta Walikota dan Wakil madya smpai dengan pelantikan
Walikota yang kemudian dilaksanakan Gubernur sesuai ketentuan peraturan
pada tanggal 27 November 2024. perundang-undangan. Kemudian ayat
(11) juga dijelaskan, bahwa dalam
Sebagaimana yang telah
mengisi kekosongan pada jabatan
dijelaskan dalam Pasal 201 ayat (9). (10),
Bupati/Walikota maka diangkat penjabat
dan (11) UU No. 10 Tahun 2016 tentang
Bupati/Walikota yang berasal dari jabatan
perubahan kedua atas UU No. 1 Tahun
pimpinan tinggi pratama sampai dengan
2015 tentang Penetapan Peraturan
pelantikan Bupati dan Walikota sesuai
Pemerintah Menjadi Undan-Undang
dengan ketentuan peraturan perundang-
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
undangan.
Gubernur, Bupati, dan Walikota yang
kemudian berbunyi sebagai berikut: ayat Berdasarkan penjelaskan pada
(9) dijelaskan, bahwa untuk mengisi Pasal 201 ayat (9) di atas yang
kekosongan jabatan Gubernur dan Wakil menegaskan, bahwa setiap penjabat
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah
Walikota dan Wakil Walikota yang masa masing-masing 1 (satu) tahun dan
jabatannya berakhir di tahun 2022 dan selanjutnya akan diperpanjang 1 (satu)
2023 sebagaimana dimaksud dalam ayat tahun berikutnya dengan orang yang sama
(3) dan (5), maka diangkat penjabat atau berbeda.
sementara sebagaimana dimaksud pada
Disisi lain, persoalan menyangkut
ayat (3) yaitu Gubernur, Bupati dan
nasib 271 daerah yang akan diisi oleh
Penjabat Walikota sampai dengan
penjabat Gubernur, Bupati, dan Walikota
terpilihnya Gubernur dan Wakil Gubernur
tersebut memiliki kewenangan yang
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota

173 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

sangat terbatas. Menurut (Ridwan, 2009) bukan untuk membangun semangat


daerah otonom sebagai lingkungan otonomi daerah, melainkan terjadinya
jabatan tingkat daerah diberikan sentralisasi pemerintahan sebagaimana
kewenangan untuk melaksanakan dulu pernah dijalankan oleh Presiden
otonomi daerah yaitu kewenangan untuk Soeharto.
mengurus urusan rumah tangga
Pemilihan Kepala Daerah yang
daerahnya secara mandiri. Dengan adanya
dilaksanakan pada tahun 2024, maka akan
kewenangan yang melekat pada jabatan
ada penjabat Gubernur yang akan
tersebut, maka dapat dilaksanakan oleh
menjabat di 24 provinsi, yakni 70,59%
“organ” dan atau alat perlengkapan.
dari jumlah keseluruhan provinsi di
Orang yang diberi kewenangan untuk
Indonesia dan 247 penjabat Bupati dan
menjalankan organ ini disebut pejabat,
Walikota. Hal ini yang kemudian akan
yaitu pihak yang bertindak untuk dan atas
menyebabkan hak rakyat terhadap
nama jabatan atau melaksanakan tugas,
kepemimpinan daerah, otonomi daerah,
fungsi, dan kewenangan yang melekat
dan kesejahteraan masyarakat di daerah,
pada jabatan tersebut. Masa jabatan
jika pemerintah terus memaksakan untuk
penjabat Gubernur, Bupati, dan Walikota
mengangkat penjabat di 271 daerah
selama satu dan dua tahun tersebut
tersebut tentu akan menciderai hak politik
apakah dapat dipandang wajar, sebab
masyarakat di daerah. Pemerintah akan
daerah tentunya dirugikan dalam konteks
dianggap tidak konsisten dengan sikap
otonomi daerah, hal ini dikarenakan
terkait pilkada yang sebelumnya
kewenangan penjabat tidak akan sama
dilaksanakan di masa pandemi Covid-19
dengan pinpinan daerah yang definitif
pada tanggal 9 Desember 2020,
berdasarkan pilkada. Selain itu, hal
pemerintah tidak mau menunda pilkada
tersebut juga akan membuat janji
meski telah mendapat penolakan meluas
kontitusi melalui amandemen UUD 1945
oleh masyarakat, pilkada tahun 2020 tetap
yang mana telah memberikan otonomi
dilaksanakan dengan alasan untuk
seluas-luasnya bagi setiap daerah yang
menghormati hak konstitusional rakyat
kemudian akan sulit untuk mewujudkan
untuk memilih dan dipilih dalam proses
amanat otonomi daerahnya. Hal ini justru
demokrasi.

