Professional Documents
Culture Documents
e-ISSN : 2657-2494
ABSTRACT
This research aims to 1) find out and understand the background of amendments to article 1 paragraph 1
of Law No. 16 of 2019 on the age limit of marriage, 2) find out the efficacy of amendments article 1 paragraph 1 of
Law No. 16 of 2019 on the age limit of marriage with analysis of jasser Auda system theory. This research is a type
of normative juridical research with a legal approach and a case approach. The source of the data in this study is legal
material and the data is collected through literature studies. The data analysis used is contras (looking for inequality),
comparation (looking for similarities), Criticize (providing views), synthesize (comparing), and summarize
(summarizing). The results showed there are several positive impacts in the form of fulfillment of children's rights,
especially girls, increasing understanding related to the importance of education, increasing understanding related to the
ideal age of marriage, and parents increasingly understand the importance of the ideal age of marriage when they want
to marry their children. It is the right solution in creating a good family. The application of such provisions is able to
regulate the relationship between men and women, maintaining offspring; in a sense, not just obtaining offspring from
legitimate marital relationships, but keeping the offspring into healthy and qualified offspring creates a family of
sakinah, mawaddah, warahmah; maintaining religiousness in the family; Regulate the pattern of good relationships
in the family and regulate the financial aspects in the family, so that human development can increase.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui dan memahami latar belakang amandemen
pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang batas usia perkawinan, 2) serta
untuk mengetahui kemaslahatan amandemen pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2019 tentang batas usia perkawinan dengan analisis teori sistem Jasser Auda. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian yuridis normatif dengan pendekatan undang-undang dan pendekatan
kasus. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahan hokum dan data tersebut dikumpulkan
melalui studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah contras (mencari ketidaksamaan),
comparation (mencari kesamaan), Criticize (memberikan pandangan), synthesize (membandingkan), dan
summarize (meringkas). Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa dampak positif berupa
pemenuhan hak anak khusunya anak perempuan, meningkatnya pemahaman terkait pentingnya
pendidikan, meningkatnya pemahaman terkait pentingnya usia ideal perkawinan, serta orang tua
semakin memahami pentingnya usia ideal perkawinan ketika hendak menikahkan anaknya.
Merupakan solusi tepat dalam menciptakan keluarga yang baik. Penerapan ketentuan tersebut
mampu mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan, menjaga keturunan; dalam artian,
bukan sekedar memperoleh keturunan dari hubungan pernikahan yang sah, melainkan menjaga
keturunan tersebut menjadi keturunan yang sehat dan berkualitas menciptakan keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah; menjaga keberagamaan dalam keluarga; mengatur pola hubungan yang baik
dalam keluarga dan mengatur aspek finansial dalam keluarga, sehingga human development dapat
meningkat.
100 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
101
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
sosial, agama (Rohman, 2017). Dan juga melatar belakangi adanya Undang-Undang
menurut Nabila Saifin Nuha Nurul (Haq, Nomor 16 Tahun 2019 tersebut, kemudian
2018) Usia perkawinan yang telah diatur menganalisisnya dengan salah satu teori
dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang hukum Islam yaitu teori sistem Jasser Auda.
Perkawinan menyebutkan bahwa usia yang Lalu bagaimana tentang hak-hak anak
diperbolehkan untuk menikah ialah 16 tahun perempuan sebagai objek, juga bagaimana
bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. perkembangan selanjutnya ketika hak-hak
Namun dalam konteks saat ini usia tersebut tersebut terpenuhi dengan mengurangi sedikit
dianggap kurang ideal dilihat dari berbagai diskriminasi akan hak sebagai anak, sehingga
faktor. Akan terjadi banyak masalah jika kemaslahatan akan amandemen UU nomoor
perkawinan yang dilakukan terlalu muda 16 tahun 2019 tentang batas usia perkawinan
khususnya masalah kesehatan. Faktor lain akan lebih bermanfaat atau malah sebaliknya?
