Professional Documents
Culture Documents
3418-Article Text-6894-1-10-20140701
3418-Article Text-6894-1-10-20140701
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6382
Gedung A3 Lantai 1 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: pgpaud@unnes.ac.id
30
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
31
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
berkembang pesat dan memerlukan zat-zat gizi Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat tahun
dalam jumlah relatif besar. Dilihat dari 2012 konsentrasi memiliki makan pemusatan
kebiasaan makan pagi, terdapat beberapa hal perhatian atau pikiran terhadap suatu hal.
yang mempengaruhi kebiasaan makan bagi Konsentrasi merupakan kemampuan seseorang
indivudu yakni faktor perilaku, faktor untuk bisa memfokuskan perhatian dalam
lingkungan dan faktor ekonomi (Sentoso: 2009: waktu tertentu (Puspitawati, 2012:111).
97) . Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau
Asupan gizi saat pagi hari memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap suatu
banyak manfaat yang dapat menunjang hal. Slavin (dalam Rifai & Catharina, 2009:82)
berbagai akatifitas anak seharian (Ade, 2011: menyatakan bahwa belajar merupakan
182). Berikut beberapa manfaat makan pagi perubahan individu yang disebabkan oleh
untuk anak yang adalah daya konsentrasi saat pengalaman. Sedangkan belajar menurut Kamus
belajar dan beraktifitas, mendapatkan energi Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke empat tahun
yang lebih saat bermain, terlihat aktif saat 2012 merupakan suatu usaha memperoleh
melakukan aktifitas, mampu melakukan segala kepandaian atau ilmu. Dalam kegiatan belajar di
hal dengan baik dan benar, merlihat ceria saat sekolah, perubahan perilaku yang itu mengacu
berada di sekolah dan tidak mudah mengantuk pada kemampuan mengingat atau menguasai
dan lemas. Ade Bening Nirwana (2012:183) berbagai bahan belajar dan kecenderungan
menjelaskan makan pagi yang terlalu banyak peserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai yang
bagi anak bahkan selain dapat menyebabkan diajarkan oleh pendidik (Rifa’I, 2009:82).
anak sakit perut, porsi makan pagi yang terlalu Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan
besar dapat mengakibatkan terlalu penuhnya bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan
perut sehingga anak mengantuk, karena aliran perhatian dalam proses perubahan tingkah laku
darah lebih banyak berpusat pada perut yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
daripada otak. penggunaan, dan penilaian terhadap atau
Kebutuhan energi anak usia 4-6 tahun mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
dengan rata-rata berat badan 18 kg perharinya kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
adalah 1720 kkal, dan kebutuhan pemenuhan bidang studi. Mekanisme konsentrsi belajar
protein bagi anak saat makan pagi 8 gram sendiri berupa pemusatan diri pada proses
protein dalam asupan makan paginya. pembelajaran dan mengabaikan stimulasi yang
Kebutuhan energi anak usia 7-9 tahun dengan lain.
rata-rata berat badan 23.5 kg perharinya adalah Manusia memiliki tahapan-tahapan
1860 kkal, dan kebutuhan pemenuhan protein tersendiri dalam perkembangan konsentrasi.
bagi anak saat makan pagi 9 gram protein dalam Perhatian sudah muncul sejak bayi, namun
asupan makan paginya. masih dalam bentuk yang sederhana dan
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan berkembang menjadi komplek hingga usia 6
pada proses-proses pertumbuhan, produksi tahun (Femi, 2011:7). Berikut tahapan
Tenaga, struktur dan fungsi otak dan perilaku konsentrasi anak memiliki batasan yang dapat
(Almatsier, 2010:11). Jadi asupan gizi pada dirata-rata pada usia 1-2 tahun rentang
manusia memiliki peran yang sangat penting perhatian kurang lebih 5 menit,sedang usia 3-4
bagi beberapa aspek kehidupan manusia. tahun 10 menit dan pada usia 5 tahun 20 menit.
