You are on page 1of 13

KEWENANGAN POLISI KEHUTANAN DALAM BIDANG

PERLINDUNGAN HUTAN PADA PEMERINTAH DAERAH


DI SULAWESI TENGAH

Hermanus Ridholof
hermanus.ridholof@yahoo.co.id
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
It was a legal normative research adopting a number of theories (Theory of Authorities,
Theory of Sovereignty, Theory of Legal Extentsion and Preference, Decentralization Principle,
Devolution Principle and Good Governance Principle) and prevailing laws and regulations. The
legal materials adopted in the researc were from bibliographical studies comprising primary,
secondary and tertiary legal material. With reference to the research finding, it was foud that there
was a breach or incompliance againt the laws in the application of regulations in the governance
of forest protection by provincial/regency/city goverments concerning the authorities of Forest
Ranger in Central Sulawesi Province as the Forest Ranger is still under the control of Structural
Officer of Echelon IV (Forest Protection Officer). Based on the normative overview, it was foud
that from the very first time there had been a separation of authorities between those two
government officer. The law provides that special police functions are attributes of authority that
cannot be delegated and under the control of Minister of Environment whwn viewed from
functional command hierarchy pertaining to be absolute governmental afffairs. On the other
hands, the forest protection organization and its activities are included as concurrent governm,ent
affairs, forest ptotrction sub-section, that can be delegated to relevant Governor and further
delegated to relevant administration workong unit based on deconcentration principle.
Keywords: Authority, Forest Protection, Forest Ranger, Provincial/Regency/City Government,
Deconcentration.

Hutan merupakan karunia Tuhan Yang kemasyarakatan, bertujuan untuk mengatur


Maha Esa dan salah satu kekayaan alam bagian dari hutan dan hasil hutan bagi
Indonesia yang dengan berbagai fungsinya masyarakat penggunanya yang merupakan
sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh rangkaian kegiatan berupa pengukuhan
karenanya dalam pemanfaatannya harus hutan, penatagunaan hutan, penataan hutan,
dilakukan secara terencana, rasional, optimal, pemungutan hasil hutan, rehabilitasi hutan
dan bertanggung jawab sesuai dengan dan lahan, pemeliharaan hutan, perlindungan
kemampuan daya dukungnya, serta dengan dan pengamanan hutan, pengusahaan hasil
memperhatikan kelestarian fungsi dan hutan, pemasaran hutan, penelitian,
keseimbangan lingkungan hidup guna pendidikan, penyuluhan, pensertifikasian
mendukung pengelolaan hutan dan hasil hutan, inventarisasi potensi hutan, dan
pembangunan kehutanan yang berkelanjutan, berbagai kegiatan lain yang sesuai dengan
yang diarahkan untuk sebesar-besar perkembangan pemerintahan yang
kemakmuran rakyat di masa kini dan di masa bersangkut paut dengan kehutanan.
mendatang sebagaimana ketentuan dalam Bidang-bidang urusan yang dibagi
Pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik kepada Kementerian adalah urusan-urusan
Indonesia Tahun 1945. yang secara nomenklatur tegas disebutkan
Secara umum subsistem kehutanan dalam UUD NRI 1945 atau ruang lingkupnya
merupakan bagian dari sistem disebutkan dan urusan pemerintahan dalam

196
197 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

rangka penajaman, koordinasi, dan dilakukan penyelenggaraan perlindungan dan


sinkronisasi program pemerintah tata kelolah pengamanan hutan.
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 2 Mencermati berbagai kenyataan yang
Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang ada, maka penulis mengangkat masalah ini
Kementerian Negara. ke dalam sebuah thesis yang dituangkan
Setelah disahkannya Perpu Nomor 02 GDODP WXOLVDQ GHQJDQ MXGXO ³Kewenangan
Tahun 2014 menjadi Undang-Undang Nomor Polisi Kehutanan Dalam Bidang
09 Tahun 2015 yang merupakan perubahan Perlindungan Hutan Pada Pemerintah
dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 'DHUDK 'L 6XODZHVL 7HQJDK´
Tentang Pemerintahan Daerah yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Rumusan Masalah
Tahun 2004 menimbulkan harapan baru Melihat latar belakang yang telah
untuk penataan kembali kekuasaan secara dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan
hierarkis dalam struktur kepemerintahan agar pokok permasalahan sebagai berikut :
tidak lagi terjadi distorsi kewenangan, tetapi 1. Apakah penempatan kewenangan Polisi
juga disisi lain menimbulkan reduksi atau Kehutanan oleh Dinas Kehutanan baik
perubahan kewenangan bagi daerah yang berada pada Pemerintah Propinsi
khususnya dibidang kelautan, kehutanan dan maupun Kabupaten/Kota sudah sesuai
pertambangan bahkan eliminasi atau dengan peraturan perundang-undang yang
ditiadakannya urusan pemerintahan yang berlaku ?
sebelumnya dilaksanakan oleh Daerah 2. Bagaimanakah dampak dari perubahan
kabupaten/kota. Penggunaan dan penerapan urusan pemerintahan di bidang
kriteria eksternalitas, akuntabilitas, efisiensi Perlindungan Hutan pasca Undang-
dan kepentingan strategis nasional terhadap undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Pemda
urusan pilihan pemerintah didaerah menjadi diberlakukan terhadap kewenangan Polsus
menarik untuk dikaji lebih dalam. kehutanan ?
Seusai Pasal 5 UURI No. 41 tahun
1999 THQWDQJ .HKXWDQDQ ³untuk menjamin METODE
terselengaranya Perlindungan Hutan, maka
kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai sifat Penelitian ini merupakan penelitian
pekerjaannya memberikan wewenang ilmu hukum normatif, menurut Soejono
kepolisian khusus kepada Polisi Soekanto penelitian hukum dilakukan dengan
.HKXWDQDQ 3ROKXW ´ :HZHQDQJ 3ROKXW cara meneliti bahan pustaka dapat dikatakan
sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan dan penelitian normatif. Penelitian hukum
tindakan kepolisian khusus di bidang normatif mencakup : penelitian terhadap
kehutanan yang bersifat preventif, tindakan asas-asas hukum, penelitian terhadap
administrative dan operasi represif. sistematik hukum, penelitian terhadap taraf
Mengingat kawasan hutan yang sangat sinkronisasi vertical dan horizontal,
luas dengan tingkat kerawanan terhadap perbandingan hukum serta sejarah hukum.
pelaku tindak pidana pelanggaran/kejahatan
terhadap hutan dan hasil hutan dalam bentuk Sebagai sumber bahan hukum pokok
pembalakan liar/penebangan kayu ilegal, dari penelitian ini adalah menggunakan dua
pengangkutan kayu tanpa dokumen sah, bahan hukum yang bersumber dari
penyelundupan kayu/hasil hutan lainnya, kepustakaan yaitu bahanhukum primer,
serta perambahan hutan sudah dalam taraf bahan hukum sekunder, serta bahan hukum
sangat memprihatinkan, maka perlu tertier. Bahan hukum sekunder adalah bahan
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 198

