Professional Documents
Culture Documents
Terapi Okupasi Skizofrenia
Terapi Okupasi Skizofrenia
Abstract
One common symptom of schizophrenia is the inability of people with
schizophrenia (PwS) to socialize and interact with their environment properly.
This inability leads to low social cognition of PwS and has the potential to
increase the recurrence rate of PwS if not handled properly. Therefore, social
interventions, one of which through occupational therapy, needs to be done to help
PwS strengthen their social cognition. The set of this activities was designed to
provide occupational therapy for PwS in Sindumartani Village, Ngemplak,
Yogyakarta. Occupational therapy is delivered in the form of training for
entrepreneurship and assistance in making processed meatballs and fried snacks.
After training and mentoring, Some PwS were purposively selected to be
contenders for equipment and working capital grant. The expected final outcome
from this activity is the increase of knowledge and skills of PwS in processing and
marketing processed meatballs and fried snacks, which in turn are expected to
have an impact on strengthening their social cognition. The evaluation result
showed an increase in PwS knowledge and skills in producing worth selling
processed meatballs and fried snacks. Occupational therapy in the form of other
activities needs to be initiated so that social cognition of PwS can be improved
continuously.
Abstrak
Salah satu gejala umum skizofrenia adalah ketidakmampuan Orang dengan
Skizofrenia (ODS) untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar
secara baik. Ketidakmampuan ini menyebabkan kognisi sosial ODS rendah dan
berpotensi meningkatkan kadar kekambuhan pada ODS jika tidak ditangani secara
baik. Oleh karena itu, berbagai intervensi sosial yang salah satunya melalui terapi
okupasi perlu dilakukan guna membantu ODS menguatkan kognisi sosialnya.
Pengabdian masyarakat ini dirancang dalam rangka memberikan terapi okupasi
bagi ODS di Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Yogyakarta. Terapi
okupasi diberikan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan dan pendampingan
pembuatan aneka olahan bakso dan gorengan. Pasca pelatihan dan pendampingan,
ODS dipilih untuk diberikan bantuan peralatan dan modal kerja untuk
dimanfaatkan sebagai modal berusaha. Luaran akhir yang ingin dicapai dari
pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ODS dalam
mengolah dan memasarkan olahan bakso dan gorengan, yang pada gilirannya
diharapkan akan berdampak pada penguatan kognisi sosial mereka. Hasil evaluasi
373
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020
Kata Kunci: gangguan kejiwaan; kognisi sosial; ods; skizofrenia; terapi okupasi.
374
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana
375
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020
Tidak semua ODS teridentifikasi dapat berbagai olahan bakso, mulai dari bakso kecil
mengikuti kegiatan dikarenakan beberapa di halus, bakso kasar besar, bakso telur, dan
antaranya masih terindikasi aktif. beberapa varian bakso lainnya (lihat Gambar
Pada sesi pertama, peserta diberikan 2). Tim mendatangkan pelatih yang memang
pembekalan dan penyuluhan tentang apa itu berprofesi sebagai penjual bakso dan kualitas
berwirausaha, manfaatnya, dan kenapa baksonya cukup di kenal di lingkungan
berwirausaha itu diperlukan. Para ODS yang sekitarnya. Pada pelatihan ini, pelatih terlebih
didampingi oleh anggota keluarga tersebut dahulu menjelaskan dan memperagakan
diberi pencerahan dan motivasi yang proses pembuatan bakso mulai dari awal
berkaitan dengan aktivitas kewirausahaan sampai akhir, lalu diikuti oleh praktik
(lihat Gambar 1). Penyuluhan dilaksanakan langsung oleh para peserta. Tim lalu
dengan menggabungkan metode Training Of melakukan pencatatan dan pendataan awal
Trainer (TOT) dan berbagai permainan, terhadap para ODS yang dianggap berpotensi
dimana narasumber memberikan ceramah untuk bisa membuka usaha bakso.
dan memberikan permainan-permainan kecil
untuk menstimulus keaktifan dan
ketertarikan peserta. Meskipun jumlah
peserta yang hadir tidak berkesesuaian
dengan ekspektasi di awal, namun peserta
cukup antusias dan mengikuti dengan
seksama setiap penjelasan dan permainan
dari narasumber. Beberapa juga terlibat
secara interaktif bertanya dan bersenda gurau
dengan narasumber.
376
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana
menjelaskan dan memperagakan tata cara terhadap sikap peserta pada kewirausahaan
mengolah dan membuat gorengan terlebih dan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan.
dahulu, lalu dilanjutkan dengan praktik
langsung yang diikuti oleh para peserta.
