You are on page 1of 7

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp.

1~5
Jurnal SEMAR Vol. X No. x, hal. 1 – 5
eISSN: 2745-4223| Copyright © LPPM Universitas Sebelas Maret
Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jurnal-semar

MENGURANGI PERILAKU MENERIMA DAN MENYEBARKAN HOAX DENGAN


PSIKOEDUKASI TABAYYUN MELALUI KULIAH WHATSAPP

Aulia Syifa’ Arrohmah*, Syifa Octavian Caesariani2, Indah Nurul Ramadhani Khairani3, Althof Rizqullah
Hanif4, Afina Syuhudi5, Ahmad Rusdi6

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
*Email : 19320060@students.uii.ac.id
Pusat Studi Psikologi Islam Universitas Islam Indonesia

Abstrak

Tabayyun psychoeducation aims to reduce the behaviour of accepting and spreading hoaxes that occur in the
community. The increasing development of technology makes it easy for each individual to receive news from
various media online. This has indirectly facilitated the massive spread of hoaxes. If people are not equipped with
knowledge about hoaxes, it is likely that people will easily believe and spread hoaxes. The implementation method
is carried out by distributing posters containing information on the theme, presenters, how to register and a brief
implementation time. The criteria for subjects who register are individuals with an age range of 18-60 years. Before
entering the presentation, participants will measure their level of social loading using a hoax behaviour scale as a
pre-test. The material will be presented by the speaker, then participants are instructed to listen carefully. The post-
test will be given back to participants after a series of material giving is complete. The pre-test and post-test will be
processed using SPSS with the Wilcoxon method to help run the business. The target to be achieved is to reduce the
behaviour of receiving and spreading to the community. This tabayyun psychoeducation provides an understanding
of hoaxes, and how to select news using the tabayyun method. The results obtained from tabayyun education show
that tabayyun psychoeducation is less effective in overcoming hoax behaviour in the community. However, it is
necessary to reconsider to become the next program based on existing evaluations and suggestions.

Keywords: hoax; public; tabayyun

Psikoedukasi tabayyun bertujuan untuk mengurangi perilaku menerima dan menyebarkan hoax yang terjadi di
masyarakat. Meningkatnya perkembangan teknologi menjadikan setiap individu mudah menerima berita dari
berbagai macam media online. Hal ini secara tidak langsung telah memfasilitasi penyebaran hoax secara massif. Jika
masyarakat tidak dibekali pengetahuan tentang hoax, besar kemungkinan masyarakat akan mudah percaya dan
menyebarkan hoax. Metode pelaksanaan dilakukan dengan menyebarkan poster yang berisi informasi tema, pemateri,
cara mendaftar, dan waktu pelaksaan secara singkat. Kriteria subjek yang mendaftar adalah individu dengan rentang
usia 18-60 tahun. Sebelum memasukin pemberian pemateri, peserta akan diukur tingkat social loatfing menggunakan
skala perilaku hoax sebagai pre-test. Materi akan dipaparkan oleh pemateri, kemudian peserta diperintahkan untuk
menyimak dengan baik. Post-test akan diberikan kembali kepada peserta setelah serangkaian pemberian materi
selesai. Data pre-test dan post-test akan diolah menggunakan SPSS dengan metode Wilcoxon. Target yang ingin
dicapai adalah menurunnya perilaku menerima dan menyebarkan pada masyarakat. Hasil yang didapatkan dari
edukasi tabayyun ini menunjukkan bahwa psikoedukasi tabayyun kurang efektif dalam mengatasi perilaku hoax pada
masyarakat. Namun, perlu dilakukan pertimbangan kembali untuk dijadikan program inisiasi selanjutnya berdasarkan
evaluasi dan saran yang ada.

