You are on page 1of 15

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENJUAL BAHAN BAKAR

MINYAK ECERAN DI KOTA PEKANBARU

Oleh : Reski Aslamiah Lubis


Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH, M.Hum
Pembimbing II : David Rahmadan, SH, MH
Alamat: Jalan Uka Garuda Sakti, Perumahan Green Tsabitah, Pekanbaru, Riau
Email : reskiaslamiahlubis20@gmail.com / Telepon : 0812-7886-9438

ABSTRACT

Law Number 22 Year 2001 concerning Oil and Gas regulates upstream business and downstream
business in the commercial sector and can be implemented after obtaining permission from the government.
This study raises the issue of retailers of fuel oil who do not have permission from the government but do not
implement criminal law enforcement processes. The purpose of this research is also to first discuss how law
enforcement against retail oil fuel sellers is linked to Law Number 22 Year 2001 concerning Oil and Gas.
The second is what is the reason for the seller of oil-based fuels to do fuel oil trading without permission
from the government. Researchers use research methods with juridical sociological approaches.
This research method uses primary data, namely data obtained directly from the field, and also
secondary data, namely literature studies using primary legal materials secondary legal materials, and
tertiary legal materials. The data is then used to describe an object problem in the form of synchronizing the
facts that occur with the applicable laws and regulations.
Based on the results of the study, it can be seen that the criminal act of selling retail fuel has not
been running as it should because of a lack of socialization between the government and the public
regarding the procedures for trading fuel oil, then a lack of legal awareness in this case the retailer
complies with criminal provisions 22 of 2001 concerning oil and gas, increasing economic needs is the
reason people sell fuel in retail and the length of the process of making business licenses is the reason for
conducting ecran fuel trading without permission.