174 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

Menurut (Ni’matul, 2021) dalam Tugas Bupati, dan Pelaksana Tugas


buku Franz Magnis Suseno, 1988 “Etika Walikota sebagai berikut: 1) Pelaksana
Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Tugas Gubernur, Pelaksana Tugas Bupati,
Kenegaraan Modern” bahwa satu-satunya dan Pelaksana Tugas Walikota
legitimasi yang menjadi dasar kekuasaan mempunya tugas dan wewenang
yang sah adalah legitimasi demokratis. diantaranya adalah: a) Memimpin
Setiap wewenang untuk memberikan pelaksanaan urusan pemerintahan yang
perintah kepada orang lain harus telah menjadi kewenangan daerah
berdasarkan atau sesuai dengan tatanan berdasarkan ketentuan peraturan
masyarakat yang telah disetuhui bersama perundang-undangan dan kebijakan yang
oleh masyarakat. Kedaulatan rakyat itu telah ditetapkan bersama DPRD; b)
berdasarkan hak setiap orang dalam Memfasilitasi penyelenggaraan dalam
menentukan dirinya sendiri dan turut serta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
dalam proses pengambilan keputusan Bupati dan wakil Bupati serta Walikota
yang menyangkut seluruh masyarakat. dan Wakil Walikota yang definitif serta
Dalam kaitannya dengan negara yang untuk menjaga netralitas PNS; c)
menganut asas desentralisasi, kedaulatan Memelihara ketentraman dan ketertiban
rakyat tersebut tidak semata-mata berada di masyarakat; d) Menandatangi Perda
pada pemerintahan pusat melainkan juga tentang APBD dan Perda tentang
pemerintahan di daerah. Organisasi Perangkat Daerah setelah
mendapat persetujuan tertulis dari
Sebagaimana perbandingan untuk
Menteri; e) Melakukan pengisian dan
pengaturan pelaksana tugas yang
penggantian pejabat berdasarkan Perda
ditentukan dalam Peraturan Menteri
Perangkat Daerah setelah mendapat
dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2016
persetujuan tertulis dari Menteri. 2)
tentang Cuti di Luar Tanggungan Bagi
Dalam melaksanakan tugas dan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
wewenang sebagaimana dimaksud pada
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
ayat (1), bahwa Pelaksana Tugas
Wakil Walikota, dalam Pasal 9 yang
Gubernur, Pelaksana Tugas Bupati, dan
mengatur tentang tugas dan wewenang
Pelaksana Tugas Gubernur, Pelaksana

175 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

Pelaksana Tugas Walikota dapat di tentang Cuti di Luar Tanggungan Bagi


pertanggungjawabkan. Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Pada 3 Februari 2021, Menteri
Wakil Walikota, nomenklaturnya adalah
Dalam Negeri mengeluarkan Surat
Pelaksana Tugas Gubernur, Pelaksana
Mendagri No. 120/738/OTDA yang
Tugas Bupati, dan Pelaksana Tugas
menegaskan bahwa berdasarkan
Walikota.
ketentuan Pasal 131 ayat (4) PP No. 49
Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Kemudian, persoalan kedua
Atas PP No. 6 Tahun 2005 tentang terkait dinamika penundaan dan pengisian
Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan jabatan kepala daerah pada tahun 2024
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan yaitu, sebagaimana yang telah ditentukan
Wakil Kepala Daerah, dalam hal terjadi dalam Pasal 201 ayat (9), (10), dan (11)
kekosongan jabatan kepala daerah dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
wakil kepala daerah sebagaimana dengan tegas telah menjelaskan di atas
dimaksud pada ayat (3), maka selanjutnya bahwa menurut penulis, dinamika
Sekretaris Daerah dapat melaksanakan penundaan Pilkada bagi 271 daerah
tugas sehari-hari kepala daerah hingga tersebut harusnya dikaji lagi lebih
Presiden mengangkat penjabat kepala mendalam, cermat, adil, dan demokratis,
daerah sementara. agar kebijakan yang dilakukan dapat
mengarah kepada kepentingan rakyat di
Dari beberapa contoh tersebut di
daerah, kebijakan yang dilakukan jangan
atas dapat diketahui, bahwa kebijakan
hanya semata-mata atas kekuasaan politik
yang dikeluarkan pemerintah terkait
yang akan diselenggarakan dalam Pemilu
adanya kekosongan pada jabatan kepala
pada tahun 2024. Selain itu, sebagai pilar
daerah cukup beragam, sebagaimana
penting dalam demokrasi, sejatinya
tertuang dalam Undang-Undang Nomor
Pilkada diharapkan mampu menghasilkan
10 Tahun 2016 tentang Pemilihan
proses konsolidasi politik yang jauh lebih
Gubernur, Bupati, dan Walikota,
sehat dan juga bermartabat bagi daerah.
sedangkan menurut Peraturan Menteri
Dengan begitu, maka akan lahir
dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2016
pemimpin terpilih yang berkualitas yang

