You are on page 1of 9

E-DIMAS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 11(3), 373-381

ISSN 2087-3565 (Print) dan ISSN 2528-5041 (Online)


Available Online at http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas

Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Desa Sindumartani


Yogyakarta
Abdur Rafik1, Yosi Febrianti2, Novyan Lusiyana3
1
Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Islam Indonesia
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia
1
abdurrafik@uii.ac.id

Received: 10 Februari 2020; Revised: 16 Agustus 2020; Accepted: 7 September 2020

Abstract
One common symptom of schizophrenia is the inability of people with
schizophrenia (PwS) to socialize and interact with their environment properly.
This inability leads to low social cognition of PwS and has the potential to
increase the recurrence rate of PwS if not handled properly. Therefore, social
interventions, one of which through occupational therapy, needs to be done to help
PwS strengthen their social cognition. The set of this activities was designed to
provide occupational therapy for PwS in Sindumartani Village, Ngemplak,
Yogyakarta. Occupational therapy is delivered in the form of training for
entrepreneurship and assistance in making processed meatballs and fried snacks.
After training and mentoring, Some PwS were purposively selected to be
contenders for equipment and working capital grant. The expected final outcome
from this activity is the increase of knowledge and skills of PwS in processing and
marketing processed meatballs and fried snacks, which in turn are expected to
have an impact on strengthening their social cognition. The evaluation result
showed an increase in PwS knowledge and skills in producing worth selling
processed meatballs and fried snacks. Occupational therapy in the form of other
activities needs to be initiated so that social cognition of PwS can be improved
continuously.

Keywords: mental illness; schizhoprenia; social cognition; occupational therapy.

Abstrak
Salah satu gejala umum skizofrenia adalah ketidakmampuan Orang dengan
Skizofrenia (ODS) untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar
secara baik. Ketidakmampuan ini menyebabkan kognisi sosial ODS rendah dan
berpotensi meningkatkan kadar kekambuhan pada ODS jika tidak ditangani secara
baik. Oleh karena itu, berbagai intervensi sosial yang salah satunya melalui terapi
okupasi perlu dilakukan guna membantu ODS menguatkan kognisi sosialnya.
Pengabdian masyarakat ini dirancang dalam rangka memberikan terapi okupasi
bagi ODS di Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Yogyakarta. Terapi
okupasi diberikan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan dan pendampingan
pembuatan aneka olahan bakso dan gorengan. Pasca pelatihan dan pendampingan,
ODS dipilih untuk diberikan bantuan peralatan dan modal kerja untuk
dimanfaatkan sebagai modal berusaha. Luaran akhir yang ingin dicapai dari
pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ODS dalam
mengolah dan memasarkan olahan bakso dan gorengan, yang pada gilirannya
diharapkan akan berdampak pada penguatan kognisi sosial mereka. Hasil evaluasi

373
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020

terhadap pelaksanaan kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan


keterampilan ODS dalam membuat dan menghasilkan olahan bakso dan gorengan
yang layak jual. Terapi okupansi dalam bentuk aktivitas lain perlu diinisiasi agar
kognisi sosial ODS bisa ditingkatkan secara berkesinambungan.

Kata Kunci: gangguan kejiwaan; kognisi sosial; ods; skizofrenia; terapi okupasi.