Keywords : Law Enforcement, Retail Fuel Seller, Justice

JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 1


BAB I lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi
PENDAHULUAN Rp.30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah)”. Sementara itu Pasal 55 Undang-
A. Latar Belakang Masalah Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
Di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- dan Gas Bumi menjelaskan tentang perniagaan
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak bahan bakar minyak yang disusidi pemerintah
dan Gas Bumi menjelaskan bahwa minyak yang berbunyi“. Setiap orang yang
bumi adalah hasil proses alami berupa menyalahgunakan pengangkutan dan/atau
hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan Niaga Bahan Bakar Minyak yang disubsidi
temperatur atmosfer berupa fasa cair atau Pemerintah dipidana dengan pidana penjara
padat, termasuk aspal, lilin mineral atau paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari tinggi Rp 60.000.000.000,00 (enam puluh
proses penambangan, tetapi tidak termasuk miliar rupiah)”. Melarang penyalahgunaan
batubara atau endapan hidrokarbon lain yang dalam pengangkutan dan/atau niaga bahan
berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan bakar minyak yang disubsidi yang tentunya
usaha Minyak dan Gas Bumi.1 Minyak bumi diikuti dengan sanksi pidana bagi setiap orang
sabagai sumber daya alam yang strategis yang yang melanggarnya.2
terkandung di dalam wilayah hukum Berdasarkan pengamatan peneliti
pertambangan indonesia merupakan kekayaan terdapat beberapa penjualan bahan bakar
nasional yang dikuasai oleh negara. minyak yang tidak memenuhi syarat
Sedangkan pengertian gas bumi melakukan pernigaan yang ditentukan badan
disebutkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- pengatur hilir minyak dan gas bumi di Kota
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Pekanbaru. Berikut peneliti jabarkan data
dan Gas Bumi menjelaskan bahwa Gas Bumi penjual bahan bakar minyak eceran yang tidak
adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon memenuhi syarat untuk melakukan usaha
yang dalam kondisi tekanan dan temperatur niaga:
atmosper berupa fase gas yang diperoleh dari Tabel I.1
proses penambangan Minyak dan Gas Bumi. Penjual Bahan Bakar Minyak Eceran yang
Gas bumi merupakan komponen viral untuk Tidak Memenuhi Syarat Tidak Berjarak 5km
suplai energi dunia sebagai sumber penting dari SPBU Untuk Melakukan Niaga di Kota
produksi bahan bakar. Pekanbaru
Pengertian bahan bakar minyak itu No Kecamatan di Jumlah Yang tidak
sendiri ada dalam Pasal 1 ayat (4) Undang- Kota Pekanbaru penjual berjarak 5
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak bahan KM dari
dan Gas Bumi menjelaskan bahwa Bahan bakar SPBU
Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal minyak
eceran
dan atau diolah dari minyak bumi Bahan Bakar
Minyak merupakan suatu materi yang bisa 1 Kecamatan Bukit 50 30
diubah menjadi energi yang paling sering Raya
digunakan manusia. 2 Kecamatan Lima 30 20
Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Puluh
Tahun 2001 ada pasal yang mengatakan bahwa 3 Kecamatan 50 20
perniagaan atau jual-beli bahan bakar minyak Marpoyan Damai
yang tidak memperoleh izin dapat dikenakan 4 Kecamatan Payung 48 15
sanksi pidana yaitu padal Pasal 53 Huruf D Sekaki
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 5 Kecamatan 30 25
tentang Minyak dan Gas Bumi yang Pekanbaru Kota
mengatakan bahwa “Niaga sebagaimana 6 Kecamatan Rumbai 90 30
dimaksud dalam pasal 23 tanpa izin usaha 7 Kecamatan Rumbai 60 20
niagadipidana dengan pidana penjara paling Pesisir
8 Kecamatan Sail 30 15
1
Rudi M Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi,
2
Djambaran, Jakarta, 2000, hlm 1 Ibid, hlm 3
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 2
9 Kecamatan 60 25 8) Memiliki data konsumen pengguna yang
Senapelan kebutuhannya telah diverifikasi oleh
10 Kecamatan 35 20 pemerintah daerah setempat.3
Sukajadi Sejak ditetapkannya Undang-Undang
11 Kecamatan 75 20 Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Tampan Gas Bumi ditegaskan bahwa Minyak dan Gas
12 Kecamatan 100 40 Bumi sebagai sumber daya alam strategis yang
Tenayan Raya terkandung di dalam wilayah hukum
JUMLAH 658 280 pertambangan Indonesia merupakan kekayaan
Sumber Data : Hasil Observasi yang nasional yang kuasai negara. Penguasaan oleh
dilakukan peneliti di setiap kecamatan yang negara tersebut diselenggarakan oleh
ada di Kota Pekanbaru pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
pertambangan. Sebagai sumber daya alam
Adapun syarat yang harus dimiliki strategis, minyak dan gas bumi merupakan
pengusaha kecil agar dapat melakukan niaga kekayaan nasional yang memiliki peranan
bahan bakar minyak eceran yang sesuai dengan penting sebagai sumber pembiayaan, sumber
aturan yang ditetapkan oleh Badan Pengatur energi dan bahan bakar bagi pembangunan
Hilir Minyak dan Gas Bumi adalah sebagai ekonomi negara.
beriku : Berdasarkan latar belakang diatas,
1) Anggota dan/atau perwakilan masyarakat maka penulis bermaksud untuk mengetahui dan
yang akan menjadi Sub penyalur memiliki mengkaji (menganalisis) lebih lanjut mengenai
kegiatan usaha berupa usaha dagang pengawasan dan penegakan hukum terhadap
dan/atau unit usaha yang dikelola oleh Pelaku Tindak Pidana Penjual Bahan Bakar
badan usaha milik desa; Minyak (BBM) eceran di Kota pekanbaru
2) Lokasi pendirian Sub penyalur memenuhi Berdasarkan Undang-Undang No 22 Tahun
standar keselamatan kerja dan lindungan 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Maka
lingkungan sesuai ketentuan peraturan penulis mengangkat sebuah judul penelitian
perundang-undangan; dengan judul yaitu: “Penegakan Hukum
3) Memiliki sarana penyimpanan dengan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penjual
kapasitas paling banyak 3.000 liter dan Bahan Bakar Minyak Eceran di Kota
memenuhi persyaratan teknis keselamatan Pekanbaru”
kerja sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; B. Rumusan Permasalahan
4) Memiliki atau menguasai alat angkut BBM 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Penegakan
yang memenuhi standar pengangkutan Hukum terhadap penjual bahan bakar
BBM sesuai ketentuan peraturan minyak eceran berdasarkan pasal 53 dan
perundang-undangan; pasal 55 Undang-Undang Tahun 2001
5) Memiliki peralatan penyaluran yang tentang Minyak dan Gas Bumi di
memenuhi persyaratan teknis dan Wilayah kota Pekanbaru?
keselamatan kerja sesuai ketentuan 2. Apakah yang menjadi alasan penjual
peraturan perundang-undangan; bahan bakar minyak eceran melakukan
6) Memiliki izin lokasi darin pemerintah perniagaan bahan bakar minyak tanpa
daerah setempat untuk dibangun fasilitas izin?
sub penyalur;
7) Lokasi yang akan dibangun sarana sub C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
penyalur secara umum berjarak minimal 5 1) Tujuan Penelitian
(lima) Kilometer dari lokasi stasiun Tujuan yang hendak dicapai melalui
pengisian bahan bakar minyak umum penelitian ini adalah:
(SPBU);
3
Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
Nomor 06 Tahun 2015 Tentang penyaluran jenis bahan
bakar minyak tertentu dan jenis bahan bakar khusus
penugasan pada daerah yang belum terdapat penyalur.
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 3
1. Untuk mengetahui dan memahami untuk perlindungan masyarakat atau pencegahan
penegakan hukum terhadap pelaku terjadinya kejahatan.7
tindak pidana prnjual bahan bakar Di bawah hukum pidana tradisional,
minyak eceran berdasarkan pasal 53 dan kesalahan seseorang tergantung pada tekad
pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 bahwa ia melakukan suatu tindakan dan bahwa ia
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas bermaksud melakukan kejahatan itu.8
Bumi di Wilayah Hukum Kota Pemidanaan menurut teori ini adalah bukan
Pekanbaru. ditujukan sebagai pembalasan, melainkan untuk
2. Untuk mengetahui dan memahami upaya mencapai tujuan atau maksud dari pemidanaan
yang diberikan penegak hukum terhadap itu, sehingga teori ini dikenal sebagai teori tujuan.
pelaku tindak pidana penjual bahan bakar Dimana tujuan tersebut dapat berupa:9
minyak eceran. a. Tujuan untuk memulihkan kerugian yang
2) Kegunaan Penelitian ditimbulkan oleh kejahatan,
1. Sebagai syarat guna memperoleh gelar b. Tujuan untuk mencegah agar orang lain
sarjana hukum (S-1) di Fakultas tidak melakukan kejahatan.
Hukum Universitas Riau. Pemidanaan atau penerapan sanksi
2. Sebagai wadah untuk menuangkan pidana (straft) sering dipandang sebagai ultimum
ilmu pengetahuan yang diperoleh remidium atau senjata terakhir dan juga residu
selama kuliah di Universita Riau dari bidang hukum lain, setelah bidang hukum
Khususnya Fakultas Hukum. dianggap tidak mampu menyelesaikan konflik
3. Sebagai bahan Untuk menambah yang timbul dalam masyarakat, maka disitulah
pengetahuan bagi penulis mengenai hukum pidana mulai difungsikan.10 Barang siapa
penegakan hukum terhadap pelaku yang melakukan perbuatan pidana diancam
tindak pidana penjual bahan bakar dengan pidana tertentu yang telah ditentukan
minyak eceran berdasarkan Undang- dalam ketentuan perundang-undangan. Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2001 undang pidana tidak hanya berlaku untuk
tentang minyak dan Gas Bumi. Undang-Undang yang menentukan unsur
kejahatan, tetapi juga Undang-Undang yang
D. Kerangka Teori menetapkan hukuman.11
