You are on page 1of 17

TINDAKAN SEKSIO SESARIA DANKEJADIAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN)Juwita

Dwijayanti1, Sumarah2,Yuliasti Eka Purnamaningrum31. Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Yogyakarta, Jl. Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta55143,
email:Juwita_dj@yahoo.com2. Email: smh_kia@yahoo.comJurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, Jl. Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143. 3.Email:
Yuliasti.Eka.Purnamaningrum@gmail.comJurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.
Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143.ABSTRACTBusiness of the millennium development goals
(MDGs) one of them is to reducing infant mortality rate ( AKB) to 23 per 1,000 of live births inthe
year 2015. The babies in Indonesia hopely can birth safe and healthy, living one through childbirth
operation seksio sesaria. Seksio sesaria is one factor cause of the accident transient tachypnea
of the newborn (TTN). The purposeto know the relation of the act of seksio sesaria against
the incident transient tachypnea of the newborn (TTN) in rsud wates 2013. A method of
observational analytic, research design kohort prospective. The location of research in rsud
wates. The sample with purposive of sampling. Respondent a new baby born with the act of
seksio sesaria and born spontaneous. Time research the 29th juli-16 august 2013. The number of
subjects according to criteria as many as 40 the subjects. Divided into two groups, namely the
group exposure to (birth with sectio secarea) and a group not exposed to (birth with
normaly)each as much as 20 the subjects. Test hypotheses using chi-square. A kind of scale nominal.
Result: there are relations between the act of sectioio secarea against the incident transient
tachypnea of the newborn (TTN) with p-value 0,00, and coefficients contingency 0,646 category level
is strong, and known the act of seksio sesaria risky 3,2 times to the occurrence of TTN compared
with the birth of spontaneous. Conclusions: there is a relationship the act of seksio sesaria against
the incident transient tachypnea of the newborn (TTN) and birth in sectio secarea risky 3,2 times to
the occurrence of TTN.Keyword: Seksio Sesaria, Transient Tachypnea of the Newborn
(TTN)INTISARIUsaha Millenium Development Goals (MDGs) salah satunya adalah untuk menekan
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015,
dimanadiharapkan persalinan di Indonesia dapat berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan
hidup sehat salah satunya melalui persalinan operasi seksio sesaria.Seksio sesaria merupakan
salah satu faktor penyebab kejadian Transient Tachypnea of the Newborn (TTN).Tujuan Untuk
mengetahui hubungan tindakan seksio sesaria terhadap kejadian Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN) di RSUD Wates Tahun 2013. Metode penelitian observasional analitik, desain
kohort prospektif. Lokasi Penelitian di RSUD Wates. Pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Subyek penelitian bayi baru lahir dengan tindakan seksio sesaria dan lahir spontan. Waktu
penelitian tanggal 29 Juli-16 Agustus 2013. Jumlah subyek sesuai kriteria sebanyak 40 subyek.
Dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok terpapar (kelahiran dengan SC) dan kelompok
tidak terpapar (kelahiran spontan) masing-masing sebanyak 20 subyek. Uji hipotesis
menggunakan Chi-square. Jenis skala nominal. Hasil: Terdapat hubungan antara tindakan seksio
sesaria dengankejadian Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) dengan p-value0,000, dan
koefisien kontingensi 0,646 kategori tingkat keeratan kuat, serta diketahui tindakan seksio
sesaria berisiko 3,2 kali untuk terjadinya TTN dibandingkan dengan kelahiran spontan.
Kesimpulan: Ada hubungan tindakan seksio sesaria terhadap kejadian Transient Tachypnea of
the Newborn (TTN) dan kelahiran secara SC berisiko 3,2 kali untuk terjadinya TTN.Kata Kunci:
Seksio Sesaria, Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
55PENDAHULUANPersalinan merupakan kejadian fisiologisyang dialami oleh seorang ibu berupa
pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar1.Usaha
mencapai sasaran Millenium Development Goals(MDGs), salah satunya Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, dimana diharapkan kehamilan dan persalinan
di Indonesia dapat berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat salah satunya
melalui persalinan operasi sectio caesarea2.Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkanjanin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu
histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan
baik pada ibu maupun pada bayi1.Seorang bayi lahir dengan kelahiran seksio sesaria berisiko
memiliki cairan paru yang berlebihan sebab mereka kehilangan kesempatan untuk
mengeluarkan cairan paru mereka seperti pada proses persalinan per vaginam, bayi mengalami
kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Bayi mengalami pernapasan yang cepat dan butuh
usaha tambahan dari normal karena kondisi di paru-paru yang disebut Transient Tachypnea of the
Newborn(TTN)3.Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi DIY angka kematian bayi baru lahir yang
mengalami peningkatan tahun 2011 adalahdi Kulon Progo, dimana angka yang didapat yaitu
angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Kulon Progo tahun 2010-2011 menunjukkan
kecenderungan mengalami peningkatan dari 9.8/1.000 kelahiran hidup, naik menjadi
12,8/1.000 kelahiran hidup, meskipun angka ini masih dibawah angka nasional. Dari laporan audit
diketahui bahwa penyebab utama pada kematian bayi yang terbanyak terjadi adalah karena
Asfiksia yaitu sebanyak 31,51%. Sedangkan kejadian yang paling dekat dengan dengan TTN
adalah asfiksia. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir salah satunya adalah sistem pernafasan.
Berdasarkan observasi peneliti dengan bantuan beberapa tim pada bayi baru lahir dengan
mengobservasi beberapa saat setelah lahir sampai 24 jam setelah kelahiran diketahui bahwa
pada kelahiran seksio sesaria ditemukan 18 dari 20 subyek mengalami kejadian TTN.METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitikdesain kohort prospektif. Variabel
dalam penelitian ini adalah: variabel independenyaitu tindakan seksio sesaria, skala data
nominal. Variabel dependen yaitu kejadian TTN, skala data nominal.Penelitian ini dilakukan di
ruang NICU dan ruang bersalin RSUD Wates antara tanggal 29 Juli sampai 16 Agustus 2013.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive samplingdengan sampel 40.Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data hasil observasi pengamatan
pernafasan bayi baru lahir sampai 24 jam setelah kelahiran.Teknik pengolahan data dilakukan
dengan editing, coding, recoding, entry datatabulatingdata. Kemudian dilakukan dua analisis, yaitu
analisis univariat untuk mengetahui karakteristik setiap subyek, analisis bivariat untuk
mengetahui hubungan antara variabel tindakan seksio sesaria dan variabel kejadian TTN. Jika
nilai p-value < 0,05 maka ada hubungan antara tindakan seksio sesaria dengan kejadian TTN. Selain
itu dilakukan analisis koefisien kontingensi untuk mengetahui keeratan hubungan kedua
variabel. Setelah itu dilakukan penghitungan risiko relatif untuk mengetahui besarnya risiko
terhadap efek.HASILPenelitian ini dilakukan di ruang NICU dan ruang bersalin RSUD Wates pada
tanggal 29 Juli sampai 16 Agustus 2013 hingga memperoleh 40 subyek penelitian. Subyek
penelitian ini adalah bayi baru lahir dengan kelahiran secara seksio sesaria dan lahir secara spontan
di RSUD Wates.Hasil penelitian dapat peneliti sajikan dalam tabel sebagai berikut:

56Tabel 1.Distribusi Frekuensi subyek berdasarkan kejadian TTNdi RSUD Wates tahun 2013.Tabel
1menunjukkanmayoritas bayi baru lahir di RSUD Wates tidak mengalami TTN sebesar 21 atau
52,5%.Tabel 2.Hubungan tindakan seksio sesaria dengan kejadian TTN di Ruang NICU RSUD Wates
Kulon Progo tahun 2013.KelahiranTTTTN %TTTidak %TTNTotalpCRRSCSpontan18 901 52
1019 9520200,000,6483,219Total192140Tabel 2menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna secara statistik antara tindakan seksio sesaria dengan kejadian TTN, dengan keeratan
hubungan yang kuat, dan bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria terjadi resiko 3,2 kali
untuk menderitaTTN dibandingkan dengan kelahiran secara spontan.PEMBAHASANKejadian TTN di
RSUD Wates salah satunya dikarenakan oleh tindakan seksio sesaria sebabbayi lahir dengan
kelahiran seksio sesaria berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan sebab mereka kehilangan
kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka. Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per
vaginam mengalami kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
cairan paru keluar. Kesempatan ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan secara operasi
sesar4. Bayi yang dilahirkan dengan Seksio sesaria mengalami risiko retensi cairan paru yang
lebih besar dibanding partus spontan dengan seluruh tahapan persalinan karena kurang
stimulasikatekolamin. Pertukaran gas yang terhambat menyebabkan beberapa bayi baru
lahir (newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari
normal3.Berdasarkan dari angka kejadian seksio sesaria yang semakin meningkat, yaitu di
Indonesia mengalami peningkatan dari 5% menjadi 20%, tercatat dari 17.665 angka kelahiran
terdapat 35,7%-55,3% ibumelahirkan dengan proses sectio caesaria2.Peningkatan tersebut
juga terjadi di RSUD Wates dari tahun 2010 sebanyak 535 dan pada tahun 2011 sebanyak 615.
Menunjukkan mengalami peningkatan sebanyak 15%5.Tindakan seksio sesaria dilakukan
berdasarkan indikasi yang telah didapatkan dari pasien, antara lain dari indikasi ibu yaitu
disproporsi kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, dan plasenta
previa. Indikasi janin yaitu janin besar, gawat janin dan letak lintang. Adapunindikasi lain dari
seksio sesariaantara lain riwayat melahirkan SC sebelumnya, tumor yang menghalangi jalan
lahir, dan pada kehamilan setelah operasi vagina, sepertivistel vesico, keadaandimana usaha
untuk melahirkan anak pervaginam gagal.Berdasarkan dari hasil penelitian terdapat hubungan
antara tindakan seksio sesaria dengan kejadian TTN dan memiliki keeratan hubungan yang kuat.
Hasil ini sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa seksio sesaria merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya TTN. Demikian juga penelitian dari Berrin, G (2012), menyebutkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan seksio sesaria terhadap kejadian TTN, dan
penelitian dari C. Dani (1999), menyebutkan bahwa tindakan seksio sesaria merupakan faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian TTN. Penanganan untuk kejadian TTN di RSUD Wates dilakukan
segera pada bayi yang terjadi TTN dengan diberikan bantuan oksigenasi menggunakan headbox
dan pemeliharaan thermoregulasi.No.KejadianJumlah%12TTNTidak
TTN192147,5%52,5%Jumlah40100Kejadian