377
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020
akhirnya, luaran akhir terharap adalah 53% di antaranya ingin mencoba untuk
keberfungsian sosial dan kemandirian berjualan bakso.
ekonomi dari ODS. Setelah pelatihan dilaksanakan, sikap
Evaluasi bertahap dilakukan untuk peserta untuk semua indikator yang
mengukur tingkat capaian. Pertama, tim ditanyakan meningkat cukup signifikan.
menggunakan kuesioner pra dan pasca 100% peserta mengaku menjadi mengetahui
pelatihan untuk mengukur tingkat proses pembuatan bakso dan sekitar 82% di
pengetahuan dan sikap peserta terhadap antaranya mengaku akan dapat membuat
pelatihan yang diselenggarakan (hasil bisa olahan bakso secara mandiri. Sementara
dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7). ketertarikan peserta untuk berwirausaha
meningkat jadi 100% dan keinginan untuk
mencoba berjualan bakso juga meningkat
dari 53% pada sebelum pelatihan ke 82%
setelah pelatihan.
Pada pelatihan tahap kedua, yaitu
pelatihan pembuatan aneka olahan gorengan,
tiga dari 4 indikator di pelatihan tahap
pertama juga dipertanyakan ke peserta
melalui kuesioner sederhana. Ketiga
indikator tersebut meliputi; (1) pengetahuan
proses pembuatan gorengan; (3) kecakapan
membuat olahan gorengan secara mandiri;
dan (4) keinginan untuk berjualan gorengan.
Gambar 7 menyajikan gambaran jawaban
peserta pada saat sebelum dan sesudah
pelatihan dilaksanakan.
378
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana
goreng namun cuma sekitar 38% yang terpilih. Pemberian dilakukan melalui
merasa mampu membuat aneka olahan perantara anggota keluarga pendamping ODS
gorengan dengan baik. Sementara ketika saat pelatihan berlangsung (lihat kolase foto
ditanya keinginannya untuk berjualan pada Gambar 4). Secara periodik setelah
gorengan, sekitar 41% di antaranya mengaku pelatihan diselenggarakan, tim lalu
tertarik dan ingin mencoba menjual mendampingi dan memonitor kesungguhan
gorengan. Respon positif terhadap ketiga berusaha dari anggota ODS terpilih.
indikator ini juga mengalami peningkatan
yang cukup besar jika dibandingkan dengan
jawaban yang diberikan peserta sesudah
pelatihan dilaksanakan. Setelah pelatihan
dilaksanakan, 100% peserta mengaku jadi
mengetahui proses pembuatan gorengan dan
sekitar 89% di antaranya meyakini akan
mampu untuk membuat olahan gorengan
secara mandiri. Keinginan mereka untuk
Gambar 8. Sikap Peserta Terhadap
berjualan gorengan juga meningkat menjadi
Rangkaian Pelatihan
84% dari yang sebelumnya hanya 41%.
Selain melakukan evaluasi dengan
menggunakan kuesioner, tim juga
mengevaluasi tingkat kemampuan peserta
dalam mempraktikkan pengolahan dan
pembuatan bakso dan gorengan yang telah
dilatihkan. Evaluasi ini dilakukan dengan
mengamati langsung keaktifan dan
keterlibatan peserta pada saat praktik
pengolahan dan memasak dilakukan. Dari
pengamatan selama acara berlangsung, dapat
disimpulkan adanya keterwujudan dana tau
peningkatan kemampuan peserta dalam Gambar 9. Tim Ketika Sidak ke Salah Satu
mengolah dan memasak olahan bakso dan Keluarga ODS yang Sedang Berjualan di
gorengan yang layak jual. Hal ini terlihat dari Pasar
unjuk kerja yang diperlihatkan para peserta Dari hasil observasi secara langsung,
selama pelatihan berlangsung. dijumpai bahwa pembukaan usaha telah
Di akhir acara pelatihan pengolahan dimulai oleh penerima bantuan di
dan pembuatan aneka gorengan, sikap lingkungannya masing-masing. Penerima
peserta terhadap rangkaian kegiatan yang bantuan untuk berjualan bakso membuka
dilaksanakan juga dievaluasi menggunakan warung bakso di rumahnya, dan penerima
indikator sederhana sebagaimana tersaji pada bantuan untuk berjualan gorengan berjualan
Gambar 8. Secara keseluruhan, peserta gorengan di pasar Desa yang jaraknya sekitar
merasa senang dan menganggap penting 50 meter dari rumah tinggalnya. Berdasar
adanya pelatihan. Mereka juga menganggap informasi dari anggota keluarga, ODS
bahwa pelatihan-pelatihan serupa perlu terlibat secara aktif untuk membantu
dilakukan di masa-masa mendatang. persiapan dan proses pembuatan gorengan
Setelah rangkaian pelatihan maupun bakso.