A. PENDAHULUAN Yogyakarta. Di Tahun 2014, Desa


Skizofrenia dapat diartikan sebagai Sindumartani tercatat memiliki 28 ODS dan
sebuah gangguan mental dimana meningkat menjadi 37 ODS di Tahun 2018,
penderitanya—disebut Orang dengan dengan penderita termuda berusia 9 tahun.
Skizofrenia (ODS)— mengalami gangguan Desa Sindumartani sendiri terletak pada garis
proses berpikir berupa halusinasi, waham, bujur -7.691356 dan garis lintang
delusi, dan atau ilusi. Dalam kesehariannya, 110.476075 dengan kepadatan penduduk
ODS umumnya sering kesulitan mencapai 91 jiwa/Ha. Sebagian besar
membedakan antara realita dan halusinasi. penduduknya berlatar pendidikan Sekolah
ODS pada umumnya cenderung kesulitan Menengah Atas (SMA) dan berprofesi
untuk bisa berpikir logis, mengendalikan sebagai petani.
emosi, ataupun berinteraksi dengan orang Di masyarakat, perlakuan terhadap
lain (Levine dan Levine, 2009). Jika tidak penderita skizofrenia, baik oleh keluarga
tertangani secara baik, selain bisa maupun non-keluarga ODS, sering kali tidak
menimbulkan kerugian sosial (Lotterman, berkesesuaian dengan upaya pemulihan yang
2015; Awad, 2016), kondisi ODS juga bisa sepatutnya dilakukan. Selain karena
menimbulkan kerugian ekonomi bagi minimnya pengetahuan tentang skizofrenia,
keluarga karena potensi menurunnya adanya stigmanisasi negatif terhadap ODS
produktivitas (Rini dan Hadjam, 2016). turut memperparah perlakuan tersebut (Rafik
Skizofrenia termasuk ke dalam salah et al., 2019; Fernando et al., 2017; Li et al.,
satu jenis gangguan kejiwaan yang 2017; Krupchanka et al., 2018; Morgades-
prevalensinya cukup banyak di Indonesia bamba et al., 2019). Akibatnya, tidak jarang
(Zahnia dan Sumekar, 2016). Hasil Riset para ODS ini malah dikurung dan bahkan
Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2018 dipasung oleh anggota keluarga mereka
menunjukkan bahwa rata-rata proporsi sendiri (Human Rights Watch, 2016) dengan
nasional rumah tangga yang anggota alasan agar tidak merepotkan dan membuat
keluarganya menderita skizofrenia adalah masalah.
sebanyak 7%. Dibandingkan tahun 2013 Perlakuan diskriminatif seperti ini
yang hanya 1,7%, angka ini meningkat cukup membuat upaya-upaya pemulihan menjadi
signifikan. Di Yogyakarta sendiri, reratanya sulit untuk dilakukan secara optimal. Alih-
lebih tinggi 3% dari rata-rata proporsi alih menjauhkan masalah, mengisolasi ODS
nasional. Di Indonesia, oleh Badan Penelitian dari lingkungan sosial malah akan semakin
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian memperburuk kognisi sosial ODS. Padahal,
Kesehatan (2018), Yogyakarta ditempatkan ODS yang memang sejak awal memiliki
sebagai provinsi dengan penderita skizofrenia kesulitan dalam berinteraksi secara sosial
terbanyak kedua setelah Bali. seharusnya bisa dibangun kognisi sosialnya
Di Yogyakarta, Desa Sindumartani melalui bantuan keluarga dan anggota
yang merupakan objek pengabdian masyarakat lainnya (Langdon et al., 2014;
masyarakat ini teridentifikasi sebagai salah Fulford et al., 2018; Reddy et al., 2019).
satu desa dengan kasus skizofrenia tertinggi Selain itu, pengasingan dan perilaku
di Kecamatan Ngemplak, Sleman, deskriminatif terhadap ODS sangat

374
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana

berpotensi menjadi pencetus kekambuhan terpilih lalu diberikan bantuan pembiayaan


