You are on page 1of 12

1

PENGARUH PENAMBAHAN CALSIUM HIDROSIDA Ca(OH)2 TERHADAP


MOULTING, PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei)

Oleh
Wiwi Yulihartini1), Rusliadi2), Hamdan Alawi2)
Mahasiswa Fakultas dan Kelautan Universitas Riau
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 - 30 Juni 2016 bertempat di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau, Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung, Situbondo Jawa
Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan calsium hidrosida
Ca(OH)2 terhadap moulting, pertumbuhan dan kelulushidupan udang vannamei (Litopenaeus
vannamei). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan,
Rancangan Acak Lengkap 1 faktor 6 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. P0 (Kontrol) tanpa
pemberian kapur, P1 (Dosis Ca(OH)2 1mg/ L air), P2 (Dosis Ca(OH)2 2 mg/ L air), P3(Dosis
Ca(OH)2 3 mg/L air), P4 (Dosis Ca(OH)2 4 mg/L air) dan P5 (Dosis Ca(OH)2 5 mg/ L air).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur hidrosida Ca(OH)2 dengan dosis 60
mg/L air menghasilkan intesitas moulting sebanyak 50 %, pertumbuhan bobot mutlak sebesar
0,56 g, panjang mutlak sebesar 2,06 cm, laju pertumbuhan harian 1,73 % dan kelulushidupan
sebesar 68,33 %.

Kata kunci: Udang Vannamei, Calsium Hidroaida Ca(OH)2, Pertumbuhan dan Kelulushidupan.
2

EFFECT OF ADDING CALCIUM HYDROXIDE Ca(OH)2 ON MOLTING,


GROWTH AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (LITOPENAEUS
VANNAMEI)

By
Wiwi Yulihartini1), Rusliadi2), Hamdan Alawi2)
Students of the Faculty and the Maritime University of Riau
Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine University of Riau

ABSTRAK
This research was carried out on June 01 - June 30, 2016 at the Brackish water
Aquaculture Institution Shrimp Hatchery Unit, Gelung, Situbondo, East Java. The purpose of
this study was to determine the effect of calcium hydroxide Ca(OH)2 dose on moulting,
growth and survival rate of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) juveneli. The method
used in this research was the experimental method, using one factor completely randomized
design with 6 treatments and 3 replications. P0 (control) without giving ( 0 mg/L Ca(OH) 2),
P1 (Dose Ca(OH)2 1 mg / L of water), P2 (Dose Ca(OH)2 2 mg / L of water), P3 (Dose
Ca(OH)2 3 mg / L water ), P4 (dose Ca(OH)2 4 mg / L of water) and P5 (dose Ca (OH) 2 5
mg / L of water). The results showed that administration of calcium hydroxide Ca(OH)2 at a
dose of 60 mg / L of water. Absolute growth was 0.56 g, 2.06 cm, daily growth rate 1.73%
and survival rate was 68.33%. The hiqhest pucentage % moulting in 28 days realing was
about 50 % mared at 60 mg/L Ca(OH)2.