Asupan gizi yang tepat seimbang akan Tahap berikutnya yaitu lama konsentrasi
mengoptimalkan pertumbuhan manusia dan dengan rumus 1(u-1). Jadi kalau anak berumur
aktifitas manusia sehari-hari. 6 tahun maka daya konsentrasinya sekitar 5
Konsentrasi Belajar menit. Pada usia 1 tahun lama konsentrasinya
Konsentrasi belajar berasal dari dua kata minus oleh sebab itu tidak dikenal istilah
yakni konsentrasi dan belajar. Menurut Kamus
32
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
33
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
Semua item hendaknya relevan dengan indaktor (19,8%). Responden dengan usia 41 – 45 tahun
dan tidak ada item yang ditulis tidak sesuai berjumlah 30 orang (18,5%). Responden
dengan kaidah penulisan. Metode analisis data dengan berusia 46 – 50 tahun sebanyak 13
yang pertama kali dilakukan oleh peneliti orang (8%). Sisanya adalah responden dengan
adalah uji validitas yang bertujuan untuk jumlah terkecil yaitu usia 21 – 25 tahun
membuktikan kebenaran suatu butir. Pada uji berjumlah 7 orang (4,4%) dan usia 50 tahun ke
instrumen kebiasaan makan pagi terdapat 10 atas berjumlah 7 orang (4,4%).
item soal yang tidak valid yakni butir item Pekerjaan responden dalam penelitian ini
nomor 5, 7, 8, 11, 20, 21, 27, 34, 37, dan 38. cukup beragam. Sebagian besar responden
Pada uji instrumen kebiasaan makan pagi bekerja sebagai buruh yakni sebanyak 59 orang
terdapat 9 item soal yang tidak valid yakni butir (36,4%). Responden terbanyak diurutan ke 2
item nomor 3, 5, 7, 13, 16, 19, 37, 39, dan 40. berprofesi sebagai ibu rumah tangga yakni 32
Namum meski terdapat 32 soal yang valid orang (19.7%). Responden dengan pekerjaan
peneliti hanya menggunakan 30 soal agar sebagai pegawai negeri/ karyawan swasta
jumlah soal antara ke dua valiabel sama. sebanyak 31 (19,2%). Responden dengan
Uji asumsi yang digunakan dalah uji pekerjaan sebagai wiraswasta jumlah
normalitas dan uji homogenitas. Normalitas responden 22 orang (13,6%). Sedangkan petani,
dalam statistik parametric seperti regresi dan pekerja serabutan, dan sopir atau dalam tabel
Anova merupakan syarat pertama. Uji masuk dalam kalom lain-lain yang paling sedikit
homogenitas dilakukan untuk menunjukkan diantara yang lain yakni sebanyak 18 orang
bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik (11,1%). Responden dalam penelitian ini
parametrik (uji t,) benar-benar terjadi akibat bekerja sebagian besar bekerja setiap harinya
adanya perbedaan antar kelompok, bukan meski ada 19,7% ibu rumah tangga.
sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji Dari hasil kategorisai dan pengisian
inferensial merupakan statistik yang digunakan angket dapat diketahui bahwa anak yang makan
untuk uji hipotesis (Rianto, 1996:51). pagi dan tidak makan pagi berjumlah sama
Penelitian ini menggunakan uji t sebagai alat uji yakni 81 responden. Hal ini dikarenakan
hipotesis. penelitain berjenis komparsi sehingga data yang
diperoleh hendaknya homogen. Sedangkan hasil
PEMBAHASAN pengisian angket mengeanai tingkat konsentrasi
belajar anak dapat diketahui bahwa anak yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui konsentrasi dan tidak konsentrasi selisih 2 anak
bahwa rasio perbandingan jumlah responden pada masing-masing kelompok. Anak yang
siswa putra dan putri di Sekolah Dasar di menujukan ciri konsentrasi lebih baik
Kecamatan Pageruyung menunjukkan bahwa berjumlah 82 dan anak yang menunjukan ciri
responden yang ikut andil dalam penelitian ini konsentrasi belajar kurang berjumlah 80.