atau berulangnya gejala skizofrenia. dan peralatan yang diperlukan untuk
Berbagai intervensi psikologis telah membuka usaha bakso dan aneka gorengan.
pernah diupayakan banyak peneliti guna Aktivitas vokasional ini merupakan
meningkatkan kognisi sosial pada ODS bagian kecil dari rangkaian aktivitas yang
(Barkhof et al., 2012; Tan et al., 2018), mulai dirancang terintegrasi dalam Program
dari yang sifatnya berbasis teknologi sampai Pengabdian Masyarakat yang dibiayai oleh
yang sifatnya partisipasi sosial secara Dikti (lihat Rafik et al., 2019). Harapan dari
langsung. Salah satu intervensi yang sifatnya terselenggaranya aktivitas ini adalah
partisipatif adalah dengan terapi okupasi. meningkatnya kognisi sosial ODS yang pada
Sejak kemunculannya di Amerika Serikat di gilirannya diharapkan berkontribusi terhadap
awal abad ke 20, terapi ini telah keberfungsian sosial, kemandirian ekonomi,
berkontribusi terhadap proses rehabilitasi dan tingkat kesehatan ODS.
orang-orang dengan gangguan kesehatan
mental, termasuk skizofrenia (Duncan, 2006). B. PELAKSANAAN DAN METODE
Terapi okupasi pada dasarnya adalah Rangkaian kegiatan terapi okupasi ini
terapi yang dilakukan dengan melibatkan merupakan satu bagian terpisah dari
orang-orang dengan gangguan kesehatan rangkaian kegiatan terintegrasi dalam rangka
jiwa ke dalam pekerjaan-pekerjaan yang memberdayakan ODS di Desa Sindumartani,
sifatnya bermanfaat dan memuaskan seperti Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
kegiatan berkesenian, kegiatan rekreasional, Separuh rangkaian kegiatan berfokus pada
ataupun kegiatan vokasional seperti upaya untuk meningkatkan literasi sosial
memasak dan berbisnis (Allen, 1988; masyarakat terhadap skizofrenia dan
Foruzandeh dan Parvin, 2012). Menurut penderitanya di mana objeknya adalah
Wilcock (2005), terapi ini dapat masyarakat non-ODS (laporan kegiatan
berkontribusi pada peningkatan kesehatan, untuk fokus kegiatan ini dilaporkan terpisah.
inklusi sosial, dan penghargaan pada diri Lihat Rafik et al., 2019), dan separuh
sendiri. Beberapa hasil penelitian pun telah kegiatan lainnya berfokus pada upaya
mengkonfirmasi pandangan ini (Foruzandeh peningkatan kognisi sosial ODS di mana
dan Parvin, 2012; Tanaka et al., 2014; objeknya adalah ODS secara langsung
Shimada et al., 2016). (dilaporkan dalam artikel ini).
Pengabdian masyarakat ini berupaya Ada 4 rangkaian aktivitas utama yang
ikut andil dalam meningkatkan kognisi sosial dilakukan dalam upaya meningkatkan
ODS di Desa Sindumartani, Kecamatan kognisi sosial ODS melalui pendekatan terapi
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta dengan cara okupasi ini. Aktivitas pertama yaitu; (1)
menerapkan terapi okupasi sederhana. Terapi Pembekalan pengetahuan kewirausahaan
dirancang dengan berbasiskan pelatihan terhadap ODS; (2) Pelatihan mengolah dan
vokasional di mana para ODS dengan memasak berbagai olahan bakso; (3)
didampingi anggota keluarga dilatih untuk Pelatihan mengolah dan memasak aneka
bisa mengolah dan memasak berbagai macam goreng-gorengan; dan (4) Pemberian
macam olahan bakso dan gorengan. Di tahap bantuan pembiayaan untuk modal kerja ODS.
awal sebelum pelatihan memasak digelar, Aktivitas pertama dan kedua
para ODS diberikan pelatihan instruksional dilaksanakan secara bersamaan pada tanggal
dan distimulus ketertarikannya terhadap 10 Juli 2019 di Balai Desa Sindumartani,
aktivitas berwirausaha. Di fase akhir, setelah Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
rangkaian pelatihan memasak dilaksanakan, Yogyakarta. Acara dimulai sejak pagi sampai
dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat dengan sore hari dengan diikuti oleh kurang
kebisaan dan tingkat kemungkinan ODS lebih 15 orang, yang terdiri dari para ODS
dalam membuka bisnis kecil-kecilan. ODS dan anggota keluarga yang mendampingi.