Keywords: Vannamei, Calsium Hydroxide Ca(OH) 2, growth and survival


3

PENDAHULUAN
Pada budidaya udang vannamei Penelitian ini telah dilaksanakan pada
(Litopenaeus vannamei) dengan penerapan tanggal 01 sampai 30 Juni 2016 bertempat
pola budidaya intensif sangat menguntung di Balai Perikanan Budidaya Air Payau,
kan karena dapat menggunakan padat tebar Instalasi Pembenihan Udang Gelung,
yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan Situbondo Jawa Timur.
produksi udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) Saputra (2014). Bahan uji yang digunakan pada
Pertumbuhan udang merupakan lanjutan penelitian ini adalah Udang vannamei
dari proses moulting. Pada tahap (Litopenaeus vannamei) yang berjumlah
postmoulting terjadi pengerasan kulit 360 ekor dan ukuran 4-5,5 cm. Calsium
melalui pengendapan calsium di kulit. Keb hidrosida Ca(OH)2 adalah calsium dolomit
utuhan calsium dapat terpenuhi dari pakan dan kapur zeiolit ( semen ) yang
dan dari lingkungan (Suharso dalam dicampurkan . Calsium hidrosida diperoleh
Zaidy, 2008). Namun peran calsium ditempat toko sekitar penelitian Situbondo.
lingkungan sangat dominan dalam proses Sedangkan, Pakan yang digunakan adalah
pengerasan kulit udang dibutuhkan pakan komersil yaitu pakan udang Irawan
calsium yang cukup tinggi (Frence dalam 682 diperoleh ditempat toko sekitar
Zaidy, 2008). Moulting merupakan proses penelitian Situbondo.
pergantian cangkang yang terjadi pada Wadah penelitian yang digunakan
udang. Pada fase tersebut, ukuran daging selama pemeliharaan yaitu ember
udang bertambah besar sementara berukuran 30 L sebanyak 18 buah yang
cangkang luar tidak bertambah besar, diisi air laut sebanyak 20 L. Air yang
sehingga untuk penyesuaian udang akan dimaksukkan kedalam wadah penelitian
melepaskan cangkang lama dan didiamkan selama 1 hari dengan
membentuk kembali cangkang yang baru menggunakan aerasi dan pemeliharaannya
dengan bantuan calsium (Zaidy, 2008). selama 28 hari.
Calsium hidrosida Ca(OH)2 terdapat Metode yang digunakan dalam
hubungan yang positif antara kadar penelitian ini adalah metode eksperimen
calsium kulit dan kadar calsium dengan, Rancangan Acak Lengkap 1 faktor
lingkungan sejalan dengan terjadi 6 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan,
pertukaran calsium secara terus-menerus Sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
antara tubuh dan lingkungan, (Greenway Adapun dosis perlakuan yang digunakan
dalam Erlando, 2015). pada penelitian ini sebagai berikut:
Sumber calsium terhadap proses
peningkatan kadar kalsium kulit dan lama P0: Dosis Ca(OH)2 0 mg/L air
siklus molting, serta konsekuensinya bagi P1: Dosis Ca(OH)2 1mg/ L air
pertumbuhan biomassa udang dan P2: Dosis Ca(OH)2 2 mg/ L air
peninggkatan kalsium terlarut tersebut P3: Dosis Ca(OH)2 3 mg/L air
mampu mengakibatkan peningkatan pH P4: Dosis Ca(OH)2 4 mg/L air
(Zaidy, 2008). Berdasarkan uraian diatas P5: Dosis Ca(OH)2 5 mg/ L air
penulis tertarik mengambil judul penelitian Prosedur Penelitian
Pengaruh Penambahan Calsium hidrosida Persiapan Wadah Penelitian
Ca(OH)2 Terhadap Moulting Pertumbuhan Wadah yang digunakan dalam
dan Kelulushidupan Udang Vannamei penelitian ini adalah ember yang
(Litopenaeus vannamei). berukuran 30 L sebanyak 18 buah.
Sebelum digunakan ember dibersihkan
dari kotoran dan dipastikan dalam kondisi
METODE PENELITIAN yang baik. Kemudian dikeringkan selama
4

1 hari agar dapat digunakan dalam proses Setelah dilakukan penimbangan,


pemeliharaan udang vannamei. Wadah udang diukur panjang totalnya dengan
yang telah di hari dan diberi label sesuai menggunakan kertas milimeter. Panjang
dengan masing-masing perlakuan, total diukur dari ujung rostum sampai
kemudian diisi air laut dengan salinitas 33- ujung telson, sedangkan panjang standar
35 ppt sebanyak 20 L dan di lengkapi diukur mulai dari pangkal mata sampai
dengan aerasi. ujung telson.
Penebaran Hewan Uji dan Calsium Parameter yang Diukur Selama
Hidrosida Penelitian
Udang vannamei (Litopenaeus Intensitas Moulting Udang
vannamei) terlebih dahulu diaklimatisasi di Parameter ini dihitung untuk
bak fiber selama 2 hari. Sebelum udang mengetahui banyaknya udang vannamei
ditebar sebanyak 1 L/wadah dilakukan ganti kulit atau moulting selama penelitian.
persiapan dan penebaran calsium yang Jumlah udang ganti kulit ini diperoleh
sudah dicampurkan kedalam ember dengan mengamati dan menghitung jumlah
penelitian dengan timbang sesuai dengan udang vannamei yang ganti kulit setiap
dosis perlakuan. hari di wadah penelitian menggunakan
Persiapan Pakan rumus Erlando (2015) .
Pakan yang digunakan pada penelitian Pertumbuhan Panjang Mutlak
ini adalah pellet udang dengan jumlah Pertumbuhan panjang mutlak dihitung
pemberian 10% dari berat biomassa tubuh dengan menggunakan rumus Effendie
udang dengan kandungan gizi protein (1979), yaitu:
30%, lemak 5%, serat 4%, mineral dan air Lm = Lt ± Lo
12%. Bentuk pakan yang masih berbentuk
bulat sesuai dengan bukaan mulut udang. Dimana :
Pellet yang akan diberikan ditimbang Lm=Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan Lt=Panjang rata-rata pada akhir penelitian
dan langsung diberikan pada Udang (cm)
Vannamei. Frekuensi pemberian pakan Lo=Panjang rata-rata pada awal penelitian
dilakukan sebanyak lima kali dengan (cm)
rentang 4 jam sekali, dimulai dari jam Pertumbuhan Bobot Mutlak
06:00 WIB, 10:00 WIB, 14:00 WIB, 18:00 Menggunakan rumus menurut Effendie
WIB dan 22:00 WIB. (1979), yaitu:
Sampling Udang Vannamei (Litopenaeus Wm = Wt ± Wo
vannamei) Dimana :
Sampling dilakukan untuk mengetahui Wm =Pertumbuhan bobot mutlak udang
pertumbuhan bobot, panjang, harian dan vannamei uji (g)
kelulushidupan udang vannamei. Wt =Bobot rata-rata udang vannamei pada
Pengukuran atau sampling dilakukan akhir penelitian (g)
dengan cara mengambil 4 ekor udang uji Wo=Bobot rata-rata udang vannamei pada
dari setiap perlakuan. Sampling dilakukan awal penelitian (g)
selama 4 kali dengan selang waktu 7 hari. Laju Pertumbuhan Harian
Sampling dilakukan pada pagi hari, Laju pertumbuhan harian (%)
yang mana bertujuan agar udang tidak dengan rumus Metax aet al.,(2006) yaitu:
mudah stres akibat perubahan suhu. LnWt LnWo
Pengambilan sampel udang di wadah SGR = x100%
t
dengan cara menggunakan serok. Setelah Dimana :
pengambilan sampling udang, maka udang SGR = Laju pertumbuhan harian (%)
ditimbang terlebih dahulu di atas LnWt =Bobot udang pada akhir
timbangan analitik. penelitian (g)
5