hukum yang diperoleh dari kepustakaan yang nama/istilah tersendiri. Namun, tugas dan
berupa buku-buku hukum yang ditulis oleh fungsi tersebut sudah tergambar dan tersirat
para ahli hokum yang erat kaitannya dengan dalam kaidah-kaidah hukum adat dan
judul dan permasalahan yang di angkat dalam kearifan tradisional dalam perlindungan alam
penelitian ini. Bahan selain hukum digunakan yang dilakukan secara turun-temurun dan
sebagai penunjang dalam penelitian ini sebagian besar masih ada/dilakukan sampai
adalah bahan-bahan yang memberikan sekarang ini.
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan b. Masa Pendudukan Belanda (1592-Maret
bahan hukum sekunder, seperti KBBI (kamus 1942)
besar bahasa indonesia), ensiklopedia dan Berdasarkan peristiwa yang terjadi
sebagainya yang berkaitan dengan penelitian pada masa pendudukan Belanda, yaitu pada
ini yang dapat mendukung maupun tahun 1870 telah dikeluarkan Peraturan
memperjelas bahan hukum primer dan bahan Agraria yang mengatur tentang penentuan
hukum sekunder. kawasan hutan dan penentuan pejabat yang
bertugas mengawasi pelanggaran batas
HASIL DAN PEMBAHASAN hutan, baru pada tahun 1880 (sepuluh tahun
berikutnya) secara resmi Organisasi Polisi
1. Sejarah Perlindungan dan Pengamanan Kehutanan dibentuk.
Hutan di Indonesia Pada Tahun 1927 Pemerintah Kolonial
Pengertian sejarah berasal dari bahasa Belanda mengeluarkan Undang-Undang
Arab, yakni dari kata syajaratun, yang Bosordonantie Java & Madura tahun 1927,
memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon pasal 15 menetapkan bahwa´ WXJDV
kayu di sini adalah adanya suatu kejadian, kewajiban memperlindungi hutan diserahkan
perkembangan atau pertumbuhan tentang NHSDGD ´ SHJDZDL SHQJHOROD KXWDQ ´ dan
sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu lebih khusus lagi dalam ayat (2) ditetapkan
kesinambungan (kontinuitas). Menurut Jan EDKZD ´7HUXWDPD SHJDZDL SHQJHOROD
Marius Romein beliau adalah seorang teoritis MANTRI POLISI KEHUTANAN dan
dan sejarawan Belanda (1893-1962)), kata BOSWACHTER, yang harus mengerjakan
³VHMDUDK´ PHPLOLNL DUWL \DQJ VDPD GHQJDQ kepolisian dan mencari kejadian yang dapat
kata ³KLVWRU\´ ,QJJULV ³geschichte´ dihukum yang berhubungan dengan hutan
-HUPDQ GDQ ³geschiedents´ %HODQGD QHJDUD´.
semuanya mengandung arti yang sama, yaitu Undang-undang dibidang kehutanan
cerita tentang kejadian atau peristiwa yang pada masa kolonial sebagaimana peristiwa
terjadi masa lampau. yang terjadi pada tahun 1972 tersebut diatas
telah menetapkan 2 (dua) pejabat dan
A. Sejarah Pengamanan Hutan dan memberikan wewenang atribusi kepada
Organisasi Polisi Kehutanan masing-masing petugas, yaitu:
a. Masa Sebelum Pendudukan Belanda 1. Pegawai Pengelola Hutan yang diserahi
(sebelum 1592) tugas kewajiban memperlindungi hutan;
Berdasarkan peristiwa yang berlaku dan
pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara 2. Pegawai Pengelola Mantri Polisi
berkuasa yaitu sebelum pendudukan Belanda Kehutanan dan Boswachter yang harus
menyangkut konsep pemikiran awal untuk mengerjakan tugas kepolisian dan mencari
pembentukan petugas pengamanan hutan. kejadian yang dapat dihukum yang
Pada masa itu sudah ada petugas yang berhubungan hutan Negara.
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Berdasarkan peristiwa sejarah tersebut
pengamanan hutan hanya belum miliki di atas nampak jelas adanya pemisahan
199 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

wewenang antara pejabat perlindungan 2. Polisi Khusus Kehutanan, disingkat Pol.