375
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020

Tidak semua ODS teridentifikasi dapat berbagai olahan bakso, mulai dari bakso kecil
mengikuti kegiatan dikarenakan beberapa di halus, bakso kasar besar, bakso telur, dan
antaranya masih terindikasi aktif. beberapa varian bakso lainnya (lihat Gambar
Pada sesi pertama, peserta diberikan 2). Tim mendatangkan pelatih yang memang
pembekalan dan penyuluhan tentang apa itu berprofesi sebagai penjual bakso dan kualitas
berwirausaha, manfaatnya, dan kenapa baksonya cukup di kenal di lingkungan
berwirausaha itu diperlukan. Para ODS yang sekitarnya. Pada pelatihan ini, pelatih terlebih
didampingi oleh anggota keluarga tersebut dahulu menjelaskan dan memperagakan
diberi pencerahan dan motivasi yang proses pembuatan bakso mulai dari awal
berkaitan dengan aktivitas kewirausahaan sampai akhir, lalu diikuti oleh praktik
(lihat Gambar 1). Penyuluhan dilaksanakan langsung oleh para peserta. Tim lalu
dengan menggabungkan metode Training Of melakukan pencatatan dan pendataan awal
Trainer (TOT) dan berbagai permainan, terhadap para ODS yang dianggap berpotensi
dimana narasumber memberikan ceramah untuk bisa membuka usaha bakso.
dan memberikan permainan-permainan kecil
untuk menstimulus keaktifan dan
ketertarikan peserta. Meskipun jumlah
peserta yang hadir tidak berkesesuaian
dengan ekspektasi di awal, namun peserta
cukup antusias dan mengikuti dengan
seksama setiap penjelasan dan permainan
dari narasumber. Beberapa juga terlibat
secara interaktif bertanya dan bersenda gurau
dengan narasumber.

Gambar 2. Pelatihan Pembuatan Bakso


Aktivitas ketiga dan keempat
dilaksanakan pada 18 September 2019.
Kegiatan dilaksanakan mulai dari pagi
sampai siang, juga di Balai Desa
Sindumartani, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Peserta
yang datang berjumlah 19 orang, meliputi
ODS didampingi beberapa anggota keluarga
lainnya. Pada sesi pertama, peserta dilatih
untuk bisa mengolah dan membuat aneka
Gambar 1. Pembekalan Kewirausahaaan
macam gorengan yang bisa bernilai
Setelah pembekalan diberikan, pada
ekonomis, mulai dari pisang goreng, ubi
tahap berikutnya peserta dikondisikan untuk
goring, tahu isi, dan beberapa jenis gorengan
mengikuti pelatihan mengolah dan memasak
lainnya (lihat Gambar 3). Pelatih

376
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana

menjelaskan dan memperagakan tata cara terhadap sikap peserta pada kewirausahaan
mengolah dan membuat gorengan terlebih dan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan.
dahulu, lalu dilanjutkan dengan praktik
langsung yang diikuti oleh para peserta.

