You are on page 1of 10

Media Peternakan, April 2008, hlm. 71-80 Vol. 31 No.

1
ISSN 0126-0472
Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005

Motivasi, Kepuasan dan Produktivitas Kerja Penyuluh Lapangan


Peternakan

Aida Vitayala Hubeis


Departemen Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, email: aidavitayala@yahoo.com
(Diterima 04-06-2007; disetujui 12-11-2007)

ABSTRACT

It is well documented that productivity of workers is influenced by both internal and


external factors. The objective of this study was to provide insights into motivation, job
satisfaction and job productivity of Animal Husbandry Field Extension Workers (FEW).
The analysis was carried out using the Spearman rank correlation. The respondents of
the study were 36 FEW, in Sukabumi district, West Java. The results of the study showed
that most of FEW were male, married, relatively old, and had more than three children.
Most of them had a diploma certificate, had been participating in several trainings, had
20 years of working experience, and belong to third rank employee. It was found that all
internal factors of FEW (achievement, recognition, job, and responsibility) had a positive
correlation with job productivity. On the contrary, there were only two external factors,
employment status and personal communication, which had a positive correlation with
job productivity of FEW. Other external factors, including administration and policy,
supervision, salary and reward, and working condition factors, were negatively correlated
with job productivity of FEW. Finally, the findings also reveal evidence that three out
of four job satisfactions (psychology, social, and physical condition) were positively
correlated with work productivity of FEW whereas financial aspect was not.

Key words: extension, motivation, job satisfaction, job productivity

PENDAHULUAN penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi


sehingga menurunkan efektivitas pembinaan,
Penyuluhan sebagai pendidikan non- dukungan dan diseminasi teknologi dalam
formal yang ditujukan untuk petani dan rangka meningkatkan penerapan teknologi dan
keluarganya, berperan penting dalam revitalisasi efisiensi usaha petani, karena itu, penguatannya
pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun diarahkan kepada pendampingan petani,
2005 tentang rencana pembangunan jangka termasuk peternak.
menengah nasional (RPJMN) 2004-2009 Kebijakan pengembangan peternakan
Bidang Pertanian (Bab 19), menyatakan bahwa diarahkan untuk meningkatkan populasi hewan
lembaga pendukung petani, terutama lembaga dan produksi pangan hewani produksi dalam

Edisi April 2008 71


HUBEIS Media Peternakan

negeri agar ketersediaan dan keamanan pangan METODE


hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung
peningkatan kualitas sumberdaya manusia Penelitian dilakukan pada awal tahun 2006
(SDM). Sub sektor peternakan tumbuh 3,6% terhadap 36 orang penyuluh dari 15 kecamatan
per tahun sedang sub sektor pangan 1,2% per di Kabupaten Sukabumi dengan metode survei.
tahun dalam sepuluh tahun terakhir (Perpres Pemilihan responden dilakukan secara acak,
No.7 Tahun 2005). Berdasarkan hal tersebut, menggunakan cluster random sampling. Data
peningkatan kinerja penyuluh sangat penting dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
di dalam mempertahankan dan meningkatkan terstruktur.
kualitas SDM peternak dan kelangsungan Pengolahan data dilakukan dengan
program. menggunakan analisis statistik deskriptif
Motivasi, komitmen dan kepuasan berupa tabel frekuensi, persentase, rataan
kerja penyuluh merupakan unsur yang mem- dan total rataan skor, dan uji korelasi rank
pengaruhi kualitas kerja mereka (Widiyati, Spearman dengan bantuan program SPSS
2000; Wisnuwardhana, 2001). Beberapa studi (Statistical Program for Social Science) ver. 14
menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pada (Sarwono, 2006).
umumnya rendah (Winardi, 2001; Puspadi,
2002). Kondisi ini, sebagaimana halnya pekerja HASIL DAN PEMBAHASAN
pada umumnya, terkait dengan unsur motivasi
kerja (Koys, 2001) dan kompensasi balas jasa Karakteristik Personal
yang diterima pekerja (Umar, 2005), serta
unsur komitmen dan kepuasan kerja (Carmeli Karakteristik personal penyuluh yang
& Freud, 2004). Studi Widiyati (2000) tentang dianalisa adalah jenis kelamin, usia dan status
produktivitas kerja menunjukkan bahwa kawin, pangkat dan golongan, dan pendidikan
pekerja yang termotivasi, menggunakan (formal dan non-formal).
80%-90% kemampuannya bekerja dan yang
tidak termotivasi hanya 20%-30%. Menurut Jenis kelamin (gender). Penyuluh terdiri
Herzberg (1990) dan Heller (2002), motivasi atas 83% laki-laki dan 17% perempuan.
pekerja dipengaruhi oleh faktor internal dan Dibandingkan dengan data tingkat nasional,
eksternal. Menurut Sherman et al. (1998), angka ini tidak jauh berbeda dengan persentase
motivasi pekerja juga dipengaruhi oleh penyuluh perempuan di tingkat nasional, yaitu
faktor kepuasan kerja dan produktivitas sekitar 15% (Badan Ketahanan Pangan, 2004;
kerja. Pertanyaannya adalah bagaimanakah Aida, 2004). Secara nasional, Departemen
motivasi, kepuasan dan produktivitas kerja Pertanian masih kekurangan sekitar 40 ribu
penyuluh dan apakah faktor-faktor yang tenaga penyuluh dari 65 ribu orang penyuluh
mempengaruhinya? yang dibutuhkan, terutama tenaga penyuluh
perempuan dan yang bersedia ditempatkan di
Tujuan daerah perbatasan (Tempo Interaktif, 2005).

