You are on page 1of 19

Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819

(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable (Penyandang Cacat) dalam


KUHPerdata
(Studi Analisis Pemenuhan Hak Bagi Difable dalam KUHPerdata Perspektif
Convention on the Rights of Persons with Disabilities dalam UU Nomor 19 Tahun
2011)

H.A Dardiri Hasyim


Fakultas Hukum Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta
dardiri_hasyim@ymail.com

Abstrak

Law Number 19 Year 2011 on the Ratification of Ratification of the Convention on the
Rights of Persons with Disabilities contains settings of protection of the rights of persons
with disabilities are more spacious, complete, and detailed which can be used as
references for the replacement of Act No. 4 of 1997. The purpose of the convention this is
to promote, protect and ensure equal rights and fundamental freedoms for all persons
with disabilities, as well as respect for the dignity of persons with disabilities as an
integral part (inherent dignity). This paper seeks to discover and describe how the
fulfillment of rights for difable (with disabilities) in the Convention on the Rights of
Persons with Disabilities (Convention on the Rights of Persons with Disabilities), which
has been ratified by Law No. 19 Year 2011 on Ratification of the CRPD and in the Civil
Code. This study is a normative research (literature). This type of research with the
literature through the process of data and information in the form of written data derived
from books, magazines, journals and other sources of data that is useful and supported
this research. Search written data, through legislation and related books on difable (the
disabled). While the analysis used in this research is descriptive qualitative. The results
showed that the fulfillment of the right difable (persons with disabilities) in the CRPD
stated in 18 (eighteen) the concept of fulfillment, which are translated through twenty-
five (25) article, while fulfilling the right difable (persons with disabilities) in the Civil
Code stated in 9 (nine) the concept of fulfillment, outlined ten (10) chapters. Connectivity
between the CRPD and the Civil Code indicated by the identification that the Civil Code
contains only 50% of the overall enjoyment of the right difable difable fulfillment of rights
in the CRPD. Meanwhile the study also showed new findings about the existence of five
(5) articles in the Civil Code which is contradictory to the concept of rights fulfillment
difable (the disabled) CRPD.

Keywords: Law No19 of 2011, the Civil Code, the Convention on the Rights of Persons
with Disabilities (CRPD), Difable (Disabled Persons), Fulfillment Rights

Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Ratifikasi Konvensi Hak-
Hak Penyandang Disabilitas berisi pengaturan perlindungan hak-hak penyandang
disabilitas yang lebih luas, lengkap, dan rinci yang dapat dijadikan referensi-referensi
bagi penggantian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997. Tujuan konvensi ini adalah
untuk memajukan, melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang
mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat
penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity). Tulisan
ini berupaya untuk menemukan dan mendeskripsikan bagaimana pemenuhan hak bagi
difable (penyandang cacat) dalam Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 13


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

(Convention on the Rights of Persons with Disabilities) yang telah disahkan oleh UU RI
Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan CRPD serta dalam KUHPerdata. Penelitian
ini merupakan penelitian normatif (kepustakaan). Jenis penelitian dengan kepustakaan ini
melalui proses data dan informasi berupa data tertulis yang berasal dari buku-buku,
majalah, jurnal dan sumber-sumber data lainnya yang berguna dan mendukung penelitian
ini. Penelusuran data tertulis ini, melalui undang-undang maupun buku-buku yang terkait
tentang difable (penyandang cacat). Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan hak
difable (penyandang cacat) dalam CRPD tertuang dalam 18 (delapanbelas) konsep
pemenuhan hak, yang dijabarkan lewat dua puluh lima (25) pasal, sedangkan pemenuhan
hak difable (penyandang cacat) dalam KUHPerdata tertuang dalam 9 (sembilan) konsep
pemenuhan hak, yang dijabarkan lewat 10 (sepuluh) pasal. Koneksivitas antara CRPD
dan KUHPerdata ditunjukkan lewat identifikasi bahwa KUHPerdata hanya memuat 50%
pemenuhan hak difable dari keseluruhan pemenuhan hak difable dalam CRPD. Sementara
itu penelitian ini juga menunjukkan temuan baru tentang adanya 5 (lima) pasal dalam
KUHPerdata yang kontradiktif terhadap konsep pemenuhan hak difable (penyandang
cacat) CRPD.

Kata kunci : UU RI No19 Tahun 2011, KUHPerdata, Convention on the Rights of Persons
with Disabilities (CRPD), Difable (Penyandang Cacat), Pemenuhan Hak

A. Latar Belakang Masalah


Asas Persamaan dihadapan dalam masyarakat. Pemahaman
hukum atau equality before the law difable menghilangkan pemaknaan
yang berlaku di Indonesia merupakan negatif dari kecacatan sehingga
salah satu asas terpenting di dalam memungkinkan semua orang terlibat
sistem hukum, sebagaimana tertuang dalam kegiatan masyarakat dengan
dalam Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 cara mereka masing-masing.
Amandemen ke dua, yang berbunyi, Sementara itu penggunaan istilah yang
³Setiap orang berhak atas pengakuan, lain, yakni disable, berdasarkan istilah
jaminan, perlindungan, dan kepastian disability merupakan suatu
hukum yang adil serta perlakuan yang ketidakmampuan melaksanakan suatu
sama di hadapan hukum.´ +DO LQL aktifitas atau kegiatan tertentu
menunjukkan bahwa asas ini berlaku sebagaimana layaknya orang normal
pula bagi difabel di hadapan hukum. akibat ketidakmampuan fisik. Berbeda
0DMDODK 'LIDEHO 1HZ¶V dengan definisi difabel, kata disable
menyebutkan bahwa difabel justru dapat terindikasi memunculkan
merupakan singkatan dari kata bahasa pemaknaan negatif.
Inggris Different Ability People yang Undang-Undang No 4 Tahun
artinya Orang yang Berbeda 1997 tentang Penyandang Cacat dalam
Kemampuan. Istilah difabel pasal 1 ayat 1 menentukan bahwa:
didasarkan pada realitas bahwa setiap ³3HQyandang Cacat adalah setiap
manusia diciptakan berbeda dan tidak orang yang mempunyai kelainan fisik
menutup kesempatan untuk masuk dan/atau mental, yang dapat