176 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

mampu untuk memperbaiki tata kelola Desentralisasi telah banyak membuka


pemerintahan yang ada di daerahnya. ruang yang begitu besar kepada
Sungguh disayangkan, jika Pilkada yang masyarakat untuk terlibat langsung dalam
berbiaya mahal maka akan melahirkan proses pembuatan keputusan-keputusan
pemimpin yang hanya prosedural yang politik di daerah. Hal ini berkaitan realitas
dominan penguasa. bahwa setelah adanya konsep
desentralisasi, lembaga-lembaga yang
Sejauh ini, proses dalam
memiliki otoritas dalam proses
konsolidasi demokrasi melalui pilkada
pembuatan dan implementasi kebijakan
langsung serentak sulit terwujud, hal ini
publik kini menjadi lebih dekat rakyat.
dikarenakan reformasi dan pelembagaan
Kedekatan itulah yang memungkinkan
partai yang belum begitu memadai
rakyat kini bisa melakukan kontrol
sehingga rentan terhadap konflik internal.
terhadap pemerintah di daerah. Dengan
Disamping itu, partai politik juga masih
demikian, pemerintah daerah sangat
belum merespon tuntutan publik yang
diharapkan dapat memiliki akuntabilitas
sangat dinamis tersebut, termasuk era
yang lebih baik. Dengan adanya
disrupsi yang penuh ketidakpastian
akuntabilitas pemerintah daerah yang
hingga sekarang (Zuhro, 2020).
baik, tentu rakyat di daerah akan tetap
Lebih lanjut, dalam demokratisasi mempercayakan mandat akan diberikan
di daerah, baik itu desentralisasi dan juga dalam proses pemilihan.
demokratisasi pada dasarnya saling
Pilihan yang lebih rasional dan
memperkuat antara satu sama lain.
demokratis akibat dinamika penundaan
Misalnya desentralisasi, terkait proses
Pilkada hingga tahun 2024. Menurut
perubahan dalam pemilihan pejabat-
penulis, yang dilakukan dengan
pejabat daerah. Sebelumnya pejabat-
perpanjangan masa jabatan kepada kepala
pejabat di daerah yang merupakan
daerah sampai tahun 2024 karena kepala
penunjukan langsung dari pusat. Kini
daerah tersebut sebelumnya sudah pernah
dengan adanya kebijakan desentralisasi,
terpilih langsung oleh rakyat melalui
pejabat-pejabat tersebut selalu
Pilkada, sedangkan, penjabat tidak dipilih
berdasarkan atas pemilihan.
langsung oleh rakyat melainkan