1. Teori Tujuan Pemidanaan Penganut utama dari teori relatif ini
Pemidanaan dapat dilakukan jika adalah ferri dan garofalo menurut mereka,
seseorang melakukan tindak pidana. Tindak kejahatan merupakan suatu produk alamiah
pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan seorang pelaku dan dari keadaan didalam
manusia yang dapat bertanggungjawab yang mana masyarakat.12 Jadi, tujuan pemidanaan adalah
perbuatan itu dilarang atau diperbolehkan pada kemanfaatan, yaitu mencegah timbulnya
Undang-undang dan diberi sanksi pidana.4 kejahatan dan mempebaiki pribadi si penjahat.
Perumusan tujuan pemidanaan dimaksudkan Jadi teori ini lebih menitikberatkan pada nilai
sebagai “fungsi pengendalian kontrol” dan
sekaligus memberikan landasan filosofis dasar
rasionalitas dan motivasi pemidanaan yang jelas 7
dan terarah.5 Pemidanaan adalah penjatuhan Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia - Suatu
Pengantar, PT Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 142.
hukuman kepada pelaku yang melakukan 8
Beatrice Krebs, “HongKong Special Administrative Region
perbuatan pidana.6 Dalam pemidanaan terdapat v Chan Kam Shing [2016] HKCFA 87 (CFA (HK))”. Journal of
teori relatif atau teori tujuan, teori ini mendasarkan Criminal Law, Hongkong, 2017, diakses melalui
pandangan kepada maksud dari pemidanaan, yaitu https://1.next.westlaw.com/Document/33jebTU24/FullText.html,
google.com. pada 02 November 2018 pukul 15:15 WIB.
9
P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Edisi
Ke-2), PT Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 15.
10
4 Rudi Hartono, “Tinjauan Yuridis Terhadap Sanksi Pidana
Erdianto Effendi, Penyelesaian Tindak Pidana yang
Kebiri Dalam Perkara Tindak Pidana Pedofilia”, Skripsi, Fakultas
terjadi di atas Tanah Sengketa , Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Riau, Pekanbaru, 2017, hlm. 9.
Hukum Universitas Riau, Volume 3 No. 1, 25 Mei 2012. 11
5 Samuel James Johnson, “Supreme Court of the United
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum
Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 152. States: Judgment and Sentence”, Journal Constitutional Law,
6 Chapter 5, Issue 1, 2015, hlm. 2.
H. Salim. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum,
12
Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm.149. P.A.F. Lamintang, Op cit, hlm. 17.
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 4
kemanfaatan daripada pemidanaan (mut van de sesudah terjadinya kejahatan dan ketikaada
straf).13 prasangka terjadinya kejahatan, akan tetapi
meliputi tindakan preventif sebagai usaha untuk
2. Teori Penegakan Hukum menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan
Penegakan hukum (law enforcement) dan menangkal kejahatan pada garis terendah.17
adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan- Masalah pokok penegakan hukum
keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
hukum disini adalah pemikiran-pemikiran pihak mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor
badan pembuat undang-undang yang dirumuskan tersebut mempunyai arti yang netral sehingga
dalam bentuk peraturan-peraturan hukum yang dampak positif dan negatifnya terletak pada
bakal diterapkan dalam segenap aspek kehidupan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut
bermasyarakat dan bernegara, dimana penegakan adalah sebagai berikut:18
hukum memuat aspek legalitas dari suatu
peraturan yang diterapkan pada setiap orang 3. Teori Keadilan
dan/atau badan hukum (korporasi) dengan adanya Menurut Hans Kelsen dan John
perintah, larangan, dan ancaman sanksi pidana Rawls, keadilan mempunyai dua unsur formal,
yang dapat dikenakan terhadap setiap pelanggar yaitu unsur hak dan unsur manfaat. Unsur hak
yang terbukti bersalah berdasarkan putusan hakim, yaitu keadilan merupakan nilai yang
aspek legalitas ini menyebabkan penegakan mengarahkan setiap pihak untuk memberikan
hukum akan mempunyai kekuatan yang mengikat perlindungan atas hak-hak yang dijamin oleh
terhadap setiap perbuatan orang yang melanggar hukum dan unsur manfaat yaitu keadilan
hukum.14 menyatakan bahwa pada akhirnya harus
Secara konsepsional penegakan hukum memberikan manfaat kepada setiap individu.19
adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai- Nilai keadilan sifatnya relative sehingga tidak
nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah mungkin untuk menemukan sebuah keadilan
yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian yang mutlak (absolute justice).20
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, Lebih lanjut John Rawls menegaskan
memelihara, dan mempertahankan kedamaian, pandangannya terhadap keadilan bahwa
pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar program penegakan keadilan yang berdimensi
filosofis tersebut memerlukan penjelasan lebih kerakyatan haruslah memperhatikan dua
lanjut sehingga akan tampak lebih konkrit. 15 prinsip keadilan, yaitu pertama, memberi hak
Oleh karena itu penegakan hukum dan kesempatan yang sama atas kebebasan
bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang
perundang–undangan, walaupun dalam kenyataan sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
di Indonesia kecenderungan demikian. Selain mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi
itu,ada kecenderunganyang kuat untuk yang terjadi sehingga dapat memberi
mengartikan penegakan hukum sebagai keuntungan yang bersifat timbal balik.21
pelaksanaan keputusan- keputusan hakim.
Pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut E. Kerangka Konseptual
mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila Berikut ini adalah defenisi dari istilah-
pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan- istilah yang dipakai pada penelitian ini untuk
keputusan hakim tersebut menganggu kedamaian memberikan pemahaman konseptual kepada
didalam pergaulan hidup.16 para pembaca:
Penegakan hukum pidana dapat diartikan
sangat luas sekali, bukan hanya tindakan represif
17
Bambang Purnomo, Kapasitas Selekta Hukum Pidana,
13 Prestasi Pustaka Raya, Jakarta: 1988, hlm. 60.
Rudi Hartono, Op cit, hlm. 13. 18
14 Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 8.
Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana: Horizon 19
E. Fernado M. Manullang, Menggapai Hukum
Baru Pasca Reformasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta:
Berkeadilan, Kompas, Jakarta, 2001, hlm.100
2011, Hlm. 163. 20
15 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom,
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Dan Realita, Raja
Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm.13
Persada, Jakarta: 2013, Hlm. 5. 21
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,
16
Ibid, hlm. 8. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm.7
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 5
a. Penegakan Hukum adalah hubungan nilai- pelaku tindak pidana penjual bahan bakar
nilai yang terjabarkan di dalam kaidah- mnyak eceran di Kota Pekanbaru.
kaidah yang mantap dan mengejawantah
dan sikap tindak sebagai rangkaian 2. Lokasi Penelitian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk Peneliti melakukan penelitian
menciptakan, memelihara, dan dibeberapa kecamatan yang ada dikota
mempertahankan kedamaian pergaulan Pekanbaru. Alasan peneliti melakukan
hidup.22 penelitian di lokasi tersebut dikarenakan
b. Bahan Bakar Minyak adalah salah satu banyak ditemui penjual bahan bakar minyak
unsur viral yang diperlukan dalam eceran tanpa izin.
pelayanan kebutuhan masyarakat umum
baik di negara negara miskin, negara 3. Populasi dan sampel
negara berkembang, maupun di negara a. Populasi
negara yang telah berstatus negara maju Populasi Populasi adalah keseluruhan
sekalipun.23 atau himpuan objek dengan ciri yang
c. Kajian adalah proses atau cara dan sama. Populasi adalah keseluruhan pihak
penelaahan untuk meneliti gejala sosial yang berkaitan dengan masalah yang
dengan menganalisis suatu kasus secara diteliti dalam penelitian ini. Adapun yang
mendalam dan utuh. menjadi populasi dalam penelitian ini
d. Penyalahgunaan adalah pemanfaatan adalah sebagai berikut:
kegunaan diluar yang dimaksudkan.24 1) Kasat Reskrim Kepolisian Resort
e. Usaha hilir menurut Undang-Undang Kota Pekanbaru
Nomor 22 Tahun 2001 adalah kegiatan 2) Pedagang Bahan Bakar Minyak
usaha yang berintikan atau bertumpu pada Eceran yang tidak berjarak 5
kegiatan usaha pengelolaan, Kilometer dari SPBU di Wilayah
pengangkutan, Minyak dan Gas Bumi Kota Pekanbaru
adalah penyimpanan dan/atau niaga.25 b. Sampel
f. Tanpa izin adalah ilegal atau tidak ilegal, Untuk mempermudah penulis dalam
tidak menurut hukum, tidak sah.26 melakukan penelitian maka penulis
menentukan sampel, dimana sampel
F. Metode Penelitian merupakan himpunan atau sebagian populasi
1. Jenis Penelitian yang dijadikan objek penelitian yang
Penelitian ini adalah penelitian hukum dianggap dapat mewakili keseluruhan
yuridis sosiologis.27 Yaitu sebagai usaha populasi.28 Metode yang dipakai adalah
melihat pengaruh berlakunya hukum positif Metode Purposive yang merupakan suatu
terhadap kehidupan masyarakat. Sedangkan cara pengambilan data terlebih dahulu
dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat menentukan kriteria tertentu oleh peneliti,
deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan yaitu sebagai berikut:
gambaran secara jelas dan juga terperinci
mengenai permasalahan yang diteliti oleh Tabel I.2
peneliti, yakni penegakan hukum terhadap Populasi dan Sampel