bisa berupa masalah psikis, pendidikan, Pemikiran Jasser Auda diawali
ekonomi maupun yang lainnya. dalam tesis dengan adanya kritik terhadap Usul Fikih
tersebut ataupun dianalisis menggunakan yaitu pertama, Usul al-Fikih terkesan tekstual
Maqāsid al-sharīah, yang mana dapat dan mengabaikan tujuan teks, kedua,
merumuskan suatu hukum dilihat dari Klasifikasi sebagian teori usul al-Fikih
maksud dan tujuan ditetapkannya sebuah mengiring pada logika biner dan dikotomis,
hukum. Peneliti selanjutnya adalah Achmad ketiga. Analisa usul al-fikih bersifat
(Asrori, 2015) di dunia Islam mengulas reduksionis dan atomistik, selain itu Jasser
pendapat para ulama madzhab tentang batas Auda pun mengkritik Maqāsid klasik yang
minimum usia menikah dan penerapannya terjebak pada kemaslahatan individu sehingga
dalam hukum perkawinan di beberapa negara tidak mampu menjawab permasalahan dunia
Islam. Di dalam kitab-kitab fikih, para fukaha yang terjadi, maka oleh Jasser Auda cakupan
berbeda pendapat tentang batasan usia dan dimensi teori Maqāsid klasik diperluas
seseorang untuk dapat disebut baligh. agar dapat menjawab tantangan-tantangan
Menurut ulama Hanāfi, anak laki-laki zaman kekinian. Jasser Auda menjadikan
dipandang baligh apabila usianya telah teori sistem sebagai pendekatan dalam
mencapai 18 tahun dan perempuan 17 tahun. hukum Islam, dan membangun seperangkat
Mazhab Syāfi‟i memberikan batas 15 tahun kategori dengan menggunakan 6 (enam)
untuk laki-laki dan 9 tahun untuk perempuan. fitur sistem yaitu sifat kognitif (cognitive
Hanbali, baik laki-laki dan perempuan 15 nature), saling keterkaitan (interrelated),
tahun. Sedangkan ulama Māliki menandai keutuhan (wholeness), keterbukaan (openess),
kedewasaan dengan tumbuhnya rambut di multi-dimensionalitas (multi-dimentionality) dan
beberapa tempat/anggota tubuh. Perbedaan kebermaknaan (purposefulness). Keenam fitur
pendapat mengenai konsep baligh ini ini sangat erat berkaitan, saling menembus
mengakibatkan batas minimum usia untuk dan berhubungan antar satu dengan lainnya,
menikah di sejumlah negara Islam berbeda sehingga membentuk keutuhan berfikir.
satu sama lain. Namun titik ukur yang bisa menjangkau
Namun, hemat penulis dari ketiga semua fitur yang lain adalah kebermaksudan
peneliti sebelumnya yang menggunakan (Maqāsid) (Rahman, 2018). Keunggulan
analisis Maqāsid al-sharīah klasik yang terjebak pemikiran Jasser Auda dalam konteks
pada kemaslahatan individu sehingga tidak Maqāsid al-sharīah adalah ditawarkannya
mampu menjawab permasalahan dunia yang teori “human development” sebagai target utama.
terjadi, dalam menjaga keselamatan Inilah yang membedakan dari pemikiran
keturunan (hifzhu al-nasl) pada tingkatan al- lainnya. Perbedaan penafsiran dari teks-teks
daruriyyah atau sekurang-kurangnya al-hajiyyah, keagamaan yang seharusnya menjadi bahan
tanpa membahayakan keselamatan jiwa bertoleransi ini oleh sebagian pihak tidak
pihak-pihak yang terikat dalam ikatan diterima sehingga menjadi pemicu terjadinya
pernikahan (hifzhu al-nafs) serta keberlanjutan perpecahan antar sesama pemeluk beragama.
pendidikan anak yang diberikan dispensasi
perkawinannya (hifzhu al-aql). B. METODE PENELITIAN
Maka penulis merasa perlu untuk Penelitian ini merupakan jenis
melakukan penelitian terkait hal-hal yang penelitian yuridis normatif dengan
102 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
103
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
angka 1 diatas, menyatakan bahwa usia dengan tuntunan kebutuhan yang ada
anak adalah sejak dia lahir, bahkan pada (Putri, 2018).
kondisi tertentu adalah saat masih dalam Hal tersebut sepenuhnya
kandungan, sampai dengan usia 18 merupakan kewenangan pembentuk
tahun, namun, pembentuk Undang- Undang-Undang yang apapun
Undang, dalam hal ini UU Perkawinan, pilihannya tidak dilarang dan selama
saat itu menentukan batas umur untuk tidak bertentangan dengan UUD 1945.