Kata kunci : hoax; masyarakat; tabayyun


IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5
Jurnal SEMAR Vol. X No. x, hal. 1 – 5
eISSN: 2745-4223| Copyright © LPPM Universitas Sebelas Maret
Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jurnal-semar

Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi dan komunikasi pun ikut berkembang dari waktu
ke waktu. Dengan cepatnya perkembangan yang terjadi, media untuk menyampaikan informasi kini sudah berbagai
macam banyaknya termasuk media online. Kemudahan dan efisiensi penyebaran informasi melalui media online kini
menjadi sangat berpengaruh di kalangan masyarakat. Media online bukan hanya mengubah sebuah informasi
ditransmisikan untuk disampaikan kepada masyarakat, tetapi juga bagaimana masyarakat mengkonsumsi informasi
tersebut. Saat ini penyebaran berita atau informasi melalui media online tidak terbatas oleh situs media yang dikenal
masyarakat saja. Diketahui secara umum, siapapun yang menggunakan internet dapat berperan dalam menyebarkan
sebuah informasi atau berita.
Sayangnya, banyak berita maupun informasi yang telah disampaikan baik secara individu maupun
kelompok tidak dapat dibenarkan serta dipertanggungjawabkan keasliannya atau dapat disebut sebagai berita hoax.
Hoax dalam Oxford Dictionary (2017), sebagai suatu bentuk penipuan yang dimaksudkan untuk membuat sesuatu
menjadi lucu atau menjadi berbahaya. Chen et al, (2014) menyatakan bahwa hoax adalah sebuah misinformasi dan
sangat berbahaya karena menipu persepsi manusia dengan menyampaikan suatu informasi palsu. Hoax dapat
mempengaruhi banyak orang dengan menodai citra dan reputasi mereka. Saat ini mencari berita atau informasi yang
diyakini kebenarannya tidak lagi mudah untuk ditemukan. Dalam survey yang dilakukan oleh Mastel (2017)
ditemukan bahwa dari 1.146 responden, sebanyak 44,3% menerima berita hoax setiap hari dan 17,2% menerima
setidaknya lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan media yang biasa dipercayai oleh banyak masyarakat kini turut
terkontaminasi dengan menyebarkan berita hoax. Pada penelitian yang dilakukan Mastel (2017) juga disebutkan
bahwa aplikasi chatting (line, telegram, whatsapp) menyumbang sebesar 62,80% dan media sosial (twitter,
instagram, facebook, dan path) menyumbang 92,40% dan situs web menyumbang sebesar 34,90% dalam penyebaran
hoax. Pratama (2016) menyebutkan kominfo menjelaskan ada sebanyak 800,000 website di Indonesia diindikasi
sebagai asal dari penyebar ujaran kebencian serta hoax.
Untuk mengatasi permasalahan hoax tersebut, dapat dilakukan tabayyun sebagai bentuk pencegahan
tersebarnya berita hoax di masyarakat. Tabayyun adalah salah satu solusi yang tertera di dalam Al-Quran yang
merupakan kitab dari agama Islam. Tabayyun berarti memahami dan meneliti suatu kebenaran dan tidak tergesa di
dalamnya (Anwar, 2021). Kata tabayun berasal dari bahasa Arab yang berarti mencari suatu kebenaran atau
penjelasan. M. Quraish Shihab mengistilahkan bahwa tabayun merupakan cek dan recheck (Aqli, 2021). Islam
menganjurkan pemeluknya untuk melakukan tabayyun sebagaimana yang tertera dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Dari ayat ini dapat dilihat bahwa bagaimana seorang muslim seharusnya menanggapi sebuah berita yakni
dengan tidak tergesa-gesa dalam mengambil suatu kesimpulan dan hendaknya bersikap kritis terhadap informasi
yang didapatkan, sehingga tidak mudah termakan informasi yang kebenarannya masih dipertanyakan dan dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain (Abqari et al., 2020). Berdasarkan hal ini, diperlukan untuk menyeleksi
informasi, penyeleksian informasi perlu dilakukan oleh penyebar dan penerima informasi agar tidak berdampak
buruk bagi massa.
Program pengabdian masyarakat ini memperkenalkan pentingnya konsep tabayyun kepada masyarakat
dalam memproses suatu informasi menjadi sebagai suatu upaya atau tindakan preventif untuk mengurangi
penyebaran hoax yang terjadi di masyarakat melalui program psikoedukasi kuliah whatsapp. Dengan memahami
konsep tabayyun, masyarakat bisa lebih bijak dan berhati-hati dalam menerima dan mempercayai suatu berita atau
informasi. Sehingga informasi yang masuk dapat dipahami dan dikaji terlebih dahulu kebenarannya. Dengan begitu
efek dari penyebaran hoax dapat dihindarkan.
Metode Pelaksanaan