No Jenis Populasi Sampel Persentase


22
. Populasi
Soejono Soekanto, Faktor-Faktor yang
1 Kasat 1 1 100%
Mempengharui Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, 2014,
hlm.5 Reskrim
23
Rudi M Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Kepolisian
Djambaran, Jakarta, 2000, hlm. 1 Resort Kota
24
Pusat Bahasa – Depdiknas RI, Kamus Besar Indonesia, Pekanbaru
Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai
Pendidikan Pustaka, Jakarta, 2001.
25
Ibid. hlm.5
26
Pusat Bahasa – Depdiknas RI, Loc.cit.
27 28
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT.
Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 15. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1996, hlm. 121
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 6
2 Penjual 280 28 10% Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan
Bahan Usaha Pengangkutan Gas Bumi
Bakar Melalui Pipa;
Minyak d. Peraturan Pemerintah Nomor 36
Eceran Tahun 2004 tentang Kegiatan
yang tidak Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
berjarak 5 e. Keputusan Presiden Nomor 86
KM di Tahun 2002 tentang Pembentukan
beberapa Badan Pengatur Penyediaan dan
kecamatan Pendistribusian BBM Serta
kota Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas
Pekanbaru Bumi Melalui Pipa.
Jumlah 281 29 2) Bahan Hukum Sekunder
Merupakan semua publikasi tentang
Sumber Data : Dari Pengamatan Meliputi hukum yang bukan merupakan
Wawancara dan Penelitian Oleh Penulis. dokumen-dokumen resmi, melainkan
publikasi tentang hukum meliputi
Dari Pengamatan buku,
Meliputi Wawancar
30
4. Sumber Data dan jurnal hukum.
Berdasarkan metode penelitian 3) Bahan Hukum Tersier
sosiologis maka jenis data dalam penelitian Merupakan bahan hukum penunjang
ini adalah : yang pada dasarnya mencakup bahan-
a. Data primer bahan yang memberikan petunjuk
Data primer adalah data yang peneliti terhadap bahan hukum primer dan bahan
dapatkan atau peroleh secara langsung hukum sekunder, yang lebih dikenal
melalui responden dengan cara melakukan dengan nama bahan acuan bidang hukum
penelitian di lapangan mengenai hal-hal atau bahan rujukan bidang hukum.
yang bersangkutan dengan masalah yang Misalnya, kamus hukum dan internet.31
akan diteliti.
b. Data Sekunder 5. Teknik Pengumpulan Data
Dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu Dalam pengumpulan data untuk
bahan hukum primer, bahan hukum penelitian hukum normatif digunakan 2 metode
sekunder dan bahan hukum tersier.29 yaitu:
1) Bahan Hukum Primer a. Wawancara
Merupakan bahan hukum yang bersifat Wawancara (interview), merupakan
autoriatif artinya mempunyai otoritas. cara yang digunakan untuk memperoleh
Bahan-bahan hukum primer terdiri dari keterangan secara lisan guna mencapai
perundang-undangan, catatan-catatan tujuan tertentu.32 Dimana responden yang
resmi atau risalah dalam pembuatan ada dalam penelitian ini adalah :
perundang-undangan. Peraturan- a. Kasat Reskrim Kepolisian Resort Kota
peraturan tersebut dapat diuraikan Pekanbaru.
sebagai berikut: b. Penjual bahan bakar minyak eceran di
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 kota pekanbaru
amandemen keempat;
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 67
tahun 2002 tentang Badan Pengatur
Penyediaan dan Pendistribusian
30
Ibid.hlm.31
31
Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudjite, Penelitian
29 Hukum Normatife, Rajawali Pers, Jakarta; 2011, hlm. 57.
Amirudin dan Zainal Askin, Pengantar Metode
32
Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada Jakarta, 2004, Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka
hlm. 30. Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 95.
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 7
b. Observasi memelihara dan mempertahankan kedamaian
Observasi merupakan metode pergaulan hidup.37 Penegakan hukum pidana
pengumpulan data dengan cara mengamati adalah penerapan hukum pidana secara
secara langsung objek penelitian.33 konkrit oleh aparat penegak hukum. Di dalam
c. Kajian kepustakaan kaidah hukum pidana tercantum larangan-
Kajian kepustakaan adalah larangan untuk melakukan perbuatan-
kegiatan mengumpulkan dokumen- perbuatan tertentu.38 Dengan kata lain,
dokumen kepustakaan yang dapat penegakan hukum pidana merupakan
memberikan informasi atau pelaksaan dari peraturan-peraturan pidana.
keterangan yang dibutuhkan oleh Dengan demikian, penegakan hukum
peneliti.34 Yaitu peneliti mengambil merupakan suatu sistem yang menyangkut
kutipan dari buku bacaan, literatur, penyerasian antara nilai dengan kaidah serta
atau buku pendukung yang memilki prilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah
kaitan dengan permasalahan yang tersebut kemudian menjadi pedoman atau
akan diteliti. patokan bagi perilaku atau tindakan yang
dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku
6. Analisis Data atau sikap tindak itu bertujuan untuk
Data yang terkumpul dari studi menciptakan, memelihara, dan
kepustakaan selanjutnya diolah dengan cara mempertahankan kedamaian.
diseleksi, diklasifikasikan secara sistematis, logis, Penegakan hukum secara konkret
yuridis secara kualitatif. Dalam penelitian adalah berlakunya hukum positif dalam
normatif, pengolahan data hakikatnya kegiatan praktik sebagaimana seharusnya patut
untuk mengadakan sistematisasi terhadap nahan- dipatuhi. Hukum positif adalah hukum yang
bahan tertulis.35 Penulis mengumpulkan data ditetapkan oleh manusia.39 Oleh karena itu,
sekunder dianalisis secara deskriptif kualitatif memberikan keadilan dalam suatu perkara
yaitu metode analisis studi kepustakaan kedalam berarti memutuskan hukum in concreto dalam
bentuk penggambaran permasalahan dengan mempertahankan dan menjamin di taatinya
mengunakan teori-teori dan menguraikan dalam hukum materil dngan menggunakan cara
bentuk kalimat dan disimpulkan dengan metode procedural yang ditetapkan oleh hukum
deduktif, metode deduktif ialah cara berpikir formal.
yang menarik suatu kesimpulan dari suatu Menurut Satjipto Raharjo penegakan
pernyataan atau dalil yang bersifat umum hukum pada hakikatnya meruakan penegakan
menjadi suatu pernyataan yang bersifat khusus.36 ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan,
kebenaran, kemanfaatan sosial, dan
BAB II sebagainya, jadi penegakan hukum
TINJAUAN PUSTAKA merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide
dan konsep-konsep tdi menjadi suatu
A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan kenyataan dan untuk mewujudkannya bukan
Hukum hanya tugas penegak hukum tetapi menjadi
Menurut Soerjono Soekanto, tugas dari setiap orang.
penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nila-nilai yang B. Tinjauan Umum Tentang Bahan Bakar
terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan Minyak Bumi adalah Hasil proses
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
nilai tahap akhir, untuk menciptakan, tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa
cair atau padat, termasuk aspal, lilin, mineral
33
Suketi dan Galang Taufani, Metode Penelitian Hukum
37
(filsafat, teori, dan praktik), Raja Grafindo Persada, Jakarta, Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang
2018, hlm.223 Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
34
Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Raja 2014, hlm. 5
38
Grafindo Persada, Jakarta,2010, hlm. 95. Ibid, hlm 6
35 39
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Budiono Kusumohamidjojo, Teori Hukum Dilema
Press, Jakarta, 2010, hlm. 251. Antara Hukum dan Kekuasaan, Yrama Widya, Bandung,
36
Burhan Ashshafa, Op.Cit, hlm. 100. 2019, hlm 34
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 8
atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh 1. Bahan Bakar Minyak tertentu
dari proses penambangan, tetapi tidak Merupakan jenis Bahan Bakar
termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon Minyak yang terdiri atas minyak tanah
lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari (Kerosene) dan minyak Solar (Gas Oil)