memenuhi tujuan ideal perkawinan, bagi Dalam perkara a quo UUD 1945 tidak
pria sudah mencapai umur 19 tahun dan mengatur secara jelas perihal batasan
bagi wanita sudah mencapai umur 16 usia seseorang disebut sebagai anak hal
tahun. ini juga sama dengan pendapat dari
Sebagaimana telah diuraikan baik perspektif hukum Islam yang
oleh para saksi maupun ahli serta pihak dikemukakan oleh ahli yang diajukan
terkait dalam persidangan bahwa oleh para pemohon yaitu Prof.
perkawinan anak memang rentan dan Muhammad Quraish Shihab yang
berpotensi menghadapi beragam menyatakan,
permasalahan mulai dari kesehatan fisik “kitab suci Al Quran, demikian
khususnya kesehatan reproduski, juga sunnah Nabi tidak menetapkan usia
kesehatan mental, hambatan psikologis tertentu. Ini sejalan dengan hikmah Ilahi
dan sosial, dan yang tak kalah yang tidak mencantumkan rincian
pentingnya adalah berpotnesi mengalami sesuatu dalam kitab suci menyangkut
kesulitan ekonomi untuk memenuhi hal-hal yang dapat mengalami
kebutuhan hidup yang layak yang perubahan yang dirincinya hanya hal-hal
kesemuanya dapat berujung pada yang tidak terjangkau oleh nalar seperti
perceraian dan penelantaran anak yang persoalan metafisika atau hal-hal yang
dilahirkan dari perkawinan tersebut serta tidak mungkin mengalami perubahan
menambah beban ekonomi bagi dari sisi kemanusiaan seperti misalnya,
keluarga yang ditinggalkan atau yang ketetapannya mengharamkan
ikut menanggung kebutuhan dan perkawinan anak dengan ibunya atau
keberlangsungan hidup anggota keluarga dengan ayahnya karena disitu selama
yang mengalami perceraian tersebut manusia normal, tidak mungkin ada
(Putri, 2018). birahi terhadap mereka. Karena tidak
Penjelasan pasal 7 ayat 1 UU adanya ketetapan yang pasti dari kitab
Perkawinan menyatakan untuk menjaga suci, maka ulama-ulama Islam berbeda
kesehatan suami-istri dan keturunan, pendapat tentang usia tersebut bahkan
perlu ditetapkan batas-batas umur untuk ada diantara mereka masyarakat Islam
perkawinan. hal ini sesuai dengan tujuan yang justru melakukan revisi dan
luhur sebagaimana didalilkan para perubahan menyangkut ketetapan
pemohon. Namun, terkait dengan hukum tentang usia tersebut ini untuk
norma yang mengatur batasan usia, menyesuaikan dengan perkembangan
mahkamah konstitusi dalam beberapa masyarakaat dan kebutuhannya” (Putri,
putusannya (vide Putusan Nomor 2018).
49/PUU-IX/2011 bertanggal 18 Pertimbangan hukum diatas telah
Oktober 2011, Putusan Nomor 37- nyata bahwa kebutuhan untuk
39/PUU-VIII/2010 bertanggal 15 menentukan batasan usia perkawinan
Oktober 2010 dan Putusan Nomor khususnya untuk perempuan adalah
15/PUU-V/2007 bertanggal 27 relatif menyesuaikan dengan
November 2007) telah perkembangan beragam aspek baik itu
mempertimbangkan bahwa batasan usia aspek kesehatan hingga aspek sosial
minimum merupakan kebijakan hukum ekonomi. Bahkan, tidak ada jaminan
terbuka (open legal policy) yang yang dapat memastikan bahwa dalam
sewaktu-waktu dapat diubah oleh ditingkatkannya batas usia kawin untuk
pembentuk Undang-Undang sesuai wanita dari 16 tahun menjadi 18 tahun
akan semakin mengurangi angka
104 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
105
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
106 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
107
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
108 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
109
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
110 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
111
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
112 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
113
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
114 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
115
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
lainnya, dan menjaga kesehatan suami- yang satu dengan hukum yang lain di
istri serta keturunannya karena usia Indonesia termasuk juga
menikah sudah pada keadaan matang, Batas usia perkawinan 19 tahun ini
sehingga menghasilkan keturunan yang diatur dalam sebuah Undang-Undang di
berkualitas. sebuah negara yaitu Indonesia, sehingga
Penelitian ini juga keberlakuan aturan ini juga
mempertimbangkan berbagai cabang mempertimbangkan kondisi masyarakat
keilmuan lain yang relevan dengan objek secara keseluruhan, dan akan dirasakan
yang akan di teliti. Perubahan batas usia oleh semua masyarakat.