LnWo =Bobot udang pada awal penelitian Nt = Jumlah pada akhir penelitian (ekor)
(g)
t = Lama Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelulushidupan Udang Vannamei
Kelulushidupan menggunakan rumus Intensitas Moulting Udang Vannamei
Effendi, (1979) yaitu: (Litopenaeus vannamei)
Nt Dari hasil penelitian pergantian
SR = x100% kulit udang, Selama 28 hari selama
No
Dimana : penelitian dilihat Tabel 2.
SR = Tingkat kelulushidupan (%)
No = Jumlah pada awal penelitian (ekor)

Tabel 2. Jumlah Udang Vannamei yang Moulting Dengan Pemberian Calsium Ca(OH)2
Berbeda Selama 28 Hari Pemeliharaan
Total Udang Vannamei Moulting ( Individu )
Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 P5
total % total % total % % total % total %
1 8 40 8 40 6 30 12 60 6 30 6 30
2 5 25 8 40 10 50 12 60 8 40 9 45
3 5 25 7 35 9 45 7 35 7 35 7 35
Jumlah 18 23 25 31 21 22
Rata-rata 6 30 7.6 38 8.3 40 10.3 50 7 35 7.3 40

intensitas moulting tertinggi selama calsium belum terlarut secara sempurna di


penelitian terdapat pada P3 yaitu sebanyak dalam air, dimana calsium berguna dalam
50 % individu dan paling sedikit terdapat pembentukan dan pengerasan kulit udang
pada P0 (tanpa perlakuan) yaitu sebanyak yang baru. Ketersediaan calsium yang
30 % individu. Hal ini sesuai dengan memadai akan membuat proses moulting
penelitian Heriadi (2016), yang udang akan berjalan lancer dan cepat.
menyatakan bahwa semakin rendah dosis Semakin cepat proses pemulihan udang
kalsium karbonat yang diberikan maka moulting akan meningkatkan pertumbuhan
jumlah udang yang moulting juga semakin udang. Karena setelah moulting, nafsu
sedikit, namun pada dosis tertinggi (80 makan udang akan meningkat tinggi guna
mg/L) jumlah udang yang moulting juga memuaskan nafsu makannya yang
ikut menurun. Menurut Zaidy (2007), menurun pada saat sebelum moulting,
penggunaan kapur dengan dosis optimal sehingga pertumbuhan udang pun juga
mampu meningkatkan jumlah udang yang akan meningkat. Namun jika keberadaan
moulting dan mempertahankan kekerasan calsium di perairan tidak mencukupi maka
kulit udang. proses pengerasan kulit udang yang baru
Selain pengaruh kapur, pakan juga akan berjalan lambat yang mana akan
mempengaruhi moulting yaitu Penurunan berpengaruh terhadap pertumbuhan udang
intensitas moulting disebabkan karena atau bahkan udang yang kulit barunya
pakan yang diserap oleh udang tidak belum sempurna akan mudah diserang
semuanya untuk kepentingan moulting oleh udang lain.
pada tubuh udang, hal tersebut sesuai Seperti yang dikatakan Zaidy
dengan pendapat Menurut Kibria, (1993) (2008), moulting adalah proses pergantian
Beberapa faktor yang mempengaruhi cangkang pada udang (crustacea) dan
frekuensi moulting adalah kualitas air dan terjadi ketika ukuran daging udang
stres. Menurut (Arsono, et.al, 2010) bertambah besar sementara eksoskeleton
Keberadaan calsium hidrosida akan tidak bertambah besar karena eksoskeleton
meningkat pada awal penelitian, karena bersifat kaku. Menurut Adegboye dalam
6

