You are on page 1of 2
BULETIN RISET EKONOM! DAN KEUANGAN SVARIAH (BREAKS) Mengapa Masyarakat Mudah Terjebak Investasi Bodong? Perspektif Behavioral Finance Sulaeman Rahman Nidar, usa tae Seed sinh Unietaitén PoaGiran REM. milous tous fewer Reon gS Wilayah IAEI Jawa Barat, bersama . Taofik Hidajat, Ina Primiana, dan Erie eS AOBS eee Febrian mengidentifikasi fektor tS “= faktor yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam skema investasi bodong Ponzi dan Piramida dari sudut pandang behavioral finance. Artikel ini dipublikesikan pada tahun 2021 di jurnal internasional bereputasi Journal of Financial Crime bersama peneliti lainnya dari Universitas Padjadjaran BREAKS edisi kali ini mengelaborasikan cuplikan diskusi Skema Ponzi dan Piramida kema investasi ponzi dan piramida merupakan “skema cepat kaya” (get-rich-quick scheme) yang menjanjikan imbal hasil besar dengan investasi yang minim. Kedua transaksi tersebut menggunakan money game, dimana keuntungan yang diberikan kepada investor diambil bukan dari hasil investasi melainkan dari modal yang disetorkan oleh investor baru, Di Indonesia skema ponzi dan piramida masuk daftar investasiilegal Otoritas Jasa Keuangan (JK), Skema investasi ilegal sering muncul di internet dengan High Yield investment Program (HYIP). HYIP menawarkan calon ‘investor’ untuk melipat gandakan modainya dengan imbal hasil tinggi dalam jangka waktu tertentu. Para korban dari skema ilegal semacam ini tidak hanya mereka dengan tingkat pendidikan yang rendah namun juga orang kaya berpendidikan tinggi Fenomena di atas menggelitik Sualeman dan rekan peneliti untuk mengungkap apa sebenarnya faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat, termasuk mereka yang ‘erpelajar, begitu mudah terpengaruh dengan iming- iming imbal hasil tinggi investasi bodong. Dalam artikel berjudul “Why are People Trapped in Ponzi and Pyramid Scheme?” Sulaeman menggunakan pendekatan behavioral finance dengan menaidentifikasi faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk berinvestasi dengan skema ponzi dan piramida Bias Psikologis Pengambilan Keputusan Literatur behavioral finance, yang mencoba memadukan sudut pandang keuangan dengan psikologi, telah mengidentifikasi beberapa potensi bias (deviasi dari normalitas) dalam proses pengambilan keputusan investor sebagai berikut. EDISI X// AGUSTUS 2022 =REAKS & 8 & & 2 2 Skema Pondi dan Piramida Bias Optimisme jas Ceonimurey cin Pee guy CoS Fn) Cen Pen Ore ite Core cru) Tu) Investor cenderung memiliki optimisme berlebihan terkait imbal hasil investasi dengan mengabaikan kemungkinan Tendensi untuk hanya mempertimbangkan informasi yang mendukung opini yang bersangkutan dan tidak mengindahkan informasi Investor menilai investasi hanya dari contonh keberhasilan kecil yang tidak Tendensi untuk meniru perilaku orang lain dalam kecenderungan mengambil keputusan berdasarkan penyajian informasi yang Bias kognitif menggunakan aturan praktis untuk menafsirkan informasi atau fakta dalam pengambilan Keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan berinvestasi dan informasi yang lebih baik daripada BULETIN RISET EKONOM! DAN KEUANGAN SVARIAH (BREAKS) Peneliti lantas mengukur 7 bias di atas pada 98 responden yang berasal dari Jakarta (6), Bandung (11), Cirebon (31), Semarang (16), Wonosobo (21), Temanggung (2), Yogyakarta (5), Jombang (1), Surabaya (2), Pangkal Pinang (2) and Kotawaringin (1). Seluruhnya mengaku menjadi korban Skema Investasi Piramid dan Ponzi. Setelah itu, peneliti melihat pengaruh ketujuh variabel di atas terhadap besaran uang yang diinvestasikan keinvestasibodong Hasil dan Diskusi Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa dari 7 bias perilaku di atas seluruhnya dapat menjelaskan perilaku investasi bodong skemna Piramida dan Ponzi kecuali Bias Kognitif dan Herding. Bias Keterwakilan menjadi variabel yang paling mempengaruhi perilaku investasi bodong, disusul oleh Bias Konfirmasi, Overcontidence, Bias Framing dan Bias Optimisme. Kelima variabel bias tersebut memiliki pengaruh positif terhadap jumlah investasi bodong investor Bias keterwakilan menjadi sebab utama investor terjebak pada investasi bodong. Investor dengan bias keterwakilan terhadap skema Ponzi dan piramida menganggap adanya tokoh atau individu yang berpengaruh dan keberhasilan beberapa orang dalam mendapatkan keuntungan dari skema investasi tersebut sebagai suatu keumuman dan kelaziman bahwa investasi tersebut aman. Bias ini terutama dapat