pada pasal ini yaitu Pasal 1 ayat 1 UU Tujuan yang dimaksud Jasser Auda
No. 16 Tahun 2019 perubahan atas UU bukanlah tujuan yang bersifat satu arah
No. 1 Tahun 1974 telah namun tujuan yang menyeluruh, untuk
mempertimbangkan tentang psikologi itu, aturan ini Batas Usia Perkawinan
anak dan kesehatan anak dan juga Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No 16
reproduksi, disisi lain juga Tahun 2019 Perubahan Atas Pasal 7
mempertimbangkan kelangsungan Ayat 1 Undang-Undang No 1 Tahun
ekonomi keluarga, dan Hak Asasi 1974 sesuai dengan apa yang
Manusia (HAM), sehingga bisa di dimaksudkan teori sistem Jasser Auda.
kategorikan perubahan ini
mempertimbangkan seluruh aspek D. KESIMPULAN
disiplin ilmu yang berkenaan dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
batas usia perkawinan tersebut penulis lakukan mengenai tinjauan batas usia
(menyeluruh). perkawinan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Perubahan batas usia nikah di nomor 16 tahun 2019 perubahan atas pasal 7
Indonesia memang didasari karena ayat 1 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974
adanya keterbukaan hukum. Pada tahun perspektif teori sistem Jasser Audah maka
1974 pada kemunculannya UU dapat disimpulkan bahwa:
perkawinan nomor 1 tahun 1974 1. latar belakang amandemen pasal 1 ayat 1
Indonesia belum ada aturan atau Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
perUndang-Undangan tentang Hak atas pasal 7 ayat 1 Undang-Undang
Asasi Manusia dan juga perlindungan Nomor 1 Tahun 1974 tentang batas usia
anak. Karena sifat berubahnya hukum perkawinan, bermula dari permohonan
berdasarkan berubahnya zaman dan juga uji materi ke Mahkamah Konstitusi
tempat, pasca reformasi muncul banyak Bahwa pembedaan usia antara laki-laki
hal tentang HAM termasuk juga UU dan perempuan dalam pasal 7 ayat 1
Perlindungan anak. Saat ini perubahan Undang-Undang nomor 1 tahun 1974
pasal 7 ayat 1 UU nomor 1 tahun 1974 merupakan wujud nyata tidak
tentang perkawinan khususnya batas tercapainya persamaan kedudukan
usia perkawinan adalah sebagai wujud dalam hukum yang dilindungi oleh pasal
keterbukaan hukum di Indonesia 27 ayat (1) UUD 1945 dan Amandemen
termasuk juga hukum Islam di tersebut merupakan capaian
Indonesia. perkembangan yang positif khususnya
Batas usia perkawinan 19 tahun untuk hukum di Indonesia
bagi laki-laki dan perempuan jika di lihat 2. Tinjauan teori sistem Jasser Audah
dari kacamata Teori Sistem Jasser Auda terhadap batas usia perkawinan pasal 1
didalam Islam merupakan salah satu ayat 1 Undang-Undang No 16 Tahun
aturan yang berada pada posisinya dan 2019 perubahan atas pasal 7 ayat 1
berkaitan dengan Alquran, sunnah dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974,
pedapat para fuqoha‟ lainnya, sehingga dalam penelitian ini ditemukan bahwa
tidak menjadikannya satu-satunya aturan teori sistem jasser Audah untuk
untuk mewujudkan realisasi tujuan menganalisa aturan ini, bisa dikatankan
disyariatkannya perkawinan. Dan bahwa aturan ini sejalan dengan Maqāsid
sebagai wujud keterbangunan hukum al-sharīah dan diharapkan menjadi solusi
yang lebih baik dalam tatanan
116 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
117
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11, Nomor 1, Juni 2022 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
118 M. Arif Hakim, Tinjauan Batas Usia Perkawinan Pasal 1 Ayat 1...