erlando 2015, kadar calsium yang rendah Hasil penelitian selama 28 hari,
akan menyulitkan untuk pembentukan pengaruh penembahan calsium Ca(OH)2
cangkang. Sedangkan kadar calsium yang terhadap pertumbuhan bobot mutlak (g),
tinggi juga menyulitkan proses pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju
homeostatis ion calsium. Kondisi pertumbuhan harian (%/hari) dan
hipoionik atau hiperionik calsium tubuh kelulushidupan (%) udang vannamei
akan mempersulit keseimbangan ion (Litopenaeus Vannamei) dapat dilihat pada
calsium tubuh dengan lingkungan Tabel 3 dan 4
sehingga energi untuk kelangsungan
proses ini akan lebih besar, Sehingga
penggunaan energi untuk pertumbuhan
akan terhambat.

Pertumbuhan Dan Kelulushidupan


Udang Vannamei (Litopenaeus
Vannamei)
Tabel 3. Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Pertumbuhan
Dosis Ca(OH)2
Bobot (g) Panjang (cm) Laju Pertumbuhan (%/hari)
P0 (0 mg/L) 0,43 ± 0,1ab 1,90 ± 0,05ab 1,42 ± 0,34ab
P1 (20 mg/L) 0,42 ± 0,04ab 1,95 ± 0,11ab 1,41 ± 0,15ab
P2 (40 mg/L) 0,37 ± 0,07ab 1,99 ± 0,07 ab 1,15 ± 0,23 ab
P3 (60 mg/L) 0,56 ± 0,04b 2,06 ± 0,06b 1,73 ± 0,08 b
P4 (80 mg/L) 0,31 ± 0,04a 1,90 ± 0,01 ab
0,72 ± 0,41 a
P5 (100 mg/L) 0,33 ± 0,15a 1,85 ± 0,09 a
1,08 ± 0,42 ab
Keterangan : Huruf Superscript yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan dan tanda ±
menunjukkan angka standart deviasi
Dari Tabel 3 dapat dilihat perbedaan apabila jumlah makanan dan kalsium yang
pertumbuhan bobot mutlak udang dimakan melebihi kebutuhan untuk
vannamei (Litopenaeus Vannamei) pada mempertahankan hidupnya.
masing-masing perlakuan. Pertumbuhan Menurut Perikanan (2011),
bobot mutlak tertinggi terdapat pada Pertumbuhan pada udang berbeda dengan
perlakuan P3 yaitu sebesar 0,56 gram jenis makhluk yang lain, udang tumbuh
diikuti P0, P1, P2, P5 dan yang terendah secara tiba-tiba pada setiap rangkaina
pada P4 yaitu 0,33 gram. pergantian moulting. Meskipun pergantian
Dari hasil uji ANAVA menunjukkan udang erat dengan cangkang, akan tetapi
bahwa pemberian dengan dosis berbeda tidak ditandai dengan pertumbuhan. Hal
memberikan pengaruh nyata (p>0,05) ini disebabkan keturunan (genetika), jenis
terhadap pertumbuhan bobot mutlak udang kelamin, makanan, dan persaingan.
vannamei (Litopenaeus Vannamei). Hasil Pertumbuhan panjang udang
uji lanjut menunjukkan P4, P5 berbeda vannamei selama penelitian, dengan
nyata dengan P0, P1 dan P2, tetapi P4 dan pertambahan panjang tertinggi terdapat
P5 berbeda nyata dengan P3 (Lampiran 4). pada P3 yaitu 2,06 cm sedangkan
Hal ini disebabkan karena udang pada pertambahan panjang terendah yaitu pada
perlakuan kurang mampu beradaptasi P5 yaitu 1,85 cm. Pertambahan panjang
dengan baik pada lingkungan yang diberi pada P5 lebih rendah dibandingkan P0
perlakuan kapur yang tidak optimal (tanpa perlakuan) hal ini diduga karena
masing-masing sehingga udang tidak dapat dosis calsium hidrosida Ca(OH)2 yang
mengoptimalkan pakan dan calsium yang tinggi sehingga mengganggu proses
diberikan untuk pertumbuhan bobotnya. pertambahan panjang pada udang
Hadie et al. (2002) menyatakan bahwa vannamei (Litopenaeus Vannamei).
pertumbuhan terjadi pada makhluk hidup
7

