You are on page 1of 12

Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal.

71-82

KARAKTERISTIK LOKASI PASAR TRADISIONAL


DAN DAMPAK OPERASIONALNYA :
STUDI KASUS KOTA SEMARANG

Rasinanda Muhammad Rizal, Nur Rahman Alhamidi, Ferry Hermawan,


Ismiyati
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Soedarto,SH Tembalang, Semarang. 50275, Telp.: (024)7474770, Fax.:
(024)7460060

Abstract

Traditional market is the place which represents the transaction between sellers and
buyers. However, by the development of the period rapidly, the existence of traditional market
begins to be threatened. It is because the proliferation of retail business from foreign funds, for
example is Minimarket. Due to the proliferation of the Minimarket, people has been prefer to
visit Minimarket rather than traditional market. Clean place and free from the word of dirty
have made visitors more comfortable to visit Minimarket. And this condition is in opposite with
the traditional market which seems slum, muddy and far from hygienic. This situation has
succesfully made the traditional market left behind of the modern market. This research aims
to know the characteristic of location of the traditional market and its operational impact and
recommend the traditional market model. The model of market location can enhance the
competitiveness of traditional market with modern markets. As for which becomes the object
of this research are, traditional market data that listed in the Market Service of Semarang city,
that market conditions are obtained by means of direct observation or interviews to the
merchant market, the market manager and the buyer's market. As for the secondary data
used is DED of market, the number of market stalls, number of floor los data, data number of
traders, market land area data, and data market building area. The conclusions of this
research was obtained some variables from location factors that affect the success of the
revitalization, covering a distance of main street market, broad visibility, parking lots, the
amount of market traders, the number of entry to the market, and the number of transport
towards the market. As for the success of the revitalization of the market was also influenced
by his market in the populous region. Because there is still no recommendations placement
location a strategic market, for it is this research make a model of market location
recommendations and a population density of traditional market.

Keywords : location, traditional market, operational impact

Abstrak

Pasar tradisional merupakan tempat transaksi antara pedagang dan pembeli. Namun, dengan
pesatnya perkembangan jaman, keberadaan pasar tradisional mulai terancam. Itu disebabkan
menjamurnya usaha ritel dengan dana asing, seperti contoh minimarket. Dengan
menjamurnya minimarket, pengunjung pasar tradisional mulai beralih ke minimarket
dibanding ke pasar tradisional. Tempat yang bersih dan bebas dari kata kumuh membuat
pengunjung semakin betah berkunjung ke minimarket. Kondisi ini berkebalikan dengan
suasana di pasar tradisional yang terkesan kumuh, becek dan jauh dari kata higienis.
Keadaan ini semakin membuat pasar tradisional tertinggal jauh dibanding pasar modern.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi dan dampak operasionalnya
serta merekomendasikan model pasar tradisional. Model lokasi pasar dapat meningkatkan
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

daya saing pasar tradisional dengan pasar modern. Adapun yang menjadi objek dalam
penelitian ini yaitu seluruh pasar tradisional yang tercantum dalam data Dinas Pasar Kota
Semarang, yaitu kondisi pasar yang didapat dengan cara observasi langsung maupun dengan
wawancara kepada pengelola pasar, pedagang pasar dan pembeli pasar. Sedangkan untuk
data sekunder yang digunakan adalah gambar DED pasar, data jumlah kios, data jumlah los,
data jumlah dasaran, data jumlah pedagang, data luas lahan pasar, dan data luas bangunan
pasar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapat beberapa variabel dari faktor lokasi yang
mempengaruhi keberhasilan revitalisasi, meliputi jarak pasar dengan jalan utama, visibilitas,
luas lahan parkir pasar, jumlah pedagang, banyaknya akses masuk, dan jumlah angkutan
menuju pasar. Adapun keberhasilan revitalisasi pasar juga dipengaruhi oleh ditempatkannya
pasar di wilayah yang padat penduduk. Karena masih belum ada rekomendasi penempatan
lokasi pasar yang strategis, untuk itu penelitian ini memberikan model rekomendasi lokasi
pasar dan kepadatan wilayah pasar tradisional.