cukup seimbang antara siswa putra dan putri. Hasil uji normalitas menunjukan nilai
Selisih antara keduanya hanya 10 orang siswa probabilitas signifikan variabel kebiasaan
(6,1%). Usia responden 6-7 tahun yang makan pagi siswa memiliki signifikansi 0,067
merupakan siswa kelas 1 Sekolah Dasar. yang berarti lebih besar dari 0,05 dan variabel
Sedangkan sebanyak 162 orangtua yang juga tingkat konsentrasi belajar siswa kelas 1
merupakan responden dari instrumen makan Sekolah Dasar 1 memiliki nilai signifikansi
pagi memilki usia yang beragam. Responden sebesar 0,20 yang berarti lebih besar dari 0,05.
terbanyak 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 39 Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
orang (24%). Responden dengan usia 26 – 30 dikatakan bahwa sebaran skor kedua variabel
tahun berjumlah 34 orang (19,8%). Responden adalah normal. Berdasarkan hasil uji
dengan usia 36 – 40 tahun berjumlah 32 orang homogenitas menggunakan SPSS dapat dilihat
34
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
dari nilai signifikanasi 0,288 yang berarti data orangtua memiliki peran pentiang agar anak
tersebut bersifat homogen. tidak menolak makan pagi dengan membuat
Hasil uji normalitas dan homogenitas variasi menu makan pagi.
menunjukkan bahwa data yang terkumpul Angka kecukupan gizi pada bayi, anak
memenuhi syarat untuk analisis selanjutnya, dan balita diperngaruhi oleh lama serta
yaitu menggunakan uji t untuk menguji intensitas kegiatan jasmani yang dilakukan anak
hipotesis yang diajukan. Hasil analisis hipotesis (almastsier, 2002: 146). Pada anak usia 4-6
menggunakan cara uji t untuk melihat tahun membutuhkan energi sebanyak 1720 kkal
perbandingan konsentrasi anak yang makan dan anak usia 7-9 tahun sebanyak 1860 kkal
pagi dan anak yang tidak makan pagi perhari. Porsi makan anak dipagi hari
menghasilkan nilai signifikansi 0,297. Nilai hendaknya memnuhi 20-25% dari kebutuhan
signifikansi 0,297 >α (0,05), maka Ha diterima. energi dalam sehari. Artinya pada anak usia 4-6
Hal ini berarti ada perbedaan tingkat tahun hendaknya kalori yang didapat dari
konsentrasi antara anak yang makan pagi. makan pagi sebesar 344-430 kkal. Sedangkan
Menurut Santoeso (2009:97) kebiasan pada anak usia 7-9 tahun berarti harus
makan tersebut dapat dipengaruhi yakni faktor mendapatkan asupan makanan dengan 372-465
perilaku, lingkungan dan ekonomi. Pada kkal.
Penelitian ini terdapat item-item yang Namun sayangnya berdasarkan hasil
menjelaskan mengenai faktor perilaku yang analisi pengisian angket kebiasaan
mempengaruhi kebisaan makan anak antara dimasyarakat yang terbiasa makan pagi hanya
lain walaupun telah disiapkan apabila anak dengan gorengan ataupun snack ringan aja dna
tidak mau makan ataupun merasa tidak tertarik mie instan. Makan pagi hanya dengan snack dan
dengan makanan yang dihidangkan maka anak mie instan rata-rata hanya mampu memenuhi
hanya akan berlalu dari makanan tersebut 110 kkal kebutuhan anak. Sementara anak usia
tanpa memakannya. Apablia terus menerus 4-6 tahun membutuhkan 344-430 kka,
seperti itu maka anak akan lebih memilih tidak sedangkan anak usia 7-9 tahun memburuhkan
makan dan menjadi terbiasa tidak makan. Selain 372-465 kkal. Sehingga makan pagi dengan mie
itu besar keluarga tidak terbiasa melakukan instan dan snack tidak dapat mencukupi
makan pagi bersama. Hal ini tentu dapat kebutuhan energi yang harus dipenuhi anak
menyebabkan anak terbiasa untuk tidak makan, dipagi hari.