hutan yang diberi wewenang perlindungan Hutan;
hutan secara umum dan pejabat Polisi 3. Jagawana; dan
Kehutanan yang secara khusus diberi 4. Polisi Kehutanan, disingkat Polhut.
wewenang melaksanakan fungsi kepolisian Pada tanggal 24 Mei 1967 pada masa
khusus dibidang kehutanan. pemerintahan Presiden Suharto, diundangkan
c. Masa Pendudukan Jepang (Maret 1942- Undang-undang No. 5 Tahun 1967 Tentang
Agustus 1945) Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutananan
Berdasarkan peristiwa sejarah yang pada Pasal 18 ayat (1) dinyatakan bahwa:
terjadi pada tahun 1942 masa pendudukan ³8QWXN menjamin terselenggaranya
Jepang, dimana pemerintah penguasa pada perlindungan hutan, maka kepada Pejabat
saat itu mengeluarkan kebijakan untuk Kehutanan tertentu sesuai dengan sifat
menutup semua sekolah-sekolah yang pekerjaannya diberikan wewenang kepolisian
didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda NKXVXV ´
termasuk 2 (dua) sekolah kehutanan, namun Pada tanggal 30 September 1999, pada
pada bulan Oktober 1943 mendirikan masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie
kembali sekolah tersebut untuk mendidik telah diundangkan Undang-undang No. 41
Mantri Polisi Kehutanan. Tahun 1999 Tentang Kehutanan pada Pasal
d. Masa Kemerdekaan sampai sekarang 51 ayat (1) menyatakan bahwa:
(1945-sekarang) ³Untuk menjamin terselengaranya
Dalam Dasa Warsa tahun 1960 Perlindungan Hutan, maka kepada pejabat
Direktur I Perhutani Jawa Tengah (sekarang kehutanan tertentu sesuai sifat pekerjaannya
Perum. Perhutani Unit I Jawa tengah) diberikan wewenang kepoliVLDQ NKXVXV³
bersama-sama Komandan Inspeksi
Kepolisian 94 Pati memandang perlu untuk B. Sejarah Organisasi Direkorat Jenderal
membentuk Polisi Chusus Kehutanan (PCK) Perlindungan Hutan Dan Konservasi
yang bersifat mobile melalui pendidikan dan Alam
latihan dasar kepolisian. Pembentukan Berdasarkan peristiwa sejarah
pertama-tama ditujukan untuk mengatasi Organisasi Dirjen PHKA menurut urutan
serta menaggulangi gangguan keamanan waktu dari masa lampau hingga sekarang
hutan jati dalam wilayah Eks. Keresidenan bahwa peristiwa pembentukan Organisasi
Pati Jawa Tengah. Pendidikan dan latihan Dirjen PHKA dan keberadaan kegiatan
(Diklat) Polisi Khusus Kehutanan Mobile Perlindungan dan Konservasi Alam di
Angkatan Pertama dengan kekuatan 147 Indonesia sangat berkaitan erat dengan nama
orang. Peresmian pelantikannya dilakukan Dr. Sijfert Hendrik Koorders (1863-1919).
oleh Menteri Pertanian Mayor Jenderal TNI Dialah pendiri dan ketua pertama
Soetjipto SH. pada tanggal 21 Desember Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia
1966 di Alun-alun Pati Jawa tengah. Tugas Belanda (Netherlandsch Indische Vereenigin
Pokok Polisi Khusus Kehutanan yang tot Natuurbescherming). Oleh beliau awal
kemudian disingkat Pol. Hutan. kegiatan perlindungan hutan pada masa
Dari beberapa peraturan dan kebijakan pemerintahan Hindia Belanda dengan
sebagaimana tersebut diatas setidaknya dapat mendirikan suatu Perkumpulan Perlindungan
diketahui sejarah perubahan nama Polisi $ODP \DQJ EHUQDPD ´1HWKHUODQGVK ,QGLVFKH
Kehutanan (Polhut) yang kita kenal saat ini, Vereeniging Tot Natuur Bescherming´ SDGD
yaitu: tanggal 22 Juli 1912 dan pada tahun 1937
1. Polisi Chusus Kehutanan, disingkat PCK; Pemerintah Hindia Belanda merespon
perjuangan perkumpulan tersebut dengan
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 200

membentuk secara resmi suatu badan yang Pemerintahan Daerah, sistem tata
EHUQDPD ´1DWXXU %HVFKHUPLQJ DIVHOLQJ pemerintahan yang mengatur kewenangan
9HQ¶V /DQGV )ODQWDWXLQ´ Selanjutnya seiring untuk menyelenggarakan urusan
dengan waktu berdasarkan Surat Keputusan pemerintahan naik derajatnya menjadi
Presiden Kabinet Nomor 75/II/Kep/11/1966 atributif. Asas hukum atau prinsip hukum
terbentuk Direktorat Jenderal Kehutanan merupakan metanorma dalam suatu
yang berada dibawah Departemen Pertanian. perundang-undangan. Metanorma tersebut
Pada tahun 1967 lahirlah Undang-undang berlaku sebagai dasar pikiran yang
No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan- mengkontruksi sebuah Undang-Undang.
ketentuan Pokok Kehutanan yang disebut Undang-Undang Nomor 41 Tahun
Undang-Undang Pokok Kehutanan (UUPK). 1999 Tentang Kehutanan disahkan pada
UUPK ini berlaku untuk seluruh Indonesia, tanggal 30 September tahun 1999 bertepatan
namun untuk Pulau Jawa dan Madura masih dengan masa-masa awal reformasi. Sebagai
tetap memberlakukan Ordonansi Hutan Jawa Undang-Undang pengganti yang menganulir
dan Madura tahun 1927 (Staatsblad 1927 No. Undang-Undang masa Pemrintah Hindia
221). Undang-undang ini hanya sedikit Belanda Boschordonnantie Java & Madoera
menyinggung perlindungan alam termasuk ´ 6WDDWVEODG 7DKXQ 1RPRU
tidak memasukkan lagi pejabat Pegawai dan Undang-undang No. 5 Tahun 1967
Pengelola Hutan (petugas perlindungan Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
hutan) yang mempunyai tugas kewajiban Kehutanan.
memperlindungi hutan secara umum dan Secara teoritis kewenangan bersumber
status wewenangnya diatur melalui dari Peraturan Perundang - Undangan, dalam
Peraturan Menteri (sub delegasi), sedangkan bukunya Ridwan HR, HD Van Wijk/Willem
untuk Pegawai Pengelolah Manteri Polisi Konijnenbelt menjelaskan kewenangan
Kehutanan dan Boswachter masih diatur diperoleh melalui tiga cara yaitu :
dalam Undang-undang ini (atribusi) dan 1. Atribusi
GLEHULNDQ ³wewenang Kepolisian Khusus´ 2. Delegasi
GHQJDQ PHQJDQWL QDPD PHQMDGL ³Polisi 3. Mandat
Khusus Kehutanan´ GLVLQJNDW Pol. Hutan dan Kewenangan tentang wewenang
berlanjut hingga dikeluarkan Undang-undang Kepolisian Khusus Kehutanan diatur dalam
No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia pada Pasal 3 ayat
2. Kedudukan Fungsi Kepolisian Khusus (1) huruf a, yang kemudian diatur khusus lagi
Kehutanan di Indonesia di dalam UU No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan pada Pasal 51 ayat (1), dan (2).
a. Penempatan Kewenangan Polisi Kewenangan Atribusi tentang wewenang
Kehutanan Berdasarkan Peraturan Kepolisian Khusus tertentu mengartikan
Perundang-undangan bahwa Polri tidak lagi menggunakan sendiri
Kewenangan (authority,gezag) dan wewenang Fungsi Kepolisian dan tindakan
wewenang (competence bevoegdheid), kepolisian, tetapi atas kuasa undang-undang
wewenang berasal dari kata wenang yang Kepolisian Khusus Kehutanan dapat pula
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia menggunakan wewenangnya untuk
wenang (wewenang) diartikan sebagai hak melakukan fungsi kepolisian dan tindakan
dan kekuasaan (untuk melakukan sesuatu), kepolisian terbatas dibidang kehutanan. Jadi
sedangkan kewenangan juga diartikan sama. Polhut dari segi Hukum Administrasi Negara
Selanjutnya dengan disahkannya sebagaimana dimaksud UU No. 30 Tahun
Undang-Undang No. 09 Tahun 2015 Tentang 2014 Tentang Administrasi Pemerintah pada
201 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