Keyword : Lokasi, Pasar Tradisional, Dampak Operasional

Pendahuluan Losch dalam Suryani (2015)


Liberalisasi perdagangan dengan berpendapat bahwa lokasi yang mana
ditandainya beberapa pemodal asing ke semakin jauh dan mahal biaya
Indonesia menyebabkan eksistensi pasar transportasi untuk mendatangi tempat
tradisional menjadi terancam. Modal penjual berpengaruh terhadap jumlah
besar yang masuk ke pasar-pasar konsumen dimana konsumen makin
modern menyebabkan persaingan usaha enggan untuk datang ke lokasi tersebut.
menjadi tidak seimbang. Pasar Sedangkan pemilihan lokasi menurut
tradisional sebagai bentuk usaha kecil Buchari Alma (2003:105) dalam
sulit untuk memenuhi persaingan Ghanimata (2012) penentukan
dengan modal besar. Oleh karena itu, keberhasilan dan kegagalan usaha
pemerintah mengeluarkan Peraturan dimasa di masa akan datang ditentukan
Menteri Perdagangan Nomor: 70/M- oleh keberhasilan memilih lokasi usaha
Dag/Per12/2013 tentang Pedoman yang tepat. Capello (2011) dalam
Penataan dan Pembinaan Pasar teorinya, pemilihan lokasi juga
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan ditentukan oleh prinsip aksebilitas,
Toko Modern. Peraturan tersebut dengan aksesibilitas tinggi berarti
menyebutkan salah satu cara untuk mereka memiliki akses yang mudah ke
meningkatkan daya saing pasar pasar yang luas dan beragam untuk
tradisional adalah dengan bentuk barang. Sependapat dengan Qoriah
peremajaan atau revitalisasi. Faktor yang (2014) lokasi menjadi salah satu faktor
mempengaruhi suksesnya revitalisasi kekuatan internal dengan kemudahan
pasar tradisional salah satunya adalah dan terjangkau dari semua arah jalan
faktor lokasi. Dengan dengan kata lain faktor lokasi pasar yang
mempertimbangkan lokasi pasar yang strategis harus mempunyai aksesibilitas
bebas macet, yang mudah untuk yang mudah. Kepadatan wilayah
dijangkau, yang sesuai dengan merupakan salah satu faktor
lingkungan sekitar, akan membuat pasar keberhasilan suatu usaha. Kepadatan
tersebut ramai pengunjung (Suryani, wilayah yang besar akan memberikan
2015). dampak positif karena dengan jumlah
penduduk yang besar perekonomian

72
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 71-82

suatu tempat akan semakin maju dengan pasar yang teregister di Semarang.
banyaknya tenaga kerja. Namun Sebelum melakukan observasi lapangan,
kepadatan wilayah yang tidak dilakukan observasi awal untuk
direncanakan dengan baik justru akan mengetahui :
membawa dampak negatif terhadap - Bagaimana kondisi umum pasar
lingkungan sekitarnya (Rochaida, 2016). tradisional tersebut
Rochaida (2016) dalam penelitiannya - Berapa jarak lokasi pasar dengan
juga berpendapat, semakin banyak jalan utama
jumlah penduduk suatu wilayah maka - Membuat hipotesa awal tentang
tingkat perekonomian daerah tersebut data – data apa saja yang bisa
akan semakin berkembang. Dalam diambil dan tidak bisa diambil
penelitian ini, akan dikupas lebih lanjut - Menyusun strategi untuk
pengaruh faktor lokasi terhadap tingkat pengambilan data berikutnya
keramaian suatu pasar tradisional di - Menyusun daftar pertanyaan yang
kota-kota besar di Indonesia, khususnya akan ditanyakan untuk
di Kota Semarang. mengantisipasi jawaban responden
yang bervariasi.
Metodologi Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk
Metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data dengan metode
penelitian ini yaitu metode kualitatif
wawancara yaitu tape recorder yang
deskriptif dengan observasi lapangan
berfungsi untuk merekam hasil
dan wawancara seperti dijelaskan pada
wawancara sebagai bukti validitas data
bagan alur Gambar 1.
yang diperoleh, catatan, check list, alat
Data primer dalam penelitian ini
tulis, dan daftar pertanyaan yang
yaitu data observasi yang berupa lokasi
digunakan untuk membantu penulis
GPS pasar di semarang dan jaraknya
supaya tidak terjadi pengulangan
terhadap jaringan jalan utama, foto–foto
pertanyaan dan lebih fokus terhadap
dan catatan–catatan kecil, data
data yang dibutuhkan. Alat observasi
wawancara kepada pedagang,
lapangan menggunakan kamera untuk
pengunjung, kepala pasar, dan dinas
dokumentasi gambar dan video yang
pasar yang berupa file rekaman dan
berfungsi untuk menunjang data serta
catatan–catatan tambahan. Dalam
Handheld GPS yang berfungsi untuk
penelitian ini data sekunder berupa
menentukan titik GPS dari setiap pasar.
DED pasar. Data DED digunakan untuk
Pada penelitian ini, peneliti
menganalisis penempatan lokasi di suatu
mempunyai 2 jenis data yaitu :
pasar, fasilitas yang terdapat di suatu
a. Data primer
pasar, aksesibilitas, dan penataan
Data primer yaitu data yang didapat
aksesbilitas di dalam pasar. Dalam Studi
secara langsung. Data primer dalam
ini, metode penelitian yang digunakan
penelitian ini yaitu data observasi
adalah metode penelitian kualitatif
yang berupa lokasi GPS pasar di
deskriptif. Menurut Cevilla (1993)
semarang dan jaraknya terhadap
bahwa penelitian deskriptif bertujuan
jaringan jalan utama, foto – foto
untuk mengumpulkan informasi tentang
dan catatan-catatan kecil, data
keadaan-keadaan nyata sekarang. Untuk
wawancara kepada pedagang,
memperoleh data tersebut, maka dalam
pengunjung, kepala pasar, dan dinas
penelitian ini digunakan metode
pasar berupa file rekaman dan
observasi lapangan dan wawancara.
catatan-catatan tambahan.
Observasi lapangan dilakukan pada 47