karena seperti yang kita tahu anak usia 6-7 Tingkat konsentrasi belajar merupakan
tahun masih belajar dengan meniru dari tinggi rendahnya kemampuan anak untuk
kebiasaan-kebiasaan di lingkungannya. memusatan perhatian alam proses perubahan
Kemampuan ekonomi tentu memiliki pengaruh tingkat laku yang dinyatakan dalam bentuk
yang besar untuk kebiasaan anak. Ketersediaan penguasaan, penggunaan dan penilaian
bahan makan yang kurang vairatif dapat terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai
menyebabkan anak sering bosan dengan menu pengetahuan dan kecapakan dasar yang
makan pagi. terdapat dalam berbagai bidang studi, karena
Secara umum hasil analisis instrumen berbagai faktor yang mempengaruhi.
yang telah disebar anak sering bosan dengan Engkoswara dalam Tabrani (1989:10)
menu makan pagi yang kurang variatif. Selain menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang
itu anak juga merasa tidak lapar saat hendak dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri
berangkat ke sekolah sehingga anak tidak siswa yang dapat berkonsentrasi belajar
makan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Hal memiliki ciri perilaku kognitif, perilaku afektif
tentu sangat mengkhawatirkan karena anak dan perlilaku psikomotor yang baik.
usia 6-7 tahun masih masuk dalam kelompok Anak yang memiliki tingkat konsentrasi
usia pertumbuhan. Sehingga dalam hal ini yang baik tentu akan memiliki ciri perilaku
35
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
kognitif yang biak pula. Berdasarkan analisis mudah bosan dengan apa yang dia lakukan,
data yang didapat sebagian besar anak tidak bingung ketika guru tiba-tiba memanggil
menunjukan perilaku kognitif mampu namaya, dan mudah mengikuti perintah
melakukan tugas dengan baik dan teliti saat Berdasarkan penelitian Ari Nofitasari,
mengerjakan tugas. Mampu melakukan semua Rina A. Anggorodi, dan Triyanti (2009) berjudul
tugas dengan baik menunjukkan anak mampu Perilaku Makan pagi Pagi dan Kaitanya dengan
memperhatikan dan berkonsentrasi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah
baik. Sehingga semua tugas dapat diselesaikan Pertama di SMP N 2 Depok menjelaskan
dengan baik. Sedangkan sikap teliti ditunjukan mengenai adanya pengaruh makan bagi
dengan tidak ada yang terlewat dikerjakan pada terhadap prestsi belajar siswa. Penelitian ini
setiap hal yang dikerjakan. menjelaskan bahwa makan pagi dapat
Anak yang berkonsentrasi belajar akan mempengaruhi prestasi belajar anak karena
memilki sikap dan apersepsi yang baik saat pada anak yang makan pagi akan memiliki
pembelajaran berlangsung. Hasil pengisian tingkat konsentrasi yang lebih tinggi jika
angket menunjukan ciri perilaku afektif yang dibandigkan dengan anak yang tidak makan
paling dominan muncul adalah tidak mudah pagi. Sedangkan pada Breakfast and cognition:
bosan dengan apa yang dikerjakan. Selain itu an intregative summary (1998), salah satu
siswa juga tidak mudah bingung apabila guru keuntungan yang disebutkan adalah makan pagi
tiba-tiba memanggil namaya. Analisis hasil dapat meningkatkan perhatian siswa disekolah.
pengisian angket menyatakan bahwa siswa Dari tahapan uji asumsi dan uji
tidak mudah bosan dengan apa yang ia inferensial yang telah dilakukan dapat
kerjakan. Hal ini terbukti saat mengerkan disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat
sesuatu siswa tidak terburu-buru ingin berganti konsentrasi siswa disekolah pada anak yang
materi. Siswa menikmati setiap yang dikerjakan. selalu makan pagi, dan tidak pernah makan
Perilaku afektif berikutnya yang cukup dominan pagi. Pada kelompok anak yang selalu makan
terlihat berdasarkan angket yang diisi adalah pagi memiliki tingkat konsentrasi lebih tinggi
anak tidak bingung ketika namaya tiba-tiba dibandingkan kelompok tidak makan pagi. Pada
dipanggil oleh guru. Anak yang berkonsentrasi anak yang makan pagi akan menunjukan ciri
anak memiliki ciri perilaku psikomotor berupa perilaku-peilaku kognitif, perilaku afektif, dan
gerak dan kimunikasi baik verbal dan non perilaku psikomotor yang lebih baik jika
verbal baik. Pada analisis lebih lanjut peneliti dibandingkan anak yang tidak makan pagi.