Pasal 11 dan 12, telah menerima Sistem satuan komando yang disebut
Kewenangan Atribusi tentang Wewenang pada norma ketentuan umum menyangkut
Kepolisian Khusus Kehutanan dari 2 (dua) defenisi Polhut adalah bentuk organisasi
Undang-undang yaitu: satuan komando kepolisian bersifat
1. Kewenangan Atribusi oleh UU No. 2 fungsional berjenjang. Sistem satuan
Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara komando Polisi Kehutanan hanya dapat
Republik Indonesia Pasal 3 ayat (1) huruf terlaksana apabila berada dalam satu system
a; dan hierarki pemerintahan.
2. Kewenangan Atribusi oleh UU No. 41 Sangat jelas bahwa suatu produk
Tahun 1999 Tentang Kehutanan pada Undang-Undang harus mengacu kepada
Pasal 51 ayat (1), dan (2). peraturan perundang-undangan yang lebih
Jadi hubungannya kedudukan tinggi yakni UUD RI 1945 atau atas perintah
wewenang Kepolisian Khusus Kehutanan Undang-Undang berkaitan dengan Undang-
dengan kewenangan Menteri yang diserahi Undang yang bersangkutan sebagai landasan
tugas dan bertanggungjawab atas urusan hukum (landasan konstitusional, filosofis dan
pemerintahan di bidang Kehutanan adalah sosiologis).
sebagai berikut : Penyelenggaraan urusan pemerintahan
1. Menteri Lingkungan Hidup dan dibidang kehutanan berdasarkan UU No. 23
Kehutanan oleh kuasa undang-undang jo. UU No.09 Tentang Pemda mengatur
diberi kewenangan dibidang kehutanan pembagian urusan antara Pemerintah Pusat
bertanggung jawab atas urusan dan Daerah provinsi. Untuk sub urusan
pemerintahan di bidang kehutanan pemerintahan perlindungan hutan telah diatur
bertanggungjawab kepada Presiden. bahwa untuk Pemerintah Pusat selaku
2. Polisi Kehutanan oleh kuasa undang- Penyelenggara perlindungan hutan dan
undang diberi wewenang kepolisian untuk Pemerintah Provinsi selaku Pelaksana
khusus kehutanan bertanggungjawab perlindungan hutan.
kepada Presiden melalui Menteri Pada Pasal 404 menyatakan bahwa:
Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku ³Serah terima personel, pendanaan, sarana
penanggungjawab urusan pemerintahan di dan prasarana, serta dokumen sebagai akibat
bidang Kehutanan dan selaku Kepala pembagian Urusan Pemerintahan antara
Kepolisian Kehutanan Republik Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan
Indonesia. Daerah kabupaten/kota yang diatur
UU No. 18 Tahun 2013 Tentang berdasarkan Undang-Undang ini dilakukan
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Hutan (P3H) pada Pasal 1 ayat (15) Undang-8QGDQJ LQL GLXQGDQJNDQ´
menyatakan bahwa: Serah terima personel sebagaimana
³3ROLVL .HKXWDQDQ DGDODK SHMDEDW WHUWHQWX diperintahkan oleh Undang-Undang Pemda,
dalam lingkup instansi Kehutanan pusat maka untuk Personil Polhut (Polisi
dan/atau daerah yang sesuai dengan sifat Kehutanan) yang berada pada instansi
pekerjaannya menyelenggarakan dan/atau Pemerintah kabupaten/ kota dilakukan
melaksanakan usaha perlindungan hutan pengalihan status kepegawaian ke
yang oleh kuasa undang-undang diberikan Pemerintah Pusat selaku Penyelenggara
wewenang kepolisian khusus di bidang Perlindungan Hutan dengan pertimbangan
kehutanan dan konservasi sumber daya alam bahwa Polhut (Polisi Kehutanan)
hayati dan ekosistemnya yang berada dalam mengemban tugas dan fungsi kepolisian
kesatuan komando. khusus di bidang kehutanan termasuk salah
satu urusan pemerintahan negara bersifat
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 202