73
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

Fenomena:
Kegiatan Revitalisasi
Pasar Tradisional
Kajian Pustaka

GAP
(Hipotesa)

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


• Lokasi pasar di kota • Gambar DED pasar
semarang dan koordinat tradisional
GPS-nya • Lokasi pasar tradisional
• Observasi lapangan ke pasar- • Data pustaka tentang pasar
pasar tradisional di kota tradisional dan teori lokasi
besar • Kepadatan wilayah kota
• Wawancara dengan semarang (unit: kelurahan)
pedagang, pembeli, lurah
pasar, dan dinas pasar

Analisis Data

Analisis kuantitatif lokasi dan Analisis deskriptif lokasi Analisis deskriptif kepadatan
kepadatan dengan program dan observasi lapangan penduduk dan observasi lapangan
SPSS

Identifikasi Masalah Penataan Lokasi Pasar Tradisional

Kesimpulan

Rekomendasi

Gambar 1. Bagan Alur Metode Penelitian


pasar, fasilitas yang terdapat di suatu
b. Data sekunder pasar, aksesibilitas, dan penataan
Data sekunder yaitu data yang aksesbilitas di dalam pasar.
diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak Setelah mengumpulkan data–
lain dimana dalam penelitian ini berupa data tersebut, langkah selanjutnya yaitu
DED pasar. Data DED digunakan untuk pengolahan data. Adapun cara mengolah
menganalisis penempatan lokasi di suatu data pada penelitian ini yaitu data
74
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 71-82

observasi lapangan yang berupa lokasi Tabel 1. Definisi operasional variabel-


GPS pasar di Semarang dan jaraknya variabel dalam penelitian
terhadap jaringan jalan utama digunakan
untuk menjelaskan secara spasial dan Variabel Nama Variabel Kategori
deskriptif analitis lokasi dan kepadatan (1) (2) (3)
terhadap peran pasar tradisional
1:Sangat Sepi
ditunjang foto – foto dan catatan kecil
di buat dalam bentuk working paper 2: Sepi
dan tabel – tabel hasil observasi. Data Y Keramaian Pasar
3: Cukup
wawancara diolah dengan cara 4: Ramai
membuat transkripsi dan membuat 5: Sangat
tabel rekapitulasi kesimpulan, dan untuk Ramai
data dari pihak dinas Pasar Kota Jarak Pasar ke Jalan Numerik
Semarang yang berupa DED di analisis X1
Utama (m)
lokasi penataan di dalam pasar semisal Visibilitas dari Jalan Numerik
lokasi parkir kemudian di modelkan X2
Utama(m)
dengan letak lokasi jalan utama sehingga X3 Luas Lahan Parkir Numerik
tercipta pemodelan yang teratur.
KepadatanWilayah Numerik
Setelah melakukan pengolahan X4
(orang/km2)
data, maka langkah selanjutnya yaitu
Jumlah Pedagang Numerik
mereduksi data, data dalam penelitian X5
(Orang)
ini direduksi dengan cara memilih data –
Jumlah Akses Masuk Numerik
data yang penting saja yang sesuai X6
(Buah)
dengan tema penelitian. Penyajian data
Jumlah Angkutan Numerik
dalam penelitian ini untuk membuktikan X7
(Buah)
hipotesa digunakan program SPSS.
X8 Jumlah Lantai (tingkat) Numerik
• Variabel Tidak Bebas
Variabel tidak bebas dalam penelitian
ini adalah tingkat keramaian pasar
Hasil Dan Pembahasan
dari masing – masing objek yang
Analisis Kuantitatif Lokasi dan
diteliti yaitu pasar – pasar yang ada di
Kepadatan dengan Program SPSS
semarang. Variabel ini terbagi
Dalam tes ini didapat nilai
menjadi lima kategori yang semua di
signifikansi, nilai ini digunakan untuk
dapat dari hasil observasi di lapangan
mengetahui hubungan antara variabel
serta hasil wawancara.
baris dan kolom yang berbentuk
• Variabel Bebas ordinal. Kriteria hubungan antar
Terdapat tujuh variabel bebas dalam variabel adalah bahwa semakin
penelitian ini, yaitu Jarak Pasar ke mendekati nilai 1 maka hubungan yang
Jalan Utama (m), Visibilitas dari Jalan terjadi semakin erat dan jika mendekati
Utama (m), Kepadatan Wilayah 0 maka hubungan semakin lemah.
(orang/km2), Jumlah Pedagang Karena nilai mendekati 1 maka berarti
(Orang), Jumlah Akses Masuk (Buah), hubungan yang terjadi kuat.
Jumlah Angkutan (Buah), Jumlah
Lantai (tingkat).