57Berdasar hasil penelitian terdapati bahwa tindakan seksio sesaria berisiko 3,2 kali lipat
untuk terjadinya TTN dibanding pada partus spontan. Hal tersebut dikarenakan bayi dengan
kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan sebagai akibat tidak mengalami
semua tahapan persalinan normal dan kurangnya lonjakan ketekolamin yang tepat, yang
menyebabkan pelepasan yang rendah dari counter-regulatoryhormon pada saat persalinan. Hal ini
membuat cairan tertahan di alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas6.Pada
bayi yang lahir secara sesar berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan sebagai akibat tidak
mengalami semua tahapan persalinan normal dan kurangnya lonjakan katekolamin yang tepat,
yang menyebabkan pelepasan yang rendah dari conter regulatory hormon pada saat
persalinan. Hal ini membuat cairan tertahan dialveoli yang akan menghambat terjadinya
pertukaran gas sehingga terjadi nafas cepat yang menyebabkan bayi tersebut bernafas lebih
cepat dari pernafasan normal yaitu 40-60 kali per menit7.Berdasarkan angka kejadian TTN yang
disebabkan oleh salah satunya adalah tindakan seksio sesaria maka perlu adanya perhatian
khusus pada bayi baru lahir khususnya pada bayi baru lahir dengan seksio sesaria agar
kejadian TTN dapat ditangani dengan baik agar tidak terjadi risiko lain yang lebih berbahaya,
maka hendaknya setiap persalinan SC harus selalu menyiagakan tenaga dan fasilitas yang
memadai untuk pencegahan dan penanganan TTN.KESIMPULANTerdapat hubungan antara
kejadian seksio sesaria dengan kejadian TTN di RSUD Wates Kulon Progo Tahun 2013, dengan
keeratan hubungan yang kuat yaitu nilai koefisien kontingensi 0,648 dan didapatkan bahwa
kelahiran dengan tindakan seksio sesaria berisiko 3 kali lipat untuk mengalamiTTN dibanding pada
kelahiran partus spontan.SARAN Masukan bagi bagian manajemen RSUD Wates untuk upaya
pengelolaan, penanganan dan perawatan bayi baru lahir dengan TTN.Bagi bidan, DSOG, dan
DSA di ruang bersalin dan NICU untuk senantiasa meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan skrining dan penanganan bayi baru lahir
dengan TTN. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa hendaknya mengontrol
variabel konfoundinguntuklebih menyempurnakan penelitian yang telah dilaksanakan.DAFTAR
PUSTAKA1.Mochtar, R. (2002).Sinopsis Obstetri:Obstetri Operatif, Obstetri Social Jilid
2.Jakarta:EGC2.Kasdu, Dini. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara
3.Ramachandrappa A, Jain L. (2008). Elective cesarean section: its impact on neonatal respiratory
outcome.Clin Perinatol;35(2):373-93, vii.4.Subramanian.(2010).Transient Tachypnea of the
Newborn.5.RSUD.(2012). Angka Kejadian Seksio Sesaria RSUD Wates tahun 2011.6.Gomella, TL.
(2004). Neonatology, management, procedures, on-call problems, diseases and drugs. United
States of America: McGraw-Hill Companies.7.Abdul L. (2003).IlmuKesehatanAnakedisi 15.Jakarta:
EGC
TACHYPNEA TRANSIENT DARI BAYI BARU (TTN)

A. DEFINISI
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) adalah kondisi saat janinlahir dan mulai menarik
napas menyebabkan inflasi paru-parupeningkatan tekanan hidrolik yang menyebabkan
cairan berpindah kepengantara. Volume darah paru juga meningkat pada saat bayi menarik
napas,tapi cairan dalam paru belum mulai berkurang sampai 30-60 menit postnatal dan
lengkap diabsorbsi dalam 24 jam. (Emory P, 2015)Transient Tachypnea of The Newborn
(TTN) karena tidak terjadi prosesfisiologis masuknya udara ke paru saat menarik napas
sehingga mendorongcairan ke interstitial dan menyebabkan tekanan hidrostatistik dalam
sirkulasiparu, janin tidak terjadi pernafasan spontan saat bayi melewati jalan lahir.(RSD DI,
2013)TTN disebabkan adanya cairan yang berlebihan dalam paruakibatnya terjadi gangguan
mekanik saat lahir pada pasien yang dilahirkansecara operasi caesar, keterlambatan
penyerapan kembali karena tekanan venameningkat dan terganggunya penyerapan cairan
melalui sistemlimfatik. (Kusyati E, 2014)Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) yaitu
pernapasan cepat(frekuensi nafas > 60 x/menit ), neonatus juga memperlihatkan
adanyaretraksi otot pernafasan (epigastrium, suprasternal, atau interkostal) dan
padaekspirasi neonatus merintih karena berusaha mengeluarkan udara
pernapasan.Penyebab kelainan ini belum jelas, kemungkinan gangguan ini terjadi
karenamenyerap cairan paru yang berlangsung lambat saat lahir. Beberapa keadaanlain
seperti aspirasi cairan amnion atau aspirasi lendir juga dikemukakan sebagaifaktor penyebab
gangguan ini. Makanan per oral sebaiknya sementaradihindari untuk menghindari aspirasi
Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) disebut juga paru-paru basah ataurespiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jamsetelah lahir. TTN tidak dapat
didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadipada bayi prematur (paru-paru bayi prematur
belum cukup matang) ataupunbayi cukup bulan.

Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktorrisiko yang meningkatkan kejadian
TTN pada bayi baru lahir. Faktor risikoTTN pada bayi baru lahir di antaranya :1.Lahir secara
seksio sesareaBayi yang dilahirkan dengan proses operasi sesar memiliki cairanyang
berlebihan di dalam alveolus. Studi menggunakan pengukuran paru

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537354/#article-30478.s3
Tachypnea Sementara pada Bayi Baru Lahir
Kanishk Jha ; George N. Nassar ; Kartikeya Makker .

Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) adalah kondisi jinak dan sembuh sendiri yang dapat
muncul pada bayi dengan usia kehamilan berapa pun segera setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
keterlambatan pembersihan cairan paru janin setelah lahir, yang menyebabkan pertukaran gas tidak
efektif, gangguan pernapasan, dan takipnea. Ini sering menimbulkan dilema diagnostik yang
signifikan dalam perawatan bayi baru lahir dengan gangguan pernapasan. Kegiatan ini meninjau
evaluasi dan pengelolaan takipnea transien pada bayi baru lahir dan menyoroti peran anggota tim
interprofessional dalam berkolaborasi untuk memberikan perawatan yang terkoordinasi dengan baik
dan meningkatkan hasil bagi pasien yang terkena dampak.

Tujuan:

Jelaskan faktor risiko takipnea transien pada bayi baru lahir.

Jelaskan presentasi bayi dengan takipnea transien pada bayi baru lahir.

Jelaskan penatalaksanaan takipnea transien pada bayi baru lahir.

Jelaskan pentingnya meningkatkan koordinasi di antara tim interprofessional untuk meningkatkan


perawatan bagi pasien yang terkena takipnea transien pada bayi baru lahir.

Perkenalan

Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) adalah kondisi jinak dan sembuh sendiri yang dapat
muncul pada bayi dengan usia kehamilan berapa pun, segera setelah lahir. Hal ini disebabkan
keterlambatan pembersihan cairan paru janin setelah lahir yang menyebabkan pertukaran gas tidak
efektif, gangguan pernapasan, dan takipnea. Di kamar bayi, sering menimbulkan dilema diagnostik
yang signifikan dalam perawatan bayi baru lahir dengan gangguan pernapasan.

Etiologi

Faktor risiko ibu meliputi persalinan sebelum usia kehamilan 39 minggu selesai, operasi caesar tanpa
persalinan, diabetes gestasional, dan asma ibu. [1] [2]

Faktor risiko janin meliputi jenis kelamin laki-laki, asfiksia perinatal, prematuritas, bayi kecil masa
kehamilan, dan bayi besar masa kehamilan. [3]

Pergi ke:
Epidemiologi

Insiden berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan mempengaruhi sekitar 10% bayi yang
dilahirkan antara 33 dan 34 minggu, sekitar 5% antara 35 dan 36 minggu, dan kurang dari 1% pada
bayi cukup bulan. [4] [5] [6]

Pergi ke:

Patofisiologi

Paru-Paru Janin

Epitel paru janin mengeluarkan cairan alveolar pada usia kehamilan sekitar 6 minggu. [7]

Ion klorida dalam interstitium memasuki sel epitel paru melalui transpor aktif natrium, kalium, dan
klorida ke dalam sel (transporter Na-K-2Cl) yang selanjutnya disekresikan ke dalam alveolus melalui
berbagai saluran klorida.

Natrium mengikuti ion klorida melalui jalur para-seluler, dan air diangkut melintasi sel melalui
aquaporin. [8] [9]

Volume paru-paru janin dipertahankan oleh laring, yang bertindak sebagai katup satu arah, yang
hanya memungkinkan aliran keluar cairan.

Paru-Paru Neonatal

Pergerakan pasif natrium melalui saluran natrium epitel (ENaC) diyakini sebagai mekanisme utama
reabsorpsi cairan paru janin dengan kekuatan starling dan tekanan toraks memainkan peran kecil
dalam pembersihan.

Dengan dimulainya persalinan, epinefrin ibu, [10] dan glukokortikoid mengaktifkan ENaC pada
membran apikal pneumosit tipe II.