177 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

penunjukkan lansung dari Presiden. pembahasan RUU Keistimewaan DIY


Mengapa penjabat dipandang kurang yang diketahui saat itu belum disahkan,
demokratis, karena proses pemilihannya maka Presiden SBY mengeluarkan
langsung ditentukan atas kekuasaan kebijakan sebagai berikut: 1) Keputusan
Presiden. Meskipun dalam Undang- Presiden Republik Indonesia Nomor 86/P
Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang Tahun 2008 tentang perpanjangan masa
dengan tegas telah menjelaskan, bahwa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur
yang akan menjadi penjabat Gubernur selama 3 (tiga) tahun; 2) Keputusan
adalah dari jabatan pimpinan tinggi Presiden Republik Indonesia Nomor 55/P
pratama, hal tersebut memungkinkan Tahun 2011 tentang perpanjangan masa
dapat diisi oleh orang-orang dekat jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur
Presiden dan bahkan bisa merupakan selama 1 (satu) tahun.
bagian dari koalisi politik Presiden.
Menurut penulis, dengan adanya
Perpanjangan masa jabatan kepal daerah
penunjukkan yang dilakukan terhadap
yang dipandang lebih demokratis adalah
penjabat kepala daerah dalam masa
mereka yang sebelumnya telah terpilih
jabatan selama satu sampai dua tahun
oleh rakyat melalui Pilkada.
tersebut akan menimbulkan perspektif
Usulan terkait perpanjangan masa negatif ditengah-tengah masyarakat,
jabatan kepala daerah bukanlah sesuatu sebab pemerintah dan juga partai politik
yang baru dalam kancah politik maupun telah menyetujui kebijakan yang
ketatanegaraan di Indonesia. Dalam dianggap sebagai tindakan yang tidak
memberikan perpanjangan masa jabatan demokratis tersebut. Pemerintah Orde
bagi kepala daerah yang berakhir masa Baru di masa Kepemimpinan Presiden
jabatann, sebelumnya telah dilakukan Soeharto pernah menyeragamkan
oleh Presiden Soesilo Bambang pemimpin di hampir semua daerah, yaitu
Yudhoyono, yang saat itu diberikan orang-orang yang menjadi kepercayaan
kepada Gubernur Daerah Istimewa Presiden, yaitu orang-orang yang berasal
Yogyakarta, ketika masa jabatan dari Jawa dan juga orang Jawa dari unsur
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yang Militer. Kebijakan politik Presiden
akan berakhir di tahun 2008, sementara Soeharto pada saat itu dikenal dengan

178 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

istilah “Jawanisasi”, yang kemudian menjadi desentralistik. Oleh sebab itu,


menimbulkan sikap perlawanan dari diperlukan langkah yang lebih efektif dan
tokoh-tokoh masyarakat di daerah karena demokratis yang dapat dilakukan
dinilai tidak menghargai kapasitas pemerintah berupa perpanjangan masa
masyarakat daerah, khususnya yang jabatan selama satu atau dua tahun sesuai
berada diluar Jawa. Kebijakan Pemerintah batas akhir jabatan kepala daerah di
Republik Indonesia yang sentralistik masing-masing daerah, yakni dapat
tersebut telah dikoreksi oleh masyarakat, dilakukan dengan cara merevisi kembali
yaitu dengan cara melakukan aksi Undang-Undang Pemilihan Gubernur,
demontrasi yang terjadi besar-besaran di Bupati, dan Walikota.
seluruh wilayah NKRI yang bertujuan
Sebagai sarana komunikasi politik
untuk menurunkan Presiden Soeharto
yakni dalam konteks Pilkada, partai
pada 21 Mei 1998.
politik mempunyai tanggungjawab untuk
Amandemen Undang-Undang turut serta dalam menciptakan Pilkada
Dasar Tahun 1945 dalam Pasal 18, Pasal yang penuh aspiratif, partisipatif,
18 a, dan Pasal 18 b telah menadi transparan, dan juga akuntabel. Sebab
landasan hubungan Pemerintah Pusat dan partai politik merupakan perpanjangan
Daerah dalam penyelenggaraan tangan rakyat kepada pemerintah. Dengan
pemerintahan di daerah yang mengacu kompleksitas masalah yang dihadapi
pada asas otonomi daerah. Sehingga apa Pilkada saat ini, hal yang menjadi
yang diperjuangkan oleh masyarakat di permasalahan krusial dan patut dicermati
daerah akan terus menjadi pertimbangan adalah bagaimana membangun reputasi
dalam menentukan siapa orang yang akan pemerintah dan partai politik dalam
dipilih untuk menjadi pemimpin di Pilkada serentak 2024 mendatang.
daerahnya, hal ini dilakukan agar
SIMPULAN
masyarakat di daerah merasa bahwa telah
Dari hasil analisis yang telah
mendapat perhatian dari pemerintah
penulis kaji dan uraikan di atas kemudian
pusat. Pasca amandemen, kemudian
dapat disimpulkan, bahwa dinamika
Negara Kesatuan Republik Indonesia
penundaan Pilkada oleh Pemerintah yang
tidak lagi menjadi sentralistik akan tetapi