75
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

Tabel 2. Hasil analisis SPSS uji korelasi dengan metode Spearman Correlation

Correlations Keramaian Pasar (Y) Kesimpulan


Sig. (2- Pearson Signifikansi Korelasi
tailed) Correlation
Jarak Pasar ke Jalan Utama Tidak
X1 0.161 -0.212 Berbanding Terbalik
(m) Signifikan
Visibilitas dari Jalan Utama Tidak
X2 0.159 -0.214 Berbanding Terbalik
(m) Signifikan
Tidak
X3 Luas Lahan Parkir Pasar (m2) 0.179 -0.204 Berbanding Terbalik
Signifikan
Kepadatan Wilayah
X4 0.003 0.435 Signifikan Berbanding Lurus
(orang/km2)
X5 Jumlah Pedagang (Orang) 0.001 0.678 Signifikan Berbanding Lurus
X6 Jumlah Akses Masuk (Buah) 0.002 0.455 Signifikan Berbanding Lurus
X7 Jumlah Angkutan (Buah) 0.001 0.500 Signifikan Berbanding Lurus
Tidak
X8 Jumlah Lantai (tingkat) 0.146 0.220 Berbanding Lurus
Signifikan

Tabel 3. Hasil analisis SPSS uji regresi dengan metode pengujian Signifikansi Simultan

95% Confidence Interval


Estimate Std. Error Wald df Sig.
Lower Bound Upper Bound
[Y = 1.00] 2.222 1.121 3.929 1 .047 .025 4.418
[Y = 2.00] 2.859 1.106 6.682 1 .010 .691 5.026
Threshold
[Y = 3.00] 6.387 1.444 19.556 1 .000 3.556 9.218
[Y = 4.00] 8.803 1.769 24.755 1 .000 5.335 12.271
X4 .000 5.683E-5 4.173 1 .041 4.712E-6 .000
X5 .005 .002 5.398 1 .020 .001 .009
Location
X6 .817 .303 7.269 1 .007 .223 1.412
X7 .170 .166 1.053 1 .030 -.155 .495
Link function: Logit.

Pengujian ini dilakukan untuk Analisis Deskriptif Lokasi dan


mengetahui apakah variabel-variabel Observasi Lapangan
bebas dalam penelitian ini secara Hubungan Antara Keramaian
bersama-sama memiliki pengaruh yang Pasar Dengan Jarak Pasar Ke Jalan
signifikan terhadap tingkat keramaian Utama
pasar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Untuk menentukan lokasi pasar
tabel 2 dan tabel 3. tradisional, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Salah satunya adalah
faktor jarak jalan utama dengan pasar.
Berdasarkan hasil observasi, didapat
banyak pasar yang letaknya dekat
dengan jalan utama lebih ramai
76
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 71-82