Natrium dalam alveolus diangkut secara pasif melintasi protein ENaC yang pada gilirannya secara
aktif diangkut kembali ke interstitium oleh pompa Na+/K+-ATPase. [11]

Gradien osmotik dibuat yang memungkinkan klorida dan air mengikuti dan diserap ke dalam sirkulasi
paru dan limfatik.

Pergi ke:

Sejarah dan Fisik

Kondisi ini muncul dalam beberapa menit pertama hingga beberapa jam setelah lahir.
Temuan pemeriksaan fisik biasanya mencakup tanda-tanda gangguan pernapasan:

Takipnea (laju pernapasan lebih dari 60 kali per menit)

Pembesaran hidung

Mendengus [12]

Retraksi interkostal/subkostal/suprasternal

Crackles, suara napas berkurang atau normal pada auskultasi

Temuan ujian sesekali lainnya:

Takikardia

Sianosis

Dada berbentuk tong karena hiperinflasi

Pergi ke:

Evaluasi

Durasi gangguan pernapasan adalah penentu utama untuk diagnosis TTN. Jika kesusahan teratasi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir, itu dapat diberi label sebagai "transisi yang tertunda".
Enam jam adalah batas yang sewenang-wenang antara "transisi yang tertunda" dan TTN karena saat
ini bayi mungkin mengalami masalah dalam menyusu dan mungkin memerlukan intervensi lebih
lanjut. TTN biasanya merupakan diagnosis eksklusi dan karenanya setiap takipnea yang berlangsung
lebih dari 6 jam memerlukan pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab gangguan pernapasan
lainnya.

Pemeriksaan biasanya meliputi:

Saturasi preduktal dan postduktal: untuk menyingkirkan sianosis diferensial

Hitung darah lengkap (CBC), kultur darah, protein C-reaktif (CRP), laktat untuk menyingkirkan sepsis
neonatal

Analisis ABG dapat menunjukkan hipoksemia dan hipokapnia akibat takipnea; hypercapnia adalah
tanda kelelahan atau kebocoran udara.

Rontgen dada: Dapat menunjukkan hiperinflasi, tanda vaskular perihilar yang menonjol, edema
septa interlobar atau cairan di celah. [13] [14]
Pemeriksaan lain yang perlu dipertimbangkan:

Tingkat amonia dalam pengaturan kelesuan dan asidosis metabolik untuk menyingkirkan kesalahan
metabolisme bawaan

Ekokardiografi untuk menyingkirkan kelainan jantung bawaan pada pasien dengan sianosis
diferensial atau takipnea persisten selama lebih dari 4 hingga 5 hari

Pergi ke:

Pengobatan / Penatalaksanaan

Mengingat TTN adalah kondisi yang sembuh sendiri, perawatan suportif adalah pengobatan andalan.

Aturan 2 jam : Dua jam setelah awitan distres pernapasan, jika kondisi bayi belum membaik atau
memburuk atau jika FiO2 yang dibutuhkan lebih dari 0,4 atau rontgen dada tidak normal,
pertimbangkan untuk memindahkan bayi ke pusat dengan tingkat yang lebih tinggi. perawatan
neonatus. [15]

Perawatan NICU rutin termasuk pemantauan kardiopulmoner terus menerus, pemeliharaan


lingkungan termal netral, mengamankan akses intravena (IV), pemeriksaan glukosa darah, dan
observasi untuk sepsis harus disediakan.

pernapasan

Dukungan oksigen mungkin diperlukan jika oksimetri nadi atau ABG menunjukkan hipoksemia.

Tudung oksigen adalah metode awal yang lebih disukai; Namun, kanula hidung, CPAP juga dapat
digunakan.

Konsentrasi harus disesuaikan untuk mempertahankan saturasi oksigen pada 90-an rendah.

Intubasi endotrakeal dan kebutuhan dukungan ECMO biasanya jarang terjadi tetapi harus selalu
dipertimbangkan pada pasien dengan status pernapasan menurun.

Analisis gas darah arteri (ABG) harus diulang, dan pemantauan oksimetri nadi harus dilanjutkan
sampai tanda-tanda gangguan pernapasan teratasi.

Nutrisi

Status pernapasan neonatus adalah penentu yang biasa untuk tingkat dukungan nutrisi yang
dibutuhkan.
Takipnea lebih dari 80 napas per menit dengan peningkatan kerja pernapasan terkait sering
membuat bayi tidak aman untuk menerima makanan oral.

Bayi seperti itu harus dijaga nil per oral (NPO), dan cairan intravena (IV) harus dimulai dengan 60
hingga 80 ml per kg per hari.

Jika distres pernapasan teratasi, diagnosis pasti dan laju pernapasan kurang dari 80 napas per menit;
makanan enteral dapat dimulai.

Pemberian makanan enteral harus selalu dimulai secara perlahan dengan peningkatan volume
makanan yang progresif sampai takipnea benar-benar teratasi

Menular

Karena TTN mungkin sulit dibedakan dari sepsis dan pneumonia neonatus dini, terapi antibiotik
empiris dengan ampisilin dan gentamisin harus selalu dipertimbangkan.