absolute, oleh pemerintah Pusat harus kepolisian khusus di bidang kehutanan dan
melakukan pembenahan dan penataan NRQVHUYDVL DODP KD\DWL GDQ HNRVLVWHPQ\D´
kelembagaan Polhut (Polisi Kehutanan), Defenisi Polisi Kehutanan menurut
untuk kemudian dipekerjakan (dpk) ke Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud
Pemerintah Provinsi selaku Pelaksana diatas yakni pada Pasal 1 ayat (2) secara
Perlindungan Hutan di daerah melalui asas normative bertentangan dengan UU No. 41
Dekonsentrasi. Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 51 dan
UU No. 30 Tahun 2014 Tentang
b. Penempatan Kewenangan Polisi Administrasi Pemerintahan Pasal 12 ayat (3)
Kehutanan Pada Pemerintahan Daerah dimana pada PP No. 45 menyebutkan pejabat
Hubungan kewenangan antara tertentu dalam lingkup instansi pemerintah
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pusat dan daerah, menyelenggarakan dan
Provinsi dan Pemerintah Daerah atau melaksanakan sedangkan pada UU No.
Kabupaten/Kota diatur dalam Undang- 41 Tahun 1999 hanya menyebut kepada
Undang sebagai berikut : pejabat kehutanan tertentu dalam hal ini
Presiden adalah pemegang kekuasaan POLHUT, dan juga hanya menyebut Untuk
pemerintahan dengan salah satu menjamin terselenggaranya dalam hal ini
kewenangannya adalah melakukan urusan penjamin penyelenggaraan bukan
pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup pelaksanaan karena dua kata ini bermakna
dan Kehutanan yang penyelenggaraannya hukum yang berbeda. Peratuturan Pemerintah
dilakukan oleh kementerian Negara dalam ini juga bertentang dengan UU No. 30 Tahun
hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Kehutanan untuk melindungi, melayani, dimana dinyatakan bahwa kewenangan
memberdayakan, dan menyejahterakan Atribusi tidak dapat di delegasikan kecuali
masyarakat. Sebagaimana diamanatkan oleh diatur di dalam UUD RI 45 dan/atau undang-
Undang-Undang Dasar Negara Republik undang, sangat jelas bahwa ketentuan umum
Indonesia Tahun 1945, terdapat Urusan pada Pasal 1 ayat (2) dan pada Pasal 32 ayat
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi (2) huruf c PP No. 45 Tahun 2004 ini telah
kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal mendelegasikan kewenangan atribusi fungsi
dengan istilah urusan pemerintahan absolute kepolisian khusus di bidang kehutanan
yang terdiri dari: 1. Pertahanan, 2. kepada kepada instansi pemerintah daerah,
Keamanan, 3. Agama, 4. Yustisi, 5. Politik hal yang dimaksud tersebut bertentangan
Luar Negeri, 6. Moneter dan Fiskal. dengan ketentuan UU No. 30 Tahun 2014
Di samping urusan pemerintahan Tentang Administrasi Pemerintahan pada
absolut dan urusan pemerintahan konkuren, Pasal 12 ayat (3), dimana Polhut mengemban
dalam Undang-Undang ini dikenal adanya kewenangan Atribusi atas kuasa undang-
urusan pemerintahan umum. undang tidak dapat didelegasikan oleh
Ketentuan Umum menurut PP No. 45 peraturan pemerintah yang berada
Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan dibawahnya. Fungsi Kepolisian Khusus
3DVDO D\DW PHQ\DWDNDQ EDKZD ³3ROLVL Kehutanan merupakan salah satu fungsi
Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam pemerintahan Negara yang bersifat absolute.
lingkup instansi kehutanan pusat dan daerah Sebagian urusan pemerintahan yang dapat di
yang sesuai dengan sifat pekerjaanya, delegasikan adalah urusan pemerintahan
menyelenggarakan dan atau melaksanakan konkuren yaitu usaha atau kegiatan dari
usaha perlindungan hutan yang oleh kuasa urusan pemerintahan dibidang perlindungan
undang-undang diberikan wewenang dan pengamanan hutan, bukan fungsi
kepolisiannya.
203 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

Berdasarkan ketentuan PP No. 45 sebagai penyelenggara perlindungan hutan


mendelegasikan kepada Pejabat structural (Polhut fungsional).
Instansi Kehutanan Pusat maupun menjadi 3. UU RI No. 30 Tahun 2014 Tentang
Daerah menjadi Polisi Kehutanan pada Pasal Administrasi Pemerintahan pada Pasal 12
32 ayat (2) huruf c, ketentuan tersebut ayat (3) menyatakan bahwa :
menjadi multi tafsir, tidak memberikan ³.HZHQDQJDQ $WULEXVL WLGDN GDSDW
kepastian hukum dan bertentangan dengan didelegasikan, kecuali diatur di dalam
peraturan perundang-undangan yang lebih Undang-Undang Dasar Negara Republik
tinggi tingkatannya, padahal pada Pasal 33 Indonesia Tahun 1945 dan/atau Undang-
ayat (1) dan (2) telah mengatur menyangkut XQGDQJ´
persyaratan dan tata cara pengangkatan Polisi Berdasarkan Undang-Undang di atas
Kehutanan melalui Peraturan menteri. sangat jelas bahwa kewenangan Atribusi
Adapun peraturan perundang-undangan yang fungsi kepolisian khusus kehutanan tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah dapat didelegasikan melalui Peraturan
ini sebagai berikut : Pemerintah (peraturan yang secara
1. UU RI No. 2 Tahun 2002 UU No. 2 hierakis lebih rendah tingkatannya dari
Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Undang Undang Dasar atau Undang-
Republik Indonesia. Fungsi Kepolisian Undang) .
Khusus juga diatur dalam Undang-undang 4. UU RI No. 12 Tahun 2011 Tentang
ini, yakni diatur pada Pasal 3 ayat (1) Pembentukan Petaturan Perundang-
men\DWDNDQ EDKZD ³ Pengemban fungsi undangan Pasal 5 huruf c dan Pasal 6 ayat
kepolisian adalah Kepolisian Negara (1) huruf i, serta Pasal 7 ayat (2)
Republik Indonesia yang dibantu oleh: a. menyatakan bahwa:
Kepolisian Khusus. Penjelasannya : Pasal a. Pasal 5 huruf c ³'DODP PHPEHQWXN
D\DW ³<DQJ GLPDNVXG GHQJDQ Peraturan Perundang-undangan harus
³GLEDQWX´ LDODK GDODP lingkup fungsi dilakukan berdasarkan pada asas
kepolisian, bersifat bantuan fungsional Pembentukan Peraturan Perundang-
dan tidak bersifat structural hirarkis´ undangan yang baik, yang meliputi:
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan
diatas sangat jelas bahwa yang dimaksud materi muatan;
dengan pengemban Kepolisian Khusus b. Pasal 6 ayat (1) huruf kepastian hukum:
sebagai mitra Polri ialah dalam lingkup ³0DWHUL PXDWDQ 3HUDWXUDQ 3HUXQGDQJ-
fungsi kepolisian khusus kehutanan undangan harus mencerminkan asas: i.
bersifat fungsional (pejabat Polhut ketertiban dan kepatian hukum.
Fungsional) dan tidak bersifat strukrural c. 3DVDO D\DW ³.Hkuatan hukum
hirarkis (pejabat structural). Peraturan Perundang-undangan sesuai
2. UU RI No. 41 Tahun 1999 Tentang dengan hierarki sebagaimana dimaksud
Kehutanan pada Pasal 51 ayat (1), pada ayat (1).
PHQ\DWDNDQ EDKZD ³8QWXN PHQMDPLQ Berdasarkan ketentuan Undang-
terselenggaranya perlindungan hutan, Undang diatas bahwa dalam pembentukan
maka kepada pejabat kehutanan tertentu peraturan perundang-undangan harus
sesuai dengan sifat pekerjaannya dilakukan berdasarkan asas Pembentukan
GLEHULNDQ ZHZHQDQJ NHSROLVLDQ NKXVXV´ Peraturan Perundang-undangan yang
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang di baik, yang salah satunya yaitu kesesuaian
atas sangat jelas bahwa yang dimaksud antara jenis, hierarkis dan materi muatan.
dengan pengemban fungsi kepolisian Materi muatan Penyelenggaraan fungsi
khusus kehutanan ialah pejabat tertentu kepolisian kehutanan merupakan usaha
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 204