Edukasi tabayyun dilakukan melalui whatsapp dengan metode kuliah, atau yang biasanya dikatakan sebagai
“Kuliah Whatsapp”. Metode ini merupakan salah satu alternatif pembelajaran berbasis online yang fleksibel dan
efektif di masa pandemi. Hal ini telah dibuktikan oleh Alaby (2020) dan Pratama (2019), bahwa media whatsapp
group telah banyak digunakan sebagai media pembelajaran dan penyampaian materi pada beberapa konteks kegiatan
belajar mengajar. Keefektifan kuliah whatsapp juga telah terbukti sebagai media pembelajaran secara online seperti
edukasi, penyambungan informasi, evaluasi, layanan konsultasi, dan metode pembelajaran lainnya.
Tema kegiatan yang kami angkat adalah upaya dalam mengatasi atau meminimalisir terjadinya hoax di
masyarakat menggunakan konsep keislaman, yaitu tabayyun. Psikoedukasi tabayyun akan memberikan informasi
dan pemahaman terkait sikap dan perilaku yang harus dilakukan terhadap suatu berita atau informasi yang
didapatkan. Dengan memahami konsep tabayyun, masyarakat akan mengetahui pentinya memilih informasi untuk
dipercaya dan disebarkan ke orang lain.
Tujuan dari kegiatan edukasi tabayyun ini adalah untuk meminimalisir tersebarnya hoax di masyarakat,
menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait bahaya hoax, meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dengan
sebaran informaasi yang beredar, serta menumbuhkan masyarakat akan pentingnya tabayyun terhadap suatu
informasi yang didapatkan. Sedangkan, sasaran dari kegiatan ini adalah orang tua atau dewasa tengah hingga dewasa
awal dengan rentang perkiraan usia 18-60 tahun. Pemilihan sasaran ini dipertimbangkan karena pada usia tersebut,
seseorang akan lebih mudah terdampak informasi hoax. Kominfo (2018) menyatakan bahwa pada usia 45 ke atas
merupakan usia yang rentan terkena hoax. Informasi dari DetikNet (2019) juga menyatakan bahwa usia 35 tahun
merupakan usia yang renta terkena hoax.
Konsep kegiatan dari edukasi kuliah whatsapp ini adalah dengan memberikan video edukasi hoax dan
tabayyun secara bertahap. Berikut adalah tahapan dan konsep dalam pemberian video
1. Video Pengenalan Hoax
Video ini berisi tentang pengertian hoax, aktivitas hoax, perkembangan hoax, ciri-ciri informaasi hoax, dan jenis-
jenis informasi hoax. Video ini berdurasi kurang lebih sekitar 1 menit yang dibuat dalam bentuk animasi tulisan
bergerak.

Gambar 1 Video Pengenalan Hoax

2. Video Cara Pencegahan Hoax


Video ini berisi tentang cara dan tips mencegah hoax seperti memverifikasi berita, melaporkan berita yang
terindikasi hoax kepada pihak berwajib, sosialisasi pencegahan hoax, dan cara penegakan hukum bagi penyebar
hoax. Video berdurasi sekitar 2 menit yang dibuat dalam bentuk animasi tulisan bergerak.

Gambar 2 Video Cara Pencegahan Hoax


3. Video Konsep Tabayyun
Video ini berisi tentang pengenalan konsep tabayyun, pengertian tabayyun, perintah tabayyun dalam Islam,
penerapan tabayyun dalam kehidupan sehari-hari, dan cara-cara untuk menerapkan tabayyun. Video berdurasi
sekitar 4 menit yang dibuat dalam bentuk animasi gambar dan tulisan.