Obat-obatan

Percobaan kontrol acak mempelajari kemanjuran furosemide [16] atau rasemat epinefrin [17] di
TTN menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam durasi takipnea atau lama tinggal di
rumah sakit dibandingkan dengan kontrol

Salbutamol (beta2-agonis inhalasi) telah terbukti mengurangi durasi gejala dan tinggal di rumah
sakit; namun, diperlukan lebih banyak penelitian berbasis bukti untuk memastikan kemanjuran dan
keamanannya. [18] [19]

Pergi ke:

Perbedaan diagnosa

Radang paru-paru

Sindrom gangguan pernapasan

Sindrom aspirasi: mekonium, darah atau cairan ketuban

Pneumotoraks

Cacat shunt jantung kiri ke kanan dengan kegagalan

Hipertensi pulmonal persisten

Iritasi atau penyakit sistem saraf pusat (SSP): Perdarahan subarachnoid, ensefalopati hipoksik-
iskemik

Kesalahan metabolisme bawaan


Malformasi kongenital: hernia diafragma kongenital, malformasi adenomatoid kistik

Pergi ke:

Prognosa

Prognosis keseluruhan sangat baik dengan sebagian besar gejala sembuh dalam waktu 48 jam
setelah onset.

Dalam beberapa laporan kasus, TTN ganas telah dilaporkan di mana bayi baru lahir yang terkena
mengalami hipertensi pulmonal persisten karena kemungkinan peningkatan resistensi pembuluh
darah paru karena cairan paru yang tertahan. [20]

Pergi ke:

Komplikasi

Kebocoran udara dan pneumotoraks adalah komplikasi langka lainnya.

Studi longitudinal telah menunjukkan hubungan antara TTN dan perkembangan asma selanjutnya.
[21] [22]

Pergi ke:

Mutiara dan Masalah Lainnya

Apa itu takipnea transien pada bayi baru lahir?

Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) adalah suatu kondisi yang menyebabkan masalah
pernapasan pada bayi baru lahir. Bayi memiliki cairan di paru-parunya sebelum lahir. Cairan biasanya
hilang saat bayi lahir. Pada beberapa bayi, cairan tidak hilang secepat seharusnya. Hal ini
menyebabkan TTN.

Seorang ibu yang menderita diabetes, asma, atau operasi caesar tanpa persalinan lebih mungkin
melahirkan bayi dengan TTN.

Apa saja gejala TTN?


Pernapasan cepat lebih dari 60 napas per menit

Sesak napas: Lubang hidung yang terbuka lebar saat bayi menarik napas, kulit, dan otot yang terlihat
mengalah; dengkur

Bagaimana TTN dirawat?

TTN biasanya hilang pada saat bayi berusia 3 hari. Sampai itu terjadi, dokter dapat membantu bayi
mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup jika dia membutuhkannya. Perawatan mungkin
termasuk:

Oksigen ekstra

Selang makanan intravena (IV).

Antibiotik

Pergi ke:

Meningkatkan Hasil Tim Perawatan Kesehatan

Takipnea transien pada bayi baru lahir adalah kondisi umum yang terlihat pada bayi baru lahir.
Petugas kesehatan termasuk perawat perawatan intensif perlu mengetahui bahwa penyebabnya
adalah karena penumpukan cairan di paru-paru. Kondisi ini biasanya dikelola oleh tim
interprofessional karena ada banyak kelainan yang dapat muncul dengan gejala serupa. Kondisi
tersebut, setelah didiagnosis, diobati secara konservatif dengan oksigen, antibiotik, dan terkadang
dengan penggunaan diuretik. Prognosis untuk sebagian besar bayi sangat baik.

Pergi ke:

Tinjau Pertanyaan

Akses pertanyaan pilihan ganda gratis tentang topik ini.

Komentari artikel ini.

Pergi ke:

Referensi

1.

Badran EF, Abdalgani MM, Al-Lawama MA, Al-Ammouri IA, Basha AS, Al Kazaleh FA, Saleh SS, Al-
Katib FA, Khader YS. Efek faktor risiko perinatal pada morbiditas pernapasan neonatal umum di luar
usia kehamilan 36 minggu. Saudi Med J. 2012 Des; 33 (12):1317-23. [ PubMed ]
2.

Morrison JJ, Rennie JM, Milton PJ. Morbiditas pernapasan neonatus dan cara persalinan saat aterm:
pengaruh waktu operasi caesar elektif. Br J Obstet Gynaecol. Februari 1995; 102 (2):101-6. [ PubMed
]

3.

Dani C, Reali MF, Bertini G, Wiechmann L, Spagnolo A, Tangucci M, Rubaltelli FF. Faktor risiko untuk
pengembangan sindrom gangguan pernapasan dan takipnea transien pada bayi baru lahir. Kelompok
Pneumologi Neonatal Italia. Eur Respir J. 1999 Juli; 14 (1):155-9. [ PubMed ]

4.