Gambar 5. Tim dibantu Mahasiswa


Membagikan Kuesioner ke Peserta
Gambar 3. Pelatihan Pembuatan Gorengan Tim membagikan kuesioner terhadap
Di akhir acara, setelah sebelumnya peserta pada saat sebelum kegiatan
berkonsultasi dengan kepala desa untuk dilaksanakan dan setelah kegiatan selesai
menentukan profil kelayakan ODS dalam dilaksanakan. Di samping itu, untuk
menerima bantuan pemodalan untuk mengukur dampak kegiatan terhadap kognisi
berwirausaha, tim memilih dua di antara para sosial ODS, tim juga melakukan wawancara
peserta untuk diberikan fasilitas guna sederhana terhadap keluarga ODS dan
berwirausaha. Satu ODS dan anggota pengamatan tidak langsung terhadap aktivitas
keluarganya difasilitasi untuk membuka keseharian ODS.
warung bakso, dan satu orang lainnya
difasilitasi untuk membuka warung C. HASIL DAN PEMBAHASAN
gorengan. Bentuk fasilitasi yang diberikan Pencapaian hasil dari rangkaian
meliputi gerobak atau rombong, peralatan kegiatan ini dirancang untuk bisa
dan perlengkapan memasak, dan juga meningkatkan keterampilan ODS yang pada
sejumlah uang kas untuk modal kerja (lihat gilirannya diharapkan dapat meningkatkan
kolase foto di Gambar 4). kualitas hidup ODS. Dengan keterampilan
berwirausaha yang meningkat, ODS dapat
membuka usaha kecil-kecilan di lingkungan
masyarakat sekitar. Jika ODS terlibat aktif
dalam proses berwirausaha meskipun ruang
lingkupnya kecil interaksi sosialnya
diharapkan meningkat sehingga
keberfungsian atau kognisi sosialnya
diharapkan menguat secara perlahan. Jika
kognisi sosial ODS membaik, tingkat
kesehatan para ODS juga diharapkan
meningkat atau setidaknya tingkat
kekambuhannya bisa ditekan ke titik
Gambar 4. Kolase Foto Pemberian Bantuan terendah. Jika kesehatannya bisa meningkat
Pembiayaan bagi ODS Terpilih dan stabil, maka kegiatan usaha atau
Untuk mengukur dampak kegiatan, bisnisnya dapat menjadi sumber penopang
digunakan pengukuran pre-test dan post-test pendapatan bagi ODS sehingga
kesejahteraannya dapat meningkat. Pada

377
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020

akhirnya, luaran akhir terharap adalah 53% di antaranya ingin mencoba untuk
keberfungsian sosial dan kemandirian berjualan bakso.
ekonomi dari ODS. Setelah pelatihan dilaksanakan, sikap
Evaluasi bertahap dilakukan untuk peserta untuk semua indikator yang
mengukur tingkat capaian. Pertama, tim ditanyakan meningkat cukup signifikan.
menggunakan kuesioner pra dan pasca 100% peserta mengaku menjadi mengetahui
pelatihan untuk mengukur tingkat proses pembuatan bakso dan sekitar 82% di
pengetahuan dan sikap peserta terhadap antaranya mengaku akan dapat membuat
pelatihan yang diselenggarakan (hasil bisa olahan bakso secara mandiri. Sementara
dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7). ketertarikan peserta untuk berwirausaha
meningkat jadi 100% dan keinginan untuk
mencoba berjualan bakso juga meningkat
dari 53% pada sebelum pelatihan ke 82%
setelah pelatihan.
Pada pelatihan tahap kedua, yaitu
pelatihan pembuatan aneka olahan gorengan,
tiga dari 4 indikator di pelatihan tahap
pertama juga dipertanyakan ke peserta
melalui kuesioner sederhana. Ketiga
indikator tersebut meliputi; (1) pengetahuan
proses pembuatan gorengan; (3) kecakapan
membuat olahan gorengan secara mandiri;
dan (4) keinginan untuk berjualan gorengan.
Gambar 7 menyajikan gambaran jawaban
peserta pada saat sebelum dan sesudah
pelatihan dilaksanakan.

Gambar 6. Persepsi Peserta Pra dan Pasca


Pelatihan Membuat Bakso
Pada pelatihan tahap pertama, yaitu
penyuluhan kewirausahaan dan pembuatan
olahan bakso, ada empat indikator sederhana
yang ditanyakan ke peserta, yaitu berkaitan
dengan; (1) ketertarikan untuk berwirausaha;
(2) pengetahuan proses pembuatan bakso; (3)
kecakapan membuat bakso; dan (4)
keinginan untuk berjualan bakso. Gambar 6
secara rinci menampilkan hasil jawaban
peserta atas indikator-indikator tersebut pada
saat sebelum dan sesudah pelatihan
dilaksanakan. Sebelum pelatihan
dilaksanakan, sekitar 6% peserta mengaku
mengetahui proses pembuatan bakso namun
100% mengaku tidak yakin akan dapat Gambar 7. Persepsi peserta pra dan pasca
membuat olahan bakso yang baik secara pelatihan membuat gorengan
mandiri. 80% dari 15 peserta yang hadir Sebelum pelatihan dilaksanakan, dari
mengaku tertarik untuk berwirausaha dan 19 peserta yang hadir, 47% di antaranya
mengaku mengetahui proses pembuatan