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 14


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

mengganggu atau merupakan beberapa kenyataan, di antaranya,


rintangan dan hambatan baginya untuk Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997
melakukan kegiatan secara sangat minim memuat
selayaknya, yang terdiri dari: pengarusutamaan dan penghargaan
penyandang cacat fisik; penyandang terhadap hak asasi para penyandang
cacat mental; penyandang cacat fisik disabilitas sebagai bagian dari warga
GDQ PHQWDO´ Sedangkan pasal 1 ayat 4 negara pada umumnya. Materi yang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 diatur dalam Undang-Undang
tentang Penyandang Cacat Penyandang Cacat juga sebagian besar
PHQHQWXNDQ EDKZD ³$NVHVLELOLWDV tidak sesuai lagi dengan semakin
merupakan kemudahan yang kompleksnya kebutuhan perlindungan
disediakan bagi penyandang cacat hak penyandang disabilitas.
guna mewujudkan kesamaan Selanjutnya lahirlah Undang- Undang
kesempatan dalam segala aspek Nomor 19 Tahun 2011 tentang
NHKLGXSDQ GDQ SHQJKLGXSDQ´ Pengesahan Ratifikasi Konvensi Hak-
Undang-Undang Nomor 4 Hak Penyandang Disabilitas.
Tahun 1997 memandang para Konvensi ini berisi pengaturan
penyandang disabilitas bukanlah perlindungan hak-hak penyandang
sebagai subjek manusia yang utuh disabilitas yang lebih luas, lengkap,
akan tetapi memposisikan mereka dan rinci yang dapat dijadikan
sebagai sebuah objek yang memiliki referensi-referensi bagi penggantian
kekurangan, atau kelainan baik secara Undang-Undang Nomor 4 Tahun
fisik dan mental, yang menyebabkan 1997.
penyandang disabilitas dipandang Konvensi mengenai hak- hak
tidak dapat melakukan aktifitas atau Penyandang cacat dan Protokol
kegiatan secara layak. Disabilitas yang Opsional terhadap Konvensi yang di
disandang seseorang dipandang sahkan dengan Undang-undang
menjadi penghambat sehingga Nomor 19 Tahun 2011 pada pasal 1
penanganan yang dilakukan hanya PHQ\HEXWNDQ ³ 3HQ\DQGDQJ FDFDW
bertumpu pada usaha penyempurnaan termasuk mereka yang memiliki
kembali dengan kata lain kerusakan fisik, mental, intelektual,
membutuhkan proses rehabilitasi. atau sensorik jangka panjang yang
Undang Nomor 4 Tahun 1997 dalam interaksinya dengan bertbagai
cenderung dihasilkan dari pemahaman hambatan dapat merintangi partisipasi
tentang penyandang disabilitas yang mereka dalam masyarakat secara
terbatas. Oleh karenanya, undang- penuh dan efektif berdasarkan pada
undang ini tidak mampu untuk DVDV NHVHWDUDDQ ´ Lebih lanjut
memberikan perlindungan secara dijelaskan pada pasal 9 yang berbunyi,
maksimal atas hak-hak penyandang ³'DODP UDQJND PHPDPSXNDQ
disabilitas. Hal ini terlihat dari penyandang cacat untuk hidup secara

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 15


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

mandiri dan berpartisipasi penuh Instrument). Tujuan konvensi ini


dalam segala aspek kehidupan, Negara adalah untuk memajukan, melindungi,
harus melakukan langkah-langkah dan menjamin kesamaan hak dan
yang diperlukan untuk menjamin kebebasan yang mendasar bagi semua
akses penyandang cacat terhadap penyandang disabilitas, serta
lingkungan fisik, transportasi, penghormatan terhadap martabat
informasi dan komunikasi, termasuk penyandang disabilitas sebagai bagian
teknologi dan sistem informasi dan yang tidak terpisahkan (inherent
komunikasi, serta fasilitas dan dignity). dalam Penjelasan Undang-
pelayanan lainya yang terbuka atau Undang Republik Indonesia Nomor 19
disediakan bagi public baik didaerah Tahun 2011 Tentang Pengesahan
perkotaan maupun perkotaan atas dasr Convention On The Rights Of Persons
kesetaraan dengan orang-orang lain. With Disabilities (Konvensi Mengenai
Langkah-langkah, yang didalamnya Hak-Hak Penyandang Disabilitas),
harus mencakup identifikasi dan secara tegas dinyatakan bahwa Negara
penghapusan semua hambatan dan wajib mengadopsi semua kebijakan
penghalang terhadap aksesibilitas legislatif dan administratif sesuai
antara lain harus berlaku bagi: (1) dengan Konvensi ini. Artinya, seluruh
Bangunan, jalan, transportasi dan Peraturan Perundang-undangan yang
fasilitas lainya, baik didalam dan berlaku positif di Indonesia, seperti
diluar ruangan, termasuk sekolah, Undang-undang Lalu-lintas, Undang-
perumahan, fasilitas kesehatan dan undang Kepegawaian, Undang-
tempat kerja; dan (2) Informasi, undang Kesehatan, Undang-undang
komunikasi dan pelayanan lainya, Ketenagakerjaan, Undang-undang
termasuk pelayanan elektronik dan Bangunan serta peraturan dibawahnya
pelayanan gawat darurat. haruslah disesuaikan serta
CRPD (Convention on the disinkronikasikan sesuai dengan
Rights of Persons with Disabilities) konvensi ini, mulai dari substansi di
pada dasarnya merupakan konvensi dalam Perundang-undangannya
tentang Hak-hak Difabel/Penyandang hingga sampai klausul-klausul
Disabilitas, yang telah diratifikasi oleh pasalnya. Ini menunjukkan bahwa
Negara Republik Indonesia dalam penyediaan akses bagi kaum difabel
Undang-Undang Negara Republik merupakan Kewajiban Negara.
Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 Tingginya kesadaran dunia
tentang Pengesahan CRPD. CRPD Internasional dan Negara Indonesia
merupakan instrument HAM tentang penyandang cacat belum
internasional dan nasional dalam sebanding dengan usaha nyata yang
upaya Penghormatan, Pemenuhan dan telah dilakukan. Setidaknya masih
Perlindungan Hak difabel di Indonesia terdapat banyak kasus yang
(Development tool and Human Rights melibatkan penyandang cacat. Kasus