keterampilan di atas dilakukan, tindakan Salah satu capaian luaran lanjutan
selanjutnya yang dilakukan tim adalah yang diharapkan dari rangkaian kegiatan ini
memberikan bantuan pembiayaan untuk adalah meningkatnya kesehatan dan
modal membuka usaha bagi dua ODS
379
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020
pendapatan ODS. Secara kualitatif, kami diselenggarakan. Pertama, tidak semua ODS
melakukan wawancara dan aktif bertanya bisa mengikuti rangkaian kegiatan yang
kepada anggota keluarga ODS tentang dicanangkan secara penuh. Para ODS yang
kondisi kesehatan ODS di keluarga mereka. tidak berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan
Dari hasil wawancara kami, dapat ini salah satunya disebabkan karena status
disimpulkan bahwa tingkat keberfungsian mereka yang menurut anggota keluarga
sosial ODS meningkat dan frekuensi masih aktif dan kurang stabil. Kedua, tidak
kekambuhannya tidak muncul dalam 2-3 terlalu banyaknya anggota keluarga ODS
bulan terakhir. Menurut anggota keluarga, yang bisa mengikuti rangkaian kegiatan
hal ini mungkin saja dipicu oleh membaiknya secara konsisten dari waktu ke waktu
interaksi sosial yang dialami oleh ODS meskipun aparat desa telah mengambil waktu
sehingga kognisi sosialnya menguat. yang cukup mensosialisasikan.
Sementara untuk capaian peningkatan Saran
pendapatan, mungkin tim belum bisa Capaian dari diselenggarakannya
mengukurnya secara representatif dan pengabdian ini seyogyanya dapat menjadi
komprehensif. Selain karena jumlah upaya awal untuk memberdayakan ODS
penerima bantuan pembukaan usaha tidaklah dengan program-program lainnya di masa
banyak (hanya 2 anggota keluarga ODS), mendatang. Sementara ini, belum ada upaya
juga karena mereka baru memulai usahanya terencana dan terstruktur dari Pemerintah
dalam rentang waktu yang masih relatif untuk meluncurkan program pemberdayaan
singkat, setidaknya sampai artikel ini dibuat. khusus bagi para ODS. Padahal, beberapa
Namun dari hasil penggalian informasi oleh penelitian terbaru berhasil membuktikan
tim terhadap 2 orang terpilih yang berjualan, bahwa ODS pada dasarnya memiliki
diketahui bahwa ada perolehan tambahan kemampuan untuk bekerja sebagaimana
pendapatan berkisar antara Rp.50.000 sampai anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu,
Rp.80.000 dalam sehari. Jika data ini ke depan perlu dibuat lebih banyak lagi
dijadikan sebagai tolak ukur antara, maka tindak lanjut kegiatan dalam rangka
dapat dikatakan bahwa telah terjadi memberdayakan ODS baik secara sosial
peningkatan ekonomi ODS dan keluarganya maupun ekonomi agar solusi yang
dibandingkan sebelumnya. Ini menjadi didapatkan bisa lebih komprehensif dan
relevan terutama karena mereka yang berkelanjutan.
mendapatkan bantuan modal usaha dari tim Ucapan Terima Kasih
notabene-nya adalah anggota masyarakat Ucapan terima kasih kami sampaikan
yang sebelumnya mengandalkan keseharian kepada DRPM Kemenristek Dikti yang telah
mereka terhadap anggota keluarga lainnya. mendanai program ini, Direktorat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)
D. PENUTUP Universitas Islam Indonesia, dan seluruh
Simpulan jajaran pemerintah Desa Sindumartani yang
Rangkaian kegiatan dalam program telah berkerjasama dan membantu
pengabdian ini mampu meningkatkan terlaksananya program ini secara baik.
keterampilan berwirausaha ODS yang pada
gilirannya diakui oleh keluarga mampu E. DAFTAR PUSTAKA
memperbaiki keberfungsian dan kognisi Allen, C. K. (1988) Occupational therapy:
sosial dari ODS. Meningkatnya Functional assess- ment of the severity
keberfungsian dan kognisi sosial ini pada of mental disorders. Hospital and
gilirannya diduga berkontribusi dalam Community Psychiatry, 39, 140–142.
menekan tingkat kekambuhan pada ODS. Awad, A. G. (2016) Beyond Assessment of
Ada beberapa kendala utama yang Quality of Life in Schizophrenia. Edited
dijumpai saat rangkaian kegiatan by A. G. Awad and L. N. P. Voruganti.
380
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana
381