Hasil uji ANAVA menunjukkan terhadap P0, P1, P2, P4 sedangkan P3


bahwa pemberian dengan dosis berbeda tidak berbeda nyata terhadap P0, P1, P2,
tidak memberikan pengaruh nyata dan P4 (Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya
(p>0,05) terhadap pertambahan panjang pertumbuhan panjang mutlak udang
mutlak udang vannamei. Hasil uji lanjut vannamei (Litopenaeus Vannamei) selama
menunjukkan P0 tidak berbeda nyata penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
terhadap P1,P2 dan P4 tetapi P3 berbeda
nyata terhadap P5 , P5 tidak berbeda nyata
7
panjang mutlak (cm)

6
5 p0
4 p1
3 p2
2 p3
1 p4
0 p5
0 7 14 21 28

lama pemeliharaan mingguan ke..

Gambar 5. Grafik pertumbuhan panjang mutlak udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) yang
dipeliharah dengan pemberian dosis Ca(OH)2 yang berbeda selama 28 hari pemeliharaan

Pertumbuhan panjang udang penelitian. Hal ini terjadi diduga karena


vannamei meningkat dan menunjukkan kemampuan udang dalam mendapatkan
pengaruh pemberian calsium hidrosida makanan sebagai sumber energi untuk
Ca(OH)2 seiring berjalannya waktu pertumbuhan sama. Berdasarkan hasil
pemeliharaan (Gambar 5). Pertambahan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
panjang tubuh udang didukung oleh ada pengaruh pemberian calsium hidrosida
intensitas udang moulting, karena moulting Ca(OH)2 dengan dosis berbeda terhadap
merupakan proses pertumbuhan udang dan laju pertumbuhan harian udang vannamei
pertumbuhan adalah pertambahan bobot (Litopenaeus Vannamei).
dan panjang udang. Seperti yang dikatakan Hasil uji ANAVA menunjukkan
Hartnoll dalam Kaligis (2005) bahwa bahwa pemberian dengan dosis setiap
pertumbuhan pada crustacean adalah perlakuan memberikan pengaruh nyata
pertambahan panjang dan berat tubuh yang (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian
terjadi secara berkala sesaat setelah udang vannamei (Litopenaeus Vannamei).
pergantian kulit (moulting).Pada Tabel 3 Hasil uji lanjut menunjukkan P0, P1, P2
laju pertumbuhan harian udang vannamei dan P5 berbeda nyata terhadap P3 tetapi
(Litopenaeus Vannamei) masing-masing P3 berbeda nyata terhadap P4 , P4 berbeda
perlakuan mengalami peningkatan selama nyata terhadap P0, P1, P2 dan P5
8

Tabel 4. Kelulushidupan Udang Vannamei


Kelulushidupan (%)
Ulangan
P0 P1 P2 P3 P4 P5
1 65,00 55,00 50,00 65,00 50,00 45,00
2 55,00 55,00 55,00 70,00 55,00 45,00
3 55,00 50,00 50,00 70,00 55,00 60,00
Jumlah 175 160 155 205 160 150
Rata-rata 58,53 ± 53,33 ± 51,66 ± 68,33 ± 53,33 ± 50,00 ±
5,77a 2,88a 2,88a 2,88b 2,88a 8,66a
Keterangan : Huruf Superscript yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan
dan tanda ± menunjukkan angka standart deviasi