kegiatan yang tidak berkaitan dengan yang diberikan subsidi oleh pemerintah
kegiatan usaha minyak dan gas bumi.40 Bahan untuk konsumen tertentu. Sasaran
Bakar Minyak adalah salah satu unsur vital konsumen pengguna Bahan Bakar
yang diperlukan dalam pelayanan kebutuhan Minyak Tertentu adalah rumah tangga,
masyarakat umum baik di negara-negara usaha mikro, usaha pertanian, usaha
miskin, negara-negara berkembang maupun perikanan, tranportasi dan pelayanan
di negara-negara yang telah berstatus negara umum.
maju sekalipun.41 Pemanfaatan Bahan Bakar Penyediaan dan pendistribusian bahan
Minyak (BBM), dewasa ini tidak saja bakar minyak tertentu diberikan kepada
berimplikasi pada kebijakan-kebijakan luar Badan Usaha yang telah memiliki Izin
negeri suatu negara yang berpengaruh Usaha Niaga Umum, fasilitas
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi penyimpanan dan fasilitas distribusi
negara itu sendiri, namun juga berdampak dengan Sistem Pendistribusian Tertutup.
secara global yang mengakibatkan 2. Bahan Bakar Minyak khusus penugasan
penderitaan umat manusia. Merupakan bahan bakar minyak
Undang-Undang Dasar Negara jenis bensin minimum 88 untuk
Republik Indonesia Tahun 1945 didistribusikan di wilayah penugasan dan
menempatkan pengelolaan Sumber Daya tidak diberikan subsidi oleh pemerintah.
Alam pada ketentuan Pasal 33. Berdasarkan Wilayah penugasan meliputi seluruh
ketentuan itu, dibentuklah Undang-Undang wilayah Indonesia kecuali di wilayah
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Gas Bumi. Undang-Undang ini menggantikan Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
Undang-Undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa
tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Timur, Provinsi Daerah Istimewa
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1962 Yogyakarta, dan Provinsi Bali.
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pemerintah menujuk badan usaha melalui
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun penugasan oleh badan pengatur dalam
1962 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak penyediaan dan pendistribusian, atas
Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri, dan volume kebutuhan tahunan jenis Bahan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 Bakar Minyak Tertentu dan Bahan Bakar
tentang Perusahaan Pertambangan Minyak Minyak Khusus Penugasan.
dan Gas Bumi Negara yang dinilai sudah 3. Bahan Bakar Minyak umum
tidak sesuai lagi dengan perkembangan usaha Merupakan seluruh jenis bahan bakar
pertambangan minyak dan gas bumi saat itu. minyak di luar jenis bahan bakar minyak
Sejak 2014, Pemerintah telah Tertentu dan jenis bahan bakar minyak
menglasifikasikan bahan bakar minyak khusus penugasan.
menjadi tiga jenis kategori, yaitu Bahan
Bakar Minyak tertentu, Bahan Bakar Minyak C. Tinjauan Umum Tentang Pemidanaan dan
khusus penugasan dan Bahan Bakar Minyak Pemidanaan Berbasis Kerugian Ekonomi
umum melalui Peraturan Presiden (Perpres) Tentang kaitan antara hukum dengan
Nomor 191 Tahun 2014 guna melakukan ekonomi, budaya berkaitan dengan nilai-nilai
penataan atas penyediaan, pendistribusian dan yang dianggap luhur dan mulia, dan oleh
harga jual eceran Bahan Bakar Minyak di karena itu mesti dipertahankan. Subsistem ini
Indonesia. Ketiga jenis Bahan Bakar Minyak berfungsi mempertahankan pola ideal dalam
secara rinci dijelaskan sebagai berikut: masyarakat. Hukum menunjukkan pada
aturan sebagai aturan main bersama. Fungsi
40
H.Salim HS, Hukum Pertambangan Indonesia, utama subsistem ini mengoordinasi dan
Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 278.
41
mengontrol segala penyimpangan agar sesuai
BPH Migas, Komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan aturan main. Politik bersangkut paut
Penerbit BPH Migas RI, Jakarta, 2005.
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 9
dengan kekuasaan dan kewenangan. Seiring perkembangannya, Payung
Tugasnya adalah pendayagunaan kekuasaan Sekaki atau Senapelan memegang peran
dan kewenangan untuk mencapai tujuan. penting dalam lalu lintas perdagangan. Letak
Adapun ekonomi menunjukkan pada sumber senapelan yang strategis dan kondisi Sungai
daya material yang dibutuhkan menopang Siak yang tenang dan dalam membuat
hidup sistem. Tugas susbsistem ekonomi perkampungan ini memgang posisin silang
adalah menjalankan fungsi adaptasi berupa balik dari pedalaman tapung maupun
kemampuan menguasai sarana-sarana dan pedalaman Minangkabau dan Kampar. Hal ini
fasilitas untuk kebutuhan sistem.42 juga merangsang berkembangnya sarana jalan
Hubungan antra ekonomi dan hukum darat melalui rute Teratak Buluh (Sungai
tidak hanya didukung teori-teori. Pandangan Kelulut), Tangkerang hingga ke Senapelan
Sociological Jurisprudence, bersama teori sebagai daerah yang srtategis dan menjadi
hukum sebagai alat rekayasa sosial, pintu gerbang perdagangan yang cukup
menekankan pentingnya pengetahuan akan penting.
logika atau nilai yang berlaku dalam Perkembangan Senapelan sangat erat
masyarakat dalam penerapan maupun dengan Kerajaan Siak Sri Indrapra. Semenjak
pembentukan sistem hukum. Tugas hukumlah Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di
untuk mengatur dan membuatnya lebih Senapelan, beliau membangun istana di
beradab dan menghormati sesama, Kampung Bukit dan diperkirakan istana
mengurangi konflik, dan hidup efisien. tersebut teletak disekitar lokasi Mesjid Raya
Dalam suatu masyarakat yang beradab sekarang.
orang harus mampu untuk membuat asumsi, Akhirnya pada tanggal 21 Rajab hari
bahwa orang-orang lain tidak akan melakukan Selasa Tahun 1204 H bersamaan dengan 23
serangan yang disengaja kepadanya. Harus Juni 1784 M menurut catatan yang dibuat oleh
bisa mengasumsikan bahwa mereke bisa Imam Suhil Siak, Senapelan yang kemudian
menguasai apa yang mereka dapat untuk lebih populer disebut Pekanbaru resmi didirkan
tujuan yang menguntungkan dan tentunya oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil
untuk pemanfaatan mereka sendiri, dan dapat Muaznya dibawah Pemerintahan Sultan Yahya
mengasumsikan, bahwa orang-orang yang yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi
mengadakan hubungan dengan kita dalam Kota Pekanbaru.
lalu lintas sosial akan bertindak dengan itikad Kota pekanbaru adalah ibukota
baik karenanya: Provinsi Riau yang telah berkembang dengan
1. Memenuhi apa yang diharapkan dari pesat seiring dengan kemajuan pembangunan
mereka. dewasa ini. Dengan dibentuknya peraturan
2. Melakukan usaha-usahanya sesuai Daerah Kota Pekanbar Nomor 03 Tahun 2003
dengan yang diharapkan dan dengan tentang Pembentukan Kecamatan Marpoyan
sentimen masyarakat. Damai, Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan
3. Memperbaiki kembali apa yang tidak Payung Sekak, Kecamatan Rumbai Pesisir,
semestinya diterima. wilayah Kota Pekanbaru yang terdiri dari 12
Kecamatan, yaitu:
BAB III 1) Kecamatan Pekanbaru Kota
TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2) Kecamatan Senapelan
3) Kecamatan Sukajadi
Gambaran Umum Kota Pekanbaru
4) Kecamatan Tampan
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal
5) Kecamatan Marpoyan Damai
dengan nama Senapelan yang saat itu dipimpin
6) Kecamatan Bukit Raya
oleh seorang Kepala Suku yang disebut Batin.
7) Kecamatan Tenayan Raya
Daerah ini terus berkembang menjadi kawasan
8) Kecamatan Lima Puluh
pemukiman baru dan seiring waktu berubah
9) Kecamatan Rumbai
menjadi Dusun Payung Sekaki yang terletak di
10) Kecamatan Rumbai Pesisir
muara Sungai Siak.
11) Kecamatan Payung Sekaki
42
12) Kecamatan sail.
T.J Gunawan, Konsep pemidanaan Berbasis nilia
Kerugian Ekonomi, Kencana, Jakarta, 2018, hlm17
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 10
Setiap kecamatan yang ada di Kota tidak mempunyai kesadaran hukum untuk ikut
Pekanbaru Tersebut memiliki beberapa serta dalam menjalankan aturan, masyarakat
Kelurahan dari Setiap Kecamatan. Di lebih sering beranggapan bahwa penegakan
Kecamatan Bukit Raya terdiri dari 5 Kelurahan hukum hanyalah tuagas dan wewenang