378
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana

goreng namun cuma sekitar 38% yang terpilih. Pemberian dilakukan melalui
merasa mampu membuat aneka olahan perantara anggota keluarga pendamping ODS
gorengan dengan baik. Sementara ketika saat pelatihan berlangsung (lihat kolase foto
ditanya keinginannya untuk berjualan pada Gambar 4). Secara periodik setelah
gorengan, sekitar 41% di antaranya mengaku pelatihan diselenggarakan, tim lalu
tertarik dan ingin mencoba menjual mendampingi dan memonitor kesungguhan
gorengan. Respon positif terhadap ketiga berusaha dari anggota ODS terpilih.
indikator ini juga mengalami peningkatan
yang cukup besar jika dibandingkan dengan
jawaban yang diberikan peserta sesudah
pelatihan dilaksanakan. Setelah pelatihan
dilaksanakan, 100% peserta mengaku jadi
mengetahui proses pembuatan gorengan dan
sekitar 89% di antaranya meyakini akan
mampu untuk membuat olahan gorengan
secara mandiri. Keinginan mereka untuk
Gambar 8. Sikap Peserta Terhadap
berjualan gorengan juga meningkat menjadi
Rangkaian Pelatihan
84% dari yang sebelumnya hanya 41%.
Selain melakukan evaluasi dengan
menggunakan kuesioner, tim juga
mengevaluasi tingkat kemampuan peserta
dalam mempraktikkan pengolahan dan
pembuatan bakso dan gorengan yang telah
dilatihkan. Evaluasi ini dilakukan dengan
mengamati langsung keaktifan dan
keterlibatan peserta pada saat praktik
pengolahan dan memasak dilakukan. Dari
pengamatan selama acara berlangsung, dapat
disimpulkan adanya keterwujudan dana tau
peningkatan kemampuan peserta dalam Gambar 9. Tim Ketika Sidak ke Salah Satu
mengolah dan memasak olahan bakso dan Keluarga ODS yang Sedang Berjualan di
gorengan yang layak jual. Hal ini terlihat dari Pasar
unjuk kerja yang diperlihatkan para peserta Dari hasil observasi secara langsung,
selama pelatihan berlangsung. dijumpai bahwa pembukaan usaha telah
Di akhir acara pelatihan pengolahan dimulai oleh penerima bantuan di
dan pembuatan aneka gorengan, sikap lingkungannya masing-masing. Penerima
peserta terhadap rangkaian kegiatan yang bantuan untuk berjualan bakso membuka
dilaksanakan juga dievaluasi menggunakan warung bakso di rumahnya, dan penerima
indikator sederhana sebagaimana tersaji pada bantuan untuk berjualan gorengan berjualan
Gambar 8. Secara keseluruhan, peserta gorengan di pasar Desa yang jaraknya sekitar
merasa senang dan menganggap penting 50 meter dari rumah tinggalnya. Berdasar
adanya pelatihan. Mereka juga menganggap informasi dari anggota keluarga, ODS
bahwa pelatihan-pelatihan serupa perlu terlibat secara aktif untuk membantu
dilakukan di masa-masa mendatang. persiapan dan proses pembuatan gorengan
Setelah rangkaian pelatihan maupun bakso.
keterampilan di atas dilakukan, tindakan Salah satu capaian luaran lanjutan
selanjutnya yang dilakukan tim adalah yang diharapkan dari rangkaian kegiatan ini
memberikan bantuan pembiayaan untuk adalah meningkatnya kesehatan dan
modal membuka usaha bagi dua ODS