Gambar 3 Video Konsep Tabayyun

Materi dari ketiga video tersebut diambil dari sumber-sumber terpercaya seperti jurnal dan artikel ilmiah,
sehingga pengertian dan data yang terdapat dalam video telah terbukti valid. Susunan video dimulai dari pengenalan
hoax, pencegahan hoax, dan konsep tabayyun. Sebelum masyarakat diberikan edukasi terkait tabayyun, masyarakat
diberi pengertian awal dari hoax terlebih dahulu yang secara tidak langsung memaparkan bahaya dari hoax.
Kemudian video kedua berisi tentang pencegahan hoax sebagai lanjutan dari tindakan yang harus dilakukan ketika
menemui berita hoax. Kedua video diawal ini, bertujuan agar masyarakat dapat membedakan antara berita fakta dan
hoax.
Kemudian, video ketiga mulai memberikan edukasi tabayyun yang menjelaskan secara keseluruhan apa yang
harus dilakukan ketika mendapatkan suatu berita. Tujuannya agar masyarakat dapat menerapkan tabayyun sebelum
mempercayai dan menyebarkan suatu informasi. Setelah melihat ketiga video tersebut secara berurutan, tingkat
kepekaan masyarakat terhadap suatu informasi akan meningkat, sehingga dapat membantu mengatasi penyebaaran
dan distribusi hoax secara masig di kalangan masyarakat.
Metode pengumpulan peserta menggunakan penyebaran poster yang disebar ke grup keluarga dan grup
masyarakat melalui bantuan Pak RT setempat. Berikut adalah poster yang kami sebar:

Gambar 4 Poster Psikoedukasi Hoax

Untuk mengikuti psikoedukasi hoax ini, masyaarakat perlu mendaftar di google form yang terdapat di poster.
Masyarakat yang telah mendaftar, otomatis akan menjadi peserta dan akan diarahka untuk masuk ke whatsapp group
yang telah disediakan. Kemudian, dihadirkan pembicara profesional yang merupakan dosen dari program studi Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Pemateri dipilih karena memiliki kompetensi berkomunikasi yang sangat
baik kepada masyarakat, dan mengenal dengan baik materi yang disampaikan. Setelah peserta dan pemateri
dihadirkan dalam satu whatsapp group, kegiatan psikoedukasi baru bisa dimulai. Berikut adalah rundown kegiatan
dari kuliah whatsapp:

No Waktu Acara Penanggung Jawab


1 09.00-09.05 Pembukaan MC
2 09.05-09.20 Pengisian Kuesioner 1 MC
3 09.20-09.25 Pengenalan Pemateri MC
4 09.25-10.30 Penyampaian Materi Pemateri
5 10.30-11.00 Pemberian Video MC
6 11.00-11.40 Tanya Jawab Pemateri
7 11.40-11.55 Pemberian Kuesioner 2 MC
8 11.55-12.00 Penutup MC

Sebelum materi disampaikan, peserta diminta untuk mengisi pre-test berupa kuesioner untuk mengukur
tingkat perilaku hoax. Penyampaian materi disampaikan menggunakan chat group, voice note, dan materi dalam
bentuk pdf. Setelah penyampaian materi selesai, peserta diminta untuk menonton 3 video seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya secara berurutan. Jika terdapat hal yang belum dipahami oleh peserta, dapat ditanyakan pada sesi tanya
jawab dengan pemateri. Setelah sesi pemberian materi selesai, peserta diminta untuk mengisi post-test berupa
kuesioner untuk diukur tingat perilaku hoaxnya kembali. Hasil pre-tes dan post-test akan hitung dan diukur
menggunakan SPSS untuk dilihat perubahan yang terjadi pada peserta.
Pada kegiatan ini, peserta awal berjumlah 20 peserta. Namun pada saat pelaksanaan pre-tes, hanya 9 orang
saja yang mengisi, dan saat pelaksanaan post-test, hanya 6 orang yang mengisi. Kriteria peserta yang mengikuti
kegiatan hingga tuntas berada pada rentang usia 18-60 tahun yang berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia.
Beberapa peserta sudah memiliki skor skala yang tinggi.