kelulushidupan udang vannamei adalah faktor abiotik dan biotik. Menurut


(Litopenaeus Vannamei) yang tertinggi Anggoro (1992), proses moulting yang
terdapat pada P3 (68,33%) dan yang tidak bersamaan diantara udang yang satu
terendah P5 (50,00%) Tabel 4. Tinggi dengan lainnya cenderung menyebabkan
rendahnya kelangsungan hidup terjadinya kanibalisme terhadap udang
dipengaruhi oleh faktor luar seperti yang sedang moulting dan selanjutnya
kompetisi ruang gerak, kualitas air , mengakibatkan kematian. Hasil
kuantitas pakan ( zonneveld et al.,dalam pengamatan menunjukan bahwa udang
Nababan). baru moulting kondisi fisiknya sangat
Hasil uji ANAVA menunjukkan lemah sehingga mudah diserang oleh
bahwa pemberian dengan dosis berbeda udang lain.
memberikan pengaruh nyata (p>0,05)
terhadap kelulushidupan harian udang Kualitas Air Wadah Pemeliharaan
vannamei (Litopenaeus Vannamei). Hasil Selama penelitian parameter kualitas
uji lanjut dengan mengunakan Student- air yang diukur meliputi suhu, oksigen
Newman-Keuls menunjukkan bahwa pada terlarut, pH, salinitas, amoniak, dan
perlakuan P3 berbeda nyata terhadap kesadahan . Hasil pengukuran dari masing-
P0,P1,P2,P3 dan P4 (Lampiran 7). masing parameter kualitas air selama
Menurut Cahyono dalam Fuady penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
(2013) faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kelulushidupan dalam budidaya

Tabel 5. Parameter Kualitas Air Wadah Pemeliharaan Udang Vannamei Selama Penelitian
Kualitas Air
Parameter yang Diukur
Awal Tengah Akhir
Suhu (0C) 29,4 30,5 29,9
DO (mg/L) 4,95 5,21 7.01
pH 7,2 7,6 7,5
Salinitas (ppm) 33 40 51
Amoniak (mg/L) 0,001 0,025 0,035
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Penguji Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat udang serta suhu yang optimal untuk
bahwa kisaran suhu pada wadah budidaya udang yaitu 28-30oC.
pemeliharaan adalah 29,4-30,5oC. Kisaran Untuk oksigen terlarut (DO) pada
suhu ini tergolong baik karena menurut awal penelitian berkisar antara 4,97 mg/L
Rusmiyati (2010), suhu dapat dan pada akhir penelitian berkisar antara
mempengaruhi kondisi udang, terutama 7,01 mg/L. Kisaran oksigen terlarut pada
pertumbuhan dan kelangsungan hidup wadah pemeliharaan masih tergolong baik
karena menurut mutu lingkungan 51 tahun
9

2004 kisaran oksigen terlarut optimal amoniak selama penelitian masih


untuk udang vannamei adalah 4-8 mg/L. tergolong baik karena menurut SNI 01-
Kisaran nilai pH adalah 7,2 -7,6. 7246-2006, kisaran kadar amoniak yang
Kisaran pH air ini tergolong baik karena dapat ditolerir DGDODK ” PJ /
menurut Haliman dalam Nababan 2015, Peningkatan kadar amoniak pada wadah
pH air ideal untuk udang vannamei adalah pemeliharaan udang vannamei berasal dari
antara 7,5-8,5. Keberadaan Ca(OH)2 dalam pakan dan buangan metabolik udang.
air bereaksi dengan H+ akibatnya pH akan Kadar amoniak pada wadah pemeliharaan
meningkat. Penambahan calsium hidrosida udang berasal dari hasil ekskresi udang
Ca(OH)2 dapat menyebabkan kenaikan yang berbentuk gas danpakan yang tidak
pada pH media pemeliharaan karena termakan oleh udang sehingga larut dalam
pengapuran bersifat menetralkan keasaman air.
sehingga pH air akan meningkat setelah Salinitas dapat didefinisikan sebagai total
pemberian kapur (Boyd 1982). Namun konsentrasi ion-ion terlarut dalam air.
nilai pH air semakin menurun pada akhir Dalam budidaya perairan, salinitas
penelitian. Hal ini dikarenakan adanya dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt
penyerapan calsium oleh udang vannamei (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh
yang dimanfaatkan saat proses moulting. ion utama yaitu : sodium, potasium,
Seperti yang dikatakan Arsano (2010), kalium, magnesium, klorida, sulfat dan
proses pembentukan eksoskeleton baru, bikarbonat mempunyai kontribusi besar
udang membutuhkan kalsiumdan HCO3. terhadap besarnya salinitas, sedangkan
Calsium dan HCO3 dalam tubuh akan yang lain dianggap kecil (Boyd, 1990).
bereaksi menjadi CaCO3 yang mengendap Sedangkan menurut Davis et al. (2004),
di kulit sedangkan H+ dikeluarkan ion calsium (Ca), potasium (K), dan
kelingkungan media pemeliharaan. Hal magnesium (Mg) merupakan ion yang
inilah yang menyebabkan pH media paling penting dalam menopang tingkat
pemeliharaan mengalami penurunan, kelulushidupan udang. Salinitas suatu
karena pada proses pembentukan perairan dapat ditentukan dengan
eksoskeleton, perairan menjadi lebih asam menghitung jumlah kadar klor yang ada
karena adanya ion H+ dalam perairan. dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian
Kandungan amoniak pada wadah besar petambak membudidayakan udang
penelitian menunjukkan kenaikan selama dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun
penelitian, pada awal penelitian dengan demikian, udang laut mampu hidup pada
kisaran 0,004 mg/L dan akhir penelitian salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt
dengan rata-rata 0,035 mg/L. Nilai (Mazarra, 2011).

