BULETIN RISET EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS)
Kerangka Konseptual
Akuntabilitas Organisa:
Nirlaba Bagi Penerima
Manfaat
Miranti Kartika Dewi, Akademisi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Indonesia, menawarkan
kerangka konseptual terkait bagaimana organisasi
nirlaba (NGO) dapat menampilkan akuntabilitasnya
kepada para penerima manfaat (beneficiary
accountability). Bersama peneliti lainnya dari Aston
University dan Sheffield University, UK, Miranti
menyoroti empat atribut utama yang perlu
diperhatikan NGO dalam menyampaikan akuntabilitas
kepada penerima manfaatnya. Artikel ini
dipublikasikan pada tahun 2021 di jurnal internasional
bereputasi Critical Perspectives on Accounting.
BREAKS edisikaliini mengelaborasikan cuplikan diskusi
padaartikeltersebut.
Peran Penting Sektor ke-3 Perekonomian
rganisasi nirlaba (NGO) menjalankan peranan
yang semakin penting dan relevan dalam
mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan bersama pemerintah dan
lembaga komersil (for-profit). NGO memiliki kapasitas
inovasi osial dalam menjalankan program pembangunan
dan kemanusiaan untuk mereduksi kesenjangan
pemenuhan kebutuhan masyarakat
Dalam menjalankan misinya sebagai lembaga
intermediator yang mengumpulkan dana sosial
masyarakat dan menyalurkannya kepada yang berhak
dalam bentuk dana maupun program, NGO
membutuhkan dukungan dan kepercayaan publik.itulah
mengapa tata kelola dan akuntabilitas yang baik sangat
diperlukan,
Beneficiary Accountability (BA)
NGO yang menjalankan praktik tata kelolanya dengan
balk akan berupaya untuk melibatkan penerima manfaat
dalam mengembangkan program mereka secara
berkelanjutan, Dari mulai tahap perencanaan, evaluasi
hingga closing the loop, Penerima manfaat harus menjadi
pusat pethatian dalam tiap rangkaian evaluasi program
dan menjadi motivasi untuk meraih kemajuan yang
berkelanjutan. Maka dari itu konsep Beneficiary
Accountability (BA) menjadi penting dilakukan.
BA dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap
NGO karena pelibatan penerima manfaat dalam program-
program yang dijalankannya, Hal ini dilakukan dengan
menyediakan akses informasi terkait kinerja dan lebih
responsif terhadap harapan dan tuntutan penerima
manfaat. Sebaliknya, kurangnya 8A menyebabkan sikap
tidak kooperatif dari penerima manfaat sehingga
penyaluran program pada penerima manfaat tidak
efisien. Format program menjadi hanya ‘hit-and-run’
Karena itu diperlukan adanya pengembangan
kerangka konseptual akuntabilitas pada penerima
CLL
EDISI Ix/3UL! 2022
ia1| BREAKS
manfaat, yang sebelumnya belum ada yang disepakati
secara Umum. Disinilah Miranti dan rekan peneliti
mencoba untuk mengarahkan kontribusirisetnya dengan
melakukan studi kasus melalui serangkaian wawancara,
FGD, observasi, dan dokumentasi terhadap program-
program salah satu NGO di indonesia
Kerangka Konseptual BA
Untuk membangun kerangka konseptual BA, peneliti
memetakan empat atribut utama: casually demanded,
action based, quasi-instrumental, dan focuses on
beneficiaries self-reliance.
Empat Atribut BA
Casually Demanded
Penerima manfaat secara umum tidak terlalu
menuntut NGO untuk menampilkan akuntabilitasnya
pada mereka. Laporan formal seringkali memasukkan
terlalu banyak informasi yang tidak relevan bagi para
penerima manfaat, BA informal yang terbentuk melalui
interaksi informal antar pihak, seperti karyawan dan
relawan NGO dengan penerima manfaat dapat
‘menurunkan tuntutan tethadap mekanisme akuntabilitas
formalBULETIN RISET EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS)
Action Based
Selain interaksi yang sifatnya informal, akuntabilitas
pada penerima manfaat dapat disampaikan NGO dalam
bentuk penyaluran dana melalui berbagai program tepat
sasaran, Adanya aksi nyata yang dilakukan NGO ini dapat
membangun kepercayaan penerima manfaat pada NGO.