379
E-DIMAS
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
VOLUME 11 NOMOR 03 SEPT 2020

pendapatan ODS. Secara kualitatif, kami diselenggarakan. Pertama, tidak semua ODS
melakukan wawancara dan aktif bertanya bisa mengikuti rangkaian kegiatan yang
kepada anggota keluarga ODS tentang dicanangkan secara penuh. Para ODS yang
kondisi kesehatan ODS di keluarga mereka. tidak berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan
Dari hasil wawancara kami, dapat ini salah satunya disebabkan karena status
disimpulkan bahwa tingkat keberfungsian mereka yang menurut anggota keluarga
sosial ODS meningkat dan frekuensi masih aktif dan kurang stabil. Kedua, tidak
kekambuhannya tidak muncul dalam 2-3 terlalu banyaknya anggota keluarga ODS
bulan terakhir. Menurut anggota keluarga, yang bisa mengikuti rangkaian kegiatan
hal ini mungkin saja dipicu oleh membaiknya secara konsisten dari waktu ke waktu
interaksi sosial yang dialami oleh ODS meskipun aparat desa telah mengambil waktu
sehingga kognisi sosialnya menguat. yang cukup mensosialisasikan.
Sementara untuk capaian peningkatan Saran
pendapatan, mungkin tim belum bisa Capaian dari diselenggarakannya
mengukurnya secara representatif dan pengabdian ini seyogyanya dapat menjadi
komprehensif. Selain karena jumlah upaya awal untuk memberdayakan ODS
penerima bantuan pembukaan usaha tidaklah dengan program-program lainnya di masa
banyak (hanya 2 anggota keluarga ODS), mendatang. Sementara ini, belum ada upaya
juga karena mereka baru memulai usahanya terencana dan terstruktur dari Pemerintah
dalam rentang waktu yang masih relatif untuk meluncurkan program pemberdayaan
singkat, setidaknya sampai artikel ini dibuat. khusus bagi para ODS. Padahal, beberapa
Namun dari hasil penggalian informasi oleh penelitian terbaru berhasil membuktikan
tim terhadap 2 orang terpilih yang berjualan, bahwa ODS pada dasarnya memiliki
diketahui bahwa ada perolehan tambahan kemampuan untuk bekerja sebagaimana
pendapatan berkisar antara Rp.50.000 sampai anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu,
Rp.80.000 dalam sehari. Jika data ini ke depan perlu dibuat lebih banyak lagi
dijadikan sebagai tolak ukur antara, maka tindak lanjut kegiatan dalam rangka
dapat dikatakan bahwa telah terjadi memberdayakan ODS baik secara sosial
peningkatan ekonomi ODS dan keluarganya maupun ekonomi agar solusi yang
dibandingkan sebelumnya. Ini menjadi didapatkan bisa lebih komprehensif dan
relevan terutama karena mereka yang berkelanjutan.
mendapatkan bantuan modal usaha dari tim Ucapan Terima Kasih
notabene-nya adalah anggota masyarakat Ucapan terima kasih kami sampaikan
yang sebelumnya mengandalkan keseharian kepada DRPM Kemenristek Dikti yang telah
mereka terhadap anggota keluarga lainnya. mendanai program ini, Direktorat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)
D. PENUTUP Universitas Islam Indonesia, dan seluruh
Simpulan jajaran pemerintah Desa Sindumartani yang
Rangkaian kegiatan dalam program telah berkerjasama dan membantu
pengabdian ini mampu meningkatkan terlaksananya program ini secara baik.
keterampilan berwirausaha ODS yang pada
gilirannya diakui oleh keluarga mampu E. DAFTAR PUSTAKA
memperbaiki keberfungsian dan kognisi Allen, C. K. (1988) Occupational therapy:
sosial dari ODS. Meningkatnya Functional assess- ment of the severity
keberfungsian dan kognisi sosial ini pada of mental disorders. Hospital and
gilirannya diduga berkontribusi dalam Community Psychiatry, 39, 140–142.
menekan tingkat kekambuhan pada ODS. Awad, A. G. (2016) Beyond Assessment of
Ada beberapa kendala utama yang Quality of Life in Schizophrenia. Edited
dijumpai saat rangkaian kegiatan by A. G. Awad and L. N. P. Voruganti.