terjadi apabila investor memilikiseorang tokoh yang dipanuti dan disukai menyukai, seperti figur publik. Perusahaan investasi bodong cenderung memanfaatkan figur tersebut untuk berinvestasi pada skema Ponzi dan Piramida. Bias Optimisme. Penelitian ini menunjukkan bahwa bias ‘optimisme juga menjadi sebab investor terjebak dengan skema Ponzi, Dalam hal ini bias optimisme pada Ponzi lebih tinggi dibandingkan dengan skema Piramida, Investor cenderung optimis bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan tetapi mengabaikan risiko kerugian. Investor mengabaikan informasi atau fakta tentang skema investasi, Semakin tinggi perasaan atau emosi investor, semakin besar jumlah uang yang diinvestasikan dalam skema. Bias Framing. Pengaruh selanjutnya didapatkan dari informasi atau berita yang disajikan dalam bingkai positif terkait investasi bodong yang membuat calon investor semakin tertarik dan dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka. Karena itu, skema Ponzi dan Piramida aktif memberikan informasi positif atau fakta menarik kepada calon investor seperti pembagian keuntungan yang telah diberikan, jumlah investor yang telah bergabung, danlain sebagainya, EDISI X// AGUSTUS 2022 Teori prospek juga dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa framing menjadi salah satu alasan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Teor ini menyatakan bahwa individu memberikan bobot yang lebih tinggi untuk hasil yang pasti daripada yang tidak Individu cenderung menjadi penghindar risiko ketika menghadapi untung mamun menjadi risk seeker ketika menghadapi kerugian. Sebagai hasil dari framing positif, calon investor dalam skema Ponzi dan piramida akan menghindari risiko. Artinya, mereka berusaha menghindari potensi (risiko) kehilangan pendapatan dengan segera bergabung dengan skema tersebut sesegeramungkin Bias Overconfidence terlihat pada perilaku investor yang menganggap dirinya memiliki kemampuan yang lebih baik dari rata-rata. Mereka merasa memiliki informasi dan keterampilan yang berguna, sehingga mereka merasa yakin bahwa tindakan mereka benar. Terlalu percaya diri merupakan salah satu faktor yang membuat investor menjadi korban penipuan investasi seperti skema Ponzi karena keyakinan bahwa mereka tidak akan menjadikorban penipuan Bias Konfrimasi. Investor mengabaikan informasi yang, tidak mendukung pendapat mereka dan mencari informasi yang membantu perilaku mereka. Investor mengabaikan informasi yang tidak sesuai dengan pandangannya. Mereka hanya mengambil informasi yang sesuai dengan pendapat mereka. Dengan kata lain, mereka membuat keputusan keuangan berdasarkan informasi atau pandangan yang mereka anggap benar dan menolak informasiatau ide yang bertentangan Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan Penelitian ini memiliki beberapa implikasi kebijakan penting guna melindungi investor dari investasi- investasi bodong. Pertama, pengambil kebijakan perlu memahami bahwa investor, baik yang terdidik maupun tidak, sangat mungkin terjebak pada investasi bodong disebabkan bias perilaku yang ada pada mereka. Kedua, pemerintah perlu melakukan pencegahan secara berkala, dengan sosialisasi dan edukasi terus menerus, walaupun pada kalangan yang sama. Ketiga, regulasi harus ditegakkan untuk membasmi perusahaan investasi bodong, agar tidak membuka celah mereka untuk mengkapitalisasi bias perilaku investor untuk kepentingan mereka. Referensi Rahman. Febrian,€.,Hidajat, T.Primiana,|,(2021), Whyarepeople Trapped Ponai and Pyramid Scheme? Journal of finance Crime, 281), 187-203 Kirimkan melalui email: redaksicbreaks@i Call for BREAKS Contributions kirimkan versi POPULAR dari publikasi ilmiah anda di jurnal-jurnal bereputas' internasional untuk dimuat dalam BREAKS edisi berikutnya, Tulisan maksimal 1000 kata dalam bahasa Indonesia, ‘pusat.org / redaks 12i@gmail.com Infor mas: 0851 6324 0059 (Whatsapp) yay Keuangan Syarial dalam bentuktulisan popular, lkatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) adalah organises! para akademisi dan praktisi untuk melakukon genakajan, pengembangan, pendccan dan sosilsaes Fkonom| am. BREAKS (Buen Rs Ekonomi dan ) merupakart salah satu program lteras IAEI yang mengemas hasi publiasiimiah pengurus ke Redaksi BREAKS: Gedung Chanapala Lt. 2 Kementerian Keuangan il Jl. Dr. Wahidin No. 1, Senen Raya, Jakarta Pusat 10710 rene Phone: +6221 38400597 0851 63240059 - Email:redaksiaei@giailcom-Website- www iael-pusatorg

You might also like