atau desa, Kecamatan Lima Puluh terdiri dari 4 kepolisian semata.
Kelurahan atau Desa, Kecamatan Marpoyan Dalam hal ini dilihat dari segi
Damai terdiri dari 6 Kelurahan atau Desa, penegakan hukumnya yang belum terlaksana
Kecamatan Payung Sekaki terdiri dari 7 ada beberapa faktor yang menyebabkan
Kelurahan atau Desa, Kecamatan Pekanbaru terhambat nya proses penegakan hukum
Kota terdiri dari 6 Kleurahan atau Desa, tersebut salah satunya pihak penegak hukum
Kecamatan Rumbai terdiri dari 9 Kleurahan itu sendiri. sesuai dengan penjelasan Bapak
atau Desa, Kecamatan Rumbai Pesisir terdiri Kasat Reskrim Kepolisian Resort Kota
dari 8 Keluraha atau Desa, Kecamatan Sail Pekanbaru mengatakan bahwa, Dalam proses
terdiri dari 3 Kelurahan atau Desa, Kecamatan penegakan hukum untuk masyarakat kecil
Senapelan terdiri dari 6 Kelurahan atau Desa, dengan usaha kecil dan modal minim tersebut
Kecamatan Sukajadi terdiri dari 7 Kelurahan mereka merasa kasihan karena penjual hanya
atau Desa, Kecamatan Tampan terdiri dari 9 bermaksud menjual bahan bakar minyak untuk
Kelurahan atau Desa, Kecamatan Tenayan menambah kebutuhan perekonomian si penjual,
Raya terdiri dari 13 Kelurahan atau Desa.43 Dan juga jumlah bahan bakar minyak yang
mereka perjual-belikan pasti hanya sedikit.45
BAB IV Penulis menarik kesimpulan bahwa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pihak penegak hukum memiliki rasa empati
dan toleransi terhadap pengusaha kecil yang
A. Pelaksanaan Penegakahan Hukum Tehadap menjual bahan bakar minyak eceran karena
Penjual Bahan Bakar minyak Eceran menyangkut perekonomian masyarakat
Penegakan Hukum terhadap penjual tersebut. Namun tentunya aturan tetap lah
bahan bakar minyak eceran di Wilayah Kota aturan yang harus dilaksanakan dan di taati
Pekanbaru sampai dengan saat ini belum oleh setiap anggota masyarakat. Jika
berjalan sesuai dengan aturan yang telah dibuat menambah perekonomian dijadikan alasan
oleh Pemerintah, penegakan hukum pada melanggar suatu aturan apakah guna atau
umumnya bukan hanya menjadi tugas dari manfaat dibuat nya aturan tersebut. Jika kita
kepolisian. Namun untuk melaksanakan lihat dari teori relatif tujan pemidanaan ialah
penertiban terhadap penjual bahan bakar salah satunya untuk meberikan efek jerah
minyak yang tidak memiliki izin usaha dari kepada pelaku tindak pidana. Akan tetapi jika
pemerintah sudah pasti menjadi tugas dari penjualan bahan bakar minyak tanpa izin
aparat penegak hukum. dibiarkan secara terus menerus bukankah akan
Penegakan hukum sudah menjadi ada kehawatiran semakin bertambahnya
tugas, wewenang, tanggung jawab seluruh masyarakat yeng ikut melakukan suatu
komponen bangsa mulai dari masyarakat, kejahatan terhadap kepentingan umum, dan
kepolisian, kejaksaan, peradilan dan lembaga- semakin banyak nya masyarakat yang tidak
lembaga advokasi.44 Seluruh masyarakat memiliki kesadaran hukum. Apabila suatu
indonesia mendambakan terwujud nya keadilan perbuatan pidana yang sudah diatur dialam
dan kemakmuran masyarakat di Indonesia sebuah undang-undnag yang mengarturnya
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang tidak dilaksanakan penegak hukum maka ini
Dasar 1945 maka penegakan hukum yang adil tentu bertentangan dengan asas legalitas yaitu
dan menjamin kepastian hukum harus asas yang menentukan bahwa tidak ada suatu
dilakukan dan tidak boleh tidak diwujudkan. perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
Namun pada kenyataan nya masyarakat sendiri dipidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu
dalam perundang-undangan.46 Kenapa penulis
43
Pelayanan Terpadu (Pelayanan dan Perizinan) Kantor mengatakan bertentangan karena dalam kasus
Walikota Pekanbaru.
44 45
Laurensia Arliman S, Penegakan Hukum dan Hasil Wawancara Penulis Dengan Kasat Reskrim
Kesadaran Masyarakat, Deepublish, yogyakarta, 2008, hlm. Kepolisian Resort Kota Pekanbaru.
46
12 Moeljatno, Op.cit, hlm. 25
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 11
penjualan bahan bakar minyak eceran ini sudah yang diberikan kepadanya akibat perbuatan
ada aturan yang mengatur masalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dan guna
tersebut dan banyak dalam praktiknya untuk memperbaiki pribadi pelaku agar
masyarakat yang melanggar dari aturan mendapatkan kesdaran hukum. Jika dilihat dari
tersebut dengan nekat berjualan bahan bakar teori tujuan tersebut maka berkaitan dengan
minyak tanpa ada nya izin dari pemerintah teori gabungan yaitu untuk melakkan
tetapi tidak ada proses pengakan hukum yang pencegahan terhadap pelanggaran perturan baik
dilakukan oleh kepolisian kota Pekanbaru. secara umum atau khusus untuk melindungi
Jika alasan penegak hukum adanya masyarakat dan memelihara solidaritas
sifat empati dan toleransi tentu ada cara lain masyarakat dari perbuatan melawan hukum.
untuk menegakkan hukum tanpa melakukan Faktoor-faktor penghambat yang
penangkapan secara langsung. Maka pihak ditemukan dilapangan adalah, faktor regulasi,
penegak hukum dapat melakukan upaya penegakan hukum, sarana dan fasilitas,
preventif sesuai dengan teori penegakan hukum masyarakat, serta faktor budaya.
yang dimana upaya preventif adalah upaya
yang dilakukan untuk menjaga kemungkinan B. Alasan Masyarakat Melakukan Niaga
akan terjadinya tindak pidana. Tentu upaya ini Bahan Bakar Minyak Tanpa Izin di Kota
bukan hanya menjadi tugas kepolisian Pekanbaru
melainkan juga menjadi tuga aparat pembuat Sebelum memperoleh izin, seharusnya
hukum (aparat legislasif) yaitu misalnya saja penjual terlebih dahulu harus memenuhi syarat
dengan cara sosialisasi kepada para penjual dan sebagai berikut:
menjelaskan seluruh aturan dan tata cara 1. Anggota dan/atau perwakilan masyarakat
penjualan yang diatur dalam undang-undang. yang akan menjadi Sub penyalur memiliki
atau dengan memberikan sanksi administrasi kegiatan usaha berupa usaha dagang
terlebih dahulu sanksi administrarif tersebut dan/atau unit usaha yang dikelola oleh
yaitu Pemerintah dapat menyampaikan teguran badan usaha milik desa.
tertulis, menangguhkan kegiatan, membekukan 2. Lokasi pendirian Sub penyalur memenuhi
kegiatan, atau mencabut Izin Usaha yang telah standar keselamatan kerja dan lindungan
diperoleh oleh Badan Usaha dengan alasanse lingkungan sesuai ketentuan peraturan
bagai berikut : perundang-undangan.
1. Pelanggaran terhadap salah satu 3. Memiliki sarana penyimpanan dengan
persyaratan yang tercantum dalam Izin kapasitas paling banyak 3.000 liter dan
Usaha; memenuhi persyaratan teknis keselamatan
2. Pengulangan pelanggaran atas persyaratan kerja sesuai ketentuan peraturan
Izin Usaha; perundang-undangan.
3. Tidak memenuhi persyaratan yang 4. Memiliki atau menguasai alat angkut BBM
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang memenuhi standar pengangkutan
Minyak dan gas Bumi. BBM sesuai ketentuan peraturan
Untuk menertibkan masyarakat sesuai perundang-undangan.
dengan aturan yang sudah ada tidak harus 5. Memiliki peralatan penyaluran yang
semata-mata dengan melakukan penangkapan memenuhi persyaratan teknis dan
atau penahanan secara langsung, namun dapat keselamatan kerja sesuai ketentuan
dilakukan terlebih dahulu dengan memberikan peraturan perundnag-undangan.
teguran terhadap penjual bahan bakar minyak 6. Memiliki izin lokasi darin pemerintah
sesuai dengan sanksi administratif diatas dan daerah setempat untuk dibangun fasilitas
dapat juga dilakukan dengan cara sosialisasi sub penyalur.
mengenai aturan yang ada. 7. Lokasi yang akan dibangun sarana sub
Tujuan dari proses penegakan hukum penyalur secara umum berjarak minimal 5
terhadap penjual bahan bakar minyak eceran (lima) KM dari lokasi stasiun pengisian
dapat dilihat juga dari tujuan teori pemidanaan bahan bakar minyak umum (SPBU).
yaitu untuk memberikan efek jerah kepada para Namun dalam kenyataan nya baik
pelaku tindak pidana dan juga untuk menakut- persyaratan diatas maupun Undang-Undang
nakuti para pelaku tindak pidana akan sanksi yang melarang niaga bahan bakar minyak tanpa

JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 12


izin tidak diketahui oleh masyarakat Kota mereka jual penjual langsung mengatakan
Pekanbaru. Dilihat dari hasil penelitian yang bahwa mereka mendapatkan bahan bakar
dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa minyak tersebut dengan cara langsung membeli
masyarakat kota Pekanbaru yang malakukan ke Stasiun Pengisian Bahan bakar minyak
jual-beli bahan bakar minyak. Kebanyakan dari untuk Umum yang selanjutnya disingkat
mereka mengatakan bahwa tidak mengetahui dengan (SPBU) dengan membawa jerigen
ada nya aturan mengenai penjual bahan bakar sebagai tempat penyimpanan bahan bakar
minyak. Dan ketika penulis menyampaikan minyak tersebut tanpa memiliki surat izin
adanya aturan tersebut sebagian dari pihak pembelian. Yang dimana seharusnya setiap
penjual merasa tidak terima akan ada nya pembelian bahan bakar minyak yang
aturan tersenbut. Karena mereke beranggapan menggunakan jerigen ke tempat pengisian
mereka menjual bahan bakar minyak unruk bahan bakar minyak SPBU harus memiliki
membantu perekenomian mereka. surat izin dari pemerintah daerah.
Ketika penulis menanyakan apa yang
Tabel I.3 menjadi alasan masyarakat menjual bahan
Hasil Wawancara dengan Penjual BBM bakar minyak, mereka menjawab semata-mata
Eceran untuk menambah kebutuhan perekonomian
mereka, Memang jika dilihat tujuan dari
Penjual
N Yang Tidak undang-undang nomor 22 tahun 2001 salah
No Bahan Bakar Mengetahui Mengetahui satunya ialah untuk menumbuh kembangkan
Minyak Aturan Aturan perekenomian masyarakat, tetapi dengan syarat
Eceran di dan ketentuan yang sudah ditetapkan di dalam
Kota undang-undang tersebut. Kemudian penjual
Pekanbaru juga mengatakan alasan lainnya ialah untuk
Dari128 2 orang 26 orang membantu masyarakta lain yang kemungkinan
Penjual kehabisan bahan bakar minyak di perjalanan
berdasarkan yang jauh dari SPBU. Akan tetapi dalam
sampel kenyataan nya banyak masyarakat kota
penulis. Pekanbaru yang menjual bahan bakar minyak
Jumlah 2 26 yang dekat dengan SPBU bahkan belum
mencapai jarak 5Km sesuai aturan yang dibuat
Sumber data : Hasil wawancara yang oleh pemerintah. Kemudian untuk masalah
dilakukan oleh Penulis dengan Penjual bahan mengenai untung yang di dapatkan oleh
bakar minyak eceran di Kota Pekanbaru. penjual dari hasil penjualan bahan bakar
minyak tersebut ialah penjual sesuai dengan
Dari data diatas penjual yang mengaku jenis bahan bakar minyaknya. Jenis premium
mengetahui adanya aturan mengenai larangan mereka mendapatkan Rp. 3.000,00 per
terhadap penjualan bahan bakar minyak eceran Liternya, sementara jenis pertalite Rp. 2.300,00
tersebut ada dua penjual dari dua puluh enam per Liternya dari harga yang sudah ditetapkan
orang yang dijadikan sampel oleh penulis yaitu oleh pemerintah, dengan kata lain penjual
ibuk Wahyuni dan ibuk Rani mereka berjualan menjual bahan bakar minyak eceran dalam
bahan bakar minyak eceran diwilayah Kota jenis apapun dengan harga Rp. 10.000,00 per
Pekanbaru. Merake menyatakan bahwa mereka Liternya. Mengenai permasalahan apa yang
hanya mengetahui penjualan bahan bakar menjadi alasan penjual untuk tidak
minyak itu tidak perbolehkan atau dilarang mendaftarkan izin usahnya agar tidak
karena pernah membaca di sebuah artikel di dianggap melakukan pelanggaran terhadap
internet tapi masalah dimana diaturnya atau peraturan, penjual menjawab untuk
undang-undang nya penjual bahan bakar mendapatkan izin usaha dari pemerinah
minyak eceran tersebut menjawab tidak tahu membutuhkan proses yang panjang belum lagi
aturan pastinya, itu artinya masih kurang nya waktu yang mereka hawatirkan lama dan juga
kesadaran hukum dari masyarakat.
Ketika penulis menanyakan dari mana
penjual mendapatkan bahan bakar minyak yang

JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 13


mengeluarkan biaya untuk pembuatan izin B. Saran
usaha.47 1. Untuk melaksanakan penegakan hukum
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap penjual bahan bakar minyak
penulis yang menjadi alasan masyarakat sebaiknya para pihak penegak hukum
melakukan perniagaan bahan bakar minyak terlebih dahulu menumbuhkan
semata-mata hanya untuk menambahn kesadaran hukum bagi masyarakat
kebutuhan ekonomi tanpa adanya pengetahuan dengan melakukan sosialisasi langsung
mengenai suatu aturan tentang penjualan bahan kepeda penjual eceran bahwa adanya
bakar minyak, tentu hal ini disebakan kurang aturan mengenai penjualan bahan
nya kesadaran hukum bagi penjual bahan bakar minyak dan agar masyarakat
minyak untuk melaksanakan dan mentaati mengetahui apa yang boleh mereka jual
aturan yang ada, dan juga tidak adanya dan bagaimana tata cara yang benar
sosialisai dari pemerintah terhadap masyarakat untuk melakukan jual-beli bahan bakar
mengeani larangan melakukan penjualan bahan minyak sesuai dengan peraturan
bakar minyak eceran tanpa izin. pemerintah. Dan setelah pelaksanaan
sosialisai berlangsung pihak penegak
BAB IV hukum juga sebaiknya mengajak
PENUTUP penjual mendaftarkan izin usaha,
kemudian proses pengurusan izin usaha
A. Kesimpulan dilaksanakan tanpa mempersulit pnjual.
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 2. Apabila pihak penegak hukum telah
Tentang Minyak dan Gas mengeluarkan melakukan sosialisasi langsung kepada
aturan mengenai perniagaan atau penjual bahan bakar minyak eceran dan
kegiatan jual-beli bahan bakar minyak. mampu menumbuhkan kesadaran
Yang dimana penjualan bahan bakar hukum para penjual maka sebaiknya
minyak secara eceran dilarang oleh penjual bahan bakar minyak tersebut
pemerintah berdasarkan Pasal 53 membantu pemerintah dalam mentaati
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 peraturan yang ada. Segera
tentang Minyak dan Gas Bumi dan mendaftarkan izin usaha untuk apat
penjualan bahan bakar minyak yang di melaksanakan jual-beli bahan bakar
subsidi pemerintah diatur dalam Pasal minyak secara legal.
55 Undang-Undang Migas tersebut.
Namun penegakan hukum dari adanya DAFTAR PUSTAKA
aturan tersebut belum berjalan karena
adanya rasa empati dan toleransi pihak A. BUKU
penegak hukum terhadap penjual bahan Al, Wisnubroto, 2005, Pembaharuan
bakar minyak eceran. Hukum Acara Pidana, Citra Aditya
2. Alasan masyarakat melakukan jual-beli Bakti, Bandung.
bahan bakar minyak eceran semata- Arliman S Laurensia , 2008, Penegakan
mata hanya untuk menambah kebutuhan Hukum dan Kesadaran Masyarakat,
ekonomi mereka, dan juga membantu Deepublish,yogyakarta.
masyarakat lain yang mengalami Attamimi S, 2007, Ilmu Perundang-
kehabisan bahan bakar minyak di Undangan Jenis Fungsi dan Materi
perjalanan. Kurangnya kesadaran Muatan, Kanisius, Yogyakarta.
hukum bagi penjual bahan bakar BPH Migas, 2005, Komoditas Bahan Bakar
minyak membuat penjual tidak Minyak (BBM), PBPH Migas RI, Jakarta.
mengetahui keberadaan aturan Undang- Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 1995,
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia
Minyak dan Gas Bumi. Pustaka Utama, Jakarta
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris
Gultom, 2008, Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan Dan Realita, Raja
47
Hasil Wawancara Penulis dengan Penjual Bahan Bakar Grafindo Persada, Jakarta.
Minyak di Kota Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 14
Effendi Erdianto, 2011, Hukum Pidana B. Jurnal
Indonesia - Suatu Pengantar,PT Refika Erdianto Effendi, 2012 Penyelesaian Tindak
Aditama, Bandung. Pidana yang terjadi di atas Tanah Sengketa
Fuady Munir, 2007, Dinamika Teori , Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor. Universitas Riau, Volume 3 No. 1, 25 Mei
Friedman W, 1994, Teori dan Filsafat Beatrice Krebs, 2017, “Hong Kong Special
Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Administrative Region v Chan Kam Shing
Faal M, 1991, Penyaringan Perkara Pidana [2016] HKCFA 87 (CFA (HK))”. Journal
Oleh Polisi (Deskresi Kepolisian), Pt of Criminal Law, Hong kong.
Pradya Paramita, Jakarta. Samuel James Johnson, 2015 “Supreme
Ilyas Amir, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Court of the United States: Judgment and
Rangkang Education, Yogyakarta. Sentence”, Journal Constitutional Law.
Koesnoen R.A., 2007, Pengantar Tentang Rudi Hartono, 2017 ,“Tinjauan Yuridis
Kriminologi, Grasindo, Jakarta. Terhadap Sanksi Pidana Kebiri Dalam
Kusumohamidjojo Budiono, 2019, Teori Perkara Tindak Pidana Pedofilia”,
Hukum Dilema antara Hukum Dan Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Kekuasaan, Yrama Widya, Bandung Riau, Pekanbaru,
Lubis M Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Erdianto Effendi, 2014, “Meninjau Kembali
Penelitian, Manda Maju, Bandung. Kebijakan Pemidanaan Pelaku Tindak
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Pidana Korupsi”,Jurnal Ilmu Hukum,
Teori-teori Kebijakan Pidana, Alumni, Volume 4, Nomor 2, Februari-Juli.
Bandung. Mardjono Reksodipuro, 1997, Kriminologi
Purnomo, Bambang, 1988, Orientasi Hukum dan Sistem Peradilan Pidana Kumpulan
Acara Pidana Indonesia, Amarta Buku, Karangan Buku Kedua, Pusat Pelayanan
Yogyakarta. Keadilan dan Pengabdian Hukum
Raharjo Satjipto, 2009, Penegakan Hukum, Lembaga Kriminologi, Skripsi,
Genta Publishing, Yogyakarta. Universitas Indonesia, Jakarta.
Rahardjo Satjipto, 1993, Masalah Penegakan
Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis. Sinar C. PeraturanPerundang – Undangan
Baru, Bandung. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001
Rahardjo Satjipto, 2012, Ilmu Hukum, Citra tentang Minyak dan Gas Bumi.
Aditya Sakti, Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
Salim.HS, 2012, Perkembangan Teori Dalam
Ilmu Hukum.Rajawali Pers, Jakarta. 2004 tentang Kegiatan Usaha Hlir
Salim Hs, 2012, Hukum Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Salim HS Dan Nurbani septiana, 2017, Gas Bumi Nomor 06 Tahun 2015 tentang
Penerapan Teori Hukum, Rajawali Pers, penyaluran jenis bahan bakar minyak
Jakarta. tertentu dan jenis bahan bakar khusus
Sulistia Teguh Dan Aria Zurnetti, 2011,
penugasan pada daerah yang belum
Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca
Soekanto Soerjono, 2013, Penegakan terdapat penyalur.
Hukum dan Kesadaran Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta. D. Website
Soekanto, Soerjono Dan Sri Mamudjite, Ratna Dewi, Perbaikan Administrasi Dalam
2011, Penelitian Hukum Normatife, Izin Usaha Pengangkutan
Rajawali Pers, Jakarta http://mangkuprawiro.com/2012/05Perba
Soekanto Soerjono, 2010, Pengantar ikan-adminsitrasi-dalam-izin-usaha.html
Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. diakses pada tanggal 13 november 2018
Warpani Suwarjoko, 1990, Merencanakan
Sistem Pengangkutan, Itb, Bandung. pukul 22.12 wib
Waluyo, Bambang,2002,Penelitian Hukum
Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Volume VI No. 2 Juli – Desember 2019 Page 15

You might also like