380
Terapi Okupasi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS)
di Desa Sindumartani Yogyakarta
Abdur Rafik, Yosi Febrianti, Novyan Lusiyana

Switzerland: Springer International Rafik, A., Febrianti, Y. dan Lusiyana, N.


Publishing. (2019) ‘Peningkatan Literasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat terhadap Orang Dengan
Kesehatan Kementerian Kesehatan Skizofrenia (ODS) di Desa
(2018) Hasil Utama Riset Kesehatan Sindumartani Yogyakarta’, Jamali-
Dasar 2018. Jakarta. Jurnal Abdimas Madani dan Lestari,
Barkhof, E. et al. (2012) ‘Interventions to 01(September), 53–61.
improve adherence to antipsychotic Reddy, L. F. et al. (2019) Social exclusion in
medication in patients with schizophrenia: Psychological and
schizophrenia – A review of the past cognitive consequences. Journal of
decade’. European Psychiatry. Elsevier Psychiatric Research. Elsevier,
Masson SAS, 27(1), 9–18. 114(August 2018), 120–125.
Duncan, E. A. S. (2006) Theoretical Rini, W. S. dan Hadjam, M. N. R. (2016)
foundations for occupa- tional therapy: Efektivitas Remediasi Kognitif
Internal influences. In: E. A. S. Duncan terhadap Perbaikan Fungsi Kognitif
(Ed.), Foundations for practice in pada Penderita Skizofrenia Rawat Inap
occupational therapy (4th edn), 25– di Rumah Sakit Jiwa A di Yogyakarta,
42). Edinburgh: Elsevier Churchill Gadjah Mada Journal of Professional
Livingstone. Psychology, 2(2), 116–129.
Foruzandeh, N. dan Parvin, N. (2012) Shimada, T. et al. (2016) Development of an
‘Occupational therapy for inpatients Individualized Occupational Therapy
with chronic schizophrenia : A pilot Programme and its Effects on the
randomized controlled trial’, Japan Neurocognition , Symptoms and Social
Journal of Nursing Science, 10, 1–5. Functioning of Patients with
Fulford, D., Campellone, T. dan Gard, D. E. Schizophrenia. Occupational Therapy
(2018) Social motivation in International, 23, 425–435.
schizophrenia : How research on basic Tan, B., Lee, S. dan Lee, J. (2018) Social
reward processes informs and limits cognitive interventions for people with
our understanding. Clinical Psychology schizophrenia : A systematic review.
Review. Elsevier, 63(May), pp. 12–24. Asian Journal of Psychiatry. Elsevier
Human Rights Watch (2016) Hidup di B.V., 35, 115–131.
Neraka: Kekerasan terhadap Tanaka, C. et al. (2014) Improvement of
Penyandang Disabilitas Psikososial di functional independence of patients
Indonesia. Amerika Serikat. with acute schizophrenia through early
Langdon, R., Connors, M. H. dan occupational therapy : a pilot quasi-
Connaughton, E. (2014) Cognition experimental controlled study. Clinical
Social cognition and social judgment in Rehabilitation, 28(8), 7–10.
schizophrenia. Schizophrenia Wilcock, A. A. (2005) Occupational science:
Research: Cognition. The Authors, Bridging occupation and health.
1(4), pp. 171–174. Canadian Journal of Occupational
Levine, J. dan Levine, I. S. (2009) Therapy, 72, pp. 5–12.
Schizophrenia for Dummies. Indiana: Zahnia, S. dan Sumekar, D. W. (2016)
Wiley Publishing. Kajian Epidemiologis Skizofrenia.
Lotterman, A. (2015) Psychotherapy for Majority, 5(5), 161–166.
People Diagnosed with Schizophrenia.
Revised. New York: Routledge.

381

You might also like