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 16


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

ini tercermin lewat fakta yang 2) Kategori Mobilitas: Gangguan


menunjukkan bahwa diperkirakan ada Anggota Tubuh (kaki, tangan, dll);
650 juta penyandang disabilitas di Gangguan Fungsi Tubuh Akibat
dunia. 20 % dari penduduk dunia yang Cerebral Palsy; Gangguan Fungsi
termiskin adalah penyandang Tubuh Akibat Spina Bifida;
disabilitas; 98 % dari anak-anak yang Gangguan Fungsi Tubuh Akibat
menyandang disabilitas di negara Spinal Cord Injury (Cedera Tulang
berkembang tidak mengenyam Belakang); Gangguan Fungsi
pendidikan; 30 % anak-anak jalanan di Tubuh Akibat Amputasi;
dunia adalah penyandang disabilitas; Gangguan Fungsi Tubuh Akibat
dan 3 % penyandang disabilitas yang Paraphlegia; dan Gangguan Fungsi
dewasa adalah buta huruf dan Tubuh Akibat Hemiphlegia.
dibanyak negara hampir 1 % 3) Kategori Komunikasi: Gangguan
penyandang disabiliats yang buta Wicara; Gangguan Pendengaran;
huruf adalah wanita (Andrew Byrnes, Autis; dan Tuna Grahita Berat.
Cs, 2007) dalam Rahayu Repindowaty 4) Kategori Sensori: Gangguan
dan Bustanuddin (2015). Sementara Pendengaran; Gangguan
itu Ulfah Fatmala (2014) yang Penglihatan; dan Kusta.
memfokuskan diri pada penyandang 5) Kategori Psikososial: Autism;
cacat di Indonesia mencatat bahwa Gangguan Perilaku dan
Indonesia, sebagian besar (67,85%) Hiperaktivitas (ADHD);
penyandang disabilitas memilih untuk Kleptomani; Bipolar; dan
bekerja setelah lulus Sekolah Gangguan Kesehatan Jiwa.
Menengah Atas, sedangkan 17,85% Indonesia juga mencatat
penyandang disabilitas berencana beberapa fakta tentang difable, salah
untuk kuliah, dan 3,57% penyandang satunya adalah munculnya Putusan
disabilitas berencana untuk bekerja 371 K/Pdt.Sus/2010 tentang Perkara
dan kuliah. 3,57% berencana untuk Perdata Khusus (Perselisihan
menganggur, dan 7,14% tidak tahu apa Hubungan Industrial). Putusan ini
yang akan dilakukan. merupakan upaya hukum dari
Pada dasarnya Difabel atau keputusan Pengadilan Negeri Medan
penyandang cacat dapat dikategorikan telah mengambil putusan, yaitu
berdasarkan International putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN.
Classification of Functioning Health tanggal 23 Maret 2009, dimana
and Disability (ICF). Kategori tersebut pengadilan telah memenangkan
DGDODK VHEDJDL EHULNXW 6\DIL¶LH GNN tuntutan hak karyawan difabel akibat
2014): kecelakaan kerja (tangan kanan putus
1) Kategori intelektual: Retardasi hingga batas bahu). Sebagai
Mental (Tuna Grahita); dan perbandingan, dalam Deklarasi
Lamban Belajar (slow learner). Universal Hak Asasi Manusia

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 17


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

(DUHAM) Pasal 153 tentang larangan dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
alasan pemutusan hubungan kerja, LD DODPL VHQGLUL´
menyebutkan bahwa ayat (1) b. Pasal 4 UU No. 1 tahun 1974
Pengusaha dilarang melakukan tentang Perkawinan. Pasal tersebut
pemutusan hubungan kerja dengan menyatakan bahwa dalam hal
alasan : point (j) pekerja/buruh dalam seorang suami akan beristri lebih
keadaan cacat tetap, sakit akibat dari seorang, maka ia wajib
kecelakaan kerja, atau sakit karena mengajukan permohonan ke
hubungan kerja yang menurut surat pengadilan. Pasal ini hanya
keterangan dokter yang jangka waktu memberi ijin pada suami yang
penyembuhannya belum dapat akan beristri lebih dari seseorang
GLSDVWLNDQ ´ ³D\DW 3HPXWXVDQ apabila : satu. Istri tidak dapat
hubungan kerja yang dilakukan menjalankan kewajiban sebagai
dengan alasan sebagaimana dimaksud istri. Dua. Istri mendapat cacat
dalam ayat (1) batal demi hukum dan badan atau penyakit yang tidak
pengusaha wajib mempekerjakan dapat disembuhkan. Tiga. Istri
kembali pekerja/buruh yang tidak dapat melahirkan keturunan.
bersangkutan. Saharudin Daming (2013)
Selain berbagai fakta tersbut di memandang bahwa pemicu utama
atas, di Indonesia sendiri masih terjadinya marjinalisasi dan
mempunyai peraturan perundang- diskriminasi terhadap kalangan
undangan yang tidak sejalan dengan penyandang disabilitas disebabkan
cita-cita kaum difabel dalam oleh melembaganya sikap dan
penyediaan akses dan perlakuan yang perilaku stereotip dan prejudisme
sama sebagai warga Negara, di mulai dari kalangan awam hingga
antaranya: kelompok intelektual bahkan para elit
a. KUHAP memberikan definisi kekuasaan. Elit kekuasaan dalam hal
saksi melemahkan bagi difabel ini adalah mereka para pembentuk
dengan gangguan pendengaran kebijakan, yang berpotensi melahirkan
(tuna rungu) dan gangguan kebijakan yang bias HAM, karena
penglihatan (tuna netra) untuk dalam membuat dan
menjadi seorang saksi, hal ini mengimplementasikan kebijakan,
diatur dalam Pasal 1 angka 26 memang berangkat dari rendahnya
.8+$3 PHQ\DWDNDQ ³6DNVL pengetahuan secara komprehensif
adalah orang yang dapat tentang penyandang disabilitas.
memberikan keterangan guna Akibatnya, kebijakan yang lahir penuh
kepentingan penyidikan, dengan nuansa diskriminasi, sinisme,
penuntutan dan peradilan tentang apriori bahkan apatis.
suatu perkara pidana yang ia Berkaitan dengan hubungan
antar manusia, Kitab Undang-undang

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 18


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Hukum Perdata (BW) merupakan Berdasarkan latar belakang


salah satu perundang-undangan yang yang telah dikemukakan, maka dapat
berlaku di Indonesia. KUHPerdata dirumuskan permasalahan penelitian,
terdiri dari empat buku, yaitu: (1) yaitu:
%XNX , \DQJ EHUMXGXO ´SHULKDO RUDQJ´ 1. Bagaimana pemenuhan/ jaminan hak
(van persoonen), memuat hukum bagi difable (penyandang cacat) dalam
perorangan dan hukum kekeluargaan; Konvensi Hak-hak Penyandang
%XNX ,, \DQJ EHUMXGXO ´SHULKDO Disabilitas (Convention on the Rights
EHQGD´ van zaken), memuat hukum of Persons with Disabilities) yang
benda dan hukum waris; (3) Buku III, telah disahkan oleh UU RI Nomor 19
\DQJ EHUMXGXO ´SHULKDO SHULNDWDQ´ van Tahun 2011 Tentang Pengesahan
verbintennisen), memuat hukum harta CRPD?
kekayaan yang berhubungan dengan 2. Bagaimana perspektif KUHPerdata
hak dan kewajiban yang berlaku bagi dalam konsep pemenuhan/ jaminan
orang-orang atau pihak-pihak tertentu; hak bagi difable (penyandang cacat)
dan (4) Buku IV, yang berjudul dalam CRPD tersebut ?
´SHULKDO SHPEXNWLDQ GDQ NDGDOXDUVD´ 3. Bagaimana konsep pemenuhan/
(van bewijs en verjaring), memuat jaminan hak bagi difable (penyandang
perihal alat-alat pembuktian dan cacat) dalam CRPD sejalan dengan
akibat-akibat lewat waktu terhadap KUHPerdata?
hubungan-hubungan hukum. Dengan
banyaknya pembahasan dalam C. Kajian Teori
KUHPerdata yang tertuang dalam 1. Difable (Penyandang Cacat)
1993 pasal tidak menutup 0DMDODK 'LIDEHO 1HZ¶V
kemungkinan adanya pembahasan menyebutkan bahwa difabel
tentang pemenuhan hak kaum difable merupakan singkatan dari kata bahasa
atau penyandang cacat sebagai warga Inggris Different Ability People yang
negara. Beranjak dari uraian tersebut, artinya Orang yang Berbeda
penulis bermaksud untuk mengadakan Kemampuan. Undang-Undang No 4
penelitian dengan judul ´Identifikasi Tahun 1997 tentang Penyandang
Pemenuhan Hak Bagi Difable Cacat dalam pasal 1 ayat 1
(Penyandang Cacat) dalam PHQHQWXNDQ EDKZD ³3HQ\DQGDQJ
KUHPerdata (Studi Analisis Cacat adalah setiap orang yang
Pemenuhan Hak Bagi Difable dalam mempunyai kelainan fisik dan/atau
KUHPerdata Perspektif Konvensi mental, yang dapat mengganggu atau
Hak-hak Penyandang merupakan rintangan dan hambatan
Disabilitas/Convention on the Rights baginya untuk melakukan kegiatan
of Persons with Disabilities dalam UU secara selayaknya, yang terdiri dari:
Nomor 19 Tahun 2011)´ penyandang cacat fisik; penyandang
B. Rumusan Masalah