menemukan bahwa siswa-siswa juga mudah
mengikuti perintah dengan baik. Data yang SIMPULAN
didapat peneliti dari anak juga disinkronkan
dengan keadaan yang peneliti temui dilapangan Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat
dan juga dicek kembali kebenaranya dengan perbedaan tingkat kosentrasi siswa yang makan
mendengarkan pendapat guru mengenai anak pagi dengan siswa yang tidak makan pagi di
didiknya. Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Hal
Secara umum hasil analisis pengisian ini dapat dilihat dari besarnya nilai signifikansi
instrumen tingkat konsentrasi anak dapat 0,297 >α (0,05), maka Ha diterima. Hal ini
disimpulkan bahwa berdasarkan angket yang berarti ada perbedaan tingkat konsentrasi
telah diisi berikut ciri perilaku yang paling belajar siswa kela 1 Sekolah Dasar antara anak
dominan dalam penelitian ini yang menunjukan yang makan pagi dan tidak makan pagi di
anak memiliki tingkat konsentrasi baik antara kecamatan Pageruyung Kendal. Anak yang
lain teliti saat mengerjakan sesuatu, melakukan makan pagi akan menunjukan ciri perilaku-
tugas dengan baik, tidak memandangi keluar peilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku
kelas saat pembelajaran berlangsung, tidak
36
Dewi Arifiani Rahmawati / BELIA 3 (1) (2014)
psikomotor yang lebih baik jika dibandingkan Slavin, Robert. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
anak yang tidak makan pagi. PT Indeks.
Tabrani, Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zainal Arifin.
1989. Pendektan dalam Proses Belajar
DAFTAR PUSTAKA
Mengajar. Bandung : Remadja Karya.
Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Andriani, Merryana dan Bambang Wirjatnadi.
Santoso, Soegeng dan Anne, Lies Ranti. 2009.
2012.Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Jakarta: Prenada Media Grup
Wahana Komputer. 2010. Mengolah Data Statistik
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi
Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Penerbit Andi
Azwar,Saifudin. 2013. Penyusunan Kuesioner
Wahyono, Teguh. 2012. Analisis Statistik Mudah
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dengan SPSS 20. Jakarta: Kompas Gramedia
Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Yli-Krekola, Anti, Jaakko Sarela dan Harri Valpola.
Aksara
Selective Attention Improves Learning.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate
Departement of Biomedical Enginering and
dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Computation Science. Aalto University,
Penerbit Universitas Diponegoro
Helsinki, Filand
Jiang, Yuhon, dan Marvin M. Chun. Selective Attention
Modulation Implicit Learning. The Quarterly
Journal of Experimental Psychology.
DOI:10.1080/027249800420000516
Kruschke, John. 2000. Learning Involves Attention.
Departemen of Psychology, Indiana
University, Bloomington. IN 47405-7007
Ling, Jonathan dan Jonathan Cathing. 2012. Psikologi
Kognitif. Jakarta: Erlangga
Nirwan, Ade Benih. 2011. Psikologi Bayi, Balita dan
Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nofitasari, Ari, Rina A. Anggorodi, dan Triyanti. 2009.
Perilaku Makan pagi Pagi dan Kaitanya denga
Prestasi Belajar Siswi Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 2 Depok. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. Maret-September.
Vol.03.no.2.
Olivia, Femi. 2011. Good Memory Building. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Pollita, Ernesto, dan Rebbecca Mthews. 1998.
Breakfast and Cognitif: An Integrative
Summary. The American Jurnal of Nutrition
1998; 67 (suppl): 8045-135.
Puspita, Ira, Iriana Indri Hapsari dan Ratna Dyah
Suryaratri. 2012. Psikologi Faal. Bandung: PT
Remaja Rasdakarya.
Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rianto,Yatim. 1996. Metodologi Penelitian
Pendidikan (Suatu Tinjuaan Dasar), Surabaya:
sic.
Rifa’I, Achmad, dan Chatarina, Tri Anni. 2009.
Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES press
37