1) Mengetahui karakteristik penyuluh peter- Usia dan status kawin. Sebanyak 94%
nakan di Sukabumi. penyuluh telah berusia di atas 40 tahun; usia
2) Mengetahui motivasi, kepuasan kerja dan termuda adalah 32 tahun dan tertua 51 tahun.
produktivitas kerja penyuluh peternakan di Semua penyuluh, lelaki dan perempuan telah
Sukabumi. menikah, sebanyak 78% diantaranya memiliki
3) Menganalisis hubungan motivasi dan ke- anak satu hingga empat orang dan 22%
puasan kerja dengan produktivitas kerja memiliki anak dengan kisaran lima hingga
penyuluh peternakan di Sukabumi. delapan orang.

72 Edisi April 2008


Vol. 31 No. 1 MOTIVASI, KEPUASAN

Pangkat dan golongan. Sebanyak 81% yang belum lama. Fakta ini didukung oleh
penyuluh termasuk pada golongan III angka 22% penyuluh yang memiliki masa
(Penata) dengan sebaran pada Penata Muda kerja kurang dari 10 tahun sehingga akses
(50%), Penata (25%) dan Penata tingkat dan peluangnya mengikuti pelatihan atau
I (6%), sedangkan 19% lainnya termasuk kursus terbatas. Selain pelatihan dan kursus,
pada golongan II (Pengatur). Sebanyak 78% sebanyak 46% penyuluh pernah melakukan
penyuluh sudah memiliki masa kerja lebih studi banding (widiawisata) atau kunjungan
dari 20 tahun. Menghitung masa kerja menurut lapangan (karyawisata) untuk melihat
waktu pertama kali bekerja sebagai penyuluh, keberhasilan penyelenggaraan kegiatan
yang terlama adalah penyuluh yang mulai penyuluhan peternakan di daerah lain. Hal
bekerja pada tahun 1976 dan termuda pada ini merupakan bahan pembanding di dalam
tahun 1995. menyelenggarakan program penyuluhan di
wilayah kerja mereka.
Pendidikan. Penyuluh yang berpendidikan
D-3 berjumlah 80%, SPMA 14%, dan 6% Tingkat Motivasi Penyuluh
sisanya berpendidikan S-1. Banyaknya
penyuluh berpendidikan D-3 merupakan Motivasi penyuluh yang dianalisa
implikasi dari kebijakan Departemen mencakup motivasi internal dan eksternal.
Pertanian pada tahun 90-an tentang perlunya Motivasi internal mencakup variabel prestasi,
pemberdayaan masyarakat petani secara lebih pengakuan, pekerjaan dan tanggungjawab.
intensif. Atas dasar pemikiran ini maka Deptan Motivasi eksternal mencakup variabel
menugasi Penyuluh untuk mengikuti program administrasi dan kebijakan, supervisi,
D-3 di bidang pertanian tanaman pangan, hubungan interpersonal, status, gaji dan
peternakan, dan perikanan. Program ini sejalan imbalan, serta kondisi kerja.
dengan pembangunan pertanian yang semakin Motivasi internal dan eksternal secara
berkembang dan menuntut kemampuan prima bersama memotivasi komitmen orang di
penyuluh di dalam menyelenggarakan kegiatan dalam bekerja (Stoner & Freeman, 1992). Dua
penyuluhan di lapangan sebagai penyuluh aspek motivasi ini juga merupakan perwujudan
polivalen yang dapat menangani beragam lingkungan kerja yang akan mempengaruhi
aspek pertanian dalam arti luas, selain bidang etika pekerja di dalam lingkungan kerja
keahlian khusus seperti peternakan. Selain (Appelbaum et al., 2005).
mengikuti program D-3 yang diselenggarakan
oleh Deptan, ada juga penyuluh yang mengikuti Motivasi internal. Faktor motivasi internal
program D-3 atau pendidikan S-1 di Universitas penyuluh yang termasuk pada kategori
Terbuka (UT). skor baik adalah prestasi, pengakuan, dan
Selain berpendidikan formal, semua tanggungjawab, sedang skor pekerjaan
penyuluh pernah mengikuti pendidikan non termasuk pada kategori cukup (Tabel 1). Skor
formal (pelatihan dan kursus) yang terkait variabel motivasi internal yang termasuk pada
dengan pekerjaannya sebagai penyuluh. kategori baik diindikasi oleh upaya keras
Selama bekerja, sebanyak 80% penyuluh penyuluh di lapangan untuk selalu berusaha
pernah mengikuti pelatihan di bidang pertanian memecahkan masalah yang diajukan oleh
dan peternakan lebih dari 10 kali, dan 17% kelompok petani-peternak binaan secara
mengikuti sebanyak 6-10 kali pelatihan. tepat dan cepat, pada saat pertemuan di
Sebanyak 3% penyuluh yang baru mengikuti kelompok atau saat kunjungan lapangan.
2-5 pelatihan adalah penyuluh yang bertugas Akses dan peluang untuk menyampaikan
dan ditempatkan di lokasi yang agak terpencil saran-saran yang terkait dengan pembinaan
atau relatif berusia muda dengan masa kerja kelompok tani pada pertemuan rutin di Balai