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 19


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

cacat mental; penyandang cacat fisik GLVHEXWNDQ ROHK 6\DIL¶LH GNN


GDQ PHQWDO´ adalah sebagai berikut :
Sementara itu Undang-undang a. Kategori intelektual: Retardasi Mental
Nomor 19 Tahun 2011 tentang (Tuna Grahita); dan Lamban Belajar
Pengesahan CRPD pada pasal 1 (slow learner).
PHQ\HEXWNDQ ³3HQ\DQGDQJ FDFDW b. Kategori Mobilitas: Gangguan
termasuk mereka yang memiliki Anggota Tubuh (kaki, tangan, dll);
kerusakan fisik, mental, intelektual, Gangguan Fungsi Tubuh Akibat
atau sensorik jangka panjang yang Cerebral Palsy; Gangguan Fungsi
dalam interaksinya dengan bertbagai Tubuh Akibat Spina Bifida; Gangguan
hambatan dapat merintangi partisipasi Fungsi Tubuh Akibat Spinal Cord
mereka dalam masyarakat secara Injury (Cedera Tulang Belakang);
penuh dan efektif berdasarkan pada Gangguan Fungsi Tubuh Akibat
DVDV NHVHWDUDDQ ´ ,QL PHQXQMXNNDQ Amputasi; Gangguan Fungsi Tubuh
bahwa CRPD sebagaimana tertuang Akibat Paraphlegia; dan Gangguan
dalam Pasal 1 tersebut tidak Fungsi Tubuh Akibat Hemiphlegia.
memberikan definisi tentang c. Kategori Komunikasi: Gangguan
³GLVDELOLWDV´GDQ ³SHQ\DQGDQJ Wicara; Gangguan Pendengaran;
GLVDELOLWDV´ VHFDUD HNVSOLVLW Autis; dan Tuna Grahita Berat.
Sebaliknya, konvensi ini d. Kategori Sensori: Gangguan
hanyamengemukakan cakupannya Pendengaran; Gangguan
secara luas yakni mereka yang Penglihatan; dan Kusta.
memilikipenderitaan fisik, mental, e. Kategori Psikososial: Autism;
intelektual, atau sensorik dalam jangka Gangguan Perilaku dan
waktu lamadimana interaksi dengan Hiperaktivitas (ADHD);
berbagai hambatan tersebut dapat Kleptomani; Bipolar; dan
menyulitkanpartisipasi penuh dan Gangguan Kesehatan Jiwa.
efektif dalam masyarakat berdasarkan
kesetaraan dengan lainnya. Bila dibaca 2. KUHPerdata
pada Pembukaan CRPD, Konvensi ini Hukum Perdata merupakan
memberikan keleluasaan pada salah satu bidang hukum yang
masyarakat untuk menentukan konsep mengatur hubungan-hubungan antara
³GLVDELOLWDV´ GDQ KDO LWX DNDQ individu-individu dalam masyarakat
berkembang sesuai dengan tingkat dengan saluran tertentu. Hukum
sosial ekonomi masyarakatnya. perdata disebut juga hukum privat atau
Difabel atau penyandang cacat hukum sipil. Dalam perspektif sejarah,
dapat dikategorikan berdasarkan Hukum Perdata yang saat ini berlaku
International Classification of di Indonesia, tidak lepas dari Sejarah
Functioning Health and Disability Hukum Perdata Eropa. Pada tahun
(ICF). Kategori tersebut sebagaimana 1804 atas prakarsa Napoleon

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 20


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

terhimpunlah Hukum Perdata dalam diperbolehkan untuk menundukkan


satu kumpulan peraturan yang diri kepada Hukum Eropa Barat baik
bemama Code Civil des Francais secara keseluruhan maupun untuk
yang juga dapat disebut Code beberapa macam tindakan hukum
Napoleon, karena Code Civil des tertentu saja (berlaku sebagian dari
Francais merupakan sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang
Code Napoleon (Ridwan, 2000). mengenai Hukum Kekayaan Harta
Hukum Perdata yang berlaku Benda atau Vermororgensrecht, dan
di Indonesia oleh Hasyim (2004) dapat tidak mengenai Hukum Kepribadian
dikatakan bersifat majemuk, yaitu dan Kekeluargaan atau Personen en
masih terdapat bebagai pembagian, Familierecht maupun yang mengenai
salah satunya adalah penggolongan Hukum Warisan).
penduduk Indonesia. Hal ini dapat 3. Konvensi Tentang Hak-Hak
disebabkan oleh Faktor Ethnis, dimana Difabel/Penyandang Disabilitas
Indonesia terdiri dari berbagai suku (CRPD)
dan budaya; serta faktor hostia yuridis CRPD (Convention on the
yang dapat dilihat pada pasal 163.I.S. Rights of Persons with Disabilities)
yang membagi penduduk Indonesia pada dasarnya merupakan konvensi
dalam tiga golongan, yaitu: (a) tentang Hak-hak Difabel/Penyandang
golongan Eropa dan yang Disabilitas, yang telah diratifikasi oleh
dipersamakan, dimana berlaku Hukum Negara Republik Indonesia dalam
Perdata dan Hukum Dagang Barat Undang-Undang Negara Republik
yang diselaraskan dengan Hukum Indonesia Nomor 19 Tahun 2011
Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan tentang Pengesahan CRPD. CRPD
Hukum Dagang (Wetboek Van merupakan instrument HAM
Koophandel) di negeri Belanda internasional dan nasional dalam
berdasarkan azas konkondansi, (b) upaya Penghormatan, Pemenuhan dan
golongan Bumi Putera (pribumi Perlindungan Hak difabel di Indonesia
/bangsa Indonesia asli) dan yang (Development tool and Human Rights
dipersamakan, dimana berlaku Hukum Instrument). Tujuan konvensi ini
Adat, yaitu hukum yang sejak dahulu adalah untuk memajukan, melindungi,
kala berlaku di kalangan rakyat, dan menjamin kesamaan hak dan
dimana sebagian besar dari Hukum kebebasan yang mendasar bagi semua
Adat tersebut belum tertulis, tetapi penyandang disabilitas, serta
hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, penghormatan terhadap martabat
dan (c) golongan Timur Asing (bangsa penyandang disabilitas sebagai bagian
Cina, India, Arab), dimana berlaku yang tidak terpisahkan (inherent
hukum masing-masing, dengan dignity). Dalam Penjelasan Undang-
catatan bahwa golongan Bumi Putera Undang Republik Indonesia Nomor 19
dan Timur Asing (Cina,India, Arab) Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 21