dibanding pasar yang letaknya jauh dari mahal. Tidak seperti Pasar Peterongan,
jalan utama. Ada juga beberapa pasar Pasar Krempyeng yang terletak hanya
yang letaknya jauh dari jalan utama 10 meter dari jalan utama namun pasar
namun tetap ramai. masuk dalam kategori sepi. Hal ini
Berdasarkan data yang didapat, dikarenakan sedikitnya angkutan yang
hubungan antara jarak jalan utama menuju pasar. Karena sedikit, ongkos
dengan keramaian pasar di dapat nilai angkut menuju pasar jadi lebih mahal.
sig sebesar 0,161 yang mana nilai Tidak seperti Pasar Tanah Mas, Pasar
tersebut diatas 0,05 (0,161 > 0,05) Surtikanti berjarak 600 meter dari jalan
yang berarti hubungan antara jarak jalan utama. Jauh dari jalan utama namun
utama dengan keramaian pasar tidak ramai pengunjung. Disukai pengunjung
signifikan. Hal ini dikarenakan data yang karena jalan didepan pasar yang bagus
diperoleh merupakan data acak. Ada serta harga barang dagangan yang
pasar yang ramai dan dekat dengan jalan tergolong murah.
utama, ada juga yang jauh dari jalan
utama. Begitu pula sebaliknya, ada yang Hubungan Antara Keramaian
jauh dari jalan utama dengan kondisi Pasar Dengan Visibilitas Dari Jalan
sepi, ada juga yang ramai. Utama
Berdasarkan hasil uji korelasi Faktor visibilitas pasar juga
antara keramaian dan jarak jalan utama menjadi salah faktor keramaian pasar.
didapat nilai Pearson Correlation adalah - Dengan visibilitas pasar yang mudah
0,212 atau berbanding terbalik. Hal ini terlihat, maka pasar akan mudah untuk
berarti semakin jauh jarak pasar dari dikenali oleh pengunjung. Sebaliknya,
jalan utama, maka pasar akan semakin apabila visibilitas pasar jauh dan susah
sepi. dikenali, maka akan berdampak
Jarak antara Pasar Peterongan terhadap kurang ramainya kondisi pasar.
dengan jalan utamanya hanya sejauh 5 Hal ini berpengaruh pada visibilitas
meter. Hal ini memudahkan pengunjung pasar apabila dilihat dari jalan utamanya.
untuk menuju pasar karena dekat Kebanyakan pasar yang gampang
dengan jalan utama. Dengan jarak yang terlihat akan lebih ramai dibanding pasar
dekat memudahkan angkutan umum yang susah untuk dilihat. Berdasarkan
menuju pasar, hal ini terbukti dengan data yang didapat, hubungan antara
banyaknya jumlah angkutan menuju visibilitas jalan utama dengan keramaian
Pasar Peterongan. Jarak juga pasar didapat nilai sig sebesar 0,159
mempengaruhi ongkos angkut menuju yang mana nilai tersebut diatas 0,05
pasar. Semakin dekat dengan jalan (0,159 > 0,05) yang berarti hubungan
utama, ongkos angkut menuju pasar antara visibilitas jalan utama dengan
semakin murah. Berbeda dengan Pasar keramaian pasar tidak signifikan.
Tanah Mas yang mempunyai jarak Bahkan korelasi yang didapat sangat
dengan jalan utama berjarak sejauh 600 rendah. Hal ini dikarenakan data yang
meter. Jarak yang jauh menyusahkan diperoleh merupakan data acak.
pelanggan menuju pasar. Ditambah Berdasarkan hasil uji didapat korelasi
dengan kondisi jalan di depan Pasar antara keramaian dan visibilitas dari
Tanah Mas yang kurang baik. Angkutan jalan utama didapat nilai Pearson
umum tidak ada yang langsung menuju Correlation adalah -0,214 atau
Pasar Tanah Mas karena jauh dari jalan berbanding terbalik. Hal ini berarti
utama. Hal ini menyebabkan ongkos semakin jauh visibilitas pasar dari jalan
menuju Pasar Tanah Mas tergolong utama, maka pasar akan semakin sepi.