atau kegiatan fungsional Polisi Kehutanan yang bertentangan dengan aturan


Kehutanan yang oleh kuasa Undang- yang lebih tinggi dan adanya multi tafsir. Jika
undang diberikan wewenang kepolisian dikaitkan dengan sejarah awal terbentuknya
untuk melakukan tindakan-tindakan Pejabat Penyelenggara Fungsi Kepolisian
kepolisian yang bersifat Preemtif, Khusus (Pejabat fungsional Polisi
preventif dan refresif non yustisif pada Kehutanan) dan Pejabat Pelaksana
bidang kehutanan. Jenis ketentuan yang Perlindungan Hutan (Pejabat structural
telah diatur oleh Undang-Undang tidak Perlindungan Hutan) kedua jenis jabatan ini
dapat ditafsirkan berbeda dari materi telah dibagi secara terpisah tugas pokok dan
muatannya oleh Peraturan Pemerintah fungsi kewenangannya berdasarkan peraturan
yang secara hierakis lebih rendah. perundang-undangan pada masa
5. UU RI No. 09 Tahun 2015 Tentang pemerintahan Kolonial Belanda yaitu
Pemerintah Daerah Pasal 15 ayat (1) yang Undang-Undang Boschordonnantie Java &
PHQ\DWDNDQ EDKZD ³3HPEDJLDQ XUXVDQ 0DGRHUD ´ 6WDDWVEODG 7DKXQ
pemerintahan konkuren antara Pemerintah Nomor 221 pada pasal 15 menetapkan
Pusat dan Daerah Provinsi serta Daerah bahwa ´tugas kewajiban memperlindungi
Kabupaten/Kota tercantum dalam hutan diserahkan kepada ´pegawai
Lampiran yang merupakan bagian yang SHQJHOROD KXWDQ´ dan lebih khusus lagi
tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. dalam ayat (2) ditetapkan EDKZD ´7HUXWDPD
Lampiran yang merupakan bagian yang pegawai pengelola MANTRI POLISI
tidak terpisahkan dengan Pasal 15 ayat (1) KEHUTANAN dan BOSWACHTER, yang
pada Undang-undang No. 09 Tahun 2015 harus mengerjakan kepolisian dan mencari
Tentang Pemda ini menyangkut sub kejadian yang dapat dihukum yang
urusan perlindungan hutan adalah sebagai EHUKXEXQJDQ GHQJDQ KXWDQ QHJDUD´.
berikut: Dalam melaksanakan urusan
Pemerintah Pusat: sebagai Penyelenggara pemerintahan konkuren di bidang kehutanan
perlindungan hutan. sub bidang Perlindungan Hutan Pemerintah
Pemerintah Provinsi: sebagai Pelaksana telah mendelegasikan kewenangan kepada
perlindungan hutan di hutan lindung dan Pemerintah Daerah, maka Dinas Kehutanan
hutan produksi. Daerah harus mengacu kepada PP No. 45
Pemerintah kab/kota: Tereliminasi untuk Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
kegiatan perlindungan hutan (sebagai pada Pasal 11 yang menyatakan bahwa:
Pelaksana pengelolaan Tahura pada ³3HPHULQWDK SHPHULQWDK SURYLQVL GDQ DWDX
Kabupaten/Kota) pemerintah kabupaten/kota melakukan
Berdasarkan ketentuan Undang- fasilitasi, bimbingan, pembinaan,
Undang diatas sangat jelas adanya pengawasan dalam kegiatan perlindungan
pembagian kewenangan antara Pemerintah hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah dan Pasal 9 serta PaVDO ´
Kab/Kota. Nampak pula bahwa adanya Berdasarkan urusan pemerintahan
kesimbangan, keserasian dan keselarasan konkuren sub bidang perlindungan hutan
diantara ke- 5 (lima) Undang-Undang diatas, maka tugas pokok dan fungsi Seksi
tersebut diatas, antara satu dengan yang lain Perlindungan Hutan pada Dinas Kehutanan
tidak terdapat pertentangan ketentuan norma, Daerah Provinsi Sulawesi Tengah berasal
namun justru Peraturan Pemerintah No. 45 dari delegasi kewenangan dari Pemerintah
Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan kepada Pemerintah Daerah baik pemerintah
yang merupakan turunan atau derivasi dari daerah provinsi maupun kabupaten kota
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang melalui asas dekonsentrasi kemudian masing-
205 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