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Convention On The Rights Of Persons CRPD (Convention on the


With Disabilities (Konvensi Mengenai Rights of Persons with Disabilities)
Hak-Hak Penyandang Disabilitas), merupakan konvensi tentang Hak-hak
secara tegas dinyatakan bahwa Negara Difabel/Penyandang Disabilitas, yang
wajib mengadopsi semua kebijakan telah diratifikasi oleh Negara Republik
legislatif dan administratif sesuai Indonesia dalam Undang-Undang
dengan Konvensi ini. Artinya, seluruh Negara Republik Indonesia Nomor 19
Peraturan Perundang-undangan yang Tahun 2011. Dalam Penjelasan
berlaku positif di Indonesia, seperti Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-undang Lalu-lintas, Undang- Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
undang Kepegawaian, Undang- Pengesahan Convention On The
undang Kesehatan, Undang-undang Rights Of Persons With Disabilities
Ketenagakerjaan, Undang-undang (Konvensi Mengenai Hak-Hak
Bangunan serta peraturan dibawahnya Penyandang Disabilitas), secara tegas
haruslah disesuaikan serta dinyatakan bahwa Negara wajib
disinkronikasikan sesuai dengan mengadopsi semua kebijakan legislatif
konvensi ini, mulai dari substansi di dan administratif sesuai dengan
dalam Perundang-undangannya Konvensi ini. Artinya, seluruh
hingga sampai klausul-klausul Peraturan Perundang-undangan yang
pasalnya. Ini menunjukkan bahwa berlaku positif di Indonesia haruslah
penyediaan akses bagi kaum difabel disesuaikan serta disinkronikasikan
merupakan kewajiban negara. sesuai dengan konvensi ini, mulai dari
substansi di dalam Perundang-
D. Metode Penelitian undangannya hingga sampai klausul-
Penelitian yang akan dilakukan klausul pasalnya.
merupakan penelitian normatif Beberapa konsep pemenuhan
(kepustakaan). Jenis penelitian dengan hak difable (penyandang cacat) dalam
kepustakaan ini melalui proses data CRPD adalah sebagai berikut:
dan informasi berupa data tertulis yang 1. Hak asasi manusia : penikmatan secara
berasal dari buku-buku, majalah, penuh dan setara semua hak-hak asasi
jurnal dan sumber-sumber data manusia dan kebebasan fundamental
lainnya yang berguna dan mendukung oleh semua penyandang disabilitas,
penelitian ini. Penelusuran data tertulis dan untuk meningkatkan
ini, melalui undang-undang maupun penghormatan atas martabat yang
buku-buku yang terkait tentang difable melekat pada mereka (pasal 1)
(penyandang cacat). 2. Non diskriminatif : hak mendapat
jaminan dan peningkatan realisasi
E. Hasil Penelitian yang utuh dari semua hak-hak asasi
1. Pemenuhan Hak Bagi Difable manusia dan kebebasan fundamental
(Penyandang Cacat) Dalam CRPD bagi semua penyandang disabilitas

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 22


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

tanpa diskriminasi dalam segala manusiawi, atau merendahkan


bentuk berfundamentalkan disabilitas martabat (pasal 12-15)
fundamental, yang diberikan oleh 9. kebebasan : kebebasan difabel dari
Negara (pasal 4-5); diskriminasi eksploitasi, kekerasan, dan
terhadap difabel yang berkaitan penganiayaan, terlindungi integritas
dengan perkawinan, keluarga, status fisik dan mental, kebebasan mobilitas,
orangtua dan hubungan personal atas memiliki tempat tinggal, dan memiliki
dasar kesetaran (pasal 23) kebangsaan mereka (pasal 16-18);
3. Perempuan dan anak : jaminan atas tercapainya kemandirian, kebebasan
perolehan segala hak asasi perempuan berkspresi dan berpendapat, serta
dan anak difabel dan kebebasan akses terhadap informasi (pasal 20-21)
fundamental mereka secara penuh dan 10. Hak individu dan kelompok : hak
setara (pasal 6-7) individu para difabel dan
4. non stereotype : penghilangan keterlibatannya dalam masyarakat
stereotype, dan meningkatkan serta menjunjung nilai-nilai
kapabilitas difabel (pasal 8) kemandirian (pasal 19)
5. aksesibilitas : terpenuhinya 11. Privasi : penghormatan terhadap
aksesibilitas fisik, transportasi, privasi (pasal 22)
informasi dan komunikasi, termasuk 12. Pendidikan : pemenuhan hak
teknologi dan sistem informasi dan memperoleh layanan pendidikan yang
komunikasi, serta fasilitas dan layak bagi difabel secara inklusif di
pelayanan lainnya yang terbuka atau semua jenis, jenjang, dan jalur
disediakan bagi difabel (pasal 9) pendidikan (pasal 24)
6. hak hidup (pasal 10); pencatatan 13. Pelayanan kesehatan : menikmati
difabel dalam statistik dan penelitian pelayanan kesehatan yang setinggi
untuk penyusunan program penguatan mungkin dapat dicapai tanpa
bagi mereka (pasal 31) diskriminasi atas dasar difabilitas
7. perlindungan dan keamanan : hak atas (pasal 25)
perlindungan dan keamanan bagi 14. Habilitasi dan rehabilitasi : perolehan
difabel dalam situasi beresiko, habilitasi dan rehabilitasi difabel
termasuk situasi- situasi konflik dalam bidang kesehatan, pekerjaan,
bersenjata, darurat kemanusiaan, dan pendidikan, dan pelayanan sosial
terjadinya bencana alam (pasal 11) (pasal 26)
8. perlindungan dan kepastian hukum : 15. pekerjaan dan lapangan kerja :
perlindungan hukum, akses peradilan, memperoleh pekerjaan yang layak
kebebasan dan keamanan para difabel (pasal 27)
dari perampasan kebebasannya, bebas 16. jaminan sosial : tercapainya standar
dari penyiksaan atau perlakuan atau kehidupan dan jaminan sosial yang
penghukuman yang kejam, tidak layak (pasal 28)