Edisi April 2008 73


HUBEIS Media Peternakan

Tabel 1. Rataan skor variabel motivasi internal pe- Motivasi eksternal. Faktor motivasi eksternal
nyuluh, Sukabumi 2006 penyuluh yang termasuk pada kategori baik
adalah variabel administrasi dan kebijakan,
Variabel motivasi Rataan Kategori supervisi, hubungan interpersonal, dan variabel
internal skor skor status. Variabel gaji dan imbalan, serta variabel
Prestasi 2,78 Baik kondisi kerja termasuk pada kategori cukup
Pengakuan 2,52 Baik (Tabel 2).
Skor motivasi eksternal penyuluh yang
Pekerjaan 2,09 Cukup
termasuk pada kategori baik adalah variabel
Tanggungjawab 2,59 Baik administrasi dan kebijakan, serta supervisi.
Total rataan skor 2,49 Baik Hal ini terkait dengan sistem penyelenggaraan
Keterangan nilai skor: buruk (1-1,65), cukup (1,66- penyuluhan yang eksis dan terstruktur di
2,31), dan skor baik (2,32-3,0) lapangan, yaitu sistem TV (training and visit
system) yang menjadi acuan kerja penyuluh
dalam melakukan pembinaan dan pendamping-
Penyuluhan atau di dinas pertanian/peternakan an kepada kelompok petani-peternak. Sistem
merupakan alasan lain yang mendorong TV merefleksi administrasi dan kebijakan
semangat penyuluh dalam bekerja. Semua yang terstruktur dan supervisi yang terjadwal
ini turut menumbuhkembangkan motivasi sehingga dapat menstimuli jalinan kekariban
kerja penyuluh, termasuk keakraban jalinan antara penyuluh dan kelompok tani serta
relasi sosial yang baik dengan pimpinan/ dengan sesama penyuluh. Hal ini diindikasikan
atasan di dinas dan dengan sesama penyuluh. dengan skor variabel hubungan interpersonal
Hal ini sejalan dengan pendapat Schminke yang termasuk pada kategori baik.
et al. (2005) yang menyatakan bahwa peran Variabel status penyuluh yang tergolong
pemimpin dalam memotivasi etika kerja dan pada kategori baik dikuatkan dengan ungkapan
moral pekerja merupakan hal yang penting. bahwa status penyuluh sebagai “pegawai
Skor variabel pekerjaan termasuk pada kategori negeri” turut meningkatkan posisinya di dalam
cukup. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari pandangan penduduk desa, dan masyarakat
hampir semua penyuluh yang mengemukakan
kejenuhan perasaan mereka dalam melakukan
pekerjaan yang relatif serupa dari hari ke hari. Tabel 2. Rataan skor variabel motivasi eksternal
Kejenuhan yang dirasakan oleh penyuluh penyuluh, Sukabumi 2006
dalam bekerja, antara lain disebabkan oleh
faktor imbalan jasa (terutama gaji) yang kecil, Variabel motivasi Rataan Kategori
promosi kenaikan pangkat yang relatif sulit, eksternal skor skor
dan wilayah binaan yang sulit dijangkau. Administrasi dan
2,51 Baik
Apalagi, bantuan dana taktis/operasional yang kebijakan
diberikan tidak memadai karena faktor jarak Supervisi 2,59 Baik
tempuh ke wilayah pendampingan yang jauh. Gaji dan imbalan 1,95 Cukup
Selain itu, fasilitas kendaraan beroda dua (bagi Relasi/hubungan
mereka yang mendapat jatah) sudah banyak 2,52 Baik
interpersonal
yang rusak. Persoalan keterbatasan fasilitas
Kondisi kerja 1,70 Cukup
kerja menurut Sherren (2005) merupakan salah
Status 2,92 Baik
satu faktor yang mempengaruhi etos kerja
seorang pekerja. Penyuluh sebagai pekerja Rataan skor 2,36 Baik
lapangan memang seharusnya memerlukan Keterangan nilai skor: buruk (1-1,65), cukup (1,66-
bantuan fasilitas kerja yang memadai. 2,31), dan skor baik (2,32-3,0)