Zanardo V, Simbi AK, Franzoi M, Soldà G, Salvadori A, Trevisanuto D. Risiko morbiditas pernapasan
neonatal dan cara persalinan saat: pengaruh waktu persalinan caesar elektif. Acta Pediatr. Mei 2004;
93 (5):643-7. [ PubMed ]

5.

Kasap B, Duman N, Ozer E, Tatli M, Kumral A, Ozkan H. Takipnea transien pada bayi baru lahir: faktor
prediktif untuk takipnea berkepanjangan. Pediatr Int. Februari 2008; 50 (1):81-4. [ PubMed ]

6.

Jain L. Morbiditas pernapasan pada bayi prematur akhir: mencegah lebih baik daripada mengobati!
Am J Perinatol. Februari 2008; 25 (2):75-8. [ PubMed ]

7.

Guglani L, Lakshminrusimha S, Ryan RM. Takipnea transien pada bayi baru lahir. Pediatr Rev. 2008
Nov; 29 (11):e59-65. [ PubMed ]

8.

LB yang aneh. Cairan paru janin: sekresi dan reabsorpsi. Physiol Rev. 1991 Oktober; 71 (4):991-1016.
[ PubMed ]

9.

Adamson TM, Brodecky V, Lambert TF, Maloney JE, Ritchie BC, Walker AM. Produksi dan komposisi
cairan paru-paru dalam janin domba "in utero". Aust J Exp Biol Med Sci. 1975 Februari; 53 (1):65-75.
[ PubMed ]

10.

Brown MJ, Olver RE, Ramsden CA, Strang LB, Walters DV. Efek adrenalin dan persalinan spontan
pada sekresi dan penyerapan cairan paru-paru pada janin domba. J Physiol. November 1983;
344 :137-52. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]

11.
Pembersihan cairan Jain L. Alveolar dalam mengembangkan paru-paru dan perannya dalam transisi
neonatal. Klinik Perinatol. 1999 September; 26 (3):585-99. [ PubMed ]

12.

Yost GC, Young PC, Buchi KF. Signifikansi pernapasan mendengus pada bayi yang dirawat di kamar
bayi yang sehat. Arch Pediatr Adolesc Med. 2001 Maret; 155 (3):372-5. [ PubMed ]

13.

Cleveland RH. Pembaruan radiologis tentang penyakit medis pada dada bayi yang baru lahir. Pediatr
Radiol. 1995; 25 (8):631-7. [ PubMed ]

14.

Kurl S, Heinonen KM, Kiekara O. Radiografi dada pertama pada neonatus menunjukkan gangguan
pernapasan saat lahir. Klinik Pediatr (Phila). Mei 1997; 36 (5):285-9. [ PubMed ]

15.

Hein HA, Ely JW, Lofgren MA. Distres pernapasan neonatus di rumah sakit komunitas: kapan dibawa,
kapan disimpan. Praktisi J Fam. April 1998; 46 (4):284-9. [ PubMed ]

16.

Kassab M, Khriesat WM, Anabrees J. Diuretik untuk takipnea sementara pada bayi baru lahir.
Cochrane Database Syst Rev. 2015 21 November; 2015 (11):CD003064. [ Artikel gratis PMC ]
[ PubMed ]

17.

Kao B, Stewart de Ramirez SA, Belfort MB, Hansen A. Inhalasi epinefrin untuk pengobatan takipnea
transien pada bayi baru lahir. J Perinatol. Maret 2008; 28 (3):205-10. [ PubMed ]

18.

Armangil D, Yurdakök M, Korkmaz A, Yiğit S, Tekinalp G. Inhalasi beta-2 agonis salbutamol untuk
pengobatan takipnea transien pada bayi baru lahir. J Pediatr. Sep 2011; 159 (3):398-403.e1.
[ PubMed ]

19.

Kim MJ, Yoo JH, Jung JA, Byun SY. Efek albuterol inhalasi pada takipnea sementara pada bayi baru
lahir. Alergi Asma Immunol Res. Maret 2014; 6 (2):126-30. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]

20.

Lakshminrusimha S, Keszler M. Hipertensi Paru Persisten pada Bayi Baru Lahir. Ulasan Neo. Des
2015; 16 (12):e680-e692. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]

21.
Schaubel D, Johansen H, Dutta M, Desmeules M, Becker A, Mao Y. Karakteristik neonatal sebagai
faktor risiko asma prasekolah. J Asma. 1996; 33 (4):255-64. [ PubMed ]

22.

Birnkrant DJ, Picone C, Markowitz W, El Khwad M, Shen WH, Tafari N. Asosiasi takipnea transien
asma bayi baru lahir dan masa kanak-kanak. Pediatr Pulmonol. 2006 Okt; 41 (10):978-84. [ PubMed ]

Inilah yang Perlu Diketahui Tentang Transient Tachypnea of The Newborn

Halodoc, Jakarta - Semua ibu hamil pasti mengharapkan agar anaknya lahir dengan sehat. Meski
begitu, bayi yang baru lahir dapat mengalami beberapa gangguan. Salah satu yang gangguan yang
berisiko terjadi pada bayi adalah transient tachypnea of the newborn (TTN). Kelainan ini dapat
menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi karena paru-parunya masih mengandung cairan.