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 23


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

17. peran serta : kesetaraan hak dalam pun tidak dapat diterima bila kedua
peran serta berkehidupan politik (pasal suami istri telah tinggal bersama
29); peran serta kehidupan berbudaya, selama enam bulan, terhitung dari
rekreasi, pemanfaatan waktu luang, pencabutan pengampuan itu (Pasal 88)
dan olah raga (pasal 30) b. Orang yang ditempatkan di bawah
18. Kerjasama : hak dalam kemitraan pengampuan berkedudukan sama
dengan organisasi internasional dan dengan anak yang belum dewasa. Bila
regional yang relevan serta masyarakat seseorang yang karena keborosan
sipil, khususnya organisasi ditempatkan di bawah pengampuan
penyandang diisabilitas (pasal 32) hendak melangsungkan perkawinan,
Konsep tersebut di atas maka ketentuan-ketentuan Pasal 38
menunjukkan bahwa pemenuhan hak dan 151 berlaku terhadapnya (Pasal
difable (penyandang cacat) dalam 452)
CRPD tertuang dalam 18 2. Hak perlindungan dan keamanan :
(delapanbelas) konsep pemenuhan Setiap orang dewasa, yang selalu
hak, yang dijabarkan lewat dua puluh berada dalam keadaan dungu, gila atau
lima (25) pasal. mata gelap, harus ditempatkan di
2. Pemenuhan Hak Bagi Difable bawah pengampuan, sekalipun ia
(Penyandang Cacat) Dalam kadang-kadang cakap menggunakan
KUHPerdata pikirannya. Seorang dewasa boleh
Kitab Undang-undang Hukum juga ditempatkan di bawah
Perdata (BW) yang berisi tentang pengampuan karena keborosan (Pasal
konsep pemenuhan hak difable 433)
(penyandang cacat), secara garis besar 3. Hak perlindungan dan kepastian
yaitu sebagai berikut: hukum :
1. Non diskriminatif : a. Setiap keluarga sedarah berhak minta
a. Apabila perkawinan dilakukan oleh pengampuan keluarga sedarahnya
orang yang karena cacat mental berdasarkan keadaan dungu, gila atau
ditaruh di bawah pengampuan, mata gelap. Disebabkan karena
keabsahan perkawinan itu hanya boleh pemborosan, pengampuan hanya
dibantah oleh bapaknya, ibunya dan dapat diminta oleh para keluarga
keluarga sedarah dalam garis ke atas, sedarah dalam garis lurus, dan oleh
saudara laki-laki dan perempuan, mereka dalam garis samping sampai
paman dan bibinya, demikian pula derajat keempat. Barang siapa karena
oleh pengampuannya, dan akhirnya lemah akal pikirannya, merasa tidak
oleh Kejaksaan. Setelah pengampuan cakap mengurus kepentingan sendiri
itu dicabut, pembatalan perkawinan dengan baik, dapat minta pengampuan
hanya boleh dituntut oleh suami atau bagi dirinya sendiri (Pasal 434)
istri yang telah ditaruh di bawah b. Bila seseorang yang dalam keadaan
pengampuan itu, tetapi tuntutan ini mata gelap tidak dimintakan

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 24


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

pengampuan oleh orang-orang a. Setelah mengadakan pemeriksaan


tersebut dalam pasal yang lalu, maka tersebut dalam Pasal 439, bila ada
jawatan Kejaksaan wajib memintanya. alasan, Pengadilan Negeri dapat
Dalam hal dungu atau gila, mengangkat seorang pengurus
pengampuan dapat diminta oleh sementara untuk mengurus pribadi dan
jawatan Kejaksaan bagi seseorang barang-barang orang yang dimintakan
yang tidak mempunyai suami atau pengampuannya (Pasal 441)
isteri, juga yang tidak mempunyai b. Penghasilan orang yang ditempat di
keluarga sedarah yang dikenal di bawah pengampuan karena keadaan
Indonesia (Pasal 435) dungu. gila atau mata gelap, harus
c. Semua tindak perdata yang terjadi digunakan khusus untuk memperbaiki
sebelum perintah pengampuan nasibnya dan memperlancar
diucapkan berdasarkan keadaan penyembuhan (Pasal 454)
dungu, gila dan mata gelap, boleh Konsep tersebut di atas
dibatalkan, bila dasar pengampuan ini menunjukkan bahwa pemenuhan hak
telah ada pada saat tindakan-tindakan difable (penyandang cacat) dalam
itu dilakukan (Pasal 447) KUHPerdata tertuang dalam 9
d. Setelah seseorang meninggal dunia, (sembilan) konsep pemenuhan hak,
maka segala tindak perdata yang telah yang dijabarkan lewat dua puluh 10
dilakukannya, kecuali pembuatan (sepuluh) pasal.
surat-surat wasiat berdasarkan 3. Koneksivitas CRPD dan
keadaan dungu, gila dan mata gelap, KUHPerdata
tidak dapat disanggah, selain bila Berlakunya BW di Indonesia
pengampuan atas dirinya telah berdasar pada Pasal II Aturan
diperintahkan atau dimintakan Peralihan, Pasal 192 Konstitusi RIS,
sebelum ia meninggal dunia, kecuali Pasal 142 UUDS 1950, dan Pasal 1
bila bukti-bukti tentang penyakit itu Aturan Peralihan UUD 1945
tersimpul dari perbuatan yang Amandemen ke-4. Dengan demikian
disanggah itu (Pasal 448) berbagai dasar hukum yang menyertai
e. Seorang anak belum dewasa yang ada setiap periode di Indonesia
di bawah pengampuan tidak dapat menegaskan bahwa segala peraturan
melakukan perkawinan, pula tidak hukum peninggalan hukum Hindia
dapat mengadakan perjanjian- Belanda dahulu masih berlaku selama
perjanjian selain dengan tidak bertentangan dengan UUD 1945.
memperhatikan ketentuan-ketentuan Selain itu KUHPerdata juga
pada Pasal 38 dan 151 (Pasal 458) merupakan induk dari berbagai
4. Kebebasan; Pendidikan; Pelayanan peraturan perundang-undangan. Ini
kesehatan; Habilitasi dan rehabilitasi; menunjukkan bahwa setiap produk
Pekerjaan dan lapangan kerja; serta hukum harus tidak bertentangan. Bila
Jaminan sosial : dibandingkan antara pemenuhan hak

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 25


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

difable (penyandang cacat) dalam KUHPerdata, maka dapat


CRPD dengan pemenuhan hak difable digambarkan dapat tabel sebagai
(penyandang cacat) dalam berikut:

Tabel 1:
Komparasi Pemenuhan Hak CRPD dan KUHPerdata
CRPD KUHPerdata
Pemenuhan Hak Pemenuhan Hak Keterangan
Hak asasi manusia - -
(pasal 1)
Non diskriminatif Non diskriminatif (Pasal Dalam hal pernikahan
(pasal 4-5 dan pasal 23) 88 dan Pasal 452) harus dengan syarat
terdapat ijin/persetujuan
dari Pengadilan Negeri
(pasal 38 dan 151)
Perempuan dan anak - -
(pasal 6-7)
Non stereotype (pasal - -
8)
Aksesibilitas (pasal 9) - -
Hak hidup (pasal 10) - -
Perlindungan dan Hak perlindungan dan -
keamanan (pasal 11) keamanan (Pasal 433)
Perlindungan dan Hak perlindungan dan Dalam hal pekawinan
kepastian hukum (pasal kepastian hukum (sebagaimana disebut
12-15) (Pasal 434; 435; 458; dalam pasal 458) harus
447; 448) dengan syarat terdapat
ijin/persetujuan dari
Pengadilan Negeri (pasal
38 dan 151)
Kebebasan (pasal 16-18 Pasal 441 dan Pasal 454 Dalam hal penghasilan
dan pasal 20-21) (sebagaimana disebut
dalam pasal 454), maka
Pengadilan Negeri
memfasilitasi setiap
pemeriksaan (pasal 439)
Hak individu dan - -
kelompok (pasal 19)
Privasi (pasal 22) - -
Pendidikan (pasal 24) Pasal 441 dan Pasal 454 Dalam hal penghasilan
Pelayanan kesehatan Pasal 441 dan Pasal 454 (sebagaimana disebut
(pasal 25) dalam pasal 454), maka
Habilitasi dan Pasal 441 dan Pasal 454 Pengadilan Negeri
rehabilitasi memfasilitasi setiap
(pasal 26) pemeriksaan (pasal 439)
Pekerjaan dan lapangan Pasal 441 dan Pasal 454
kerja (pasal 27)
Jaminan sosial (pasal Pasal 441 dan Pasal 454
28)

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 26


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Peran serta (pasal 30) - -


Kerjasama (pasal 32) - -
TOTAL : 25 Pasal TOTAL : 10 Pasal

Berdasarkan tabel di atas maka Pasal 9 Reglemen Susunan Kehakiman


dapat disimpulkan bahwa pemenuhan dan Kebijaksanaan Mengadili di
hak difable (penyandang cacat) dalam Indonesia, mereka yang dikecualikan
CRPD tertuang dalam 18 dari perwakilan adalah: orang yang
(delapanbelas) konsep pemenuhan sakit ingatan; orang belum dewasa;
hak, yang dijabarkan lewat dua puluh orang yang ada di bawah pengampuan;
lima (25) pasal, sedangkan pemenuhan mereka yang telah dipecat, baik dari
hak difable (penyandang cacat) dalam kekuasaan orang tua, maupun dari
KUHPerdata tertuang dalam 9 perwalian; akan tetapi yang demikian
(sembilan) konsep pemenuhan hak, itu hanya terdapat anak belum dewasa,
yang dijabarkan lewat dua puluh 10 yang dengan ketetapan Hakim
(sepuluh) pasal. Ini berarti bahwa kehilangan kekuasaan orang tua atau
KUHPerdata hanya memuat 50% perwalian tanpa mengurangi
pemenuhan hak difable dari ketentuanketentuan dalam Pasal 3l9g
keseluruhan pemenuhan hak difable dan pasal 382d; ketua, wakil ketua,
dalam CRPD. anggota, panitera. panitera pengganti,
4. Temuan Baru Penelitian: Pasal bendahara, pemegang buku, dan agen
Kontradiktif KUHPerdata Balai Harta Peninggalan, kecuali
berdasar Konsep Pemenuhan terhadap anak-anak atau anak-anak tiri
Hak CRPD mereka sendiri (Pasal 379)
Kitab Undang-undang Hukum 2) Pengampuan mulai berjalan, terhitung
Perdata (BW) juga memuat pasal yang sejak putusan atau penetapan
kontradiktif terhadap konsep diucapkan. Semua tindak perdata yang
pemenuhan hak sebagaimana setelah itu dilakukan oleh orang yang
tercermin dari Konvensi Mengenai ditempatkan di bawah pengampuan,
Hak-Hak Penyandang Disabilitas adalah batal demi hukum. Namun
(CRPD), yang secara garis besar dapat demikian, seseorang yang ditempatkan
digambarkan sebagai berikut: di bawah pengampuan karena
a. Kontradiktif Pemenuhan Hak asasi keborosan, tetap berhak membuat
manusia: surat-surat wasiat (Pasal 446)
1) Selain pegawai-pegawai Kehakiman 3) Semua tindak perdata yang terjadi
bangsa Eropa yang dikecualikan dari sebelum perintah pengampuan
perwalian menurut ketentuan dalam diucapkan berdasarkan keadaan

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 27


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

dungu, gila dan mata gelap, boleh pengampuan yang kadang-kadang


dibatalkan, bila dasar pengampuan ini dapat berpikir saat itu tanpa suatu
telah ada pada saat tindakan-tindakan penyumpahan, tetapi keterangan
itu dilakukan (Pasal 447). mereka hanya dapat dianggap sebagai
b. Kontradiktif Pemenuhan Hak penjelasan. Juga Hakim tidak boleh
3HUHPSXDQ GDQ $QDN ³$QDN \DQJ mempercayai apa yang menurut orang
dilahirkan karena perzinaan atau tak cakap itu telah didengarnya,
penodaan darah (incest, sumbang), dilihatnya, dihadirinya dan
tidak boleh diakui tanpa mengurangi dialaminya, biarpun itu semua disertai
ketentuan Pasal 273 mengenai anak keterangan tentang bagaimana ia
SHQRGDDQ GDUDK´ 3DVDO mengetahuinya; Hakim hanya boleh
c. Kontradiktif Pemenuhan Hak Non menggunakannya untuk mengetahui
VWHUHRW\SH ³2UDQJ \DQJ EHOXP JHQDS dan mendapatkan petunjuk-petunjuk
lima belas tahun, orang yang berada di ke arah peristiwa-peristiwa yang dapat
bawah pengampuan karena dungu, gila dibuktikan lebih lanjut dengan upaya
atau mata gelap, atau orang yang atas pembuktian biasa (Pasal 1912).
perintah Hakim telah dimasukkan Berdasarkan hasil penelitian
dalam tahanan selama perkara dalam menjawab rumusan masalah
diperiksa Pengadilan tidak dapat serta temuan baru dalam penelitian ini,
diterima sebagai saksi. Hakim boleh maka dapat digambarkan dapat tabel
mendengar anak yang belum dewasa sebagai berikut
atau orang yang berada di bawah
Tabel 2:
Pemenuhan Hak CRPD dan KUHPerdata beserta kontradiktifnya
CRPD KUHPerdata
Pemenuhan Hak Pemenuhan Hak Kontradiktif
Pemenuhan Hak
Hak asasi manusia (pasal 1) - Hak asasi manusia (Pasal
379; 446; 447)
Non diskriminatif (pasal 4-5 dan Non diskriminatif -
pasal 23) (Pasal 88 dan Pasal
452)
Perempuan dan anak (pasal 6-7) - Perempuan dan anak
(pasal 283)
Non stereotype (pasal 8) - Non stereotype (pasal
1912)
Aksesibilitas (pasal 9) -
Hak hidup (pasal 10) -
Perlindungan dan keamanan Hak perlindungan dan -
(pasal 11) keamanan (Pasal 433)