masing Pemerintah Daerah berdasarkan Perlindungan Hutan dan Konservasi


tingkatannya melimpahkan lagi kewenangan Alam.
melalui sub delegasi kepada Badan dan/atau Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi
pejabat setingkat dibawahnya. Yang Alam, membawahi :
dimaksud dengan Badan dan/atau pejabat a) Seksi Perlindungan Hutan
setingkat dibawahnya yaitu SKPD (Satuan b) Seksi Konservasi Alam
Kerja Perangkat Daerah) yang membidangi c) Seksi Penyuluhan Kehutanan dan
kehutanan. Pemberdayaan Masyarakat
Penataan organisasi perangkat daerah d). Kelompok Jabatan Fungsional
termasuk didalanya yaitu Dinas Kehutanan Struktur Organisasi Dinas Kehutanan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah diatur Daerah Provinsi Sulawesi Tengah tersaji
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 secara rinci pada bagan berikut ini:
Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Berdasarkan uraian tugas pokok, fungsi
Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dan dan tata kerja Dinas Kehutanan Daerah
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan
Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Perubahan peraturan daerah dan peraturan gubernur
Atas Peraturan Peraturan Daerah Nomor 6 sebagaimana tersebut diatas telah sesuai atau
Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi mengacu berdasarkan peraturan perundang-
dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi undangan yang berlaku, yang berbeda adalah
Sulawesi Tengah dan sesuai Peraturan kualitas penerapan terhadap pelaksanaan dari
Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 21 Tahun masing-masing bidang beserta seksi
2009 dibawahnya dari aturan tersebut. Perbedaan
antara aturan regulasi yang ada dengan
c. Bidang Perlindungan Hutan dan kualitas penerapan tugas-tugas dari seksi
Konservasi Alam Perlindungan Hutan dikaitkan dengan tugas-
Bidang Perlindungan Hutan dan tugas dari Kelompok Jabatan Fungsional
Konservasi Alam mempunyai tugas sesuai Struktur Organisasi Dinas Kehutanan
merumuskan dan melaksanakan kebijakan, Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai
memberikan bimbingan teknis serta berikut:
melakukan evaluasi terhadap 1. Peraturan Daerah dengan mengacu kepada
penyelenggaraan pemerintahan di bidang peraturan perundang-undangan yang
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. lebih tinggi tingkatannya telah mengatur
Untuk pelaksanaan tugas tersebut Bidang menyangkut tugas-tugas dari seksi
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam perlindungan, akan tetapi pada
mempunyai fungsi : pelaksanaannya masih merangkap tugas
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dengan melaksanakan tugas-tugas
dibidang Perlindungan Hutan dan fungsional Polisi Kehutanan;
Konservasi Alam. 2. Regulasi peraturan telah mengatur bahwa
2) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan Polisi Kehutanan masuk dalam rumpun
dibidang Perlindungan Hutan dan jabatan fungsional, akan tetapi sebagian
Konservasi alam. besar personil Polisi Kehutanan di
3) Penyiapan bahan pembinaan/bimbingan Provinsi Sulawesi Tengah masih berstatus
teknis di bidang Perlindungan Hutan dan staf seksi Perlindungan Hutan;
Konservasi Alam. 3. Berdasarkan peraturan perundang-
4) Penyiapan bahan evaluasi perundangan beserta derivasi/turunannya
penyelenggaraan tugas dibidang telah mengatur persyaratan pengangkatan
Polisi Kehutanan menjadi pejabat
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 206

fungsional dan pemberian tunjangan hukum menghalangi badan pemerintah


fungsional Polhut, akan tetapi kenyataan menarik kembali keputusan dan
sebagian besar Polhut di Provinsi merubahnya. Aspek formal memberikan
Sulawesi Tengah diberi mandat sebagai hak kepada yang berkepentingan untuk
Polisi Kehutanan dan melaksanakan mengetahui dengan tepat apa yang
tugas-tugas fungsional 1 x 24 jam sehari, dikehendaki daripadanya secara tepat dan
namun secara hukum status tidak adanya berbagai tafsiran.
kepegawainnya masih sebagai staf seksi 2. Asas keadilan menghendaki agar setiap
perlindungan hutan, konsekuensinya tindakan badan atau pejabat administrasi
Polhut yang bersangkutan tidak negara selalu memperhatikan aspek
mendapatkan tunjangan fungsional dan keadilan atau kewajaran, asas keadilan
menyangkut karier masih mengikuti menuntut tindakan pemerintah harus
kenaikan pangkat regular 4 (empat) tahun. proposional, sesuai, seimbang dan selaras
Defenisi Asas-Asas Umum dengan hak setiap orang.
Pemerintahan Yang Baik menurut Undang- Carut marutnya pelaksanaan kegiatan
undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang perlindungan hutan di Sulawesi Tengah
Administrasi Pemerintahan pada Pasal 1 ayat dimana semakin maraknya perambahan
PHQ\DWDNDQ EDKZD ³ Asas-asas Umum hutan, penebangan kayu secara illegal,
Pemerintahan Yang Baik yang selanjutnya penyelundupan kayu dan kebakaran hutan
disingkat AUPB adalah prinsip yang sebagai bukti bahwa telah terjadi suatu
digunakan sebagai acuan penggunaan kesalahan dalam tata pengelolaan urusan
Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam pemerintahan di bidang perlindungan hutan
mengeluarkan keputusan dan/atau Tindakan dan penempatan kewenangan Polisi
GDODP SHQ\HOHQJJDUDDQ SHPHULQWDKDQ´ Kehutanan secara proporsional tidak sesuai
Adapun asas menurut Pasal 6 menyetakan dengan peraturan perundang-undangan yang
EDKZD ³ 3HQ\HOHQJJDUDDQ $GPLQLVWUDVL berlaku. Kekeliruan awal yang dilakukan
Pemerintahan berdasarkan: a. asas legalitas; oleh pemerintah dalam hal menempatkan
b. asas perlindungan terhadap hak asasi tenaga Polisi Kehutanan yang menurut
manusia; dan c. AUPB. undang-undang sebagai pejabat yang
Terkait dengan uraian asas-asas umum menjamin terselengaranya Perlindungan
pemerintahan yang baik di atas sangat Hutan dilimpahkan ke Pemerintah Daerah
relevan digunakan untuk mendukung dengan tidak memberikan kejelasan status
penelitian ini, pemerintah daerah di Sulawesi kepegawaian sebagai tenaga fungsional
Tengah harus menerapkan asas-asas umum Polhut yang dipekerjakan di Pemda, dampak
pemerintahan yang baik dalam menjalankan dari kekeliruan tersebut terlihat jelas bahwa
pemerintahannya terutama pada asas Polhut eks Kanwil Dephut yang diserahkan
kepastian hukum dan asas keadilan. Penulis ke Pemda belum memiliki SK sebagai tenaga
dalam penelitian ini menggunakan asas fungsional Polhut dan tidak mendapatkan
kepastian hukum dan asas keadilan karena : tunjangan fungsional walaupun tugas-tugas
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam yang dilaksanakan sehari-hari selama 1 x 24
Negara hukum yang mengutamakan jam merupakan tugas-tugas fungsional
landasan peraturan perundang-undangan, Polhut.
kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan Negara. Asas
kepastian hukum memiliki dua aspek yaitu
: aspek material yang berkaitan dengan
kepercayaan, dimana asas kepastian
207 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 196-208 ISSN: 2302-2019