179 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

diselenggarakan serentak nasional di pengangkatan penjabat yang akan


tahun 2024 telah mengakibatkan mengisi kekosongan jabatan kepala
terjadinya kekosongan jabatan kepala daerah di 271 daerah yang meliputi 24
daerah di 271 daerah yang meliputi 24 Provinsi dan 247 Kabupaten/Kota
Provinsi dan 247 Kabupaten/Kota. Jika tersebut. Pemerintah harusnya melakukan
dalam penunjukkan penjabat untuk perpanjangan masa jabatan kepada kepala
mengisi kekosongan jabatan kepala daerah yang akan berakhir masa
daerah dilakukan melalui penunjukan jabatannya di tahun 2022 dan 2023 untuk
langsung oleh Presiden dalam melanjutkan proses pemerintahannya
pengangkatan penjabat Gubernur, Bupati, hingga tahun 2024.
dan Walikota untuk memimpin daerah
DAFTAR PSUTAKA
dengan masa jabatan satu sampai dua
Ambardi. 2020. Penyelenggaraan Pilkada
tahun tentu akan memberikan
Serentak 2020: Aplikasi Prinsip
ketidakpastian terhadap sistem demokrasi Fairness di Era Pandemi: New
Normal: Perubahan Sosial
yang ada di Indonesia yang kemudian
Ekonomi dan Politik Akibat
dapat menciderai prinsip otonomi daerah. Covid-19. Gadjah Mada
Universitiy Press. Yogyakarta
Oleh sebab itu, untuk menghindari
pengisian jabatan kepala daerah yang Amiruddin & Zainal Asikin. 2012.
Pengantar Metode Penelitian
dilakukan melalui pengangkatan penjabat Hukum: Raja Grafindo Persada.
di 271 daerah tersebut, diperlukan Jakarta.

langkah yang lebih efektif dan juga Andrian, CF & Smith. 2006. Political
Democracy, Trust and Social
demokratis serta melakukan revisi Justice: A Comparative Overview:
terhadap UU Pilkada. Northeastern University Press.
Boston
Dalam kajian ini, saran yang dapat Bustami. 2020. Tantangan dan Kesiapan
penulis sampaikan yaitu, bahwa Pemilihan Serentak Tahun 2020 di
Masa Pandemi Covid-19:
Pemerintah dan DPR harusnya mengkaji Makalah. Seminar Nasional
kembali terkait kebijakan yang dilakukan Tantangan dan Peluang Pilkada
Serentak 2020 di Era Pandemi:
terhadap penundaan penyelenggaraan Lampung
Pilkada pada tahun 2024, agar tidak
menimbulkan konflik di daerah terkait

180 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024
2022 JURNAL NOKEN ILMU-ILMU SOSIAL
ISSN 2614-4336
VOL. 7 No. 2 HAL 167-181

Suseno. 1998. Etika Politik Prinsip- Tentang Pemilihan Gubernur,


Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Bupati, dan Walikota.
Modern. Gramedia. Jakarta
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Ni’matul. 2020. Pilkada Serentak. Tentang Pemilihan Gubernur,
Hubungan Pusat dan Daerah dan Bupati, dan Walikota.
Kebijakan Penanganan Covid-19.
FH UII Press. Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Perubahan Ketiga
Ridwan. 2009. Hukum Administrasi di Atas Undang-Undang Nomor 1
Daerah. FH UII Press. Yogyakarta Tahun 2015 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Nomor 1
Siregar. 2019. Menuju Peradilan Pemilu. Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Cetakan kedua. Themis Publising. Gubernur, Bupati, dan Walikota
Jakarta Menjadi Undang-Undang.
Tegus & Muhammad. 2020. Filsafat Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
Pemilu Bernartabat. Nusa Media. 2008 Tentang Perubahan Ketiga
Yogyakarta Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2005 Tentang
Kumolo. 2015. Politik Hukum Pilkada
Pemilihan, Pengesahan,
Serentak. Expose. Jakarta
Pengangkatan, dan
Legowo. 2008. “Pemilihan Umum dan Pemberhentian Kepala Daerah
Perwakilan Politik” Jurnal Hukum dan Wakil Kepala Daerah.
Jentera. PSHK. Jakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Wijaya. 2020. “Menjaga Marwah Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Pemilu” Media Kompas. Diakses Cuti di Luar Tanggungan Bagi
pada tanggal 05 Januari 2022. Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta
Zuhro. 2020. Pilkada 2020. “Taruhan Walikota dan Wakil Walikota.
reputasi”. Media Kompas.
Diakses pada tanggal 05 Januari PROFIL
2022. Ismed Kelibay lahir di Desa Dai pada
tanggal 04 April 1992. Saat ini beliau
Syamsudin. 2020. Perlu Politik sebagai dosen Ilmu Pemerintahan di
Pencegahan Korupsi. Media Universitas Muhammadiyah Sorong.
Kompas. Diakses pada tanggal 05 Minat penelitian meliputi sumber daya
Januari 2022. manusia, dan e-government pelayanan
publik.
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014

181 Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024

You might also like