77
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

Pasar Wonodri mudah terlihat Hubungan Antara Keramaian


dari jalan utama karena hanya berjarak Pasar dengan Jumlah Akses Masuk
5 meter dari jalan utama. Hal ini Jumlah akses masuk Pasar
memudahkan pengunjung mengenali Wonodri ada tiga. Melewati jalan
Pasar Wonodri. Dari jalan utama pun utama, Jalan MT Haryono dan melewati
langsung bisa dilihat aktivitas jual-beli di jalan lingkungan sekitar pasar yang ada 2
Pasar Wonodri. Berbeda dengan Pasar jalan. Setiap jalannya bisa diakses oleh
Banyumanik yang berjarak 10 meter mobil, truk dan motor. Hal ini
dari jalan utama. Dengan jarak ini pasar mempermudah pedagang dan
tergolong dekat dengan jalan utama. pengunjung menuju pasar. Pasar ini
Namun, aktivitas jual-beli pasar tidak ramai setiap harinya. Akses menuju
bisa dilihat dari jalan utama karena Pasar Manyaran hanya ada 1 jalan. Itu
tertutup kios-kios pasar. Kios-kios ini pun jalannya sempit dan hanya bisa
digunakan sebagai tempat jualan tiket dilewati oleh kendaraan roda dua saja.
bus. Sehingga, pasar susah dikenali dan Hal ini menyusahkan pedagang apabila
dilihat dari jalan utama. hendak bongkar muat menggunakan
kendaraan roda 4. Pengunjung pun
Hubungan Antara Keramaian kesulitan apabila hendak menuju pasar
Pasar dengan Jumlah Pedagang menggunakan angkutan umum maupun
Pasar kendaraan pribadi roda 4. Pasar ini
Pasar Kanjengan tidak dilengkapi tergolong pasar yang sepi pengunjung.
dengan kios maupun los namun pasar
tetap ramai pengunjung. Pasar Hubungan Antara Keramaian
Kanjengan tidak memiliki bangunan, Pasar Dengan Jumlah Angkutan
melainkan hanya tanah lapang yang Penentukan suatu pasar
digunakan untuk berjualan. Karena luas tradisional dikatakan ramai banyak
dasaran besar, pedagang dasaran Pasar faktor yang harus dipertimbangkan.
Kanjengan juga banyak. Pedagang Salah satunya adalah faktor banyaknya
dasaran Kanjengan mencapai 800 jumlah angkutan yang menuju ke pasar.
pedagang lebih. Pasar ini ramai setiap Berdasarkan hasil observasi, didapat
harinya. Setelah direvitalisasi pedagang banyak pasar yang angkutan yang
dasaran Pasar Sampangan dihilangkan. menuju ke pasar lebih banyak akan
Pasar Sampangan sekarang menjadi menjadikan pasar lebih ramai dibanding
bangunan 2 lantai dengan jumlah pasar yang jumlah angkutan yang
pedagang kios dan los sebanyak 350 menuju ke pasar sedikit. Akan tetapi
lebih pedagang. Walaupun pedagang terdapat pula pasar tradisional yang
dasaran dihilangkan, namun pasar tetap memiliki jumlah angkutan yang menuju
ramai pengunjung. Jumlah pedagang ke pasar sedikit namun tetap ramai. Hal
Pasar Kagok hanya berjumlah sekitar 40 ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
pedagang. Karena sedikit, varian harga boleh jadi pasar tersebut berada pada
barang dagangan menjadi lebih sedikit. kepadatan yang tinggi sehingga disitu
Hal itu membuat harga barang menjadi peluang untuk didatangi konsumen
lebih mahal dibanding pasar lain. Pasar tinggi karena akses menuju pasar tetap
Kagok tergolong pasar yang sepi mudah. Berdasarkan data yang didapat,
pengunjung. hubungan antara jumlah angkutan yang
menuju ke pasar dengan keramaian
pasar didapat nilai sig sebesar 0,001