74 Edisi April 2008


Vol. 31 No. 1 MOTIVASI, KEPUASAN

petani pada khususnya. Variabel gaji dan Tabel 3. Rataan skor kepuasan kerja penyuluh,
imbalan yang tergolong pada kategori cukup Sukabumi, 2006
terkait dengan kenyataan bahwa gaji yang
diterima penyuluh tidak memungkinkan Faktor kepuasan Rataan Kategori
penyuluh memberdayakan diri di dalam kerja skor skor
menyiapkan materi penyuluhan, sesuai Psikologis 2,54 Baik
dengan tuntutan lapangan. Akibatnya, materi Sosial 2,88 Baik
penyuluhan yang disampaikan ke kelompok Fisik 2,22 Cukup
pendampingan lebih banyak tergantung pada Finansial 1,58 Buruk
ketersediaan bahan penyuluhan dari pusat atau Total rataan skor 2,31 Cukup
daerah. Bahkan kondisi kerja di lapangan juga
Keterangan nilai skor: buruk (1-1,65), cukup (1,66-
tidak selalu memungkinkan penyuluh untuk 2,31), dan skor baik (2,32-3,0)
menggunakan bahan tertulis sehingga perlu
adanya kreativitas dalam membuat bahan
pembelajaran dengan memakai media asli.
apalagi bagi penyuluh dengan keluarga besar.
Tingkat Kepuasan Kerja Kondisi ini memotivasi sebagian penyuluh
untuk melakukan pekerjaan sambilan. Hal
Faktor kepuasan kerja penyuluh yang ini terkadang berbenturan dengan pekerjaan
tergolong pada kategori baik adalah faktor penyuluh sebagai agent of change.
psikologis dan sosial. Faktor fisik tergolong
pada kategori cukup dan faktor finansial Tingkat Produktivitas Kerja
tergolong pada kategori buruk (Tabel 3). Secara
psikologis, hampir semua penyuluh menyatakan Faktor produktivitas kerja penyuluh
merasa bangga menjadi penyuluh yang acap yang termasuk pada kategori skor baik
diapresiasikan oleh banyak pihak sebagai adalah variabel pendidikan dan pelatihan,
“ujung tombak pembangunan pertanian”. keterampilan, teknologi, lingkungan kerja,
Penyuluh juga memiliki relasi sosial yang dan variabel disiplin kerja. Hanya variabel
baik dengan kelompok tani binaan, termasuk balas jasa yang tergolong pada kategori
dengan aparat desa dan tokoh masyarakat buruk (Tabel 4). Tabel 4 menunjukkan bahwa
setempat, sehingga ada perasaan nyaman dan secara keseluruhan rataan skor produktivitas
aman dalam bekerja, dalam konteks hubungan kerja penyuluh tergolong pada kategori baik.
sosial. Hal ini disebabkan sebagian besar penyuluh
Faktor usia dinyatakan penyuluh sebagai berpendidikan D-3 dan telah mengikuti
kendala fisik utama untuk mengunjungi lebih dari 10 jenis pelatihan dan kursus yang
kelompok binaan yang berlokasi jauh dan terkait dengan pekerjaan sebagai penyuluh.
harus ditempuh dengan berjalan kaki atau Selain itu, masa kerja yang sudah mencapai
dengan sarana angkutan seadanya. Faktor fisik puluhan tahun turut mendukung kualitas
yang termasuk pada kategori skor cukup dalam kemampuan menguasai materi penyuluhan
memotivasi penyuluh bekerja tidak lepas dari dan mengoperasikan ragam media teknologi
rataan usia penyuluh yang sebagian besar penyelenggaraan penyuluhan, seperti OHP,
sudah tergolong berusia di atas 41 tahun. peta singkap dan leaflet. Hampir semua
Faktor finansial tergolong pada kategori penyuluh menyatakan masih perlu berlatih
skor buruk karena hampir semua penyuluh untuk mampu menguasai penggunaan
menyatakan bahwa gaji dan bantuan infocus agar dapat meningkatkan kinerja dan
operasional yang diterima tidak mencukupi, penampilan, terutama pada saat menyampaikan