Hasil Dan Pembahasan

1. Responden penelitian
Karakteristik Subjek Tingkat Perilaku Penyebaran Tingkat Perilaku Penyebaran
Umur Jenis Kelamin Hoax Hoax (Pre-Test) Hoax Hoax (Post-Test)
59 Laki-Laki 30 23
43 Laki-Laki 30 30
26 Laki-Laki 23 30
22 Laki-Laki 18 23
18 Perempuan 28 27
18 Perempuan 18 15
Pada penelitian ini melibatkan sebanyak 6 responden dengan rentang usia 18-59 tahun. Responden terdiri
dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data nilai masing-masing peserta pada pre-test dan post-test
hanya terdapat 2 responden yang memiliki perubahan positif.

2. Descriptive Statistic
Variabel Mean Std. Deviation
Pre-test 24.5000 2.30579
Post-test 24.6667 2.31900
Berdasarkan tabel descriptive statistic didapatkan hasil mean dari pre-test sebesar 24.5000 dengan standard
deviation 2.30579. Sedangkan, hasil mean dari post-test sebesar 24.6667 dengan standard deviation sebesar 2.31900.
3. Uji analisis
Variabel Sig. (2-tailed)
Pre-test, Post-test 1.000
Berdasarkan hasil uji beda non parametric pre-test dan post-test menggunakan teknik Wilcoxon, ditemukan
hasil nilai Asymp. Sig. (2-tiled) = 1 yang mana nilai (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil
pre-test dan post-test yang telah dilakukan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
psikoedukasi tabayyun dengan tingkat perilaku penyebaran hoax, maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

4. Hasil tiap skala dimensi


Sub Test 1-2 (Dimensi Konsep Diri)

Sub Test 3-4 (Dimensi Lingkungan)

Sub Test 5-6 (Dimensi Tindakan)

Berdasarkan analisis data mean dari tiap-tiap aspek terdapat peningkatan tingkat mean pada dimensi
lingkungan. Sedangkan pada dimensi konsep diri, tidak terdapat perubahan, dan pada dimensi tindakan,
terjadi penurunan.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh psikoedukasi tabayyun
dengan tingkat perilaku penyebaran hoax. Hasil ini tidak sesuai dengan tujuan kegiatan. Pada hasil data pre-test dan
post-test tiap-tiap dimensi menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan pada dimensi konsep
diri. Psikoedukasi tabayyun tidak mempengaruhi perubahan konsep diri responden terhadap perilaku hoax. Pada
skala dimensi lingkungan menunjukkan adanya peningkatan dan tidak terjadi penurunan. Sedangkan pada skala
dimensi tindakan menunjukkan bahwa adanya penurunan dan tidak terjadi peningkatan. Psikoedukasi tabayyun yang
diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap berita hoax yang beredar
di sosial media justru malah menunjukkan penurunan.
Hambatan yang terjadi pada proses pelaksanaan kegiatan kuliah whatsapp psikoedukasi tabayyun untuk
meminimalisir penyebaran dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap hoax diantaranya adalah sulitnya
mendapatkan responden yang menjadi target kegiatan yaitu seseorang yang berusia 35 tahun ke atas. Selama kegiatan
berlangsung peserta kurang antusias serta kurang responsif pada forum grup whatsapp. Dari 17 peserta yang
tergabung dalam grup kuliah whatsapp hanya 5 hingga 10 peserta yang turut meramaikan kegiatan. Sama halnya
dengan pre-test dan post-test, hanya terdapat 6 peserta yang bersedia mengisi pre-test dan 10 peserta yang bersedia
mengisi post-test.
Kegiatan kuliah whatsapp ini juga tidak dilengkapi dengan manipulation check untuk mengetahui apakah
peserta memahami treatment yang akan diberikan. Sehingga tidak dapat dilakukan identifikasi data dari peserta mana
yang dapat diolah lebih lanjut. Peserta yang diberi intervensi ternyata telah memiliki skor tinggi saat pre-test. Skor
pre-test dan post-test peserta tidak jauh berbeda sehingga terjadinya bias kemungkinan sangat besar. Hal lain yang
perlu perhatikan adalah kualitas video psikoedukasi yang ditayangkan kepada peserta masih belum cukup memenuhi
standar, namun untuk isi kontennya sudah bagus dan valid. Meskipun banyak sekali kekurangan pada pelaksanaan
kegiatan kuliah whatsapp psikoedukasi tabayyun untuk mengurangi perilaku hoax ini, namun kegiatan ini dapat
digunakan untuk inisiasi program pemberdayaan masyarakat.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
• Psikoedukasi tabayyun melalui kuliah whatsapp tidak berpengaruh terhadap tingkat penyebaran hoax.
• Psikoedukasi tabayyun tidak mempengaruhi konsep diri partisipan terhadap perilaku hoax.
• Psikoedukasi tabayyun diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap
berita hoax.
• hambatan yang ada dalam penelitian ini adalah sulitnya mencari partisipan dalam proses kuliah whatsapp.
Adapun saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya yakni dengan menambah partisipan penelitian
dan memilih partisipan yang memiliki tingkat perilaku hoax yang rendah. Hal ini ditujukan agar hasil yang
didapatkan lebih maksimal dan perbandingannya dapat terlihat jelas. Selain itu perlu adanya manipulation check
untuk proses identifikasi dan klasifikasi yang terperinci sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Program ini bisa
diajukan dalam bentuk program kerjasama dengan Dukuh setempat.