78
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 71-82

yang mana nilai tersebut dibawah 0,05 pasar lebih sepi dibanding pasar yang
(0,001 > 0,05) yang berarti hubungan jumlah lantai pasar sedikit. Sependapat
antara jumlah angkutan yang menuju ke dengan hal tersebut kondisi pasar
pasar dengan keramaian pasar tradisional yang bertingkat juga menjadi
signifikan. salah satu faktor sepinya pengunjung
Berdasarkan hasil uji didapat pasar. Bukan hanya sepi pengunjung
korelasi antara keramaian dan jumlah pasar, bahkan pedagang pun tidak mau
angkutan didapat nilai Pearson mengisi lantai atas dikarenakan sepi
Correlation adalah 0,5 atau berbanding pengunjung. Berdasarkan data yang
lurus. Hal ini berarti semakin banyak didapat, hubungan antara Jumlah Lantai
jumlah angkutan menuju pasar, maka Pasar dengan keramaian pasar didapat
tingkat keramaian di pasar itu akan nilai sig sebesar 0,146 yang mana nilai
semakin tinggi. Hal ini juga berpengaruh tersebut diatas 0,05 (0,146 > 0,05) yang
pada kemudahan pengunjung maupun berarti hubungan antara jumlah lantai
pedagang apabila hendak menuju pasar. dengan keramaian pasar tidak
Semakin mudah akses menuju pasar, signifikan.Berdasarkan hasil uji didapat
maka keinginan pengunjung menuju korelasi antara keramaian dan jumlah
pasar akan semakin besar. lantai pasar didapat nilai Pearson
Pasar Yaik Permai mempunyai Correlation adalah 0,220 atau berbanding
13 buah angkutan umum. Diantaranya lurus. Hal ini berarti semakin banyak
mikrolet dari berbagai jurusan yang jumlah lantai pasar, maka tingkat
melewati Pasar Yaik. Hal ini keramaian di pasar itu akan semakin
mempermudah pengunjung yang tinggi. Namun pada kenyataannya
rumahnya jauh dari pasar apabila banyak pasar yang mempunyai jumlah
hendak berkunjung ke pasar. Ini juga lantai yang banyak malah sepi, nilai ini di
dikarenakan Pasar Yaik termasuk pasar dapat karena banyak juga pasar yang
kota. Oleh karena itu, harus dilengkapi mempunyai tingkat lantai kecil tetapi
angkutan yang banyak karena mencakup sepi.
kawasan yang luas. Pasar Tanah Mas Pasar Kanjengan hanya memiliki
tidak memiliki angkutan umum sama 1 lantai pasar, namun tingkat keramaian
sekali. Hal ini menyusahkan pengunjung pasar termasuk tinggi setiap harinya.
dari daerah lain apabila hendak Karena hanya 1 lantai, memudahkan
berkunjung ke pasar. Jalan didepan pedagang maupun pengunjung yang
pasar juga kurang baik dan sering terjadi sudah tua untuk menuju pasar.
banjir. Oleh karena itu, warga sekitar Bangunan Pasar Bulu mempunyai 4
pun malas untuk lewat didepan Pasar tingkat lantai namun tergolong pasar
Tanah Mas. Pasar ini termasuk pasar yang pengunjungnya kurang ramai.
yang sepi pengunjung. Kebanyakan pedagang dilantai 2, 3 dan 4
mengeluhkan kurangnya pengunjung
Hubungan Antara Keramaian pasar. Pengunjung pun berpendapat
Pasar Dengan Jumlah Lantai malas untuk naik ke lantai atas karena
Penentukan suatu pasar lelah dan kurang mengerti barang-
tradisional dikatakan ramai banyak barang yang dijual di lantai atas apa saja.
faktor yang harus dipertimbangkan.
Salah satunya adalah faktor jumlah lantai Analisis Deskriptif Kepadatan
pasar. Berdasarkan hasil observasi, Wilayah dan Observasi Lapangan
didapat banyak pasar yang jumlah lantai Tingkat kepadatan penduduk
pasar lebih banyak akan menjadikan Pasar Sampangan Baru tergolong tinggi,

79
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

yaitu 22.338 orang/km2. Kebanyakan yang didapat, variabel yang paling


pengunjung memang berasal dari signifikan terhadap faktor lokasi
wilayah sekitar pasar, yaitu warga pasar tradisional di Kota Semarang
Bendan Duwur. Pasar ini ramai yaitu variabel jumlah angkutan
pengunjung setiap harinya. Kepadatan menuju pasar, jumlah akses masuk
penduduk di wilayah Pasar Banyumanik pasar, dan jumlah pedagang pasar.
hanya sebesar 2779 orang/km2. Pasar ini Adapun variabel yang kurang
sepi pengunjung. Sepinya pasar ini juga signifikan yaitu jarak pasar dari jalan
dikarenakan oleh banyaknya pedagang utama, visibilitas pasar dari jalan
sayur keliling yang langsung utama, luas lahan parkir dan jumlah
mengantarkan barang dagangan ke lantai pasar.
rumah warga. Pasar Gunung Pati 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
terletak di kepadatan wilayah yang kepadatan wilayah mempunyai
termasuk kecil, hanya sebesar 975 dampak yang sangat signifikan
orang/km2. Namun pasar ini tetap ramai terhadap keramaian pasar
oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan tradisional di Kota Semarang.
akses menuju pasar yang mudah dan Semakin padat penduduk suatu
harga barang dagangan yang murah. wilayah, maka pasar yang berada di
Kepadatan penduduk di Pasar Bulu wilayah tersebut tingkat
sebesar 20188 orang/km2. Angka ini keramaiannya akan lebih tinggi
tergolong tinggi di wilayah Semarang. dibanding pasar yang tingkat
Namun, kondisi di Pasar Bulu kurang kepadatan penduduknya rendah.
ramai pengunjung. Padahal dulu sebelum
revitalisasi Pasar Bulu ramai pengunjung.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan tersebut di atas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor lokasi yang
mempengaruhi keberhasilan
revitalisasi pasar tradisional
terdapat beberapa variabel yang
berpengaruh. Berdasarkan hasil