Edisi April 2008 75


HUBEIS Media Peternakan

Tabel 4. Rataan skor faktor produktivitas penyuluh, golongan juga demikian. Misalnya, tidak semua
Sukabumi, 2006 penyuluh berkesempatan untuk turut serta dalam
suatu penelitian yang memungkinkan mereka
Faktor produktivitas Rataan Kategori menambah kredit poin kenaikan pangkat.
kerja skor skor Padahal nilai kredit poin untuk penelitian dan
Pendidikan dan menulis jurnal besar sekali dibanding dengan
2,70 Baik
pelatihan pekerjaan rutin sebagai penyuluh yang bernilai
Keterampilan 2,57 Baik 0,07 poin dalam perhitungan kenaikan pangkat
Teknologi 2,50 Baik dan golongan. Karena itulah faktor balas jasa
Lingkungan kerja 2,60 Baik terhadap produktivitas kerja dinilai buruk oleh
Disiplin kerja 2,46 Baik para penyuluh
Balas jasa 1,11 Buruk
Total rataan skor 2,32 Baik Hubungan Motivasi Penyuluh dengan
Tingkat Produktivitas Kerja
Keterangan nilai skor: buruk (1-1,65), cukup (1,66-
2,31), dan skor baik (2,32-3,0)
Hubungan motivasi dengan tingkat
produktivitas kerja penyuluh dipengaruhi oleh
hasil kerja pembinaan di lapangan pada faktor internal dan faktor eksternal. Hasil uji
pertemuan di kantor dinas. korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa
Lingkungan kerja mendapat skor baik semua faktor internal berkorelasi positif
karena didukung oleh pengalaman tahunan dengan produktivitas kerja penyuluh; faktor
menyuluh yang memungkinkan tiap penyuluh eksternal yang berkorelasi signifikan positif
mudah beradaptasi dan bergaul baik dengan yaitu status penyuluh sebagai agent of change
masyarakat binaan. Selain itu, penguasaan dan hubungan interpersonal antara penyuluh
bahasa lokal dan adat-istiadat setempat dan petani-peternak, dengan sesama penyuluh,
memungkinkan penyuluh menumbuhkan ling- dan hubungan dengan pihak atasan. Faktor
kungan kerja berkesetaraan, antara penyuluh administrasi dan kebijakan, supervisi, gaji dan
dan kelompok binaan. Berdasarkan kondisi di imbalan, serta kondisi kerja berkorelasi negatif
atas dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja (Tabel 5).
penyuluh dengan skor baik merupakan unsur Tabel 5 menunjukkan bahwa secara
yang sangat kondusif di dalam menstimuli bersama-sama, yaitu faktor internal dan
produktivitas kerja, walaupun harus menempuh eksternal yang mempengaruhi motivasi
jarak jauh dan membina kelompok tani dalam penyuluh berkorelasi signifikan (P<0,3)
jumlah yang relatif banyak. negatif. Berarti motivasi penyuluh secara
Disiplin kerja termasuk dalam kategori keseluruhan (internal dan eksternal) yang
baik. Walaupun wilayah kerja binaan luas serta rendah akan menyebabkan produktivitas
fasilitas transportasi yang belum memadai, kerjanya juga menjadi rendah, sebagaimana
ternyata para penyuluh tetap melakukan penjelasan berikut.
kunjungan kerja tiap minggu ke semua
kelompok binaan dengan frekuensi tinggi (5-8 Motivasi internal. Motivasi berprestasi
kali per minggu), sesuai dengan prosedur dan berkorelasi positif dengan produktivitas kerja
mekanisme kerja TV. (Marjani, 2005; Mangkuprawira & Aida,
Faktor balas jasa tergolong pada kategori 2007). Motivasi penyuluh untuk berprestasi
buruk karena sebagian besar penyuluh berkorelasi positif dengan produktivitas
masih menghadapi kesulitan memperoleh kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
penghargaan, dan bahkan untuk kenaikan upaya penyuluh memecahkan masalah yang

76 Edisi April 2008


Vol. 31 No. 1 MOTIVASI, KEPUASAN

Tabel 5. Korelasi faktor motivasi dengan produkti- produktivitas kerjanya pun akan semakin
vitas kerja penyuluh, Sukabumi 2006 tinggi. Selain itu, sebagian besar penyuluh
sudah berkerja lebih dari 20 tahun sehingga
Produktivitas kerja tidak ingin mencari pekerjaan lain, dan merasa
Faktor yang mempengaruhi
motivasi Nilai korelasi
Pvalue
bahwa semua yang dilakukan adalah berguna
Rs bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan
Faktor internal pembangunan pertanian. Berdasarkan hal
Prestasi 0,044 0,801 tersebut, tanggungjawab dan disiplin kerja
Pengakuan 0,146 0,397 penyuluh juga tergolong pada kategori skor
Pekerjaan 0,171 0,318
baik (Tabel 1 dan Tabel 4).
Tanggungjawab 0,097 0,573
Faktor eksternal
Motivasi eksternal. Motivasi eksternal
Administrasi dan kebijakan -0,183 0,284
penyuluh yang berkorelasi positif dengan
Supervisi -0,167 0,330
produktivitas kerja adalah status dan hubungan
Gaji & imbalan -0,117 0,496
interpersonal antara penyuluh dan kelompok
Hubungan interpersonal 0,167 0,331
Kondisi kerja -0,150 0,382
peternak, dengan sesama penyuluh lainnya
Status 0,036 0,833
dan hubungan dengan atasan. Unsur motivasi
Faktor internal dan eksternal -0,212 0,214 eksternal lainnya yaitu administrasi dan
kebijakan, supervisi, gaji dan imbalan, serta
kondisi kerja berkorelasi negatif.
dihadapi oleh kelompok binaannya, akan Unsur administrasi dan kebijakan
semakin tinggi juga produktivitas kerja yang penyuluhan berkorelasi negatif dengan
bersangkutan. Sebagai contoh, ketika terjadi produktivitas kerja penyuluh, karena secara
serangan penyakit menular pada ternak, formalitas unsur ini sebenarnya mudah dan
penyuluh dapat langsung berkonsultasi dengan sederhana, tapi secara teknis cukup sulit
dinas peternakan dan dinas kesehatan setempat untuk dilaksanakan. Menurut pengakuan
agar dapat menyelesaikan persoalan kesehatan penyuluh hal ini antara lain disebabkan oleh
ternak yang dihadapi oleh para peternak cakupan wilayah kerja binaan perseorangan
binaan. Penyuluh yang relatif luas dan jarak antara
Korelasi antara unsur pengakuan dan Unit Penyuluh Pertanian (UPP) dan Kantor
produktivitas kerja penyuluh bernilai positif; Penyuluh Pertanian (KPP) yang juga umumnya
hal ini berarti semakin tinggi pengakuan sangat jauh. Akibatnya, tidak jarang jadwal
dari pihak kedinasan atau pemerintah daerah kunjungan penyuluhan tidak selalu tepat
terhadap kinerja penyuluh maka produktivitas waktu.
kerja penyuluh pun akan semakin meningkat. Unsur supervisi berkorelasi negatif
Hal ini ditunjukkan dengan adanya perhatian dengan produktivitas kerja penyuluh. Hal ini
dan apresiasi atasan/dinas atas keberadaan erat kaitannya dengan jenjang pendidikan
penyuluh sebagai agent of change di tingkat dan keterampilan penyuluh yang sudah
akar bawah pembangunan pertanian dan tergolong tinggi, sehingga tidak diperlukan
perdesaan, sebagaimana diungkapkan oleh lagi pengawasan ketat dalam bekerja. Padahal,
penyuluh. dengan adanya ubahan status penyuluh sebagai
Berdasarkan hasil uji korelasi rank pegawai pemerintah daerah dan bukan langsung
Spearman, korelasi antara pekerjaan dan pegawai kedinasan justru pengawasan yang
produktivitas kerja penyuluh bernilai positif. melekat masih tetap diperlukan.
Artinya semakin tinggi sikap positif dan Gaji, imbalan dan kondisi kerja yang
komitmen penyuluh terhadap pekerjaan maka berkorelasi negatif dengan produktivitas kerja