Tabel 6. Kisaran Hasil Pengukuran Kesadahan Air Pada Setiap Perlakuan Selama
Penelitian
Perlakuan Kesadahan (mg CaCO3/L)
P0 (0 mg/L) 6800 ± 9600
P1 (20 mg/L) 7100 ± 9000
P2 (40 mg/L) 7200 ± 9300
P3 (60 mg/L) 7900 ± 9700
P4 (80 mg/L) 7600 ± 10000
P5 (100 mg/L) 7100 ± 9100
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Penguji Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

terlarut dalam air serta terjadinya proses


Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui perombakan bahan organik dan mineral.
bahwa nilai kesadahan berbeda-beda pada Pada umumnya nilai kesadahan
setiap perlakuan. Hal ini dapat terjadi pada penelitian mengalami peningkatan,
karena adanya bahan tersupensi atau
10

hal ini disebabkan karena adanya bahan Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik Berbagai
tersuspensi dan terlarut dalam air. Menurut Tingkat Salinitas Media Terhadap
Lasmana (2002) menyatakan bahwa Daya Tetas Telur dan Vitalitas
perubahan kesadahan air disebabkan oleh Larva Udang Windu, Penaeus
banyak mineral dalam air yang berasal dari monodon Fabricius. Disertasi.
batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion Fakultas Pascasarjana, IPB. Bogor.
maupun molekul. Menurut Van Wyk dan 127 hlm (tidak diterbitkan)
Scarp (1999) dalam Putra (2011)
menyatakan di air laut kesadahan bisa Aritonang, D. 2008. Kesadahan: Analisis
mencapai 8000 mg/L. Udang dapat hidup Dan Permasalahan Untuk Air
normal pada kesadahan 6000 mg/L, bisa Industri, Karya Ilmiah. Medan. 35
juga hidup pada kesadahan 150 mg/L. hlm

KESIMPULAN DAN SARAN Arsono, Y. Arki., Rustadi dan B.


Perlakuan dengan penambahan Triyatmo. 2010. Pengaruh
Ca(OH)2 sebanyak 60 mg/L (P3) Konsentrasi kapur (CaCO3)
merupakan perlakuan terbaik, dimana Terhadap Pertumbuhan Lobster Air
menghasilkan intensitas moulting Tawar ( Cherax Quadricarinatus ).
sebanyak 50 %, pertumbuhan bobot Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII
mutlak sebesar 0,56 gram, pertambahan (1): 28-34
panjang mutlak 2,06 cm, kelulushidupan
(SR) sebesar 68,33 % dan laju Atika, 2014. Pertumbuhan Dan
pertumbuhan harian (SGR) sebesar 1,73 % Kelulushidupan Abalone (Haliotis
udang vannamei. Sedangkan kualitas air Squamata) Dengan Padat Tebar
wadah pemeliharaan selama penelitian Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
masih tergolong baik untuk pemeliharaan Perikanan dan Ilmu Kelautan.
udang vannamei. Universitas Riau. Pekanbaru. 48
hlm (tidak diterbitkan)
DAFTAR PUSTAKA
Makarin.2004.Menteri Negara Lingkungan
Adharyan. 2012. Peningkatan Kualitas Air
Hidup Nomor 51 tahun 2004. 10
Tambak Dengan Pengapuran,
hlm
Universitas Brawijaya. 30 hlm
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.
Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu
Yayasan Pustaka Nusantara.
Secara Intensif. Agromedia
Yogyakarta. 163 hlm.
pustaka. Jakarta. 108 hlm.
Erlando,G.2015. Penambahan Kalsium
Anonim, 2011. Teknik Monitoring dan Oksida (CaO) Terhadap Percepatan
Pengendalian Pertumbuhan dalam Moulting dan Kelulushidupan
Kegiatan Budidaya Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus
Udang. http:// perikanan seruyan. Vannamei). Skripsis. Fakultas
blogspot.co.id/2011/07/teknik- Perikanan dan Ilmu Kelautan.
monitoring-dan-pengendalian.html. Universitas Riau. Pekanbaru. 50
(Diakses 18 januari 2017) hlm (tidak diterbitkan)
Anonim. 2006. Benih udang vannamei Fauzi, 2015. Efektivitas Berbagai Sumber
kelas benih sebar. Hhtp:// www. Karbon Dalam Fermentasi
bkipm. kkp.go.id/. (diakses pada Probiotik Pada Budidaya Udang
tanggal 14 september 2016-10-16) Vaname (Litopenaeus Vannamei)
11

Instalasi Perbenihan Udang Windu, Perikanan dan Ilmu Kelautan.