3. Dampak Perubahan Urusan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Pemerintahan Berdasarkan Undang-
Undang Pemda Terhadap Polisi Kesimpulan
Kehutanan 1. Kualitas penerapan peraturan perundang-
Undang-Undang Nomor 09 Tahun undangan dalam pelaksanaan urusan
2015 ini pada pasal 14 berbunyi pemerintahan sub perlindungan hutan
"Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan pada Pemerintah daerah, ternyata ada
bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan kekeliruan atau tidak sesuai dengan
sumber daya mineral dibagi antara peraturan perundang-undangan yang
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi" dan berlaku dalam penempatan kewenangan
tidak menyebutkan Kabupaten/Kota. Matrik Polisi Kehutanan di Daerah Sulawesi
lampiran halaman 116 pembagian urusan Tengah baik yang berada pada Pemerintah
pemerintahan dibidang kehutanan Propinsi maupun Kabupaten/Kota, Polisi
mengeliminasi atau mereduksi kegiatan Kehutanan masih dibawah kendali pejabat
perlindungan hutan di tingkat structural eselon iv (Pejabat Seksi
kabupaten/kota. Perlindungan Hutan) dan sebagian besar
Jika mengacu kepada Undang-Undang personel Polhut belum difungsionalkan
Nomor 09 Tahun 2015, maka tidak ada lagi masih berstatus jabatan staf Seksi
perangkat perlindungan di daerah Perlindungan Hutan. Berdasarkan kajian
kabupaten/kota, urusan perlindungan hutan normative ditinjau dari sejarah
baik didalam hutan produksi dan lindung terbentuknya organisasi Polhut dan
atapun fungsi lainnya diserahkan kepada organisasi Perlindungan Hutan serta
pemerintah provinsi selaku pemegang urusan peraturan prundang-undangan yang
kehutanan di daerah. Perubahan nomenklatur berlaku di Indonesia, sejak awal
susunan SKPD di Kabupaten/Kota haruslah terbentuknya sudah ada pemisahan
mengacu kepada Undang-Undang ini, kewenangan antara kedua jenis pejabat
dikarenakan Undang-Undang ini mengatur Negara tersebut. Peraturan perundang-
secara generalis atas urusan pemerintahan undangan telah mengatur kewenangan
daerah. fungsi kepolisian khusus adalah atribusi
Pada Pasal 404 UU No. 09 Tahun 2015 wewenang yang tidak dapat didelegasikan
Tentang Pemda memerintahkan untuk dan berkedudukan dibawah Menteri LHK
menyerahkan personil, pendanaan, sarana (bertanggungjawab kepada Presiden
dan prasarana, serta dokumen sebagai akibat melalui Menteri LHK selaku Kepala
pembagian Urusan Pemerintahan tersebut. Kepolisian Kehutanan RI) berdasarkan
Amanat atau perintah dari Pasal Undang- hubungan komando fungsional hierarki
Undang tentang Pemda ini mengharuskan yang merupakan urusan pemerintahan
seluruh personil Polisi Kehutanan dan PPNS Negara (absolute), sedangkan organisasi
Kehutanan harus ditarik semua ke perlindungan hutan beserta kegiatannya
Pemerintah Provinsi dan kembali ke daerah termasuk urusan pemerintahan konkuren
Kabupaten dalam status dipekerjakan (dpk) sub bidang perlindungan hutan adalah
atau diperbantukan (dpb) atau lebih trend delegasi kewenangan kepada Pemda
dalam dunia pengamanan adalah BKO berdasarkan asas dekonsentrasi.
(bawah Kendali Operasi) agar segala 2. Perubahan Undang-Undang tentang
tindakan sah demi hukum. Pemda berdampak kepada perubahan
urusan pemerintahan di daerah khususnya
urusan pemerintahan sub perlindungan
hutan, maka kedepan tidak ada lagi
Hermanus Ridholof, Kewenangan Polisi Kehutanan Dalam Bidang Perlindungan Hutan Pada «««««« 208

perangkat perlindungan di daerah UCAPAN TERIMA KASIH


kabupaten/kota (teriliminasi), urusan Terima kasih yang terdalam penulis
perlindungan hutan baik didalam kawasan sampaikan kepada Pembimbing Utama
hutan produksi dan lindung atapun fungsi Bapak Dr. H. Surahman, S.H., M.H dan
kawasan hutan yang lainnya diserahkan kepada Pembimbing Anggota Bapak Dr. H.
kepada pemerintah provinsi selaku Abdul Rasyid Thalib, S.H., M.H., yang
pemegang urusan kehutanan di daerah. membuka wawasan keilmuan akhirnya
Perubahan nomenklatur susunan SKPD di penulisan artikel ini dapat diselesaikan
Kabupaten/Kota mendatang harus dengan baik.
mengacu kepada Undang-Undang Pemda
yang baru. Perubahan pembagian urusan DAFTAR RUJUKAN
pemerintahan di daerah berdampak kepada
keberadaan Polisi Kehutanan yang berada HR. Ridwan, 2003, Hukum Administrasi
pada instansi pemerintah daerah Negara, UII Prees Yogyakarta.
kabupaten/kota yang kewenangannya http://bocahrezeh.blogspot.co.id/2010/12/seja
pada sub urusan bidang perlindungan rah-polhut.html
hutan tereliminasi, maka atas perintah UU http://rinanditya.web.com/pengertiansejarah.
pemda akan dilakukan penarikan personil htm
dan pengalihan status kepegawaian Jakarta.
terhadap personil Polhut yang berada pada Poerwadarminta W.J.S, 1982, Kamus Umum
lingkup instansi pemerintah kabupaten/ Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka
kota. Soekanto Soerjono 1986, Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta,
Rekomendasi Universitas Indonesia (UI Press).
1. Sebagai Negara hukum, Pemerintah Tjandra Ridwan, 2008. Hukum
Daerah dalam menata kelolah urusan Administrasi Negara, Universitas
pemerintahan harus taat dan patuh pada Atmajaya Yogyakarta, hlm 75
peraturan hukum yang berlaku. www.dephut.go.id
Perwujudan dari ketaatan dan kepatuhan www.sultengprov.go.id
pada hukum terebut, maka seluruh tata
kelolah urusan pemerintahan pada sub
bidang perlindungan harus dibenahi
termasuk menempatkan kedudukan
kewenangan fungsi kepolisian khusus
kehutanan secara proporsional menurut
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Penarikan personil Polhut dari Pemda
Kab/Kota harus melalui kajian hukum
yang mendalam terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan dari perintah Undang-Undang
Pemda tersebut dilakukan, diantaranya
yang merupakan prioritas utama yaitu
pembenahan Struktur Organisasi Polhut di
daerah dan kepastian hukum dari status
jabatan fungsional Polhut.

You might also like