Edisi April 2008 77


HUBEIS Media Peternakan

penyuluh dapat dianggap wajar mengingat Hubungan Kepuasan Kerja dengan


gaji dan tunjangan fungsional yang diperoleh Tingkat Produktivitas Kerja
belum memadai dibanding tugasnya di
lapangan yang harus berkeliling ke kelompok Perasaan puas terhadap prestasi kerja dan
binaan yang banyak dan berjarak jauh. imbalan yang diterima akan memacu semangat
Kondisi kerja penyuluh berkorelasi negatif kerja seseorang untuk bekerja lebih baik lagi
dengan produktivitas kerja penyuluh. Hal ini, (Carmeli & Freud, 2004). Hasil analisis
antara lain disebabkan bangunan fisik kantor menunjukkan bahwa tiga dari empat faktor
tempat penyuluh bekerja sebagian besar kepuasan kerja, yaitu faktor psikologis, sosial
dalam keadaan rusak dan kurang terawat serta dan faktor fisik menunjukkan adanya korelasi
ditambah dengan kondisi alat transportasi signifikan positif. Faktor finansial berkorelasi
yang belum dapat terpenuhi secara optimal. signifikan negatif dengan kepuasan kerja
Namun demikian, hasil diskusi kelompok (Tabel 6).
dan pengamatan lapangan menunjukkan
bahwa sebagian besar penyuluh tidak terlalu Faktor psikologis. Faktor psikologis
mempersoalkan hal tersebut. Motivasi internal, yang merupakan aspek kejiwaan penyuluh,
yaitu komitmen tinggi dan tanggungjawab mencakup aspek minat dan sikap terhadap
terhadap pekerjaan, adalah merupakan faktor kerja, ketentraman bekerja, dan bakat. Minat
pendorong utama bagi penyuluh untuk tetap penyuluh yang kuat dalam bekerja berawal dari
memiliki komitmen dalam mencari informasi keinginannya untuk memecahkan masalah yang
untuk menyelesaikan berbagai masalah dihadapi peternak dalam upaya meningkatkan
peternak. Menurut Suryantini (2003), motivasi kesejahteraan keluarganya. Lingkungan kerja
kognitif dalam mencari informasi merupakan yang aman, tertib dan terkendali memberi
unsur penting yang memotivasi penyuluh ketenteraman bagi penyuluh pada saat bertugas,
untuk selalu memperbaiki kinerjanya. siang hari atau malam hari. Menurut penyuluh,
Hubungan interpersonal dan status umumnya penyuluh tidak mengenal waktu
penyuluh berkorelasi positif dengan kerja, siap membantu kelompok binaan, kapan
produktivitas kerja penyuluh. Artinya saja diperlukan. Kesimpulannya, semakin
hubungan interpersonal berperan penting tinggi minat penyuluh dalam bertugas dan
dalam penyelenggaraan penyuluhan. Menurut diikuti dengan lingkungan kerja yang aman
penyuluh, hubungan dengan atasan maupun dan tentram, maka produktivitas kerjanya juga
dengan sesama penyuluh telah terjalin dengan semakin tinggi.
erat dan penuh kekeluargaan, saling-bantu Bakat dan kemampuan penyuluh yang
dalam melakukan kegiatan penyuluhan. Status mencakup latar belakang pendidikan (rata-
sebagai aparat pemerintah daerah (pemda) rata D-3) dan telah banyak mengikuti berbagai
berperan penting dalam memotivasi penyuluh pelatihan dan kursus di bidang pertanian dan
untuk menjaga kewibawaan pegawai negeri peternakan merupakan salah satu indikasi
dan pegawai pemda merupakan unsur yang kompetensi penyuluh, seperti telah diuraikan
dapat mendorong penyuluh untuk berprestasi, dalam karakteristik personal penyuluh.
seperti dikemukakan oleh Mardikanto (2003). Dengan demikian, rataan penyuluh umumnya
Selain itu, kepercayaan kelompok tani terhadap cenderung memiliki kepercayaan diri yang
keberadaan penyuluh yang sudah dianggap tinggi dalam menghadapi tiap masalah yang
sebagai aset narasumber dalam informasi diajukan dan ditanyakan oleh kelompok binaan.
tentang peternakan dan pertanian dalam arti Namun demikian, perkembangan teknologi
luas merupakan tuntutan bagi penyuluh untuk yang pesat, dari proses produksi, panen, pasca-
selalu bekerja dengan lebih baik. panen (kualitas produk) sampai pemasaran