Rekomendasi

Parameter Ruang Lingkup Pasar


Pasar Pasar Kota Pasar Wilayah Pasar Lingkungan
Jarak pasar
dengan jalan Kurang dari 10 meter Kurang dari 10 meter Kurang dari 100 meter
utama

Visibilitas dari
Kurang dari 10 meter Kurang dari 10 meter Kurang dari 100 meter
jalan utama

Kepadatan Minimal 10.000


Minimal 7.000 orang/km2 Minimal 6.000 orang/km2
Penduduk orang/km2

80
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 71-82

Parameter Ruang Lingkup Pasar


Pasar Pasar Kota Pasar Wilayah Pasar Lingkungan
1. Jumlah pedagang pasar
1. Jumlah pedagang pasar
minimal 500 pedagang
minimal 300 pedagang 1. Jumlah pedagang pasar
2. Menjual barang
2. Menjual barang komplit, minimal 300 Pedagang
komplit, mulai dari
Pedagang mulai dari sembako, 2. Menjual barang komplit,
sembako, sayur-mayur,
Pasar sayur-mayur, ikan segar, mulai dari sembako, sayur-
ikan segar, daging,
daging, buah-buahan, mayur, ikan segar, daging,
buah-buahan, pakaian
pakaian jadi/tekstil, dan dan buah-buahan
jadi/tekstil, dan barang
barang kelontong.
kelontong.

Jumlah
Lebih dari 6 jurusan
Angkutan Lebih dari 2 jurusan Lebih dari 2 jurusan yang
angkutan yang menuju
Umum angkutan yang menuju pasar menuju pasar
pasar
Menuju Pasar

Minimal 2 pintu masuk Minimal 2 pintu masuk


Jumlah Akses Minimal 2 pintu masuk (bagian
(bagian depan dan (bagian depan dan belakang
Masuk Pasar depan dan belakang pasar)
belakang pasar) pasar)
Lahan Parkir
Ada Ada Ada
Pasar
Jarak dengan 500 meter dari pasar 500 meter dari pasar
500 meter dari pasar modern
Ritel Modern modern modern

Daftar Pustaka Qoriah, C.G., 2014. Model Penataan


Pasar Tradisional Berdasarkan
Ghanimata, Fifyanita. 2012. Analisis Karakteristik
Pengaruh Harga, Kualitas Produk Kegiatan,Fasilitas,dan
dan Lokasi Terhadap Keputusan Utilitas,Studi Kasus Pasar
Pembelian. Universitas Tanjung di Kabupaten Jember,
Diponegoro Semarang. (http://repository.unej.ac.id
(eprints.undip.ac.id diakses 20 diakses 12 Mei 2016).
Mei 2017)
Republik Indonesia, 2013. Peraturan
Capello, R. 2011. Location, Regional Menteri Perdagangan RI No 70
Growth and Local Development Tahun 2013 tentang Pedoman
Theories. Dipartimento BEST Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan,
Politecnico di Milano Piazza Leonardo dan Toko Modern, Sekretariat
da Vinci 3220133. Giugno. Jenderal Kementerian
Politik. Th XXII, No. 2 : 181- Perdagangan, Jakarta.
182.
Republik Indonesia, 2015. Standar
Firenze University Press. Florence Nasional Indonesia Pasar Rakyat,
(https://scholar.google.co.id Jakarta.
diakses 19 Mei 2017)
Rochaida, E. 2016. Dampak
Pertumbuhan Penduduk

81
Karakteristik Lokasi Pasar Tradisional
dan Dampak Operasionalnya :
Studi Kasus Kota Semarang (Rasinanda M Rizal, dkk)

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


dan Keluarga Sejahtera di
Provinsi Kalimantan Timur.
Universitas Mulawarman.
Samarinda.
(journal.feb.unmul.ac.id diakses
5 Juni 2017)

Suryani, Y. 2015. Teori Lokasi Dalam


Penentuan Pembangunan Lokasi
Pasar Tradisional (Telaah Studi
Literatur), Politeknik Negeri
Padang. Padang. (fe.unp.ac.id
diakses 18 Mei 2017)

82

You might also like