Balai Penelitian dan Universitas Riau. Pekanbaru. 8 hlm
Pengembangan Budidaya Air
Payau. 8 hlm Tyas, P. 2014. Udang Vannamei. https://
mpurwaningtyas. wordpress. com/
Fardian, R. D. 2011. Manajemen Pakan 2014/02/06/udang-vaname/.
Pada Pemeliharaan Larva Udang (Diakses 09 November 2016. Pukul
Vannamei (Litopenaeusvannamei) 20.00 wib)
Di Balai Budidaya Air Payau
Situbondo Jawa Timur. 55 hlm Kibria, G. 1993. Studies on molting,
molting frequencyand growth of
Fuady, Faid. M. 2013. Pengaruh shrimp (Penaeus monodon) fed on
Pengeloloan Kualitas Air Terhadap natural and compounded diets.
Kelulushidupan dan Laju Asian Fisheries Science 6: 203-
Pertumbuhan Udang Vannamei 211.
(Litopenaeus Vannamei) di PT.
Indikator Bangun Desa, Mazara, A. 2011. Manajemen Kualitas Air
Yogyakarta, Journal of Pada Balai Budidaya Benih Udang.
Management of Aquatic Resources. https://mazara30.wordpress.com/20
8 hlm 11/12/08/manajemen-kualitas-air-
pada-balai-budidaya-benih-udang/.
Greenway, P. 1974. Calcium balance at the (Diakses tanggal 09 januari 2017
postmolting stage of the fresh pukul 12.11 wib).
water Cray fish Austropotamo bius
pallipes (Lereboullet). J. Exp. Bio., Muzaki. 2004. Introduction and Movement
61: 35-45. of Penaeus vannamei and Penaeus
stylirostris in Asia and the Pacific.
Hadie, E. 2010. Kajian Efektivitas FAO-UN. Bangkok. 82 hlm.
Kalsium Untuk Pengembangan
Teknologi Intensif Pada Budidaya Mukhsin, A. 2016. Moulting Pada Udang,
Lobster Air Tawar ( Cherax Proses Dasar Kehidupan Udang.
Quadricarinatus ),JRis. Akuakultur http://aziz-mukhsin .blogspot. co.
vol 5.No 2. 221-228 id/2014/05/proses-molting-pada-
udang.html. (diakses 21 November
Hadie W, Sumantadinata K, Carman O, 2016).
Hadie LE. 2002. Pendugaan jarak
genetik populasi udang galah Nababan, E. 2015. Pemeliharaan Udang
(Macrobrachium rosenbergii) dari Vannamei (Litopenaeus vannamei)
sungai Musi, sungai Kapuas, Dengan Persentase Pemberian
sungai Citanduy, dengan truss Pakan Yang Berbeda. Skripsi.
morphometric untuk mendukung Fakultas Perikanan dan Ilmu
program pemuliaan. Jurnal Kelautan. Universitas Riau.
Penelitian Perikanan Indonesia, 8 Pekanbaru. 54 hlm (tidak
(2): 1-5. diterbitkan)

Heriadi, Fitrah. U. 2016. Meningkatkan Putra, 2011. Manajemen Kualitas Air


Kalsium karbonat (CaCO3) Untuk dalam Kegiatan Perikanan
Pertumbuhan dan Kelangsungan Budidaya. Areasi pengembangan
Hidup Vannamei udang kapasitas laboratorium. 25 hlm
(Litopenaeus vannamei). Jurnal
12

Riani, 2012. Efek Pengurangan Pakan


Terhadap Pertumbuhan Udang
Vannamei Pl-21 Yang Diberikan
Bioflok, Jurnal Perikanan Dan
Kelautan Vol. 3 No 2. 207-211

Saputra, 2014 .Teknik Pembesaran Udang


Vannamei Secara Intensif, Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan
Perikanan, Jawa Timur. 43hlm

Sudjana. 1991. Desain dan Analisis


Eksperimen. Edisi II. Tarsito.
Bandung. 412 hal

Zaidy AB. 2008. Pendayagunan Kalsium


Media Perairan dalam Proses
Ganti Kulit dan Konsekuensinya
Bagi Pertumbuhan Udang Galah,
Macrobrachium Rosenbergii (De
Man). Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan
dan Perikanan Indonesia. 2: 117-
125

You might also like