78 Edisi April 2008


Vol. 31 No. 1 MOTIVASI, KEPUASAN

Tabel 6. Korelasi faktor kepuasan kerja dengan peternak (yang umumnya berskala usaha
produktivitas kerja penyuluh, Sukabumi kecil) diperkenalkan teknologi reproduksi
2006 pakan (pemanfaatan limbah pertanian) dan
pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk.
Produktivitas kerja
Faktor kepuasan kerja Nilai korelasi Faktor fisik. Faktor fisik bernilai positif,
Pvalue
Rs artinya semakin baik kondisi fisik penyuluh
Psikologis 0,101 0,558 maka produktivitas kerjanya pun akan semakin
Sosial 0,067 0,687 tinggi. Berdasar hasil wawancara di lapangan,
Fisik 0,207 0,227 ternyata lingkungan kerja sebagian penyuluh
Finansial -0,097 0,573 yang terlalu luas dan sulit dijangkau serta tidak
Kepuasan Kerja 0,018 0,918 ditunjang secara optimal oleh alat transportasi
ternyata tidak mengurangi semangat dalam
bekerja melakukan penyuluhan.
tetap memerlukan keterpaduan kerja antara Faktor fisik yang terkait dengan usia
kelembagaan penyuluhan dan penelitian serta penyuluh yang relatif sudah tergolong
peternak sebagai hal yang krusial. tua merupakan kendala untuk melakukan
pembinaan intensif terhadap kelompok
Faktor sosial. Keseluruhan penyuluh binaan. Namun demikian, ternyata hal itu
mengaku puas dengan relasi sosial yang tidak mengurangi semangat kerja penyuluh
telah dibina dengan kelompok binaan: relasi yang sudah terbiasa dengan kondisi seperti
yang berkesetaraan membuatnya leluasa itu. Kemampuan memilah jadwal dan lokasi
berdiskusi dengan atasan, sebagai kolega dan kunjungan merupakan tuntutan bagi penyuluh
mitra kerja; demikian pula hubungan dengan sehingga dapat membagi waktu kunjungan dan
sesama rekan penyuluh. Tidak jarang para pembinaan dengan baik.
penyuluh saling bantu dalam memecahkan
masalah pertanian (dalam arti luas) di Faktor finansial. Faktor finansial memiliki
wilayah binaan masing-masing; sedangkan hubungan negatif dengan produktivitas
kedekatan penyuluh dengan peternak binaan kerja: menurut pengakuan para penyuluh,
dan pemuka masyarakat sangat membantu ketidakpuasan terhadap besaran gaji,
dalam melancarkan penyelenggaraan kegiatan penghargaan kerja dan tunjangan fungsional
penyuluhan. Misalnya, kegiatan widiawisata yang diperoleh tidak mempengaruhi penyuluh
atau karyawisata dapat berlangsung baik dalam bekerja karena adanya komitmen
dengan adanya dukungan dari kepala desa, terhadap profesi sebagai penyuluh.
selain kerjasama dengan pemuka masyarakat
dan kontak tani andalan setempat. KESIMPULAN
Penyuluh mengadakan pendampingan
intensif terhadap peternak untuk meningkatkan Motivasi internal penyuluh, yaitu prestasi,
dayasaing pengelolaan ternak yang umumnya pengakuan dan tanggungjawab termasuk skor
masih dilakukan secara tradisional. Hal ini baik dan pekerjaan mempunyai skor cukup.
dimaksudkan agar pengetahuan dan ketrampil- Motivasi eksternal, yaitu administrasi dan
an peternak meningkat dalam hal penggunaan kebijakan, supervisi, status dan hubungan
teknologi tepat guna, pengawasan mutu produk interpersonal penyuluh-peternak, mempunyai
ternak, penolakan dan pencegahan serta skor baik, sedangkan gaji, imbalan dan kondisi
pemberantasan penyakit hewan menular serta kerja mempunyai skor cukup. Kepuasan kerja
berbagai upaya peningkatan kualitas ternak, penyuluh yang mempunyai skor baik adalah
hasil ternak, obat dan vaksin. Selain itu kepada unsur psikologis dan sosial. Unsur fisik