Baru-baru ini diberitakan, Zaskia Adya Mecca dan Hanung Bramantyo yang baru saja melahirkan
anak kelimanya juga mengalami transient tachypnea of the newborn. Zaskia harus terpisah
sementara dengan bayi yang baru dilahirkan, karena harus mendapatkan perawatan khusus. Inilah
beberapa hal yang perlu diketahui tentang tachypnea of the newborn!

Baca juga: 7 Fakta tentang Bayi Baru Lahir

Apa yang Menyebabkan Transient Tachypnea of The Newborn?

Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah kondisi yang terjadi disebabkan oleh
keterlambatan tubuh untuk mengeluarkan cairan yang bertumpuk pada janin setelah lahir. Hal
tersebut dapat menyebabkan paru-paru kesulitan untuk berfungsi dengan normal, sehingga
gangguan pernapasan dan takipnea dapat terjadi. Bayi yang mengidap gangguan ini umumnya
mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit hingga memerlukan oksigen tambahan selama
beberapa hari.

Cairan ketuban yang berada di dalam rahim berperan penting dalam menjaga pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Air ketuban mengelilingi bayi di dalam rahim berfungsi untuk melindungi bayi
dari cedera. Cairan tersebut juga dapat menjaga suhu stabil, yang diperlukan untuk menjaga
perkembangan tulang dan paru-paru agar tetap normal. Di dalam rahim memang paru-paru bayi
dipenuhi cairan dan terbilang normal.
Selama persalinan, tubuh bayi akan melepaskan bahan kimia yang berguna agar paru-paru dapat
mengeluarkan cairan ketuban. Tekanan saluran lahir di dada bayi juga dapat mengeluarkan cairan
tersebut, sehingga mampu berfungsi dengan normal. Meski begitu, terkadang cairan tersebut tidak
keluar dari paru-paru dengan cepat yang membuat paru-paru sulit berfungsi dengan baik. Hal
tersebut yang membuat bayi mengidap transient tachypnea of the newborn (TTN).

Beberapa ibu hamil mungkin khawatir terkait gangguan TTN yang dapat terjadi pada bayi. Untuk
mengatasi kekhawatiran tersebut, ibu dapat bertanya pada dokter dari Halodoc agar semua rasa
khawatir tersebut dapat hilang. Tunggu apa lagi? Download segera aplikasinya di App Store atau
Google Play!

Baca juga: Hati-Hati, Bayi Baru Lahir Rentan Idap 5 Penyakit Ini

Gejala Transient Tachypnea of The Newborn

Bayi yang mengidap kondisi ini umumnya mengalami pernapasan yang lebih cepat dari tempo
normal (takipnea). Meskipun begitu, gangguan ini biasanya tidak mengancam nyawa bayi yang baru
lahir tersebut. Hal ini dapat menghilang dalam kurun waktu satu hingga tiga hari setelah persalinan.
Gangguan TTN juga dapat disebut sebagai paru-paru basah pada bayi yang baru lahir.

Beberapa bayi yang mengidap TTN akan menimbulkan beberapa gejala berbeda-beda. Gejala-gejala
tersebut antara lain:

Laju pernapasan yang lebih dari 60 napas per menit.

Keluarnya bunyi mendengus saat bernapas.

Peradangan yang terjadi pada lubang hidung.

Tulang rusuk yang tertarik saat bernapas.

Meski begitu, gejala-gejala ini dapat terjadi pada masalah pernapasan lainnya. Maka dari itu, setiap
ibu yang baru saja menjalani persalinan dan bayinya mengalami gejala tersebut, ada baiknya untuk
langsung meminta dokter memeriksanya. Dengan begitu, penanganan dapat segera dilakukan dan
dipastikan jika gangguan yang terjadi disebabkan oleh TTN atau hal lainnya.

Apa Saja Faktor Risiko Transient Tachypnea of The Newborn?


Transient tachypnea adalah masalah kesehatan yang terbilang umum terjadi pada bayi yang baru
lahir. Meski begitu, gangguan pernapasan yang dapat terjadi pada bayi ini mempunyai risiko jauh di
bawah 1 persen untuk menyerang setelah persalinan. Maka dari itu, kamu harus tahu beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan TTN pada bayi yang baru lahir. Berikut beberapa risikonya:

Bayi yang lahir secara prematur karena paru-parunya belum berkembang penuh.

Bayi yang lahir melalui persalinan Caesar yang disebabkan tidak adanya perubahan hormonal untuk
menyerap cairan pada paru-paru.

Ibu hamil yang mengidap asma atau diabetes.

Baca juga: Ketahui 6 Penyakit Langka pada Bayi Baru Lahir

Itulah pembahasan mengenai transient tachypnea of the newborn (TTN). Maka dari itu, selama
pemeriksaan kehamilan, ada baiknya ibu memberitahu dokter terkait penyakit yang terjadi pada
tubuh. Dengan begitu, dokter dapat lebih berhati-hati terkait segala gangguan yang dapat terjadi
saat persalinan.

You might also like