Daftar Pustaka

Abqari, Alamsyah, & Ilmi, M. H. (2020). Revolusi Integritas di Era Hoax Melalui Pendidikan Keluarga dan
Tabayun. Proceeding Antasari International Conference, 1(1).
Alaby, M. A. (2020). Media sosial whatsapp sebagai media pembelajaran jarak jauh mata kuliah ilmu sosial budaya
dasar (ISBD). Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 3(2), 273-289.
Anwar, R. N. (2021). Penyuluhan Urgensi Tabayun Dalam Menanggulangi Penyebaran Hoax Di Media Sosial Pada
Masa Covid-19. Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021, 1024–1030.
http://prosiding.rcipublisher.org/index.php/prosiding/article/view/260/137
Aqli, Z. (2021). Hoax Menjadi Gangguan Kesejahteraan Masyarakat: Pentingya Implementasi Tabayyun Pada
Masa Sekarang. Al-Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science, 6(2), 167–178.
https://doi.org/10.22373/jai.v6i2.1192
Chen, Y. Y., Yong, S.-P., & Ishak, A. (2014): Email Hoax Detection System Using Levenshtein Distance Method.
Journal of computers, vol. 9, no. 2, academy publisher
Daon, 2018, Kominfo: Penyebar Hoaks Berkisar Usia 45 ke Atas,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/15381/kominfo-penyebar-hoaks-berkisar-usia-45-ke-
atas/0/sorotan_media, diakses tanggal 2 Oktober 2021
Indonesia, M. T. (2017). Hasil survey Mastel tentang wabah hoax nasional. Jakarta: Masyarakat Telematika
Indonesia. Diambil dari www. mastel. id.
Josina, 2019, Ini Usia yang Paling Rentan Terkena Hoax, https://inet.detik.com/cyberlife/d-4722443/ini-usia-yang-
paling-rentan-kena-hoax, diakses tanggal 2 Oktober 2021
Oxford Dictionary. (2017). Hoax. Tersedia di https://en.oxforddictionaries.com/definition/hoax. Diakses 9
Desember 2021
Pratama, A. B. (2016). Ada 800 Ribu Situs Penyebar Hoax di Indonesia. Tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161229170130-185-182956/ada-800-ribu-situs-penyebarhoax-
di-indonesia/. Diakses 9 Desember 2021
Pratama, R. A. (2019). Kuliah Melalui Whatsapp (Kulwapp). De Fermat: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 17-
27.

You might also like