Edisi April 2008 79


HUBEIS Media Peternakan

penyuluh mempunyai skor cukup dan unsur Mardikanto, T. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi
finansial mendapat skor buruk. Penyuluh Pertanian. Puspa, Sukoharjo.
Semua faktor internal berkorelasi Marjani. 2005. Hubungan motivasi dengan kinerja
pegawai pada unit pelaksana teknis dinas
signifikan positif dengan produktivitas
perhubungan provinsi DKI. Tesis. Magister
kerja penyuluh peternakan. Faktor eksternal Manajemen Agribisnis Institut Pertanian
yang berkorelasi signifikan positif dengan Bogor, Bogor.
produktivitas adalah variabel status dan Perpres No. 7. 2005. Revitalisasi Pertanian Bab
hubungan interpersonal penyuluh-peternak, 19. Dalam: Rencana Pembangunan Jangka
sedangkan administrasi dan kebijakan, Menengah Nasional (RMJMN) Republik
supervisi, gaji dan imbalan, dan kondisi Indonesia. Jakarta.
kerja berkorelasi signifikan negatif dengan Puspadi, K. 2002. Rekonstruksi sistem penyuluhan
pertanian. Disertasi. Program Pascasarjana
produktivitas kerja. Unsur psikologis, sosial, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
dan fisik penyuluh berkorelasi signifikan positif Sarwono, J. 2006. Panduan Cepat dan Mudah
dan unsur finansial berkorelasi signifikan SPSS versi 14. Andi Offset, Yogyakarta.
negatif dengan produktivitas kerja penyuluh- Schminke, M., M.L. Ambrose & D.O. Neubaum.
peternakan. 2005. The effect of leader moral development
on ethical climate and employee attitudes.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Organizational Behavior and
Human Decision Process 97: 135-151.
Sherman, A. W., G. W. Bohlander & H.
Aida, V. H. 2004. Pemiskinan Masyarakat Sekitar J. Chruden. 1998. Managing Human
Hutan. www.lei.or.id/indonesia/news_detail.
Resource. International Thomson Publishing-
php?cat=0&news_id=33 - 31k. .
International Division, USA.
Apellbaum, S. H., I. U. Soltero & K. Neville.
Sherren, J. 2005. Ethics in the workplace.
2005. The creation of an unethical work
Personnel Psychology, Vol.8, No.4, ABI/
environment: organizational outcome–
INFORM Research.
based control system. Equal Opportunities
International 24: 67-83. Stoner, J. A. F., & R. E. Freeman. 1992.
Badan Ketahanan Pangan. 2004. Revitalisasi Manajemen, edisi ke-5. Intermedia, Jakarta.
Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Suryantini, H. 2003. Kebutuhan informasi dan
Kelautan. Badan Ketahanan Pangan. motivasi kognitif penyuluh pertanian serta
Departemen Pertanian, Jakarta. hubungannya dengan penggunaan sumber
Carmeli, A. & A. Freud. 2004. Work commitment, informasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian 12:
job satisfaction and job performance: an 33-43.
empirical investigation. International Journal Tempo Interaktif. 2005. Departemen Pertanian
of Organization Theory and Behavior 6: Kekurangan Penyuluh. www.tempointeraktif.
289-309. com/hg/ekbis/2005/08/18/brk,20050818-
Heller, R. 2002. Manager’s Handbook: Everything 65434,id.html - 45k -
You Need To Know About How Business Umar, H. 2005. Sumberdaya Manusia dalam
And Management Work. Dorling, Kindersley Organisasi. Gramedia Pustaka Utama,
Limited, London. Jakarta.
Herzberg, F. 1990. “One More Time: How Do You Widiyati, K. 2000. Analisis produktivitas tenaga
Motivate Employees?” Harvard Business kerja dan faktor yang mempengaruhinya di
Review, p.85. PT. Saung Mirwan, Cisarua, Bogor. Skripsi.
Koys, D. J. 2001. The effects of employee Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
satisfaction, organizational citizenship Pertanian Bogor, Bogor.
behavior, and turnover on organizational Winardi, J. 2001. “Motivasi dan Pemotivasian,”
effectiveness: a unit-level, longitudinal dalam Manajemen. Rajawali Pers, Jakarta.
study. Personnel Psychology 54: 101-114. Wisnuwardhana, A. 2001. Hubungan faktor-faktor
Mangkuprawira, S. & Aida V. H. 2007. motivasi dengan kualitas kerja penyuluh
Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. kehutanan lapangan. Skripsi. Fakultas
Ghalia Indonesia. Jakarta. Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

80 Edisi April 2008

You might also like