Dalam berbagai program tersebut, NGO sebaiknya juga
melibatkan penerima manfaat tidak hanya sebagai obyek
“tangan di bawah’ namun juga sebagai subyek yang
terlibat aktif dalam operasionalisasi program. Dengan
menyampaikan akuntabilitasnya dalam bentuk tindakan
konkret ini, NGO akan lebih fokus pada pencapaian target
program pada penerima manfaat ketimbang hanya
memberikan laporan administratif tertulissemata
Quasi instrumental
Meski kedua spektrum 85 diatasbersifat kasual,namun
pertanggungjawaban formal juga perlu dilakukan. NGO
tetap perlu menyampaikan pelaporan formal untuk
mendapatkan legitimasi publik, seperti laporan tahunan,
keterbukaan informasi, penilaian kinerja, dan bukti
kepatuhan tethadap peraturan. Adapun terhadap
penerima manfaat, NGO dapat menyampaikan
akuntabilitasnya dalam bentuk quasi instrumental dengan
menyampaikan laporan sederhana terkait berapa dana
yang terhimpun dan berapa alokasi dana yang
sesungguhnya diterima penerima manfaat, Alokasi ini
‘wajib memenuhi ketentuan yang berlaku (oaik itu terkait
ketentuan syariah (bagi NGO Islami) dan regulasi
pemerintah yang berlaku)
Focuses on Beneficiaries Self-Reliance
NGO perlu menghindati disparitas akuntabilitas -
suatu kondisi dimana NGO lebih memprioritaskan
akuntabilitas kepada pemangku kepentingan yang kuat
(donatur dan pemerintah) dibandingkan mereka yang
lemah ({karyawan dan penerimamanfaat)
Menjaga komitmen NGO dalam membantu penerima
manfaat meningkatkan kesejahteraannya tidak cukup
hanya melalui akuntabilitas yang sifatnya formal
administratif. Sebaliknya, mereka ditantang untuk
bergerak menuju bentukakuntabilitas yang lebih strategis
dan berdampak jangka panjang. Jenis akuntabilitas yang
terakhir dapat disampaikan olen NGO dengan
memastikan penerima manfaat bisa lebih mandiri dan
berdaya, atas izin Allah, kemudian setelah mendapatkan
bantuan dari NGO dengan program yang dilakukannya,
Pencapaian atas bentuk akuntabilitas ini dapat diukur
diantaranya dengan melakukan kaji dampak/audit
EDISI Ix/3UL! 2022
sosial atas program NGO bagi penerima manfaat. Jika
keseluruhan spektrum akuntabilitas diatas disampaikan
NGO pada penerima manfaat, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan penerima manfaat pada NGO, yang pada
akhinya membuat mereka terlibat aktif dalam program-
program yang dijalankan NGO. Di sisi lain, kurangnya
kepercayaan dari penerima manfaat mencegah interaksi
dan dukungan mereka terhadap program-program NGO,
Implikasi dan Rekomendasi
Hasil empiris studi ini menunjukkan bahwa cakupan
akuntabilitas kepada penerima manfaat mempunyai
atribut yang lebih luas ketimbang mekanisme formal
yang biasa disampaikan NGO kepada pemerintah, para
donatur dan pemangku kepentingan lainnya yang
‘berkuasa’
Peneliti mengusulkan penggunaan empat atribut
akuntabilitas yang dapat disampaikan NGO kepada
para penerima manfaat, yakni casually demanded,
action based, quasi instrumental, dan focuses on
beneficiaries self-reliance.
Penerima manfaat yang menjadi narasumber
penelitian ini umumnya melihat BA dalam atribut
casually demanded dan action based. Artinya, bentuk
akuntabilitas NGO pada mereka adalah dengan
menyampaikan program kepada penerima manfaat
dengan tepat waktu dan sasaran.
Melibatkan penerima manfaat dalam program yang
mereka dapat merupakan bentuk akuntabilitas lain
yang perlu dijalankan. Penerima manfaat bukan hanya
diliatkan dalam proses pengambilan keputusan akhir
namun juga berpartisipasi pada tahapan-tahapan lain
yang relevan,
Namun demikian, akuntabilitas dalam bentuk quasi
instrumental (laporan yang sifatnya semi-formal) tetap
harus disampaikan oleh NGO kepada penerima
manfaat, sebagaimana disampaikan oleh relawan dan
pemimpin komunitas penerimamanfaat.
Pada akhirnya, akuntabilitas adalah hal yang
senantiasa perlu dijaga dan disampaikan oleh NGO
karena akuntabilitas adalah salah satu kunci utama
terbangunnya kepercayaan pemangku kepentingan,
termasukpenerima manfaat, pada NGO.
Referensi
Dewi, M. K,, Manochin, M, & Bela, (2021), Towards a conceptual
framework of beneficiary accountability by NGOs: An Indonesian
case study, Critical Perspectives an Accounting 80, 102130,
Call for BREAKS Contributions
Kirimkan vers! POPULAR da publikas|imiah anda di jurnal-jurnal bereputas|internasional untuk dimuat dalam
EREAKS edisi berikutnya, Tulisan maksimal 1000 kata dalam bahasa Indonesia,
Kirimkan melalui email: redaksi.breaks@iaei-pusat.org / redaksi.iaei@gmail.com |nformasi: 0851 6324 0059 (Whatsapp)
\ Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) adalah organisasi para akademisl dan praktis| untuk melakukan
ki
TAEI Stertnceuiaresti’
eee Cd
pengkajian, pengembangan, pendidikan dan sosialisaasi Ekonomi Islam. BREAKS (Buletin Riset Ekonomi dan
Keuangan Syariah) merupakan salah satu program literasi JAE| yang mengemas hasil publikaslilmiah pengurus ke
Redaksi BREAKS. Gedung Dhanapala Lt. 2 Kementerian Keuangan Rl, J. Dr. Wahilin No. 1, Senen Raya, Jakarta Pusat 10710
Phone:+6221 384 0059/0851 63240039 - Emallredaks'iaei@gmailcom-Website-wwiwiael-pusatorg