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 28


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Perlindungan dan kepastian Hak perlindungan dan -


hukum (pasal 12-15) kepastian hukum
(Pasal 434; 435; 458;
447; 448)
Kebebasan (pasal 16-18 dan Pasal 441 dan Pasal -
pasal 20-21) 454
Hak individu dan kelompok -
(pasal 19)
Privasi (pasal 22) -
Pendidikan (pasal 24) Pasal 441 dan Pasal -
454
Pelayanan kesehatan (pasal 25) Pasal 441 dan Pasal -
454
Habilitasi dan rehabilitasi Pasal 441 dan Pasal -
(pasal 26) 454
Pekerjaan dan lapangan kerja Pasal 441 dan Pasal -
(pasal 27) 454
Jaminan sosial (pasal 28) Pasal 441 dan Pasal -
454
Peran serta (pasal 30) -
Kerjasama (pasal 32) -
TOTAL : 25 Pasal TOTAL : 10 Pasal TOTAL : 5 Pasal

Berdasarkan tabel di atas dapat menyebutkan bahwa Negara wajib


disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) mengadopsi semua kebijakan
pasal dalam KUHPerdata yang legislatif dan administratif sesuai
kontradiktif terhadap konsep dengan Konvensi ini, yang berarti
pemenuhan hak sebagaimana bahwa seluruh Peraturan Perundang-
tertuang dalam CRPD, yaitu undangan yang berlaku positif di
kontradiktif pemenuhan Hak asasi Indonesia haruslah disesuaikan serta
manusia, Perempuan dan anak, serta disinkronikasikan sesuai dengan
Non stereotype. konvensi ini, mulai dari substansi di
dalam Perundang-undangannya
F. Kesimpulan hingga sampai klausul-klausul
Penjelasan Undang-Undang pasalnya. Hasil penelitian
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun menunjukkan:
2011 Tentang Pengesahan 1. Terdapat 18 (delapan belas) konsep
Convention On The Rights Of pemenuhan hak yang tertuang dalam
Persons With Disabilities (Konvensi Convention On The Rights Of
Mengenai Hak-Hak Penyandang Persons With Disabilities (Konvensi
Disabilitas), secara tegas

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 29


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

Mengenai Hak-Hak Penyandang 3) Hak perlindungan dan kepastian


Disabilitas), yaitu: hukum (Pasal 434; 435; 458; 447;
1) Hak asasi manusia (pasal 1) 448);
2) Non diskriminatif (pasal 4-5 dan 4) Kebebasan (Pasal 441 dan Pasal
pasal 23) 454);
3) Perempuan dan anak (pasal 6-7) 5) Pendidikan (Pasal 441 dan Pasal
4) Non stereotype (pasal 8) 454);
5) Aksesibilitas (pasal 9) 6) Pelayanan kesehatan (Pasal 441 dan
6) Hak hidup (pasal 10) Pasal 454);
7) Perlindungan dan keamanan (pasal 7) Habilitasi dan rehabilitasi (Pasal
11) 441 dan Pasal 454);
8) Perlindungan dan kepastian hukum 8) Pekerjaan dan lapangan kerja (Pasal
(pasal 12-15) 441 dan Pasal 454); serta
9) Kebebasan (pasal 16-18 dan pasal 9) Jaminan sosial (Pasal 441 dan Pasal
20-21) 454).
10) Hak individu dan kelompok (pasal Sembilan konsep pemenuhan hak
19) difable (penyandang cacat) dalam
11) Privasi (pasal 22) KUHPerdata tersebut berjumlah 10
12) Pendidikan (pasal 24) pasal. Dengan demikian masih
13) Pelayanan kesehatan (pasal 25) terdapat 9 (Sembilan) pemenuhan hak
14) Habilitasi dan rehabilitasi (pasal 26) difable (penyandang cacat) yang
15) Pekerjaan dan lapangan kerja (pasal belum tergambarkan dalam
27) KUHPerdata, yaitu: Hak asasi
16) Jaminan sosial (pasal 28) manusia; Perempuan dan anak; Non
17) Peran serta (pasal 30) stereotype; Aksesibilitas; Hak hidup;
18) Kerjasama (pasal 32) Hak individu dan kelompok; Privasi;
2. Hanya terdapat 9 (sembilan) konsep Peran serta; dan Kerjasama.
pemenuhan hak difable (penyandang 3. Koneksivitas antara CRPD dan
cacat) dalam KUHPerdata dari 18 KUHPerdata ditunjukkan lewat
(delapanbelas) konsep pemenuhan identifikasi bahwa KUHPerdata
hak difable (penyandang cacat) dalam hanya memuat 50% pemenuhan hak
CRPD, yaitu: difable dari keseluruhan pemenuhan
1) Non diskriminatif (Pasal 88 dan hak difable dalam CRPD.
Pasal 452); 4. Temuan baru dalam penelitian ini
2) Hak perlindungan dan keamanan menunjukkan adanya 5 (lima) pasal
(Pasal 433); dalam KUHPerdata yang kontradiktif
terhadap konsep pemenuhan hak

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 30


Identifikasi Pemenuhan Hak Bagi Difable ISSN : 1693-0819
(Penyandang Cacat) dalam KUHPerdata E-ISSN : 2549-5275

difable (penyandang cacat) CRPD, DAFTAR PUSTAKA


yaitu :
1) Hak asasi manusia (Pasal 379; 'LIDEHO 1HZ¶V Difable Atau
446; 447); Disable, Majalah, Edisi XIX Th
2) Perempuan dan anak (pasal XI Mei 2011.
283); dan Fatmala Ulfah Rizky. 2014.
3) Non stereotype (pasal 1912). Identifikasi Kebutuhan Siswa
Penyandang Disabilitas Pasca
Dengan demikian dapatlah
Sekolah Menengah Atas.
dikatakan bahwa KUHPerdata Indonesian Journal of Disability
sebagai salah satu perundang- Studies. Vol. 1 Issue 1 pp. 52-59,
undangan yang berlaku di Indonesia June 2014
Hasyim Dardiri. 2004. Amandemen
belum sepenuhnya menerapkan
KUHPerdata Dalam Kerangka
konsep pemenuhan hak difable Sistem Hukum Nasional.
(penyandang cacat) sebagaimana Surakarta: UNS Press
tertuang dalam Penjelasan Undang- 0 6\DIL¶LH GNN Potret Difabel
Berhadapan Dengan Hukum
Undang Republik Indonesia Nomor
Negara, Yogyakarta: Sigab
19 Tahun 2011 Tentang CRPD yang Ridwan Syahrani. 2000. Seluk Beluk
menyatakan bahwa Negara wajib dan Asas-Asas Hukum Perdata.
mengadopsi semua kebijakan Bandung: Alumni
legislatif dan administratif sesuai
dengan Konvensi ini.

Jurnal Serambi Hukum Vol. 10 No. 02 Agustus 2016 - Januari 2017 31

You might also like